Text
Manusia yg paling sibuk di akhirat.
Pd hari itu, semua org sibuk mengurusi diri sendiri. Nabi adam dan nabi nuh as, semua para nabi. Semua manusia.. tau disampingnya pasangan kita, ayah kita, ibu kita, semuanya ga peduli. Semua sibuk menyelamatkan dirinya masing2..
Andai sang kekasih diseret sm malaikat pun, ga bakal kita tolong. Yg penting kita selamat, nanti kalo kita udah beres, baru kita tolong yg lain.
Tapi ada satu org, satu sosok yg saat itu sgt sibuk, sibuk mondar mandir. Sibuknya luar biasa, cmn satu org, sibuk bgt..
Siapa satu org itu? Itulah nabi kita, junjungan kita nabi Muhammad ﷺ.
'Siapa kamu?' umat sayyidina Muhammad ﷺ.
'sini2' lalu dikumpulin umatnya jadi satu.
Kemudian Nabi ��� sujud kpd Allah dgn sujud yg sgt lama. Sampai Allah bilang 'bangkitlah dari sujudmu wahai Muhammad'.
Duhai Allah, sy tdk akan bnagkit dari sujud smpai sy mendapatkan apa yg engkau janjikan.
'Mintalah!' kata Allah.
Duhai Allah, izinkan saya memberi minum kpd umat saya, mereka kehausan yaAllah.. kasihan mereka yaAllah, ditengah terik matahari.
Allah berkata : 'Ini telaga al kautsar, berilah umatmu minum'.
Setelah memberi minum, nabi ﷺ sujud lama lagi.
Yaa Robbi..
'Bangun ya Muhammad'!.
YaAllah, selamatkanlah mereka dari sirothil mustaqim.
'baik, tunggulah mereka diujung jembatan itu'.
Maka Nabi ﷺ menunggu. Mereka yg amalnya banyak sampai, dan yg amalnya sedikit tdk sampai (wal 'iyadzu billah).
Lalu beliau pun sujud lama lagi.
'Bangkitlah Muhammad!'
Tolong selamatkan mereka yg punya iman sebini kurma ya Rabb. Kata Rasulullah ﷺ.
Bada mereka yg sdh hancur pun dpeluk sayyidina Rasulullah ﷺ, diangkat menuju surga.
Kemudia beliau sujud kembali.
Selamatkan yg ada d dlm hatinya iman sebesar biji jagung ya Rabb.
Dipeluklah mereka satu persatu ke surga.
Nabi ﷺ kembali bersujud. 'Bangkit Muhammad!' kata Allah.
Ampuni mereka yg punya iman sebesar biji zarrah yaa Maalik. Pinta Nabi ﷺ..
Kembali dipeluk olehnya badan mereka.
Belum selesai, nabi ﷺ kembali bersujud.. lamaaa sekali.
'Apalagi Muhammad?'
Demi kasih sayang-Mu, selamatkanlah mereka, yg tdk punya amal sedikitpun. Tapi pernah mengucap "LAA ILAAHA ILLALLAAH".
Allaah.. pecah airmata sampai disini.
Ketika ayah ibu, saudara, sahabat, teman, suami/istri, kekasih kita meninggalkan kita, Rasulullaah ﷺ sibuk mencari si fulan/ah. Mana si fulan/ah ummatku?
Sekarang.. masih berfikir lagi, mengapa harus bershalawat nabi?
0 notes
Text
Akhlaq & Adab
"Ooo, jadi yang membedakan; kalo akhlak failasuf itu hubungan antara manusia dgn sesama ya.. dan akhlak islamiyah berarti hubungan manusia dgn Allah, jg antara makhluk ciptaan-Nya."
"Nah betul.."
Itu bukan percakapan antara dosen dgn muridnya, melainkan teman antar teman. ')
Rupanya pembahasan akhlak memang sangatlah rinci, detail; bukankah itu juga yg sayyiduna Rasulullaaah ﷺ ajarkan?!
Siapa yang tidak mengenal Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma, _hibr ummah,_ putra dari salah satu paman Nabi ﷺ, Abbas. Abdullah bin Abbas, yg mana ketika lahir langsung ditahnik oleh Nabi ﷺ. Maka air liur pertama yang bercampur dengan air liurnya adalah air liur baginda Nabi ﷺ. Juga beliau, yg didoakan oleh Nabi ﷺ "Allaahumma faqqihhu fiddiin wa 'allimhutta'wiiil". Jadilah berkah doa baginda, usia muda dengan pengetahuan melebihi usianya. Rujukan para sahabat yg lebih berumur darinya dalam memahami tafsiran alquran.
Juga siapa yang tidak mengenal sahabat Zaid bin Tsabit, yang dikatakan oleh Nabi ﷺ _"afrodhonnaasi"_ atau yang paling faham ttg hukum faraidh. Beliau juga yang mendapat izin (rekomendasi) dari Nabi ﷺ untuk belajar bahasa Perancis dan Roma. Akhirnya beliau merampungkan proses belajar dua bahasa itu dalam Masa waktu yg tidak terduga. 2 bulankah? Sebulankah? Tidak, beliau merampungkan belajar 2 bahasa itu ketika dalam perjalanan. Sekitar kurang lebih 16 hari. (Ana belajar bahasa Inggris sama Arab aja bertahun-tahun masih gini) :D
Beliau juga salah satu panitia pengkodifikasian al-qur'an.
