Tumgik
berkirimsurat-blog · 8 years
Text
Dear girl whose name shares resemblance with Spiderman’s girlfriend,
I don’t think you will read this letter. Heck, I don’t think you still know me after all. So I think this letter is the safest shelter to nourish; and a tunnel of escapade release the forceful thoughts of mine.  Where do I have to begin?Oh right, our first introduction of course. We met (or knew each other) on the platform that we’re embarrassed to admit it. Tinder. We both swipe right at each other profile. I was so astonished with your glasses that time, so I gave you a compliment and fortunately the feeling’s mutual. Like any others Tinder phase, we trade our messenger and started to greeting each other everyday. I was happy being around you. Not only you can played well with my ego but also we shared the same jokes, the dirty one and the receh ones.  It’s like we have perfectly each other, the only thing that’s not perfect is our religion. This thing has always been our elephant in the room. We knew but we’re too hurt to talked about it. I’m not gonna talk about the struggle of this thing or phase that we have been going through. My intention was to poured up all of my thoughts on how these things bothering me for the past days. I think that’s enough for opening.
Anyway, have you heard Chance The Rapper songs that entitled ‘Same Drugs’? As you know, despite of the title, Same Drugs isn’t about drugs. Drugs are a metaphor for the various things that this couple used to share it each other, but right now that couple isn’t share it anymore. When they were young, they would share lots of interests with each other, but as they grew up, they changed their interests, priorities, and desires that they once had when they were close.They’re different people now and don’t connect with each other like they used to. After all, falling in love is no different with taking drugs. Scientifically talking, falling in love is just your body produced high level of dopamine. 
This chemical stimulates ‘desire and reward’ by triggering an intense rush of pleasure. It has the same effect on the brain as taking cocaine. And what happen after your body doesn’t produce dopamine as high as when you’re falling in love? Well, low levels of dopamine can manifest in some very disruptive ways.It can leave you feeling fatigued, apathetic, moody and unable to concentrate. Back to the topic, Same Drugs is also about girl that became an adult, and forgot everything behind her. Yes, I’m talking about you and how I was caught up in the past, hoping that things between me and you would never change, but I soon realized that you grew up and is not the same girl you once was anymore.
How I wished things were different if only I had known.
If only. The two words kept resonating in my head like a broken stereo. Of all things I did recklessly, this unplanned silly thing was the worst, I mean, IS the worst. I did not know why I was using past tense in this writing because it still haunts me.
The past tense, past bed time Way back then when everything we read was real And everything we said rhymed
That is how it feels knowing the expired date is close behind. I cannot ask you to promise that things will be just fine, because I know it wont. Things never work out for me, and I just found out that you are not an exception.
I wish I had an exception.
I always screw up, like, in the best way possible. Goodbye is all we have ever known. When I met you, I wish that you were an exception, because I felt like I deserve an exception, and it now kills me slowly knowing you are not.
I know we really do not have a fucking clue about the future, and we shall not act like we have one, but that does not mean we cannot predict it. We will end up going our own ways, because that is how it works with me. I never once have a really happy ending, and I now give up wishing for one. Because when I finally got my heart to love again, to trust again, to hope again, it ends in despair.
Some of me wants to end it right now and wear the dignity of being the one who leaves, but the other part of me is afraid to take the risk of being the one who is broken. Because I always am.
You were always perfect, and I was only practice
The truth is I was nothing and you were more than an object to my affection.
You deserve someone who’ll take you to church and recite Philippians 1:9-10 to calm you.
Someone who’ll give you a warmest hug on your bad day. Someone who sit with and talk about your passion, dreams and life.
You deserve someone who remember your ‘nasi goreng super pedes, gak pake acar and krupuknya dibanyakin’. Someone who could loves you to the Bekasi and back and go farther if you asked. Someone who will gives you a grandiose wedding on Cathedral.
Because you shouldn’t have to settle for anything else.
Maybe I should closing up this letter by saying “kita adalah seamin yang tidak seiman”. You know, for dramatic purpose.
Cheers,
Your (once) favorite what if.
P.s : you know? after I post this blog, I feel so relieved that I can said ( or write) things that buried for so long.
