Tumgik
bukutasia · 4 years
Text
Bulan
Sudah lama, bulan dan bumi
berdampingan bersama-sama
kau yang bersinar semata-mata karena keberadaanmu
Aku bertanya-tanya apakah aku dapat tetap di sisimu
 Kau adalah bumiku
Bagimu aku hanyalah bulan
Sebuah bintang kecil yang menerangi hatimu
Kau adalah bumiku
Hanya dirimulah yang kulihat
Hal yang dapat kulakukan hanyalah memandangimu
 Meski mereka bilang aku indah
namun seluruh lautanku kelam
Bintang yang bermekar bunga dan berlangit biru
Hanyalah dirimu keindahan yang sesungguhnya
 Tiba-tiba aku berpikir mungkin dirimu juga melihat diriku
Bila bahkan lukaku yang menyakitkan dapat kau temukan
Aku kan berputar mengelilingimu
Aku akan tinggal di sisimu
Aku akan menjadi cahayamu
Semua untukmu
 Aku bahkan tak memiliki nama
Sebelum bertemu denganmu
Kau berikan aku cintamu
Dan menjadi alasanku sekarang
 Kau adalah bumiku
Bagimu aku hanyalah bulan
Sebuah bintang kecil yang menerangi hatimu
Kau adalah bumiku
Hanya dirimulah yang kulihat
Hal yang dapat kulakukan hanyalah memandangimu
 Di malam berbulan sabit
Bahkan bila kututup mataku, kau menghampiriku,
layaknya biru ombak bergulung
Di malam berbulan penuh,
Bolehkah kubuka mataku dan
menyimpanmu dalamnya
 Tiba-tiba aku berpikir mungkin dirimu juga melihat diriku
Bila bahkan lukaku yang menyakitkan dapat kau temukan
Aku kan berputar mengelilingimu
Aku akan tinggal di sisimu
Aku akan menjadi cahayamu
Semua untukmu
 Bahkan di hari yang cerah
juga di malam yang gelap
Kaulah yang berada di sisiku
bahkan saat aku sedih
juga saat aku kesakitan
Kaulah yang menyinariku
 Dibanding berkata-kata
Dibanding berterimakasih
Aku akan tinggal di sisimu
Dalam kelam malammu
Hingga ia menjadi jauh lebih terang
Aku akan selalu di sisimu
 Tiba-tiba aku berpikir mungkin dirimu juga melihat diriku
Bila bahkan lukaku yang menyakitkan  dapat kau temukan
Aku kan berputar mengelilingimu
Aku akan tinggal di sisimu
Aku akan menjadi cahayamu
Semua untukmu
--Moon, Jin--
https://open.spotify.com/track/1xfXXujIlLZAx5wpu46Nyk?si=jd23BefCS82-wBcYqsZTyQ
0 notes
bukutasia · 4 years
Text
Catatan Refleksi: Kucing, Robot, dan Aku
Hai, aku Tasia. Sepanjang 18 tahun, aku hidup sebagai manusia. Tentu saja, hal itu sangat jelas. Namun, aku terkadang berpikir menjadi manusia itu melelahkan. Terutama karena kamu sebagai manusia memiliki akal dan perasaan. Jika kamu jadi robot, kamu hanya punya pikiran dan kamu tak perlu mengurusi perasaanmu. Kamu hanya perlu bekerja, dan seberat apapun kamu tak akan menangis, paling-paling bahan bakarmu abis dan mesinmu aus. Jika kamu jadi kucing, kamu tidak perlu berpikir untuk hidup, kamu hanya perlu mengikuti instingmu. Bila lapar, mengeonglah pada salah satu manusia di dekatmu, salah satu dari mereka akan mengelus rambutmu dan memberimu makan. Tapi hal ini sangat berbeda bila kamu adalah seorang manusia. Kamu tak bisa bekerja sekeras robot, dan kamu tak bisa mengeong untuk memohon makan seperti kucing. Hal ini menjadi lebih rumit lagi ketika kamu berhadapan dengan manusia lain. Manusia dan manusia seringkali haus akan kesempurnaan karena mereka sendiri tercipta paling sempurna bila dibanding robot dan kucing. Manusia selalu dihadapkan pada tuntutan akal dan perasaan yang banyak kehendak. Sungguh melelahkan. Terkadang aku berpikir hidup sebagai robot atau sebagai kucing lebih menyenangkan. Atau hidup sebagai batu. Atau tidak sebagai apa apa. Tapi berpikir seperti itu juga tidak terlalu berguna juga. Aku menyadari aku hanya akan berpikir larut seperti ini bila sedang lelah. Seringkali terngiang hingga berhari-hari. Namun sebagai manusia, hal-hal yang menyenangkan pasti juga banyak terjadi. Karena aku toh tidak hidup dalam cerita jenaka Melayu yang tokohnya terus menerus menderita kemalangan. Hal-hal menyenangkan seperti itu sangat baik untuk dikenang. Ketika mengingat-ingat kucing manis yang sedang tertidur di luar pintu kamarku atau ponsel pintar yang sedang dicas di meja belajarku, aku menyadari aku bersyukur melihat mereka dari sudut pandang sebagai manusia. Mari tarik napas, istirahat, dan mengisi daya. Suasana hujan di luar menciptakan suasana dingin yang cocok untuk tidur. Terima kasih telah membaca.Setelah ini aku akan memasak mi instan yang sangat pedas dan menyeduh teh hangat.
0 notes
bukutasia · 5 years
Text
untuk masa mudaku
pada titik tertentu, pernah aku merasa ingin lenyap dari dunia ini
dunia yang sungguh kelam, yang kutangisi tiap malam
bukankah akan lebih baik bila aku lenyap?
aku sangat takut pada setiap mata yang menatapku
di hari-hari yang indah itu, aku terluka
aku benci pada diriku sendiri karena tak bisa menerima cinta
Ibuku, ayahku, hanya mengamati saja
entah apa yang sebenarnya kurasa, namun aku menjauh
aku harus bagaimana
istilah “waktu yang akan mengobati” tepat dalam diriku
seiring berjalannya waktu, aku semakin membaik
namun terkadang, saat sedang bahagia, aku takut terluka lagi
aku takut seseorang akan merampas kebahagiaanku
kenangan indah yang membahagiakan itu menyakitkan
aku terluka dan terluka, namun rasa sakit itu tak kunjung pergi
teman-temanku, orang-orang ini, hanya menjadi penonton
entah apa yang sebenarnya kurasa, namun aku menjauh
tapi mungkin aku masih dapat menjadi cahaya bagi dunia
mungkin setelah semua rasa sakit ini, aku akhirnya dapat bersinar
jadi, aku tak bisa menyerah sekarang
aku  tidak bisa tidur nyenyak bahkan bila hanya untuk satu malam
karena mungkin bila aku terus berusaha untuk terjaga seperti ini
akan kutemukan diriku
harus sesakit apakah?
harus seberapa tinggikah aku berharap?
~Bol4 - to my youth~
1 note · View note