archivingmymind
archivingmymind
Archiving my journey
6 posts
as a mother, a wife, and a woman
Don't wanna be here? Send us removal request.
archivingmymind 6 days ago
Text
why I started tumblr (again)
I love writing diary. Sayaa sudah mulai nulis diary semenjak SD, berlanjut SMP, bahkan ketika SMA saya sempat tukar diary dengan teman dekat saya. Tentu menulis manual. Tapi kebiasaan ini berkurang semenjak kuliah dan berhenti total semenjak mulai bekerja.
Disamping itu saya pun menulis di blog, dihost blogger. Blognya sudah saya urus sejak SMP, benar-benar archive sejarah saya seh blog itu. Kalau menulis blog, masih suka saya update walaupun setahun sekali atau dua kali saja 馃槀
Tapi menulis blog ini pun menjadi susah semenjak punya anak. Simply karena prioritas saya berubah saja dan ga ada waktunya. Saya udah ga bisa duduk lama menulis draft blog di depan laptop, mending dipakai waktunya untuk belajar. Dan sisa waktunya ada di sela-sela nemenin anak main yang waktunya cuma beberapa menit, hanya cukup untuk scrolling medsos, atau di malam hari setelah anak tidur yg saya dalam posisi tiduran.
Meskipun akhirnya waktu luangnya banyak dihabiskan di medsos, kadang rindu juga nulis diary dan menuangkan mumetnya isi pikiran. Sebagian isi pikiran itu saya salurkan lewat instagram, tapi saya butuh media yang lebih privat.
Media yang bisa jadi diary, bisa nulis lebih banyak dari instagram, bisa diakses dengan gampang dari hp, lebih privat, pilihan saya jatuh ke tumblr akhirnya 馃帄 Selamat ya tumblr 馃檲
Begitulah perjalanan saya dengan tumblr dimulai kembali. sekian cuap-cuapnya...
0 notes
archivingmymind 12 days ago
Text
Hidup emang naik turun sih, dalam semua aspek, dari keimanan sampai mood membersihkan rumah 馃ぃ
2 hari ini rasanya lelaaaah sekali, plus futur dan sedang halangan pula. Kalau menurut observasi pribadi, tamu bulanan ini sangat mempengaruhi produktivitas saya deh. Mood ngerjain kerjaan rumah, terutama memasak itu akan menurun sekali. Gatau apa ini cuma alasan atau cocoklogi doang.
Intinya meskipun gatel banget sama rumah yg udah kaya kapal pecah dan ga ada tempat berpijak ini, malam ini saya memilih tutup mata dan mengetik saja di tumblr 馃檮 Lalu langsung pergi tidur untuk menjaga kewarasan diri.
Insyaa Allah masih ada besok, tapi itu pun lihat sikon lah, karena udah janji sama Sakeenah mau pergi ke train museum. Umminya sekalian refreshing 馃崈
0 notes
archivingmymind 15 days ago
Text
Studying while parenting is hard (but doable)
Memutuskan untuk menulis panjang lagi karena sayang kalau semua isi kepala disimpang begitu saja tanpa dituangkan ke sebuah media. Walaupun instagram udah jadi semacam mini blog, jujur rasanya bukan wadahnya kalau mau menulis hal yg lebih personal tapi tetap salam batas yang bisa dishare. So, here comes the blog, yg udh jadi diary virtual Anisah versi publik. Hehe
Topik kali ini tentang perjalanan studi Master yang baru saja berhasil ku lalui dan alhamdulillah selesai tepat waktu. Sebenernya Master aja sih, bukan Ph.D tapi ya kok Anisah ini heboh sekali ya seak -akan dapet nobel 馃ぃ wkwk mon maaf ya kawan-kawan. tapi mau memberi rekognisi yang cukup untuk diri sendiri aja, karena jujur perjalanan studinya berliku-liku. Bukan sematan karena studinya tapi periode 2 tahun ini berpapasan dengan banyak sekali life-changing moment seperti hamil dan melahirkan.
Sebagian besar kesan-kesan selama 2 tahun ini sudah aku tulis di IG. Disini mau nulis lebih dalam bagaimana aku melewati itu semua, hikmah apa yang aku dapat dan hal lain yg menurutku lebih personal.