0 notes
berkirimsurat-blog · 8 years
Text
Pada suatu hari yang melelahkan, ketika kamu merasa hidup sudah terlalu penat, sudah tidak lagi punya arti, ketika hidup hanya melompat dari satu tenggat ke tenggat lainnya, Tuhan bercanda denganmu. Misalnya membuatmu jatuh cinta dengan seorang perempuan yang tidak pernah kamu harapkan sebelumnya. 
Perempuan itu adalah gadis yang kau temui di salah satu sudut cafe kesukaanmu. Perempuan itu adalah gadis yang kamu temui berdiri membaca buku Neil Gaiman di antara hiruk pikuk mall yang bising. Perempuan itu adalah gadis dengan senyum lebar dan hati yang lapang. Perempuan itu bisa jadi siapapun. Tapi bagi saya, malam itu, hari itu, ia adalah gadis yang berkata bahwa ia hendak bahagia, ia ingin menemani saya membaca, menonton TV, bicara tentang komik, inovasi dalam dunia, dan kosmos. Malam itu saya jatuh cinta lagi, dengan babak belur. Kalian tahu kan rasanya?
Kamu kembali mengenal puisi. Lantas seperti remaja tanggung yang kasmaran, kamu merasakan demam, panas dingin, pelan-pelan kamu merasa hidupmu yang brengsek itu punya arti lagi. Kamu memberanikan diri mendekati gadis itu, menjabat tangannya, lantas berbincang. Meski kamu tahu bahwa pertemuan ini tidak akan berujung pada hubungan yang mapan, kamu terlalu keras kepala untuk percaya bahwa agama, seperti juga perbedaan suku, tidak perlu jadi alasan perpisahan. Kelak kamu tentu akan menyesali pertemuan itu, tapi seperti setiap anak-anak yang tak pernah belajar, kamu merayakan pertemuan itu dengan tertawa lepas.
Kamu pulang dengan senyum lebar serupa anak kecil yang baru saja mendapatkan sebungkus permen. Kamu tak juga lekas tidur berusaha mengingat kembali dengan detil tentang jabat tangan yang sebentar. Perlahan-lahan kesepian yang tak dapat lumer akibat pekerjaan dan mimpi-mimpimu yang tertunda menjadi leleh. Kamu memutar lagu pop, Justin Bieber, Maroon 5, dan bahkan kamu mulai mendengarkan k-pop. Seperti kelasi yang merindukan daratan, kamu merindukan senyum itu. Senyum yang dikenali setiap pelaut sebagai aroma garam pada geladak kapal. Kamu merasa nyaman, seolah berada di rumah.
Kamu jatuh cinta lagi berharap bahwa kesalahan yang kamu lakukan di masa lalu akan lunas dengan ketidakbahagiaan dan penderitaan yang telah kamu lalui. Tapi kamu salah, karma tidak melunak padamu, ia serupa tukang jagal yang tak pernah lupa setiap kesalahan yang kamu bikin. Kamu dibuat berharap dengan demikian hebat. Setiap pertemuan membuatmu semakin ingin memiliki. Seperti benda, kamu tak lagi memperlakukan perempuan itu dengan setara. Kamu ingin memilikinya, mendekapnya, dan berharap bahwa ia juga mau padamu, tapi tentu kamu sadar tak pernah ada manusia yang layak diperlakukan demikian.
“Aku menyukai orang lain,” kata perempuan itu. Lantas seperti orang tolol dan pecundang kebanyakan. Kamu menyerah memperjuangkan perasaanmu sendiri. Kamu menjauhi perempuan itu. Bersikap ketus padanya. Mendiamkan pesannya. Seolah kamu tak lagi mau bertemu dengannya. Sementara kamu menjilat gengsimu dengan bersih, hatimu tersiksa, dan setiap hari adalah usaha lain bertahan hidup. Menjalani rutinitas sembari meyakinkan diri bahwa apa yang kamu lakukan adalah hal yang benar.
