anindyaza
Sedikit Bercerita
49 posts
Kadang, ada beberapa hal yang hanya bisa tertuang melalui kata-kata.
Don't wanna be here? Send us removal request.
anindyaza · 4 years ago
Text
Merasakan sakitnya hati yang teriris-iris. Sesaknya sampai ke tenggorokan. Panasnya melelehkan air mata. Tidak mampu terbendung. Dan kerap berulang.
0 notes
anindyaza · 5 years ago
Text
Terimakasih telah berjuang 360 kilometer jauhnya. Alhamdulillah kini telah dipersingkat. Dan segera akan selalu dekat.
1 note · View note
anindyaza · 5 years ago
Text
Tumblr media
Setiap orang pasti punya keinginan. Termasuk aku. Banyak sekali, atau bahkan setiap detiknya dipenuhi banyak angan-angan.
Suatu waktu aku, dan suamiku, memiliki sebuah keinginan besar. Keinginan untuk mendukung visi-misi pernikahan kita. Jelas ini bukan perkara yang mudah. Tapi, kami yakin doa dan usaha yang dilakukan sepenuh hati, akan mengetuk kuasa Allah agar dikabulkan. Yang terbaik versi Allah tentunya.
Waktu demi waktu kami berdoa, berjuang, dengan segala sedih, susah, senang, ah...emosi yang campur aduk rasanya. Dua tahun lebih bukan waktu yang sebentar. Rasanya lama sekali. Namun, tetap belum membuahkan hasil. Sudah dekat di depan mata, tiba-tiba ditarik mundur jauh ke belakang. Gagal. Raga dan rasa seperti ditempa sangat keras, rasanya lemas.
Sampai pada titik kami pasrah. Sungguh-sungguh pasrah. Doa yang tadinya kami dikte, kini kami pasrahkan. Sepenuhnya. Bahkan kami tak mau mengingat-ingat lagi impian tersebut. Bahasa lainnya, kami ingin pindah haluan. Hanya saja, belum tahu akan kemana.
Allah memang maha Penyayang. Menguji hambanya dengan segala keresahan di bumi, namun tiba-tiba memeluknya erat, memberikan hadiah saat tidak diminta. Its a surprise!
Rasanya lebih bahagia ketika menerima kejutan, ketimbang meminta sesuatu dan langsung dikabulkan. Dan Allah memberikan itu.
Berbulan-bulan setelah berpasrah, Allah tiba-tiba memberikan impian yang sempat kami kubur. Tiba-tiba. Tanpa kami usaha keras seperti dulu. Alhamdulillah alaa kulli haal. Allahuakbar. Rasanya runtuh diri ini, melihat kasih sayang Allah yang sungguh luar biasa.
Dalam proses panjang ini kemudian suami berpesan,
"Ketika kita menjalankan hari-hari kemarin, rasanya berat dengan ujian yang kita terima, harapan juga tidak kunjung terkabul. Sekarang satu impian kita sudah Allah kabulkan, maka jangan terlena oleh dunia karena pasti Allah akan memberi ujian-ujian lain yang berbeda agar kita menjadi manusia yang penuh sabar dan syukur."
0 notes
anindyaza · 5 years ago
Text
Saya masih ingat, ketika kamu selalu bersedia menjemput pulang. Meski saya tau, rutenya jauh lebih panjang.
Saya juga selalu ingat, di hari Sabtu, selepas saya pulang kerja, rumah telah rapi tertata.
Kadang saya merasa tidak banyak berbuat apa-apa. Tapi, kamu tetap saja setia.
Katamu, kalau sudah satu, itu selamanya. Maka aku juga.
0 notes
anindyaza · 5 years ago
Text
#bertemuAlya part 2
Dari postingan sebelumnya, mungkin banyak yang bertanya-tanya,
"Kenapa menunda momongan?"
"Menunda momongan kan nggak baik?"
"Banyak lho yang pengen punya momongan, lha kok ini malah ditunda?"
