Tumgik
autumnwindays · 1 year
Text
kita usahakan rumah itu.
Tumblr media
tampak depannya sederhana nggak apa, yang penting terasa lega di dalamnya. bangun pondasinya kuat, yang penting bisa menahan segala badai. perabotannya aku serahkan ke kamu, yang penting kamu betah untuk tinggal. tapi jangan lupa belikan meja panjang untuk kita berbincang banyak, tentang hari kita. ingat, walaupun rumah ini sangat minimalis, kita punya penerangan paling romantis. cara kita memandang satu sama lain, terlihat sangat cantik. ingat, malam nanti kumpul di meja panjang, untuk kita cerita tentang hari yang panjang.
boleh kamu keliling dunia, temukan banyak tempat untuk singgah, sementara. satu yang utama, yang penting kamu nyaman. pun kamu boleh namai itu rumah. selama ada orang yang kamu cintai di dalamnya.
jangan menyerah sama aku, ya? kita terus usahakan rumah itu, agar terus ada dan kokoh.
heavily based on kita usahakan rumah itu, a song by sal priadi.
Yours truly,
ays.
0 notes
autumnwindays · 1 year
Text
Pasar malam yang ramai.
Tumblr media
Pasar malam hari ini ramai. Cuaca malam ini cerah, bulannya terlihat, bintang pun tak mau kalah ingin tampil di langit. Pasar malam hari ini lebih ramai daripada sebelum-sebelumnya. Seperti orang-orang punya pikiran untuk sama-sama datang ke sana malam ini.
Pasar malam hari ini ramai. Walaupun banyak orang, tapi aku suka suasananya. Di sini, semua orang tampak bahagia. Tidak pandang umur atau dari kalangan masyarakat apa, tanpa terkecuali dapat bersenang-senang. Begitupun kamu, sangat menikmati keramaian ini karena suasana yang terciptakan dari senyuman orang-orang.
Pasar malam hari ini ramai. Bising dengan lautan manusia yang sibuk menikmati wahana permainan atau mencicipi jajanan yang tersedia. Aku menaiki wahana yang katanya romantis, yaitu bianglala. Saat sudah mencapai paling atas, lampu-lampu dari stan penjual jajanan cukup memanjakan mata. Di sisi lain, aku bisa melihat cahaya malam kota yang tidak kalah cantik.
Pasar malam hari ini ramai. Di pasar malam ini, aku tidak sendirian. Aku di sini menghabiskan waktu bersama dengan dia--si pembawa kebahagiaan terbesar. Dia yang benderang tanpa membuat orang lain padam. Lelucon yang selalu baru itu berhasil membuatku tertawa untuk kesekian kalinya.
Malam ini, kamu bintangnya. Kamu selalu mampu merangkul semua pribadi yang kesepian.
Cepat-cepat kupesan seikat rindu, sebelum habis dibeli penyair handal, mari kita habiskan malam ini bersama. Pergi ke sisi jalan pasar malam yang lain, siapa tahu masih ada sisa segelas cokelat sebelum habis dibeli sekelompok anak kecil yang kehausan, mari kita bercerita sampai isi gelasnya kosong.
Pasar malam hari ini ramai. Sayang sekali, ternyata aku tak punya cukup uang untuk membeli waktu beserta semua kebahagiaan di pasar malam ini. Sedih rasanya, tapi tak apa.
Toh, aku masih punya kamu yang menantiku pulang.
ays.
0 notes
autumnwindays · 1 year
Text
Meracau
Aku nggak tahu menahu tentang keadaan langit hari ini. Yang aku tahu hanya melakukan aktivitas seperti biasa — disertai satu atau bahkan banyak keluhan. Klasik, memangnya sejak kuliah kapan hidupku terbebas dari mengeluh?
Siang tadi, setelah kelas selesai, kabar-kabar tak menyenangkan itu datang singgah di notifikasi ponselku. Pesan berisi janji-janji yang gagal ditepati disertai berbagai situasi di luar dugaan. Semuanya terasa berat untuk ditelan bulat-bulat. Singkatnya, betrayed.
Aku paling benci perasaan ini.
Aku langsung berbaring telungkup, menyembunyikan wajah dariku sendiri. Ingin marah, tapi bagaimana? Ingin menangis, tapi karena apa? Ingin cerita, tapi kepada siapa?
