Text
Bido
Pada suatu waktu aku mencari rumput, aku bertemu seekor burung Bido di daerah yang bernama Gemblok. Daerah ini terbilang masih rimbun karena banyak rumput dan pepohonan, cocok untuk aku dan burung Bido.
Gemblok menjadi ruang interaksi antara aku dan burung Bido, dimana burung Bido berputar-putar diatasku yang bisa saja dia sedang mencari makan, mencari tempat untuk sarang kelak, mencari anaknya yang sedang main, atau mungkin pasangan? Sedang aku mengamati dan mengambil potretnya dari bawah yang terbangnya spiral itu sembari menjauh-dekatkan tubuhnya dari tempatku berdiri. Interaksinya searah memang.
Hingga akhirnya burung Bido terbang semakin jauh dan akupun pulang ke rumah membawa rumput yang telah kukumpulkan.
Peran Gemblok sebagai ruang interaksi sangat penting, karena burung Bido tak akan bisa berputar spiral di langit-langit rumahku, pun aku tak bisa melihat secara tembus pandang burung Bido dari dalam rumah.
Akankah ada tempat lain semacam Gemblok? Apakah aku bisa melihat burung Bido berputar lagi?
Tapi ini bukan tentang Gemblok dan burung Bido.
0 notes
Text
Tiga Belas
Waiit, sebelum kesitu, kaan kaaan kejadian-kejadian yang kemarin belum jadi ditulis, pemalas ! -_-, tapi kalau nulis yang kemarin dulu jadi ditulis 🤔, yawislah tulis yang sekarang aja, tiga belas !.
Hari ini umurku menjadi 26 tahun wakakak, dan berarti tepat 10 bulan teberlalu semenjak saya memutuskan untuk meninggalkan Yogyakarta. Dimana menandakan bahwa akumulasi waktuku diJogja telah berhenti di suatu angka tiga belas (eh ini jadi huruf wkwk)
Tiga belas adalah angka sial bagi sebagian orang, tetapi tidak buatku. Karena apa? Tiga belas menjadi titik imbang dalam hidupku dimana separuh hidupku berada di Yogyakarta dan separuh hidupku berada di Banjarnegara. Lha kan nanti bisa 14 14 atau 15 15 (kok kaya shopee ya) ? Belum tentu siapa tang tau umur dimasa depan kan. Tapi sekarang pas nih tigabelas- tiga belas. Lantas kenapa? Ya nggak kenapa-kenapa haha 😂
Tidak tidak, itu sangat istimewa. Pada titik imbang ini aku harus semakin berfikir lebih keras, berjuang lebih keras, dan bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Layaknya melangkah lebih lanjut ke level selanjutya setelah melewati "check point" dalam sebuah game.
Bisakah mengaplikasikan hasil "farming" setelah tiga belas tahun? Minimal itu yang menjadi pertanyaan pada langkah ini. Udah itu doang? Apa istimewanya selain simbang di tiga belas?
Nah ini, ada lagi, aku dilahirkan dari perempuan berdarah R yang berpasangan dengan laki-laki berdarah AB. Jelas? Tentu tidak 😂
Jadi bisa dibilang saya halfblood (kalau boleh pakai istilah ini lho) Jogja dan Banjar, dan pada detik ini tiga belasku Jogja dan tigabelasku Banjar.
Jujur, sebenarnya agak kecewa karena pada hari ini seharusnya aku menghargai moment ini dengan membuat sesuatu yang lebih berharga, tapi ntah kenapa malas ini terlalu berlebih, jadi ya minimal tulisan ini menjadi mark nya hehe.
Yah walaupun hanya tulisan ini, yang tulisannya tidak tersusun dengan baik, aku tetap bersyukur, dan bahagia.