“Dia bukan orang yang tepat, ini bukan cinta” kamu meyakinkan dirimu dengan mantra itu berulang-ulang. Berkali-kali. Hingga akhirnya kamu mempercayai kebohongan yang kamu buat sendiri. Kamu mempersiapkan dirimu sendiri untuk menghadapi perpisahan itu. Kamu menghapus setiap pesan, menghindari setiap kontak, dan menganggapnya tidak pernah ada sejak awal. Perempuan itu mungkin kecewa, sama kecewanya denganmu, tapi apa pedulimu bukan? Perempuan itu membuatmu jatuh cinta hanya untuk kemudian pergi dengan berkata bahwa ia mencintai orang lain.
Perdebatan sengit kembali terjadi di kepalamu. Sebagian dirimu masih menyalahkan perempuan itu, sebagian lainnya membela mati-matian bahwa memang ini yang terbaik untuk perempuan itu.
Dan perdebatan tentang perempuan itu membuatmu semakin berantakan. Pekerjaanmu tertunda, hobimu terabaikan, targetmu luput, dan ambisimu memudar. Kamu tak lagi percaya puisi, kamu berhenti mendengarkan lagu pop, dan kamu mulai menyakiti dirimu sendiri. Latihan jogging dengan jarak tiga kali dari yang kamu bisa, kembali menghisap nikotin, dan kemudian mengosongkan pikiran saat kamu terdiam di kamar. Di kepalamu, kamu merasa bahwa ini adalah cara paling masuk akal untuk bertahan dari perpisahan dengan perempuan itu.
Perempuan itu adalah gadis yang kau temui di salah satu sudut cafe kesukaanmu. Perempuan itu adalah gadis yang kamu temui berdiri membaca buku Neil Gaiman di antara hiruk pikuk mall yang bising. Perempuan itu adalah gadis dengan senyum lebar dan hati yang lapang. Perempuan itu bisa jadi siapapun.  Tapi bagi saya, malam itu, hari itu, ia adalah gadis yang berpamitan hendak pergi jauh. Meninggalkan Jakarta, meninggalkan saya sendiri, setelah dibuat jatuh cinta dengan babak belur.
1 note · View note
berkirimsurat-blog · 10 years
Text
#7
Epilogue
Dear Astari Laksmiwati Prenjana dan Byantara Arkana Damarrama.
Bagaimana kabar kalian?masih saling berkirim surat dan bertukar ucapan sayang?
Ohiya,maaf kalau saya tidak sopan. Harusnya aku memperkenalkan diri di awal surat . Perkenalkan,aku adalah pencipta kalian.Kalian bebas memanggilku dengan sebutan apa saja. Atau kalau kalian masih kebingungan memilih nama panggilan untukku,kalian bisa pinjam istilah di film Matrix Trilogi yang menyebut penciptanya dengan sebutan Architect atau Prometheus yang menyebut penciptanya dengan sebutan Creator.
Kalian sudah cukup keterlaluan ya,memilih jalan cerita sendiri yang menurut kalian bagus. Saat aku menuliskan kisah ini aku hanya mau menulis prosa pendek saja. Tiba-tiba kalian meloncat dari naskah dan merebut peranku untuk bercerita. Aku bisa apa? Membuat kisah ini berhenti saat ini dan menggantungkan akhir cerita? Itu menggelikan. Lagi pula kalian itu cuma tokoh cerita. Kenapa begitu ngotot ingin menentukan nasib sendiri?
Sebetulnya sebagai pencipta,aku bisa saja menuliskan akhir yang bahagia untuk kalian. Seperti misalnya,kamu - Astari Laksmiwati Prenjana (yang selanjutnya dipanggil dengan Tari) akhirnya jatuh cinta pada Byantara Arkana Damarrama (yang selanjutnya dipanggil Tara). Aku bisa. Aku berkuasa atas apa yang aku tulis. Tapi kau yakin itu maumu? Mendapatkan cinta karena kontrol orang lain, bukan karena ia menginginkanmu.
Mungkin Tara kemudian akan berteriak setengah memohon "Tapi aku cinta dia. Lebih dari dia mencintai dirinya sendiri," 
Oh aku tahu sekali. Aku yang menulis kisah ini, kau tahu? Aku bisa saja menuliskan ia tiba-tiba membunuhmu keji, atau kubikin ia mengemis-ngemis meminta cintamu, juga dapat kubuat si Tari tadi pergi hilang saat ini juga dengan plot ia diculik alien dari galaksi terluar bima sakti.
