azkiaagustina
kelabu.
49 posts
isinya menye-menye gitu huft
Don't wanna be here? Send us removal request.
azkiaagustina · 2 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Zahra lahir dengan tidak banyak drama. Alhamdulillah. Kontraksi pertamaku jam 4 sore, ketika pukul 11 malam kami sampai IGD aku sudah bukaan 8, satu setengah jam dan 3 kali mengejan kemudian, Zahra lahir.
Mungkin, Zahra tau Ayah dan Ibunya hanya berdua ketika menghadapi persalinannya, dan mungkin Allah tau betapa akan terseoknya aku melewati masa postpartum sehingga menghadiahkanku persalinan yang mudah.
Setelah Zahra lahir, aku menyadari bahwa aku tidak percaya oranglain akan mampu merawat Zahra. Aku bahkan tidak percaya suamiku sendiri. Setiap pergi barang satu dua jam, aku selalu was-was, panik, dan deg-degan.
Aku selalu mengira, Zahra akan dan hanya akan aman ketika bersamaku.
Sampai kemudian, di usia Zahra 5 bulan, aku sakit. 2 hari setelahnya Zahra sakit dengan gejala yg sama. Dia muntah semalaman dan tidak mau minum ASI. Dini hari kami ke IGD. Dokter mencoba memasang jarum infus ke tangan kecilnya. Tidak berhasil. Dicoba di tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri, semua gagal. Sedih sekali aku melihatnya. Zahra sakit hampir seminggu. Penyebabnya, tertular bakteri dariku.
Kala itu aku merasa Allah sedang menegurku yg pongah dan sombong sebab merasa Zahra hanya akan aman ketika bersamaku. Ternyata, Zahra justru pertama kali masuk rumah sakit karenaku.
Semenjak saat itu aku sadar, hanya pada penjagaan Allah-lah kita titipkan segalanya. Allah yang lindungi.
Semua yang tidak bisa kita rawat dengan tangan kita sendiri, Allah yang rawat. Semua yang berbatas jarak, ruang dan waktu, nyatanya Allah yang akan selalu dekat dan jaga.
Semua itu adalah pemahaman yang lama aku tahu, tapi baru akhir-akhir ini aku penuh imani, lewat perantara Zahra.
Nama belakang Zahra, Nadzira, adalah hadiah dari guru kami, artinya yang memberi peringatan. Mungkin kisah ini adalah salah satu maknanya
Maka Zahra anakku, meski kerjaanmu kelihatannya hanya tidur-main-nangis-makan-nyusu-dan buang air, tapi dalam setahun kelahiranmu, telah kamu ingatkan Ibumu bahwa sebaik-baik penjagaan adalah penjagaanNya. Semoga itu pertanda kehadiranmu penuh keberkahan.
Selamat satu tahun, Sayang, doa Ibu tetap dan akan selalu sama; semoga Zahra selalu dalam lindungan, petunjuk dan kasih sayangNya.
16 notes · View notes
azkiaagustina · 3 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
The world feels a little lonelier since you're gone. A lot has happened too.
I'm married, to a man I'm sure you would've liked as I'm sure he would like you too. Never, for a second in my life, had I imagined that you wont be there to gave me away on my wedding day. I cried so much the night before the wedding in a hope that I wont cry too much on D day because I don't want to ruin my make up (it was expensive!!).
Your granddaughter was born last year. We named her Zahra. People told me that she looked like her dad, but I don't mind. I look more like you than Ibu and I never regret that. We live in a small house, juggling between household, parenthood, and work everyday. We're happy.
Esa turned to be a man you would’ve been really proud of. He’s still annoying in so many ways, but the rest, he’s what you always hoped for. He’s in his second year of college, and chose to live in Masjid being an Imam and teacher for kids who’s learning Qur’an.
Icha is the most ambitious among us. You were worried that she would grow up being a spoiled little girl, but she is not. She studied till midnight or wake up before dawn and getting busy with school stuff. She's very argumentative, and let's be fair, she gets that from you. I'm not worried about her future, she looks very promising.
And Ibu... She misses you a lot. Your death was a big loss for her. But, hey look, she's shining. She drives by herself now to work (yes the woman who never hold steering wheel her whole life, learned to drive at 50!). She drown herself to work and call us everyday to see Zahra.
The night before you passed away, you video-called me. You asked me to watch after them if anything happen to you. And things did happen to you. So here I am, trying my best. Don't you worry.
