Video
youtube
Raggil Suliza - Rumah Garuda Official Music Video
2 notes
·
View notes
Photo
Terjawab sudah (untuk sementara) jumlah Pulau terverifikasi (namanya lho ya...) sejumlah 16.671 per tanggal poster tersebut dibuat.
Lagi-lagi, tampaknya kuantitas seakan-akan lebih menarik untuk ditampilkan. Entah, bagaimana dengan pertanyaan lebih mendalam kualitas data atau produk yang tersedia atau diwakili oleh angka tersebut. Apakah hal tersebut dapat diperoleh dengan baik oleh para pengguna dan sejauh mana fit for purpose atau fit for use data atau produk bahkan mungkin dokumen hingga sumberdaya manusia terkait Informasi Geospasial di Indonesia saat ini dapat dioptimalkan bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia secara menyeluruh?
Semoga siapapun Presiden dan Wakil Presiden terpilih nanti, semoga dapat benar-benar mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. (((Ini berasa bahasa tingkat awan...)))
Cukup sekian dan terima kasih.
Salam Hormat,
Aji Putra Perdana
0 notes
Text
Tebak Jumlah Pulau!
Indonesia merupakan negara kepulauan. Mengidentifikasi dan mendefinisikan apa itu pulau untuk kasus wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih merupakan hal yang menantang. Keberadaan pulau-pulau di dalam sungai besar di Indonesia, kemudian banyaknya pulau-pulau (kecil) bahkan mungkin pulau yang belum bernama.
Saya kembali dagdigdug setiap menjelang kegiatan United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) dilaksanakan dan dihadiri oleh delegasi Republik Indonesia. Bukan soal nama-nama geografis atau toponim (dikenal dengan nama rupabumi - di Indonesia) dan permasalahan pengumpulan, pengelolaan, publikasi hingga pemanfaatannya. Akan tetapi, yang selalu heboh adalah Jumlah Pulau (yang telah dibakukan namanya oleh Tim Nasional). Bukan timnas sepakbola ya...heuheu. Tapi timnas yang konon bertugas membakukan nama rupabumi di wilayah NKRI.
Entah kenapa, saya melihat bahwa bangsa kita paling suka dengan permainan angka. Sekarang mungkin sedang heboh antara 01 vs 02. Beberapa waktu sebelumnya ramai sekali dengan 212 dan sebagainya. Semua selalu berkaitan dengan angka dan simbolisasi. Mungkin ya...mungkin lho ya, bangsa ini sangat suka dengan matematika.
Hayo tebak, berapa jumlah (angka) pulau terakhir yang sempat heboh?
13.466 di tahun 2012
16.056 di tahun 2017
(di saat itu saya menulis tentang: https://news.detik.com/opini/d-3612427/pembakuan-17-ribuan-nama-pulau-ada-di-tangan-kita)
Kepala BIG juga melakukan konferensi pers pasca dari UNGEGN: http://www.big.go.id/berita-surta/show/jumlah-pulau-indonesia-sebanyak-16-056-pulau-masih-bisa-bertambah-lagi
berapakah nanti di tahun 2019?
Angka-angka tersebut dalam upaya mengejar jumlah 17ribuan pulau (17.504?). Ingat angka 17 ini cukup sakral lho...17-8-’45 adalah tanggal kemerdekaan NKRI tercinta.
Yang jadi gatel itu, dimanakah saya bisa akses data pulau tersebut secara resmi? Apakah data rupabumi Indonesia yang bisa diakses via inageoportal itu selaras dengan data 16ribuan pulau yang telah dibakukan namanya tersebut dan konon sudah didaftarkan ke UNGEGN?
Oh ya, di tahun 2017 tersebut Kepala BIG juga terpilih menjadi Vice-Chair UNGEGN Periode 2017-2019 (tertulis juga di website berita BIG di atas). Hmmmm, kira-kira sudah apa saja yang dilakukan?
Ah sudahlah...ini sekedar celoteh dan rasa penasaran saya saja sebagai pemerhati toponimi di Indonesia.
