Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Gaya Rambu Keren Pria 2019
Keberadaan dalam kesibukan populasi Indonesia, pertama dalam Pulau Jawa, sulit menurut ditelusuri asal usulnya. Kita sahaja mampu berspekulasi sebagaimana yang diungkapkan mahaguru Denys Lombard, yang menyapa ragam hidup Belanda mulai diserap karena warga negaraNusantara kurang lebih pertengahan era ke-19
ketika sejumlah priayi diangkat sebagai atasan beserta mulai mengenyam pelajaran Belanda. kembang gula sangat kelihatannya bagian dari gaya hidup itu.
Pengelompokan makanan kecil-kecil yang manis, berpatokan dari kamus besar, barangkali bisa menolong sungguhpun bukan betul sepadan. lingkaran makanan ini diucap gula-gula. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kreasi Badudu-Zain, kata gula-gula signifikan macam-macam penganan atau manisan dari gula. Cakupan dalam lingkaran ini benar-benar luas sekali, seluruh makanan yang bersumber dari gula. Dalam bahasa Inggris istilah yang tepat menjumpai ini yaitu confectionary. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut bonbon.
Faux hawk
Kembang gula sendiri dalam kamus umum Bahasa Indonesia itu yaitu makanan yang terbuat dari gula. Orang Jawa menyebut makanan manis ini lebih singkat mbanggulo. Penjelasan ini pasti tidak memuaskan karena menjadi rancu dengan gula-gula pada atas. Meski demikian, pencarian padanan kosakata ini pada dalam bahasa Inggris menemukan istilah yang tepat kepada ini yaitu candy, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut lollie. Jadi berdasarkan pemadanan itu, maka kembang gula merupakan salah satu jenis dari gula-gula.
Bila dekat Indonesia dikenal ada nama permen, maka sebenarnya permen ialah salah satu jenis kembang gula yang terasa pedas di lidah. Kata kembang gula sendiri kemungkinan terkait dengan dengan peppermint, kembang gula pedas karena ada kandungan minyak peppermint. Peppermint ialah senyawa aromatik yang berasal dari daun tanaman yang menghasilkan mentol, yaitu Menthas arvensis yang biasanya digunakan untuk memberi rasa pada makanan, pasta gigi, bersama obat- obatan. Orang Belanda menyebut ini dengan sebutan peppermunt.
Orang Indonesia, lebih-lebih orang Jawa, kemungkinan kesulitan sepanjang mengatakan peppermint hingga muncul kata gula-gula. Dalam perkembangannya, istilah ini menjadi rancu karena semua makanan ringan yang manis dimasukkan dalam permen, sesuai kembang gula jahe, gula-gula coklat, dan gula-gula karet.
Comb over
Dengan memahami berbagai istilah itu, maka dugaan munculnya kembang gula pada Nusantara terkait dengan pendirian pabrik gula. Pabrik gula pertama berada dalam Batavia, yang sekarang bernama Jakarta pada 1700-an. Pada tahun 1710 tercatat 131 penggilingan tebu dalam Batavia. Di wilayah bagian selatan Batavia didirikan pabrik gula yang masih jauh dari penggunaan mesin dan uap air panas menjumpai produksi gula.
Saat itu, pabrik gula digerakkan oleh tenaga kerbau atau manusia. Tenaga ini akan memutar dua silinder. Di tengah silinder itu dimasukkan tebu. Dari pemerasan ini dihasilkan cairan. Cairan ini kemudian dikeringkan dengan dimasak hingga menjadi kental.ikirim ke India Barat (yang dimaksud ialah bagian barat India), lalu kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat gula-gula jahe alias candied ginger.
Ada tiga kategori gula berdasarkan tingkat keputihannya. Gula kualitas pertama yang paling putih diekspor ke Eropa. Kualitas yang kedua dikirim ke India Barat (yang dimaksud yaitu bagian barat India), dengan kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat permen jahe alias candied ginger.
Kembali ke soal asal usul kembang gula alias gula-gula. Buku kecil dengan tebal 34 halaman milik kolektor asal Semarang, Handoko, berjudul Atoerannnja Membikin Permen (Kembang Goela) karya orang yang bernama Radius yang terbit tahun 1936, bisa sedikit membantu pelacakan soal kembang gula alias kembang gula.
Dari klaim buku tersebut dengan menyebutkan “Boekoe-boekoe dalem bahasa Melajoe jang sanggoep menjokoepi itoe keinginan, toroet taoe kita sampe sekarang belon ada,” kita bisa menuduh industri kembang gula masih dikuasai kelompok elite yang paham bahasa Belanda. Industri kembang gula belum menjadi industri rumahan. Dengan informasi itu pula, kita menuduh teknologi kembang gula dibawa oleh orang Belanda.
Buku kecil ini juga menginformasikan jenis-jenis kembang gula yang ada saat itu, mulai dari bonbon, kembang gula strong pepermunt, grip, permen kenari, permen kopi, permen busa, gula-gula gombal, dan pastiles. Dari buku tersebut juga diketahui, saat itu sudah terjadi kerancuan istilah antara permen dengan kembang gula.
Kesulitan kepada melacak juga akibat gabungan makanan ini menjadi rancu karena banyak variasi produk jenis ini. Di kalangan orang dikenal berbagai makanan bersumber dari gula, penaka kembang gula, kembang gula, gulali, bonbon, manisan, harum manis, loli, dengan ting-ting. French crop Labelnya yang bergambar rimpang jahe dan bagian tepinya ada kotak-kotak kecil biru-putih makin mengingatkan orang pada gula-gula yang masih dikenal luas beberapa tahun yang lalu. Penulisan merek dagang “Paberik Kembang Gula, SINA, Pasuruan” makin memastikan permen ini kembang gula “masa lalu”. SINA yakni produsen kembang gula ini, yaitu PT Sindu Amrita.
permen jahe memang merupakan permen yang tergolong kuno. Berbicara permen ini bukan semata-mata berbicara puluhan tahun lalu, tetapi ratusan tahun. Setidaknya kembang gula ini sudah tercatat di dalam buku Island of Java karya John Joseph Stockdale, pelancong berkebangsaan Inggris, yang menyebutkan, pada tahun 1778 Belanda mengirim sebanyak 10.000 pon (atau sekitar 5.000 kilogram) produk yang disebut candied ginger dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari dalam Eropa karena menyembuhkan kembung atau dalam istilah ilmiah disebut flatulensi.
Fade
youtube
gula yang lain yang tergolong tua yakni kembang gula asem. Catatan tentang kembang gula ini masih sangat sedikit. Akan tetapi, keberadaan pohon asem sendiri menarik banyak perhatian para pelancong dari Barat ketika berada dalam Nusantara. Selain John Joseph Stockdale yang mencatat keberadaan pohon asem itu yaitu Albert S Bickmore, pengelana asal Amerika Serikat, dalam buku Travels in The East Indian Archipelago (1868).
Bickmore memang tidak menceritakan soal kembang gula asem itu, tetapi ia bercerita tentang banyaknya pohon asem pada pinggir jalan yang digunakan kepada peneduh pada sepanjang jalan dekat Surabaya. Sejumlah jalan dalam banyak kota, bahkan di Jakarta, masih ditemukan keberadaan ini.
Pohon asem yang melimpah itu kemungkinan mengilhami orang mendapatkan membikin kembang gula asem. Hingga sekarang kita masih bisa menemui kembang gula asem ini dari yang tradisional, yaitu gula dicampur asem, kita bisa merasakan kekasaran gulanya, hingga yang sudah berupa kembang gula cetakan.
1 note
·
View note