Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Dapet di wa, tanpa saya tau siapa penulisnya.
●Bolu Pisang dan Es Krim ●
"Ma, kakak ranking satu, mana janji mama mau beliin es krim," rengek Dika putra sulungku. Sejak pulang sekolah ia selalu saja menagih janjiku. Mana kutahu bila si sulung yang baru kelas dua SD akan meraih ranking satu, pikirku saat berjanji paling dia hanya akan masuk sepuluh besar saja seperti biasa.
"Sabar ya, Nak, tunggu ibu gajian tanggal satu," janjiku, padahal aku pun tahu tanggal satu nanti upah menjadi buruh cuci separuhnya akan habis menyicil hutang pengobatan ketika almarhum suami sakit dulu.
Dika cemberut. Aku tahu dia kecewa. Tak banyak pinta anak ini sebenarnya, hanya sebuah es krim ketika ia ranking satu. Tapi bagiku itu barang mahal.
Ah seandainya saja Dika ranking dua atau tak usahlah ranking sekalian, ia pasti tak sekecewa ini.
Keterpurukan hidupku bermulai ketika suami yang tiap hari bekerja sebagai buruh bangunan kecelakaan dan lumpuh. Tiap Minggu harus bolak balik kontrol ke rumah sakit, walau pakai BPJS namun kerepotan ini tetap membutuhkan biaya hingga hutang pun menumpuk.
Ketika suami akhirnya pergi selamanya, hutang-piutang pun berdatangan meminta haknya untuk dilunasi.
Aku pasrah. Memohon kepada si pemberi hutang agar memberi kelonggaran dengan mencicil.
Bukan tak mau bekerja lebih giat lagi, namun selain Dika, aku memiliki Anita putri bungsuku yang masih berusia dua tahun. Tak semua orang mau menerima pekerja rumah tangga yang membawa balita.
Sejak itu aku melakukan kerja apapun, mulai dari buruh cuci, hingga upahan membuat kue. Kebetulan kata orang-orang bolu pisang buatanku enak.
(Mbak, bisa buatin bolu pisang?) Sebuah pesan masuk.
Aku bersorak. Alhamdulillah tak sia-sia mengisi pulsa data beberapa hari yang lalu dan mengaktifkan WA ku. Ada pesanan masuk.
(Bisa Mbak, mau berapa loyang?)
(2 loyang, ngambilnya habis Zuhur bisa?)
(Bisa Mbak.) Aku menyanggupi.
(Tapi bolu pisangnya jangan pakai gula ya, biar manisnya ngambil dari pisangnya saja. Anakku alergi gula.)
(Siap, Mbak. Otw dibuat.)
(Berapa harganya?)
(50.000 Mbak.)
(40.000 saja ya, kan gak pakai gula.)
Aku menelan ludah. Ya Tuhan, padahal dalam tiap loyangnya aku hanya mengambil untung 20.000.
(Ya sudah karena Mbak ngambil dua, aku kasih.)
(Oke, tapi aku gak bisa ngambil ke rumah ya, Mbak. Aku mau pergi liburan, jadi jam 1 aku tunggu di depan SMP yang ada di simpang itu.)
(Oke siap.)
Aku segera gerak cepat menyiapkan semua bahan dan mulai bekerja. Baru jam sembilan berarti masih banyak waktu luang. Kebetulan ada pisang Ambon yang belum terpakai jadi gak perlu beli ke pasar.
Alhamdulillah aku bisa mendapat untung dua puluh ribu dari penjualan dua loyang bolu pisang.
Sepuluh ribunya bisa buat beli es krim harga lima ribu untuk si sulung dan bungsu dan sisanya untuk tambahan belanja besok.
Setelah sholat Zuhur, jam 12.30 aku segera berangkat menuju tempat yang dijanjikan. Si sulung mengekor langkahku dengan riang karena terbayang es krim yang bakal didapat. Si bungsu sedang tidur siang jadi kugendong saja.
Tempat janjian kami cukup jauh sekitar setengah kilometer dari rumah. Walau tengah hari dan terik matahari tengah garang menyerang, aku tetap semangat, demi 20.000.
Jam satu kurang lima menit kami telah tiba di tempat janjian. Mungkin sebentar lagi yang memesan akan datang.