Ditunggu kabar-kabarnya di Instagram atau website BIG, jangan sampai hanya heboh soal jumlah pulaunya saja.
Sejauh pantauan hingga saat ini di website UNGEGN, Delegasi RI akan membawakan beberapa cerita mengenai penggantian nama Maluku Tenggara Barat, Toponim Warisan Budata dan Pariwisata DI Yogyakarta, Urgensi Penyusunan RPP Pemberian dan Penggantian Nama Rupabumi, dan Penamaan unsur bawah laut. Hmm, sisanya menunggu update lagi. Silahkan pantau di https://unstats.un.org/unsd/geoinfo/UNGEGN/1st_session_UNGEGN.html dan cari Indonesia.
Sukses ya teman-teman...Semoga tidak hanya heboh soal jumlah pulau.
Salam hormat,
Aji Putra Perdana
#toponimi#indonesia#jumlahpulau#namapulau#pembakuannamarupabumi#namarupabumi#namageografi#geografi#celoteh fulan
0 notes
Text
lelah ...
ada istilah lelah hayati...
munculnya perasaan yang luar biasa lelahnya hingga bikin hati ini terasa sesak...
sesak bak susah bernafas dan jantung berdebar semakin kencang bagai orang sedang berontak...
lelah menghadapi permasalahan yang berulang...
bukan sekedar lelah dalam mencari permasalahan untuk diteliti dan dicari solusi...
kadang lelah itu pun menghantui jiwa yang dirundung masalah berulang kali menghantam secara bertubi-tubi...
hanya pasrah...
sembari terus bertanya dan bertanya, mengharap jawaban atas segala peristiwa...
pusing kadang tiba-tiba melanda, entah hanya setengah kepala atau meradang memenuhi isi kepala...
inilah hidup...
itu yang acapkali coba ditanamkan dan dinikmati sebagai rangkaian proses yang mesti dilalui.
ah sudahlah, stop berkeluh kesah. tiada guna dan hanya buang waktu saja.
/app
0 notes
Text
kita tak pernah tau
Kita gak akan pernah tau kapan ajal akan menjemput.
Kita gak akan pernah tau kapan sehat tiba-tiba digantikan dengan sakit.
Kita gak akan pernah tau kapan datang maut.
Kita gak akan pernah tau kapan rasa hidup nan manis menjadi pahit.
0 notes
Text
Makna Singkatan Nama Pasangan dan Media Sosial dalam Pilkada 2018
"Apalah arti sebuah nama?", demikian ungkapan dari William Shakespeare dalam karyanya Romeo dan Juliet. Kalimat tersebut sering digunakan untuk memaknai bahwa penggunaan nama menggambarkan secara lebih dalam dari sekedar identitas diri (obyek, baik manusia maupun tempat). Hal ini melekat dan bergantung pada refleksi komunitas dan kontruksi sosial masyarakat. Disadari ataupun tidak, penggunaan singkatan nama pasangan dalam dunia politik juga memberikan persepsi dan dampak tersendiri dalam upaya kampanye hingga memperkenalkan visi misinya melalui media sosial.
Awal mula mendengar singkatan (nama inisial) SBY lekat diingatan saya merujuk ke Surabaya, namun SBY bagi masyarakat Indonesia kini memiliki kepanjangan dan ikatan memori yang merujuk ke sosok Presiden Republik Indonesia (RI) keenam. Susilo Bambang Yudhoyono dipanggil oleh orang tuanya "Sus" tetapi seiring waktu beliau populer dengan panggilan (singkatan nama) "SBY". Hingga wikipedia untuk singkatan SBY di Indonesia merujuk pada dua hal yaitu nama Presiden RI keenam dan kota Surabaya di Jawa Timur. Pasangan SBY-JK saat itu merupakan singkatan nama pasangan presiden dan wakil presiden yang memudahkan masyarakat dalam mengenal beliau berdua. Hingga pada tahun 2014, Pak JK (Jusuf Kalla) mendampingi Joko Widodo (yang lebih akrab disapa Jokowi) dalam deklarasi capres dan cawapres dan kini beliau berdua merupakan pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI: Jokowi-JK.
