Text
Belajar Menyukai
Seperti hal nya anak labil jaman sekarang. Kebingungan menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi kebanyakan anak SMA. Bingung mau kemana setelah mereka lulus. Apakah kuliah? Kerja dulu? Atau kuliah sambil kerja? Atau bahkan tidak ngapa-ngapain alias nganggur. Itu lah yang gua rasain setelah lulus dari SMA. Rasa bingung dan cemas akan masa depan sering muncul didalam pikiran. Saat sendiri, menatap langit-langit kamar lalu bertanya ke diri sendiri "Mau apa gua setelah ini?". Melihat teman-teman gua yang banyak melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang perkuliahan, gua pun menjadi iri. Rasa ingin melanjutkan pendidikan, agar bisa mewujudkan cita-cita gua waktu SD. Ya, cita-cita menjadi desainer. Entah kenapa anak SD sekecil gua bisa punya pemikiran mau jadi desainer. Diantara sekian banyak anak-anak SD yang pengen jadi astronot supaya bisa ngeliat bulan dari deket. Gua pun memutuskan untuk tidak kuliah. Karena melihat aspek ekonomi keluarga yang tidak men-support gua untuk melanjutkan pendidikan. Akhirnya gua mengurung impian menjadi desainer muda. Langkah gua tidak berhenti sampai disitu. Dengan keinginan yang kuat untuk tetap menekuni hobi mendesain, akhirnya gua mempelajari desain secara otodidak. Gua mengikuti lomba-lomba, melihat tutorial di Youtube, sharing dari teman-teman yang mengambil mata kuliah desain, dan juga informasi dari internet. Banyak sekali yang bisa gua dapat. Walaupun gua tidak seberuntung mereka yang bisa memahami lebih tentang desain diperkuliahan. Tapi ini sudah cukup sebagai modal gua untuk terus melanjutkan cita-cita gua. Keluar dari membahas desain, akhirnya gua mencoba untuk mencari pekerjaan. Ya.. sebagai tambahan untuk sehari-hari. Sebelumnya, sangat sulit untuk gua mencari pekerjaan. Sampai akhirnya gua dipanggil bekerja disalah satu perusahaan motor terkenal. Posisi menjadi sales merupakan tantangan baru untuk gua. Perasaan senang serta ragu sempat ada didalam diri gua. Yang harus dikejar target dalam sistem kerjanya. Lalu jam kerja yang tidak tentu membuat gua kesulitan dalam beradaptasi. Serta hasil yang tidak sesuai dengan banyaknya usaha yang gua keluarkan. Tapi orang-orang terdekat gua selalu bilang. Kalau usaha tidak pernah mengecewakan hasil. Awalnya gua kurang tertarik dengan orang-orang yang suka menawarkan produk mereka di mall atau di mana pun. Berteriak-teriak sambil membagikan selembaran brosur yang gua anggap tidak penting. Dengan alasan gua kurang berminat sama produk yang mereka tawarkan. Dan akhirnya brosur mereka hanya bisa gua tolak atau gua terima sebagai alat buat kipas-kipas ketika gua gerah. Gua juga kurang berminat untuk mengunjungi mall. Pernah sesekali walaupun tidak terlalu sering. Karena kemungkinan untuk bertemu dengan teman-teman sekolah, tetangga, atau siapapun yang kita kenal semakin besar saat kita berada di mall. Membuat anak-anak jaman sekarang melontarkan quotes mereka, "Yaampun, dunia keknya sempit banget yah. Ketemu lu lagi, lu lagi". Soal motor, gua memang lemah. Lemah dalam hal pengetahuan dan informasinya. Setiap kali teman-teman SMA gua membahas tentang motor, gua selalu menghindar dengan alasan tidak menyukai