Sebenarnya ada beberapa alasan yang belum bisa aku bagikan disini. Tapi salah satunya bisa ku bilang adalah tentang kesiapan. Background pendidikan psikologi mungkin sedikit berpengaruh disini. Maksudnya, ketika dulu aku kuliah psikologi, banyak menemukan kasus maupun cerita tentang klien yang dilatarbelakangi masalah pola pengasuhan orangtua. Nah, hal tersebut menjadi salah satu hal yang aku pikir harus benar-benar dipersiapkan secara matang.
Lalu, setelah hamil, berarti sudah matang persiapannya? Hehe, belum matang betul pastinya.
Saat sebelum hamil aku banyak belajar, ikut kelas parenting online, membaca buku parenting, menonton kajian tentang pengasuhan, dan lain-lain. Saat proses belajar tersebut yang ada malah rasa kekhawatiran selalu muncul, bukan kesiapan. Rasanya seperti tertekan "bisa ga ya aku menjadi seperti ini? bisa ga ya aku menerapkan itu". Sampai aku berada di titik yang rasanya terombang-ambing.
"Aku bisa ga sih jadi orangtua yang baik?"
Rasanya aku ingin mengutuk diri sendiri karena tak kunjung siap. Hingga akhirnya aku tersadar. Selama ini aku berjuang sendiri. Tidak melibatkan Allah. Astaghfirullahaladzim.
Baru setelah itu aku tersadar. Bahwa segala sesuatu, Allah akan selalu menyertai. Bahwa di setiap hidup kita, ada Allah yang membantu. Sampai akhirnya, aku melantunkan doa seperti ini,
"Ya Allah, mohon ampun jika selama ini hamba lupa ada Engkau yang akan selalu menolong. Engkau yang akan memampukan setiap hambanya. Maka, jika memang takdirmu menitipkan amanah pada kami, maka insyaAllah di waktu tersebut Engkau akan hadir dan memampukan hari-hari kami."
Lega. Lega sekali rasanya setelah itu. Meskipun saat tahu aku hamil rasanya ndredeg, ga percaya dan takut. Haha. Tapi aku yakin, inilah best timingnya Allah. Inilah takdir Allah yang alhamdulillah sampai saat ini tidak pernah aku sesali lagi.
Tentang belajar? Ya, sampai saat ini aku masih terus belajar mengenai parenting, dari buku, video, grup belajar parenting online, dan dari rekan-rekanku. Bismillah hanya pada Allah aku bergantung. Hanya pada Allah aku meminta dimampukan untuk dapat menemani Alya sehari-hari. 😊
0 notes
anindyaza · 5 years ago
Text
"Semoga harapan-harapan kita diridhoi oleh Allah, tapi jika takdir Allah berbeda, tak mengapa.
aku lebih percaya."
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
#bertemuAlya Part 1
Alhamdulillahirabbil'alamin.
18 Februari 2019 pukul 16.40 WIB lalu, telah lahir anak perempuan pertama kami ke dunia. Alya namanya. Alya merupakan sosok yang ditunggu oleh semua keluarga kami, karena selain anak pertama, ia adalah cucu pertama dari keluargaku dan suami.
Kali ini aku akan berbagi tentang my preggo-labor story, dan untuk yang pertama akan berbagi tentang pre-pregnant-story.
Alya lahir di usia pernikahan kami yang hampir 2 tahun, sehingga ketika keluarga maupun kerabat tahu tentang kehamilan ini, banyak yang mengucapkan "Alhamdulillah, akhirnya hamil juga". Hehe. Iya benar alhamdulillah, tetapi kata "akhirnya" seolah menandakan bahwa selama ini usaha kami "baru" membuahkan hasil. Atau mungkin aku yang terlalu serius mencernanya? Entahlah.
Padahal, dibalik itu semua, aku dan suami memang sengaja menunda memiliki momongan di awal pernikahan kami karena beberapa hal. Oleh karena itu, kami sengaja menggunakan KB Kalender untuk menundanya. Terkadang banyak orang yang tidak mau bertanya tentang itu, sehingga ketika tahu ada orang yang sudah hamil padahal usia pernikahannya di bawah kami, mereka langsung mengutarakan pada kami dengan nada harapan tinggi. Pernah juga langsung menyuruh aku meminum ramuan/jamu, atau menyuruh melakukan pijat alternatif.