Alhamdulillah ya Allah tiga belas, tiga belas 🤘🏿
1 note
·
View note
Text
Sepertinya saya harus menulis lagi wkwkwk, kenapa harus? ya karena perintah pertama Iqra! lah wkwkwkwk
Banyak hal yang belum tertulis sih sebenernya suka duka mulai dari setengah tahun yang lalu (kayaknya)
Yosssh ! tapi keknya nggak urut dan butuh persiapan energi lebih buat ngingat-ngingat kejadian kemarin dan menuangkannya wkwkwk
Semoga tertulis 🙏🏻
1 note
·
View note
Text
1/40 Milenium
Malam yang cukup syahdu, tidak dingin dan tidak pula menggerahkan badan. Didepanku sekarang masih ada seperempat teh hangat yang berada didalam gelas, rokok amin yang murah, dan bungkus nasi kucing beserta sate usus Cak Sur yang terkenal itu. Iya, berarti aku berada didekat Mu'allimin sekarang. Tempat dulu aku "ngangsu kaweruh".
Sejauh ingatanku aku di Mu'allimin selama 6 tahun dan berlangsung sejak aku berumur 11- 17 tahun. Itu tidaklah sebentar, banyak kisah yang terjadi disana. Sayangnya semenjak aku terbang dari Mu'allimin aku belum berani menginjakkan kaki didalamnya lagi. Aku merasa sangat jauh dari kata Alumni yang diharapkan.
Berhentiku di angkringan Cak Sur ini, kulakukan setelah mendatangi acara sinau bareng melalui buku Cak Nun "M" Frustrasi yang menghadirkan Cak Nun dan teman-temannya yang berbroses bareng dan menjadi saksi Cak Nun beliau di tahun 1970an di Jogja. Dan entah kenapa aku ingin menulis sebentar. Dan tibalah aku disini.
Awalnya aku ingin menulis kilas balik hidupku yang kurang jelas, namun niat itu kuurungkan. Karena menurutku aku harus berhenti lebih lama lagi dan mencoba menguras energi lebih banyak lagi untuk menorehkannya. Jadi ntah jadi apa tulisan ini ya seperti ini haha.
Atau mungkin aku belum benar-benar siap untuk menulisnya, baik dari segi jalan cerita maupun penulisannya, mengingat kemampuan tulisanku masih dalam tahap "belajar".
Sampai pada kalimat ini jam menunjukan 23:56. Yang menandakan 4 menit lagi sudah berganti tanggal kelahiran Bob Marley, 6 Februari.
Pada umurku sekarang, aku merasa belum benar-benar dewasa. Dewasa yang kumaksud ini adalah caraku mengatasi masalah. Sangaat jauh, aku masih harus belajar lebih keras lagi dalam hal ini. Hal ini kusandarkan pada kata-kata yang muncul dari teman-temanku dimana umur 25 adalah titik balik dan penentu seseorang dimasa mendatang. Jujur, aku takut ketika mendengar kalimat tersebut, pertanyaan dalam benakku seperti ini "seperti apa titik balikku? akan menjadi apa? bisakkah?" dan iya aku meremehkan kemampuan diriku lagi.
Pada kalimat ini sekarang, aku memberikan jeda pada diriku untuk menulis. Dan aku gagal menyelesaikan tulisan ini sebelum berganti hari. Sekarang menunjukan 00.05 WIB. Tapi tidak apa-apa, ya nggak papa. Aku memang sering gagal dan aku harus belajar menerima. Skill menerimaku belum terlalu baik.
Aku ingin menyudahi tulisanku diparagraf ini. Saat aku lihat tulisanku diparagraf-paragraf atas, aku melihatnya penuh dengan isi semangat yang kurang. Dan tiba-tiba saja seperti ada yang membisikan kepadaku "bersyukur cil". Aku sepakat, aku harus bersyukur.
Alhamdulillah 'Ala Kulli Hal, aku masih bernafas di hari ini, aku masih memiliki keluarga, teman, dan guru disekitarku, serta aku masih dikaruniai ide. Trimakasih ya Allah.
Aku berharap semoga dikeadaanku sekarang yang dimana dikatakan sebagai "titik balik", semakin banyak hal positif yang kulakukan dan meninggalkan hal negatif di belakang sana, serta semoga aku bisa bermanfaat bagi orang-orang disekitar dan jauh dari sombong. Amin.
0 notes
Text
Aku sedang berada di persimpangan, simpang tiga tepatnya.