Suatu kesempatan keduanya bertemu. Lalu sayyiduna zaid bin tsabit hendak menunggangi kudanya, sergap sayyiduna abdullah bin abbas memegangi dgn tangannya pijakan kaki penunggang kuda. Zaid pun bertanya, "mengapa kau lakukan ini?", "seperti inilah kami dididik bersikap dgn para ulama", jawab ibnu Abbas.
Lalu sayyiduna Zaid meraih tangan sayyiduna Abdullah dan mencium tangannya. Lalu berkata, "dan seperti inilah kami diajarkan bersikap dgn ahlul bait Nabi ﷺ". Sebuah pemandangan yang saaangat indah. Menghargai tiap orang, tanpa ada salah satu yang merasa lebih dan lebih berhak utk dihargai dari yang lain..
Inilah produk2 hasil tarbiyah Nabi ﷺ. Akhlak yang mengesankan, memukau bagi siapapun yang menjumpainya.
Lalu bagaimana dgn kita yg belum berjumpa? Sholawat adalah cara terbaik. Karna salam2 kita sudah lebih dulu berjumpa. Semoga balasan salam dari beliau menjadi tarbiyah tembus segala dimensi.
اللّٰهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وأوصلنا إليه بسر الصلاة والسلام عليه 💞
23 Juni 2021
Setelah ujian, masih di Kairo
1 note
·
View note
Text
Belum Baik
Kalau setiap yg mengajak kepada kebaikan harus terlebih dahulu sadar dirinya sudah baik, maka tdk akan ada org yang mengajak kepada kebaikan.
Kalau tiap saling mengingatkan berujung dgn terputusnya persahabatan, mengapa harus saling mengingatkan?
Dulu salah seorang sahabatku berkata, "ana belum bener po, masih belum pantes buat ngingetin org lain, ngajak org lain, nasehatin org lain". Dan entah dapet dari mana ni kata-kata, ana langsung menjawabnya ,"Kalau setiap org harus merasa pantas dlu buat saling mengingatkan dan saling menasehati, maka ga akan ada org yg saling menasehati. Malahan ya, ana yakin, org2, kiai2 dan guru2 kita yg banyak menasehati kita, rasa tawadhu' nya sangat jauh melebihi kita. Makanya rasa 'belumpantas' nya beliau2 lebih besar dari perasaan 'belumpantas' nya kita. Tapi beliau2 tau, dari siapa amanah saling mengingatkan ini datang"..
Setiap orang punya jenis cobaan yang berbeda. Ada yg hobinya makan, diuji dengan banyaknya warung makan di sekitar rumahnya. Ada yg mudah marah, diuji dgn keadaan-keadaan yg melatih kesabarannya. Ada yg diuji dgn kecintaan pada harta, dia diuji dgn beberapa kali harus kehilangan uangnya. Dan begitulah, beda kesukaan, beda cobaan.
Kitapun diuji dgn apa yg kita akui. Bahkan ada pengakuan tiap hari yang ujiannya pun tiap hari. Apa itu? Pengakuan dalam pembukaan sholat, "inna sholaati wanusukii wa mahyaaya wa mamaati LILLAAHIROBBIL 'AALAMIIN". Benarkah sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah teruntuk Allah? Dan tiap detik, pernyataan ini diuji..
26 Juni 2021
Masih di Kairo
0 notes
Text
Siapa namanya? "Fafa"
Ooo.. Kafa? "Fafa, abah"
Kenapa ga 'kafa'? Klo dibahasa arab, kafa artinya 'cukup'.
Cukup berarti tidak lebih dan tidak kurang. Pas, sesuai porsi. Kalo kelebihan nikmat, nanti ibadahnya terlena. Klo selalu merasa kurg atas nikmat yg Allah beri, nanti jadi hamba yg tdk pandai bersyukur.
Itu percakapan antara mamah dgn abahnya (red.kakek ana), saat ditanya nama panggilan dari "Muhammad Afdal".
Semoga tenang ya abah Didin, terimakasih sdh mendidik perempuan sehebat mamah.. 🤍
Selasa, 29 Juni 2021
Ditulis saat sosok abah Didin pada cerita di atas telah pergi jauh menemui Sang Kekasih
Masih di Kairo
0 notes
Text
Suatu hari, sayyidah Fatimah radhiyallahu 'anha membuat roti gandum. Dan bagian pertama beliau khususkan utk sang ayah. Ketika sayyidah Fathimah ra. mengantarkan roti kepada ayahnya, baginda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, sang ayah sperti biasa, menyambutnya hangat. Mendudukkannya di tempat beliau duduk. Memeluk dgn rindu. Padahal rumah keduanya saling bersebelahan menempel.
.
