Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Buku dan Senyumanmu
Malam yang kesekian. Malam dimana aku tersadar akan lebih indahnya senyumanmu dibandingkan untaian kata dalam bait puisi. Senyumanmu itu Aliya, Indah. Membuatku selalu ingin menggambarnya di wajahmu. ALiya, senyuman itu kabar baik untuk segala keresahanku. Cibiru, Bandung 3 November 2024 sembari melihat senyuman Aliya melalui panggilan video whatsapp
1 note
·
View note
Text
Anti-Korupsi
Tikus-tikus berlarian kecil dengan kaki diatas kursi Setiap langkah berdecit membawa gelisah hati Sedikit banyak tikus-tikus menggerayangi Banyak sedikit rumah ini jelas merugi
Pemimpin aksi mencoba untuk meneriakan kata Seolah lantang pada nyatanya kata itu tiada Tikus-tikus bak kesetanan tidak tersentuh hatinya Rumah goyah mulai kehilangan tempat berdirinya
Asa mulai tertatih melitah realita Tikus sedang tertawa menggali lubang disudut sana Pemilik rumah dibuat kalut akan ulahnya Penghuni rumah seakan menganggap nya biasa
Satu abad rumah ini digerogoti Tiada henti hanya bisa mencaci maki Segala upaya hanya menjadi nasi basi Setitik harap mencoba memaksa revolusi
Merekayasa sedikit percobaan tabu Berakhir di jeruji besi karena dianggap orang bisu Melarikan diri hanya mendapat ketenangan semu Membangun harap terjatuh dalam lubang ambigu
Urungkan segala bentuk perlawanan Tikus-tikus terlalu sulit untuk dikandangkan Hapuskan segala harap kemenangan Tikus-tikus terlalu lama di diamkan
Teriakan dengan lantang keraguan Hasil baik hanya sebuah ketidakmungkinan Belenggu segala bentuk harapan Satu yang tak mungkin tercapai, keadilan
Jangan termakan oleh kata ragu Tikus-tikus menyarang tanpa malu Rumah dipertahankan karena perlu Tidak mungkin harapan ini berakhir semu
Cibiru, Bandung. 19 Oktober 2024. Ditulis untuk memenuhi tugas video pancasila.
0 notes
Text
Mencoba sedikit terbangun dari ranjang penuh duri, berharap segala mimpi tadi malam tidak terbawa di pagi hari. Meregangkan tubuh dalam keputusasaan, mengingat bahwa yang terjadi tak dapat diulangi. Berjalan kearah belakang harapan, membasuh muka dengan air mata. Kembali ke beranda untuk bercengkrama dengan nestapa, melanjutkan hari dengan hati yang dilanda sakit bertubi-tubi
Cibiru, Bandung 17 October 2024 Pada malam hari ketika ingat mempunyai akun Tumblr yang belum di update postingannya
1 note
·
View note
Text
Berdiksi aksi
Aku menemukan sebuah ladang bunga luas pekat dengan harum semerbak yang tiada tara. Ladang cinta adanya. Harumnya semanis sajak indah didalam sebuah cahaya bintang di langit lepas. Tiada satu dari bunga disini yang ingin kupetik, murninya akan terganggu. Dengan melihatnya bermekaran sudah membuat kalbu ini bahagia.
Cintaku padamu itu, bagaikan ladang cinta tersebut. Tidak siapa yang bisa menganggu, tiada siapa bisa menghalau. Batas-batas pada setiap keadaanku merindu dan mencinta bak kain setipis sutra, biarlah tembus terlihat oleh penjuru cakrawala. Kelak semuanya tahu aku mencintaimu dengan berbagai cara.
Setelah bercengkrama dengan Nizami Fanjavi pada buku Laila Majnun, Bapusipda Jawa Barat. 9 Oktober 2024.