Alhamdulillah banyak saran yang baik, banyak dikelilingi orang yang perhatian. Tapi mungkin alangkah baiknya jika saling memahami terlebih dahulu apa yang terjadi dibalik semua itu. Bukankan lebih baik seperti itu? Hehe.
Mungkin ada beberapa yang bertanya mengenai KB Kalender. KB kalender digunakan dengan cara mengetahui kapan masa subur, dan menghindari masa subur tersebut untuk melakukan hubungan. Jadi memang KB Kalender ini sebaiknya digunakan oleh perempuan yang siklus menstruasinya teratur, karena apabila siklusnya tidak teratur, bisa saja salah dalam hitungan masa suburnya.
Bagaimana cara menghitungnya? Kalau secara manual, jujur aku belum memahami, hehe. Tapi aku menggunakan aplikasi yang bisa didownload bernama "My Calendar". Di aplikasi tersebut kita memasukkan secara rutin kapan hari pertama dan hari terakhir menstruasi, serta berapa hari siklusnya. Setelah dimasukkan, maka aplikasi tersebut akan menghitung sendiri tanggal berapa masa suburnya. Nah boleh didownload trus dipahami dulu nih tentang aplikasi ini. Jujur cara penghitungan seperti ini, akan membuat kita lebih bisa bersiap-siap. Atau sebagai wanita, akan lebih jauh memahami mengenai diri kita sendiri. Hal ini juga bukan cuma untuk pasangan yang ingin menunda momongan, tapi untuk yang pengen banget punya momongan bisa dipakai. Karena dengan hitungan ini, tanggal masa subur bisa banget diprediksi.
Jadi, untuk pasangan yang baru akan menikah, boleh juga dipelajari tentang hal-hal seperti ini, supaya lebih siap ketika sudah menikah nanti. Persiapan untuk menjadi orangtua ataupun persiapan kehamilan, akan lebih teratur dan terencana tentunya.
Oke, segini dulu untuk sharingnya, see you next story. ❤
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
Katanya, setelah ini kita harus menjadi sosok yang lebih kuat. Karena akan lahir sebuah keajaiban yang akan membuat takjub setiap saat.
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
Mungkin ini jawaban Tuhan. Disaat kamu ragu antara dua pilihan, kemudian petunjuk Tuhan datang menguatkan.
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
"Sedikit doaku telah terhimpun dalam rangkaian nama. Lautan doaku akan terus mengalir sepanjang aku dapat mendekapmu erat. Sampai bertemu dalam pelukan hangat."
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
"Suara sejiwa. Kini hadirnya menggetarkan raga. Kunanti kamu, saat mata bertatap mata, penuh cinta."
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
Note to Ma Self
Beberapa bulan lalu, kebetulan pas lagi jalan-jalan ke toko buku, aku menemukan sebuah buku yang udah lama pengen kubeli. Judulnya "I am Sarahza".
Ini adalah buku yang ditulis oleh sepasang suami-istri, mba Hanum Rais dan suaminya, mas Rangga Almahendra. Yang gatau mereka siapa, googling ya. Hehe.
Ini adalah buku tentang program kehamilan mba Hanum dan mas Rangga dalam menanti amanah selama 11 tahun. 11 tahun men! Mau nangis baca ini tuh, sekuat itu mba Hanum menjalani serangkaian proses suntik lah, operasi lah, ini itu yang kalo dibayangin itu terjadi padaku mungkin ku sudah tak sanggup. :(( Please kalian kalo ada kesempatan wajib baca, selain untuk meningkatkan rasa syukur (bagi yg sudah dikaruniai anak) ini juga untuk mengurangi nyinyiran-nyinyiran biar ga tanya kapan punya anak ke orang lain hehehehehe.
Jadi, aku kenal buku ini dari sebuah grup diskusi WhatsApp judulnya "Program Kehamilan". Isinya adalah kumpulan ibu-ibu muslimah yang 'sedang berjuang' untuk mendapatkan amanah dari Allah SWT, seorang anak. Awal mula aku masuk grup itu karena memang waktu itu baru banget menikah, setelah sebelum nikah ikut kelas pra menikah, maka kupikir sekarang waktunya ikut kelas pasca menikah, salah satunya tentang kehamilan. Hehe.
