You are what you have done. You are your dreams. Then you should have your dreams done.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo
Di satu sisi pengen, tapi udah mau nikah, di sisi lain kasian kalau calon istri di sana gak bisa ngapa-ngapain. Masih ada waktu sebulan untuk bernegosiasi dengan hati.
0 notes
Text
Sabtu, 17 Desember 2016
A: (diam sejenak, menyusun kata-kata terbaik) git...
G: ya?
A: kita kan udah lama kenal, kalau misalnya nih. Aku daftar jadi calon suami kamu, formnya masih ada gak?
G: apa sih.
A: iya nih, gimana kira-kira? Masih bisa gak daftar?
G: gimana ya? Boleh mikir-mikir dulu gak?
A: iya gak apa-apa. Kapan nih bisa dapat jawabannya?
G: tunggu aja ya. Lihat nanti.
A: iya dipikir dulu aja. Aku siap kok sama semua jawaban kamu. (tersenyum)
G: (cengengesan, gak betah lama-lama duduk di mobil) sampai juga di hotel, sampai jumpa besok ya.
1 note
·
View note
Text
Bagaimana Jika..
Bagaimana jika dulu aku bersabar, menunggu hingga waktunya untuk bertemu dengan sebenar-benarnya dambaan hati?
Bagaimana jika aku tetap menjadi diri sendiri, tanpa mendengarkan suara teman yang membuat masa lalu berantakan?
Bagaimana jika aku selalu mendengarkan apa yang diinginkan ayah dan bunda untuk selalu fokus dengan masa depan tanpa memikirkan cinta di masa sekolahan?
Bagaimana jika anak laki-lakiku kelak menjadi seperti diriku di masa lalu tanpa memperhatikan ucapanku?
Bagaimana jika anak perempuanku nanti mabuk cinta termakan bujuk rayu dan gombalan pemuda?
Segala pikiran pengandaian terus menghantui, berkecamuk dalam realita yang harus dihadapi oleh semua pria normal di dunia, menjadi sesosok suami dan ayah. Berat, tentulah tak mudah dalam memainkan peran yang baik, terus konsisten transformasi diri menjadi pribadi yang lebih kokoh dan tangguh. Imam bagi istri adalah posisi idaman bagi yang siap secara agama dan jasmani.
24 tahun, waktu yang cukup untuk mempelajari kehidupan lajang, mengetahui segala hal yang baik dan buruk. Namun, batinku tersadar sesuatu, pendalaman ilmu agama adalah fondasi dari kehidupan. Berapapun materi yang dikejar, hati akan terasa kosong tanpa mengisi waktu dengan ibadah mendekatkan diri kepada-Nya.
Harapku, dapat mengulang masa lalu, menghapus setumpuk luka, jika tahu masa depan, sosok yang terbaik menjadi pasanganku. Namun, hidup harus terus berjalan. This time is present, ayahku pernah mengingatkan. Hari ini adalah hadiah, yang harus digunakan sebaik mungkin.
Satu hal paling terngiang di pikiran, bagaimana jika 23 Agustus 2013 menjadi hari pertama kita bersama menjalin hubungan asmara antara dua insan. Ntah apa isi kepalaku kala itu, raga mendekat kepadamu, namun hati masih bertanya-tanya, bingung apakah sosokmu dapat menerima manusia yang biasa saja dalam suka dan duka.
Namun, aku tak menyangka keyakinanmu dapat bertahan hingga kini. Kekecewaan yang dulu pernah kamu rasakan mungkin tak terlupakan hingga akhir hayat. Tentu tidak semua wanita dapat memiliki hati sekuat milikmu. Menerima dan memaafkan yang kamu ungkapkan sangat melegakan. Surabaya dan 16 Desember 2016 menjadi saksi kita dapat bertemu lagi setelah sekian lama tak bertatap mata ketika usia telah menginjak 23 tahun.
Setumpuk bagaimana jika tentu tak akan habis dibahas apabila hanya fokus pada masa lalu. Genggaman tangan serta kehangatanmu memantapkan hati untuk selalu melangkah bersama menyongsong masa depan puluhan hingga ratusan tahun jika kelak Allah mengizinkan.
Duhai Meigita, calon istriku dan ibu anak-anakku, aku mencintaimu dulu, sekarang, dan nanti.
1 note
·
View note
Text
Dermaga Hati
Kamis, 22 Agustus 2013….
Masih tersisa beberapa helai baju yang harus aku pilih untuk dimasukkan ke dalam koper besar. Pakaian-pakaian yang mama belikan beberapa hari lalu, wajib disusun terlebih dahulu karena permintaan beliau. Apa yang mama minta sebisa mungkin selalu aku penuhi, karena pada dasarnya surga di telapak kaki ibu dan keutamaan posisi ibunda selalu berada di atas ayah begitulah sabda Rasululllah yang pernah disampaikan dalam beberapa ceramah yang pernah aku hadiri.