Aku ada ide untuk perpisahan kalian.Bagaimana kalau seperti ini ?
They ignore each other and look the other way. But they both know deep down inside it wasn’t to end this way
Kisah ini seharusnya berakhir disini. Sayang dua tokoh cerita itu menolak takdirnya ditentukan penulis. Oh harusnya aku menulis kisah yang biasa saja
0 notes
berkirimsurat-blog · 10 years
Text
#6
Dear Byantara Arkana Damarrama,
I love you too.
I wish I could tell you how much I love you too. I wish I didn’t even have to tell you because I could kiss you and you would just feel it and you would tell me I didn’t have to say a word, that you know. I wish we had more time. I guess we all just wish for more time.
I can’t say it’s love. but you mean so much to me.
Thank you for waiting. thank you for the gentleness with which you treat this heart of mine. I know it’s never easy
lot kisses 
Astari Laksmiwati Prenjana
0 notes
berkirimsurat-blog · 10 years
Text
#5
Dear Astari Laksmiwati Prenjana,
I love you.
I love you not for the way you danced with my angels. But for the way your name could silence my demons.
Love,
Byantara Arkana Damarrama
0 notes
berkirimsurat-blog · 10 years
Text
#4
Former Happiness
Dear Byantara Arkana Damarrama,
Selamat pagi
Terima kasih atas surat terakhir yang telah kamu kirimkan kepadaku. Untuk apa kamu masih terus menunggu?bagaimana kalau ternyata menunggu hanya akan membuang waktumu,tidak membuatmu bahagia misalnya. Asal kamu tahu,hidupmu hanyalah sekedar menyelesaikan tugas, menunaikan janji dan memenuhi harapan. Sementara kau tak punya waktu untuk dirimu sendiri. Kau bahkan lupa kapan terakhir kau benar benar tersenyum dan bahagia untuk dirimu sendiri. Kegetiran semacam ini akan kau terima lantas kau jalani sebagai sebuah keseharian. Seolah olah ini adalah kebenaran dan selayaknya terjadi padamu.
Bila bahagia adalah perihal melakukan apa saja yang kita suka, yang dapat membahagiakan diri sendiri, yang tidak melihat orang yang menuntut kita secara tidak langsung untuk membahagiakannya, lalu apa gunanya nurani? Bukankah kamu yang mengajarkan aku untuk bersabar dan terus memelihara nurani?
Kamu juga ingin aku bahagia, dengan gegap gempita. Dengan diam-diam membawa banyak cerita. Memberi aku beribu pelajaran baru. Aku benar-benar belajar darimu tentang hidup sungguh-sungguh. Setelah sebelumnya airmata tidak pernah bosan menemani hari-hariku. Maaf, bila aku murid yang bandel. Aku sangat menyayangimu. Aku begitu untuk membuatmu kesal, sehingga kamu berhenti membuatku bahagia. Karena aku tahu, kamu pun ingin bahagia. Kamu harus melakukan itu untuk membuatmu bahagia.
Aku selalu setuju dengan perkataanmu. Mencari jalan untuk mendapat tempat di matamu. Mata yang tanpa aku sadari, memang tidak pernah lepas dariku. Aku selalu mencari jalan berlawanan denganmu, sehingga aku selalu curiga dan mempertanyakan ucapanmu. 
Aku sering kesal dibuatmu. Dengan segala diam mu. Tidak peduli dengan cerita-ceritaku. Padahal aku tahu, kamu tidak tega membiarkan setetes airmata pun jatuh dari hatiku, apalagi sampai tumpah di pipiku. Kamu tak kuat melihat keresahanku. Kamu menghiburku dengan cara lain dari yang lain. Cara yang hanya aku dan kamu yang tahu. Walau dunia mencoba mencari cara untuk bisa tahu. Namun kita tertawa. Sok tahu mereka semua! Hanya Tuhan yang serba tahu. Kita tak mau tahu dengan segala rasa ingin tahu mereka.
Kamu tidak membuat janji untuk terus mengawasiku dari jauh. Kamu bilang, kamu sudah dan akan selalu melakukannya untuk membahagiakanku. Menjagaku dengan cintamu dari jauh. kamu tak mampu mendekatiku lebih jauh, katamu. Kamu memiliki kewajiban untuk menyayangi orang yang telah menyayangimu, sehingga membuatmu amat menyayanginya.
