atik-fitriyati
Atik Fitriyati
32 posts
Mahasiswi IUA | Alumni PMDG Putri 2018 | Afrika-Asia-Eropa | Iqro'
Don't wanna be here? Send us removal request.
atik-fitriyati · 4 months ago
Text
GABOLEH IRI PLISSSSS. SEMUA ADA HIKMAHNYA😭
0 notes
atik-fitriyati · 7 months ago
Text
Ketahuilah bahwa jiwa yang lelah itu tidak akan kembali pulih dengan tidur atau tempat yang mewah, sungguh jiwa yang lelah itu hanya butuh kedekatan dengan Tuhannya. Menangis dan meminta kekuatan pada pemilik dunia dan seisinya.
Sebab pundak yang memikul beban ini pasti akan lemah dan tak sekuat masa muda, maka mintalah kekuatan agar seberat apapun beban yang harus dipikul ia tetap kokoh dan kuat membawanya, sampai kapan? Sampai Allah ambil beban itu atau Allah menyuruh kita untuk meletakkannya.
Serindu ini hati dan jiwa ini pada sepertiga malam yang sudah lama ditinggalkan, serindu ini hati dan jiwa ini untuk kembali menangis dan mengadukan semua perihal lelucon dunia ini pada-Nya.
Mari kembali, barangkali jiwa dan hati kita butuh pulang, butuh merendah, butuh sujud dengan tangisan. Tidak ada yang tahu kecuali kita dan Tuhan kita saja.
@jndmmsyhd
615 notes · View notes
atik-fitriyati · 11 months ago
Text
Perang Sudan di Bulan Ramadan
Hari ini, tepat hari keenam peperangan terjadi. Alhamdulillah masih Allah beri nyawa dan kehidupan, meski sedikit mencekam dan menakutkan. Bukan karena menjadi sasaran tembakan, akan tetapi mental dan kebutuhan hidup seperti tidak ada jaminan.
Tapi saya sadar, kondisi seperti ini bukan berarti akhir dari segalanya. Selama nyawa masih dikandung badan, iman masih di dalam diri manusia, islam menjadi pakaian. Maka tindakan seorang muslim harus sesuai dengan syariat-Nya. Harus sesuai dengan keimanan kepada Tuhannya.
Yakinlah, bahwa kita semua adalah orang-orang pilihan. Karena janji Allah لا يكلف الله نفسا إلا وسعها itu pasti benar.
Setiap dentuman suara tembakan dan kabut hitam yang menutup awan. Justru mengingatkan saya pada Palestina, negara yang sudah tidak terditeksi di Peta Dunia, sudah kehilangan ribuan bahkan jutaan nyawa. Hanya saja mereka yang mati di jamin Syurga.
Tapi saya? Jika kematian ada didepan mata, apakah saya sama dengan mereka kedudukannya? Allahu a'lam.
Kondisi yang menjadikan saya terus belajar memahami keadaan dalam diam.
Ya semuanya bisa saja sekejap berubah.
Hari sebelumnya saya dan rekan-rekan kerja saya duduk melingkar menikmati hidangan bersama, tidak sedikit yang membagikan momen di laman sosial medianya. Yap! Momen buka bersama, bahagia.
Malam berjalan dengan baik-baik saja, tiba-tiba esok hari kami dikejutkan dengan suara ledakan, satu dua kali. Tembakan beruntun seakan dekat dengan kita. Entah dari mana, tapi terdengar jelas di telinga.
Suara jet tempur berlalu lalang di atas perumahan kami, teman seperjuangan kami yang tinggal di asrama terpaksa dialihkan ke tempat yang lebih aman. Tidak biasa, ini bukan demo biasa. Ini Perang!
Kami terus menyusuri informasi melalui grup whatsapp. Grup jual beli makanan berubah seketika menjadi "Suara Rakyat".
Yap perlahan tapi pasti. Hingga saat ini Grup itulah yang memberikan informasi terkini, berisi hampir seribu orang.