pembahasannya. Ya kebetulan 3 Tahun gua selalu naik angkot. Jadi tidak terlalu banyak tau tentang motor. Tau sih, paling cuma tau kalau rem depan itu sebelah kanan. Teman-teman gua yang membawa kendaraan pribadi ke sekolah bisa sharing satu sama lain tentang keluhan mereka saat naik motor. Sampai akhirnya gua tetap ikut "nimbrung" dengan mereka walaupun hanya sekedar mendengarkan saja. Saat ini gua merasakan apa yang mereka rasakan. Penolakan brosur, bertemu dengan orang banyak, dan bahkan harus mempelajari tentang motor. Tapi ketika gua berada di posisi mereka, gua mulai paham. Menjadi sales itu ga mudah. Butuh pengorbanan dan juga target setiap harinya. Belajar mengenal suatu produk yang memang kita tidak tau menjadi tau. Dan belajar menyukai sesuatu yang kita tidak suka menjadi suka. Buat kalian yang masih bingung mau kemana setelah lulus SMA, berhentilah mengeluh. Mengeluh bahwa mereka bisa kuliah sedangkan kalian tidak. Mengeluh kalau mereka punya laptop yang canggih sedangkan kamu tidak. Mengeluh mereka punya biaya yang mendukung mereka untuk bisa berkembang, sedangkan kamu tidak. Berhentilah mengeluh bahwa kita berbeda dengan mereka. Alasan-alasan yang membuat kita tidak fokus dengan apa yang seharusnya menjadi tujuan kita. Kita pasti bisa sukses dengan cara kita sendiri. Percayalah bahwa rencana Tuhan tidak pernah mengecewakan.
1 note
·
View note
Text
Kenapa harus move on?
Pertanyaan yang gaperlu dijawab sebenernya. Tapi masih banyak yang nanya ke gua,"Kenapa sih harus move on?" . Kalau gua pribadi ditanya kaya gitu, gua bakal jawab,"karna gua gamau capek". Kenapa capek?. Ya.. karna berharap itu melelahkan. Berharap sesuatu yang hancur bisa kembali seperti semula. Emang lo pikir squishy? Yang bisa balik ke bentuk semula walaupun udah diremes berkali-kali. Semuanya ga akan bisa kembali sama setelah putus. "Tapi gua masih sayang gimana dong?". Nanti dulu. Kalo dia gasayang lagi sama lu gimana? Hayo? Percuma sayang lu. Emang si, kadang ada hari dimana kita merasa kehilangan orang yang kita sayang. Lalu kita kangen. Setelah itu berusaha ngechat dia lagi. Berharap dibales. Ternyata cuma di read doang. Sekali lagi gua bilang, semuanya ga akan bisa sama lagi setelah putus. Karena kalo lu berharap bisa kembali, lu akan jatoh di lubang yang sama, masalah yang sama, percekcokan yang sama, penderitaan yang sama, dan sakt hati yang sama. Jadi menurut gua percuma. Semua udah beda setelah putus. Ga akan bisa sama lagi. Cuma ngabisin waktu. Sekarang gua tanya, udah berapa banyak waktu produktif yang ke buang selama lu berharap?. Kan sayang kalau dipakai buat berharap terus. Mending lu pake buat sesuatu yang bisa bikin lu seneng lagi. Ya.. Gua tau kok gimana rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya. Dan lu harus move. Padahal lu belum siap. Pertanyaan "Kenapa harus move on?" Masih bisa kita jawab kok. Gua pernah ditanya dengan pertanyaan yang bagi gua sulit buat gua jawab. Sampai sekarang gua masih bingung buat jawab apa. Jadi waktu itu gua dan teman-teman gua ngumpul dipinggir lapangan basket. Lalu salah satu temen gua tiba-tiba nanya pertanyaa yang bikin gua bingung buat jawab, "Ngapain ya ada pacaran, kalau akhirnya bakalan putus?". DEEP.