1 note
·
View note
Text
Sebuah Intermezo
Tenggelam kepada keterpurukan, lautan kesendirian dan perasaan sesal tak berkesudahan, hasilnya? Gangguan kejiwaan:)
Prof Hasan di forum mata kuliah Logika. 8 Oktober 2024
0 notes
Text
Sebuah upaya brainstroming tenteng Ilmu Hukum, Hukum Positif Indonesia dan Mahasiswa Ilmu Hukum di Indonesia
Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum yang ditulis oleh Prof. Dr. Marwan Mas, S.H., M.H. Terdapat sebuah kritik menarik yang dilontarkan oleh beliau kepada sistem pembelajaran mahasiswa Ilmu Hukum di universitas-universitas Indonesia. Marwan Mas memiliki opini bahwa lemahnya sistem hukum di Indonesia tidak terjadi begitu saja. Tetapi, karena terdapat indikasi bahwa mahasiswa hukum yang cenderung berorientasi pada kepentingan pribadi daripada penalaran kritis dan ilmiah.
Ironis nya hal tersebut terjadi ketika Masyarakat Indonesia yang majemuk sedang giat membangun solusi menghadapi fenomena permasalah yang terjadi di Indonesia pada saat ini. Alih-alih menguasai hukum secara praktik dan teori, serta mampu menganalisis permasalahan masyarakat. Sarjana hukum seakan lebih cenderung berorientasi kepada kepentingan pribadi daripada kepentingan keadilan, kepentingan masyarakat dan kepentingan pembangunan bangsa. Tanpa disadari ternyata hal tersebut sangat mempengaruhi format sistem kenegaraan dan hukum di Indonesia.
Marwan mas menekankan kepada mahasiswa hukum untuk memiliki pandangan yang lebih luas dari sekedar hitam-putih. Mahasiswa hukum tidah hanya harus mampu menganalisis suatu fenomena sosial secara normatif saja, tetapi juga melihatnya secara sosiologis. Maka dengan upaya tersebut diharap akan mempengaruhi format sistem kenegaraan dan hukum yang rancu di Indonesia ini.
Membahas soal kerancuan, Marwan Mas sendiri berpendapat bahwa hal ini terjadi karena kerancuan landasan epistemologi terkait Hukum secara general. Hukum di Indonesia terkesan sangat condong kepada pemerintah ketika terjadi konfrontasi antara masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Upaya yang disampaikan Marwan Mas dalam bukunya adalah dengan melakukan studi hukum kritis yang berguna dalam menata hukum itu sendiri. (Critical legal studies movement) yang dikembangkan oleh Foucault harus segera di implementasikan dalam pembelajaran mahasiswa ilmu hukum pada tingkat S-1 demi menentang pandangan positivistik dalam menilai hukum.
Sejatinya hukum itu dinamis, normatif dan berkembang secara progresif, tidak terbatas pada teks positif yang berlaku di otonomi tertentu. Karena hukum sendiri tidak terbatas pada subjek atau objek. Hukum adalah rules yang hidup beriringan dengan seluruh sistem sosial, dia tidak memihak kepada sebelah pihak.
Cibiru, Bandung di Cafe Tekun. setelah menyelam kedalam BAB 1 Pengantar Ilmu Hukum karya Prof Marwan. 4 Oktober 2024
0 notes
Text
Surat Cinta Untuk Aliya
-Sebuah Prolog dari Kisah Panjang-
Malam berangin setelah adzan maghrib berkumandang di daerah sekitar Bandung Timur yang sedang menjadi tempatku menuntut ilmu dan mengusahakan sebuah gelar sarjana hukum. Kamar bercat putih berukuran 4X4 yang sedikit berantakan di beberapa sisi memiliki suasana tertentu yang bisa kurasakan. Beberapa pikiran sedang berterbangan di benakku saat itu, entah tugas, uang jajan bahkan nasi yang tak kunjung matang di dalam rice cooker. Dalam benakku sedikit menulis akan membuat pikiran sedikit rileks. Beriringan dengan itu suara tiba-tiba muncul dari gawai laptop yang tidak kusadari menyala sejak beberapa saat lalu.
“Sedang apa?”
Sebuah suara manis yang amat kukenali mencoba menggoyahkan lamunan dalam benakku. Sebuah pertanyaan biasa yang diajukan oleh pasangan manapun di dunia ini. Sedikit tersipu sebenarnya setiap kali ditanya dengan nada suara semanis itu. Namun, aku tidak ingin tersipu sendirian.
