Tumgik
baleinesite · 1 year
Text
Midnight call.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tags: No Label Relationship, cw// drunk, alcohol, harsh words.
JuKev pairing
Tumblr media
Sudah sekitar tiga menit sambungan telepon itu tidak mengeluarkan suara selain hembusan napas dari dua pihak.
Di jam tiga pagi, Kevin yang tengah berusaha tidur mendecak sebal sebab tiba tiba ponselnya berdering cukup keras. Dalam gelap kamarnya, layar ponselnya menjadi satu satunya sumber cahaya, menunjukkan nama yang tak asing.
' Juyeon is calling... '
Sekelebat kenangan tentang bagaimana Juyeon menemaninya lewat telepon terlintas di kepalanya. Juyeon tidak pernah absen untuk menemani Kevin yang susah tidur dengan telepon, tanpa bicara apapun, hembusan napas Juyeon selalu berhasil menenangkan Kevin. Membuat Kevin terlelap, berlayar ke dunia mimpi.
Namun itu masa yang sudah lewat, sudah cukup lama terlewat sampai Kevin tidak ingat kapan terakhir kali Juyeon membantunya tidur.
Sekarang, Juyeon kembali. Tanpa aba-aba dan peringatan, datang lagi menemani malam Kevin.
Kevin tidak sempat bertanya alasan mengapa Juyeon pergi tiba tiba atau mungkin memang pria itu enggan bertanya sebab, hubungan apa yang mereka miliki?
Tanpa label dan status, keduanya hanya saling mengisi waktu yang tidak tahu dihabislan untuk apa dan rasanya keduanyapun boleh pergi kapan saja.
Walau begitu, kalau boleh jujur, Kevin merasa kehilangan. Sangat amat.
Suara Juyeon yang selalu hangat menyapa, usapan tangan yang mendarat di setiap bagian tubuh Kevin dan pelukan hangat yang selalu ia berikan.
Kevin kehilangan itu semua disaat dirinya sudah merasa nyaman, sudah memikirkan bagaimana caranya semua itu menjadi miliknya seorang.
Singkatnya, Kevin sudah mundur sebelum berjuan sebab Juyeon menghilang begitu saja.
Deru napas Juyeon lewat telepon terdengar semakin berat, membuat Kevin menautkan alisnya. Kalau sudah begini, Kevin hanya bisa menarik satu kesimpulan.
Juyeon tengah mabuk, melampiaskan segala emosinya pada minuman beralkohol.
Kevin menghela napasnya, sedikit kecewa karena Juyeon belum menghilangkan kebiasaan buruknya yang satu itu. Perlu diingat, ini bukan pertama kalinya. Bukan pertama kali untuk Kevin mendengarkan deru napas Juyeon yang berat lewat sambungan telepon. Kevin sudah hafal.
Biasanya Kevin tidak banyak bertanya, pria itu punya caranya sendiri untuk menemui Juyeon yang tengah tak sadarkan diri, membantu Juyeon berbaring nyenyak di kasurnya.
Namun kali ini, Kevin ingin sekali bertanya. Bertanya banyak banyak hal.
"Juyeon?" Panggilan Kevin disahuti oleh suara parau satu menit kemudian. Suara itu menyebut namanya, sedikit tertawa lalu kembali memanggil Kevin.
"kenapa?" Pertanyaan Kevin membuat Juyeon terdiam. Deru napasnya tidak terdengar berat lagi, diselingi dengan suara dentuman yang asalnya tidak diketahui.
".. kenapa apanya?"
Walau Kevin melontarkan duluan pertanyaan yang sebenarnya ambigu, ia sendiri justru belum siap mendengar Juyeon yang bertanya balik. Butuh waktu tiga menit untuk Kevin menyusun jawabannya.
Kevin tersenyum lemah, berusaha bertanya dari yang paling mudah dijawab oleh Juyeon,
"kenapa minum? I'm all ears"
Mungkin Juyeon tengah berusaha untuk sadar atau mungkin Juyeon tanpa sadar terlelap sebab pusing mulai menguasai kepalanya. Apapun itu, membuat Kevin tidak langsung menerima jawabannya.
Setidaknya sampai Kevin hendak mematikan teleponnya, Suara Juyeon berhasil menghentikkan ibu jari Kevin.
"kangen, kangen Kevin.."
"Kevin, kangen gak?"
"Kevin.. gak bisa bobo kan?"
"mau nemenin Kevin bobo.."
"Kevin.. maaf"
Napas Kevin tercekat mendengar kalimat terakhir dari racauan Juyeon yang terdengar sedikit merengek.
"maaf untuk apa?"
".. maaf.. ninggalin Kevin.."
Juyeon tahu.
Juyeon tahu apa yang ia perbuat makanya sekarang ia merasa bersalah. Permintaan tersebut justru membuat Kevin kecewa.
Mungkin kini Kevin mengerti kenapa tidak banyak tahu justru lebih baik.
Karena sekarang, kini ia tahu. Ia tahu kalau Juyeon memang meninggalkannya dengan sadar. Dengan penuh kesadaran.
Dan itu kembuat Kevin kecewa.
".. kevin, I'm scared.."
".. I'm scared, Kevin. I'm not ready yet to take that chance.."
Orang orang bilang, perkataan saat seseorang mabuk justru adalah yang paling jujur. Mereka mengatakan apa yang ada di hati mereka tanpa halangan apapun, alkohol meruntuhkan dinding yang harusnya menjaga semua perkataan tersebut.