I still miss you, but I know that you never leave. Because I believe a part of you will always stay with me, no matter where I go.
So Yah, whenever a burst of pain takes me by surprise and I forget how to breathe without you near, I'll remind myself again that even though one day I may not recall the sound of your voice and may not remember the exact color of your eyes--but my soul will forever remember the shape of yours🩷
0 notes
azkiaagustina · 3 months ago
Text
menuju 2 tahun menikah, ternyata aku ngga banyak menulis apa-apa. setelah aku cek, aku bahkan belum membuat 1 postingan pun di instagram (sampe pernah ada yang mempertanyakan 🤣🤣)
sebenernya aku rajin menulis tentang kami. tapi intim banget, jadi gimana gitu buat dishare wkwkwk.
nah dari situ aku sadar, ternyata itu yang membedakan hubungan pernikahan dengan yang lain-lainnya. keintiman.
aku itu dekaaaat sekali dengan orangtuaku dan aku merasa kayanya itu kedekatan paling maksimal yang bisa aku bangun dengan oranglain. eh, setelah nikah aku merasa ternyata aku biasa aja deketnya sama orangtuaku.
aku juga pernah mengalami cinta-cintaan di masa remaja. aku tau rasanya malu-malu pas ketemu atau senyum-senyum sendiri karena dapet surat cinta.
tapi, ternyata itu ngga ada apa-apanya juga.
sebelum nikah, aku kira surat-surat panjang dari Faith itu udah yang paling pol untuk disebut romantis.
tapi ternyata, dicium kening setelah melahirkan, digenggam tangan selama nyeri kontraksi, saling bersandar ketika lelah dan saling bercanda sebelum tidur itu jauh lebih menghangatkan.
di banyak waktu, alih-alih mendebat penyebab kesalku yang kadang sepele, aku justru selalu dipeluk erat ketika sedang marah, yang tentu saja batal dong marahku 😂
keintiman semacam itu yang kumaksud, yang kayaknya memang mustahil bisa aku miliki selain dengan suami.
dulu, aku kira menikah akan mengharuskanku mengobarkan banyak hal. tapi... ternyata ngga juga.
menikah justru membuatku terus menerus punya harapan. kami punya cita-cita yang diupayakan. entah sesederhana rumah seperti apa yang ingin kami tinggali atau tentang seperti apa keturunan yang ingin kami wujudkan.
sehingga mau ngga mau, aku harus terus mencari ilmu. aku mesti belajar. tidak boleh berhenti.
dan diantara banyak hal yang aku syukuri, satu hal yang menurutku penting; ketakterbatasanku untuk berkembang.
Faith, justru lebih sering memikirkanku dibanding diriku sendiri, memastikan aku tidak terkukung dalam rutinitas yang stagnan dan membosankan. memastikan aku tidak 'terampas' jiwanya.
3 tahun lalu ketika Ayahku meninggal, aku tidak hanya kehilangan seorang Bapak. aku juga kehilangan sebagian keberanianku. sebagian mimpiku. hidup setelah kepergiannya seperti tanpa maksud, tanpa alasan.
tapi setelah menikah dan jadi Ibu, alasan itu tumbuh lagu. mendadak banyak rencana, banyak harapan, banyak kesempatan ibadah di dunia yang ingin aku tunaikan.
semoga Allah kasih rejekinya, kasih umurnya, kasih sehatnya, kasih ridha dan kasih sayangNya.
semoga juga kami terus bertumbuh; bertumbuh atas harapan, ilmu, kerja dan cinta.
6 notes · View notes
azkiaagustina · 5 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
archieving Zahra's past 9 months journey
1 note · View note
azkiaagustina · 1 year ago
Text
Pembuka Generasi Pembebasan
Edgar Hamas, (@cerita.edgar) Founder Gen Saladin
Ketika akun IG saya disegel Meta, entah kenapa saya malah merasakan sesuatu; kelegaan. Lega, karena ternyata apa yang saya tulis dan sampaikan ternyata digelisahkan.
Lalu saya senyum sendiri, membatin, "akun IG tumbang, bisa buat lagi. Tapi nyawa di Gaza yang hilang, tidak."
Tumblr media
Edgar Hamas ini bukan nama pena. Ia nama asli saya sejak lahir. Ia menjadi satu kebanggaan tersendiri buat saya sampai sekarang. Bagi Syaikh Ahmad Yasin sendiri, lahirnya H@mæs adalah sebuah penanda terbitnya generasi baru setelah 40 tahun zionazi bercokol di Palestina.
