Text
bayangkan
bayangkan sebuah pernikahan
yang masing-masingnya tidak perlu khawatir yang lainnya tidak setia. karena kuat agamanya, kokoh komitmennya.
bayangkan sebuah pernikahan
yang jarak separuh bumi pun tidak akan membuat jauh apalagi terpisah. karena rindunya diwujudkan dalam bentuk menjaga. karena hatinya sudah selalu bisa ditata.
bayangkan sebuah pernikahan
yang keduanya tidak perlu khawatir akan hari yang belum datang. karena kesadaran bahwa semuanya adalah titipan. karena keyakinan bahwa rezeki selalu tepat takaran. karena keimanan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
bayangkan sebuah pernikahan
yang pasangannya tidak perlu khawatir menjadi tua, diuji kesehatannya, menjadi lupa, atau tidak lagi elok rupa. karena cintanya jauh lebih dalam dari yang terlihat, jauh lebih besar dari yang memikat.
bayangkan sebuah pernikahan
yang orang-orangnya hanya khawatir akan perpisahan. khawatir bilamana kehidupan yang selanjutnya tidak mempertemukan mereka. khawatir bilamana bekal mereka belum cukup. sehingga mereka pun berupaya bersama, mencukupkan semua perbekalan.
pernikahan itu bisa saja adalah pernikahan kita.
1K notes
·
View notes
Text
170 notes
·
View notes
Text
Memilih diam
Menepi Sejenak
Sekiranya nanti kamu menikah, sering-seringlah berbicara pada hati untuk bisa lebih mengalah, lebih bisa menjadi air saat api mulai menyala. Jangan biarkan api itu membesar, dan jangan biarkan air juga meluap. Ibadah terpanjang pasti akan ada ujian. Sebagaimana menjalani tidak semudah menemukan dan memilih
Pastikan kamu mampu menahan ego, lebih memilih untuk diam daripada asal bertindak. Lebih memilih untuk mendiamkan dulu keruhnya air, barulah disaring mana yang harus diutarakan dan mana yang harus disimpan. Cobalah untuk lebih belajar mengendalikan emosi saat ini, lebih belajar bagaimana mengelola keuangan dengan baik, dan lebih bisa menahan untuk bertindak sebelum berpikir yang matang.
Semua kita akan berkeluarga pada akhirnya, entah berkeluarga dengan kematian atau dengan yang sudah dipilihkan. Sebaik-baik bekal adalah semakin dekat dengan penentu takdir, semakin mendekap doa-doa yang kita langitkan.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
Siapalah kita, berani menebak isi hati dan niat seseorang. Jika sudah dipastikan tidak mungkin kita bisa mengukur dan mengetahui isi hati juga perasaan manusia, janganlah menebak-nebaknya, sebab akan ada hati yang terlukai dan akan ada amal kebaikan kita yang rusak.
Sudah terlalu banyak yang kita lukai dari lisan kita, jangan sampai menambah luka di hati orang, dan jangan sampai menambah musuh dalam ingatan seseorang. Setelah kita mati barulah menyesal, andai dulu dia menjadi temanku, mungkin sudah ia kirimkan doanya untukku.
Sebab nanti kita akan membutuhkan doa-doa.
@jndmmsyhd
822 notes
·
View notes
Text
“Aku berlindung kepada Allah atas ketidakpastian masa depan, dari keputusan yang keliru, dari perihnya kenyataan, pahitnya kekecewaan, dari hati yang berbolak balik, dari pengkhianatan manusia dan dari cinta yang salah”
— :)
5K notes
·
View notes
Text
Terlalu Tua
"Kak, aku mau ambil manajemen" Seorang teman kelas sejak semester 1 sampai lulus kuliah.
Dalam hati ku pikir dia akan mengambil manajemen rumah sakit.
"Manajemen, konsentrasinya Manajamen keuangan"
😆😆😆
"Kak, Do you stand for me?"
