Text
Doa dan Durasi
Iseng, ngobrol ama bapack-bapack yang pulang dari masjid. Bertanyalah seorang ke saya:
"A, kenapa sih kalau abis sholat, anak-anak mah banyaknya langsung keluar? Bukannya dzikir malah ngacir hehe"
Ya saya jawab aja:
"Namanya anak-anak pak"
Respon berikutnya yang kemudian membuat saya rada diam sambil jalan pulang. Si bapak yang tadi terus ngomong kurang lebih begini:
"Ya karena mereka hidupnya masih ditanggung orangtua, kalau butuh ini-itu kan tinggal minta, ga perlu tuh mereka doa lama-lama abis sholat, dan kebutuhan mereka kan paling apa sih, ga ribet-ribet. Beda lagi kalau semakin dewasa, ketika urusan-urusan hidup udah gabisa ditangani orangtua, dia baru akan berpikir untuk berdoa. Kalau udah tua, teman udah mulai gugur satu per satu, ya mau gamau kan ngomongnya ke Allah."
Maka variabel x (umur) berbanding lurus dengan variabel y (durasi berdoa), semakin tua umur seorang, semakin lama durasi dia bercengkrama dengan Allah, begitupula sebaliknya. Ya karena masalah hidup anak-anak ga serumit yang remaja, yang remaja ga seberat yang sudah tua. That's why masjid isinya yang tua-tua aja.
4 notes
·
View notes
Text
I know I might write this someday.
But beforehand. Tulisan ini terinspirasi dari salah status WA manusia yang meaningful bagi saya yang membahas aspek psikologis seorang yang dibesarkan tanpa seorang ayah, atau “fatherless”. Fatherless disini maknanya luas, mulai dari yang terlahir yatim, atau yang kehiilangan sosok ayah karena kondisi-kondisi tertentu (cerai, sibuk dan lain-lain). Di tulisan itu dinyatakan bahwa pola pengasuhan yang menimpa seorang anak yang dibesarkan tanpa sosok seorang ayah besar kemungkinan akan menjadi lingkaran setan. Karena, kemungkinan besarnya adalah pola asuh yang dialami sang anak akan dijalankan di kemudian hari saat ia menjadi seorang ayah, dan seterusnya.
And, my father is one of those many people.
Abi terlahir yatim, tidak punya ayah, bahkan secara kondisi ekonomi juga mungkin dibawah rata-rata. Abi dari lahir (mungkin) tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. But I am proud of him and nothing is wrong with how he raises us as his children. (Yeah, maybe I’m the problem)
Orang yang sangat mengenal saya dan orangtua saya pasti akan tahu mengapa saya lebih accustomed to be known as anak Abi ketimbang anak Ibu.
He always teaches by example.
Suatu hari, saya lagi ngobrol tentang kehidupan dengan sesepuh RW, tiba-tiba dia bilang:
“A Erik, saya teh suka nangis liat abi A Erik”
Ya reflek saja saya nanya kenapa. And he would then tell a story I would cherish for long, a story that was only told by a perspective outside of home.
“Saya sering marahin Abi karena dia gamau beli motor/mobil disamping kegiatan ngajarnya yang selalu padat, tapi tau ga jawaban Abi A Erik apa, Abi bilang: kalau semua orang beli kendaraan terus nanti rezeki sopir angkot sama ojek dari mana?”
Mendengar cerita itu, aku tersenyum tipis tapi deep inside pengen meleleh, I know sebenarnya Abi berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia tidak bisa menyetir. But itu juga karena Abi didn’t have the luxury to have his own bike or motorcycle when he was young.
People who know me well will also know me as a person who always uses public transport and walks anywhere if its considered in a walkable distance, and yes I got it all from my beloved Abi.
Abi as a father lebih ke tipikal diam dan cuek, membiarkan anak-anaknya, tapi very-very tegas, ya karena dibesarkan di lingkungan yang sangat religious. Teman dekat Abi pernah cerita di usia mudanya dulu, Abi sudah dipanggil “Buya” oleh masyarakat sekitar, which is something.
Bi, I know you’re trying hard to raise these 5 kids that maybe would leave home in a matter of years to fulfil another life in the outside world. But you’re always going to be our perfect father and I hope one day I could be one for my children too.
I love you Bi, I’m proud of you Bi, and I’m sorry I can’t be the child you’d expected me to be and I'm sorry I don't have the guts to say it directly.