Tidak cukup dengan itu, imbauan dari pihak KBRI untuk "stay at home" juga tidak menjamin kami tetap tenang, pasalnya rumah kami berhari-hari dilanda krisis air dan listrik mati. Seakan tidak ada kehidupan.
Tetapi, bukanlah disebut penyakit jika tidak ada obatnya, bukan juga disebut ujian jika tidak ada jalan keluarnya. Berdiam diri saja tidak cukup, sabar bukan berarti tidak melakukan apapun. Kami menerobos berbagai cara yang tentunya benar demi kelangsungan hidup seperti mencari air di masjid atau di rumah penduduk, menaati imbauan dari pihak yang berwenang, menghemat listrik dan bahan pangan. Dan tentunya berdoa sebanyak-banyaknya.
Saya yakin, hari-hari ini akan usai. Toh nyatanya ketakutan saya saat mendengar suara tembakan atau bahkan ledakan sangat berbeda di hari pertama dan kelima. Akhirnya saya terbiasa. Tapi rasa gelisah dan harapan perang ini segera usai tetap ada.
0 notes
atik-fitriyati · 1 year ago
Text
Bakda Maghrib
Tumblr media
Bakda maghrib kali ini berbeda, karena saya teringat kenangan 5 tahun silam.
sejujurnya saya tidak mau lagi membahas ini, karena tulisan ini justru membuat saya akan menyesalinya. Seakan sulit menerima takdir Yang Maha Kuasa.
Tahun 2017, saya sedang diuji sakit belasan bulan sehingga saya terpaksa rehat dari Pondok. Saat kondisi saya semakin membaik saya putuskan untuk mengisi kegiatan di rumah. Salah satunya adalah mengajar mengaji anak-anak tetangga.
Memang bukan saya yang meminta, tapi saya sempat berdoa. Suatu sore datanglah seorang anak kecil yang sangat menggemaskan, sangat energik dan manja. Keinginannya untuk belajar sangat besar, ia anak yang cerdas dan menarik. Berkulit coklat manis. Sebut saja Naila.
Semangatnya tidak padam meskipun berdua. Hari berikutnya dia lah yang mengajak teman-temannya. Hingga 11 anak totalnya. di antara anak-anak yang lain dia yang jarang sekali absen. Bahkan pernah suatu hari hanya dia yang datang untuk mengaji.
Sebelum saya pergi pengabdian [2018] dan kuliah ke Sudan [2019] saya selalu berpamitan kepada mereka. Saat itu saya sadar, bahwa saya sangat menyayangi Naila. Anak ajar saya yang paling manja selama ini, meskipun sedikit susah diatur tapi kami saling menyayangi.
Sekitar 4 bulan saya di Sudan, kabar tidak enak justru datang dari rumah. Kabar bahwa Naila terserang penyakit DBD, hingga harus di tangani serius dan butuh perawatan khusus. Namun naas rumah sakit tidak memberikan pelayanan yang baik sebelum ada jaminan biaya. Qodarullah Naila harus pulang ke rumah dengan kondisi berlumuran darah bahkan saat sudah tidak bernyawa.
Hai Nai, hari ini temanmu kembali ke rumah. Ia yang dulu berumur 3 tahun kini sudah berumur 8 tahun. Berkat ajakan kamu juga semangat kamu dulu. Mungkin besok atau lusa dst kami akan berjumpa lagi, meskipun tidak ada kamu kami tetap melakukan itu. Semoga mba bisa menjalankan amanah ini lebih baik lagi. Semoga kita dipertemukan di surga-Nya Allah nanti. aamiiin
4 notes · View notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Tumblr media
Tuntas
Menemukan sosok yang tidak biasa
Tumbuh dengan karakter yang luar biasa
Tentunya atas izin Tuhan yang maha kuasa
Pernah aku bercerita tentang balasan di dunia
Tapi ia justru membahas perihal pahala
Terlihat tabu dan sedikit meragukan, tapi kalimat indah tidak cukup, kawan
Kami sempat berbeda pendapat, karena satu dua kalimat yang kurang tepat
Tapi pada akhirnya kami saling belajar, tentang tujuan yang sama.