Beliau bilang, bahwa 40 tahun adalah fase yang dibutuhkan untuk mengganti generasi satu ke generasi selanjutnya. Syaikh Yasin tadabburi itu dari perjalanan Bani Israil dalam Al Qur'an, kala dihukum oleh Allah di Padang Tiih 40 tahun lamanya.
Setelah 40 tahun, apa yang terjadi?
Muncul generasi baru yang berbeda cara pandang dari yang lalu.
Jika yang dulu adalah generasi pengecut yang takut untuk masuk ke Palestina, maka generasi baru yang dipimpin oleh Yusya bin Nuun ini memutus rantai kepengecutan itu. Mereka membuka lembaran keberanian dalam sejarah.
Itulah mengapa Syaikh Yasin menggambarkan bahwa generasi umat ini akan terbagi menjadi 3 kali 40 tahun. Yang gelombang pertama adalah generasi yang merasakan awal penjajahan. 40 tahun kedua adalah perlawanan, dan generasi 40 tahun ketiga adalah "tahrir", pembebasan.
Jadi, yang kamu lihat hari-hari ini, adalah mukadimah bagi lahirnya generasi pembebasan, insyaallah. Sebab banyak pula analis, jurnalis hingga sejarawan yang mengatakan,
"dunia akan sangat berbeda antara sebelum gerakan Thufanul Aqsha (Badai Al Aqsha) dan setelahnya."
Kamu pun, merasakannya...
Umat ini tidak akan tidur selamanya. Ada sunnatullah bahwa segala sesuatu itu terus bergulir, dan sejarah pun membekali kita dengan contoh-contoh yang nyata. Pasukan Crusader tumbang, Mongol runtuh, Buwaih luruh. Zionazi? Bahkan mereka pun tahu umur mereka menuju senjakala.
Saya sering menyampaikan bahwa kita adalah generasi yang ada di persimpangan sejarah. Kita akan lihat "shifting" yang banyak. Yang dulu kuat, mulai sekarat. Yang dulu adidaya, kini mulai meminta-minta. Dan kau tahu tanda sebuah peradaban akan hancur?
Kezalimannya menjadi-jadi.
324 notes · View notes
azkiaagustina · 1 year ago
Text
[Azzahra Kholil Nadzira]
Di namanya, disematkan doa supaya ia menjadi manusia yang cerdas akalnya, ceria pembawaannya, dan kuat hatinya dalam menjalani hidupannya [Fatimah Azzahra].
Di namanya, diselipkan makna dirinya bagi orangtuanya; Zahra adalah kekasih hati kami, yang akan selalu dekat dalam doa dan cinta. Sebagaimana gelar yang Allah beri kepada kesayanganNya, Ibrahim alaihisalam. [kholilullah]
Di namanya, dititipkan harap semoga senantiasa menjadi pengingat yang mengerti bagaimana cara menyampaikan kebenaran [basyira wa nadzira].
.
Zahra, ada banyak doa yang Ibu tengadahkan tentang Zahra setiap waktu. Sebagaimana ada banyak maaf yang ibu bisikan dalam tidur Zahra atas khilaf dalam cara Ibu merawatmu. Tapi dari itu semua, tidak ada doa yang lebih dalam dan kencang Ibu rengekan pada Rabb kita selain agar Zahra selalu terselimut kasih sayang Allah; agar selalu dalam penjagaan, petunjuk, dan pertolonganNya.
Selamat dua bulan ya, Zahra.
Semoga Ibu selalu diberi petunjuk oleh Allah supaya dapat membesarkan dan menemani Zahra tumbuh dengan baik, yaa ☀
2 notes · View notes
azkiaagustina · 1 year ago
Text
Tumblr media
Sedang membereskan rak dan lemari, lalu menemukan tumpukan surat-surat dari Faith. Aku baca lagi. Sebagian membuatku tersenyum sendiri, sebagian membuatku geli dan tertawa kencang sekali.
Faith, bagi orang yang dekat mengenalnya, adalah laki-laki romantis. Coba saja tanyakan pada perempuan-perempuan yang pernah dekat dalam hari-hari membujangnya, mereka pasti sepakat. Terlebih, sifat romantis itu dibarengi dengan kecerdasan linguistik yang baik dan kemampuan intelektual yang mumpuni, jadi romantisnya berkelas, tidak cringe.