Belakangan juga, Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal dengan Ahok memilki singkatan nama yaitu BTP sebagaimana didokumentasikan juga oleh wikipedia Indonesia. Tren penggunaan singkatan nama pasangan dalam dunia politik tampaknya menjadi salah satu cara dalam memudahkan mereka dikenal oleh masyarakat. Saya masih ingat ketika menyaksikan acara mata najwa yang menghadirkan calon gubernur dan wakilnya (cagub-cawagub) dengan judul "Perebutan Tahta Jawa". Di dalam salah satu sesi, pasangan cagub Jawa Barat, pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi mengenalkan dirinya dengan Deddy-Dedi, bahkan saat ditanya di acara mata najwa berhubung nama sama jadi cukuplah untuk disebut dengan Deddy/Dedi (secara pengucapan keduanya sama-sama Dedi); pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu dengan panggilannya Ajat-Syaikhu. Sedangkan, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum merangkai namanya dengan singkatan Rindu agar mendekatkan masyarakat dengan kerinduan akan sosok mereka berdua.
Calon gubernur lain yang sudah memiliki singkatan cukup terkenal, misalnya Ganjar Pranowo dengan GP juga membawa warna baru ketika disandingkan dengan nama pasangannya. Jateng berGaYa yang merupakan singkatan dengan mengambilan penggalan nama mereka berdua, Ganjar Pranowo dan Taj Yasin. Melihat fenomena tersebut, kemudian saya penasaran dan mencari daftar nama pasangan pilkada provinsi tahun 2018 hingga mengecek gambar atau poster dan berita mengenai semua pasangan tersebut. Dari hasil temuan sementara dapat diketahui bahwa terdapat beberapa pasangan yang menggunakan singkatan nama pasangan untuk model kampanyenya.
Di Pilkada Sumut, pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah di poster kampanyenya mendeklarasikan sebagai ERAMAS yang diambil dari singkatan nama keduanya. Lukman Edy dan Hardianto menggunakan inisial (LE-H) di Pilkada Riau, Herman Deru dan Mawardi Yahya juga menggunakan inisial (HD-MY) di Pilkada Sumsel, Aswari Riavi - Irwansyah (WAR 1) di Pilkada Sumsel, Muhammad Ridho Ficardo dan Bakhtiar dengan nama pasangan dalam posternya menjadi Ridho berbakhti II di Pilkada Lampung, kemudian Mustafa - Ahmad Jajuli (Mustafa-Aja) di Pilkada Lampung, dan yang paling menarik ialah Andi Sofyan Hasdam dan Nursyirwan bahkan memiliki dua singkatan nama yaitu An-Nur dan SoWan di Pilkada Kalimantan Timur.
Secara umum dapat dilihat bahwa sebagian pasangan lainnya menggunakan nama depan, nama tengah, nama belakang ataupun nama panggilan. Misalnya, di Jawa Barat; Pasangan Pilkada Bali, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta menggunakan nama tengah dan nama belakang menjadi Dharma-Kerta. Pasangan Pilkada NTB, Zukieflimansyah dan Siti Rohmi Djalila menggunakan penggalan nama depan dan nama tengah menjadi singkatan nama pasangan Zulrohmi.
Tren penggunaan nama singkatan pasangan politik bukanlah hal yang baru. Pertanyaan muncul apakah penggunaan singkatan tersebut cukup efektif dalam mendulang suara dan mendekatkan mereka ke hati rakyat? Tentunya penggunaan singkatan tersebut akan semakin populer dengan optimalisasi pemanfaatan media sosial sebagai alat kampanye mereka. Baliho digital di media sosial seperti instagram, facebook ataupun twitter tentunya cukup efektif terlebih bukan hanya memuat gambar diam (foto) bahkan gambar bergerak dan bersuara (video) singkat yang menunjukkan kegiatan mereka juga menjadi alat ampuh dalam menggaet simpati warganet.
