| muslim | indonesian | traveller | sahabat | melankolis | unpredictable|
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
*Hari ini, 26 November 2024,*
Ada hamba Allah yang bertambah angka di usia dalam kehidupannya tetapi semakin berkurang dijatah hidupnya.
Dengan berkurangnya jatah hidup berarti semakin dekat jarak perjumpaan dengan pemilik kehidupan itu sendiri.
Apa yang telah dipersiapkan kalau tiba-tiba jarak kehidupan itu berhenti dan sampai pada simpulnya.
Tak ada yang bisa dibanggakan kecuali senantiasa terikat dengan pemilik kehidupan itu sendiri.
Berada di jalanNya, berpihak kepadaNya, dan beramal sesuai program kehendak dan aturanNya, serta untuk keharuman dan kemuliaan namaNya semata.
Tak ada alternatif lain dan tak ada tawar menawar.
Hari ini *tiga puluh dua tahun yang lalu,* ada seorang Akhawat Pemburu Cinta dan RidloNya, bersimbah darah dan air mata akibat melahirkan bayi suci yang dinantikan, setelah setahun penantian sebelumnya pernah kehilangan harapan itu.
Bukan hanya air mata menahan sakit dan pilu merasakan perjuangan melahirkan, akan tetapi air mata kebahagiaan karena ternyata Allah tetap mengabulkan harapannya kembali pada hari ini.
Allah kabulkan untuk mendapatkan mawali pengganti dalam perjuangan berburu Syahid dan SurgaNya.
Air mata bahagia yang membuncah karena melihat dan menyaksikan kehadiran bayi suci, mungil nan lucu hingga hilanglah seluruh rasa lelah serta sakit yang didera bagaikan patahnya seluruh tulang rusuk secara bersamaan.
Hari ini, setelah tiga puluh dua tahun terlewati bayi suci ini tumbuh berkembang menjadi sosok manusia dewasa, usia rata-rata penghuni surga kelak.
Usia yang tak muda lagi untuk bisa *tampil* menjadi mataharinya ummat, penuntun kegelapan arah hidup, pengarah orientasi kehidupan yang benar dan lurus.
Bukan hanya untuk keluarga inti dan keluarga besarnya saja, tetapi untuk seluruh ummat manusia agar mereka tidak limbung dalam kegelapan zaman, dan kebodohan petunjukNya untuk kemudian diarahkan menuju cahaya ilahi yang menerangi.
Kini, di hari ini, harapan itu mulai terlihat memunculkan tunas baru, membuat akar kokoh pohon kehidupan di bawah bayang kalimat thoyyibah. Akarnya kuat menghunjam ke bumi, dahan dan rantingnya menjulang tinggi menembus langit asa keabadian hingga menghasilkan buah segar dan ranum untuk menyenangkan hati penanam-penanamnya.
Selamat Berjuang, untuk hari-hari ke depan dalam menghadapi onak dan duri kehidupan, melewati masa sulit ujian keimanan dan keislaman.
Tetaplah berpegang teguh atas PetunjukNya, dengan seluas-luasnya tawakal 'alallah. Tempa diri dengan keteguhan dan keistiqomahan Para PejuangNya, demi mendapatkan keistimewaan izzah Para Syuhada, kehebatan Pemuda militan Al Kahfi, serta Gagah Perkasanya Tentara Pembebas Palestina dan Konstantinopel.
Berjuanglah dengan Riyadhoh dan Mujahadah. Kokohkan diri dengan tempaan
"Setinggi-tinggi Ilmu, Semurni-murni Tauhid, dan Sepintar-pintar Siasat”.
Selamat Berjuang hingga yang melahirkanmu akan merasa senang dan bahagia.
0 notes
Text
Bahkan pada takdir yang tidak kamu sukai, selalu ada hal yang bisa disyukuri 🍂
211 notes
·
View notes
Text
Tutorial Jatuh Cinta
Jatuh cintalah pada seseorang yang perasaan cintanya lebih besar darimu. Karena ia akan membuatmu menjadi sangat berharga. Bersedia untuk melakukan hal-hal kecil untukmu, menggendong anakmu saat kelelahan, membiarkanmu tetidur dan ia membereskan rumah, membelamu jika ada orang lain yang menyerangmu, menyediakan makanan-makanan kecil saat kamu malas memasak, dan tidak marah-marah saat kamu menghabiskan uang yang digunakan untuk kebutuhan kalian berdua. Jatuh cintalah pada seseorang yang memiliki cara berpikir yang baik, yang luas, yang terbuka. Karena di dalam pikirannya nanti kamu akan tinggal. Karena cara berpikirnya itulah yang akan kamu hadapi selama kalian bersama. Tentu merepotkan tinggal bersama orang yang ternyata cara berpikirnya mudah menerima hoax, tidak bisa mencerna informasi dengan baik, tidak bisa mengambil keputusan dengan bijak, tidak ada keinginan untuk berkembang, tidak punya pendirian yang kuat. Lelah sekali tinggal di pikiran yang seperti itu, bukan? Jatuh cintalah pada seseorang yang mudah diajak berbicara. Kamu tak perlu merasa takut untuk mengutarakan segala isi hatimu, mengutarakan segala penatmu, mengajaknya berdiskusi untuk keluargamu. Tentu tidak enak jika selama bersama, kalian tidak bisa membicarakan hal-hal penting untuk keluargamu. Bahkan, untuk sekedar mengatakan bahwa kamu lelah dan memintanya untuk mengasuh anak sebentar saja, kamu takut. Tak leluasa untuk berbicara. Padahal, memiliki teman bicara seumur hidup yang nyaman itu benar-benar anugrah yang tak ternilai.