Tapi, yo ndilalah, laki-laki romantis itu kok ya ketemunya sama aku yang cuek, tidak peka, galak pula. Hahaha.
Dan setelah dipikir-pikir, dari semua surat yang dia beri baik berupa kertas, pesan Whatsapp, email, sampai pdf, kok ya sepertinya tidak ada satupun yang pernah aku balas yaaa 🥲😂
Jadi bertanya-tanya, bagaimana ya rasanya jadi seseorang romantis lalu menikahi perempuan cuek dan tidak peka?
Beberapa orang pernah bertanya, apa yang membuatku yakin untuk mau menikah dengannya.
Sebenarnya aku ingin alasannya agak keren sepeti karena dia memenuhi 89 dari 90 kriteria idamanku atau karena dia laki-laki yang akan selalu membiarkanku terbang dengan mimpiku.
Tapi setelah aku pikir-pikir, mungkin, jawaban paling mudah dan paling jujurnya adalah karena dia mencintaiku lebih dulu, juga karena kesediannya berusaha lebih keras dan lama untuk membawa kita sampai di titik ini. Itu menjadi awal aku menemukan alasan-alasan lain yang membuat aku akhirnya sepakat dengan diriku bahwa mencintainya adalah suatu hal yang relevan.
Atau mungkin, karena aku selalu yakin bahwa Faith ditakdirkan untuk suatu hal yang besar dan baik, and I want to be a part of it, every step of the way.
Namun, tanpa perlu aku jatuh cinta, tentu sejak dulu banyak hal yang aku suka darinya. Sama banyaknya dengan hal yang tidak aku suka.
Aku suka dengan isi kepalanya, tulisannya, caranya berpikir, dan caranya mencintai orang-orang dalam hidupnya. Aku tidak suka dengan ketidakrapihannya, dengan kecerobohannya, dengan rokoknya, juga dengan sifat pelupanya.
Tapi, aku tidak ingin dia merubah apapun untukku. Biarlah dia menjadi seperti itu saja, menjadi dirinya. Biarlah aku terus belajar mencintai semua isinya; entah yang kusukai maupun tidak kusukai. Agar aku tak pernah luput menyadari bahwa ia adalah manusia biasa, yang terselimut oleh kebaikan dan kekurangan.
Bagiku, tentu ini bukan cinta pandangan pertama. Bukan pula kedua atau keempat belas. Mencintainya adalah proses, yang masih terus berjalan.
Kadang terasa rumit, kadang terasa sederhana. Kadang semua nampak berantakan, di lain waktu semua nampak sempurna. Kadang menyesakan dada, kadang pula teramat sangat menghangatkan.
Jatuh cinta, kadang seperti memberikan bagian dari diri kita sedikit demi sedikit setiap hari kepada oranglain, lalu suatu waktu kita menemukan diri kita habis tak bersisa.
Dengannya, aku tak merasa seperti itu.
Aku justru merasa menemukan diriku setiap hari; di dirinya maupun di segala yang ada diantara kami. Dalam obrolan semalaman hingga subuh maupun di tengah kebosanan mengerjakan cucian dan jemuran. Di tengah tawa dan kehangatan kasih sayang maupun di tengah peliknya pertengkaran dan perdebatan.
Terimakasih ya sebab tidak pernah mengikat dan membatasiku dalam banyak hal. Thank you for making it make sense to have a career, dreams, and purposes while taking care of the house, while being a wife and a mother. Thank you for saying yes for the vast universe we can explore.
Everything seems limitless for me, and you have your fingertips all over it. It's impossible to wish things to stay the same, but anything would be a fun ride with you.
Selamat ulang tahun, Faith! 😚
Semoga Allah menyertai, menjaga, dan meridhai setiap jalan yang kamu tapaki.
22 notes · View notes
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Kalau pas pulang ke Bogor dari Jogja, suamiku sedih sedangkan Ibuku menantiku dengan suka cita di rumah.
Pas pulang ke Jogja dari Bogor, ibuku mengantar ke stasiun sambil nangis, suamiku akhirnya bakal ada istri lagi di rumah.
Sedangkan aku, ketika pergi pasti sedih, tapi ketika sampai ya senang.
Tapi baik ekspresi sedih atau senang dari orang-orang itu, dan meski dinamika emosi ini ga jarang bikin capek, setidaknya itu menggambarkan suatu hal yang menghangatkan, bahwa entah di Jogja maupun di Bogor, aku punya orang-orang berarti; yang aku sayangi dan menyayangiku sebegitunya.
