Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Dan untuk kebahagiaan-kebahagiaan terindah apapun yang kelak Allaah datangkan pada kita, semoga tidak akan mengubah ketaatan kita kepada-Nya, seperti saat kita sedang menanti dengan harap dan penuh cinta kepada-Nya.
—ntms
307 notes
·
View notes
Text
⚠️
Under Construction
Setiap orang akan diuji dititik terlemahnya. Kalau belum lulus, bakal diuji lagi, ga lulus lagi, ya diuji lagi. Gitu aja terus, sampai lulus ujiannya.
'yaAllah kenapa gini lagi gini lagi?'
Banyak ngeluhnya, tapi emang kata Allah juga sifat manusia itu suka ngeluh (Al Maarij 19). Tapi kata Allah juga 'fashbir shabran jamiila' bukan sembarang sabar tapi sabar yang baik, yang cantik. Sabar berat ga? Lah iyaak lah, wong balesannya surga..
Emang dasarnya manusia ya, udah dikasih tau sukanya ngeyel. Udah tau Allah yang paling tau, kita mah cuma sok tau. Bertumpu sama manusia, kalau manusianya ilang, pincang lagi kita. Kata Allah, minta tolong tuh sama Allah seremeh apapun, sekalipun pakaian dan garam didapur. Bertumpu tuh langsung pada titik tumpu yang kokoh.
Simpulnya, sabar..
Anggap aja lagi ditarbiyah sama Allah..
c:\ans
1 note
·
View note
Text
Ketika wanita dengan segala keinginan ambisinya berpadu dengan segala peran utama yang melekat pada dirinya. Disitulah letak keistimewaan karir sebagai wanita.
Tauladan terbaik, dari para shahabiyah:
Fatimah binti Rasulullah sebagai teladan saat wanita menjadi seorang anak, penuh bakti kepada orang tua serta taat pada Rabb nya. Hingga beliau disebut sebagai ummu abiha (ibu dari ayahnya).
Maryam binti Imran sebagai teladan saat wanita menjadi dewasa, terjaga sampai Allah pun menceritakannya dalam Al Qur'an. Ujian yang dihadapinya pun selaras dengan tingkat keimanannya. Allah jaga beliau, sebagai wanita tersuci.
Khadijah binti Khuwailid sebagai teladan saat wanita menjadi pelengkap separuh agama suaminya. Ketaatannya, keimanannya, kelembutannya, kemandiriannya, serta perjuangannya mendampingi Rasulullah dalam berdakwah menghantarkan beliau sebagai wanita pertama yang beriman dan satu-satunya wanita yang selalu dicemburui istri-istri Rasulullah yang lain.
Asiyah binti Muzahim sebagai teladan saat wanita diuji keimanannya kepada Allah. Menjadi sebaik-baiknya wanita, karena kemewahan, kedudukan, harta serta suaminya (Fir'aun) tidak menyurutkan keimanannya untuk tetap taat pada Rabb nya.
Barakallahu fiikum
1 note
·
View note
Text
To: Dearest me
Hallo aku, terimakasih sudah bertahan dan melawan semua hal yang tidak menyenangkan di beberapa waktu kebelakang ini. Kalau kemarin sempat terjatuh, yaa gapapa ko. Kamu ingatkan beberapa kali terjatuh saat belajar berjalan, sekarang kamu lihat dirimu, kamu sudah mahir berjalan bahkan berlari.
Terimakasih sudah kembali bangkit dari jahatnya ekspektasi dan harapan. Jangan lupakan Tuhan mu, yang selama ini menjadi tempat kamu bercerita semua hal, Allah selalu baik, Allah baaaiikkkkkk bangetttt. Allah mau menerima semua bentuk doa dan mempersilakan kita berdoa dengan cara kita masing-masing. Tapi terkadang kamu lupa kalau Allah juga berhak menjawab doa kamu dengan caranya (jangan kaget yaa). Entah itu sebuah lupa atau kamunya aja yang ngeyel, kalau sudah Allah jawab tinggal kamunya saja mau memilih dan menjalankannya seperti apa. Semoga kamu selalu ingat, kalau Allah selalu menjadi tujuan utama dalam menentukan semua pilihan hidupmu.