Kalau kamu ingin jatuh cinta, tutup sejenak matamu dari hal-hal yang kamu lihat darinya. Rasakan dari hatimu, berpikirkan sejauh mungkin. Seberapa bisa kamu hidup dengan sosok sepertinya. Karena apa yang kamu lihat dari matamu, seperti kecantikan/ketampanan itu akan usang dimakan usia, harta bisa hilang, jabatan bisa lepas. Kalau nanti kamu jatuh cinta, kamu tak lagi takut jatuh ditempat yang menyakitkan karena kamu bisa memilih di tempat seperti apa cintamu jatuh. Hati-hatilah memilihnya. Kalaupun harus menempuh jalan yang panjang dan berliku, tidak apa-apa. Kalau harus menempuh waktu yang lama, tidak apa-apa. Tidak apa-apa.
©kurniawangunadi
3K notes
·
View notes
Photo
Kedewasaan itu adalah fase perjalanan. Ia bukanlah anugerah, bukan pula mukjizat kehidupan. Ia lahir dari kejatuhan dan kebangkitan. Dari luka dan air mata. Dan, hal-hal yang teramati dari kaum bijak. Adalah kita yang mampu merespon dengan kadarnya. Tanpa benci; tanpa amarah. Tanpa cinta yang memutus asa. Hingga ambisi tak lagi mendampingi cita-cita. Tatkala kemegahan hanyalah penghias dari segala usaha. Jika perjalanan menjadikan kita dewasa, jauh-dekatnya tentu tak lagi diperhitungkan. (at Stasiun MRT Cipete Raya) https://www.instagram.com/p/CJYGLTSlCmI/?igshid=1s1h709orp3nd
94 notes
·
View notes
Text
“Mungkin kamu menjalani apa yang kamu inginkan, tetapi jalan menujunya tidak semudah yang kamu bayangkan. Mungkin kamu menjalani apa yang tidak kamu inginkan, tetapi langkah yang kamu ambil penuh kemudahan. Mungkin kamu sedang tidak ingin berjalan, tetapi kamu masih tetap memiliki tujuan. Tidak apa-apa. Semua sah-sah saja.”
— K. Aulia R.
85 notes
·
View notes
Text
Udah bangun?
Masih malam
Boleh kok bangun walau gelap
Hehe
Hehe
0 notes
Note
Bang, tolong keluh kesahnya dong melihat pak Polisi. Yang frontal ya bang! Kami dari Mahasiswa.
SOAL ISILOP DAN MAHASISWA
Begini. Indonesia telah melewati fase reformasi yang jika kita pahami adalah—seharusnya menjadi—tonggak lahir Indonesia yang baru. Literally: baru. Karena reformasi adalah fase perubahan yang seharusnya radikal. Radikal positif; impian intelektual dan aktivis dulu cita-citakan. Salah satu unsur yang direformasi adalah isilop. Kalian bisa mencari tahu soal “reformasi isilop”, tentang apa saja yang fundamental dari mereka. Mudah kita temukan bacaan akademiknya. Baca dan pahami karena itu semua agenda reformasi. Malulah kita sebagai mahasiswa jika tidak tahu hal ini.
Seharusnya, sudah dua dekade berlangsung, tren positif terjadi dengan signifikan. Termasuk soal hak-hak asasi manusia. Nyatanya, kita saat ini dipertontonkan sedemikian bobroknya isilop di negeri ini. Bahkan, dengan mata telanjang kita bisa lihat bagaimana mereka memperlakukan demonstran. Vulgar. Gila. Represif. Yang terbaru, mereka menggunakan gertakan hoaks. Kita belum bicara semena-menanya mereka menangkap orang, salah tangkap atau bahkan sikap-sikap kasar terhadap masyarakat lainnya. Ini 2020, NASA dan Nokia akan membangun jaringan LTE di bulan, sementara kita reformasi isilop tak jelas hasilnya apa. Siapa yang melakukan kroscek? Hampir tidak ada.
Kalian dari mahasiswa, apalagi anak-anak sosial, harusnya juga memantau ini. Ke mana peringatan reformasi? Kemana aksi-aksi bernas mahasiswa? Kemana orasi-orasi yang teks yang menakutkan penguasa? Ke mana ketangguhan jiwa-jiwa muda di depan kezaliman? Kami, masyarakat, justru mendapatkan banci-banci TikTok di barisan demonstran. Kami diperlihatkan perempuan-perempuan genit yang mencari cowok ganteng untuk konten Instagram. Eek kucinglah kalian. Konten sosial media bukan berisi epos-epos tapi berisi romansa memalukan.