Pertama, tentang support system. Emang betul manusia tuh ga bisa hidup sendiri ya. Itu yg aku rasakan secara mendalam dari perjalanan ini. Kalau dipikir, gimana caranya ya dengn suami yang kerja full time plus lembur-lembur, istri yang sedang S2, anak 1 baru lahir, dan tanpa ART, kira-kira itu rumahnya keurus ga ya馃槶 Somehow bisa juga ternyata, dg time management, menurunkan ekspektasi serendah-rendahnya, dan keberadaan support system tentunya. Dan support sustem disini bentukny bisa macem-macem. Kalau para pelajar Indo di jepang rata-rata akan masukin anaknya ke daycare dari bayi sehingga mereka akan punya waktu di weekdays untuk fokus belajar. Untuk aku sendiri, karena pertimbangan berbagai hal, ga masukin anak ke daycare. Tapi alhamdulillahnya perkuliahanku ada di tengah-tengah pandemi sehingga bisa lebih banyak di rumah dan bersama anak. Untuk hal-hal mendesak, suami aku ambil childcare benefit segingga dapet libur tiap hari senin dari kantornya, atau Sakeenah akan aku titip ke saudara ipar yang lagi luang waktunya. Untuk urusan rumah, banyak hal yang di down grade dan 'diwakilkan', seperti menyerahkan urusan bersih-bersih pada robot cleaner, cuci piring dengan dishwasher, mesin cuci diganti dengan tipe drum, makanan bergantung pada frozen food dan baby food, dan belajar tutup mata dengan hal-hal kecil yg bikin gatel dan lebih memprioritaskan hal yg harus diprioritaskan. Kadang gatel bgt pengen lipet baju atau gosok kamar mandi, tapi apa daya kalau ada urusan sekolah atau anak yang harus didahulukan, mari kita pura-pura ga liat dulu. Dan itu tuh susah banget ya ternyata, butuh waktu untuk punya pikiran kalau ga akan kiamat juga kalau baju bersih belum dilipet atau ada lumut sedikit di kamar mandi 馃ゲ Support system juga bisa dalam bentuk supervisor yang baik dan pengertian, sehingga aku bisa tetep berprogres dalam studi meskipun tanpa prestasi gemilang di conference atau internship seperti teman-teman lab lainnya.
Kedua, belajar tentang relationship dan manajemen emosi, terlebih dengan suami. Kalau ke suami, aku selalu menganggap kalau dia adalah teammate aku, bukan sekedar support system. Itu emang betul sih, tapi kadang pikiran itu juga buat aku punya ekspektasi tinggi dengan suami dan jadi banyak kecewanya. Betul banget apa kata dr Aisah Dahlan, kenapa istri tuh banyak ngambek dengan suami, ya karena terlalu banyak berharap dengan suaminya 馃 Jujur, ga terhitung deng pikiran-pikiran negatif yang aku punya terhadap suami selama 2 tahun kebelakang ini. Kalau dulu, aku terlalu menghayati semua pikiran negatif tersebut yang kemudian berubah kadi emosi negatif, yang kemudian akan menguasai diriku sampe jadilah ngambek dengan suami. Dan menyisakan suami yg no clue kenapa istrinya tiba-tiba marah-marah, aksi tutup mulut, bahkan menangis 馃ぃ Setelah sering kali mengalam fase 'berantem' ini (lebih tepat, istri ngambek, suami nrimo tapi no action wkwk), aku jadi banyak mengevaluasi diri kalau semua pikiran negatif itu ga perlu aku keluarkan jadi emosi, dan kalau ditelaah juga belum tentu semua pikiran negatif itu benar adanya. Terkadang pikiran negatif itu keluar karena state diri yang lagi ga kondusif, bisa jadi kecapean, kurang tidur, laper, overwhelmed dengan anak, yang berbuntut menjadi pikiran negatif yang lebay. Seperti ngerasa kalau aku adalah orang tercapek sedunia, ngerasa jadi yang paling berkorban dalam keluarga, berhitung-hitung tentang pekerjaan yang aku lakukan dibandingkan dengan suami, merasa jadi orang paling nelangsa sedunia, dan pikirang lebay lainnya yang sebetulnya sama sekali ga berdasar 馃ス akhirnya aku belajar untuk mengemukakan emosi yang wajar saja ke suami, "bang, Anis capek" "Anis capek ngurus Sakeenah" tanpa harus pake statement lebay kaya "abang ga pernah bantuin Anis" (padahal bantuin sih pernah, jarang aja wkwk 馃ぃ). Emosi negatif yang paling sering keluar daei diriku adalah berhitung-hitung tentang kerja rumah tangga. Meskipun kuliah, 80% waktuku dihabiskan di rumah, jadi yaa otomatis urusan rumah paling banyak dikerjain sama aku dong. Dan kalo dipikir-pikir susah juga kalau berharap 50-50 kerjaan rumah dengan suami yang pergi kerja jam 6 pagi pulang jam 7/8 malam dengan lebih dari 3 jam commute dengan mobil. Tapi yaa, balik lagi namanya juga istri punya ekspektasi tinggi sama suami, berharapnya suami pulang bak pangeran penyelamat, mengambil alih semua pekerjaanku mulai dari jaga anak, cuci piring, lipet baju dan beresin rumah, kita tinggal duduk manis sambil scroll hp. Padahal YA MANA MUNGKIN juga normalnya orang mah habis kerja capek ya. Yasudah, kita mah balik lagi aja ke turunkan ekspektasi
(harusnya ada lanjutan, tapi ini draft 1.5 tahun lalu jadi aku udah no comment)
0 notes
archivingmymind 15 days ago
Text
Testimoni hamil dan melahirkan
(draft 2 tahun yg lalu dari notes HP)
ga kerasa Sakeenah udah 5 bulan aja (waktu direlease, S udah 6.5 bulan 馃珷) kalau di jepang sini, 5 bulan udah boleh mulai MPASI jadi S pun udah mulai makan sedikit2, mainan2 yg dulu terasa terlalu besar untuk di pun udah mulai bisa dimainin. Yaampun, cepat sekali waktu berlalu ya. Karena lagi ada mood nulis juga (read: lg dalam perjalanan di kereta sendirian, S dititip ke otosan), daripada scroll medsos ga jelas, mari kita menulis ttg testimoni hamil dan melahirkan yg aku alami beberapa waktu lalu. Ini hanya cerita subjektif dan pengalaman orang akan berbeda satu sama lain, jadi jangan terlalu dimasukkan dalam hati, semoga bisa ambil hikmahnya aja ya.