"Apa ini?", tanya sang ayah. "Ini roti gandum yg aku buat ayah", jawab sang putri yg begitu mencintai dan menghormati sang ayah. Tdk pas rasanya bagi sang putri ini, ketika dia membuat sesuatu utk keluarganya dan sang ayah tdk mendapatkan bagian..
.
Sebagaimana sang ayah pun, ketika dalam suatu jamuan makan, meminta izin kepada sang pemilik rumah utk membungkuskan makanan utk putrinya tsb dan keluarga kecil sang putri.
Setelah menerima roti gandum tersebut sang ayah menjawab, "terimakasih putriku, ini makanan yg pertama kali dimakan oleh ayahmu stlh 3 hari tdk makan". (...)
.
Guru dlm majelis ini menambahkan, "kalau sayyidina Rasulullah ﷺ mau, bisa saja beliau makan makanan dr surga. Bahkan gunung ditawarkan utk dirubah menjadi emas keseluruhannya, tp beliau menolak.
Kenapa? Karena beliau ingin menjadi contoh bagi umatnya dikemudian hari yg hidup dlm keterbatasan. Banyak sunnah yg sdg dijunjung tinggi di masa ini. Tp jg banyak yg tdk terliput. Apa contohnya? Arridhoo bil mawjuud walaa yathlubul mafquud . Ridho dgn apa yg ada, dan tdk menuntut apa yg tdk ada. Ini sunnah yg hampir terlupakan. Ini jg sunnah beliau yg dipraktekkan dlm berbagai aspek kehidupan"..
.
Allaahumma sholli 'alaa sayyidinaa Muhammad 'adada kamaalillaahi wa kamaa yaliiqu bikamaalihi.
1 Juli 2021
Masih di Kairo
1 note
·
View note
Text
Keluarga pilihan Tuhan
.
Suatu ketika, panggilan itu datang, sungguh, ketika menjalani prosesnya banyak hal berterbangan dlm pikiran. Salah satunya, rangkaian ibadah ini. Baru sadar di waktu itu, sesadar2nya, kalau ibadah haji, adalah kejadian2 yg dijalani keluarga Nabi Ibrahim. Lalu bertanya dlm hati. "Apakah gerangan yg menjadikan keluarga ini menjadi pilihan Tuhan? Bahkan hal2 yg dilaluinya menjadi ibadah yg disyariatkan, bukan sekedar ibadah. Tp ibadah haji. Rukun ke 5 smpurnanya iman seorng hamba. Kata sang guru..
Teruus mengiang, teruus mengiang. Apakah gerangan sebab keluarga trsebut mendapat kemuliaan yg terkenang sepanjang zaman. Pasti bukan harta, tahta, fisik dan takaran duniawi lainnya yg menjadi sebab. Krna dlm kitab suciNya Allah sdh menyatakan. Bahwa kemuliaan adalah tentang ketaqwaan. Maka sprti apa ketaqwaan mereka sekeluarga? .
Sang guru menceritakan bbrpa contoh ketawakalan Sayyidina Ibrahim dan keluarganya..
Kisah pertama, saat Nabi ibrahim dimasukkan ke dalam api, yg katanya panasnya sudah terasa sejak radius bbrpa jarak yg ckup jauh.
Malaikat jibril datang kepada Nabi Ibrahim, dan brtanya, "adakah yg engkau inginkan dr ku utk kulakukan duhai Nabi Allah?" Nabi Allah ini, dlm ketawakalan yg mendalam menjawab, "adapun kepadamu, aku tdk punya kebutuhan dan keinginan apapun. Adapun kepada Allah, Dia Maha Mengetahui dg segala kondisi hambaNya". . .
Baru saja putra yg ditunggu2 terlahir ke dunia. Lalu sang suami memutuskan utk meninggalkan putra dan istri yg sangat dicintainya di lembah kosong, tdk ada tumbuhan, tnpa bekal uang, makanan dan minuman. Hanya seorg wanita dan bayi yg baru sja lahir. Tdk uang, tdk makanan, tdk minuman, tdk juga pepohonan. Hanya Allah..
Sesaat sang suami akan berbalik badan. Sang istri bertanya, "adakah ini adalah perintah Allah duhai suamiku? Utk meninggalkan kami berdua di lembah ini?" . "Benar, begitulah Allah memerintahkanku". Lalu sang istri menjawab, "jika benar demikian, maka Allah tdk akan menyia2kan hambaNya sedikitpun". Keyakinan dan ketawakalan pada Allah memenuhi tiap sudut dan relung hati sang suami-istri tersebut..
Sang istri khawatir melihat bayinya kehausan, tdk ada org utk skdar diminta airnya. Tdk ada warung yg menjual aqua utk smntara dipinjam aqua nya. Skdar menghilangkan dahaga sang putra. Bagaimana pula akan ada asi dr sang ibu jika asupan air dan makanan ke tubuhnya pun tdk ada..