0 notes
Text
Jadi Minoritas
Sejauh mana kalian mengetahui arti kata minoritas?. Banyak yang berandaian kalau minoritas adalah kelompok yang terkucilkan atau sering mendapatkan diskriminasi dari kelompok dominan. Apakah salah jika memiliki pandangan seperti itu?. Bagi saya tidak. Karena setiap orang pasti punya opini mereka masing-masing. Tapi ingat, opini tidak selamanya benar. Banyak aspek yang meliputi minoritas. Terutama dalam hal agama. Saya merasakan apa yang dimaksud orang menjadi minoritas. Sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama, saya merasakan apa itu minoritas. Saya bersekolah di sekolah yang berstandar katolik. Lalu saya tinggal dikeluarga dari mama saya yang rata-rata adalah katolik. Apakah saya merasa terkucilkan?. Atau mungkin adanya diskriminasi terhadap diri saya?. Saya akan jawab tidak. Justru hak dan kewajiban saya di dukung. Saya tidak merasakan adanya perbedaan. Semua terlihat sama. Tidak ada yang dibeda-bedakan. Bagaimana hak dan kewajiban saya didukung?. Disini mereka sangat menghargai yang namanya perbedaan. Seperi halnya ketika saya melakukan sholat disekolah. Saat zuhur tiba, saya meminta izin kepada guru dikelas untuk pergi melakukan sholat. Lalu mereka menyarankan tempat yang nyaman dan cocok untuk saya. Ada satu ruang seni disekolah. Tidak terlalu kotor dan nyaman untuk saya sholat. Didalam ruang seni terdapat kamar mandi. Memudahkan saya untuk mengambil air wudhu. Apakah saya memiliki teman?. Ya, bahkan sudah saya anggap seperti sahabat. Tidak ada masalah dalam pertemanan. Disini semua membaur dan bergaul kepada siapa saja. Bukan hanya saya yang minoritas. Beberapa yang dari agama lain juga ada. Mereka tetap membaur dan bergaul tanpa membanding-bandingkan satu sama lain. Ketika melihat hal yang saya alami selama ini. Saya belajar banyak tentang minoritas. Tidak hanya dari aspek agama saja. Penyandang disabilitas, orang keturunan chinese, bahkan jomblo merupakan kaum minoritas. Arti kata minoritas itu luas, bukan hanya sekedar kelompok yang kurang dominan saja. Jika kalian memahami arti setiap kata dari sudut pandang yang sempit, sama saja ketika kalian ditanya "Apa yang kalian ketahui tentang grup band The Beatles?" Lalu kalian jawab "Grup band yang menyanyikan lagu Hey Jude dan Yesterday". Betapa sempit pemikiran kalian tentang The Beatles. The Beatles itu luas. Banyak sekali yang bisa kita ketahui tentang mereka. Sama hal nya seperti arti kata minoritas. Ubahlah mindset kalian tentang minoritas. Tidak ada yang terpojok, terkucilkan, bahkan di diskriminasi. Mereka sama, kita sama, semuanya sama.
0 notes
Text
Butuh waktu.
Butuh waktu. Butuh waktu, untuk bisa mengenalmu. Mengenal lebih jauh tentangmu. Memahami isi hati dan maksudmu. Butuh waktu. Butuh waktu, untuk bisa mengatakannya. Mengungkapkan dengan penuh keberanian. Butuh waktu. Butuh waktu, untuk mempertahankan semuanya. Membuat semua terlihat sempurna. Seakan tanpa luka. Butuh waktu. Butuh waktu, untuk menerima ini. Menerima sesuatu yang telah pergi. Tanpa mencoba untuk kembali. Butuh waktu. Butuh waktu, untuk bisa melupakan. Memulai dari pertama. Tanpa sedikit mengingat. Seolah tidak terjadi apa-apa. Butuh waktu. Butuh waktu, untuk bisa berhenti. Berhenti merindukan suatu hal yang pernah terjadi. Mungkin saja dia tidak peduli dengan hati ini. Sekarang, aku hanya butuh waktu..