Keikhlasanmu, pengorbananmu dan sejuta makna langkah yang kau ambil, tidak sedikit memberi dampak yang besar, bagi saya khususnya
Begitu mudah Allah melihat apa yang ada di dalam hati manusia.
Sehingga apa yang kamu lakukan seakan mudah jalannya, meski perih, meski tertatih
"Bersandarlah hanya kepada Allah" mungkin ini adalah salah satu kalimat yang tersisa dari sekian banyak hal tentang kita
Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku
7 notes · View notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Tumblr media
Bukan Kuasaku
Mendekati hari di mana semua akan menjadi abu
Kisah lama akan diganti dengan yang baru
Ada sebagian rasa yang tidak seharusnya rapuh
Tapi, hati harus kuat menerima
Sebuah perjalanan yang kini tidak lagi sama
Menikmati garis takdir Ilahi
Bukan kuasaku mengolah rasa ini
Karena mengikat tanpa takdir adalah sia-sia
Hanya Allah sebaik-baik penjaga
Biarkan waktu yang menjawabnya
Ada rahasia yang ingin kubagi
Ada cerita yang ingin kuberi
Ada telinga yang siap mendengar
Ada hati yang selalu ada untukmu
Nanti, ya :)
1 note · View note
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Setengah Bulan
Malam ini tepat pukul setengah dua belas. Aku mendengar bising kendaraan dari ketinggian. Gedung-gedung menjulang tampak akrab denganku. Kelap kelip cahaya menyinari jalan yang tak pernah sepi itu.
Sesekali aku menutup hidung karena debu itu seakan menyerang. Polusi katanya, tidak main-main sering kali menjadi bumerang.
Dari atas sini aku mencari bintang-bintang, tapi sayang mereka belum datang.
Hanya ada setengah bulan seakan menatapku tajam. Ia seolah menertawakanku, karena aku tidak menyambut baik cahayanya. Aku lebih memilih menyalakan lampu, duduk manis dan fokus dengan dunia digenggamanku.
Impianku seakan kandas seketika, saat kau tumbuh dengan cara yang salah.
Setengah bulanku, akankah kau tersenyum baik padaku saat kau sudah sempurna?
1 note · View note
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Untuk Pertama Kalinya
Tumblr media
Sudah menjadi adat baik para senior di sini. Momen wadaan dan mengantar 'nihai' mewarnai gersangnya kehidupan di sini. Rasanya kurang lengkap jika pergi begitu saja tanpa kabar itu dan ini. Saat menginjakkan kaki untuk pertama kali pasti rasanya tidak sama dengan momen meninggalkannya. Memang betul jaraknya tidak jauh dari asrama kami, sehingga menuju kesini tidak susah. Tapi hati tidak sesederhana itu memandangnya.
Ada rasa yang tak biasa, ada kenangan yang muncul tiba-tiba, ada tangis bahagia dan sedih yang berisik dalam fikiran kita. Rasanya justru ingin segera menyudahi tapi hati terus menolak dan tak mau berhenti. "Jangan pergi" atau "Tetaplah di sini" adalah keterusterangan yang tidak akan terjadi.
Hal tersebut bukan satu dua kali, rasa yang seharusnya sudah berkali-kali terjadi. Tapi, mengapa masih tetap sama? Sakit sekali.
Dan malam ini, untuk pertama kalinya ditinggalkan oleh sosok teman di antara kami. Katanya langit itu berjumlah tujuh, malam ini satu langit itu telah pergi. Semoga Allah berikan kebaikan untuknya di manapun ia berada. Aku hanya menanti kabar baik darinya. Untukmu yang baik dan semoga selalu baik nantinya. Tusafir bissalamah. Mohon maaf dan terima kasih.
Special to Zahratul Fajri
0 notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Rekam Jejak
Tumblr media
Mungkin bagi sebagian orang lembar-lembar ini bukan 'apa-apa'
Tapi bagiku mereka adalah salah satu 'rekam jejak' dari setiap langkah.