Seperti diketahui bahwa beberapa kandidat pasangan memang telah aktif sebagai pegiat sosial media. Ambil contoh, Ridwan Kamil dengan ciri khasnya yang senantiasa menggaet anak muda dan didukung dengan istrinya yang juga merupakan pegiat sosial media. Kemudian, ada GP yang aktif di instagram maupun twitter merespon berbagai masukan dan berita Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, beberapa waktu lalu saya sempat melihat postingan di instagram salah satu pasangan calon pilkada yang berpose dan bergaya bak anak muda jaman sekarang. Tak khayal, popularitas film Dilan dengan kata puitisnya juga dimanfaatkan sebagai caption dan font khas Dilan-Milea juga dipergunakan untuk melengkapi konten foto pasangan pilkada dalam kampanyenya melalui media sosial.
Berbicara konten media, keberadaan meme dan kartun yang berisi sindiran fenomena sosial dan politik di Indonesia tentunya menjadi ladang tersendiri untuk dioptimalkan dalam sisi membangun konten positif pilkada dan penyampaian visi misi. Menghadapi persaingan promosi via media daring ini, beberapa pasangan cagub-cawagub akhirnya menggunakan admin mengingat kesibukan lainnya yang mesti mereka lakukan di lapangan (dunia nyata) dan bukan dunia maya semata. Biasanya akan ada tanda *admin* ketika postingan di akun sosial media mereka diunggah oleh administrator akun tersebut.
Penggunaan inisial nama dan singkatannya dalam dunia politik hingga mengenalkannya melalui media sosial merupakan wahana tersendiri di era komunikasi dan informasi digital. Informasi yang dikemas dengan apik dan mengena ke hati warganet akan secara cepat kilat menjadi viral hanya dalam hitungan sepersekian detik. Di sisi lain, apabila politisi terpeleset dalam menyampaikan kalimatnya atau tindakannya maka seketika pula akan lahir berbagai meme dan kartun menggambarkan kejadian tersebut. Inisial ataupun singkatan nama kini bukan hanya untuk melindungi tersangka atau berkaitan dengan kejahatan semata, namun dunia politik membutuhkan kesederhanaan dalam mengenalkan mereka ke masyarakat. Akan tetapi, terkenalnya singkatan nama pasangan dan popularitasnya tergantung dan melekat pada bagaimana mereka memaknai visi misi politiknya dari awal hingga saat menjabat kelak. Untuk melihat hasil dan manfaat dari penggunaan singkatan dan sosial media dalam pilkada, tampaknya masih diperlukan survei yang lebih mendalam dan penelaahan hasil pasca pilkada berlangsung.
Ada makna dan doa dibalik setiap pemberian nama, dari nama diri (orang), nama tempat hingga memberikan singkatan untuk nama pasangan pilkada guna dipromosikan melalui media sosial maupun media lainnya.
/app
0 notes
Text
Hoax atau Pembelajaran daring melalui media sosial dan obrolan daring
Informasi dan teknologi berkembang begitu pesat belakangan ini dan dua sisi mata uang muncul melengkapinya. Satu sisi, berita hoax dan informasi yang belum dapat dipertanggung jawabkan seketika menyebar dalam hitungan detik baik melalui media sosial hingga obrolan daring. Fenomena klik like/love dan bagikan (share/retweet/regram) dalam media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram membawa dampak sosial yang beraneka ragam. Seseorang dapat langsung menjadi terkenal dan viral berkat tulisan yang diunggahnya ke dalam media sosial tersebut. Bahkan, seorang pelaku tindak kekerasan atau pencurian dapat dengan cepatnya dikenali berkat dibagikannya rekaman kejadian. Namun, ternyata masih ada pula pihak-pihak yang memanfaatkan kebiasaan warganet dalam bermain sosial media tersebut untuk berbagai kepentingan. Tren yang paling populer saat ini berkaitan dengan santernya isu dan sentimen di ranah politik dan SARA.
