Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Angin mulai beringas tak seperti biasanya, mendung menghadang menepis Cahya Sang Surya, meredup dan bahkan terbelenggu oleh pekat hitam awan menggelayut, hanya mampu kirimkan Panas mengukus ditimpa gelegar suara dentuman petir menyambar, namun airpun tiada Jatuh menghujam bumi, hanya bulir bulir kecil sekejap tersapu angin, mengelus wajah langit yg mulai muram entah siapa yg mencubit, puja-puji makhluk penjaja bumi, merayu membual agar langit biru kirimkan hujan agar keringnya hati mampu terbasahi, walau sekelebat,
Bwi, 25 Des 2023
0 notes
Photo
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته.. Ngapunten, Sekedar mengingatkan. 🙏🏻☺️🙏🏻 Monggo, Bagi para Sahabat Fatayat beserta Sahabat2 semua Banom NU ( Anshor / LAZISNU / IPNU / IPPNU / dll ) yg ingin berdonasi via *Sampah Anorganik / Sampah Daur Ulang*, boleh Dikumpulkan ke Stand Jenggirat Fatayat yg berlokasi di stand baru *Jl. MT Haryono, kisaran selatan VIS FM atau utara Outlet 27 Tukangkayu*, Khususnya bagi *Sahabat Fatayat Ranting yg terdekat* dengan lokasi *Stand Jenggirat* ** Sementara, Bagi Sahabat yg lokasi tinggal nya agak jauh dari Stand, masih boleh berdonasi via *Sampah Anorganik / Sampah Daur Ulang* yang dijual di Tukang Rongsokan di rumah masing2, namun uang hasil penjualan bisa didonasikan juga ke Sahabat Admin Stand, Bu @ROVIKATUS SYARIROH . Pengumpulan Sampah Anorganik / Sampah Daur Ulang & Pengumpulan Uang Penjualan Sampah tsb, bisa disetorkan dari jam *06.00 s/d 11.00 wib* ke *Stand Jenggirat* di lahan belakang ruang stand. Karena di atas jam 12.00 wib, diupayakan, lokasi Stand sampun harus bersih dari sampah seperti semula. Yang Insya Alloh, *semua Uang Penjualan dari sampah2 tsb*, akan dialokasikan untuk *Menambah Kas Fatayat PAC Banyuwangi*, dan salah satunya untuk keperluan mendesak saat ini, yaitu *Bea Servis Stand Baru*. Terimakasih sebelumnya atas Kepeduliannya. Ngapunten, jika merepotkan. Semoga Njenengan sekeluarga sami sehat sedanten, senantiasa dlm Lindungan & Ridho Alloh SWT serta Ditambah banyak Rejekinya yg Halal, Barokah & Bermanfaat. أمين يا رب العالمين.. 🤲🏻🥰💚🥰🤲🏻 والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته.. https://www.instagram.com/p/CplqdzuBG0Y/?igshid=NGJjMDIxMWI=
8 notes
·
View notes
Photo
Yaa... tak terasa waktu kian berpacu, gegap gempita, gemerlap pesta, lampu warna - warni, musik bertalu-talu, untaian doa-doa membubung memenuhi angkasa, 251 usiamu ...tertatih, merayap berdiri tegap, jenggirat, wujudkan mimpi yg konon hanya bunga bunga penghias malam, Yaah, jika tanpa upaya.... Yaah, jika tiada usaha..... Yaah andai tiada Nahkoda,.... Yaah andai tanpa Punggawa,.... Demi nama besar suatu Daerah Demi Raihan cita cita suatu Bangsa Sisi Timur pulau Jawa Dimana hangat mentari menerpa wajah utk yg pertama kalinya Teruslah berjuang gapai dan wujudkan seluruh Impian Akhirnya ku hanya bisa ucapkan "SELAMAT NGGIH PAK " SELAMAT HARI JADI BANYUWANGIKU" 251 adalah hakekat yg menjadikan kita untuk senantiasa BERSATU demi nama harum BANYUWANGIKU... https://www.instagram.com/p/CmTrnf8p97y/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Begitu Istimewa, betapa bangganya kala itu sebuah keluarga sanggup memiliki uang Kartal seperti ini iya di tahun ini sesuai dengan text yg tertera lantas apa yg bisa di belanjakan dengan nominal sebesar ini ..... Wow tentunya bisa di wujudkan utk lahan atau apapun .....hehehehe https://www.instagram.com/p/ClSnu6AJKp-/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Bukti Peradaban serta bagaimana Ilmu ekonomi mulai merambah seiring dengan kecerdasan pikir manusia dari djaman ke djaman berikutnya, kita bisa tentukan dari beberapa temuan yg tercecer dlm masyarakat berupa alat tukar demi Pemenuhan Kebutuhan dalam lingkup sosial hingga hal tersebut bertahan pada era saat ini (di Banyuwangi Kota Gandrung) https://www.instagram.com/p/ClSmq77pZtu/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Ketika peradaban merengsek Masuk memenuhi bahkan menggusur isi kepala Ketika Angkuh di kalahkan sekeping logam Ketika Kesombongan dilambangkan oleh seberapa banyak kepingan Iya membuat lebih sederhana memang Iya menjadikan kita jauh lebih mudah memang Namun Manusia kerap menyelewengkan apapun demi kepingan yg hingga kini bak dewa kala dalam genggaman Yaa itulah Jaman,..... Bwi, 21Nopember 2022 https://www.instagram.com/p/ClNRxNlpSlb/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