“Nak, ada lagi yang belum? Di sana dingin lho, jangan sampai kurang bajunya.”
“Iya, ma. Insya Allah yang penting-penting udah Vanda masukin kok. Sebentar lagi, tinggal masukin oleh-oleh buat mentor dan teman-teman di Lithuania sana.” Aku sambil memeriksa kembali check list yang telah aku persiapkan beberapa hari yang lalu. Beberapa jam lagi adalah jadwal keberangkatan pesawatku dari Jogja ke Jakarta. Sebenarnya tiket telah disediakan oleh pihak Erasmus sebagai pemberi beasiswa exchange student program ku kali ini, namun karena tiket diberikan dalam waktu yang mepet dan jadwal yang diberikan khususnya untuk ketibaan di Jakarta sangat singkat rentang waktunya dengan keberangkatanku ke Benua Biru, maka aku putuskan untuk membeli tiket sendiri sehari sebelumnya, meskipun berbeda maskapai dengan Mama pada penerbangan sore itu.
Lumia-ku dari tadi berdering, tanda ada pesan Line masuk.
Hei, lagi ngapain? Gimana persiapannya, udah beres semua?
Chat Catty pun hanya sempat aku baca. Balasnya nanti sajalah ketika sudah check in di bandara, batinku.
4 jam kemudian, aku dan mama tiba di Bandara Adi Sucipto diantar oleh Mas Aul. Rasa pamitku berbeda pada saat itu jika dibandingkan dengan perjalanan-perjalanan sebelumnya. Agak berat, ya karena aku harus meninggalkan, Jogja dan Indonesia selama 6 bulan untuk menempuh beasiswa 1 semester di Vilnius Gediminas Technical University, Lithuania.
“Kau sehat-sehat ya di sana, jangan lupa sholat, kabar-kabarin kemari sama abangmu ini.” perintah dari Mas Aul menjadi pengingatku ketika merantau nanti.
Sori nih Catty, hehe. Tadi rempong banget, banyak printilan-printilan. Iya Insya Allah beres semua. Berangkat jam 5 on time nih kayaknya, mungkin sekitar sebelum Isya udah sampai Soetta. Aku boarding, nanti aku kabarin lagi. Doain ya.
“Ma, Vanda berangkat dulu ya, semoga mama gak lama-lama delaynya. Vanda tunggu di Terminal Kedatangan Cengkareng ya.” Aku berpamitan dengan Mama di ruang tunggu untuk berangkat terlebih dahulu sambil mengganti airplane mode pada 2 ponsel yang kubawa, E63 untuk nomor emergency Simpati, dan Lumia yang akan digunakan untuk nomor lokal di Vilnius nanti.
Smoothnya take off dan landing pesawat Citilink mampu menidurkanku selama perjalanan, yang pada akhirnya berguna untuk membuatku terjaga menunggu kedatangan pesawat mama yang delay hingga larut malam.
Jum’at, 23 Agustus 2013…
04.15
Selamat Subuh Catty, aku main ya ke tempat kamu. Di kompleks Ancol kan? Aku ke sana dulu, nanti ancer-ancernya kasih tau lagi ya.
Menunggu hingga sejam, masih belum ada balasan. Tapi aku sudah dalam kondisi siap. Semoga dia ada waktu untuk bertemu sebelum kerja praktek lagi, harapku.
Kondisi ini sebenarnya kebetulan, di angkatan kami pada periode ini seharusnya menjalankan program KKN untuk diterjunkan oleh kampus menjadi pelita harapan di daerah-daerah terpelosok negeri. Awalnya aku telah mendaftarkan diri ambil bagian untuk KKN di Konawe, Sulawesi Tenggara. Tapi melihat betapa kompleksnya pengurusan Visa Lithuania yang harus ditempuh prosesnya hingga ke negeri Cina, membuat aku harus menunda KKN hingga tahun selanjutnya. Hal yang serupa tapi tak sama terjadi pada Catty, mayoritas teman-teman di jurusannya sedang menjalankan KKN, namun karena Catty ingin memprioritaskan ambil kerja praktek terlebih dahulu di Ancol, dia pun menunda KKN.
Hai Vanda, maaf baru bangun, iya gpp. Main aja ke sini. Lokasinya di Kompleks Ancol Raya blok G-30 ya. Nanti ada tong sampah hijau di depannya. Aku tunggu ya.
Sebenarnya deg-degan juga rasanya ketemu untuk kedua kalinya. Aku merasa kedekatan kami terlalu hangat lewat media chatting dan sosial. Saling follow instagram, twitter, dan facebook sekalipun. Semenjak kenal dengannya, aku jadi sering melihat foto-fotonya yang lucu di akun sosmednya. Ya, semoga aja orangnya memang lucu aslinya, batinku.