Sepuluh menit, dua puluh menit hingga tiga puluh menit berlalu namun tak kunjung ada tanda bila si pemesan akan datang.
Beberapa pesan telah kukirim sejak tadi namun hanya terkirim dan belum dibaca.
Aku menelpon berkali-kali pun tak kunjung diangkat. Sudah hampir satu jam menanti.
Si sulung telah lelah dan merengek sementara si bungsu telah bangun dan ikut meraung karena kepanasan.
Ting! Sebuah pesan masuk. Hatiku bersorak, dari si pemesan kue.
(Ya Allah Mbak, maaf ya aku lupa. Ini suami berubah pikiran, awalnya dia bilang berangkat habis Zuhur eh tahunya jam sepuluh udah mau buru-buru. Jadi gak sempat kasih kabar. Mbak, jual bolunya sama orang lain saja ya, aku udah otw ke kampung.)
Aku langsung terduduk lemas. Ya Allah, ya Allah, ya Allah. Apalagi ini? Aku tak meminta banyak ya Allah, hanya es krim saja.
Peluhku yang sudah sejak tadi mengucur, kini bercampur dengan air mata.
Siapa yang ingin membeli bolu pisang tanpa gula dengan rasa manis yang alakadarnya?
Ya Allah, berkali aku menyeka air mata yang terus membasahi wajah.
Sulungku berhenti merengek, ia langsung diam melihat air mataku. Lama ia menatapku iba. Kedua netranya mulai berkaca. Tak tega hati ini melihatnya. Ia hanya ingin es krim seharga 5000 ya Allah.
"Dika gak akan minta es krim lagi Bu, tapi ibu jangan nangis." Dika kecilku berkata dengan suara yang bergetar. Sepertinya ia pun menahan tangis.
"Kita pulang, Nak," ucapku. Dika mengangguk, si bungsu pun tangisnya mulai mereda. Sepertinya ia mengerti akan kegundahan hati ini.
Ya Allah, beginilah rasanya. Sakit ya Allah, sakit, sakit, sepele bagi mereka namun begitu berat bagiku. Bahan-bahan bolu itu adalah modal terakhir dan kini seolah sia-sia.
Ya Allah, berkali aku menyebut nama-Nya. Berat, sungguh berat, belum lama suamiku pergi dan kini rasanya aku lemah.
Tak banyak ya Allah hanya ingin es krim saja, itu saja, untuk menyenangkan buah hatiku dan kini bukan untung yang kudapat malah kerugian yang telah nyata di depan mata.
Aku baru saja memasuki halaman rumah kontrakan ketika Bu Tia tetanggaku kulihat telah menunggu.
"Eh, ibunya Dika, dicariin, untung cepat pulang."
"Ada apa Bu?" tanyaku. Semoga saja wanita baik ini akan memberikanku perkerjaan. Apa saja boleh, bahkan yang terkasar sekalipun akan kuterima. Tapi gak mungkin, di rumah besarnya sudah ada dua pembantu yang siap sedia. Aku kembali membuang anganku.
"Gini, ibu jangan tersinggung ya." Bu Tia menatapku.
Aku mengangguk, ingin kukatakan bila rasa tersinggung itu sudah lama lenyap dalam kamus hidupku.
"Papanya anak-anak kan baru pulang jemput kakek neneknya dari bandara. Ya dasar laki-laki tahunya kan cuma nyenengin anak tapi gak tahu yang baik. "
Aku mengangguk walau belum paham kemana arah pembicaraan.
"Masa dia ngebeliian anak-anak es krim sampai lima buah. Padahal anakku kan masih batuk pilek parah. Jadi, daripada buat rusuh, mau ya Bu nerima es krim ini, untuk Dika dan adiknya." Bu Tia menyerahkan plastik putih berisi es krim padaku.
Aku terdiam tak sanggup berkata-kata.
"Asikkk." Dika bersorak, aku masih bergeming.
"Lo, yang ibu bawa itu apa?" tanya Bu Tia melirik kantong hitam berisi dua kotak bolu pisangku.
"Bolu pisang Bu, tapi gak manis, kebetulan yang mesan batal. "
"Wah kebetulan, neneknya di rumah itu diabetes jadi gak bisa makan manis. Saya beli ya untuk cemilan."