Alhamdulilah, kami dipertemukan dengan guru yang selalu memperhatikan itu. Meskipun awalnya bertanya "untuk apa?" Tapi ternyata semua ini bisa mendorong diri untuk terus ingin memperdalamnya, memperbaiki, mengasah kembali, dan semoga Allah beri taufik agar kami mampu mengamalkannya.
Tak terlepas dari 'rasa kurang' yang berujung pada penyesalan, harapannya lembar-lembar ini dapat menjadi acuan arah hidup yang saat ini masih tak karuan, dan nantinya akan berdampak baik bagi kami dan orang sekitar.
Pertemuan kami ditutup dengan pembacaan sebuah karya beliau yang merangkum sebagian hadis-hadis Nabi. Berisi nasihat khusus untuk kami. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kami setelah ini.
Terima kasih atas ilmu-ilmunya, ustaz Choirur Raziqin Manapsir dan ustazah Dini Inayati.
Semoga selamat sampai tujuan dan dapat berjumpa kembali di bumi pertiwi.
0 notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Satu Ruang Beda Cerita
Sebelum melangkahkan kaki, aku berpamitan dengan orang yang paling ku sayang, tak lupa membaca doa dan pergi meninggalkan cermin yang tadi dihadapan.
Seperti biasa, kakiku terlukis indah dalam bayangan, hanya dua yang tampak, satunya jalan pincang tidak tegak.
Tak terasa langkahku sudah sampai di titik berlawanan dengan jutaan kendaraan. Matahari membelakangiku, membuatku nyaman saat berjalan.
Hingga aku tiba di satu ruang, kakiku bertemu dengan kaki-kaki yang lain. Mereka saling menyapa seakan sudah tidak asing.
Pada waktu yang sama, kami dipertemukan dengan banyak sekali hal kebaikan di sana. bahkan satu huruf yang kami ucapkan adalah sebuah kebaikan.
Perlahan aku sadari, bahwa meniti jalan kebaikan tidak cukup hadir mata dan kaki. Sejauh apapun kaki kita melangkah, sedalam apapun mata kita menatap. Tidak cukup apabila hati dan fikiran kita tidak hadir di sana.
Aku hampir menangis dan cukup bertanya dalam hati, akankah sia-sia ribuan langkahku hari ini? Apakah cukup hanya sekedar ada? Sudahkah aku siap untuk melangkahkan kakiku ke ruang selanjutnya?
Mengapa kita berbeda? Cerita kita tidak sama padahal kita dalam satu ruang yang sama.
0 notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Akan Indah Pada Waktunya
Tetesan air mata itu mengingatkanku pada suatu waktu
Sekejap aku terbawa ke dalam duniamu
Mendalami bait demi bait yang kau utarakan
Menggambarkan keadaan yang tak ingin kau sampaikan
Aku menatap tajam matamu yang indah, tanganku mulai bergetar sehingga kusembunyikan
***
Laramu mengingatkanku pada waktu silam
Di mana aku pernah menjadi bulan yang tak dianggap malam
Rasanya ingin ku sudahi, tapi aku tak tahu mengapa aku tetap bersinar
Sejak saat itu aku mengerti, kini menjadi dirimu tidak semudah kata indah yang kau tuliskan
***
Tawa kecil yang ku berikan dan kata semangat yang ku sampaikan bukanlah penyanggah kuat yang kau harapkan
Sekuat apapun itu hanya mampu menyadarkan diriku sendiri, untuk menjadi seorang hamba di hadapan Pemilik hakiki
Sepatah dua kata ku ungkapkan demi meyakinkanmu arti sandaran bagi kehidupan
***
Terima kasih telah mengembalikan warna yang telah hilang
Karena pertemuan kita bukanlah suatu ketidaksengajaan
Tetaplah kuat dan mintalah kekuatan kepada Allah
Agar ditetapkan menjadi seorang hamba pilihan
Sehingga bukan saja sebuah cerita yang kau dapati, tapi semoga surga indah menjadi hakmu nanti
0 notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Tak Pandai Berkata
Tulisan ini akan menjadi saksi
Bahwa tidak semua manusia lihai berbicara
Membaca pun terkadang masih terbata-bata
Kedua matanya terkadang memilih 'melihat yang salah'
Aku, dengan sejuta kebodohan yang ada
Merendahkan diriku hanya dihadapan Tuhan semata
Merendahkan hatiku kepada sesama manusia
Karena aku tak pandai berkata
Tiap kali ku mencoba, hasilnya sama saja
Sesekali ku membaca, semesta tak seperti yang kukira
Aku, dengan segala kekurangan yang ada
Menjalani kehidupan yang jauh dari kesempurnaan
Meski terkadang aku pandai berpura-pura
Seakan dunia selalu baik-baik saja
Bukankah hampir semua manusia begitu?