Sebenarnya grup itu dikhususkan untuk ibu-ibu yang sudah menikah lebih dari 1 tahun namun belum juga mendapat amanah. Karena ketika pasangan sudah menginjak usia pernikahan 1 tahun, tinggal serumah, aktif melakukan hubungan suami istri namun belum mendapat amanah, dalam istilah kesehatan dikatakan infertilitas primer. Beda lho ya kalau emang mereka serumah, tapi niatnya menunda entah dengan alat kontrasepsi maupun KB Kalender. (Cmiiw ya)
Nah tapi karena aku juga pengen belajar, apa saja yang harus dilakukan saat menjalani program, maka kuputuskan join grup tersebut. Hehe. Anaknya teh bandel.
Antara haru, sedih, dan campur aduklah rasanya masuk di grup itu. Haru karena ibu-ibu di grup banyak yang sudah menjalani proses promil sampai di suntik, bedah, dan dengan biaya yang ga sedikit. Tapi mereka tetep bisa semangat karena paham kalau anak adalah 'hak prerogatif'nya Allah SWT. Sedih nya kenapa? Karena ga sedikit dari mereka yang sudah menguatkan diri, tapi dihempas begitu saja oleh julidan netizen yang ga jarang adalah orang terdekat mereka sendiri. Oiya Rasulullah SAW sendiri melarang mendoakan seseorang yang baru menikah dengan doa "Semoga segera diberi keturunan", nah kan. Jadi didoakannya memang untuk menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Yuk sama-sama belajar. :)
Kadang aku tuh suka emosi kalo ada yang julid atau nyinyir masalah begini. Mungkin kalau ada yg baca-baca tumblr ku kemarin, isinya begini juga ya haha. Karena menurutku ini adalah cara mengedukasi netizen supaya kembali ke jalan yang benar. :((
Meskipun sekarang jaman udah semakin maju, kalau ada pasangan yang belum dikaruniai amanah, nih pasti ya yang kena sasaran pasti pihak perempuan. Coba yang suka nyalahin pihak perempuan, google yang ada di HP tolong digunakan dengan bijak ya buat cari-cari informasi. Ga jarang loh kasus promil seperti ini setelah istrinya berjuang cek ini itu tapi ternyataaaa yang bermasalah ada di pihak suami. Gimana tuh hayo? Silakan direnungi ya.
Dari grup itu aku tau banget gimana rasanya dinyinyirin, dibandingkan dengan orang lain, yang bahkan ngomongnya tanpa filter. Karena aku juga merasakan dinyinyirin netizen tanpa mereka tau latar belakangnya. Aku mah haha-in aja, sabodo teuing. Kalo orang lain yang digituin? Luarnya masih senyum-senyum, lha kalo sampe rumah doi nangis? Kan kita ga tau apa yang dihatinya.
Makanya sekarang, kalau ada kerabat, temen, atau siapapun, sebisa mungkin aku ngajak ngobrol tuh hati-hati banget biar ga menyinggung perasaan mereka. Bahkan hal pribadi pun aku ga berani tanya kalau ga mereka duluan yang memulai cerita (terutama tentang nikah dan hamil). Berlaku juga nih buat yang lagi baca ini, hehe. Banyak kok obrolan yang bisa bikin suasana cair tanpa harus dengan obrolan yang sifatnya sensitif, kalian masih bisa ngobrolin tempat wisata, kuliner yang enak, seputar info dunia kerja, ekonomi, apapun lah banyak! Oke?
Lidah itu lebih tajam dari pedang. Maka gunakan dengan hati-hatiiii sekali dan gunakan dengan hati. InsyaAllah kalau kita menyenangkan hati orang lain, maka Allah akan memberikan kita kesenangan yang berlipat. Aamiin ya Rabbal alamin.
1 note · View note
anindyaza · 6 years ago
Photo
Tumblr media
- Anin, yang pikirannya lagi bener.