Hujanpun menyapu awan, menyeka kering oleh terik terbangkan debu, angin lirih mencoba mengelus mencoba menghela Panas yg tak mampu terpendar, menguap, membubung, tertinggal tak mampu mengejar Sang Mentari tergegas menuju Peraduan, panaspun kebingungan mencari induk semang yg sibuk menari mengitari Bumi. Entah kapan ia kan berhenti tinggalkan luka dalam indahnya mimpi. (Bwi, 7 September 2022 - 22.47 wib )
0 notes
Photo
karya sastra Oseng sangatlah sukar utk di pahami kecuali oleh mereka yg memang berdarah Oseng, sebab sangat berlapis sangat bertingkat dalam menggambarkan sebuah Peristiwa, dan ini sudah menjadi tradisi dalam membalut sebuah keadaan yg hanya di pahami oleh Masyarakat oseng sendiri,..... Lanjut kang Estu ulasan Panjenengan sangat bagus hehehehehehe
Kajian Kearifan Lokal: “Kembang Galengan”
Oleh: David Ardyanta
Syair lagu Kembang Galengan (Cipt: B.S. Noerdian) Kembang galengan Meletik sing nggawa aran Tanpa rupa tanpa ganda Mekare mung sak sorenan Kembang galengan Kaudanan kepanasan Kaidek eman-eman Dipetik sapa oyan Kaidek eman-eman Dipetik sapa oyan Dipetik sapa hang oyan Dipetik sapa hang oyan Taping temena nyawang langit Ngelirik unyike godong Weruh obahe wit-witan Kepingin milu angin nggoleki sangkan paran Kembang galengan Iming-imingana emas berlian Aluk mituhu nunggu kedokan Meluk nggandoli lemah prujukan Terjemahan bebasnya: Bunga penghias pematang Terlempar tanpa nama Tanpa pesona tanpa aroma Hanya mekar untuk satu sore Bunga penghias pematang Kehujanan kepanasan Terinjak sayang Dipetik, siapa yang mau? Terinjak sayang Dipetik, siapa yang mau? Dipetik, siapa yang mau menerimanya? Dipetik, siapa yang maumenerimanya! Tetapi, lihatlah langit dengan seksama Melirik pupus-pupus daun Terlihat gemulai gerak pepohonan Ingin mengikuti arah angin mencari asal usul Bunga penghias pematang Bujuk rayulah ia dengan emas permata Akan lebih baik menunggu petak-petak sawah Memeluk dan memperjuangkan tanah dimana ia telah dibesarkan Rangkaian kata-kata sederhana namun menurut saya memiliki kedalaman filosofi dan pemikiran dari penciptanya B.S Noerdian yang berasal dari kota Gandrung, Banyuwangi Jawa Timur. Syair lagu ini menggunakan bahasa Osing dari suku Osing yang tersebar di beberapa daerah di lereng Gunung Ijen. Lirik lagu Kembang Galengan ini seakan mengisyaratkan tentang seseorang yang dengan sederhana dalam menyikapi hidup ini. Kembang galengan. Meletik sing nggawa aran. Tanpa rupa tanpa ganda. Mekare mung sak sorenan. Seseorang yang sederhana ibarat hanya sekuntum bunga penghias pematang, yang tak pelu mengunggulkan nama dan pribadi sebagai sebuah pencintraan. Penampilan yang sederhana, ibarat bunga pun ia tak beraroma dan ia sangar sadar benar bahwa hidup ini demikian pendek dan terbatas, seperti bunga yang hanya mekar untuk satu sore lalu layu dan mati. Bungan penghias pematang yang demikian sederhana telah melakoni kehidupan yang penuh suka duka ini, sayang jika harus diinjak-injak dan hanya disia-siakan saja, namun jika dipetik pun siapakah gerangan yang mau menerima sesuatu yang begitu sederhana ini? Sesuatu yang mungkin dianggap tak ada harganya! Apa yang ia inginkan hanyalah untuk menjadi sesuatu, sebuah warna yang telah memperkaya warna-warna yang ada di kehidupan ini, apapun warna itu. “Taping temena nyawang langit. Ngelirik unyike godong. Weruh obahe wit-witan. Kepingin milu angin nggoleki sangkan paran.” Sebuah unsur keyakinan dan religi yang demikian kokoh tersirat dalam syair ini. Ia yang sederhana dengan segala kesederhanaannya, hati, jiwa dan pikirannya selalu bermunajat dan berbhakti pada Tuhan Pencipta Semesta, mengagumi dan menyelaraskan diri dengan segala ciptaanNya serta mencoba mengerti/membaca segala firman-firmanNya yang tak tertulis namun tersirat dalam setiap materi ciptaanNYa. Selaras dengan konsep manusia Jawa tentang “Sangkan Paraning Dumadi”, sebuah konsep tentang asal usul, jati diri dan kemana kembalinya manusia pada akhirnya. Demikianlah juga mereka, sangat religius !!! Ungkapan rasa Nasionalisme kebangsaan, kecintaan mereka pada tanah air, tanah kelahiran mereka, juga tersirat tegas dalam lirik terakhir dari syair lagu ini. “Kembang galengan. Iming-imingana emas berlian. Aluk mituhu nunggu kedokan. Meluk nggandoli lemah prujukan.” Sekali lagi meski dengan kesederhaannya, bujuk rayu dengan emas permata atau apapun juga, tak akan dapat menggoyahkan untuk tetap berpijak, memeluk dan memperjuangkan tanah kelahirannya, tanah yang telah menumbuhkan dan membesarkannya. Betapa nasionalis!!! Semoga ada petikan makna yang bermanfaat yang dapat diambil dari syair lagu dan tulisan sederhana ini….!!!
“Isun iki yo ibarat hang aran kembang galengan, hang meletik sing nggawa aran, tanpa rupa tanpa ganda, mekare mung sak sorenan!” Salam,
3 notes
·
View notes