Aku, dengan segala kesadaran saat ini
Mencoba menerima kenyataan pahit yang tak akan pergi
Bentuk 'keikhlasan' dan tanda 'cinta' pada diriku sendiri
Penerimaan yang seyogyanya dilakukan oleh seorang hamba
Sebagai bentuk ketundukan kepada Tuhan sang pencipta
0 notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Apa Susahnya?
Apa susahnya berusaha? Bukankah semua sudah kamu pelajari?
Mau sebanyak apa ilmu yang ingin kamu kumpulkan?
Butuh berapa lama berbalut dengan jerih payah yang melelahkan?
Seberapa penting akhir tujuan yang menarikmu pada ambisi tak bertuan?
Ah, andai dunia ini dipandang oleh manusia yang penuh cinta.
Seharusnya tidak ada kata "mengapa harus kamu" tanpa melihat fisiknya.
Betulkah perlu ijazah agar kamu rajin ibadah?
Apakah benar harus selesai belajar untuk memulai kehidupan?
Bukankah mencari ilmu itu untuk dipraktikan? Lalu, menunggu sampai akhir yang bagaimana?
Penantianmu atas hasil akan sia-sia jika tidak perlahan menikmati proses yang ada
Untuk apa? Untuk apa kamu berlama-lama dalam penantian?
1 note · View note
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Merindu
Bangun di atas keterpurukan yang ada
Sejak kejadian tak terduga menghampiri jiwa
Merindu kataku, merindu hidup yang telah pergi
Di mana cahaya menerangi langkah kehidupan
Di saat aku berjalan tegak dan tenang
Melirik kanan kiri dengan senyuman
"Semangat, ya!" Sapaku pada diriku sendiri
Kalimat itu perlahan merasuk dalam jiwa
***
Merindu kataku, merindu sosok yang telah hilang
Kemana? Di mana? Bagaimana aku menggapainya lagi?
Tanyaku pada sosok itu
Bukankah cukup dengan tertawa kecil seperti ini?
Merindu kataku, merindu diriku sendiri
0 notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Suntikan Keimanan
Di antara kerumunan orang, pikiran saya justru terhanyut membaca buku yang berisi tentang nasihat dan perjuangan seoarang ibu dalam dakwahnya.
****
Tiba saatnya saya mendapat giliran masuk ke dalam ruang tunggu. Nomor antrian vaksin lumayan panjang. Tiba-tiba saya melihat beliau di ruangan sebelah sedang berbincang.
Sosok yang sedang disebut-sebut nama dan kisahnya dalam buku yang sedang saya baca, ditulis oleh seorang ibu yang sangat mencintai anak-anaknya. Kusaksikan sosok itu hadir di depan mata. Seakan tinta buku itu bernyawa. "Ya Rabb, kali ini aku mohon mudahkanlah" doaku kepada yang Maha Kuasa.
Saya tidak hadir saat silaturahmi ke rumah beliau kemarin dikarenakan suatu hal, saya memilih menjalankan amanah dan mengikhlaskannya.
****
Melihat waktu dan tempat yang kurang tepat, sebelum saya divaksin dalam hati saya bicara "Sudahlah, mungkin bukan saat ini, tawakkal saja"
Usai saya disuntik, saya melihat beliau mulai beranjak dari sofa, hati saya tergerak dan lagi-lagi menanyakan sekitar saya "Ada yang bawa pulpen?" Mereka menggelengkan kepala.