“Merindukanmu”
Sebuah tawa yang terdengar malu-malu kembali terdengar dari laptop yang sedang melakukan panggilan whatsapp. Aku sepertinya berhasil untuk kesekian kalinya membuat dia terbang bersama perasaan geli yang tercipta dari sebuah godaan receh. Tawa ku tidak bisa tertahan, selalu lucu saat membuatnya kegelian seperti itu. Jika kamu tahu sebuah kepiting rebus yang baru diangka dari wajan, seperti itulah wajahnya.
“DASAR, Gombal!”
Setelah beberapa percakapan berlanjut aku bisa melanjutkan tulisan ini, tulisan tentang pemilik suara manis tadi. Aku ingin sedikit berbagi kisahku pada novel yang tidak akan pernah rampung ini. Sebuah kisah tentang percintaan yang sebenarnya akan cukup membuat siapapun yang membacanya sedikit emosi. Aku harap kelah ceritanya akan menjadi inspirasi, karena jujur saja menurutku ini sedikit menyedihkan dan mengharukan. Sebuah keironian yang kelak menjadi sebuah keajaiban cinta. “Surat Cinta Untuk Aliya”, aku selalu ingin menamai kisah cintaku dengan judul tersebut. Karena cintaku adalah dia. Seorang gadis yang kukenal saat mengemban pendidikan SMP di salah satu daerah pedesaan di Jawa Barat. Saat itu, adalah saat dimana seorang anak SMP yang memilik rambut berantakan yang selalu kontras memakai sebuah hoodie mengenal cinta monyet. Namun, rencana alam semesta membuat cinta monyet tersebut menjadi sebuah karma terindah yang pernah tercipta dalam hidupnya. Karma untuk terus mencintai gadis yang ada dalam kisah ini. Aku tidak bercanda soal cinta yang berubah menjadi karma terindah itu. Aku harap kalian akan mengerti nanti. Karena sejatinya kisah ini masih belum usai, tidak akan pernah usai.
Sembari menulis naskah yang entah akan jadi apa nanti, tiba-tiba bunyi click yang nyaring terdengar dari rice cooker yang sejak tadi berusaha keras untuk memasak beras menjadi nasi. Ruangan 4X4 itu kembali sunyi, percakapan singkat dalam whatsapp telah usai beberapa saat yang lalu. Menyisakan sebuah rasa rindu yang mendalam dan keinginan temu yang besar pada diriku. Apa boleh buat, untuk saat ini nasi dengan telur dadar alakadarnya lebih menggoda dari kegiatan apapun yang terlintas dipikiranku. Rumah kost yang telah didiami kurang lebih 2 bulan ini masih sama, hanya beberapa orang baru yang tiba-tiba hadir dan beberapa orang lama yang pergi entah kemana. Ngomong-ngomong, aku tidak tertarik untuk membahas orang-orang di kost ini, toh sepertinya kelak banyak sekali tokoh yang akan kukenalkan dalam naskah yang saat ini sedang kutulis.
“Hey Alfa, bau gosong darimana ini?”
Aku terlalu banyak melamun, aku tunda semuanya dahulu. Ada telur ayam yang harus kuperjuankan agar bisa dimakan. Naskah ini harus rampung. Ingatkan aku jika lupa.
Cibiru, Bandung 3 Oktober 2024
1 note
·
View note
Text
"Aku bertaruh pada setiap kemungkinan kecuali cinta"
1 note
·
View note
Text
Mungkin
Mungkin malam menjadi sesak karena air mata Mungkin waktu kembali barang sedetik Mungkin segalanya akan tertata Mungkin kamulah tujuannya
Cibiru, Bandung 2 Oktober 2024. Sembari mengharap sebuah kepastian.
1 note
·
View note
Text
Tentang Zarqa
Suatu ketika aku terpikat dengan pertanyaan menarik yang dilontarkan olehnya. Gamis hitam dipadukan kerudung hitam dengan make up tipis sangat cocok dengan cuaca yang teduh sore itu di Kampus 2. Pertanyaannya? entahlah, itu soal cinta. yang kutahu saat itu aku tidak bisa berbohong bahwa cintaku habis di orang yang lama. Saat ini aku sedang menjalin hubungan kembali dengan orang itu. Mencoba membangun sesuatu yang telah hancur.
"Cintamu habis di orang itu?"