(literally typing with wet eyes)
But, btw, keknya seru kalo ane bikin kompilasi cerita Abi ane disini. Secara, mom always gets the spotlight and people know her more
4 notes
·
View notes
Text
(After Reading a Chapter of "Little Women")
At some point, I wish I could just lie on the vast fields of wild grass in the darkness of the night. Accompanied by the gentle breeze of the summer wind, softly kissing my cheeks, billowing slowly. Whilst gazing at the beautiful moon. Alone, just me and the moon. Away from those buzzing human beings and their so called society. When you got the silence of the night to talk to, it just feels more comfortable doesn't it.
Then I would slowly close my eyes, the only light from the moonshine slowly faltering into a speck of fuzz. Before the pitch black enters the horizon, I see you, your face, that smile. The corners of my mouth raise a little.
My eyelids slowly open again. The moon is still there, though it seems as if it has been laughing at the presence of this one naive person. A person who seems to think that love is simple game to play with.
I stare back, the smile evolves into a chuckle, foolish me.
1 note
·
View note
Text
Flower of Aib
Terkadang saya merasa penasaran dengan kehidupan setelah memiliki pasangan hidup. Terlebih, setelah mengamati drakor “Flower of Evil” (wkwk, sumpah gw ga bakal nonton drakor kalo bukan karena adek-adek gw yang nonton). Rasa penasaran ini lebih ke perihal batasan informasi yang dapat diketahui satu sama lain. Apa ada batasan dalam memiliki privasi? Apa mesti semua rahasia kemudian dibagikan dengan pasangan? Kalau udah punya aib yang ga pengen diketahui orang terdekat, apa sebaiknya hidup sendiri aja? Jadi berpikir agak dalam.
Kalau urusan masa lalu, baik yang kisah-kisah mencekam, pengalaman asmara dengan mantan (ceileh) serta cerita-cerita aib lainnya yang dapat mengusik hubungan baiknya emang di-keep (iya ga sih?), karena (mungkin) relevansi dengan hubungan yang dimiliki sekarang agak sedikit. Yang lalu biarlah berlalu. Karena, mengatakan “I love you” adalah kalimat dengan bentuk present tense, yang saat ini terjadi. You love the person you are with now, no matter what happened in the past and you will always love him/her here and there. There's a reason why “I love you” sounds more heartwarming than "I loved you".
Next, bersyukur Allah tidak membukakan aib manusia. Bayangkan kalau aib manusia dibuka semua, hubungan social seperti rekan kerja, teman, pernikahan apapun itu hanya akan menjadi mitos.
I must've read or heard it somewhere, but ada ungkapan yang bunyinya:
"Aku tidak sebaik apa yang engkau bayangkan"
So, lower your expectations to the minimum when you feel you're in love with someone, biar di kemudian hari tidak broken heart pas keliatan aslinya (ckck).
Tapi, saya sepakat kalau ada hal-hal yang mesti ditransparansikan dan diketahui oleh doi. Ya yang sifatnya merusak hubungan dan terjadi saat itu juga kayak ketahuan memiliki “hubungan pihak ketiga” atau yang bertentangan dengan values dari komitmen hubungan yang dimiliki. Jelas tidak boleh dong ditutup-tutup. Kalau menjadi pertanyaan, ya harus dijawab dengan jujur dan terus terang.
Ya manusia emang imperfect, tapi yakali mau berlindung dibalik tameng "imperfect", at least strive to be better lah.
Disinilah pentingnya komunikasi (sok tau pisan saya, nikah aja belum), biar setidaknya bisa draw the line. Apa yang boleh diketahui, apa yang bisa dimaklumi sekali-sekali asal tidak berkali-kali dan apa yang tidak bisa ditolerir. Bikin MoU, gantung di kamar, wkwk ga lah.
1 note
·
View note
Text
The Bloodstained Field
"Football was created to express happiness, not to huddle in sorrow"
"Nobody should not come back from a football game"
Sudah dipastikan jumlah korban meninggal dari tragedi berdarah Kanjuruhan melebihi 100 nyawa. Miris.
To be honest, there is no words that can describe this catastrophe. It is so APALLING plus SHOCKING seeing the response of those who have authority. No comment. You should be ashamed of yourselves.
I mean like, the whole world has had a say. A minute of silence before matches, banners of support in the tribune, we're even on the front page.
Oh yeah, and those frikin buzzers too, bacot lah sira. You can't return our trust, even a fraction of it with your disgusting ways.
I've really had enough of these belligerent fools, just for once, would you just disappear for a lifetime.
Remember the Dead of Kanjuruhan
0 notes
Text
Pesantren Kerad?
Belakangan, lagi rame kasus santri meninggal akibat perundungan di pesantren. Kaget? Engga. Parah? Iya, menurut saya.