Kalau ditanya bagaimana pengalaman hamil dan melahirkan dalam satu kata, it would be 'life-changing'. Secara fisik, jujur sangat lelah, sakit dan ngilu kalo harus mengingat waktu kontraksi dan melahirkannya. Big respect buat para ibu yg bisa melahirkn sampai 3 kali atau lebih karena aku sendiri kalau ditanya 'mau lagi ga?', hmm bakal mikir lama siih. Butuh waktu buat siapin diri menghadapi semua proses itu lagi.
Dan padahal proses melahirkan aku tuh (alhamdulillah) bisa dibilang lancar dan ga ada masalah, kontraksi kencang di rumah sakit ga sampe 3 jam dan total kontraksi ga sampe 12 jam, alhamdulillah ada gunanya belajar pernafasan dan yoga waktu masih di indo dulu 馃槀 rasa sakitnya kaya gimana? wah, susah dideskripsiinnya dan mungkin tiap orang beda2. ada momen dimana aku ngerasa semuany putih dan kayak jiwanya mau melayang gitu saking sakitnya. tapi tetap bertahan, bukan fokus ke rasa sakitnya tapi kasih afirmasi positif ke diri sendiri kalau dalam proses ini, bayi kita lagi mencari jalan menuju kelahirannya di dunia baru. 'ayo semangat nak, ummi juga bakal semangat menahan rasa ini' sambil diiringi zikir dan mengingat2 kalo kita tuh lagi jihad. dalam waktu singkat ini aja rasaya udah nano-nano, salut banget sama ibu2 yg bisa kontraksi sampe seharian, kamu hebat ibu!
lebih menantangnya lagi waktu harus push entah kenapa susah banget, alhasil pendarahan banyak dan dijahit banyak juga. tapi luar biasanya, begitu anaknya keluar, semua rasa sakit berjam-jam hilang seketika (diganti sakit dijahit sih, tapi ga seberapa sakit). Kalo liat video2 melahirkn gitu, banyak ibu yg nangis, tapi aku ga nangis sih entah kenapa 馃槀 Yang dirasakan tuh capek, pengen tidur, tapi sadar harus ngabarin orang2, jadi yg pertama dicari ada hape, hehe. Ohiya, terasa sepi juga sih karena ga boleh ada keluarga pendamping, jadi semua proses kontraksi, melahirkan, dan rawat inap 5 hari aku lalui sendirian. Ada dokter dan perawat yang bantuin sih, tapi tetep aja sedih ga ada orang yg bisa dicurhatin.
Dan momen ketika aku gendong Sakeenah pertama kalo juga nano-nano banget sih. Tentu saja senang, tapi disertai kenyataan bahwa sekarang ada manusia yang tumbuh kembangnya bergantung kepadaku, 'selamanya' akn menyandang status sebagai anakku. Dan aku pun mulai detik itu 'selamanya' akan menjadi ibu. Wow, udah ga ada jalan mundur lagi nih, nis. Yaah, pokoknya senang, khawatir, bahagia, rasa sayang, takut bercampur aduk lah.