Setelah sarapan dan pamit dengan Mama, memberitahukan bahwa yang aku temui adalah teman kampus biasa, berkamuflase menutup kedekatanku dengannya, aku langsung bergegas ke stasiun Gondangdia. Kartu kereta KRL langsung aku raih dari penjaga loket untuk menaiki kereta ke Jakarta Kota yang kala itu berhenti tepat saat aku menaiki tangga.
Dan, sinyal buruk mulai datang. Menjelang tiba di Jakarta Kota, aku selalu memperbaiki posisi duduk hingga orang-orang di sekitarku melirik aneh. Sakit perut di kondisi-kondisi seperti ini memang menyebalkan, apalagi berpacu dengan waktu. Pintu kereta terbuka, aku langsung berlari mencari toilet di samping restoran cepat saji untuk menuntaskan hajat.
Beberapa kali ponselku berdering, tapi kondisi tidak memungkinkan untuk mengangkat telepon dari Catty yang pastinya akan menanyakan keberadaanku saat ini.
Tisu kecil yang diselipkan di tasku, ternyata sangat berguna. Selesai membersihkan urusan kamar mandi, aku langsung mencari ojek pangkalan di dekat stasiun. Akhirnya, ojek membantuku untuk menuju tujuanku, sang wanita lucu, Catty.
Setibanya di kompleks Ancol Raya, satpam melarang sepeda motor untuk masuk. Akhirnya, setelah menyerahkan beberapa lembar 5 ribu rupiah, aku berjalan kaki, mencari rumah yang dituju.
Aku melihat sesosok orang yang pernah ditunjukkan oleh Catty via Line melewatiku dengan menumpang mobil Jeep Silver, Pakdenya terlihat akan berangkat ke kantor, dan hal ini membantuku untuk mencari rumahnya.
“Bu, Catty tinggal di sini ya?” Aku bertanya dengan salah seorang wanita paruh baya yang sepertinya bekerja di rumah itu. “Oh ya, ada mas, darimana?”
Dari calon ayah anak-anaknya, bu. Harapanku menjawab seperti itu. “Temannya, Vanda, tadi sudah bilang mau ke sini berkunjung.”
“Baik Mas, sebentar.” 5 menit kemudian, “Silahkan Mas Vanda.” Suara berbeda kudengar samar-samar memanggil dari ruang tamu. Aku pun menuju ke muara suara, hingga terlihat Ibu berpenampilan seperti seumuran Mama menyapa. “Mari masuk Mas Vanda, Mba Catty lagi turun, sebentar ya.”
Baru aku sadari dari obrolan-obrolan singkat bahwa Ibu itu bernama Bu Mia yang notabene adalah ibu kandung Catty.
Seperti terdengar alunan lagu James Blunt-You’re Beautiful, wanita berbaju merah muda dengan celana panjang longgar mendekat ke ruang tamu. Catty, sama seperti ketika pertemuan pertama lalu, mempesona.
“Vanda, ini aku kenalin sama Mba Thea yang waktu itu aku ceritain dari Solo itu.” Mba Thea sepertinya sekalian bersiap-siap untuk ke kantor dan kami pun bersalaman sambil dia berlalu untuk berangkat.
“Lho, kamu? Gak berangkat juga ke kantor?”
“Aku izin sakit, ya sekalian masa kamu datang ke sini, aku gak nemenin. Oh ya, jadi inget, bentar ya aku ambil dulu kado yang aku janjiin kemarin. Hihi, makasih puisinya.”
Puisi Manusia yang Biasa Saja, beberapa waktu lalu aku kirim melalui surel untuk Catty. Ya, dia memintaku untuk membuatkan puisi dan imbalannya akan ada kado yang dia berikan.
“Simpan dulu, nanti aja bukanya pas di Lithuania.”
Bikin penasaran saja. aku pun tersenyum, lalu kami terlibat dalam perbincangan yang hanya bisa dilakukan melalui tatap muka.
“Kita keliling aja yuk.” Catty mengajakku berkeliling Ancol setelah berpamitan dengan ibunya.
Aku merasa, aku terlalu kaku untuk Catty. Lututku gemetaran tanpa alasan yang jelas, pandanganku tak bisa lepas dari wajahnya, sambil mendengarkan cerita-cerita yang dia sampaikan dengan riang.
“Catty, ini bagus ya pemandangannya, aku boleh foto kamu ya?” Lumia langsung aku keluarkan dan dia spontan tersenyum sadar akan difoto langsung tanpa malu.
Bergantian, kami saling memotret diri kami. Masih ada perasaan malu untuk sekedar minta selfie bersamanya karena khawatir dianggap pria agresif. Biarlah waktu yang menunjukkan, pikirku.
Berkeliling Ancol bersamanya tak cukup rasanya hanya dalam 90 menit. Kondisi hari Jum’at yang mengharuskan untuk melaksanakan sholat dekat penginapan memaksa diri untuk mencukupkan waktu dengan Catty yang terasa singkat sekali.