Sebelumnya, rame juga tuh video penghancuran hape bekas sitaan santri di pesantren yang berbeda. Kaget? Engga juga, tapi kalau yang ini tidak terlalu parah sih. Ya, situasi dan kondisi berlaku untuk segala hal.
Sebagai lulusan pesantren, hal-hal seperti di atas memang terjadi (tapi kalo di pesantren saya ga sampe meninggal), but, tau sikon juga lah kalau mau main hakim, jangan tanpa sebab atau perihal sepele, harus ada alasan yang jelas dan konkrit.
Dulu memang bukan hal yang lumrah, soalnya pilihan hukum yang berlaku ada 3 kalau melanggar.
Pertama, diproses sekolah (bisa sampai dikeluarin dari pesantren untuk pelanggaran-pelanggaran berat, kalau engga dipoin dan kalau akumulasi poinnya melewati batas, bisa ga naik kelas)
Kedua, diproses sama OSIS (hukumannya bisa menjadi kolektif, yang kena bukan sendiri tapi seangkatan, paling hukumannya push-up rantai, ga sampe dikeluarin tapi ya ga enakan di angkatan)
Ketiga, diproses angkatan (ini nih yang "lebih intim" iykwim)
*disclaimer: milih pilihan kedua dan ketiga bisa aja ketahuan sekolah dan ujungnya tetap diproses, walaupun sebelumnya udah "ditanganin", tapi umumnya dan sepengetahuan saya, setelah diproses angkatan/OSIS, masalah selesai dan sekolah bahkan tidak tahu yang bersangkutan bermasalah.
Nah, saya di lain sisi cukup abstain dengan bagaimana santri menangani masalah hidupnya. Semasa di pesantren, cuma sekali ikut "menyidang" teman angkatan dan (alhamdulillahnya) ga pernah disidang. Biasanya, mereka-mereka yang disidang begitu yang pelanggarannya udah kelewat batas, kayak pacaran, homo, maling dan lain sebagainya. Mereka yang udah diingatkan untuk tidak mengulangi tapi masih terus mengerjakan.
Tapi kalau udah buat nge-bully, its a BIG no. Tindakan mukul masih wajar untuk memberi efek jera bagi pelaku/pelanggar yang sudah tidak bisa dinasehati. But buat mem-bully teman, tidak diwajarkan. Ya kalau salah, disesuaikan juga hukumannya. Yang lupa pakai peci ke masjid jangan disamakan sama yang sengaja ga ke masjid.
Ustad juga pernah ada yang berkata, kalau mau menghukum ya dihukum dengan kasih sayang.
Contohnya, telat berangkat sholat ke masjid, dikasih pilihan, push-up 30 atau sabet betis pake rotan 2 kali. Ya biar gaada kemudian alasan ada kekerasan di pesantren ketika kemudian ada betis-betis biru atau tangan pegel, kan kita yang milih, tanggungjawab lah sama pilihan diri dan jangan diulangin.
Anyway, balik lagi ke yang main hakim sendiri di angkatan.
Yang saya kesalkan ketika sudah ada sidang-sidangan itu cuma satu, ya sama mereka yang "nyidang". Khususnya kasus pacaran.
Sekalinya saya ikut begituan emang lagi kasus anaknya yang ketahuan pacaran, tapi mereka "para algojo" yang ikut "nyidang" ada aja yang saat itu pacaran. Disitu saya langsung muak sama bullshit main hakim di angkatan.
LU AJA MASIH NGELAKUIN ANJIM, NGAPAIN IKUT MUKULIN
Tapi kalau udah kasusnya yang lain, asal engga seperti yang di atas tadi ya mangga lah. Poin intinya untuk membikin jera pelaku ya, bukan melampiaskan pukulan.
Ohiya, buat main pukul juga ada SOP nya setahu saya, gaboleh ke kepala, kelamin dan daerah-daerah rawan.
BTW, postingan ini bukan berarti saya mendukung pukul memukul, konteksnya lebih ke penegakan disiplin yang wajar, rasional dan bikin jera. Situasi dan kondisi selalu berlaku untuk segala hal. Jangan bablas
0 notes
Text
Buat yang suka jijik ama yang nyampurin religion and politics
First of all, opini ini saya coba minimalisir kandungan dalil-dalil agamanya. Coba ditilik dari teori dan fenemona dan bahasa umum saja.
Second, it's just an opinion, it's also your right either to accept or deny or even give your own opinion regarding what I've just wrote.