Akhirnya dengan tekad saya memberanikan diri menghampiri beliau dan mulai pembicaraan "Ustaz, 'afwan ana boleh minta tanda tangan di buku ini?" Tiba-tiba datang seorang yang memberi saya pulpen dan menyerahkan kepada saya.
Setelah itu kami bertiga mulai berbincang, dan beliau menanyakan perihal buku tersebut mengapa sampai kepada saya, saat teman saya menjelaskan tentang saya yang sedang menjabat di El-Nilein tiba-tiba beliau bilang "Loh, saya dulu Direktur El-Nilein tahun 2013/2014"
Allahuakbar! Saya terharu dan tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya. Saya teringat satu ayat:
... فإذا عزمت فتوكل على الله... (آل عمران : 159)
0 notes
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Kata Siapa?
Dinamika kehidupan yang abstrak, terkadang acuh sisanya berpihak
Hari ini lelah di rasa, perjalanan panjang yang tak seperti biasa
apakah ini jalan yang diperebutkan kebanyakan orang?
Terkadang merasa tak mampu apa-apa, dilain sisi ada peran yang tak bisa dihiraukan
Merasa diri sudah pantas? Kata siapa? Nyatanya setiap detik otakku masih berisik "apa yang sudah kamu dapatkan?" Pertanyaan susulan yang berujung pada "apa yang akan kamu berikan?"
Faktanya untuk menjalani semua ini tidaklah mudah
Ada pengorbanan yang bagi sebagian orang adalah hal wajar
Alih-alih fokus berjuang, terkadang malah terhalang oleh perbandingan sosial, atau mungkin hanya kurang sabar membuat diri justru terjerumus pada keputusasaan
Berpura-pura tidak mendengar serangan luar sangatlah menguras tenaga
Entah sampai kapan harus bertahan, menapaki jalan terjang merangkak demi cahaya kehidupan
Menemukan hal baru yang sudah dinantikan sejak lama, rasanya butuh ribuan tahun lamanya
1 note · View note
atik-fitriyati · 2 years ago
Text
Labil
Tidak bisa dipungkiri setiap manusia memiliki keunikannya sendiri, bincang malam bersama salah satu ibu satu anak yang mana dia adalah temanku di Sudan, membuka wawasan tentang pernikahan dan parenting, obrolan kami berat tapi santai terarah tapi tetap mengalir.
Aku mendapati satu hal penting tentang cara berpikir "kita hidup bagaikan berlayar di atas kapal apabila kita biarkan kapal kita berlubang sedikit maka kita akan tenggelam, tapi jika kita hindari itu meskipun ombak menerjang maka kita akan tenang, lubang tadi adalah omongan manusia terhadap kita".
Wajar jika manusia ingin tahu lebih, terus belajar tanpa merasa tinggi, tak lelah berlatih namun tetap membumi, pantang menyerah meski gagal berkali-kali, sering terjatuh namun berusaha untuk bangkit kembali, ada yang bilang "ah dasar labil! kemarin benar sekarang kok gini lagi".
Aku teringat tentang hikmah taubat yang bersifat dawam atau terus menerus, setiap harinya manusia tidak akan luput dari dosa atau godaan setan, percayalah kamu bangkit bukan karena labil, terus berusaha untuk berubah menjadi lebih baik adalah kebaikan itu sendiri, selama masih ada nyawa dalam jiwa kamu berhak menggapai hidup yang lebih baik lagi, hanya saja hindari mewajarkannya dengan ucapan "ya sudah saya dosa saja, kan bisa taubat, kan manusia tempat lupa dan dosa". Pemikiran ini dangkal, ya.
Tak sengaja jatuh kemudian bangkit itu wajar, tapi jika di niatkan dan di biarkan itu baru menyalahi fitrah kebaikan.
Peduli dan pahami diri sendiri. jangan banyak membaca raport orang lain.
Belajarlah dan tetap membumi kapanpun dan dimanapun kamu berada.
0 notes