0 notes
Text
Sweet Seventeen
Waktu umur 8 tahun, Gua sering banget datang ke acara pesta ulang tahun teman-teman sekitar komplek. Ada beberapa yang kenal dengan gua. Ada juga yang ga kenal sama sekali, tapi tetap di undang. Katanya biar keliatan banyak yang dateng. Beragam kegiatan dan susunan acara yang gak ngebosenin menjadi alasan gua untuk datang. Perayaan ulang tahun anak kecil pada jaman itu memang sangat menyenangkan. Seperti melihat atraksi sulap yang dimainkan oleh badut. Menyanyikan lagu Happy Birthday sambil bertepuk tangan. Lalu hadiah berupa cemilan yang selalu gua tunggu di akhir acara. Setiap selesai acara ulang tahun, gua selalu menginginkan agar saat ultah nanti bisa dirayakan sama seperti teman-teman dikomplek. Menginginkan sebuah perayaan menarik di hari special. Tapi sampai umur 10 tahun, gua ga pernah dirayain. Suatu ketika gua tanya ke nyokap. “Mah, kenapa sih Gilang ga dirayain setiap ulang tahun kaya teman-teman Gilang?” Memasang muka bingung. Sambil memotong bawang, nyokap menjawab, “Karena kamu ga cocok dirayain” “Hah? Kok ga cocok mah” Tanya gua heran. “Iya, gacocok.. Kamu itu sudah besar, kalo ulang tahun masih dirayain itu kaya anak kecil” Menjawab pertanyaan gua santai sambil tetap memotong bawang. “Enggak kok, aku masih kecil..” Tegas gua kepada nyokap. Nyokap berhenti memotong dan menoleh ke gua “Buktinya kamu aja udah mulai suka sama cewe, berarti sudah besar”. Gua pun langsung terdiam dan berfikir. Benar juga apa yang dikatakan nyokap. Soalnya, minggu lalu gua cerita ke nyokap kalau gua suka sama cewe baru disekolah. Tapi ditolak. Ketika surat cinta gua ketauan oleh Bu Restu, lalu dibacakan didepan kelas. Melihat usia gua yang semakin tidak pantas untuk dirayaikan Ulang tahun. Akhirnya gua memutuskan untuk mengurung impian itu. Setiap hari ulang tahun gua tiba, hanya ada perayaan sederhana. Semakin dewasa, gua semakin sadar. Dengan perayaan kecil saja mungkin sudah cukup. Perayaan kecil itu dilakukan hingga gua memasuki usia 16 tahun. Pemikiran untuk merayakan ulang tahun sudah benar-benar hilang. Bahkan sudah tidak ada sama sekali. Semenjak masuk SMA, banyak hal yang harus gua pikirkan. Ketimbang memikirkan impian kecil waktu dulu. Ketika SMA, gua menemukan banyak hal dan tentunya berbeda dengan masa ketika SD maupun SMP. Disini gua menemukan banyak hal yang berbeda. Bertemu dengan teman baru yang sepemikiran walaupun beda jurusan. Tugas kelompok menjadi alasan untuk pulang telat kerumah. Menyontek ketika ada ulangan dadakan. Tugas yang tak kunjung surut setiap harinya. Dan yang terakhir mengalami patah hati. Gua akan bahas hal yang terakhir. Gua berpacaran dengan teman sekelas waktu duduk dibangku kelas 1 SMA. Sebut saja namanya “Mantan”. Banyak kenangan menarik yang masih gua ingat sampai sekarang dengan si Mantan. Mulai dari nonton film dibioskop hingga pulang malam. Ikut Color run ( Salah satu event lari pagi sambil ditaburi serbuk warna warni ) gokil sih tapi setelah itu muka gua jadi banyak warna kaya batik jumputan. Nongkrong berdua di J.co sambil bertukar cerita. dan bertengkar hebat karena perbedaan pendapat. Semua hal itu dilakukan hingga hubungan kita menginjak 1 tahun. 