Kecemasan akan sang bayi menyelimuti. Membuatnya lupa akan panas dan lapar yg juga menyerangnya. Lari di antara 2 bukit, berharap menemukan sesuatu di ujung bukit sana. Atau melihat dr ketinggian bukit, org membwa air. Dr bukit sofa, ke bukit marwa, balik lagi, balik lagi, hingga mencapai jumlah 7 (dr sini akan menjadi syariat ibadah sa'i)
Tdk diduga, air muncul dr bawah ketukan kaki sang bayi. Ketukan lemah dr seorg bayi yg kelaparan. Subhanallah, dan sampai hari ini, ini lah air yg diminum oleh stiap org yg dtg ke sana..
Setelah putra tercinta besar, datang perintah dr Allah, utk menyembelih sang putra. Ayah yg bijak, menjelaskan perihal perintah Allah ini. Memyampaikannya kpda sang putra. Dan meminta pandangannya ttg ini. Sang putra yg terlahir dr buah cinta para hamba beriman ini menjawab, "kalau ini memang perintah Allah duhai ayah, laksanakanlah dg hati mantap. InsyaAllah aku akan menjadi org2 yg bersabar"..
Mungkin, kalau kita jd sang anak, kita akan kabur melarikan diri. Atau memviralkan kabar ini agar ada khalayak yg tau, lalu menyelamatkan kita. Tp tdk dg sang putra, yg menyadari bahwa ayahnya adalah utusan Allah. Nabi Allah yg tdk mgkin berbohing atas nama agama dan Tuhan. Juga Allah, Tuhan yg sejak kecil adh menjadi sandaran hidupnya dan keluarganya. Tdk mgkin akan menyia2kan hambaNya..
Bgitulah.. Allah menguji stiap komponen keluarga ini dg ujian yg kemudian menjadikan keluarga ini trpilih mnjadi keluarga pilihan. Kemuliaan dr Allah, yg tdk akan pernah lekang oleh zaman..
Smoga, Allah izinkan kita smua utk mempunyai keluarga yg kuat iman, takwa, tawakkal, sabar, syukur nya. Sukses dunia dan akhirat. Bersama membangun surga sejak di dunia. Melakukan hal2 yg diridhoiNya utk menjadi sebaik2 bekal di negri akhirat sana..
Rabbanaa hablana min azwaajina wa dzurriyyatinaa qurrota a'yun, waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa..
Malam Idul Adha 1442 H
Kullu 'aamin wa antum bi khaiir 🌷
1 note
·
View note
Text
Tetesan Embunmu, Qalbu..
Qalbu yang berarti hati. Sebagian ulama mengartikannya sebagai dhamir, yaitu hati nurani yang terletak pada hati tiap manusia di bumi naungan-Nya. Bila hati sehat, maka seluruh tubuh pasti sehat. Bila sakit, maka tak jarang banyak anggota tubuh yang cacat, cacat karena berbagai macam penyakit yang ia derita sebab sakitnya hati.
Qalbu harus ditulis dengan huruf ‘Q’ karena teks Arabnya menggunakan huruf (qaf). Di Indonesia banyak orang menuliskannya dengan huruf ‘K’ sehingga menjadi kalbu. Padahal ‘k’ adalah transliterasi dari (kaf) dan kalau ditulis (kalbu) maknanya adalah anjing.
Jadi jauh benar bedanya antara qalbu (hati nurani) dengan kalbu (anjing).
Pengertian qalbu menurut syaikh Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Husaini al-Jurjaniy di dalam kitabnya ‘at-Ta’rifat’: "Qalbu adalah sifat lembutnya ketuhanan yang terdapat jiwa manusia."
Fitrah manusia adalah suci dan bersih dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun terkadang dalam perjalanan kehidupannya, manusia sering lupa dan lalai serta terjerumus dalam sifat-sifat ‘syaithoniyah’.
Syaikh az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya “al-Kassyaf”, menggambarkan hati yang sakit karena sifat nifaq dalam diri manusia adalah selalu condong untuk berbuat maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Sedangkan syaikh Abu Zahrah dalam kitab tafsirnya “Zahratu at-Tafsir”, bahwasannya hati akan menjadi keras karena sifat nifaq yang selalu menanamkan kedengkian dan selalu menghinakan orang-orang yang beriman. Penyakit hati tersebut menurut beliau tidak ada obatnya, na’udzubillaah.
Ibn Ruslan menuturkan dalam matan zubad, pada kitab nya Shofwatuzzubad nomer 17,
وَإِنَّ أَبعَدَ قُلُوبِ النَّاسِ مِن رَبِّنَا الرَّحِيمِ قَلبُ قَاسِي
“Sesungguhnya sejauh-jauh hati manusia dari Tuhan kita yang Maha Pengasih adalah hati yang keras”
Seseorang yang hatinya keras, itu karena kotoran-kotoran pada hati yang sudah kian lama menumpuk dan belum dibersihkan nya. Seseorang yang hatinya kotor karena seringnya berbuat maksiat, hidupnya penuh gelisah, kurang bersyukur, selalu merasa kekurangan harta, jauh dari ketenangan sepanjang hidupnya.
Cahaya iman tidak mampu menembus hati yang tertutupi dosa. Ia tersesat sehingga tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hati nuraninya sudah tertutup oleh banyak nya kotoran-kotoran kemaksiatan yang telah dibuatnya. Sebagaimana Allah berfirman: “Barangsiapa yang Allah sesatkan maka baginya tidak ada orang yang memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.” (Q.S al-A’raf: 186).