“Terima kasih Catty, khususnya untuk kadonya. Nanti kita kabar-kabaran ya. Video call juga boleh kok.” Ucapku sambil melihat pemandangan dermaga depan rumahnya yang sangat indah.
“Iya, nanti oleh-olehnya jangan lupa ya.” Ujarnya sambil tertawa jahil.
Pertemuan itu menyadarkanku beberapa hal. Aku masih merasa kecil untuk menjadi bagian hidupnya melihat strata sosial keluarganya yang aku nilai sangat tinggi, panasnya berkeliling Ancol ketika pagi menjelang siang, dan rasa bahagia ketika ada wanita yang mengorbankan waktu bekerjanya untuk menunjukkan tempat-tempat terbaik yang wajib dikunjungi ketika ke sana seperti dermaga tempat kapal-kapal kecil dan yacht bersandar, dan restoran tengah laut yang harus ditempuh berjalan kaki menyusuri jembatan yang sepanjangnya dihiasi gembok-gembok cinta anak manusia, mungkin ingin meniru jembatan di belakang Notre Dame Catedral di Paris.
Wajah riang Catty selama perjalanan pulang masih terbekas di benakku. Ingin rasanya menunda keberangkatan ke Eropa hingga beberapa hari untuk merasakan kebahagiaan jiwa dan raga bersamanya.
Tapi, aku sadar, Catty adalah wanita luar biasa dengan segudang kelebihannya, sementara aku hanya manusia yang biasa saja, yang hanya dapat mengharapkan tapi tak bisa mengungkapkan.
Dan pola pikir itu pun terus menghantui membuatku mempertanyakan apakah perahu kertas sepertiku bisa bersandar, diterima sepenuhnya di dermaga hati Catty?
Beberapa jam kemudian, jiwaku tersadar, ragaku tak lagi menginjakkan bumi pertiwi.
1 note
·
View note
Text
Benteng Cinta
Sabtu, 25 Mei 2013...
Pagi menjelang siang, beberapa nasi kotak masih harus diselesaikan untuk dikirim ke lokasi klienku. Lauk ayam panggang yang telah aku dinginkan dan sayur kacang panjang dan jagung segera aku masukkan ke dalam blok plastik untuk dihidangkan bersama dengan nasi di dalam kotak tersebut.
“Bi, tolong selesaikan dulu ya, mau mandi dulu nih, gak enak kalau dilihat pelanggan masih kucel.” kataku pada Bi’ Surti yang langsung dengan kecepatan tangannya menyelesaikan sajian tersebut. Handuk yang telah berada di kursi tengah langsung aku rengkuh untuk menemaniku dalam langkah ke kamar mandi.
Sweater belang abu-abu hadiah dari Mas Aul tersusun rapi di lemari bagian tengah. Sengaja kusiapkan bersamaan dengan celana jeans favoritku untuk dikenakan. 10 menit bersiap-siap, Splash kesayanganku yang telah dicuci pagi tadi, langsung diisi dengan nasi-nasi kotak yang telah diikatkan dengan rapi oleh Bi’ Surti. Bibi memang orang yang telaten dalam bekerja selama 3 tahun merawat rumah dan memasak untukku, sehingga banyak pelajaran yang telah diberikan olehnya hingga semester 6 ku kuliah di Jogja.
“Terima kasih, Bi. Selesai acara ini, komisi buat Bibi bisa buat jalan-jalan sama Lala dan Fahri.” Aku mengedipkan mata dan membuat Bibi mengangkat jari OK-OCE seakan sudah paham akan rencananya bersama cucu dan anaknya weekend minggu depan.
Cuaca Jogja yang cerah menemani waktuku untuk melajukan mobil mengejar waktu pengiriman makanan ke event temanku, Roro. Roro adalah teman dekatku semenjak SMA dan kami berasal dari sekolah yang berbeda. Kami berkenalan ketika bimbingan belajar persiapan masuk kuliah, awalnya sama-sama berniat untuk masuk ke kampus termasyhur di Bandung, namun pada akhirnya jalan Tuhan yang mengarahkan kami kuliah di kampus tertua dan terbaik Indonesia di tanah istimewa ini.
Jalanan Malioboro sangat padat pada akhir minggu, dan ini seharusnya aku sadari dari awal agar bisa mengambil jalur alternatif melalui Jalan Kusumanegara. “Biarlah, yang penting target sebelum jam 12 siang, makanan-makanan ini bisa langsung dibagikan.” batinku sambil melihat jam tangan yang menunjukkan 10 menit lagi jam menunjukkan angka 12 tepat dan mendoakan agar mobil-mobil di depan dilancarkan jalannya.
Tak sampai 7 menit, aku sudah melihat sosok Roro dan Marsha, Koor konsumsi event telah menunggu di tempat parkir Benteng Vredeburg.