Siapa yang menguasai media memiliki potensi menggiring opini publik dan informasi yang menyebar melalui berbagai media sosial. Di sisi lain, keberadaan media sosial ini melahirkan banyak penulis meskipun mesti diakui lebih banyak jumlah komentator warganet mewarnai tiap postingan kejadian yang viral. Ujaran kebencian dan fanatisme tidak bisa dihindari senantiasa mewarnai berita ala media sosial. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang dengan cepatnya beradaptasi terhadap perkembangan informasi dan teknologi. Saya masih ingat saat pertama kali boomingnya perangkat telekomunikasi blackberry, seorang kawan membagikan peta kota-kota besar di dunia dengan perangkat yang digunakan dan saat itu di Jakarta didominasi oleh blackberry. Kemudian, masih ingatkah dengan dibloknya salah satu obrolan daring yaitu telegram dan akhirnya petinggi telegram datang ke Indonesia secara langsung.
Indonesia merupakan pangsa pasar yang dahsyat dalam penggunaan media sosial dan obrolan daring. Beberapa waktu lalu, saya menemukan satu ringkasan yang menarik terkait fenomena media sosial di Indonesia, sebagai berikut:
Di facebook: Banyak informasi hoax
Di instagram: Isinya pamer dari pagi sampai malam
Di twitter: Orang-orang ribut semua sok pinter
Di youtube: Drama youtuber gak pernah cukup
Di kehidupan nyata: Ngomongin isi facebook, instagram, twitter, youtube.
Life
(sumber: Facebook Sisvanto)
Pertanyaan kembali muncul, adakah sisi mata uang lain dari penggunaan media sosial dan obrolan daring oleh warganet di Indonesia? Salah satu jawaban yang saat ini muncul bertubi-tubi di hadapan saya ialah pembelajaran daring.
Awal pertama kali terkenalnya twitter, bukan sebagai ajang twit-war (perang antar akun orang-orang terkenal biasanya berkaitan dengan politik atau pemikiran yang berbeda sudut pandangnya) melainkan sebagai #kultwit aatau kuliah melalui kicauan di twitter. Saat ini, setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh dunia akademis misalnya seminar internasional dalam mempromosikan rangkaian acaranya dari pra-acara hingga setelah usai acara juga mengoptimalkan media sosial ini. Penggunaan tagar yang sesuai dengan tema tentunya memudahkan peserta dapat melacak dan turut serta membagikan persepsinya. Melalui #kultwit inilah saya berkesempatan interaksi aktif dan membagikan pendapat terhadap kejadian usulan penggantian nama jalan di Jakarta dengan tagar #toponim.
Facebook menjadi media pembelajaran tatkala terdapat orang-orang terpelajar ataupun yang gemar menulis essai atau pendapatnya merangkai kejadian sehari-hari atau pemikirannya secara panjang dalam status di akunnya yang dibuka untuk publik. Belakangan ini pula, grup Facebook salah satu perkumpulan alumni suatu universitas terkemuka di Indonesia dihebohkan dengan keseruan anggota-anggotanya yang senang berbagi tulisan sederhana mengenai kehidupan sehari-harinya di suatu kota tempat tinggalnya ataupun kejadian seketika yang dihadapinya hari itu juga. Seminggu ini saya sedang mengikuti pelatihan menulis gratis yang diselenggarakan oleh lima pendekar hebat dan ternyata memanfaatkan media sosial grup Facebook, hingga tulisan ini diketik dapat diketahui bahwa jumlah anggota grup telah mencapai 1.046 anggota. Hal ini semakin meyakinkan saya bahwa masih ada sisi positif dari keberadaan media sosial dan masih banyak warganet yang menggunakannya untuk belajar dan berbagi ilmu pengetahuan.