Kekhawatiran tak pasti lantas memenuhi pikiran. Rasanya sesak, sampai membuat ketakutan. Jangan sampai lengah, aku harus tetap kuat. Aku juga bukan tipe orang yang gampang menangis, sebab aku nggak suka membuat orang lain khawatir berlebihan. Harus terlihat baik-baik saja sampai mantra-mantra yang biasa kuucapkan itu tak lagi mempan.
Kali ini boleh menangis, tapi jangan sampai terdengar orang rumah.
Begitulah aku meyakinkan diri untuk menangis dalam diam. Entah bagaimana rupa bantalku saat sudah kering nanti, semoga bekasnya bisa tersamarkan. Lucunya lagi, saat menitikkan air mata pun, aku masih memikirkan berbagai skenario karangan bila ditanya, mengapa mataku bengkak?
Jangan terbiasa membohongi diri sendiri, apalagi perasaan.
Mentalku ternyata belum cukup kuat meskipun sudah mulai mencicipi sedikit asam garam kehidupan. Yang aku tahu adalah, bagaimana air mata yang mengalir diatas sarung bantal datang karena aku lelah berjuang untuk sekarang.
Sedikit demi sedikit harus mau berdamai, kalau segala sesuatu tak selamanya berjalan sesuai keinginan kita. Mungkin cara kerjanya memang seperti ini, supaya aku bisa menjadi orang yang lebih kuat lagi.
Kalau ditanya sekarang, jawabannya; aku belum sepenuhnya lega. Tentu rasa khawatir masih akan dan tetap bermunculan. Tapi semoga aku bisa mengendalikannya dengan baik.
1 note · View note
autumnwindays · 1 year
Text
“It's taboo to admit that you're lonely. You can make jokes about it, of course. You can tell people that you spend most of your time with Netflix or that you haven't left the house today and you might not even go outside tomorrow. But rarely do you ever tell people about the true depths of your loneliness, about how you feel more and more alienated from your friends each passing day and you're not sure how to fix it. It seems like everyone is just better at living than you are. A part of you knew this was going to happen. Growing up, you just had this feeling that you wouldn't transition well to adult life, that you'd fall right through the cracks. And look at you now, it's happening.”
94K notes · View notes
autumnwindays · 1 year
Text
I found you
"Jangan lupa dateng nonton penampilanku ya!"
Aku mengiyakan secara dia mengajakku dengan semangat. Berharap-harap aku datang dan memberinya semangat walaupun belum sempat bertatapan langsung. Oh, tentu kalau dipikir tidak ada kesempatan kami bertemu untuk memberi pelukan pengisi energi seperti yang biasa kami lakukan. Aku tidak punya wewenang untuk pergi ke belakang panggung dan belum tentu juga dia menemukanku di tengah kerumunan. Atau mungkin dia bisa ya?
"Kalau tersesat di tengah kerumunan, yang aku cari masih kamu." begitu katanya kemarin.
Di sinilah aku, di bagian kerumunan penonton, di bagian keramaian orang yang saling bersahut-sahutan, di tengah banyaknya kamera yang diangkat ke arah panggung.
Ada orang asing pernah bilang begini padaku, "Ada seseorang yang tetap bisa kamu temukan walaupun raganya berbaur dengan keramaian manusia. Yang membuat pandangan kamu secara ajaib mengabur, karena titik fokus hanya pada satu raga itu saja."
Awalnya aku tidak percaya saat mendengarnya, tapi rasa mustahil itu pergi menghilang ketika netra kita bersitatap pada satu titik yang sama. Manusia lainnya tidak lagi punya eksistensi besar. Riuh antusias dari penonton lain tak lagi terdengar. Kerumunan padat ini sudah tidak berarti apa-apa. Di keramaian ini, hanya ada kita saja.
Dengan radar yang kami punya: Kamu menemukanku, Aku menemukanmu.
Tumblr media
0 notes
autumnwindays · 1 year
Text
Panggil aku perempuan gila.
Siapa perempuan gila itu? Siapa dia sesungguhnya?
yang terjadi sebelumnya, semua orang takut padaku.
Apa yang mereka pikir keren dari menjadi gila? Mereka mau jadi perempuan gila, kenapa? "Karena lagi trending dan terdengar keren." Akan tetapi nyatanya tidak sesimpel yang mereka bayangkan untuk mengklaim sebutan itu. Saking kompleksnya, aku pun tidak dapat menjelaskan betapa rumitnya pikiran serta perasaan yang menyelimuti diriku beberapa waktu belakangan ini. Kalau boleh menyimpulkan sedikit (maaf kalau salah), isi pikiran perempuan gila itu, seperti benang kusut yang bertumpuk-tumpuk. Tentu perlu waktu untuk meluruskannya kembali, tidak instan.
penuh ganggu dalam jiwanya.