“Ayo Van, langsung kita bawa kotaknya semuanya ke dalam. All crew, ayo ke parkiran ambil konsumsi.” Ujar Marsha kepadaku sambil memberi perintah ke panitia lain melalui HT. Aku sangat bersyukur bisa memegang amanah yang telah diberikan event mereka untuk mengantarkan tepat waktu. Bagaimanapun, kepercayaan dari orang sekecil apapun itu harus dirawat dan ditunjukkan dengan hasil yang memuaskan.
Setelah semua makanan didistribusikan, aku langsung berpamitan dengan Roro untuk segera pulang. “Van, buru-buru amat. Kosong kan? Mari lihat-lihat dulu karya kami, gak akan nyesel kok. Ayo ayo.” Roro mengarahkan bahuku untuk berbalik lagi ke Benteng.
Kali ini aku akui, semua karya mereka patut diacungi jempol. Maket-maket yang mereka buat adalah hasil kolaborasi masing-masing kelompok dengan keringat dan pengorbanan mereka selama 1 semester kuliah di Arsitektur yang aku yakin berat untuk aku jalani. Tidak ada hasil yang mengkhianati kerja keras, semua butuh proses dan proses yang Roro dan teman-temannya lalui pasti memiliki kenangan tersendiri di benak mereka.
Di pameran itu pun aku melihat Yani, teman sekelompok ketika ospek fakultas sambil menyapa dan mengajakku untuk melihat maketnya. Beberapa maket telah aku lewati dan aku teringat satu nama di jurusan Roro itu yang aku masih penasaran. Sosok yang pernah dia janjikan untuk dikenalkan. “Ro, inget gak? Waktu itu kamu pernah ngasih contact temanmu. Dia lagi di sini kan?” Tanyaku sambil melihat sekeliling.
“Oh yaaa, aku baru inget. Ayo ikut aku, biar aku kenalkan ke dia.” Roro langsung tanpa tendeng aling aling menggamit lenganku.
Dan benar saja.
Mataku 30 detik menangkap kehadiran satu sosok.
Sosok yang familiar, aku pastikan pernah melihatnya.
Dengan lincahnya, tangannya aku lihat memotret-motret hasil karya teman-temannya dengan iPhone-nya.
Lalu, Roro memanggilnya.
Catty.
Nama yang unik, sesuai dengan penampilan pemiliknya.
Catty menoleh tersenyum melihat kami. Aku masih terdiam mematung.
“Catty, ini aku kenalin sama temenku yang waktu itu aku janjiin mau aku kenalin. Akhirnya waktunya pas juga ya.” Roro tersipu.
“Halo, aku Catty.”
“.........., iya, hai, aku Vanda.”
Catty tersenyum, lipstick pink nya merekah menunjukkan ketulusan senyumnya.
“Hai Vanda. Ro, aku mau lanjut ambil foto lagi ya. Hehe, selamat datang ya Van di Expo kami. Enjoy.” Ujarnya sambil berlalu.
“Oh, itu orangnya ya, Ro. Kok, lebih cantik daripada fotonya ya?”
“Hahaha, mulai. Udah, yang penting aku udah tenang, akhirnya kalian bisa kenalan langsung. Yuk, keliling lagi, masuk museumnya gratis lho.”
Senyuman Catty masih terbayang di benakku.
Pandangan mataku masih mengawasi langkah kakinya, sambil berjalan ke dalam museum.
Aku merasa masih kaku di depan wanita. Hal yang kadang membuat awkward kondisi. Tapi, pertemuan dengan Catty kala itu seperti membawa angin segar, sesegar udara di daerah kebun teh dataran tinggi Dieng.
Apakah bisa bertemu lagi dengannya?
......................
Dan suara “Gedubrak” membuyarkan lamunanku, membuatku tersadar, kepalaku telah menabrak pintu museum Benteng Cinta.....
maksudnya Vredeburg.
2 notes
·
View notes
Quote
Sorry for getting bored of me. I am not a good cheerleader, funny stand up comedian, or great entertainer. I am just a common person who always find any way to let you smile gorgeously.
After a matter
0 notes
Quote
Lihat sosmed sekarang jadi makin mual, menambah sakit kepala untuk berusaha mengerti rasionalitas akal manusia abad ini tentang memilih pemimpin yang selalu dipermasalahkan.