Melatih hati agar senantiasa berada di jalan yang di ridhoi Allah adalah langkah mencegah masuknya berbagai penyakit hati. Memenuhi hati dengan keimanan agar Allah semakin menambah keimanan itu serta menjadikan hati selalu tenang dalam pelukan-Nya. “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang Mu’min untuk menambah keimanan mereka (yang telah ada),” (QS al-Fath: 4).
Apabila hati sudah menjadi bersih, maka hati akan menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan ‘Nuur-al-Qalb’ (nur qalbu). Ia akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. Kesadaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam betapa hadirnya Allah Subhaanahu wa Ta’ala dengannya. Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala senantiasa mengawasinya, melihat segala gerak-geriknya, mendengar pertuturannya, dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia seorang Mu’min yang cermat dan berwaspada.
Orang yang hatinya bersih, akan memperoleh haqqul yaqin dari Tuhannya. Orang ini berada dalam suasana hatinya yang kekal bersama Allah Subhaanahu wa Ta’ala pada setiap kata, setiap ruang dan setiap keadaan. Dia kembali kepada kehidupan seperti manusia biasa dengan suasana hati yang demikian, dimana mata hatinya senantiasa menyaksikan yang hakiki. Allah Subhaanahu wa Ta’ala dilihatnya dalam dua perkara yang berlawanan dengan sekali pandang. Dia melihat Allah Subhaanahu wa Ta’ala pada orang yang membunuh dan dibunuh. Dia melihat Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang menghidupkan dan mematikan, menaikkan dan menjatuhkan, menggerakkan dan mendiamkan. Tiada lagi perkaitannya dengan kewujudan dan ketidakwujudan dirinya. Wujud Allah Subhaanahu wa Ta’ala meliputi segala sesuatu.
Untuk itu, marilah kita kenali kesehatan qalbu kita dengan melihat kadar rasa takutnya kepada Allah, sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:
"إنَّمَا المُؤمِنُونَ الَّذِينَ إذَا ذُكِرَ اللّه وَجِلَت قُلُوبُهُم وَإِذَا تُلِيَت عَلَيهِم آيَاتُه زَادَتهُم إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِم يَتَوَكَّلُونَ.."
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati (qalbu) mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. al-Anfaal: 2).
Wallaahu A’lam bisshowaab. (29/03).
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 13.19 CLT
Referensi:
1. Al-Qur’anul Karim
2. Shofwatuzzubad karya Ibnu Ruslan
3. Qut al-Quluub karya Abu Thalib al-Makki
4. Al-Mau’idzoh al-Mathlubah min Quut al-Qulub karya Jamaluddin al-Qosimiy ad-Dimasqiy
0 notes
Text
Asal Jangan Buta Hati
Ketika itu saya teringat cerita pagi. Seorang bapak tua buta yang menjual dagangan sayuran yang beliau bawa dalam karungan beras. Tidak banyak sayuran yang beliau bawa, hanya 3 macam yang masing-masingnya hanya 7-10 ikat. Ada sayur sawi, sayur singkong, dan kangkung. Saat ku mendekatinya, bapak itu tengah melantunkan sholawat. Tak banyak memang yang datang berniat membeli, tetapi banyak yang memasukkan seribu duaribu bahkan lebih ke kaleng bapak tua itu.
Ibu menyuruhku membeli sayur kangkung pada pak tua itu dengan memasukkan dua puluh ribu ke kaleng pak tua itu. Ku ambil dua ikat kangkung yang masih segar-segar dan tak tampak layu, lalu ku masukkan uang dua puluh ribu titipan ibu.
“Ambil dua kangkung nya, nak. Satu kangkung seribu saja, beli 2 berarti dua ribu. Masukkan uang nya ke kaleng. Kalau kembalian, ambil sendiri ya, nak.” Perintahnya.
Ah, kalau sampai di rumah, aku mau menanyakan banyak hal perihal bapak tua itu pada ibu. Gumamku.
---------
“Nggak papa buta mata, asal jangan buta hati, nduk!”
Itu point kata ibu yang kuambil dari cerita tadi pagi di dapur. Ibu menjelaskan, bahwa bapak tua itu memang buta. Lalu gimana kembali pulang ke rumahnya, gimana nyebrang jalannya? gimana bapak itu bisa percaya orang-orang yang membeli? Gimana juga apabila ada para penjahat yang mencelakai bapak itu? Gimana bu, gimana? Kurang lebih itulah pertanyaan yang ku lontarkan pada ibu di sela-sela tangannya yang memotongi sayuran yang kubeli.
Orang buta yang hatinya senantiasa terpaut pada-Nya ternyata menurutku seribu kali lebih baik ketimbang aku yang sehat, sementara hatiku sakit. Hatiku sakit akan hasad, iri, dengki, dan berbagai penyakit hati lainnya. Hati pak tua itu rupanya bersih, senantiasa beliau pergunakan untuk menyambung ikatan pada-Nya. Terimakasih pak, sudah memberikan pelajaran berharga pagi ini.