Maka Kevin terus terdiam, membiarkan Juyeon menuangkan isi hatinya lewat telepon.
"I'm scared of ruining everything and find out you don't feel the same"
Suara Juyeon semakin parau terdengar sebelum kemudian disusul oleh isakan.
Juyeon menangis dan Kevin tidak tahu harus berbuat apa.
Isakan Juyeon terdengar semakin keras, perasaan yang ia simpan sendiri rasanya sudah meluap meluber tak karuan dan untuk Kevin, belum pernah sekalipun suara Juyeon yang penuh keputus asaan. Tangisannya terdengar penuh rasa bersalah yang amat dalam dan juga raungan yang meminta kesempatan kedua.
Di setiap helaan napas yang Juyeon ambil untik menangis lebih keras, Kevin mengutuk pria itu.
"fucking idiot, where are you?"
1 note · View note
baleinesite · 2 years
Text
Back To You.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tags : songfic, sunhak pairing, angst, lovers to ex.
Tumblr media
Semua pasti setuju kalau senyum itu menular. Terlebih jika yang melengkungkan bibir dengan manis itu adalah orang tersayang, maka dengan kecepatan cahaya, bibir yang menyayangi orang tersebut pasti akan ikut melengkung dengan indah.
Sama seperti Sunwoo sekarang ini, senyumnya merekah setelah melihat bagaimana Haknyeon tersenyum bahagia setelah melahap cemilan kesukaannya. Selalu begitu, satu kebiasaan Haknyeon yang membuat Sunwoo jatuh cinta lebih dalam. Belum lagi pundak Haknyeon yang ikut bergoyang tanpa sadar, mengeluarkan gejolak kegembiraan setiap mulutnya menyantap makanan yang menurutnya enak. Tidak pernah gagal membuat Sunwoo tersenyum, bahkan tertawa. Tawa Sunwoo bisa jadi tiga kali lebih keras karna Haknyeon.
Tapi untuk kali ini, Sunwoo memilih untuk tersenyum saja. Cukup tersenyum saja.
Mata Haknyeon berbinar selagi mulutnya sibuk mengunyah, pandangannya tak luput dari si pria di hadapannya. Tak bisa ia sembunyikan kegirangannya saat ini, melahap cemilan kesukaan bersama orang kesukaan. Siapapun bisa mencium aroma "hari yang baik" dari kedua orang yang duduk di salah satu meja kafe itu.
"Mau pesan lagi?" Pertanyaan itu Haknyeon jawab dengan gelengan, "nanti aja, kalau sudah habis!" Ucapnya penuh semangat, sekali lagi menusuk bongkahan kue coklat yang ia pilih di etalase tadi. Lagi, pundak Haknyeon bergoyang riang.
Walau Sunwoo tidak bisa melihat ekspresi Sangyeon, ia yakin pria dihadapan Haknyeon itu pasti sedang teesenyum. Amat sangat lebar.
Itu sebabnya Sunwoo tidak tertawa.
Bukan dirinya lah yang berada di hadapan Haknyeon saat ini, bukan juga yang membuat Haknyeon bergerak semangat dengan sepotong kue coklat.
Sunwoo hanya memerhatikan dari jauh, memandangi punggung Sangyeon dan juga senyuman Haknyeon yang membuat ia kini justru tersenyum miris.
Sunwoo menarik topinya, berusaha menutupi wajahnya lebih rapat. Cukup takut akan Haknyeon menyadari keberadaannya. Mau dibilang apa nanti kalau yang meninggalkan justru tidak bisa melepaskan? Masih saja berpegang pada kenangan dari hubungan yang ia akhiri.
Sunwoo menatap secangkir kopi yang memantulkan ekspresinya. Terlihat buruk, mulutnya tak lagi tersenyum, pandangannya terlihat kosong. Sunwoo benci sekali melihat dirinya sendiri seperti ini.
Namun tetap tidak bisa menandingi rasa benci yang muncul pada dirinya sendiri setelah ia melepaskan Haknyeon.
Harusnya ia yang di sana, di depan Haknyeon. Tertawa bersama Haknyeon, memuji kelucuan pria itu. Membelikan banyak sekali kue yang bisa Haknyeon santap, membuat Haknyeon menjadi orang paling bahagia di dunia ini.
Sayangnya, Sunwoo malah berada di sini.
Jauh di belakang Sangyeon yang melakukan semua yang Sunwoo mau untuk Haknyeon. Sangyeon yang tertawa, memuji, membelikan Haknyeon kue dan menjadikan Haknyeon orang paling bahagia di dunia ini.
Sangyeon, bukan Sunwoo.
Demi Tuhan, Sunwoo ingin sekali memutar waktu sekalipun ia harus menukar nyawanya. Ingin sekali ia kembali pada masa dimana Haknyeon masih menjadi miliknya seorang, menjadi sumber kebahagiaan Haknyeon satu satunya.
Namun pada siapa Sunwoo harus menukar nyawanya?
Sepertinya, para iblispun ikut menertawakan kebodohan Sunwoo.
'drrrt, drrrrt'
Benda logam berbentuk persegi panjang yang letaknya tak jauh dari cangkir kopi Sunwoo bergetar.
Sunwoo mengalihkan pandangan ke layar ponselnya hanya untuk menemukan nama yang membuat ponsel itu bergetar tanpa henti.
'Kak Chanhee ❤️ is calling... '
I wanna hold you when I'm not supposed to
When I'm lying close to someone else
You're stuck in my head and I can't get you out of it
If I could do it all again
I know I'd go back to you
2 notes · View notes