Belajar politik
0 notes
Text
Everybody needs friend
Sudah hampir setahun tinggal di Surabaya, dan jujur masih banyak yang belum tereksplorasi di sini khususnya pertemanan. Sebenarnya mencari teman itu gampang, tapi yang asik, gampang diajak main, pengertian, dan bisa memotivasi itu susah-susah gampang nyarinya. 😁 Malam ini, akhirnya dapat pencerahan, dapat teman-teman yang punya motivasi sama khususnya di bidang scholarship stuffs. Memang sih, kesan pertama kalau kita gak pandai" mendekati, mereka dinilai terlalu high to grab especially in having any conversation. Tapi, bukan itu intinya, yang terpenting adalah ada pelajaran yang bisa kita petik dari pengalaman-pengalaman mereka yang pernah tinggal di luar dan motivasinya dalam mendaftar beasiswa yang sama-sama sedang kami perjuangkan, beasiswa dari kementerian keuangan a.k.a LPDP. Fildza, eks mediator dari komnas HAM punya cita-cita untuk bisa melanjutkan S2 di New York University. Afrizal, fresh graduate dari PWK ITS dengan gaya metroseksual dari Amrik (karena baru pulang YSEALI) sudah punya rencana untuk lanjutin master di bidang Landscape Architecture di Wageningen University. Mereka dari motivasinya terlihat benar-benar ingin membangun bangsa. Insya Allah kita lakukan bersama ya, guys. Sementara, saya bisa dinilai salah satu awardee LPDP yang beruntung karena untuk terakhir kalinya, King Fahd University of Petroleum and Minerals masuk ke dalam list LPDP pada batch 4 tahun 2016, yang artinya tidak akan ada lagi kesempatan anak-anak setelah saya untuk dapat menggunakan beasiswa LPDP dengan tujuan Arab Saudi. Alhamdulillah, memang hanya Allah yang bisa mengatur rezeki dan nasib setiap hamba-Nya. All in all, malam ini saya merasa termotivasi kembali setelah beberapa hari kebingungan karena satu dan lain hal. Selain teman hidup, yang kita butuhkan adalah teman-teman yang sevisi serta memacu kita untuk selalu berkembang dalam setiap kesempatan yang kita hadapi. Minggu malam di Surabaya, menunggu pagi. 26 Februari 2017
0 notes
Photo
Seminggu Lagi Hei, apa kabar di sana Lama kita tak berjumpa Kukirimkan padamu sebuah kisah baru Hei, banyak yang terlewati Saat kamu tak di sisi Ku teringat memori saat kita bercerita dan tertawa Ku menghitung hari, seminggu lagi Kita kan bertemu kembali Ku harap kau di sana merasakan yang sama Ku ingin kita bersama selamanya Sepotong lagu di Sabtu pagi...
0 notes
Text
Awas, Khadijah Ternyata Wanita!
Kalau baca judul di atas, jadi inget sama berita-berita yang lebay dari media kelas teri sampai kelas kakap. Barusan baca buku Khadijah, dan ternyata banyak pesan moral dalam diri beliau untuk dipelajari. Khususnya menjaga aurat, wirausaha, dan membina rumah tangga. Menurut hemat saya yang suka berhemat, Khadijah disebut Ummul Mukminin a.k.a Ibunda orang-orang beriman karena banyak teladan yg bisa dicontoh dari beliau. Faktor yang paling penting adalah, Khadijah berjilbab syar'i. Alhamdulillah berkat beliau banyak wanita yang terinspirasi untuk menjaga auratnya dari pandangan orang-orang yang bukan mahram mereka. Sebenarnya hijab ini masalah niat. Tapi ada teman yang bilang, "Wah gue belum mantep nih jilbaban." Ada yang harus diluruskan. Wanita mukmin Insya Allah berjilbab, tapi wanita berjilbab belum tentu mukmim. Kenapa demikian? Wanita mukmin cenderung akan memperdalam ilmu agamanya dari Al-Qur'an dan Hadits. Di sana banyak penjelasan tentang aurat, dipastikan aurat mereka tertutupi. Wanita berjilbab? Bisa iya bisa tidak. Jamak kita lihat banyak yang jilboobs di luar sana. Bajunya ngeplak, singset, kelihatan lekuk tubuhnya. Celananya pun ketat. Kalau rezeki bisa dapat pemandangan gunung kembar terbalik dari belakang. Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan wanita yang masih mencari hidayah? :) Hidayah itu bukan dicari, tapi dilahirkan dari diri sendiri. Saking menjaga kepribadian secara lahiriah dan batiniahnya, Khadijah menjalankan roda bisnisnya dari rumah. Tanpa berhubungan langsung dengan pembeli di luar sana. Khadijah mengandalkan tangan kanannya yaitu Maisarah, untuk mengkordinasikan seluruh penjualan dan pemasokan barang yang beredar di pasar dalam satu sistem. Dari sini, ternyata ilmu supply chain management efektif digunakan untuk mengatur orang, uang, dan barang. Seringkali, profitnya melimpah dan digunakan Khadijah untuk bersedekah kepada hamba sahaya ataupun kaum fakir miskin yang dipersilahkan untuk tinggal sementara di rumahnya. Dan, sebenarnya beda umur Muhammad SAW dan Khadijah itu bukan seperti yang sering diceritakan turun temurun sebesar 15 tahun. Diperkirakan nasabnya, sekitar 3-4 tahun lebih tua daripada baginda kita Rasulullah SAW. Jadi pertanyaannya untuk pria seperti saya? Sudahkah menemukan khadijah dambaan? Untuk wanita, pantaskah saya menjadi khadijah masa kini? Semua pantas, selama punya niat, selalu ada jalan. :)