Teringat penjelasan guru ku sore itu, di majelis hikam. Beliau menuturkan akan buta nya hati. Dalam kitab Al-Hikam, ibn Athoillah as-Sakandari menuliskannya pada makalah hikam yang ke-5 :
اجتِهَادُكَ فِيمَا ضُمنَ لَكَ وَتَقصِيرُكَ فِيمَا طُلِبَ مِنكَ دَلِيلٌ عَلَى انطِمَاسِ البَصِيرَةِ مِنك
Artinya:
“Kesungguhannya mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti di tengah lalaimu terhadap kewajiban-kewajiban yang diamanatkan kepadamu, itu adalah bukti membuktikan butanya mata hatimu.”
Siapa saja yang disibukkan mencari apa yang sudah dijamin Allah Swt seperti rezeki, lalu dia meninggalkan apa yang menjadi perintah Allah Swt., itulah tanda orang yang mata hatinya buta.
" وَكَأَيِّن مِن دَابَّةٍ لَا تَحمِلُ رِزقَهَا اللّه يَرزُقُهَا وَإِيَّاكُم. وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ.."
Artinya:
“Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS al-Ankabut: 60).
Salah satu obat agar hati tidak buta adalah dengan memperbanyak dzikrullah. Mengingat Allah. Menyibukkan diri dengan terus-menerus membaca zikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang. Artinya, turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat, sementara pada waktu yang sama, hati tetap tertaut kepada Allah saja dan selalu wara’.
Hati yang kosong dari zikir mengakibatkan kotoran hati menumpuk dan godaan syaithan mudah masuk untuk mempengaruhi pribadi orang tersebut.
Bertapalah di tengah keramaian dengan berpuasa dan amalan sunnah lainnya sambil secara kritis berjuang demi keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Perubahan dan pergolakan sosial dijalani dengan bertapa di tengah keramaian seolah-olah Allah pun menginginkan perubahan itu. Atau kalau itu bisa, Allah pun beserta hati orang-orang yang menjalani perjuangan sosial di tengah keramaian. (28/03).
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 14.14 CLT
Referensi:
1. Al-Qur’anul Karim
2. Al-Hikam al-‘Athoiyyah karya Ibnu ‘Athoillah as-Sakandari
0 notes
Text
Semudah itu..
Kekecewaan mbak Zahra siang itu meludak. Bagaimana tidak? yang awal maksudku hanya mencari topik pembicaraan, berharap keadaan agar tak hambar. Rupanya berujung pada kata yang menyakitkan. Oh Lisan.
• "Maaf mbak. Binti nggak bermaksud nyakitin mbak Zahra. Maafin Binti, mbak." Pintaku.
° "Iya, nggak papa dek.." (Jawab mbak Zahra, trdengar hembusan nafas dan upaya senyuman lepas.)
• "Semudah itu kah, mbak? Maaf.." Pintaku sekali lagi.
° "Dek, Allah itu al-Ghofuur, Maha Pemaaf. Allah saja Maha Pemaaf, masak kita sebagai hamba-Nya enggan untuk memaafkan?"
Allah. Semudah itu bagi-Mu melengkapi akhlak hamba-Mu.
Hati Malaikat. Gumamku. (9/4)
Ditulis saat fajar Sya'ban berada di pertengahan bulan. Mengharapkan ridho dan ampunan, dari Allah yang Maha Rahman. Atas segala dosa dan kesalahan.
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 06.45 CLT
0 notes
Text
Suatu ketika..
Seorang guru sufi ditanya tentang dua keadaan manusia.
1. Rajin ibadahnya, namun sombong dan merasa suci.
2. Jarang ibadah, namun akhlaknya terpuji, baik dan rendah hati.
Lalu, sang guru menjawab : "Keduanya baik".
Boleh jadi, suatu saat ahli ibadah yang sombong menemukan kesadaran tentang akhlaknya yang buruk dan bertaubat, lalu menjadi pribadi yang baik. Dan yang kedua, boleh jadi sebab kebaikan hatinya, Allah menurunkan 'hidayah' lalu ia menjadi 'ahli ibadah' yang memiliki kebaikan lahir batin.
Lalu, siapa yang tidak baik kalau begitu ?
Sang Guru menjawab : "yang tidak baik adalah kita, orang ketiga yang selalu mampu menilai orang lain, namun lalai dari menilai diri sendiri.
Cerita beliau di Rabu petang || Lathoiful Minan. (18/2)
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 12.03 CLT
0 notes
Text
Begitu ya, yah..
Rasa keingin tahuan nya di sekolah, membuat ia bertanya kembali pada sang Ayah seusai beliau pulang dari kantor : "Lalu apakah dhomir itu, dan dimana letaknya, ayah?"
"Dalam hatimu, ada ruang yang sangat kecil, tak terjamah, samar, tapi terasa. Dia bekerja tiap waktu, tiap langkahan kaki dan detakan jantung. Apa yang dia katakan, tidak pernah salah. Selaalu benar.