c:\ans
1 note
·
View note
Text
Today's Lesson
Tidak ada cara lain untuk menuntaskan, selain dihadapi dan dijalankan. Hanya perlu sedikit penyesuaian dan melebihkan ruang penerimaan.
c:\ans
0 notes
Text
Today's Lesson
kalau sabarnya manusia terhadap manusia bisa terlihat dari akhlak dan adabnya kepada manusia lain saat ia marah. maka sabarnya seorang hamba pada Rabb nya terlihat saat ia bersabar dalam sholatnya. iya, bersabar dalam sholat.
Allah sudah menyandingkan soal sabar dan sholat pada surat cintanya kepada hambanya "Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat"
Q.S Al Baqarah: 45, 153 , Q.S Ar Ra'd: 22, Q.S Ta-Ha: 132, Q.S Al Hajj: 35, Q.S Lukman: 17
c:\ans
0 notes
Text
Still Awake?
Beberapa waktu kebelakang pikiran saya cukup resah dengan kondisi media sosial yang sering kali memunculkan short interview dengan anak-anak remaja di pusat Jakarta. Entah bagaimana algoritma itu bekerja. Terlebih melihat respon atas video video itu, ada yang tertawa merasa hal tersebut lucu, katanya "hiburan". Adalagi, anak-anak yang lisannya begitu ringan mengucap kata-kata yang bahkan untuk orang dewasa pun itu tidak pantas, apalagi untuk anak-anak. Seperti nama hewan yang ia lontarkan ke temannya, menyebut-menyebut jenis kelamin, dan banyak hal lagi. Dan yang bikin potek adalah lingkungan semakin mewajarkan hal itu.
Banyak pertanyaan dikepala saya layaknya benang kusut yang harus diurai. The biggest question is "bagaimana saya bisa menyediakan lingkungan untuk anak-anak saya nanti, oke kalau dirumah mereka akan aman karena dalam pantauan keluarga. sedangkan saya tidak bisa sepenuhnya mengontrol hal-hal diluar rumah, seperti teman-temannya di tempat mereka menuntut ilmu nantinya, tempat mereka menyalurkan kreativitasnya dan tempat tempat lain yang tidak bisa saya kendalikan seperti ucapan, prilaku dan lain-lain atas orang lain"
Sejujurnya, sebelum kondisi ini terjadi saya paling menghindari kajian atau diskusi soal pra nikah atau parenting. Bukan gamau, tapi takut gak siap dengan stigma yang terbentuk di masyarakat kalau mempelajari hal hal itu artinya pengen buru-buru nikah. Hhhhhh, padahal tidak begitu konsepnya fergusoooo~ tugas kita cuma mempersiapkan, toh kita bukan Rasulullah yang sudah sempurna dalam karakter, akhlak sampai dengan pola pengasuhan.
Setelah dipikir-pikir ternyata saya memang butuh itu. Sebetulnya bukan cuma saya, rasanya semua calon orang tua dan yang sudah menjadi orang tua juga butuh itu, laki-laki maupun perempuan. Beberapa kali saya bergabung diskusi dari Ustadz Bendri, Dr. Aisyah Dahlan dan beberapa tokoh-tokoh parenting lainnya, sampai Qadarullah disalah satu diskusi dipertemukan dengan key note speaker Dr. Bagus Riyono disitu beliau menyajikan banyak data, mulai dari statistik bonus demografi dan kasus yang muncul beberapa waktu kebelakang baik soal psikologi, perpisahan, dan lain-lain. Dan yaaakk boooommm, ternyata dunia sedang tidak baik-baik saja.
Saya coba ambil simpelnya, data hasil sensus Badan Pusat Statistik tahun 2020, posisi generasi saya sekarang ada di 25,87% seperempat dari jumlah penduduk Indonesia, dengan rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan 102:100. Kalau saja, setiap kita memiliki pasangan dan melahirkan satu anak, artinya kita menambah satu manusia baru dimuka bumi dikalikan dengan jumlah yang pasangan, itulah yang akan menambah “teman”nya anak-anak kita. Itu baru di generasi milenial, untuk generasi Z sebagian juga sudah mulai masuk ke fase mempersiapkan menuju pernikahan atau mungkin sudah bersama dengan jodohnya.