Secara bahasa, politik berasal dari bahasa yunani yakni dari kata politika yang berhubungan dengan negara, dimana asal katanya adalah polites yang berarti 'warga negara' dan polis yang artinya 'negara/kota'.
Dalam teori klasik politik yang dikemukakan oleh Aristotle, definisi yang dibuat menarik sekali dibahas dalam pandangan seorang manusia pada umumnya maupun seorang muslim.
Bunyi teorinya adalah:
"Segala sesuatu upaya yang sifatnya dapat merealisasikan kebaikan di tengah masyarakat."
Masih dengan Aristotle, menurut beliau, negara adalah lembaga politik yang paling berdaulat. Tujuan terbentuknya negara adalah untuk kesejahteraan seluruh penduduk atau rakyat, bukan kesejahteraan individu.
Menurut Hans Kelsen, seorang filsuf dari kalangan Yahudi, definisi politik di breakdown menjadi dua, poltik sebagai etik dan politik sebagai teknik. Politik sebagai etik berkenaan dengan tujuan manusia atau individu agar tetap hidup sempurna. Politik sebagai teknik berkenaan dengan bagaimana manusia atau individu mencapai tujuan.
Langsung to the point saja. When it comes to religion, religion never teaches you bad morals. Upholding nilai-nilai kesejahteraan untuk khalayak umum sudah kita saksikan di agama manapun, mau Islam mau Kristen. Agama bukan saja sarana untuk perbaikan diri, tapi juga perbaikan masyarakat. Setidaknya, sekali seminggu seorang ke masjid atau gereja untuk menyimak ceramah atau siraman rohani.
Like zakat for instance yang fungsinya adalah membagikan harta untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan (mustahiq), or thanksgiving yang sejarahnya dilakukan untuk mensyukuri perbedaan di tengah masyarakat (pendatang kolonial dan suku Indian Amerika).
So bisa dibilang, politik sejalan dengan agama (sebenarnya). Yang salah orang-orang yang bermain di dalamnya, mereka-mereka yang mencemari dengan menyalahgunakan kuasa yang dimiliki. Mereka-mereka yang mementingkan diri sendiri dibandingkan dengan kebaikan buat masyarakat dan negara.
But yes, at some times, I also consider politics as a world full of sly tricks and greed.
0 notes
Text
Sombong, Sholat dan Sujud
Udah pasti ga asing sama pepatah atau ungkapan : "Indahnya sholat itu ketika kita berbisik di bumi tapi didengar oleh langit".
Well, sekilas dibaca emang sudah tergambarkan, bagi saya pun awalnya biasa aja. Ungkapan di atas mengkiaskan kita sebagai hamba yang emang physically tinggal di bumi yang memuja Allah yang basically ada di langit. But it gets better. Ketika konteks pembicaraannya adalah salah satu gerakan dalam sholat itu sendiri, yaitu sujud dan bacaannya.
Gatau sebenarnya saya yang lebay dan orang-orang udah pada tau duluan. Tapi saya pengen menuliskan saja.
Bacaan sujud (gatau ya, bacaan orang-orang bisa aja beda ini mah) saya tuh : "Subhaana Robbiyal A'laa" yang artinya : "Maha Suci Allah Rabbku yang Maha Tinggi"
It gets interesting, especially for me. Posisi sujud adalah posisi terendah kepala kita dalam sholat. But bacaannya mengandung nama Allah yang Maha Tinggi. Saya kemudian sok-sokan narik kesimpulan.
Seberapa "low" hidupmu di dunia, tempat kembalinya tetap Allah. Even ketika kamu ada di kondisi gundah yang mendalam, "tinggi"-Nya Allah masih ada untukmu.
Seberapa tinggi your ego atau segala bentuk kesombongan lainnya, remember, masih ada Allah yang lebih tinggi. Dan orang yang (masih) sholat akan mengakui hal tersebut. Coz we bow to Al-A'laa, and we're nothing compared to Al-A'laa. Dengan kata lain, kesombongan tertinggi ada pada orang yang sudah ga lagi sholat. Wallahu a'lam deh ya.
Badumtes :)
29/12/2021
3 notes
·
View notes
Note
Knp anda selalu galau
wkwk, gapapa lah, Tumblr ini emang buat saya galau-galau kok
0 notes
Text
Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own. A happy face of one is meaningful to you, even though you're in distraught.
0 notes
Text
The photo above seems just as much as usual amid the chaos which is happening right now in Palestine. Just a bunch of people expressing their opinions and stance towards what is currently being so discussed.
But for me, the photo is very meaningful. As a football fan, which also follows issues beyond the pitch itself, this photo has a deep meaning.