3 bulan setelah anniv yang ke 1 tahun, hubungan gua dengan Si Mantan mulai merenggang. Bukan karna perbedaan pendapat. Melainkan perbedaan agama. Sempat menyulitkan pada awalnya, tapi lama kelamaan gua bisa terima. Karena bagaimana pun kita melanjutkan hubungan, pada akhirnya akan sama. Berpisah. Berbagai cara gua coba buat ngelupain si Mantan. Bermain Playstation seharian, bermain futsal lawan bapak-bapak, Nongkrong dengan teman, Membaca buku, Menabung, Menanam pohon agar tidak terjadi banjir, Membantu menyebrangi nenek-nenek, Tidak membuang sampah ke sungai. Semuanya gua lakukan hampir setiap hari. Tapi percuma, gua selalu ingat dia. Ulangan akhir semester telah tiba. Gua udah bisa lupain si Mantan. Karena kesibukan gua untuk fokus belajar. Keesokan harinya Saat tiba di sekolah, gua melihat Si Mantan dengan salah satu sahabat cowonya. Mereka duduk didepan kelas sambil belajar bareng. Berbagai macam pertanyaan sempat melintas diotak gua. “Apa mereka TTM-an?”, “Jangan-jangan sudah pacaran?”, “Ah, kayanya sih cuman temen. Namanya juga sahabatan”, “Atau mungkin mereka merencanakan menanam pohon berdua?, persis kaya yang gua lakuin ketika gua galau?”. Otak gua mulai kelelahan. Saking banyaknya pemikiran aneh. akhirnya gua memutuskan untuk bodo amat. Ketika pulang ujian, tanpa disengaja gua melihat mereka pulang berdua. Otak gua pun mulai memunculkan pemikirannya. “Apa mereka TTM-an?”, “Jangan-jangan sudah pacaran?”, “Ah, kayanya sih cuman temen. Namanya juga sahabatan”, “Atau mungkin mereka berdua ingin membantu nenek-nenek nyebrang?, persis kaya yang gua lakuin ketika gua galau?”. Gua pun mencoba untuk menghiraukan mereka berdua. Keesokan hari disekolah gua melihat mereka lagi. Sama seperti apa yang gua liat kemarin. Ternyata hal tersebut dilakukan Si Mantan dan Si Cowo hingga hari terakhir ujian. Mungkin kalau otak gua bisa ngomong dia bakalan bilang ke gua. “Eh, emang lo pikir gua ga capek kaya gini terus. Hellow. Plis deh. Ga banget tau gak. Mending gua mati”. Kayanya waktu itu otak gua ketuker sama otak cewe alay yang suka pake celana ketat motif koran, lalu dipadu padankan dengan jaket Alan Walker kw Vietnam. Beberapa gosip pun muncul tentang kedekatan Si Mantan dengan Si Cowo. Gua pun tetap menghiraukan mereka. Perlahan sudah mulai bisa Move On. Selesai ujian akhir semester, sekolah gua selalu mengadakan yang namanya Classmeet. Yaitu perlombaan yang dilakukan antar kelas. Kelas gua mendapat giliran melawan tim guru dalam pertandingan futsal putra. “Lu yakin kita bisa menang lawan guru?” Felix bertanya sambil mengenakan jersey futsalnya di WC. “Yakin kok, gua udah biasa lawan bapak-bapak. Jadi tenang aja. Pasti menang” Jawab gua sambil mengenakan celana futsal. Singkat cerita pertandingan tersebut dimenangkan oleh tim guru. Mungkin karena gua terlalu optimis waktu itu. Gua pun kembali ke kelas dengan muka letih bercampur keringat. Gua duduk dibangku belakang dekat kipas angin kelas sambil meluruskan kaki kedepan. Tak lama gua beristirahat dikelas, si Mantan masuk kedalam kelas dan menghampiri gua. “Gilang, gua mau kasih ini ke lu. Dateng ya jangan lupa” Sambil memberikan gua selembar kertas undangan ulang tahun. “Oh iya, okee.” Mengambil kertas yang dia berikan. Semenjak itu gua benar-benar bingung. Apakah gua harus datang ke acara ulang tahunnya. Atau hanya memberi ucapan saja tanpa perlu hadir. Seminggu berpikir hanya untuk memikirkan datang atau tidak. Keesokan harinya menjelang H-2 ulang tahun si Mantan, gua mengajak salah satu sahabat gua untuk makan baso. “Lu kenapa si, muka lu asem amat daritadi?” Sambil menuangkan sambel kedalam baso “Gapapa, gua cuman lagi bingung aja. Menurut lu, gua lebih baik