Lalu, mundur lagi ke waktu hamil. Gimana rasanya? Hmm, pengalaman pertama yang tak terlupakan siih. Muntah setelah sekian lama ga pernah, perasaan aneh ada yg bergerak-gerak di dalam perut, dan tentunya rasa tidak nyaman saat tidur. Ga nafsu makam juga terjadi di aku, awalnya ga bisa bau makanan tertentu, sampe akhirnya bau sedapur aku ga bisa, alhasil makan roti, ochazuke, atau apa pun yg ga butuh proses masak. Dan aku ga ada ngidam gitu siih, jadi ga tau rasanya kaya gimana. Mungkin satu2nya ngidam aku adalah pulang ke Indonesia, wkwk, cuma satu tapi mahal bgt ngidamnya 馃ぃ
Makin tua usia kehamilan, jalannya makin lambat, udah ga kuat naik tangga dan berdiri di densha. Padahal sebetulnya kenaikan berat aku selama hamil tuh ga terlalu besar, total naik 9 kg sampe minggu ke-38 dan itu aja udah berasa susah banget. Apalagi yg naik lebih dari itu yak, huhu luar biasa sekali ibu hamil memang. Setelah melahirkan, belum sampe 1 bulan, aku ada keperluan keluar rumah sendiri dan begitu jalan ke stasiun, kaget banget sama badan sendiri ternyata kok ringan bgt ya 馃ぃ馃ぃ
Kalau baca cerita di atas, kayanya hamil tuh ga enak banget ya? emang ga enak siih wkwk. aku jadi ngerti kenapa di Al-Quran dikatakan kalo ibu itu mengandung dengan susah payah, karena emang susah payah banget! hahaha. Tapi.. meskipun sangat sangat exhausting phyisically, it was really rewarding and fulfilling mentally. Betapa luar biasanya kita bisa menjadi perantara dimulainya kehidupan manusia baru. Akan menjadi pengubah hidup setiap perempuan yang mengalaminya. Dan mungkin ga semua perempun siap mengalami hal tersebut. Sedih bgt aku setiap dengar berita ibu yg buang anak, aborsi, dll, lebih ngilu lagi karena udh jadi ibu beneran.
Tapi kalo boleh jujur lagi, ngebesarin anak lebih susah 馃ゲ hehe.
Yasudah deh kita sudahi dulu ya. Apresisi buat anda yg sudah baca sampai akhir. semoga ada hikmah yg bisa diambil.
0 notes
archivingmymind 15 days ago
Text
Banyak orang yang bilang gimana sih caranya PhD sambil urus anak? Hebat banget sih PhD sambil urus anak!
Well, PhD sambil urus anak itu emang susah banget, jujur. Tapi... kalo aku pribadi merasa bukan karena dobel titel 'PhD' dan 'mengurus anak' dijalani secara paralel sehinggga jadi susah. Lebih karena... ngurus anak itu emang susah! 馃ぃ
Menjalani 2 peran diatas, aku selalu ngerasa beban jadi ibu itu berkali2 lipat dibanding menjalani PhD. Beban fisik dan mental. Tapi itu lagi-lagi pendapat pribadi aku aja ya.
Lain kali pengen bahas lebih lanjut kenapa aku bikin statement kaya gini.
0 notes
archivingmymind 16 days ago
Text
Tumblr media
Hari ini pukul 21.56 merenungi kondisi diri. Merasa kok akhir-akhir ini lebih sering tantrum, mungkin sama seringnya dengan Sakeenah. Padahal dia masih kecil dan saya sudah dewasa, dan saya ibunya 馃ゲ
Lagi-lagi karena ekspektasi tidak sesuai harapan, padahal apa yang saya ekspektasikan? Apalagi yang saya harapkan dengan kondisi badan sehat dan kenyang, selimut hangat, punya rumah dan masih bisa main HP? Setelah sekian lama liat berita Palestina berseliweran, akhirnya malam ini saya betul2 baca berita perkembangannya satu persatu. Ya Allah, mereka adalah orang-orang yg insyaa Allah udah lepas dari dunia. Saya gimana ya?
Mau tidur dan mulai memejamkan mata tapi lihat anak yang sudah terlelap di samping, jadi flashback sehari ini. Sudah berapa kali saya meninggikan suara di depan dia? Berapa kali saya tolak permintaan gendong dia? Berapa kali saya tinggalkan dia menangis? Anak yang masih belum tau apa2 tapi udah dituntut dewasa sama ibunya 馃槶
Anak baik yang selalu ngeh kalo umminya lagi emosi, akan datang kepada saya dan bilang 'hug dulu ummi' 'I love ummi' dan kata2 manis lainnya. Dan akan peluk-peluk saya juga seperti di foto ini yang akhirnya bikin saya luluh dan bisa kembali tersenyum. Persis seperti apa yang saya lakukan ke dia kalau dia sedang emosi dan saya sedang 'waras'.
Maafkan Ummi ya, nak. Semoga Ummi bisa jadi ibu yang lebih baik lagi 馃槶
0 notes