Wahana berbagi pengetahuan yang lain ialah youtube. Saluran tutorial yang dibagikan di youtube bervariasi dari sekedar instalasi perangkat lunak hingga tentang pemrograman bahkan hal-hal kreatif seperti DIY (Do-It-Yourself). Keberadaan youtubers maupun vlogger juga sempat menarik perhatian Presiden Jokowi bahkan pegiat media sosial tersebut diundang pula ke istana. Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga sempat aktif nge-vlog dan kaesang (putra pak jokowi) memiliki 533.467 pelanggan. Pembawa acara talk show yang terkenal yaitu Najwa Shihab sekitar 11 bulan yang lalu memulai berbagi tayangannya di media youtube. Youtube masih menjadi salah satu opsi pembelajaran daring bagi pengguna internet yang membutuhkan panduan dan informasi melalui media visual yang bergerak.
Bergeraknya informasi tidak semata-mata berhenti di media sosial, obrolan daring seperti WhatsApp dan Telegram juga memiliki ruang tersendiri dalam konstruksi sosial masyarakat Indonesia di era digital. BBM (blackberry messenger) kini telah tenggelam seiring dengan mudah dan murahnya perangkat lunak berbasis android dibeli dan digunakan. Keberadaan obrolan daring ini seringkali menjadi ajang silaturahmi, misalnya grup teman-teman SD, SMP, SMA hingga teman satu jurusan saat kuliah atau satu almamater (perkumpulan alumni) hingga satu pemberi dana beasiswa. Di sisi lain, belakangan ini saya sering mengikuti komunitas belajar dan berbagi ilmu di telegram diantaranya Phython Indonesia dan satunya gis.id. Grup telegram pyhton membawa misi sebagai tempat berbagi ilmu tentang bahasa pemrograman phyton dan mengajak anggotanya untuk bersedekah pengetahuan agar bermanfaat buat orang lain. Sedangkan, grup telegram gis id mengadakan kuliah telegram dengan narasumber dari anggota grup untuk sekedar membagikan pengalaman praktis bahkan konsep di bidang keilmuan informasi geografi, pemetaan dan penginderaan jauh. Hingga tulisan ini diketik sudah terdapat 14 kuliah telegram dari mulai aplikasi sistem informasi geografis di sektor air dan sanitasi hingga pemetaan dinamika sumberdaya.
Berbagai rangkaian kejadian di atas adalah sekelumit kecil sudut kehidupan warganet Indonesia yang masih menjadikan dunia daring sebagai tempat belajar, bukan sekedar berbagi ujaran kebencian dan caci maki di kolom komentar. Belajar dari grup obrolan daring tersebut, ada satu kata yang cukup mengena terkait maraknya penggunaan media sosial dan obrolan daring oleh warganet di Indonesia. Satu kata itu adalah etika. Etika dalam menyampaikan pendapat atau komentarnya di dunia maya. Selain itu, tampaknya rasa simpati atau kepedulian terhadap sesama perlu dipupuk kembali, beberapa kali rekaman kejadian kecelakaan cepat tersebar tapi dibalik itu ternyata saat korban kecelakaan meminta tolong tetap diabaikan.
Saya yakin sisi positif dari dunia daring masih ada dan dapat memenuhi kabar baik untuk Indonesia di tengah sandiwara kehidupan negeri jenaka. Keberadaan model pembelajaran daring dan berbagi informasi positif untuk hindari hoax merupakan Pekerjaan Rumah kita bersama, terutama bagi pekerja di bidang social media influencer baik dari kalangan artis, politisi hingga cendekia dan pemuka agama. Bahkan sebagai warganet biasa semestinya kita sadar bahwa satu klik atau komentar memiliki dampak luas bagi lingkungan.
/app
1 note
·
View note
Photo
Countries with a larger population than the Indonesian island of Java.
160 notes
·
View notes
Text
aku ‘ditampar’ para pencari beasiswa
Seminggu ini dikontak oleh dua orang teman yang berada di Indonesia. Entah dari mana awalnya mereka terhubung denganku melalui sosial media. Satu kawan terhubung melalui instagram dan satunya lagi melalui Facebook. Dua wahana sosial media tersebut hingga saat ini masih merupakan sarana yang kugunakan untuk kepo dan juga belajar dari berbagai penjuru dunia.