Terkadang, akal melenakan. Nafsu menyesatkan. Tapi dhomir, selalu mengingatkan agar kita tidak terjatuh dalam kesesatan yang dalam." (Jawab Ayah)
"Berarti dhomir nggak pernah capek ya yah, buat mengingatkan. Lalu, apakah dia butuh asupan agar bekerjanya semakin maksimal?"
Si anak masih penasaran dengan apa yang dijelaskan ustadz Amran di sekolah.
"Betul sayang. Dhomir harus selalu kita beri asupan. Asupan nya kita beri tiap waktu, seperti bekerjanya dhomir tadi yang Ayah bilang. Asupannya berupa dzikrullah wa Qiroo'atul Qur'aan." (22/3)
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 10.17 CLT
0 notes
Text
SIRRUL ASROR
Ada banyak rahasia yang masih Allah sembunyikan. Ya, selayaknya rahasia; hanya Allah saja yang tau. Rahasia cinta namanya, rahasia kebahagiaan yang lagi-lagi hanya Dia yang tau kapan waktu dan tempatnya..
Ada rahasia nikmat yang sengaja Dia sembunyikan. Karena iman kepada-Nya, maka terjamin pula rizki dan anugerah.
Ada pula rahasia pahala, yang kasat mata. Neraca dan beratnya, sungguh amat tak terduga. Darimana? Dari setiap jengkal ruas tulang yang kita sedekahkan.
Bukan, bukan itu yang penulis maksud. Adapun yang dimaksud adalah tentang rahasia nya hati, peranan hati terhadap sesuatu yang samar, tak terlihat. Tapi sungguh, Allah benar-benar merekamnya, dan menghisabnya kelak.
Disini, hati punya peranan. Sebab, besar kecilnya pahala, diterima tidaknya suatu amal, berkaitan dengan niat di dalamnya. Mari sering-sering kita tengok ke dalamnya, pada relung-relung yang tak terjamah, yang sering terlupakan.
" وَإِن تُبدُوا مَافِي أَنفُسِكُم أَو تُخفُوهُ يُحَاسِبكُم بِهِ اللّه.."
“Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu.” (QS Al-Baqoroh: 284).
Rahasia Hati (Sirr) menurut Abu Nashr As-Sarraj dan sebagian kaum Sufi mengatakan : “Rahasia hati (sirr) adalah sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh gejolak jiwa (an-Nafs), dimana rahasia tersebut memang dijadikan gaib oleh al-haqq dan selalu diawasi.”
Kaum Sufi yang lain mengatakan : “Rahasia itu ada dua macam, rahasia bagi al-haqq, yaitu sesuatu yang selalu diawasi-Nya tanpa ada perantara apapun, dan rahasia untuk makhluk dimana ia selalu diawasi-Nya dengan perantara.”
Ada yang mengatakan, bahwa rahasia itu adalah dari rahasia dan untuk rahasia, ia adalah suatu yang haq dan tidak akan tampak kecuali dengan haq. Sementara apa yang tampak pada makhluk, maka itu bukanlah rahasia.
Diceritakan dari al-Husain bin Manshur al-hallaj rahimahullah yang mengatakan, “Rahasia-rahasia kami adalah gadis yang keperawanannya tidak bisa dirobek oleh khayalan seorang pengkhayal.”
Abu Ya’qub Yusuf bin al-Husain ar-Razi rahimahullah mengatakan, “Hati para tokoh adalah kuburan yang menyimpan berbagai rahasia.”
Ia juga berkata, “Jika kancing bajuku mengetahui rahasiaku, maka aku akan melepasnya!.”
Ma’rifah hanya terdapat pada kaum Sufi yang sanggup melihat Tuhan dengan hati sirrinya. Pengetahuan serupa ini hanya diberikan Tuhan kepada kaum Sufi yang sangat berhasrat untuk menemukan Tuhan karena sangat cinta pada-Nya. Ma’rifah dimasukkan Tuhan ke dalam hati orang sufi sehingga hatinya penuh dengan cahaya.
Ketika Zunnun ditanya bagaimana ia memperoleh ma’rifah tentang Tuhan, ia menjawab : “Aku mengenal Tuhanku; aku tak akan kenal Tuhan.” Ini menggambarkan bahwa ma’rifah tidak diperoleh begitu saja, tetapi karena pemberian dari Tuhan. Oleh karena itu, ma’rifah bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi bergantung kepada kehendak dan rahmat Tuhan, dalam arti bahwa ma’rifah adalah pemberian Tuhan kepada kaum sufi yang sanggup menerimanya.
Oleh kaum Sufi, alat untuk memperoleh ma’rifah ini disebut sir. Dalam Risalah al-Qushairiyyah disebutkan, ada tiga alat dalm tubuh manusia yang dipergunakan kaum sufi dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Pertama, qalb untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua, ruh untuk mencintai Tuhan. Ketiga, sir untuk melihat Tuhan.