"Loh, yaaaa! Of course"
"Kamu tau Pak Chairul Tanjung? Founder and Chairman of CT Corp" lanjutku
"Ya" jawabnya
"Beliau S.KG kok"
"Kak Binta tau ga? Dirut KR ituu dokter loo, tapi gajadi dokter"
"Oh ya? Kalau yang ini aku baru tau"
"Kak, kasih nasehat"
"Kita tidak pernah terlalu tua untuk mengubah mimpi atau membuat mimpi mimpi baru"
"Tapi kita tidak (setua) ini kok Kaak"
"Hahahaha Thank you"
"So many ❤❤❤ tonight"
You are never too old to set another goal or to dream a new dream -- C.S Lewis
0 notes
Text
Randomly, Rindu
Beberapa hal ternyata saya ingat secara random dan akhirnya tertukar antara kehidupan masa lalu dan masa sekarang, tentang jogja, ugm, dan lampung.
Di UGM pernah ada NBC (Nation Building Corner) yang menjadi tempat favorit saya jaman skripsi masih nyentuh bab 1 dan terhempas begitu saja karena harus ganti judul. Di Lampung dekat rumah ada MDC (ga tau apa kepanjangan nya). MDC itu semacam minimarket atau toserba gitu. Dan sekarang, baik NBC mau MDC semuanya tinggal kenangan. Awal tahun ajaran baru 2018, NBC tiba2 ngga ada gitu aja, berubah jadi ruang jurnal2. MDC, entah sejak kapan dia tutup tokonya. Wkwk. Beberapa hari yang lalu kehujanan, dan meneduh di teras MDC. Saat ditanya teman kerja
"Meneduh dimana? "
Saya jawab
"NBC mbak"
Tentu si Mbak mikir keras, NBC ada dimana wkwkwkwk ternyata, saya baru sadar bahwa saya salah sebut. Yang benar, saya meneduh di teras MDC
Di UGM ada LPPM, di Lampung ada LPMP. LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) sebenernya nyaris setiap perguruan tinggi punya. Saya kenal LPPM sejak semester 6 awal sampai mendekati sidang akhir skripsi untuk keperluan asistensi dosen pembimbing skripsi yang sibuk banget sama penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan LPMP adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan di Lampung. Ada kenangan di LPMP saat mengikuti Cerdas Cermat 4 Pilar sekitar 7 tahun lalu:").
Kerandoman tentang hal ini baru saja terjadi kemarin saat melihat seorang teman memposting poto halaman salah satu ruangan yang mirip dengan LPMP Lampung. Sejenak mengingat ingat, yang di Lampung ituuu LPMP atau LPPM yaaa? :"))
Begini ya randomnya rasa rindu :")
Kalau kamu, apa yang dirindukan dari jogja dan UGM? Hehe
0 notes
Text
Jam 4 Pagi
"Bapak, ayam goreng di meja Bapak makan? Yaa Allah Bapaak (nada tinggi hampir nangis). Bukan masalah ayamnya, sayang badan, Pak"
Sepagi ini, obrolan dengan nada tinggi saya dengar dari balik pintu. Bukan bapak dan ibu saya, beliau bapak dan ibu di tempat saya tinggal sementara selama kerja.
Bapak menderita sakit komplikatif (Diabetes, Cholesterol tinggi yang efeknya juga ke jantung). Di antara teman2 seusia bapak yang menderita sakit serupa, hanya bapak yang masih sehat. Bagi orang asing, bapak terlihat sehat bugar. Bagi kami yang tinggal serumah, betapa hidup bapak terbatasi oleh sakitnya. Makanan yang bapak makan steril dari minyak, minim gula, jauh dari rasa 'nikmat' (parameter nikmatnya makan orang sehat).
Pagi ini, ayam goreng di meja berkurang satu. Entah apa dasarnya ibu menuduh bapak. Tapi bapak mengakuinya dan meminta maaf.
Mendengar ocehan ibu pagi ini, saya belajar. Betapa kesehatan bapak sangat dipengaruhi oleh pola makan, dimana pola makan sebuah keluarga bergantung pada koki/juru masak di dalam keluarga tersebut. Selamat dan semangat belajar.