0 notes
Text
Losing the Battle but Winning the War
Ada cerita dimana Rasulullah SAW pernah berjalan kaki untuk berdakwah. Setiap ia berjalan, selalu melewati rumah seorang yahudi. Ya, orang yahudi yang selalu mencibiri, mencaci maki, mematahkan semangat Rasulullah, hingga meludahi Khalifah terbaik kita. Setiap hari, setiap Rasulullah berjalan untuk berdakwah. Tapi apa balasan Rasulullah? Beliau tersenyum, tersenyum selebar-lebarnya kepada orang Yahudi itu. Suatu hari, Rasulullah berjalan kaki lagi untuk berdakwah. Tapi tak ada sambutan yang "hangat" dari orang Yahudi itu. Dua hari, tiga hari, sampai seminggu, batang orang Yahudi itu tak muncul. Hingga Rasulullah SAW berinisiatif untuk mendatangi rumah orang Yahudi itu. Betapa terkejutnya, Rasulullah mendapati si Yahudi tergeletak tak berdaya dengan panas yang tinggi di tubuhnya. Rasulullah SAW pun langsung mendatangi, berdoa, serta memegang tangan Yahudi tersebut sambil tersenyum. Mengusap-usap kepala Yahudi. Hingga si Yahudi perlahan-lahan sembuh. Apa yang terjadi? Si Yahudi itu pun langsung menangis, meminta maaf sebesar-besarnya kepada Rasulullah karena perlakuan dia yang sangat kasar. Saat itulah si Yahudi mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk islam dengan damai. Nilai moralnya? Kejahatan tak seharusnya dibalas dengan kejahatan, wajib hukumnya membalasnya dengan kebaikan. "Balaslah perbuatan buruk dengan yang lebih baik." (QS. Al-Mu'minun:96) "Sesungguhnya rahmat Allah SWT amat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-A'raf:56) Lalu, apa yang didapat Rasulullah SAW? Ya benar kemenangan besar karena berhasil mengajak si Yahudi menjadi muslim dengan dakwah kesabaran dan keikhlasan. Intinya apa? Kalau ada orang-orang yang mencibiri, pesimistis sama usaha, mematahkan semangat kita buat gapai cita-cita, dan ujian lainnya. Biarkan, balas dengan senyuman, kita doakan mereka mendapat ridho Allah. Bagi yang mau lanjut S2 kita doakan semoga impiannya terkabul dan dapat beasiswa, bagi yang cari jodoh, kita doakan jodohnya diberi keberkahan. Bagi yang mau nikah? Kita doakan keluarganya barokah, rezekinya halal, dan anak-anaknya tumbuh soleh. "Anjing menggonggong, kafilah berlalu." :)
0 notes
Photo
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي, وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي, وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي, يَفْقَهُوا قَوْلِي
Ya Allah, demi masa. Kuatkanlah hamba dari semua gangguan pikiran dan hati. Berilah keberkahan dan rahmat atas segala usaha yang Kau Ridhoi.
Karena hanya Kaulah yang tahu nasib ummatmu, Allah azza wa jalla. Hamba sedang berusaha mengembalikan kepercayaan diri, menguatkan mental, dan ibadah yang Kau ridhoi. Amin.
Tahun ini kerja keras, Tahun depan melihat Baitullah. Amin ya rabb.
0 notes
Text
Qurra Qutsabi
Beberapa hari, memperdalam agama, membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk menenangkan diri
Sejarah Timur Tengah dan wahyu yang diturunkan kepada rasul serta nabi
Alhamdulillah beroleh mimpi yang indah, indah sekali
Awalnya, menidurkan diri karena kelelahan akibat kejar deadline skripsi
Seminggu lagi, lebih tepatnya 9 hari
Tapi ada berkah tersendiri, berkah yang jarang aku dapat
Mimpi bersama teman-teman sejawat
Di kelas yang aku rindukan untuk belajar ilmu pasti yang bermanfaat
Ya, masa-masa SMA, waktu dimana mental dan emosi diperkuat
Aku bertemu dengan sosok ibu muda yang cantiknya seperti bidadari
Ia mengajar bahasa inggris dengan lemah lembut, sabar sekali
Qurra Qutsabi, ya itu namanya, sungguh sangat indah
Wajahnya imut, berjilbab, dan berbehel warna warni
Selalu senyum ke murid-muridnya, menyejukkan hati
Ibu Qurra Qutsabi, wajahmu elok rupawan, tingkahmu menginspirasi
Andaikan kau tinggal di dunia nyata, aku orang pertama yang ingin bertemu
Sebangun dari mimpi, aku langsung mencari namanya di mesin pencari internet
Ternyata tak ada sama sekali, ya benar aku hanya mimpi
Tak pernah ada wanita yang bernama dan bertingkah seindah itu, seperti bidadari di surga firdausi
Nama ini adalah inspirasi untuk aku gunakan sebaik-baiknya. Qurra Qutsabi :)
0 notes
Conversation
Pertanyaan yang selalu ditanyakan
Dad: Nak gimana skripsimu?
