burgundyredsky
View Omine
2 posts
movie and books : )
Don't wanna be here? Send us removal request.
burgundyredsky · 3 years ago
Audio
0 notes
burgundyredsky · 3 years ago
Text
Heathers (1988) - Pencarian Jati Diri Berujung Tragedi
Lingkungan dan masyarakat membuat remaja seolah-olah dituntut menjadi manusia sempurna. Fisik, popularitas, dan talenta; 3 hal yang cukup krusial dalam keberlangsungan kehidupan sosial remaja, sesuatu yang selalu di damba-dambakan. Jikalau memiliki salahsatunya, kalian bisa cukup merasa tenang. Apabila memiliki ketiganya, kalian bisa hidup dengan tentram. 
Ironi kehidupan remaja ini tergambar jelas pada film-film komedi remaja Amerika berkonsep hirarki sosial yang populer dari tahun 1980an-sampai sekarang. Tulisan kali ini akan menganalisa dan menkritik fenomena sosial pada Heathers (1988), salahsatu pelopor film komedi remaja Amerika dengan hirarki sosial pada ‘Most Popular Female Clique in High School’.
Tumblr media
Sedikit latar belakang, Heathers lahir dan berlatar di tahun 80an akhir. Bisa dikatakan Heathers adalah Ibu dari Jawbreaker (1999) serta nenek dari Mean Girls (2004) dan film-film sosial remaja Amerika lainnya. Ketiga film tersebut sangat bertopang pada karakter yaitu elemen penggerak cerita yang paling kuat.
Ada The Alpha; si pemimpin yang punya kuasa. Merupakan (1) Heather Chandler dari Heathers, (2) Courtney Shayne dari Jawbreaker, dan (3) Regina George dari Mean Girls. Lalu Second in Command; si paling merasa berhak atas kekuasaan kedua. Adalah (1) Heather Duke dari Heathers, (2) Marcie Fox dari Jawbreaker, dan (3) Gretchen Wieners dari Mean Girls. Selanjutnya Hot and Dim; cantik tapi bodoh. (1) Heather McNamara dari Heathers, (2) Julie Freeman dari Jawbreaker, dan (3) Karen Smith dari Mean Girls. Yang terakhir adalah The Interloper; si penyusup. Sebuah karakter yang memegang andil paling kuat dalam kemunculan konfilk, adalah (1) Veronica Sawyer dari Heathers, (2) Vylette dari Jawbreaker, dan (3) Cady Heron dari Mean Girls.
Tumblr media
Maraknya fenomena ‘Most Popular Female Clique in High School’ dengan hirarki sosial beranggotakan tiga orang dengan satu orang outsider, serta kemunculan jejak dan pola yang hampir mirip pada penciptaan karakter dalam dua film iconic setelah Heathers, membuktikan bahwa film yang disutradarai oleh Michael Lehmann ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam film teenage comedy dari awal munculnya sampai detik ini. Dengan pengaruh sebesar itu, apa yang membuat Heathers lebih dari sekedar film komedi remaja biasa? Pendekatan apa yang Heathers pakai dalam motivasi menyentil kehidupan sosial remaja yang absurd dan chaotic?
Heathers mampu mentransfer pesan berisi akibat dari kenakalan, kenaifan, ketidakpedulian, dan kekonyolan hasrat dari remaja dengan sangat beautifully tragic dengan sepercik komedi satir. Ya betul, berbeda dengan kedua film yang membuntuti nya Heathers merupakan film dengan genre utama black comedy dan tragedi.
Remaja, Komedi, dan Tragedi. 
Menarik bukan? Heathers menyatukan 3 unsur tersebut dengan sangat baik melalui karakter Veronica yang merupakan cerminan remaja; sibuk mencari jati diri dan mementingkan hasrat konyol yang hanya timbul untuk sementara. Hasrat Veronica untuk menjadi populer membutakan hati kecilnya yang suci, yang sebetulnya peduli pada sekelilingnya dan dengan baik mengetahui yang buruk dan benar. Namun seolah buta, Veronica tetap berdiri dibelakang punggung Heather Chandler; si ketua geng perempuan paling populer di sekolah. Bak kerbau di cucuk hidungnya, Veronica tetap menurut dengan tujuan mendapat sebuah pengakuan. Mengorbankan kenyaman diri sendiri, Veronica berdalih bahwa ini adalah sebuah simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Meski begitu, hal tersebut tidak bertahan lama, disini karakteristik adolescence pada karakter Veronica kembali tergambar yaitu labil dan tidak punya pendirian. Terbukti ketika dirinya berfokus untuk membenci Heather Chandler meski hanya dalam tulisan dan imajinasinya.
“Fuck me gently with a chainsaw. Do I look like Mother Teresa?” -Heather Chandler.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Jason Dean atau J.D. muncul pada hari-hari Veronica dan mampu mewujudkan deepest darkest desire Veronica dalam memusnahkan Heather Chandler dan adikara nya dan membuat kematian Heather Chandler seolah-olah merupakan pelopor dari fenomena teenage suicide. Namun, ntah mengapa setelah kematian Heather Chandler, Veronica semakin merasa buruk. Tetapi seolah terlena Veronica semakin gencar melangsungkan aksi Bonnie and Clyde-nya Bersama J.D. dan membunuh kedua lelaki paling populer sekaligus brengsek di sekolah dan lagi-lagi membuat alibi palsu bahwa keduanya merupakan homoseksual yang lelah menyembunyikan kebenaran dan bunuh diri bersama-sama. 