datang ke ulang tahun dia apa enggak? Tanya gua sambil menuangkan cuka. “Ya menurut gua sih dateng aja. Dia aja udah berani ngundang lu berarti tandanya dia udah move on. Lu tunjukin juga ke dia kalo lu udah move on”. Jawab dia sambil kepedesan. Apa yang dikatakan teman gua benar. Gua harus tunjukin ke si Mantan kalo gua udah Move On dari dia. H-1 gua coba untuk membelikan kado terakhir dan mencari dresscode yang akan gua gunakan nanti. Sempat kebingungan mencari kadonya. Karena rata-rata semua kado yang si Mantan dapat nanti pasti bakalan beragam dan unik. Akhirnya gua keingat dengan salah satu teman gua bernama Tulus. Dia adalah teman SMP gua, sekarang hanya beda SMA saja. Jadi waktu itu disekolahnya sempat kedatangan artis dari film “ILY From 38.000 FT”. Film itu di adaptasi dari sebuah novel, jadi sekalian mereka mempromosikan novelnya. Tulus, teman gua ini mendapatkan buku novel mereka yang ada tanda tangannya pemeran film “ILY From 38.000 FT”. Sebelumnya, Tulus ditantang untuk memberi gombalan kepada si artis. Setelah sukses dengan usahanya, Tulus mendapatkan buku tersebut. Karena buku tersebut terlihat keren dimata gua, akhirnya gua memutuskan untuk membeli bukunya. Lalu gua coba menghubungi Tulus lewat Whatsapp. “Lus, lu masih simpen buku yang ada tanda tangan artis itu ga?” “Masih, emang kenapa Gil?” “Lu masih pake ga?” “Ga gua baca, gua gasuka juga bukunya” “Yaudah, gua beli dah buku lu. Gimana?” “Okee” Keesokan harinya gua membeli buku tersebut. Setelah semuanya sudah siap, Tinggal menunggu waktu untuk breangkat ke acara ulang tahun si Mantan. Tidak seperti waktu gua kecil dulu saat datang ke acara ulang tahun. Kali ini rasanya berbeda. Baru kali ini gua tidak ingin datang ke acara pesta ulang tahun. Tepat jam 5 sore gua bersiap-siap untuk berangkat ke acara tersebut. Dengan mengenakan sweeter inggris berwarna hitam, celana jeans, sepatu putih, dan membawa kado. Gua berangkat dengan teman sekelas. Kami menunggu Taxi Online yang sudah kami pesan 2 jam yang lalu. Penantian yang panjang, akhirnya Taxi yang kita tunggu datang juga. Gua duduk dipaling depan, sementara yang lain duduk dibelakang. Dengan wajah yang terlihat tegar dan sesekali membuka Instagram untuk melihat apa yang sedang terjadi disana. Berhubung rombangan gua telat, jadi sedikit panik karena takut acaranya sudah terlewat. Selama kurang lebih setengah jam, rombongan gua akhirnya sampai di salah satu hotel tempat di adakannya pesta tersebut. Kita semua turun dari mobil menuju pintu utama, lalu berjalan ke arah lift untuk menuju ke Ballroom. Pintu lift terbuka dan kami semua masuk. Setelah sampai dilantai paling atas, kita semua keluar dari lift. Sebelum kita masuk kedalam ballroom, ternyata didepan pintu berdiri seorang wanita berambut ombre dengan menggunakan dress putih yang terlihat cantik. Ya, itu si Mantan. Sedang bersiap-siap didepan ballroom. Gua sempat kaget dan canggung ketika melihatnya. Kita semua akhirnya bersalaman dengan si Mantan sambil mengucapkan “Selamat Ulang tahun ya..”