Juga ketenangan hati, bahwa meski sedih, ridha mereka tetap menyertai. Sebab suamiku tau aku pulang ke Bogor juga untuk menengok Ibu dan Ibu tau aku pulang ke Jogja untuk kembali pada suamiku.
Semoga kesehatan terus menyertai, juga dicukupkan rejeki (hartanya, waktunya, kesempatannya), agar (selama belum terkabul untuk bisa lebih dekat secara jarak) setidaknya mampu untuk bolak-balik seperti ini.
Ngga tau ya, lama-lama, ketenangan dan kebahagiaan datang dari hal-hal kecil seperti itu saja.
ps. next mudik semoga Faith ikut wkw.
3 notes · View notes
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Dan semoga selain aku yang diberikan sabar, kamu juga diluaskan sabarnya menghadapi keluhanku yang sebenernya itu-itu aja tapi gaada habisnya ya!
Tumblr media
Di tengah kebersyukuran yang tiada habis, serta doa semoga semua perjalanannya baik-baik, kerasa sekali kalau aku adalah manusia biasa yang penuh bolong sana sini ketika masih juga ngeluh dan nangis. Masih juga ada rasa, ‘aduh engga sanggup ini aku’. Padahal pernyataan semacam itu manja banget. Asli. 
Kalau lagi dalam masa yang gini ga enak gitu ga enak, suka nangis aja tiba-tiba. Nanti abis gitu ditanya Faith, kamu nangis kenapa?
Jawabku, ‘gatauuuuuu’, sambil lanjut nangis. HAHA. 
Karena emang gatau. Aku gamau mengeluarkan keluhan, karena sebenernya aku juga penuh kebersyukuran. Cuma aku juga manusia biasa, yang kadang merasa lemah tak berdaya tak sanggup tak kuat. Padahal ya kalau dipikir, ketika merasa ga sanggup ya tinggal memohonkan kesanggupan sama Allah aja. 
Aku juga jadi suka membandingkan diri, karena merasa jutaan orang lain melewati ini tapi kenapa kok rasanya aku manja sekali ya??! Tapi tidak baik sih seperti itu. 
Jadi sekarang, aku menerima saja kalau mungkin memang aku lebih lemah dari banyak perempuan lain. Toh gaada yang salah dengan itu. 
1 note · View note
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Di tengah kebersyukuran yang tiada habis, serta doa semoga semua perjalanannya baik-baik, kerasa sekali kalau aku adalah manusia biasa yang penuh bolong sana sini ketika masih juga ngeluh dan nangis. Masih juga ada rasa, ‘aduh engga sanggup ini aku’. Padahal pernyataan semacam itu manja banget. Asli. 
Kalau lagi dalam masa yang gini ga enak gitu ga enak, suka nangis aja tiba-tiba. Nanti abis gitu ditanya Faith, kamu nangis kenapa?
Jawabku, ‘gatauuuuuu’, sambil lanjut nangis. HAHA. 
Karena emang gatau. Aku gamau mengeluarkan keluhan, karena sebenernya aku juga penuh kebersyukuran. Cuma aku juga manusia biasa, yang kadang merasa lemah tak berdaya tak sanggup tak kuat. Padahal ya kalau dipikir, ketika merasa ga sanggup ya tinggal memohonkan kesanggupan sama Allah aja. 
Aku juga jadi suka membandingkan diri, karena merasa jutaan orang lain melewati ini tapi kenapa kok rasanya aku manja sekali ya??! Tapi tidak baik sih seperti itu. 
Jadi sekarang, aku menerima saja kalau mungkin memang aku lebih lemah dari banyak perempuan lain. Toh gaada yang salah dengan itu. 
1 note · View note
azkiaagustina · 2 years ago
Text
biru
Dalam alunan nyala terang di sisi timur. Kau menyapa pada pelupuk yang menganga, menganggu kotak ilusi yang terbersit dalam emosi. Kala itu, aku hanya tersunyi sambil menyimpan sendiri bait-bait puisi yang tak pernah pernah kumengerti. Untaian rasa memang kadang suka bercanda, menggandrungi separuh utopia atas dasar makna dan pula nestapa.
Dalam redup biru, sejatinya aku ingin menggerutu; Tunggu aku, kali saja kita bertemu, di persimpangan jalan yang tak kunjung semu.