Di kondisi anak muda sekarang yang bisa kita lihat, kondisi peradaban mulai menurun, mulai dari krisis rasa malu sampai dengan adab. Pernah ada diskusi dengan seorang kakak, dengan statement beliau “jangan lihat dari sisi negatifnya aja dong, banyak ko yang masih baik-baik aja”. Oke, iya saya setujuuu, banyak juga yang berprestasi dan berkarya positif. Sayangnya, prestasi mereka, karya positif mereka tertutupi. Jumlah likes yang cukup jomplang bisa jadi indikator bahwa “kesukaan” generasi-generasi sekarang akan prestasi tidak seberapa. Kalah dengan pemberitaan negatif. Dan nyatanya, yang negatif itulah yang terlihat, bisa jadi calon anak-anak kita akan melihat hal yang seperti itu. Who knows? Yang saya amati akhir-akhir ini juga, soal apa yang kita lihat akan mempengaruhin cara berpikir dan berprilaku.
Dimulai dari keluarga, thats it!! kuncinya adalah keluarga. Menguatkan pondasi, bukan dari membuat kurikulum untuk anak tapi dimulai dari memilih pasangan, standar mu tidak perlu kamu turunkan untuk segera menikah. Saat saya membaca buku “Bising” karya Mas Gun (Kurniawan Gunadi), sedih bukan main. Saya juga bukan dari keluarga yang baik-baik saja kondisinya, tapi setelah membaca buku karangan mas gun, banyak sekali ucapan syukur, alhamdulillah kondisi keluarga saya tidak mengganggu kewarasan anggota keluarganya,
Memulai dengan kerangka berpikir kalau pernikahan itu melibatkan Allah, bukan soal aku kamu saja. Pernikahan itu membangun peradaban masa depan bukan mendesktruktif peradaban. Jadi harus punya tujuan. Kadang suka bingung juga kalau ada statement “tujuan saya menikah itu ibadah”, iyaaa tauuu ibadah. Tapi ibadah yang bagaimana? Misinya apa? Ibadah ada banyak toh. Kalau day to day setelah menikah hanya melakukan rutinitas seperti yang biasa dilakukan saat sendiri, lalu kenapa harus menikah? Baik laki-laki dan perempuan harus paham perannya masing-masing, untuk kemudian berkolaborasi, kalau di dunia pendidikan kita akrab dengan merancang kurikulum dan rencana pembelajaran harian. Dalam berkeluarga rasanya kurikulum dan rencana pembelajaran juga sangat dibutuhkan untuk mengisi hari-hari yang nantinya akan membentuk karakter keluarga.
Tidak cukup dikeluarga saja, hallo generasi millenial dan generasi Z, maukah kita bekerjasama antar keluarga kita nantinya untuk menyumbang perubahahan positif? setidaknya mengambalikan nilai-nilai rasa takut pada Allah, adab, moral, bisa menentukan baik buruk, halal haram, dan rasa malu pada diri kita dan generasi kita selanjutnya. Karena anak-anak ku dan anak-anak mu nanti bisa saja bertemu bahkan akan menjadi teman, pastinya kita ingin memastikan bahwa generasi penerus kita baik-baik saja dalam koridor yang benar.
Mungkin ada yang menganggap, teori mah gampang realisasinya susah kaliii, realistis dong. iyaa justru karena susah, makanya kita cicil sedikit-sedikit perbaikan itu dimulai dari diri kita sendiri, supaya tujuan yang kita inginkan akan terasa lebih realistis, karena sudah kita cicil dari sekarang.
c:\ans
0 notes
Text
Menyederhanakan Rasa
Masih ingat tidak dengan rasa sedih? rasa khawatir? takut? atau mungkin kecewa? Tidak, tidak, ini bukan prihal cinta cintaan saja. Ini soal semua hal dalam hidup. Rasanya pasti ga nyaman yaa, karena harus beradaptasi dengan zona baru diluar zona diri. Gapapa wajar, kita manusia. Kita pernah melewati itu semua.