Dari ketiga jalan ini aku sama sekali belum tau hasilnya, hanya terkaan saja. Akan tetapi terkaanku ini memiliki dasar. Yakni dengan bekal apa yang ku punya sekarang. Jadi, semakin membesar khayalanku akan terkaan nasibku dimasa mendatang, semakinku bingung dengan "yang ini apa ini ya? eh apa yang itu? apa yang ini aja?" yang disebabkan sebenarnya bekal yang kubawa ini belum benar-benar matang (memangnya tolak ukur bekal matang itu apa?).
Jalan pertama, aku pulang dengan melanjutkan apa yang telah dibabat kakekku, yap bertani teh. Dan bekalku sekarang benar benar 0. Jangankan fisik untuk bertani, badanku sekarang kurus dan kurang berolahraga. Meskipun kakakku bernah berkata "badan tuh bakal kebentuk sendiri, aku juga dulunya kurus".
Belum lagi ilmu dalam bertani yang sangat minim. Hal-hal terbaru yang ku pelajari saja sangat jauh tentang bercocok tanam. Tetapi teh yang sudah ada sudah menjadi mandat agar tidak menjadi lahan tumbuhan lain apalagi dijual.
Lalu . . .
Jalan kedua, aku akan tetap di tanah "orang" ini, Jogja, meskipun bisa dibilang ini adalah tanahku juga, karena sejatinya setangah dari darahku adalah bagian dari tanah ini. Di jalan ini aku dibingungkan dengan bekal "skill kreatif" yang belum mumpuni dan keyakinan yang masih kurang untuk bersaing di kota ini (dalam hal kreatifitas) untuk bertahan hidup. Bayangkan saja kota ini bertitle "kota budaya". Jujur saja aku belum menguasai "skill kreatif" ini, aku baru tahap belajar !
Kemudian . . .
Jalan Ketiga, berisikan kombinasi jalan kesatu dan jalan kedua. Yah, jalan ini lebih besar, lebih rumit dan lebih tidak bisa di terka. Di jalan ini aku menggabungkan bekal bertani yang masih 0 dan "skill kreatif" yang seadanya. Dimana aku harus kembali ke tanah lahirku untuk bertani sebagai rutinitas (dari pagi sampai sore) dan menyelipkan disela-sela longgarnya waktuku untuk "skill kreatif". Pada jalan ini aku belum sepenuhnya percaya akankah semuanya lancar seimbang? atau salah satu dari keduanya mengambil porsi lebih banyak sehingga tetap akan ada yang dikalahkan.
Dan. . .
Diriku sekarang masih berdiri didepan ketiga jalan itu. Aku menatapnya sembari menggendong bekalku.
Saat aku berdiri ini, banyak teman-teman lamaku yang mencurahkan energinya untuk mengarahkan jalan mana yang sebaiknya aku ambil, untuk memilih salah salah satunya. Bahkan, ada yang mencoba membuatkan jalan keempat.
Semakin bingung pada saat berdiriku ini, aku juga ditemukan dengan orang-orang baru, baik yang nampak visualnya maupun tidak, yang bagiku juga menambah pertimbangan untuk memilih jalan yang mana yang kan ku tempuh.
Hah, sudah lah, ku turunkan badanku, ku taruh sebentar bekalku.
Kini aku bersila memandang jalan-jalan itu.
0 notes
Text
Hujan adalah apa?
Hujan adalah cipratan mulut awan
Hujan adalah kencing awan
Hujan adalah mandinya awan
Hujan adalah awan menyiram pot bunga
Hujan adalah awan yang menangis
0 notes
Text
Apakah membenci menjadi solusi?
Ketika berteman menambah luka ini
Apakah aku harus mencari?
Saat fokusku kini campur delusi
Apakah aku bisa berlari?
Dalam rusaknya fungsi hati
Apakah yang diinginkan nurani?
Selama halusinasiku menjadi-jadi
Tai
0 notes
Text
"Jadilah dirimu sendiri", sering terdengar kan?
cuman yang menjadi tanya adalah kata "Jadi" ini tolak ukurnya apa? atau sampai umur berapa bisa dikatakan itu adalah kamu yang sebenarnya?