Allow me to introduce you, Hamza Choudhry (left) and Wesley Fofana (right), two professional football players playing for Leicester City FC. (Both of them are Muslims, cmiiw). The photo was taken after Leicester City won the finals of the FA Cup. They won it in Englands most iconic stadium, the Wembley Stadium (like the GBK of Indonesia).
Now, Leicester City was once known as a team of miracles, they once won the league in 2015/2016, which was very surprising, because the odds for them to win the title was 1/5000. Now this run towards the final was considered also a fairy tale, generally speaking, this was Leicester City first chance to win the FA Cup, the most oldest football competition in the world.
To make things more interesting, their opponents that evening was Chelsea FC, a so called mighty team from London. Which had the likes of Tiago Silva, Timo Werner, Christian Pulisic and many other names that other clubs would drool to have in their teams. Leicester City beat them 1-0 and won the cup.
The team celebrated the cup as any team would. Then, Fofana and Choudhry thought it was kinda something to celebrate using the Palestinian flag. They are youngsters, like me, maybe at the same age, around the early 20s. Thinking that it would be okay. (Well honestly they're not wrong at all)
The most mind-blowing thing was that Fofana and Choudhry's opponent that evening, Chelsea FC, was owned by a man named Roman Abramovich.
Roman Abramovich is a Russian-Israeli man, whom has been secretly funding the movement of illegal settlements in Palestine. It was also stated that Mr Roman was known as the top funder in the program. (Source: https://www.theguardian.com/world/2020/sep/21/leaks-show-chelsea-owner-abramovich-funded-israeli-settler-group)
Beaten by "a nobody team" then they celebrate using something you contradict. How low can you go Mr Roman.
That's why football is always a beautiful yet mind-blowing game.
4 notes
·
View notes
Quote
What is a friend? A single soul dwelling in two bodies.
Aristotle
2 notes
·
View notes
Text
Gaada Title
Halo Tumblr, apa kabar? Pasti kamu cemburu ditinggal lama sama aku. Tenang, aku masih disini...
:)
1 note
·
View note
Text
Kibo Kopi
Arabica dan Robusta adalah dua jenis kopi. Anak senja pasti tahu perbedaannya. Arabica cenderung lebih manis dibandingkan Robusta, sedangkan Robusta relatif lebih pahit, karena tingginya kandungan kafein yang dimilikinya.
Bila kau kusuruh memilih antara dua jenis bebijian itu, kau pilih yang mana? Manisnya biji Arabica, atau kafein tinggi si Robusta?
Keduanya punya ciri khas kok.
Kau seorang diri memang manis, kau pilih Arabica. Karena Arabica tanpa ditambahi pernak pernik yang macam-macam pun sudah manis, seperti engkau. Dia sempurna apa adanya, seperti engkau.
Namun bila kau memilih Robusta, tidak berarti kau tidak manis, seperti saudaramu Arabica. Memang tidak semanis Arabica, tapi pahitnya Robusta cocok untuk dipadukan dengan putihnya susu. Begitu juga kau, tidak mesti kau hidup dalam kesendirian dan kepahitan. Someone out there is waiting for you, untuk saling melengkapi.
0 notes
Text
Napsu
Cinta hanyalah wujud nafsu. Lihat lelaki ganteng dikit, atau puan yang manis langsung bawaannya pengen di/ngedeketin, pacarin, kawinin. Pas udah gak cinta, atau lebih tepatnya, gak nafsu (ya dengan kata lain, ada insan lain yang lebih memikat), menyublimlah cinta itu ke insan baru tersebut. Ujungnya, pelakor lah, selingkuh lah, cerai lah, putus lah. Bad ending for a love story.
Ya namanya juga nafsu, yegak?
Cinta sama nafsu sulit dibedakan, tiati gaes.
0 notes
Text
Mengambang
Memang aneh cara kerja hati yang dimabuk asmara.
Hati turut berbahagia mengetahui kabar salah satu cita-cita dari orang yang disenanginya terkabulkan. Namun, dalam keheningan malam, rasa gembira tersebut pelan-pelan ditelan rasa kosong, iya, kosong. Bak susunan gigi seorang kakek renta, kosong melompong, sana sini ompong.
Hati bingung.
Tidak tahu pula kenapa hati bingung.
Karena, mestinya hati tak perlu bingung.
Tapi, hati bingung.
Meraih kebahagiaan yang dia dambakan adalah hak dia bukan? Lalu, mengapa hati mesti merasa kosong?
Apa makna kebahagiaan yang sebenarnya dikejar hati yang sedang dicekal asmara?
0 notes