Semua ini Veronica lakukan dalam pengaruh J.D. yang sekali lagi merupakan senggolan pada ironisnya kehidupan remaja, dimana kadang tanpa sadar remaja saling memanipulasi dan termanipulasi untuk melakukan hal-hal yang sangat beresiko. Hubungan J.D. dan Veronica juga merupakan gambaran jelas mengenai fenomena toxic relationsip yang bukan hanya sering terjadi pada remaja tetapi juga pada orang dewasa.
“I can’t believe you did it. I was teasing. I loved you. Of course, I was coming up here to kill you.” -Jason Dean.
Tumblr media
Belum cukup disitu, kemunculan karakter Martha Dunnstock yang sepertinya hanya angin lalu sebenarnya mempunyai makna dan maksud yang sangat penting dalam film ini. Merupakan sebuah puncak ironi, bahwa seorang remaja wanita yang memiliki berat badan berlebih dan tidak memiliki 3 hal krusial remaja yaitu fisik yang di dambakan mayoritas, popularitas, dan talenta yang mungkin tidak bisa Ia tunjukkan karena ketidakadilan sosial yang Ia terima, seorang remaja wanita yang setiap harinya mendapat perundungan dan hidupnya hanya dijadika lelucon bagi orang-orang disekitarnya, mencoba mengakhiri hidupnya dan gagal. Hal ini sebenarnya merupakan sebuah alarm bagi manusia untuk sudah sepatutnya memanusiakan manusia. Tetapi mirisnya, remaja-remaja yang sudah dibutakan akan popularitas dan kesenangan ini hanya menganggap bahwa yang Martha lakukan adalah sebuah batu loncatan untuk menjadi populer, mengikuti jejak dari ketiga remaja populer lainnya yang ‘bunuh diri’. 
Heather McNamara yang notabenenya merupakan anggota dari ‘Most Popular Female Clique in High School’ juga memiliki intensi untuk mengakiri hidupnya, seolah segala masalah hidup yang telah Ia coba kubur selama ini, kembali ter-trigger dari kematian dari Heather Chandler.
Sadar atas perbuatannya pada rentetan tragedi yang bak domino effect, Veronica mulai menjauhkan diri dari J.D., menyatukan dirinya dan berubah menjadi pribadi yang kuat dan mampu mengambil keputusan. Disini, character development pada Veronica terlihat jelas. Namun J.D. tidak senang akan hal itu dan J.D. tidak akan semudah itu melepas ‘barang kesayangannya’. Inilah titik permulaan dari fase lovers to enemies J.D. dan Veronica. Setelah melalui rangkaian pergelutan, Veronica berfikir dirinya sudah menyelamatkan satu sekolah dari rencana busuk J.D, namun Veronica keliru. J.D adalah J.D si manusia cerdik dengan segudang rencana cadangan. Akhirnya, J.D, si psikopat malang yang haus akan kasih sayang meledakkan diri tepat di depan Veronica, di depan Gedung sekolahan Westerburg High School, tempat semua tragedi ini terjadi. Kematian J.D. menjadi akhir dari kisah ini, sebuah kisah dari sudut pandang seorang remaja yang masih mencari jati dirinya yaitu, Veronica Sawyer.
Veronica: “You know what I want, babe?” J.D.: “What?” Veronica: “Cool guys like you out of my life.”
Tumblr media
Sebelum chaos menyergap kehidupan siwa-siswi Westerburg High School, sebenarnya film ini sudah cukup menunjukan ke-kompleks-an kehidupan remaja dari penggambaran penyakit mental depresi pada beberapa karakter serta bulimia pada karakter Heather Duke, kemudian sebuah visualisasi nyata atas fakta yang sebenar-benarnya terjadi mengenai gun violence remaja Amerika yang masih menjadi topik mengundang duka sampai detik ini. 
Kejanggalan yang unik seperti mengapa tiga nama depan anggota gang Heathers adalah Heather merupakan cerminan bahwa remaja adalah sekumpulan orang-orang yang rumit yang saling meyakinkan satu sama lain bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah perilaku yang sangat keren seolah mereka telah berhasil menyelamatkan satwa yang hampir punah atau memberhentikan pemanasan global. Padahal yang mereka lakukan hanya sebatas menggunakan nama dan pakaian yang sama, mengatur pola pikir dan perilaku yang setipe, dan membangun kepercayaan masyarakat akan hirarki sosial yang telah mereka bangun. Kejanggalan lainnya adalah pada film ini, fenomena bunuh diri bukan sesuatu fenomena yang spesial, tetapi dianggap angin lalu saja karena intensitasnya yang cukup tinggi. Hal ini menjadikan Heathers cerminan besar yang memprediksi kehidupan remaja yang tak lekang oleh waktu.
Terakhir, salah satu kutipan paling relevan dari Heathers,
“Whether to kill yourself or not is one of the most important decisions a teenager can make.” 
3 notes · View notes