Kalimat lanjutannya biasanya seperti ini, "jangan meniru orang lain", nah apakah yang dilakukan kita ini benar-benar ori? bukan tiruan atau modifikasi dari orang lain? katanya harus perbanyak referensi?
Jadi, jadilah dirimu sendiri itu apa?
0 notes
Text
Temanku mempertegas dalam opininya tentang cara pandangku, dan cara berfikiriku.
Cara berfikirku yang mana? cara berfikirku dalam hal negatif yang sebenarnya pola berfikirnya itu bisa diambil dan diletakan di hal yang positif.
Jadi, harapanku aku bisa mengambil pola berfikir dengan tiki-takanya dalam hal negatif, kemudian dipindahkan ke hal yang positif. Amin 🤘🏿
0 notes
Text
Hari ini aku menghitam lagi, bukan sok menggelap atau keren-keranan dalam hal dosa. Tapi, emang ada mabuk didunia ini yang dinilai putih? mabuk yang dinilai benar? setauku mabuk didunia tetaplah bernilai salah bahkan untuk dijadikan dorongan dalam pembuatan karya saja tetap dianggap "lemah" karena dibutuhkan faktor pembantu.
Mungkin aku bakal menyesal ketika tahu tulisanku pada saat ini besok. Tapi, yang ingin kulakukan saat ini hanyalah menulis, ketika ingin otakku menggambar tapi tanganku merasa enggan.
Aku bingung ngapain aku mabuk? perasaan tadi baik-baik saja? bahkan aku menyanyi riang dengan teman-temanku. Dan entah kenapa diriku Yang Lain berkata "Sudahlah syad, kamu itu sedang tidak baik-baik saja!"
Aku memaki " Kan aku baik-baik saja ! Urusan hatiku sudah kuselesaikan baik-baik!"
Aku Yang Lain menjawab " Iya, aku tau, urusanmu sudah diselesaikan baik-baik, tapi tetap ada efek salit yang kaurasakan, minimal rindu !"
Aku menjawab setelah diamku yang lumayan lama "Iya, aku sakit, aku rindu, tapi aku harus bagaimana? mencoba menghubunginya lagi? mencari yang lain? Aku takut, dan aku cuma bisa berdiam, sudahlah biarkan aku sendiri dan tak usah kau tanyakan lagi !"
Aku Yang Lain menjawab " Yasudahlah, aku tidak menyuruhmu menghubunginya lagi, akupun tak menyuruhmu untuk segera mencari yang lain, aku cuma ingin bilang. Jika kau sedang merasakan sakit, jika kau sedang merasakan rindu dalam kesendirianmu, rasakanlah!, resapilah !, kau kan temukan jalan lagi setelah itu, kau kan bahagia lagi!, percayalah padaku ! aku bagian dari dirimu !. Mulailah dari hal kecil dari kegiatan yang biasa kau lakukan, ngobrol, menggambar, bernyanyi, yakinlah kau akan sembuh syad !"
Aku hanya terdiam mendengar nasehat dari Aku Yang Lain, sepertinya dia benar. Saking benarnya nasehatnya aku sampai berfikir kenapa tidak dia saja yang menjadi aku dan aku menempati posisinya menjadi Aku Yang Lain?
Sudahlah, hakikatnya aku dan Aku Yang Lain adalah Aku, aku yang mabukpun sekarang adalah Aku Yang Lain juga. Tapi, trimakasih Aku Yang Lain atas nasehatnya, ku kira Kita cuma sedang lelah dan butuh istirahat 🌹
1 note
·
View note
Text
Lubang hitam yang akhir-akhir ini ku ketahui membuat pusing kepalaku. Lubang ini tidak dibadanku meskipun aku juga punya lubang yang banyak, lubang ini lebih hitam dan ada dibadan yang lain.
Bukan bermaksud menghukumi lubang dibadan yang lain ini lebih hitam dariku, tapi dia sendiri yang bilang padaku. Dia berkata "aku lebih hitam darimu, apa yang kaulakukan tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang kulakukan".