Yang harus kamu ingat juga, macam-macam rasa itu tidak hilang dengan sendirinya, itu kamu yang hebat, kamu sanggup untuk bertumbuh dan berproses menyederhanakan rasa. Kamu tau kl rasa itu bukan kamu saja yang punya, seluruh manusia di muka bumi pasti pernah menyicipi. Make it simple, mengafirmasikan diri dengan "gapapa, cuma dunia, semua takdir Allah itu baik."
c:\ans
0 notes
Text
"Don't take it personal, nis"
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihat,
Mungkin sekarang Allah kasih kamu capek, gapapa, alhamdulillah..
Mungkin sekarang Allah kasih kamu rasa takut, gapapa, alhamdulillah..
Mungkin sekarang semua orang menyudutkan kamu, gapapa, alhamdulillah..
Mungkin sekarang diluar sana banyak berita tidak benar tentang dirimu, gapapa, alhamdulillaah
Menetapkan tumpuan padaNya adalah pilihan terbaik, don't take it personal, kamu ga mampu menyelesaikannya tapi Allah mampu.
c:\ans
0 notes
Text
Anis
Nisa tau, tau banget kl nisa bukan orang baik. Bahkan jauh dari kata baik. Apalagi soal memahami orang lain, ah buruk sekali, tidak peka (btw, nisa bukan cenayang juga si yg bisa tau isi tiap kepala orang✌🏻). Te-rus, lisan yang hmmm semoga Allah ampuni selalu. Soal ibadah juga masih payah. Apalagi soal hati, ampunnn bangett ga lulus lulus ujiannya. Dan pasti masih banyak lagi pr yang mesti dibenahin. Disisi lain juga bersyukur banget banget banget, dikelilingi orang-orang baik yang selalu support 'ayo nisa balik ke jalur lagi' & masih stay with meeh walaupun salahnya banyak. Walaupun masih berantakan yaa setidaknya masih sama orang orang baik in the right path.Seseneng itu punya orang yang tulus banget kaya kamu salah satunya nis. Ah iya, nama kita sama ya nis, anis nur hamidah (nis), anisa ratna pratiwi (nisa). Berawal dari masa masa jadi mahasiswa baru ya nis, kita melingkar di FGD tahun 2015 bertahan yaa kurang lebih 2 semester, haha kita yang suka tidur kl lagi materi, tunjuk2an kl disuruh jadi mc, kl disuruh ziyadahnya seringnya on the spot wakaka emang ya bener bener. Dan akhirnya kita pisah forum. Iyaa, pisah forum krn tiba tiba kamu bilang, 'aku mau pindah kuliah sebentar lg, aku lulus di stan' (dengan ciri khas medok jawa mu). Rasanyaaa potek sepotek poteknya bakal ditinggal jauuuuuh (bangett). Pengen ngomelin kamu, krn km gabilang dr awal kl kamu ikut tes stan. tapi lagi lagi inget kata kata mu, alasan kamu milih kampus, kamu pernah berdoa, doa mu yang masih sering terngiang-ngiang sampai sekarang 'aku mau masuk kampus yang bisa tetep ngejaga aku nis, terutama ibadah ku', ga pernah aku selemes itu ditinggal temen kecuali kamu. Abis ini siapa yang bisa ngingetin nisa lg ya kalau salah, yang kalau nasehatin tuh ngena tapi ga nyakitin. Mau ga mau yaa harus bisa jaga sendiri. People come and go dan yaaa aku gabisa nahan2 orang buat terus stay termasuk kamu nis, semua orang berhak atas pilihannya untuk bertumbuh.
Sampai dihari hari terakhir kamu di kampus, kl kamu inget, kamu tiba-tiba ngomong depan aku "kalau diibaratkan mawar, merahnya mempesona orang banyak. Tp krn adanya duri di tangkai, itu menjadikan ia terlindungi dan tetap memiliki batasan atas pesonanya." (Nyatanya, aku sendiri yg motek2in durinyaa :( maaf ya nis, harus mengulang proses menumbuhkan duri lagi.) Maa qadarullah khair.