Tanpa harus dijelaskan memang demikian. Aku tidak tahu harus berbohong dengan cara apa. Toh dalam wajahku terukir sedih yang mendalam pada saat itu. Ayolah, aku baru berumur 19 Tahun. Banyak hal bisa terjadi dalam waktu singkat, Labil.
"Bagaimana jika membangun yang baru, Alfa?"
Entahlah... aku merasakan sedikit sesak saat mendengar pertanyaan keduanya. Kuharap aku tidak terlihat terlalu sedih didepan Zarqa pada saat itu. Dalam pikiran pendek-ku itu akan sangat memalukan.
"Bagaimana denganmu, Za?" "Aku? dengan siapa?" "Denganku?" "Mengada-ngada"
Cibiru, Bandung. Dirumah Nasywa setelah menikmati Rendang yang sangat enak. 2 Oktober 2024.
0 notes
Text
Dilema
Aku takut untuk kembali berhadapan dengan persimpangan.
Persimpangan yang terlalu menyakitkan.
Tidak ada petunjuk pada setiap pilihan.
Menyakitan.
Cibiru, Bandung
Di Kampus UIN SGD sembari mendengaran sweet child o` mine-Gun n Roses. 2 October 2024
0 notes
Text
Untuk Aliyatussani
Bolehkah aku ingatkan bahwa aku mencintaimu?
Dengan segenap takut dan lega
Bersama segenggam harap dan cemas
Dibumbui rindu yang manis
Disisipi temu yang magis
Cibiru, Bandung 30 September 2024
Setelah MU kalah 3-0 dari Spurs.
0 notes
Text
Aduh... Menuangkan kesedihan jadi hal produktif selayak puisi itu berat...... 2 menit 14 detik yang belum terbuka. Sejatinya saya harus bisa menarasikan kesedihan ini menjadi sebuah rangkaian kata indah. Namun, untuk saat ini saya kesampingkan keindahan itu. Karena... Berlaku tabah atas kesedihan adalah hal yang sukar untuk dilakukan manusia biasa seperti saya.
Ceritanya... Saya sudah melakukan hal yang pasti akan dicap bodoh oleh banyak orang. Saya meminta seorang pelaut yang sudah saya lubangi kapalnya untuk membawa saya ke pulau yang saya inginkan. Jelas tidak akan ada seorang kapten kapal yang ingin kapalnya tenggelam, terlebih penumpangnya adalah orang yang paling kapten itu sayang. Saya hanya seorang penumpang yang dahulu pernah singgah tetapi berakhir mengkhianati kapten kapal itu. Rasanya kisah lama itu tak perlu untuk diramu kembali dalam tulisan ini. Yang jelas bahwa kisah tersebut adalah penyesalan terbesar kedua setelah saya memutuskan untuk turun ke bumi ini. Tapi, segala sesuatu ada hikmahnya. Saya harus belajar menghargai sang kapten dengan keputusannya, geladak harus diisi dan layar harus dikembangkan. Biarkan kapal berlayar ke arah yang telah ditentukan.
Tidak ada nahkoda yang melaut untuk mati, awak kapal harus tahu itu. Tabahlah... Segala sesuatu baiknya, itu pasti. Saya hanya satu dari sekian penumpang yang mencoba untuk ikut berlayar. Pada kesempatan pertama saya belum sadar betapa menakutkannya laut lepas. Kapten lebih tahu, saya tidak.
Sedikit saya hampir lupa bahwa saat ini sedang bercerita. Di masa mendatang saat membaca tulisan ini saya yakin bahwa kelak akan tertawa bersama dengan awak kapal tersebut.
Cibiru, Bandung. Sesaat setelah meminta restu kepada orang di masa lalu.
Minggu, 29 September 2024
0 notes
Text
Obrolan Beruang dan Cahaya Mentari
Ada cahaya yang tertuang pada bait percakapan bersama orang-orang yang melawan.
Ada buah pikiran yang harus di pilah untuk kembali di nikmati.
Ada kesedihan berkalut pada kalbu yang merindukan bahagia.
Ada alasan yang menjadi tabir untuk menggerakan diri.
Ada sebuah realitas.
Ada sebuah fantasi.
Ada sebuah cinta.
Ada sebuah benci.
Ada diriku. Ada mereka.
Cibiru, setelah didatangi cahaya mentari dan anak beruang. Minggu, 29 September 2024
1 note
·
View note