Suaramu terus berkata dengan bahasanya sendiri. Sehingga hanya aku yang mengerti bahasamu. Aku selalu tersenyum setiap melihat kamu bahagia. Walaupun aku tidak pernah tahu apa yang kamu rasakan sebenarnya di sana. Percayalah, Tuhan tidak akan pernah menjauh dari hatimu yang amat berharga itu. Karena di sana, aku titipkan satu cintaku untukmu. Untuk menjagamu selalu dapat mencintai orang yang telah mencintaimu dengan tulus. Di sampingmu. Di kenyataanmu. Bukan hanya di impian sempurnamu. Aku. Tidak perlu membenarkan atau menyangkal. Aku sudah hapal dengan segala macam penyangkalanmu. Aku tahu, bagaimanapun juga, kamu pun tidak akan bisa menghentikan cintamu padaku juga.
Cinta memang tidak harus selalu berakhir bahagia. Karena cinta itu menyakitkan. Bukan cinta, namun konsekuensinya. Akibat dari sebuah keputusan untuk mulai mencintai seseorang. Mungkin lebih baik, kita mulai belajar mencintai diri sendiri dahulu. Agar dengan mudah mencintai orang lain.
You know where,11 Februari 2014
Cubit cium
Astari Laksmiwati Prenjana
p.s Maaf ya kalau suratnya kepanjangan,that’s what you get when you sent me a letter.
0 notes
berkirimsurat-blog · 10 years
Text
#3
Tea for two
Dear Astari Laksmiwati Prenjana,
Selamat pagi
Tahun ini sudah memasuki bulan kedua hari kesebelas. Entah ini sudah pagi keberapa aku terus mengucap salam melalui cahaya yang masuk melalui sela-sela jendela. Bagiku tiap hari adalah sama apabila rindu masih belum bisa melihatmu melalui mata.
Sudah entah berapa ratus hari berlalu,aku masih mencari teman minum teh serupa kamu,tapi tak juga kutemukan dimanapun itu. Maka aku putuskan saja untuk menunggumu di depan pintu seraya bergumam kecil lagu-lagu kesukaan kita dulu sembari ditemani secangkir teh lemon yang lugu.
Mengapa tak pulang saja?
Lalu duduk bersamaku di beranda
Mengulang nostalgia tentang kita yang terlalu manis dibeberapa hari kemarin.
Mengapa tak pulang saja?
Pulang ke rumah yang didalamnya terdapat aku,ditemani secangkir teh kesayanganmu, yang masih belum lelah untuk terus menunggu.
Semarang,9 Februari 2014
Peluk cium,
Byantara Arkana Damarrama
0 notes
berkirimsurat-blog · 10 years
Text
#2
Subject : Re : Application for everlasting lover
Thank you for such sweet letter that you sent to me non. You know I’m not good writing fromal things such as essay,thesis and in this case reply letter for your application. As you know it,there always special place for me to always accepting you back. No matter you’ve been disappointing me that much,I always have a way to accepting you back. 
You made me grin through all the wrong ways on your previous silly letter. I was wondering that you’ve remember everything as much as I remember or in other words I never forget.
I remember,the way you glanced at me. Yes I remember
Of course,with your hillarious smile when our eyes meet.
I remember when we caught a shooting star. Yes I remember
That’s exactly not shooting start. That was fireworks on new years eve.
I remember all the thing that we shared and the promise we made just you and I
When I hold you in my arms we discussed about future. Like where we gonna raise up our family,what job you’ve been into and not-so-distant-future,having a NYE 2015 on Singapore. Do you remembering it right,non? I still have a high hopes on that :D
I remember all the laugh we shared all the wishes we made upon the roof at dawn
Wishing you have a great life and talk about love like there’s no tomorrow.
Do you remember,when we’re dancing in the rain in that December?
And hold your hand,you know. After that maginificent-melting-Tulus concert
The way you read your books. I remember
Supernova by Dee . And you said you’re not gonna finished that book because the story was too good.