Mereka mau perempuan gila tapi tidak mau ingat namanya. Yang mereka ingat hanya tubuhnya. Bibirnya yang kering dan berperisa rokok. Kasar jemarinya. Rambut yang kering dan rontok. Lingkar mata yang hitam. Suaranya. Lengannya yang penuh bekas luka.
Hidupnya dipenuhi berbagai ketakutan. Takut melihat, takut mendengar, takut berbicara, takut mencoba, takut salah tingkah, dan takut akan ditinggalkan (dan selalu akan berakhir seperti itu). Menari dengan bayangan adalah keahliannya, sebab tidak ada yang mau jadi partner dansanya. Selalu tahu kapan akan ditinggalkan. Selalu berakhir sendirian.
Kata orang, harus mulai mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Percayakah kamu, itu tidak mudah untuk seseorang yang penuh badai di dalam jiwanya? Namun ia berjanji, badainya akan cepat mereda, kembali seperti sedia kala.
Setelah aku berdamai dengan diriku, tolong yakinkan aku kalau kamu mencintaiku dan nggak bakal pergi dari sisiku.
Kak Nadin, terima kasih untuk Rayuan Perempuan Gila-nya dan karya-karya indah yang selalu memberikan kenyamanan kepada orang banyak. I owe you.
Yours truly,
ays.
2 notes · View notes
autumnwindays · 1 year
Text
Bagaimana jika setiap orang merasa dunia bekerja secara tidak adil?
Bagaimana cara dunia bekerja kalau setiap orang sama-sama merasa tidak adil?
Wajar sekali bila merasa bahwa dunia bekerja di ambang batas mampu manusia. Alasannya? Karena ada orang-orang yang beranggapan bahwa tujuan hidup adalah untuk mengejar impian yang mereka punya. Ada pula orang-orang yang cukup hidup dengan cara bertahan menghadapi kejamnya realita sambil menyelesaikan peliknya masalah hidup satu-persatu.
Tapi ada juga yang bilang cara terbaik hidup adalah belajar setiap harinya. Belajar pada sebuah kesalahan yang pernah dilakukan, pada sebuah keinginan yang gagal menemui tuju, atau pada sebuah pengharapan yang tak menemui ujung nyata.
Kalau hidup dijadikan sebagai ajang mengejar nilai dalam sebuah pelajaran, maka aku sudah berulang kali remedial. Sudah berapa banyak gagal yang kujemput? Sudah berapa banyak hal pahit yang kutelan mentah-mentah? Sudah berapa banyak makian yang kudengar? Bisa saja dihitung berapa kalinya hingga aku merasa muak. Jika dipikir, percuma saja berusaha kalau akhirnya selalu jauh di luar perkiraan.
Ada perihal yang tidak pernah mencapai kata "puas", seperti masih ingin pulang, padahal sudah di rumah. Masih ingin ketawa, padahal satu menit yang lalu baru saja selesai tertawa. Muncul lagi pertanyaan dalam benak pikiran, apa selama ini aku hidup tanpa pernah memaknai arti hidup sendiri ya?
Aku pernah diberi tahu oleh temanku yang sedang menunjuk orang asing yang lewat di depannya, "Kalau kamu tanya ke dia apa hidup cukup adil buat dia, pasti jawabannya enggak," katanya. Ia menyimpulkan bahwa dunia memang tidak pernah berpihak pada siapapun, namun titik adilnya justru ada di situ. Semua manusia sama-sama merasa kalau dunia nggak pernah berpihak ke mereka.
Pertanyaan baru pun kembali muncul, kalau gitu apa gunanya manusia hidup di dunia ini, nggak ada satu pun orang yang berpihak ke kita?
Sejauh yang kupikirkan sekarang, tidak perlu ada orang lain yang berpihak ke kita. Cukup punya diri sendiri yang meyakini jalan yang sedang ditempuh saat ini ada manfaat untuk sekarang maupun hari esok.
Jawaban konkretnya masih belum kutemukan. Karena, toh, tidak semua harus ada jawabannya sekarang.
1 note · View note