A: Alhamdulillah, kemarin habis ngehadap dosen, ditanyain kapan sidang. Bab 1-4 udah ok, Bab 5 insya allah seminggu ini dilengkapin pa.
Dad: Alhamdulillah, bisa kan daftar sidang sebelum lebaran haji?
A: Iya, Insya Allah, pa. Ibunya baik banget, beda sama yang dulu, pa. Kadang masih trauma.
Dad: Alah, kamu kayak anak kecil aja. Hidup itu sekarang. Life is present, not yesterday, not tomorrow. Lulus dulu ya, nak, baru silahkan mau buka usaha.
A: Iya, makasih ya, pa.
-------------------------------------------------------------
Semangat-semangat pagi dari Papa yang jauh di Medan, dan sebentar lagi mau ke China.
0 notes
Conversation
Percapakan malam sabtu
A: Mas, aku bimbang, daftar kerja ke perusahaan, atau bangun usaha dari nol, yang pasti bakal banyak gagalnya.
V: Kenapa?
A: Iya, ada rasa nyesek sendiri, lihat teman-temanku yang udah lulus dan dengan gampangnya masuk kerja ke perusahaan dengan gaji di atas 10 juta.
V: Mas, aku boleh bilang sesuatu?
A: Apa, mas?
V: Kamu lebih cocok jadi pengusaha, dari pembawaannya udah kelihatan kok. (senyum lebar)
A: Masa sih mas?
V: Mas, bangun usaha dari nol memang pasti banyak gagalnya. Tapi justru itu yang harus diambil. Kita habiskan jatah gagal kita satu demi satu, cepat atau lambat. Baru, kita akan ngerasain manisnya perjuangan. Kamu orangnya untuk jadi pegawai, berkutat dengan waktu banyak di kantor, pakai baju kantoran. Kok aku rasa gak cocok e mas.
A: (sumringah) Makasih ya, mas. Aku janji bakalan buka usaha aja.
V: Ya, selesai dari skripsi, langsung lari, mas!
A: Lalu, mas?
V: kalau kata Bong Chandra ada 5 prinsip bisnis: Cari teman, banyak teman, cari teman, banyak teman, dan cari teman.
A: Terus?
V: Lingkungan ngaruh juga lho, mas. Bergaullah sama orang-orang yang percaya diri, motivasi tinggi, semangat hidupnya berapi-api, punya jiwa entrepreneur, dan rendah hati. Insya Allah banyak inspirasi mas. Nah itu yang penting, banyak teman dan cari teman, siapapun mereka, pria wanita, tua muda. Gak perlu takut buat kenalan mas.
A: (Introspeksi diri)
-------------------------------------------------------------
Alhamdulillah tadi malam, semangat itu tumbuh lagi. Harapan yang sempat terkubur bangkit lagi. Belajar dari pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2015, pemilik packaged food rumput laut, dan pengusaha muda (masih 23, omsetnya udah tembus hampir 100 juta per bulan). Sekarang, saatnya bangkit, bersihkan debu hati dan pikiran, belum terlambat untuk perbaiki hubungan dengan teman yang sudah lama loss-contact, berkenalan dengan orang baru setiap harinya. Insya Allah, Arief yang semangat, Arief yang gigih, dan Arief yang menginspirasi lingkungannya kembali. Amin.
0 notes
Text
Aku dan kamu
Aku bukan berarti kamu Aku dan kamu bukan berarti kita Kamu bisa menjadi aku, tapi aku belum tentu berani jadi kamu Kita memang berbeda Dengan apa yang telah kita gapai dan impikan Meskipun memang tantangan yang dilalui tak berarti bisa disamakan Rezeki orang berbeda-beda Kaya, sederhana, hingga miskin pun ada Pembedanya hanya hati dan pikiran Memilih untuk tak termarjinalkan Aku, kamu, dan kita Sosok yang ada tapi tak selalu sama Mencoba ingin dimengerti, tapi cenderung tak peduli Hingga nanti hingga perasaan itu terpatri Beban ini, belum tentu bisa kamu hadapi walau kamu katakan ini kamu rasakan Inginnya dariku hanya mesin waktu Dicoba untuk menggunakan hingga bisa mengulang masa lalu Selalu kucari, apa yang salah dari diri ini Hingga tak tahu lagi Bahkan tak pelak mencaci maki diri sendiri Semoga noktah hitam yang membekas beberapa lama ini pudar Tergantikan dengan noktah putih dari-Nya yang mengalir dan berpendar Karena dirasa tak punya orang lain lagi untuk berbagi Pilihanku kini, menyendiri atau bersendiri Melihat waktu yang berputar tanpa peduli
0 notes
Quote
Skripsi Game Theory, harus diselesaikan dengan langkah permainan pula
Sugesti Positif Diri
0 notes