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
Mengingat 'Dulu', Bekal untuk 'Menuju'
Dulu.
Dulu sekali, saat aku masih duduk di bangku SMA. Masa-masa aku maniak banget dengan 'organisasi'. Berangkat sekolah pagi, pulangnya bisa sore banget karena urusan organisasi. Atau lebih tepatnya sih, main. Menghabiskan waktu bareng temen-temen.
Waktu itu sering kena marah Bapak atau Ibu. Karena pulangnya larut, terlalu sore di luar dari jam pulang seharusnya.
Tegurannya seperti ini,
"Kalau kamu masih SMA aja jarang pulang, nanti habis ini kuliah di luar kota tambah jarang lagi ketemu. Habis kuliah kerja, belum tentu di Magelang. Setelah itu nikah, dibawa sama suami. Trus ketemu Bapak Ibu nya kapan?"
Dulu terdengar biasa aja. Masih yang, 'ah kan aku pasti sering pulang' atau 'ah aku mau kerja di Magelang aja'.
Kemudian setelah kuliah, terngiang-ngiang kembali kata-kata Bapak Ibu. Jleb.
Iya juga ya? Ternyata kuliah tidak semenarik yang di tivi-tivi, bep. Wkwk.
Dan setelah kuliah? Alhamdulillah langsung kerja. Habis itu? Alhamdulillah menikah. Omongan orangtua bener-bener doa. Haha.
Makanya sekarang, kalau ada temen yang mau menikah. Aku selalu mengingatkan, bahwa sebelum nanti 'dibawa' sama suami, banyak-banyakin berbakti sama Bapak Ibu.
Bukan berarti setelah menikah kita jadi ga berbakti ya, tapi disini kewajiban kita seorang perempuan sangat jelas sudah beralih ke suami. Beda sama laki-laki, setelah menikah, taatnya mereka masih ada pada Ibu, orangtua.
Karena itu, penting banget masalah memilih pasangan. Karena nantinya kita ga hanya menikahi si lelaki, tapi keluarganya dan keluarga kita. Sebelum menikah, yang harus dikenal juga ga cuma calon kita aja, tetapi keluarganya. Siapa ayah ibunya, adik kakak nya, dan hal-hal lainnya yang memang perlu kalian ketahui, tanyakanlah (asal yang masih wajar ya). Hehe.
Biasanya kan gini, setelah menikah, sang perempuan diminta tinggal bersama suaminya di rumah sendiri, atau bersama suami di rumah orangtua suaminya. Nah, ga jarang tuh suami yang 'lupa' silaturahim ke rumah orangtua perempuan. Merasa 'sudah memiliki'. Sebagai perempuan juga terkadang lupa kalau sudah tinggal di rumah sendiri yang berdua dengan suami, kadang ngga memberi kesempatan untuk menghubungi orangtua pihak suami.
Naudzubillahimindzalik.
Oleh karena itu, sebelum menikah kita perlu perbanyak bekal ya. Bekal agama yang paling penting. Supaya dalam hidup kita selalu diberkahi keridhoan Allah SWT. Yuk sama-sama belajar, saling mengingatkan semisal ada hal-hal kurang baik yang aku kerjakan. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beriman. Aamiin.
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Photo
Tumblr media
#suarasejiwa
0 notes
anindyaza · 6 years ago
Text
Aku selalu suka menunggu malam, pukul tujuh saat adzan isya' berkumandang. Karena biasanya di jam itu bunyi suara motormu datang, mengetuk pintu, dan aku menyambutmu pulang.
1 note · View note
anindyaza · 6 years ago
Text
Jadi, kapan?
Kapan nikah? Eh, sorry, harus disensor kayaknya. Kapan nik@h? Hehe.
Pertanyaan itu lagi booming banget. Banget! Dikit-dikit tanyanya nikah. Giliran udah nikah ditanya kapan punya anak? Giliran udah punya anak satu ditanya lagi kapan ada adeknya? Kalo dipikir mah gaada habisnya. Di-aamiin-kan aja di dalam hati dan dijawab dengan senyuman yang mempesona. Hehe.