Aku kira setelah kita berjarak kita bakal jadi orang asing yang bakal lupa satu sama lain. Tapi ternyata enga. Ga mengubah apapun, termasuk doa. Tok hanya jarak.
8 mei 2022, aku dapet chat dari kamu seneng banget dongggg, tp ternyata disitu kamu minta restu aku, speechless, gabisa jawab apapa. Aku pending sehari buat jawab wa mu. Dan yak oke, di hari bahagia kamu aku harus ada buat kamu, apapun yang penting buat kamu lah nis, dimanapun kamu, aku samperin. Cailaah wakaka, tapi serius km seberharga itu buat aku.
21 mei 2022, jam 3 dini hari, setelah sekian lama ga ketemu, berisiknya aku udh kaya apa tau lari2 kecil di pelataran kamar orang buat nyamperin kamu wakaka Gabisa dideskripsiin rasanya kaya apa, akhirnya ketemu km setelah sekian tahun lamanya, ea~ Terus nih ya nis, setelah aku dengar cerita dari ibu, tante, dan keluarga mu yg lain tentang mas mu & proses kalian gimana ditambah bisa gandeng kamu menuju mas mu itu rasanya adem & legaa banget. MaasyaAllah. Terimakasih anis dari awal kenal anis, aku belajar banget, soal mendengar apa yang tidak terucap, membaca apa yg tidak tertulis, juga soal jaga hati, apalagi soal ibadah. Best baangett, pokoknya kamu runner up in my life💕
Emang yaa, "waktu" tuh teman paling jujur. Waktu yang paling bisa menjelaskan apapun. Soal niat baik, kejujuran, cara memperbaiki diri, sampai ketulusan diri sendiri dan orang lain.
Sampai bertemu kembali di takdir terbaik Nya. Fa watsiqillahumma rabithataha 🤲🏻
c:\ans
2 notes
·
View notes
Text
The other side of "patah"
Kata siapa patah tidak membuat orang sedih? Sedih? Pasti. Bohong kalau tidak sedih. Tapi bagi sebagian orang, patah adalah anugrah. Anugerah yang bisa mengembalikan kita kembali dekat dengan Nya.
Terlebih harus mengulang proses perbaikan atas kesalahan yang dibuat untuk diperbaiki. Jika tidak bisa memulihkan situasi, setidaknya perbaikan atas diri. Kita bertanggungjawab atas diri kita masing-masing. Ku rasa kita sepakat proses mengulang menjadi bagian paling butuh effort lebih daripada memulai. Ada ego yang harus diturunkan, ada sabar yang harus dilapangkan. Tungguuuu, tidak ada yang salah dalam memperbaiki, semua hal bisa diperbaiki. Hanya saja kita harus siap dengan penerimaan secara utuh, penerimaan atas diri dan atas apa yang dihadapi.
Terakhir, setidaknya ada makna yang bisa kita ambil, untuk berhati-hati kemudian. Dan dari patah ku belajar, menyelisihi aturan Nya bukan cara terbaik untuk membahagiakan diri.
c:\ans
0 notes
Text
Sabar Dulu Satu Satu
Kepala besar kita banyak sekali menyimpan ingin dan harap dalam waktu yang bersamaan. Alih alih menginginkan semua hal tercapai dalam waktu yang cepat dan sesempurna harap, agar kemudian dapat berburu ambisi lainnya.
Nyatanya, banyak misi yang belum terselesaikan sebelumnya mengidentifikasikan menurunnya kadar komitmen dalam diri. Segala macam strategi, perjanjian, banyak hal yang terbaikan karena banyaknya ambisi yang berlomba untuk didahulukan.
Jangan terburu-buru, perhatikan keterlibatan orang lain dalam proses mengejar ambisi kita. Jangan mengorbankan banyak orang atas ego diri. Pilih dan pilah, bersabarlah, tidak semua harus sekarang, satu satu.
c:\ans
1 note
·
View note