"Benar Bu?" Aku bertanya tak percaya.
"Iya, berapa harganya?"
"Berapa saja, Bu. Terserah, asal jadi uang."
"Ya sudah." Bu Tia menyerahkan dua lembar uang merah ke dalam genggamanku.
"Ya Allah Bu ini kebanyakan ," ucapku.
"Sudah, gak apa. Ambil saja, kalau mesan yang kayak gini emang mahal kok Bu." Bu Tia langsung mengambil kantong berisi bolu pisang dan bergegas pergi.
Aku masih diam dengan air mata yang mulai menetes lagi. Baru saja mengeluh akan pahitnya hidup dan kini semua telah terbayar lunas.
***
Bu Tia meletakkan bolu pisang yang baru ia beli di atas meja makan.
Ia duduk dan memandang dua kotak bolu pisang itu dengan tatapan berkaca.
Sungguh zolim sebagai tetangga, bahkan ada seorang janda yang kesusahan pun ia tak tahu. Sementara baru saja ia membeli tas branded seharga jutaan dan tak jauh dari rumahnya ada seorang anak yatim merengek pada ibunya hanya demi sebuah es krim.
Untung saja Fahri putranya bercerita, bila tidak pastilah kezoliman ini akan terus berlangsung.
"Ma, tadi yang juara 1 Dika, tetangga kita yang di ujung itu." lapor putra sulungnya.
"Bagus dong, les dimana dia?"
"Gak les kok, Ma. Orang dia miskin kok."
"Hey, gak boleh menghina orang lain." Bu Tia melotot pada putranya.
"Gak menghina kok. Kenyataan emang dia miskin. Kasihan deh Ma, masa kan ibunya janji mau beliin dia es krim kalau ranking satu eh pas dia ranking malah ibunya bilang tunggu ada uang. Kasihan banget Dika ya , Ma. Mana kalau di sekolah dia suka mandang jajanan temannya kayak ngeiler gitu tapi pas dikasih dia nolak. Malu mungkin ya, Ma." Fahri bercerita panjang lebar.
Bu Tia terdiam.
Ya Allah mengapa ia tak tahu? Selama ini, ia aktiv ikut kegiatan sosial, mengunjungi panti asuhan ini dan itu. Namun ia abai akan keadaan di sekitar.
"Ma, bolunya gak ada rasa, kurang enak," ucap Fachri membuyarkan lamunannya.
"Sengaja, makannya bukan gitu. Tapi kamu oles mentega dan taburi meses atau kamu oles selai buah."
"Ohhh, gitu ya. Tumben mama pesan bolu tawar."
"Lagi pengen aja."
Bu Tia menghela napas panjang. Tak akan terulang lagi, jangan sampai ada tangis anak yatim yang kelaparan di sekitarnya.
Anak yatim itu bukan tanggung jawab ibunya saja tapi keluarga dan orang sekitar.
***
Sepele bagi kita namun berarti bagi mereka.
Ada kala sisa nasi kemarin sore yang tak tersentuh di atas meja makan kita adalah mimpi dari anak-anak yang telah berhari-hari terpaksa hanya berteman dengan ubi rebus saja.
Jangan heran menatap binar seseorang yang begitu terharu ketika gaun pesta yang menurut kita sudah ketinggalan jaman itu kita berikan pada mereka.
Uang lima puluh ribu yang sangat mudah lenyap ketika dibawa ke mini market bertukar dengan kinderj*y dan beraneka jajanan yang habis dalam sekejap itu adalah setara dengan hasil kerja keras seorang buruh dari subuh hingga menjelang Magrib.
Bersedekah itu gak perlu banyak, sedikit saja dari yang kita punya. Memberi itu jangan menunggu kaya, saat kekurangan lah justru diri harus lebih bermurah hati.
Beruntunglah bila di sekitar begitu banyak ladang sedekah dimana kita dapat menukar rupiah menjadi pahala. Kaya itu bukan pada jumlah harta tapi bagaimana kita membelanjakannya. Akherat itu ada dan sudah kah kita menyiapkan hunian di sana?