Sebenernya ga ada yang salah dengan pertanyaan itu. Mungkin orang yang tanya sedang mencoba cari bahan pembicaraan, ingin tahu kabar kita yang lama tak dijumpai, dan mungkin emang bener-bener pengen tau karena usia 20an ke atas ini emang usia produktif.
Tapi gini, aku mau cerita banyak sedikit.
Menikah itu nggak gampang, guys. Sungguh. Nggak gampang kalau kalian ga tau apa tujuan atau visi dan misi kalian melangsungkan pernikahan. Lalu apa tujuan yang tepat? Sebenernya jawabannya simpel. Ibadah. Dan ditambah bonusnya adalah membangun generasi islami masa depan.
Oke kalau untuk ibadah, caranya ada buanyak sekali. Kalian bisa cari sendiri atau dengan ikut kajian.
Lalu, kenapa aku bilang membangun generasi islami masa depan adalah bonus?
Ya, seringkali kita lupa. Bahwa apa yang akan terjadi di masa depan adalah dari sesuatu yang kita usahakan dan takdir atau hak prerogatif dari Allah SWT. Salah satunya? Anak.
Saat orang menikah, mereka akan membayangkan memiliki keluarga bahagia dengan anak-anak yang sholeh, lucu, dan menggemaskan. Namun seringkali lupa, bagaimana kalau Allah gak memberikan hak anak pada kita?
Beberapa minggu sebelum menikah. Aku dilanda perasaan cemas yang gak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku takut. Iya, aku takut aku ga bisa punya anak. Entah kenapa stereotip kalau ada pasangan yang belum punya anak itu pasti kebanyakan perempuan yang disalahkan. Bener ga? Padahal ada juga yang perempuannya sehat-sehat aja, tapi ternyata laki-laki nya yang (maaf) spermanya bermasalah. Nah karena masih banyak stereotip kepada perempuan, aku panik. Ga siap menerima apa kata netijen nantinya.
Perasaan cemas dan panik itu membuatku berfikir ulang. Kalau memang tujuan utama menikah adalah ibadah, mari kita bangun ibadah ini dengan komunikasi yang baik. HablumminAllah dan Hablumminannas.
Aku mengajak suami berdiskusi waktu itu. Kubilang ingin bicara serius. Aku tanyakanlah tanpa basa-basi.
"Mas, kalau ternyata Allah nggak ngasih hak anak ke kita, mas masih mau nggak sama aku?"
Sebenernya pertanyaan itu bukan sekedar kamu dan aku. Tapi keluargamu dan keluargaku. Suami cuma senyum, memegang rambutku dan bilang,
"Tenang to. Kalau Allah kasih ya pasti akan dikasih, kalau enggak ya enggak. Kan gimana kita aja menyikapinya, kalau memang usahanya udah maksimal, yasudah ikhlas dan sabar. Nikah itu bukan kaya pacaran anak SMA yang dikit-dikit minta putus. Semua bisa dibicarakan baik-baik. Toh Allah juga ga suka dengan perbuatan cerai."
Jawabannya sebenernya sederhana. Meminta kita berpositive thinking kepada Allah dan komunikasi. Dan seringkali hal itu yang kita lupakan.
Ketika kita tanya ke orang lain "Kapan bla bla bla?" Kita kadang lupa bahwa segala ketentuan dan takdir itu milik Allah, kita lupa bahwa komunikasi yang baik dengan sesama adalah komunikasi yang dapat diterima oleh dua pihak.
Kalau kiranya kita tau temanmu sedang menjemput jodohnya, maka tanyakanlah hal yang membuatnya bahagia.
Kalau kiranya kita tau teman kita sedang merencanakan sesuatu, maka bisa lah kita mendoakan dan beri solusi.
Jangan tanyakan hal-hal yang menyinggung perasaannya. Karena kita ga tahu, apa yang mereka sembunyikan dibalik keceriannya. Dan kita ga pernah tau, seberapa sakit hatinya saat tanyamu melukai perasaanya.
Mari bersama menjadi hebat dan menghebatkan orang lain. 💙
0 notes