Aku bukanlah dongeng khayal di siang bolong, pun cerita pengantar dalam alam tidurmu hingga fajar menyongsong. Aku adalah aku yang tak pernah ingin menyekutu di dalam tumpukkan kertas usangmu akan sentiment yang kian lalu. Jangan sandingkan aku dengan embun pagi yang hinggap diantara musim semi. Yang hangat namun berseri. Jangan pula sandingkan aku dengan semerbak aroma tubuhmu yang menghiasi sudut ruangan itu. Mendekat pun aku tak mau.
Sila bertamu pada hamparan samudera biru, yang terpancar dalam sorot tajam kedua matamu. Jangan lupa diketuk dahulu agar tidak kembali tersesat dalam labirin khayalmu.
Mari bertamu, siapa tahu kau menyapa lebih dulu.
Aku tak sengaja menoleh pada tumbukan sajak yang kusimpan rapih di pojok ruangan, bait pertama mengata bahwa rasa hanya sebatas retorika belaka. Pun bagiku terlalu abstrak untuk dituangkan berbenruk kata. Terlebih lagi direkonstruksi dalam lembaran tipis karya sastra. Aku bahkan berpikir dua kali jika kamu mengatas nama rasa dalam balut adidaya. Mengeja pun aku masih terbata-bata , dalam hingar bingar urutan aksara.
Ah, terus saja bergurau dengan rasa, aku juga tak akan bertanya.
Aku sendiri kerap termenung, duduk di sisi jalan beralas pundi-pundi samar bayang abumu selagi tersipi. Bersikukuh atas renungan angan palsu yang kuterbangkan sendiri lebih dulu. Aku bukan manusia bodoh yang haus akan keritan atensi yang kian pilu. Juga irama jiwa yang bahkan tak pernah padu.
Dalam alunan nyala terang di sisi timur, sejatinya aku ingin menyapamu di balik perdu. Di sisi lain, aku tidak rela membiarkan rasaku terbungkus dalam balutan angkasa biru.
Untuk itu, Teruslah melihat malam setelah senja merasa dalam cakrawala hingga purnama kian menyempurna.
3 notes · View notes
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Aku masih, dan akan selalu ingat, salah satu nasihat Ayah yang menurutku adalah nasihat terpentingnya untuk menjalani hidup ini:
"Kalau untuk mendapat surga saja tidak ada yang perlu disingkirkan, maka dunia, lebih tidak layak untuk diperebutkan."
1 note · View note
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Udah lama banget ga ketemu orang2--maksudku kayaknya semenjak ga di kampus aku ketemu bener2 cuma sama orang-orang itu lagi (temen deket, temen kerja, keluarga), orang2 yang aku udah hafal tidak tanduk dan lakunya. Terus tadi ketemu orang2, bentar, tapi udahnya deg2an, exhausted, dan sedikit ngos-ngosan.
Pertemuannya menyenangkan sebetulnya, tapi ga ngerti kenapa ada efek seperti itu sesudahnya.
Kayaknya harus disering-seringin sih, biar tubuh terbiasa lagi~
1 note · View note
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Baca chat pagi ini bener-bener bikin mules, keringet dingin, nyut-nyutan kepala.
Dalam hati cuma: yaampun gaada waktu lain apa ya buat yang ini muncul ke permukaan juga.
Tapi aku cuma bilang sama Ibu: musibah musibah kayak gini kita dapat sebab Allah tau kita kuat.
Semoga selalu ikhlas ya buuu
1 note · View note
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
terimakasih perkenalan-perkenalan kecilnya, ya!
1 note · View note
azkiaagustina · 2 years ago
Text
#1
Kepergian Ayah hampir setahun yang lalu, menyisakan luka dan dampak yang luar biasa besar bagiku. Meski tentu, mungkin itu tidak nampak bagi orang banyak. Sebab empat hari setelahnya, aku sudah tiba-tiba muncul di ruang rapat zoom padahal aku diberi izin cuti hingga 2 minggu. Kurang dari sebulan kemudian, aku sudah kembali ke Solo-Jogja dan beraktifitas seperti biasa.
Aku ingat, waktu aku muncul di ruang zoom itu, Ayu mengirimkan pesan padaku;
"I'm sure you're not healed yet and though you shouldn't be here until middle August, but I'm not going to judge how you procees everything, if going back to work makes it easier then go with it. You know where to find me if you need anything."
Dan teman baikku satu itu banyak benarnya. I'm not healed yet. I'm a lot better maybe, but definitely not healed.