1K notes
·
View notes
Text
Bagi seorang muslim. Melakukan niat dan ikhtiar menuju kebaikan adalah ibadah.
Pun seandainya belum mendapatkan apa yang telah diikhtiarkan, bersabar terhadapnya juga merupakan ibadah. dan akan terus bertambah hingga apa yang telah diikhtiarkan tersebut sampai kepadanya.
masyaallah..
Kita berencana, namun Allah adalah sebaik-baik perencana.
0 notes
Text
LEADERSHIP
Banyak yang tidak ingin seorang pemimpin yang diktator, keras, dan egois.
Ironisnya, mayoritas orang "hanya" dapat mencapai titik produktifitas paling tingginya jika dipimpin dengan iklim/karakter pemimpin yang diktator, keras, dan egois.
Namun, pada akhirnya..
sehebat apapun pencapaian, tidak akan longlife/bertahan lama jika dibangun oleh orang-orang yang bekerja dalam keadaan tertekan, terpaksa, dan tidak sepenuh hati.
Karena itulah, Mahalnya harga dan nilai dari sebuah LEADERSHIP.
0 notes
Text

Tidak ada tempat yang lebih baik dan lebih aman dari IMAN. apapun kejadiannya tidaklah menjadi masalah jika kita tidak bergeser dari keimanan.
Ya Allah, jika engkau memanggilku, ambillah aku dalam keadaan beriman dan khusnul khotimah.
0 notes
Text
فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيمٍ
“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).”
(QS. Ash-Shaffat: 101)
وَبَشَّرُوهُ بِغُلٰمٍ عَلِيمٍ
“…dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq).”
(QS. Adz-Dzariyat: 28)
Perhatikan bedanya…
Kelahiran Ishaq dikabarkan dengan “bi ghulaamin ‘aliim”, sedangkan Ismail “bi ghulaamin haliim”.
Apa ibrahnya…?
‘Aliim bermakna pintar dan cerdas, haliim bermakna amat sabar. Oleh sebab itu, Bani Israil, anak keturunan nabi Ishaq dikaruniai kecerdasan yang tinggi. Sedangkan nabi Ismail sudah menerima banyak ujian dari kecil, mulai dari ditinggalkan di padang pasir tandus, perintah akan disembelih, hingga keturunannya (nabi Muhammad) pun terus dikaruniai ujian dan kesabaran.
– Ust. Budi Ashari, Lc
Maa syaa Allaah…
Ternyata Al-Qur’an pun telah memberi isyarat bahwa potensi tiap anak berbeda-beda. Sebagai orangtua atau pendidik, mari kenali, gali, dan lejitkan potensi anak-anak kita sesuai fitrahnya.
Apa fitrahnya…?
Menjadi hamba Allaah yang memakmurkan (bermanfaat bagi) Bumi.
Yaa Rabbanaa, tolong kami…
*tulis ulang postingan mba @laninalathifa :)
36 notes
·
View notes
Photo

REMEMBER WHO YOU ARE. REMEMBER WHERE YOU COME FROM Granit Xhaka adalah pemain yang memiliki darah keturunan Albania. Sementara Xherdan Shaqiri memiliki darah keturunan Kosovo. Albania dan Kosovo adalah korban genosida dari negara Serbia, banyak warga negara Albania dan Kosovo yang harus mengungsi ke negara lain. Xhaka dan Shaqiri contohnya, mereka harus mengungsi ke negara Swiss. Dan di pertandingan Piala Dunia Swiss melawan Serbia dini hari tadi, Xhaka dan Shaqiri berhasil mencetak gol dan mengalahkan Serbia 2-1 setelah sebelumnya tertinggal 0-1. Mereka melakukan epic comeback dengan berselebrasi membentuk burung elang dari tangan mereka, yang mempresentasikan burung elang dari negara Albania. Mereka melakukan hal tersebut di depan pendukung Serbia. Selain Xhaka dan Shaqiri, nyaris semua penyerang dan gelandang timnas Swiss tadi malam didominasi pemain muslim. Seperti Haris Seferovic, Blerim Dzemaili, dan Valon Behrami. CLASS! 👏 -Fakta Sepakbola
0 notes
Text
ucapan terkenal Amirul Mu'minin Umar bin Khatttab Radhiyallah Anhu :
"Sebagai khalifah, saya akan memastikan bahwa tak ada orang kuat diantara kamu sampai dia mentaati semua aturan yang berlaku, dan tak akan ada orang lemah diantara kamu, kecuali sampai dia dapatkan semua hak-haknya."