The way your tied your shoes. I remember
The sneakers one and the boot one. Yes that :D
The cake you loved the most. I remember
Anything with chocolate on it
The way you drink your coffe. I remember
No,I don’t remember you drink coffe. You’re more sugarless tea person
And the way you smiled at me. Yes I remember
That was some kind storm on my chest and thousand butterflies release on my tummy.
Semarang, 26 Januari 2014
To : Astari Laksmiwati Prenjana
Things I’ve never been wrong so far,write a heart-wrenching movie quotes. You have yours and I have mine,here’s my favorite quotes
Love is passion,obsession, someone you can’t live without. I say fall head over heels. Find someone you can love like crazy and who will love you the same way back. How do you find her? Well, forget your head and listen to your heart. And I’m not hearing any heart. Cause the truth is there’s no sense living your life without this. To make journey and not fall deeply in love. Well, you haven’t lived a life at all. But you have to try, cause if you haven’t tried, you haven’t live. I love you, I love you always.
Someone who always love you with endless forgiveness,
Byantara Arkana Damarrama
0 notes
berkirimsurat-blog · 11 years
Text
#1
Subject : Application for everlasting lover
Latar Belakang Pendidikan
10/2010 SMA Unggulan, Semarang
Dengan almamaterku ini,akhirnya kita bisa nyambung ngobrol karena kebetulan kita berasal dari SMA yang notabene musuh bebuyutan. Anak sekolah sini benci sekali dengan orang-orang dari sekolah,but for you. I’ll make an exception.
Riwayat Pekerjaan
11/2011 - 10/2012 Secret Admirer Agency
Memulai karier sebagai pengagum berat tulisan-tulisan di blog kamu. Ngefollow twitter kamu karena gak sengaja sering liat username kamu bertebaran di timelineku. Bertanggung jawab akan pipi merah,senyum salah tingkah dan diam seribu bahasa saat akhirnya kita nonton berdua pertama kali.
11/2012 - 03/2013 Part Time Lover Consultant
Bekerja sebagai teman nonton yang setia. Bertanggung jawab untuk nemenin kamu nonton film sci-fi,superhero,thriller,twisted movies atau apalah itu film yang bikin mikir kesukaan kamu. Bertanggung jawab juga atas capek-capek kamu yang bolak-balik antar-jemput dengan jarak yang cukup jauh
05/2013 - 07/2013 PT. Masih Penasaran
Bekerja sebagai pacar orang. Bertanggung jawab atas kebohongan dan waktu yang aku curi-curi buat ketemuan dan teleponan dari tengah malam sampai subuh sama kamu. Bertanggung jawab juga pada kangen kamu banget.
11/2013 - 01/2014 PT. CLBK, Tbk.
Prestasi & Penghargaan
12/2013 Meet The Parents Award
Akhirnya ikut andil juga dalam surprise mu pada hari Ibu. Ketemu sama ibu kamu yang berzodiak sama denganku. Ngobrol dengan papamu yang cukup humoris.
01/2014 New Years Eve Festival
Semua terjadi disini pertama kali. Dari pernyataanmu yang bener-bener bikin melting,marathon film trilogi before,first kiss pertama….eh atau lebih ya? ;)
11/2012 Juara 1 Kompetisi Desain Maket Hotel
Enam jam dua puluh menit, waktu terlama bales smsmu.
Kepribadian
Kamu punya banyak panggilan buat aku. Mulai dari ‘cubitan maut’, 'ms.introvert','non'. Dan aku juga punya banyak panggilan buat kamu,yang paling spesial : 'Mas adek’.
Surabaya, 25 Januari 2014
Kepada : Byantara Arkana Damarrama
Berdasarkan informasi yang aku dapatkan tentang lowongan di tempat kamu,maka dengan ini aku merangkum semua dalam gabungan quote dari serial tv favoritku.
I am constantly amazed by the things you say. Entranced by the things you do. And, unlike a certain jalapeno coconut vodka martini, you’re easy on the eyes. If we’re together long enough, I hope that you can see yourself the way I see you.
Hopefully these requirements may meet your approval. I’m looking forward to hearing your reply.
Thank you for your attention and thank you for letting me into your life.
Yang menunggu,
Astari Laksmiwati Prenjana
0 notes