Jelas saja kalian meminta bantuan anak-anak STM untuk mewakili kepengecutan kalian. Bukan, ini bukan soal bentrok dengan polisi. Bukan soal anarki. Tapi soal wibawa mahasiswa di alam demokrasi. Demonstran itu bertahan, bukan pulang. Demonstran itu menduduki, bukan lari. Mahasiswa tidak lagi didengar dan aksi-aksi kini hanya ajang kepopuleran.
Lalu apa yang kita dapat dari reformasi? Isilop yang makin bedebah, juga mahasiswa yang makin lemah.
44 notes
·
View notes
Text
Tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 60-61.
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula),” maksudnya, tidak ada balasan bagi seseorang yang telah beribadah kepada sang Pencipta dengan baik dan memberikan manfaat bagi hambaNya yang lain, melainkan dia akan dibalas dengan kebaikan (pula) dengan pahala yang melimpah, kemenangan besar, kenikmatan abadi, dan kehidupan sejahtera. Maka dua surga yang tinggi ini adalah bagi orang-orang didekatkan (kepada Allah).
#Notetomyself
Lillah lillah lillah
0 notes
Text
Life is like riding a bicycle to keep your balance you must keep moving
- A Einstein
2 notes
·
View notes
Text
Masa lalu itu yang datang dan perginya sesuka hati.
Kau tak bisa kembali apalagi merubahnya.
Tapi jangan.
Jangan sampai terpenjara olehnya.
1 note
·
View note
Text
Sebuah Fase
Ada beberapa fase yang akan dilalui dalam tahapan hidup kita. Meski, ada begitu banyak orang yang kita lihat, terjebak atau juga bisa menjebakkan diri pada fase yang sama bertahun-tahun.
Sebagai pemerhati, saya sering melihat diri saya untuk dibandingkan dengan orang lain. Di sini, perbandingkan saya gunakan sebagai salah satu bentuk evaluasi.
Ada orang yang bisa melangkah lebih jauh, saya pelajari apa yang sudah dia lakukan dan apa yang tidak saya lakukan. Ada orang yang masih stuck di fase yang sama, saya pelajari apa yang dia lakukan, dan apa yang saya lakukan.
Ibarat tulisan-tulisan ini pun, tulisannya bertumbuh. Saya bahkan merasa sulit untuk menulis serupa Hujan Matahari, tulisan-tulisan yang saya buat pada fase 2009-2014. Tapi, ada juga orang-orang yang masih bertahan pada tulisan kegaualan yang serupa sejak saat itu hingga sekarang. Dan ada juga orang yang tulisannya melesat lebih jauh hingga sudah berkembang jauh lebih dari saya.
Evaluasi demi evaluasi saya lakukan untuk mencari tahu hikmah yang terkandung. Kadang, saya tidak habis pikir mengapa seseorang rela menghabiskan waktu bertahun-tahun pada fase yang sama? Ada banyak hal dibelakangnya, tergantung bagaimana kita menentukan sudut pandang.
Saya termasuk orang-orang yang gelisah bila saya tidak segera beranjak. Pasti ada yang salah dalam hidup saya, jika saya tidak bertumbuh. Lagi-lagi, semua hal yang saya ukur tadi untuk mengukur sampai mana posisi saya.
Dulu, waktu kita sekolah ada jenjang, ada nilai rapor, dsb. Semuanya terukur. Kita tahu kita sudah naik kelas, kita tahu bagaimana caranya untuk bisa naik kelas.
Lepas sekolah, lepas kuliah. Bagaimana caramu mengukur dirimu sendiri, sudah sampai sejauh mana dalam hidup ini? Jangan-jangan, kamu merasa sudah jauh, padahal tidak kemana-mana. ©kurniawangunadi
656 notes
·
View notes
Text
1 note
·
View note
Text
Memakai hati itu boleh. Tapi ingat, otak juga perlu untuk menyeimbanginya.
0 notes
Text
Kamu adalah rindu yang lain.
Melibatkan wujud dan geografis.
Bahagia adalah buahnya.
Lahir dari tatap riang.
Wajah dengan senyum tipis,
Atau tepukan pelan yang dalam.
Kamu adalah rindu yang lain.
Yang melibatkan wujud, dan geografis.
6 notes
·
View notes
Text
:)
Bagi saya naik motor sambil hujan-hujanan masih sangat menyenangkan dan bagi kamu yang belum pernah ngelakuin itu, kamu harus coba!
Apalagi hujannya deras. Wow. Muka bagai ditotok jarum. Nyeri-nyeri asyik.
1 note
·
View note
Text
Merelakan apa saja. Termasuk waktu dan hal - hal egois demi sesama.
Tingkatan paling tinggi dalam mecintai adalah merelakan
~
5 notes
·
View notes
Text
Kalo anda naik gunung, anda akan mengalami seluruh jenis "Orgasme"
Roky Gerung
0 notes