. Saat gua bersalaman dengan si Mantan rasanya seperti jongkok selama 25 hari setelah itu berdiri. Ya, keram. Tangan gua berasa keram waktu itu. Kita semua masuk ke dalam Ballroom. Disitu sudah banyak tamu undangan yang hadir. Untung saja acara belum dimulai. Saat gua membuka pinta ballroom, semua mata tamu undangan yang ada didalam ballroom tertuju ke rombongan kami. Gua masuk lalu mencari kursi kosong dekat teman-teman yang lain. Setelah gua duduk, mereka sempat menyapa. “Wih, dateng juga lu lang, gua pikir ga dateng” Kata salah satu teman gua. “Hehe iyaa.. kebetulan aja tadi lewat depan, jadi sekalian mampir kesini” Jawab gua sambil bercanda. Tak lama acara pun dimulai dengan seru dan cukup meriah. Dihadiri oleh keluraga besarnya serta teman-teman terdekat. Dipertengahan acara adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Dulu gua menyebutnya dengan momen wish atau ucapan dari orang-orang terdekat. Disitu terdapat 10 orang yang sudah dipilih sebagai pembawa lilin dan memberikan ucapan mereka satu persatu kepada yang berulang tahun. Didalam barisan gua melihat semua teman-teman terdekatnya. Lampu dimatikan. Hanya cahaya lilin saja yang bersinar diruangan tersebut. Suasana hening. Hanya suara musik melow mengiringi momen wish. Satu persatu mereka memberi ucapan, lalu si Mantan meniup lilin yang dibawa teman-teman terdekatnya. Tanpa diduga, ternyata didalam barisan ada si Cowo yang waktu itu belajar bareng didepan kelas sama si Mantan. Gua liat dia bawa lilin dan masuk didalam barisan. Urutan dia paling terakhir. Setelah semua sudah memberikan wish, tinggal giliran si Cowo ini yang memberikan wish sambil membawa lilin yang masih menyala. Dia berdiri didepan. Tepat di sebelah si Mantan. Semua tamu undangan memberikan suara “Ciee ciee..” mereka ke arah si Cowo dan si Mantan. Terasa romantis momen malam itu. Si Cowo berdiri sambil memegang lilin. Lalu si Cowo mengucapkan kalimat yang masih gua ingat sampai sekarang. “May i important to you?” Tanya si Cowo kepada si Mantan sambil tersenyum malu. Lalu tak lama si Mantan membalas “If i say yes, penting. Tapi sebagai teman”. Disitu hati gua mulai campur aduk, ditambah otak gua yang mulai memunculkan pertanyaan-pertanyaan. “Apa mereka TTM-an?”, “Jangan-jangan sudah pacaran?”, “Ah, kayanya sih cuman temen. Namanya juga sahabatan”, “Atau mungkin setelah ini mereka mau main futsal lawan bapak-bapak?, persis kaya yang gua lakuin ketika gua galau?”. Setelah acara ulang tahun tersebut, gua seperti lahir kembali. Menjadi lebih kuat dari yang sebelumnya. Gua belajar banyak dari semua acara ulang tahun yang pernah gua datengin. Belajar mengetahui bahwa “tidak harus ada badut disetiap ulang tahun”. Artinya bahwa tidak harus ada kesenangan dalam setiap acara ulang tahun seperti waktu masa kecil kita. Setengah sebelas malam gua tiba dirumah. Suasana rumah sudah sepi. Omah keluar dari kamar, ternyata belum tidur. Gua duduk diruang tamu sambil menatap ke arah jam yang berbunyi. Lalu gua chat mama untuk mengabari jika gua sudah sampai dirumah. “Mah, aku sudah sampai dirumah omah” ”Oh yasudah, gimana tadi?” “Ya begitu Mah, sama kaya acara ulang tahun pada umumnya..” “Tumben kamu gaminta dirayain juga” “Ga ah mah, gaperlu. Udah dewasa” “Tapi kamu masih kecil kalau soal percintaan” “Read” Diam, kembali menatap jam.
0 notes
Text
'Aku'
"Kata kataku terlalu besar Tidak pernah sesuai dengan perbuatanku Dihati aku menyayangimu Tapi aku serasa berbuat salah, membuat mu menderita Tak pernah bisa mengerti inginmu Sedih.." Begitulah bunyi puisi yang gua temuin di dalam tas ketika gua hendak berangkat ke sekolah. Kalimat sederhana yang ditulis dalam selembar kertas sobekan, dengan tinta yang pudar. Entah siapa pembuatnya. Sampai hari ini, puisi itu masih jadi teka teki. Semoga gua bisa secepatnya tau, siapa orang dibalik kalimat 'aku'.
0 notes