0 notes
Photo

Siapa yang beruntung?
Seorang kawan saya baru kahwin jumpa seorang alim. Ustaz tanya macam mana perkahwinan kamu?
Alhamdulillah ustaz. Isteri saya seorang yang taat. Baik sangat. Isteri idaman. Semua dia buat di rumah. Makan minum, pakaian, rumah semuanya terurus. Semuanya cantik. Dijaga saya baik-baik. Saya tak sempat buat apa-apa. Dia rajin sangat. untung tak saya ustaz?
Jawab ustaz tadi. Isteri kamu yang untung. Dia bakal ahli syurga tinggi. Dia hebat. Dia tunaikan semua hak kamu. Dari cerita kamu.
Kamu rugi sebab kamu tak dapat khidmat kepada isteri kamu. Sepatutnya berlumba khidmat. Berlumba siapkan sahur. Berlumba bangun awal tahajud. Berlumba buat baik.
Perkahwinan ialah berlumba memberi. Bersama-sama buat semua perkara. Saling bertolak ansur. Berlumba beri nasihat. Berlumba kata saya salah. Berlumba kata i love u. Berlumba gembirakan pasangan kerana Allah.
Jika asyik orang berkhidmat pada kita. Periksalah mungkin kita semakin jauh dari kebaikan dan hati yang bersih. Jika kita sibuk bekhidmat itulah jalan Nabi saw dan sahabat. Orang suka khidmat dapat kasih sayang Allah..
— Ustaz Ebit Lew
#abuhanifah #alhamdulillah #dakwahituseni #harinidahingatmati #muhasabah #muhasabahdiri #muhasabahbersama #muhasabahiman #ikutcarakita #fatehteam #pesanpadahati #thedaiegraphy #kebaikan #peringatan #peringatanbersama #kallafah #abbasyislamicdesign #cahayaislam
121 notes
·
View notes
Text
Adab dan Warak
Syu’aib berkata kepada Mûsâ, “Aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang putriku ini. Sebagai maskawinnya, kamu harus bekerja padaku selama delapan tahun. Tapi, jika kamu mau menggenapkannya mejadi sepuluh tahun dengan sukarela, itu sebuah kebaikan. Aku tidak mengharuskan dirimu memilih masa yang lebih panjang. Insya Allah kamu akan mendapati diriku sebagai orang yang saleh, yang baik dalam bermuamalat dan menepati janji.” [Al Qashash ayat 27]

“Wahai muhammad, opsi mana yang nabi musa pilih?” Tanya seorang arab badui selepas salat berjamaah.
Yang ditanya hanya terdiam, sedetik kemudian baru menjawab, “biar saya tanyakan kepada yang lebih tahu dari saya”
Di waktu dan kesempatan yang berbeda.
“Wahai jibril, opsi mana yang nabi musa pilih?”
“Biar saya tanyakan kepada yang lebih tahu dari saya; israfil”
“Wahai israfil, opsi mana yang nabi musa pilih?”
“Biar saya tanyakan kepada yang maha mengetahui dan tak pernah salah”
“Opsi yang nabi musa pilih adalah yang terbaik dan paling sempurna”
***
Ketika membaca riwayat ini secara tetiba saya langsung teringat kisah tentang imam Malik yang menjawab 32 dari 48 masalah yang diajukan dengan jawaban “saya tidak tahu”
Ketika membaca riwayat ini seketika saya teringat sebuah kaidah yang ulama katakan “siapapun yang mengatakan ‘wallahu ‘alam’ maka dia telah berfatwa.”
Ketika membaca riwayat ini seketika saya merasa malu terhadap diri sendiri; seringkali memaksakan diri menjawab pertanyaan tanpa dasar yang jelas, seringkali masuk pada pembicaraan yang tidak saya kuasai, seringkali berfatwa dengan landasan ilmu yang pas-pasan. Kemudian saya menjadi bertanya-tanya; “kok gitu ya?”