Aku tak langsung percaya. Ku selidiki lebih lanjut dengan caraku dan yaa .. lubangnya lebih hitam dariku. Sebenarnya adanya lubang hitam di badan sangatlah wajar, tetapi kali ini berbeda. Bedanya kali ini penambahan lubang begitu cepat bahkan melebihi kecepatan cahaya dan itu tidak seharusnya terjadi dalam kurun waktu 2 bulan. Hal ini yang menyebabkan lubang ini tampak lebih hitam.
Meski lubang hitam pekat itu bukan pada tubuhku, aku tetap merasa pusing.
0 notes
Text
"Ode to Sleep" yap begitulah nama lagu yang sedang saya dengarkan saat menulis ini. Karena bahasa Inggris saya belum masak jadi saya hanya bisa menangkap sebisanya (pemalas) saat mendengar lagu ini.
Serasa ada 3 lagu dalam lagu ini,
Pertama, kelam dengan nada minor dan rap Tylor Joseph yang khas,
Kedua, atmosphere berubah menjadi ceria sebelum reff,
Ketiga, ceria dengan lirik yang sedih (kayaknya soalnya nggak begitu tahu artinya)
Setelah putus asa dengan listening yang pas-pasan, akhirnya saya mencoba melihat lirik dan yap tetap tidak paham seutuhnya (sekali lagi pemalas). Tapi, satu hal tangkapan saya pada lagu ini adalah "tepat" pada keadaan saya saat ini tentang "aku" "kamu" dan "mereka", ketidaktahuan "aku" akan kemana atau menjadi apa yang ditanyakan "mereka" disaat "kamu" pun tak punya rencana.
"I'll stay awake 'cause the dark's not taking prisoners tonight" - Twenty One Pilots
0 notes
Text
Sebenarnya hari-hari kemarin istimewa, tapi ntah kenapa aku tidak berani menulis kebahagianku kemarin. Aku belum benar-benar memastikan kebahagianku kemarin adalah bahagia. Padahal kalau ditelisik lebih jauh, hal-hal yang terjadi kemarin adalah apa-apa yang aku inginkan sedari dulu. yah kayaknya lebih tepatnya belum berani menulisnya.
0 notes
Text
Trimakasih Muqimuq telah mengabadikan moment ini 🌹
Dulu ketika aku bercerita kepada seseorang tentang kucing yang masuk ke kamarku seakan-akan menengok dan berkunjung ketika aku sedang bersedih, Dia balas dengan berkata "oh iyo sih, ketok e reti perasaan e menungso ra sih?". Waktu itu itu aku mengiyakannya " hmm iyo sih ketok e".
Dan ternyata benar. Penelitian yang dilakukan Moriah Galvan dan Jennifer Vonk dari Universitas Oakland di Kota Rochester, Negara Bagian Michigan, Amerika Serikat menyimpulkan "Kalaupun kucing tidak benar-benar memahami perasaan manusia, kucing bisa mengisyaratkan bahwa mengetahui bahasa emosi manusia"
Dan pada hari itu ketika "tak karuan" sedang melanda, aku melihat Ojan yang sedang melamun di tumpukan kursi. Kemudian aku membisikan petikan lagu dari Dere tepat disebelah telinganya "Udara mana kini yang kau hirup?". Kemudian dengan sedikit tertawa aku bergerak 2 meter dari Ojan untuk sekedar berjongkok.
Tawaku terhenti ketika Ojan ikut duduk didepanku seperti foto itu, aku merasa diperhatikan Ojan. Seakan-akan Ojan tau apa yang sedang melanda hati dan pikiranku dan seperti menaruh rasa iba. Alih-alih merasa terhina oleh Ojan yang berprilaku seperti itu, aku malah respect ke Ojan dengan sikapnya.
Trimakasih Ojan, maaf mengganggu lamunanmu 🐈
1 note
·
View note
Text
Meski ada bagian dari jiwaku yang pergi
Masih ada hal yang harus aku syukuri, Imajiku belum berhenti, tanganku masih mewarnai, suaraku masih berbunyi, keluarga yang menyayangi, teman yang tak meludahi, dan berambut gimbal walau satu si.
1 note
·
View note
Text
Atur ulang lagi niatmu
Susun lagi cita-citamu
Perbaiki kesalahanmu
Gas kencang sebisamu
1 note
·
View note