Tumgik
bestarisworld · 4 years
Text
Eh, maaaf ya !
Kata kata maaf memang sudah jarang sekali kita dengar, sudah jarang di ruhanikan eksistensinya. Baru-baru ini ada sepasang kekasih yang bertengkar di hadapan saya. Mereka saling membantah, saling bersilat lidah, saling menjelek-jelekkan. Mungkin, pihak cowo sudah habis kesabarannya. Meluncurlah kata-kata yang mungkin bisa menenangkan wanita pujaannya itu. "maaf yang, maaf"
"maaf trus, nggak usah bilang maaf, kalo sekedar menenangkan, nggak usah bilang maaf kalo hanya sekedar pantes-pantes" aku terhenyak. Maksudnya apa? Bukankah si cowo sudah rela menurunkan emosinyaa untuk minta maaf. Lalu apa masalahnya?
Si cewe bergegas pergi dari tempat duduk meninggalkan si cowo yang tersungkur lesu. Menunduk. Menghempas nafas.
"mbak, kan cowonya udah mnta maaf" kataku
"nggak usah ikut-ikutan. Dia mnta maaf tidak sungguh" hanya penenang, lalu jika sudah kumaafkan akan kembali lagi. Buat apa minta maaf, " langkahnya pergi menjauh. Aku bergeming
1. Apakah maaf bisa sesederhana itu?
2. Apakah emosi masih menguasai dirinya?
3. Apakah maaf tidak lagi bernyawa?
4 notes · View notes
bestarisworld · 4 years
Text
Tentang mu
Pikiranku mengembara, susah sekali diajak menepi. Senja ini bernabastala sepi, biasanya frustasiku cepat terisi kala sepi mengabari. Tapi, kali ini otakku berpikir tiada henti. Gema sholawat saut menyaut, prosesi sakral mahalul qiyam teduh berkumandang. Puja puji, salam sejahtera beruntun mengetuk pintu syafaat mu. Wahai manusia mulia. Nabi agung Muhammad SAW. Aku bergeming.
Memoriku kembali menggenang, dalam buku 1001 malam layl, Candra Malik berujar bahwa Tujuan Allah menciptakan dunia adalah Muhammad. Angin dingin mengibas, lahirnya beliau adalah lahirnya peradaban, lahirnya beliau adalah lahirnya ilmu pengetahuan beserta kemuntakhirannya, lahirnya beliau lahir zaman tepat pada keemasannya. Lahirnya beliau adalah pelita dimanapun semesta berpijak. Bukan mengkesampingkan nabi terdahulu, tapi betapa beliau adalah akhir dan penutup dari mulianya nabi-nabi terdahulu. Duhai betapa mempesona kesegalaan yang ada padanya. Yang bahkan memiliki akhlak mulia pun masih ditegur
Allohumma sholli 'ala sayyidina muhammad
0 notes
bestarisworld · 4 years
Text
                 Di titik yang sama bersama Pak Sapardi
                      Oleh : Isti Nur Khasanah
 
Kita pernah di titik yang sama bukan?
Saat kidung rindu berjubel dalam kepala
Tanpa sehurufpun berhasil menuai klausa,
Aku kalut, kau mungkin tidak
Bukan gagasan baru yang tersangkut
Melainkan gebu renjana pada kasih yang menggelut
Aku lelah dan bertujuan menyerah
Tapi kau tetap bungah menuai kata sederhana tentang cinta
Rasanya
Diriku dan dirimi pernah satu asa Pak
Menyerdehanakan gema asmarolaka
Membalutnya dengan perpaduan diksi
Dengan sederhana.
Tapi kau berhasil menyederhanakan
Sedang aku gagal sebelum sederhana
Ah, aku rindu
Senyum jenakamu masih terbaca
Lembut suaramu masih menggelora
Dalam dekapan frasa, prosa, klausa
Kau sungguh abadi, Pak sapardi
Di hati kami
Di hatiku
Jendela dunia membukakan pintu
untukku masuk pada dimensimu
Berkelana mengelilingi kesederhanaan cinta
Yang dengan rapi kau korelasi
Jua mengajakku bercengkrama
Dengan hangatnya hujan di bulan juni
Yang tiap tetesnya
Membangunkan ruh jemari
Untuk turut berpuisi memaknai hujan dengan seni
Pak Sapardi seabadi namamu yang terukir dalam hati kami
Ku panjatkan harap pada illahi
Agar atmamu berreinkarnasi,
Tuhanku berkata,
Tak ada reinkarnasi dalam agama kami
Maka, ditengah tabir langit terbuka
Ku terbangkan do’a
Agar engkau selalu tenang disana
Agar kelak kau bersama surga,
Sebagai tempat kau kembali merangkai kata
Bersama deru angin
Doa dan gebu renjana sampai padamu, semoga
Sehangat senja mendarat
Sehangat senyum mu yang moderat.
Salam rindu teramat berat, dariku
                   
                         Salatiga, 30 November 2020
0 notes
bestarisworld · 4 years
Text
JEDA, Sunyi
Dalam sepi dan sendiri, waktu bergerak memberimu arti
Bahwa segala yang bercecar dalam hari
Harus kau punguti
Untuk diamati, koreksi, lalu modifikasi
Dalam sepi, nan sunyi
Beri hatimu jeda untuk saling bertelapati
Dalam banyaknya hari-hari
Menerka, menjelajahi, dan menyimpan apa yang terlewati
Berpikirlah selagi otakmu genap
Tak segala yang kau mau, bisa terwujud
Semudah membalikan kuku
Tak segala yang kau harap, bisa terlaksana secepat mata mengerjap
Kau tau prose bukan?
Serangkaian perjalanan yang tak mudah paripurna
Serangkaian perjuangan yang kemelut bak drma
Begitu lah sunyi dan sepi
Hadir untuk menemani dalam gundah gulanamu.
Memberi sedikit simpati
Memberi ketenangan sambil menyeruput kopi.
Selamat pagi, sayang
1 note · View note