Bapak sehat terus
9 Syawal 1440 H
0 notes
Text
Sebaik-baiknya perbendaharaan yang berkah dan menenangkan hati itu menurutku…
Sejelek jeleknya yang penting punya sendiri, bukan hasil mencuri, ga pake nyicil dan tidak mengandung riba…
Jelas manfaatnya,tidak melalaikan bahkan memfasilitasi ibadah kepadaNya
4 notes
·
View notes
Text
:")
“The experience of Prophet Yunus `alayhi sallatu wa sallam (may Allah send his peace and blessings upon him) is so crucial to internalize. When he was trapped in the belly of the whale, he had only one way out: turning completely to Allah, realizing Allah’s oneness and his own human frailty. His du`a’ encapsulates this truth in such a profound way: “There is no God but You, glory be to You, I was wrong.” (Qur’an, 21:87) Many of us are also trapped inside the belly of the whale of our own desires and objects of worship. It is our own selves which we become enslaved to. And that imprisonment is the result of putting anything where only God should be in our hearts. In so doing we create the worst and most painful of prisons; because while a worldly prison can only take away what is temporary and inherently imperfect, this spiritual prison takes away what is ultimate, unending and perfect: Allah and our relationship to Him.”
— Yasmin Mogahed
118 notes
·
View notes
Text
Bukankah yang paling berbahaya dari sebuah perasaan adalah ketika muncul perasaan bahwa diri lebih baik dari yang lain?
Semoga Allah jauhkan hati kita dari perasaan seperti itu :")
0 notes
Text
790 notes
·
View notes
Text
Allaah, Engkau yang paling tau perihal keburukan-keburukan diri ini. Engkau masih menyelamatkan diri ini dari apa yang tidak mereka ketahui. Selamatkan diri ini, Allaah. Meski berkali-kali diri ini selalu saja terjatuh pada kelakar-kelakar luka yang sama. Selamatkan diri ini. Tutupilah celah-celah keburukan agar mereka tak mengetahui apa-apa yang telah aku tutupi dari hingar bingar dunia ini. Sebab, akan jadi hina diri ini, bila satu aib keburukan Engkau tampakkan pada penduduk dunia. Selamatkan diri ini, selamatkan, Allaah..
229 notes
·
View notes
Text
Jadi laki-laki pemberani.
Ternyata, yang dimaksudkan orang tua “Anak laki-laki harus berani” itu bukan jago berkelahi.
Semakin kesini, aku semakin salut pada laki-laki karena mereka memang dituntut untuk berani.
Contohnya,
Berani untuk meminta izin langsung dengan orangtua kita karena akan membawa anaknya untuk diajak minum susu jahe hangat di tengah alun-alun kota. Berani untuk mengingatkan sudah malam dan harus pulang, bukannya sok lupa waktu dengan terus memancing obrolan hingga tengah malam. Berani untuk berjumpa kembali pada orangtua kita kemudian pamit pulang dengan sedikit tundukan sopan.
Atau
Berani datang jauh-jauh ke kota yang asing baginya hanya untuk berkenalan dengan kita, melalui orang tua kita.
Atau
Berani datang seperti Mas Tatang datang ke rumah Bapak Ibuk dengan tujuan meminang Mbak No lima tahun silam.
Bukankah semua itu butuh keberanian?
Terang-terangan bilang cinta tapi tidak ada tindakan keberanian sudah pasti tidak masuk dalam list pertimbangan. Jadilah laki-laki pemberani. Ya?
681 notes
·
View notes
Text
Mendewa(sa) dengan Cerita
Barangkali kita perlu lebih banyak mendengar, agar banyak pula kosa cerita yang bisa kita ambil hikmahnya. Maka, yang perlu kita dengar adalah cerita, bukan gosip apalagi nyinyiran orang hehe.
Dengan mendengar cerita, kita bisa mengambil peran sebagai pihak ketiga yang tidak turut serta di dalamnya. Atau kita sering menyebutnya sebagai penonton.
Penonton biasanya idealis. Cerdas berkata kata dalam nasehat juga pandai menyikapi masalah dalam cerita orang. Semuanya terasa mudah, karena hanya diucap saja penonton itu bersikap.
Maka, mungkin kita perlu menjadi penonton yang budiman. Mencermati, mencerna, lalu mengubahnya menjadi output berupa hikmah. Lalu kita catat baik-baik hikmah itu, agar suatu saat, jika kita menjadi pihak pertama dalam cerita yang serupa, kita bisa menyikapinya sesuai idealisme kita saat menjadi penonton, sesuai dengan catatan catatan hikmah yang telah kita buat.
Dengan begitu, kita akan semakin dewasa, dengan cerita-cerita.
--------------------------------------
Lampung, 11 Muharram 1440 H
0 notes