Aku pernah merasakan berbagai pengalaman emosi. Marah, sedih, jatuh cinta, putus asa, putus cinta, gagal, jatuh cinta lagi, kecewa, bahagia, berbunga-bunga. Tapi berduka, adalah hal yang amat sangat baru bagiku.
Dan Ayah adalah orang pertama dalam lingkup terdekatku yang pergi. Sialnya, Ayah jugalah tempat aku bertanya dan datang setiap kali aku punya pengalaman emosi yang tidak mengenakan. Ayah memberitahuku cara menerima kegagalan, cara terbaik dalam marah, cara menyembuhkan rasa sedih, cara mengelola cinta, juga cara mengobati kecewa.
Maka ketika aku berduka, aku ingin sekali bertanya padanya bagaimana jalan untuk melewati semua ini. Dan aku amat yakin, dia pasti punya jawabannya. Tapi kali ini, aku dibiarkan mencari 'jawaban itu sendiri.
Dan perjalanan menyembuhkan diri itu ternyata..... luar biasa. Aku pernah ada di tahap setiap kali tidur aku akan bermimpi tentang Ayah, lalu menangis sesenggukan hingga terbangun dengan dada sesak dan sakit. Berlangsung berbulan-bulan sampai di tahap dimana aku takut untuk tidur karena aku takut bermimpi dan merasakan sakitnya.
Kematian Ayah tidak hanya membuatku kehilangan seorang Bapak, aku pun kehilangan setengah keberanianku. Aku kehilangan guruku. Kehilangan mentorku. Kehilangan laki-laki yang mampu meladeni aku mengobrol sampai setengah tiga pagi.
Aku selalu bisa melangkah dengan pasti, mengambil keputusan dengan percaya diri, tegas dan keras terhadap prinsip, sebab aku tau Ayah ada untuk aku kembali, akan selalu menjaga, membelaku, mendidikku dan akan tetap mencintaiku seburuk apapun aku.
Dan yang membuatku lebih bersedih adalah menyadari bahwa kualitas seperti itu dan kemampuan mencintai seperti itu, hanya mampu diberikan oleh seorang Ayah.
Aku pernah bertanya-tanya: apakah aku ini kurang beriman ya sampai begini?
Tapi setelah aku renungkan aku sepertinya tidak pernah mengutuki kepergiannya. Ayah pergi dengan tenang. Merapihkan banyak hal sebelum berpulang. Tidak meninggalkan kesulitan apapun bagi kami yang masih hidup. Menyisakan kesan-kesan baik bagi begitu banyak orang.
Kepergiannya adalah takdir terbaik baginya. Aku menerima itu semua.
Tapi ya tetap saja sedih. Amat sangat. Lalu aku baca kisah Fatimah waktu Rasulullah meninggal. Dan aku rasa... duka cita ini masih cukup wajar. Tidak apa-apa, mari proses pelan-pelan.
Aku mulai dengan belajar, membaca teori tentang duka, menganalisis emosiku sendiri, merangkum jurnal tentang duka (kaku banget, iya tahu sttt) Aku juga banyak bertanya, pada orang-orang yang menghadapi hal macam ini lebih dahulu. Dan ternyata, memang hanya yang pernah ada di posisi ini yang bisa jadi teman bercerita paling baik.
Dan dari semua itu, ada banyak cara untuk menyembuhkan diri. Pergi ke dokter, berkonsultasi dengan psikolog, pergi bertapa, mendalami agama, bercerita, merenung, terapi, berkarya, menulis atau mengontrol diri. Kali ini, aku coba dua cara terakhir.
Menulis selalu (dan tidak pernah gagal) menjadi cara terbaik ku mengekspresikan dan memahami emosi. Hanya saja baru bisa aku lakukan ketika semuanya sudah tertata rapi. Maka ketika duka ini mulai tidak menggebu-gebu, aku menulis. Sampai saat ini, aku menulis 12 halaman tentang Ayah dan aku, juga tentang kepergiannya.
Aku belajar mengontrol diri dengan berusaha melakukan beberapa rutinitas yang bisa menyembuhkan diriku. Aku anggap ini sebagai salah satu cara terapi. Agar dalam kemelut duka, aku tidak kehilangan kuasa atas diri.