Pikiran saya menerawang, beberapa ingatan berkelebatan. Kemudian kembali teringat kisah tentang imam malik, kata beliau, “dulu ibuku memakaikanku sorban sambil berkata, ‘pergilah kepada rabi’ah belajarlah darinya adab sebelum belajar ilmu’.”
Saya juga jadi teringat perkataan imam ibnu al-mubarak, “saya belajar adab selama 30 tahun, dan baru benar-benar belajar ilmu selama 20 tahun, dahulu orang-orang belajar adab sebelum ilmu.”
Kata ibnu al-jauzy, “hampir-hampir porsi adab itu 2/3-nya ilmu.”
Pikiran saya terus berputar, ingatan tentang beberapa hadits rasul pun mulai bermunculan. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
“Kebanyakan yang memasukan seseorang ke dalam surga adalah taqwa dan akhlak yang mulia.”
“Orang yang paling dekat majlisnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”
Pada akhirnya renungan saya terhenti di titik ini, bahwa problem yang saya dan kebanyakan pelajar lainnya hadapi adalah minimnya adab dan sikap warak; manifestasi dari ketaatan dan ketundukan kepada sang pencipta.
Allahumma innî as’aluka ‘ilma nâfi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabbalan.
“Ilmu tidak dilihat dari banyaknya periwayatan, sesungguhnya ilmu itu rasa takut”
-ibnu mas’ud-
Sumber tulisan.
51 notes
·
View notes
Photo

Regrann from @ummubalqis.blog - Keterbukaan keuangan adalah salah satu ciri pernikahan yg sehat, biasanya pernikahan yg terbuka secara finansial lebih kokoh dari serangan badai rumah tangga.
Keterbukaan keuangan indikasi bahwa pasangan percaya satu sama lain, dan sungguh2 berniat menjadikan pasangannya sehidup-sesurga
Keterbukaan keuangan juga bukti keran komunikasi lancar, pasangan sanggup berdiskusi tentang “rencana keuangan” keluarga dengan baik
Keterbukaan keuangan juga bukti pasangan saling mendukung, karena tak perlu menutupi sedekah pada keluarga besarnya, besarnya anggaran yg dihabiskan untuk hobi positifnya, untuk dana yg dialirkan untuk berkiprah pada ummat Banyak benefit dari kehidupan pernikahan yg terbuka secara finansial
selain secara emosial satu sama lain merasa saling dihargai dan dianggap … keterbukaan bisa jadi ajang saling mengingatkan jika ada pengelolaan keuangan yg kurang tepat, terlalu boros di hal yg tak berguna … hingga project masa depan keluarga lebih mudah untuk dicapai
jika dia boros hingga kita malas melibatkan dalam pengaturan keuangan … benahi borosnya hingga pada akhirnya bisa kita libatkan
hingga tak perlu ada rasa tak nyaman yg lambat laun bertumpuk dan meledak karena pasangan merasa tak berguna pendapatnya … tidak perlu juga ada rasa was was akan aliran dana yg memunculkan kecurigaan satu sama lain
percaya deh … ridho pasangan akan menghadirkan doa2 yg memperlancar keran rezeki kita - #regrann
2 notes
·
View notes
Text
Never Lose Yourself
Membuka bisnis baru itu mudah, bertahan di tengah persaingan bisnis yang makin kompetitif itu nggak mudah.
Jatuh cinta dan memulai rumah tangga itu mudah, menepati komitmen dan mempertahankan pernikahan (yang sehat) itu nggak mudah.
Bertekad untuk hijrah dari kemaksiatan itu mudah, menahan godaan untuk kembali menikmatinya itu yang susah.
(more…)
View On WordPress
9 notes
·
View notes
Text
Istiqamah di Zaman Fitnah
Istiqamah di Zaman Fitnah
Terkadang, merasa bersyukur sekali kenal sunnah ini di zaman belum banyak sosmed. Belum semudah ini terhubung ke internet.
Jadi lebih disibukkan dengan buku, diskusi mengenai aqidah dan menghadiri majelis-majelis ilmu. Bukan disibukkan dengan fitnah dan hal-hal yang tidak berguna.
(more…)
View On WordPress
6 notes
·
View notes