Sir lebih halus dari ruh, dan ruh lebih halus dari qalb. Qalb tidak sama dengan jantung. Sebab, selain alat untuk merasa, qalb juga alat untuk berpikir. Perbedaan qalb dengan ‘aql (akal) ialah bahwa akal tidak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan; sedangkan qalb bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada dan jika Tuhan melimpahkan cahaya-Nya kepada qalb, bisa ia mengetahui segala apa yang diketahui Allah. Nampaknya, “sir” bertempat di ruh; dan “ruh” bertempat di qalb.
Sir timbul dan dapat menerima rahmat dari Allah kalau qalb dan ruh itu telah suci sesuci-sucinya, kosong tidak berisi apa pun kecuali siap menerima cahaya Allah. Ketika itulah Allah menurunkan cahaya-Nya kepada sang sufi; dan kemudian, yang dilihat oleh sufi itu pun hanyalah Allah. Ketika itulah ia telah sampai ke tingkat ma’rifah. Firman Allah : “Tiap-tiap orang atasnya kebinasaan (fana); sedangkan Dzat Tuhan tetap dalam ke baqa-an yang mempunyai sifat sempurna dan Mahaagung.” (QS ar-Rohman: 26-27)
Maka, barangsiapa yang melihat Tuhan niscaya lenyaplah ia dari dirinya; dan barangsiapa masih melihat dirinya, niscaya terhijab ia dari-Nya.
Sirr al-asraar akan menembus pada zikir lathaaif. Adakalanya, zikir itu berupa zikir pikiran, makna, dan hakikat. Pada taraf ini, zikrullah berkembang menjadi tafakkur dan tadabbur.
Dengan zikrullah, seorang sufi naik tangga dan terbang-terbang ke ufuk Ilaahiyah sehingga mencapai mukasyafah, ma’rifat musyahadah, dan wushuul (sampai) ke hadirat wajah Ilaahi Rabbi. Dengan zikrullah pula lah hati yang ibarat cermin atau batu permata digosok-gosok dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi cermin yang bersih dan tidak karatan dan batu permata yang mahal harganya.
Dalam Hikam nya, ibn Athoillah as-Sakandari menuliskan :
أَم كَيفَ يَرجو أَن يَفهَمَ دَقَائِقَ الأَسرَارِ وهو لَم يَتُب مِن هَفَوَاتِهِ
Atau bagaimana mengharap akan mengerti rahasia yang halus (dalam), padahal ia belum bertaubat dari berbagai kekeliruan.
Oleh syaikh Ahmad bin Muhammad ibnu ‘Ajibah al-Hasani diuraikan dalam kitab nya Iqodzhul Himam fi syarhil hikam, “Atau bagaimana ia berharap bisa memahami berbagai macam samar, sementara ia belum bertaubat dari kekeliruannya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Wallaahu A’lam bisshowaab. (28/03)
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 12.36 CLT
Referensi:
1. Al-Qur’anul karim
2. Ar-Risalah al-Qushairiyyah karya Imam Qushayri
3. Iqodzul Himam fi syarhil hikam karya ibnu ‘Ajibah al-Hasani
0 notes
Text
Sore itu..
Kita tidak akan mengatakan "jalan anda atau mereka salah". Tetapi kita akan mengatakan "maaf, kami tidak melewati jalan itu". || Rendah hati tanpa merendahkan orang lain, bukan malah rendah diri apalagi merendahkan diri sendiri.
"Pintu inii sangatlah luas (kata Imam Ibn Rojab al-Hanbali), ada sesuatu yang lucu, yaitu manusia yang menghina dirinya sendiri di hadapan orang lain, agar orang lain menganggapnya rendah hati/ tawadhu'. Lalu mereka memujinya. Sedang hakikatnya mereka menertawakan diri sendiri. Itulah pintu riya' yang sangat besar & dalam. Para Salafus Shaleh membenci perbuatan itu".
Begitu halus syaithan bermain pada perasaan manusia,
"مَن أَثبَتَ لِنَفسِهِ تَوَاضُعًا فَهُوَ المُتَكَبِّرُ حَقًّا. إِذ لَيسَ التَّوَاضُعُ إِلَّا عَن رِفعَةٍ. فَمَتَى أَثبَتَّ لِنَفسِكَ تَوَاضُعًا فَأَنتَ المُتَكَبِّرُ حَقًّا"
`الحكم العطائية في الباب ٢٥`
(6/4)
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 17.36 CLT
0 notes
Text
Rahasia-Nya
Ada banyak rahasia yg masih Allah sembunyikan.
Iyaaa, selayaknya rahasia, hanya Allah saja yang Tau.
Rahasia cinta nama nya. Rahasia kebahagiaan, yang lagi-lagi hanya Dia yg Tau kapan waktu dan tempatnya.
Ada rahasia nikmat yang sengaja Dia sembunyikan.
Karena iman kepada-Nya, maka terjamin pula rizki daan anugerah.
Ada pula rahasia pahala, yang kasat mata. Neraca dan berat nya, sungguh amat tak terduga. Darimana?
Dari setiap jengkal ruas tulang yg kita sedekahkan. (13/3)
© : Bintu Ghuroob
Madinatul Bu'uts || 17.05 CLT
1 note
·
View note