Aku menentukkan jadwal harian yang teratur, masak, cuci piring, liat matahari terbit dan tenggelam, hirup angin dari ruang terbuka, lihat bunga-bunga yang sedang bermekaran, mendengar lagu, berkeliling kota. Ternyata hal simpel ini cukup bisa menenangkan ya.
Perjalanan ini juga membuatku tidak lagi punya penilaian apa-apa tentang orang-orang. Dulu, kadang aku bingung dengan orang yang betah dengan rutinitas yang terulang, pekerjaan yang monoton, circle pertemanan yang sempit, obrolan yang itu-itu aja, dan tidak punya hasrat terhadap hidup. Sekarang, sudah tidak lagi.
Karena, aku sedang menjalani kehidupan yang seperti itu: rutinitas yang itu-itu saja, pekerjaan yang itu-itu saja, orang yang ditemui itu-itu saja, dan merubah prinsip tentang mimpi bahwa mimpi ternyata tidak perlu besar-besar, yang penting baik-baik. Dan aku amat mensyukuri kesemuanya.
Tapi, semua tentu tidak semulus dan semudah itu. Ada banyak waktu (atau hampir setiap waktu?) aku menjadi orang yang sangat sulit bagi orang terdekatku. Dan tidak melulu, orang-orang berhasil menemukan cara menghadapiku yang sedang sulit itu.
Meski begitu, aku tau dia berusaha untuk menghadirkan apa-apa yang sekiranya membuatku nyaman. Meski kadang dia sering kehilangan kesabaran juga, tapi ya aku tau dia berusaha.
Sepertinya sih, dalam menghadapiku yang sangat sulit itu, dia seharusnya sudah punya banyak alasan untuk pergi. Tapi, dia tetap bertahan (setidaknya hingga hari ini). Jadi, terimakasih ya, untuk tidak menyerah.
Apakah dengan itu semua duka ku menjadi kecil? Sepertinya tidak. Aku hanya jadi terbiasa. Dan aku hanya bisa terus belajar menjadi lebih besar dari duka itu.
Aku belum sempurna selesai dengan urusan ini, tapi, bagi siapapun yang ada dalam kemelut yang sama, atau dalam keadaan penyembuhan diri lain aku ingin bilang; you're doing great, trust on yourself. Lakukan apa yang membuat dirimu paling nyaman.
Because there's no right way to heal. There's no shortcut or safety net. Your way of coping might not meet other people's expectations, but please keep in mind that you don't heal for other people. You do it for yourself.
Heal in silence, if you need to.
Heal with your windows open and the wind in your hair, if you feel like it.
Heal with your friends or heal in solitude.
Whatever works for you.
Take all the time and space you need and realize for yourself when it's time to take another step--do it because you're ready, not because someone else tells you to.
Breathe in and breathe out.
13 notes · View notes
azkiaagustina · 2 years ago
Text
Aku tuh jarang deh kayaknya sebel sama orang, atau gasuka. Kaya sering "iya gapapa kok" ke orang-orang kalau ada yg sekiranya sedikit menyebalkan dan yaudah.. beneran gapapa.
Tapi terus baru sadar, pola-ku kalau sampe puncaknya kesel adalah....ga peduli. Ga peduli dan gamau ada lagi orang itu di hidup aku, ga peduli dia udah minta maaf segimanapun aku kaya... Aduh terserah deh mau minta maaf atau engga akutu dah ga peduli, ga mau kenal, ga mau ada urusan sama kamu. Aku ga akan menghina, marah-marah, mencaci maki but just disappear from my life, please.
Nah yg lebih buruk adalah, kadang aku suka mbatin doa. Dan namanya lagi kecewa/kesal kadang doanya ga baik kan ya. Terus di beberapa waktu doanya beneran kejadian. Jadi sekarang aku kalau berdoa, ujungnya aku tambahin, yaAllah semoga hanya doa doa baik yang Engkau kabulkan.
Tapi kayak gitu tu ga baik sih, mungkin. Jadi sekarang-sekarang, untuk orang-orang yg aku ingin lama bisa bersama-samanya, aku sering memberikan list hal yang tidak bisa mereka "senggol" karena once they cross that line, sorry, goodbye ajalah.
Dan aku kadang suka aneh karena kalau sampai ada di titik itu, aku ga peduli aku sesayang apa, selama apa dekatnya, sebanyak apa momen yang dilalui bersama, I'll just go, easily.
I don't give people second chance. I give them ten or even fifty chances but when I decided to walk away, I don't look back.
Aku nulis apa sih wkwk
5 notes · View notes