Hari ini semakin kusadari makna perjuangan mencari beasiswa dan berasa ‘ditampar’ para pencari beasiswa. Membaca motivasi mereka dalam selembar kertas digital yang mereka bagikan kepadaku untuk sekedar kubaca dan memberikan sedikit celoteh atas apa yang mereka tuliskan adalah ‘tamparan’ keras terhadap keberadaanku sekarang. Hal ini juga membawaku pada memori beberapa tahun yang lalu di masa-masa perjuangan mencari beasiswa sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki antusiasme tinggi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan melalui mekanisme belajar dan meningkatkan kapasitas dirinya.
Jika berbicara tentang diriku tentunya kalau boleh dikategorikan ke dalam golongan yang pas-pasan. Pas ada keinginan untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 pas dapat kesempatan lolos seleksi beasiswa. Begitu halnya saat hendak lanjut ke jenjang berikutnya, pas beruntung dan tepat juga waktunya dengan diakuinya gelar atau ijazah S2 di tempatku bekerja. Menjadi orang yang selalu pas ini ternyata cukup berat untuk selalu menjadi yang pasti pas. Tentunya kejadian pas seperti itu berkat dukungan dan doa kuat dari keluarga dekat hingga lingkungan sekitar, bahasa kerennya ialah mestakung alias semesta mendukung.
Membaca dua surat motivasi yang ditulis oleh dua teman yang baru kenal via sosial media tersebut, menyadarkanku bahwa masih banyak di Indonesia pemuda-pemudi yang memiliki semangat tinggi untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Di tengah gejolak politik yang kadang secara tidak langsung berdampak pula pada keberadaan peluang beasiswa dan tanggapan dari kampus penerima terhadap kondisi Indonesia. Tentunya sebagai mahasiswa dan pelajar Indonesia yang berada di luar negeri, acapkali informasi yang diterima hanyalah dari media tanpa mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di bangsa Indonesia. Semangat tinggi mereka berdua semakin ‘menamparku’ untuk kembali bertanya tentang keberadaan diri di dunia saat ini.
Beberapa waktu sebelumnya, ketika ada seorang kawan meminta tolong tentang satu hal kumasih menunda untuk sekedar membaca pesan singkatnya di WhatsApp (WA). Seketika ku tersadar saat tiba-tiba seorang kawan menyapaku melalui media sosial instagram untuk sekedar meminta tolong bantuanku membaca surat motivasinya. Langsung kubuka pula WA dan menanyakan apakah masih diperlukan bantuanku, meskipun ternyata ada kejadian lain di Indonesia yang menyebabkan dia tidak jadi membutuhkan bantuanku. Menunda? Sempat kuberfikir ah sudahlah cukup kubaca dan kukirim balik lagi setelah memberikan beberapa komentar. Tapi tampaknya kusadari bahwa diriku dapat melakukan yang lebih baik dari itu, hingga akhirnya kuputuskan untuk memberikan sedikit lagi celoteh fulan pada surat motivasinya. Semalam kukirim dan pagi ini tadi disapa teman via pesan di Facebook dan ternyata membutuhkan bantuan yang serupa untuk target beasiswa yang sama.
Langsung kubertanya dan tersadar, inikah rasanya ‘ditampar’ para pencari beasiswa. Saatnya bersyukur dan membereskan segala urusanku di dunia ini. Setelah membereskan celoteh untuk surat motivasi kawan yang menyapa via pesan Facebook tersebut, kusempatkan membuka akun twitter dan menemukan postingan yang semakin ‘menampar’ hidup.
Ku posting gambar di atas ke dalam status di WA-ku dan seorang kawan tiba-tiba menanyakan apakah aku baik-baik saja.
R: “Mas Aji sehat?””
A: “justru lagi waras iki...makane kelingan mati”
Yaps...saat sedang agak sehat secara jasmani dan rohani tiba-tiba acapkali ku disadarkan akan mati. Hal ini pun sempat kuposting dalam akun instagramku untuk memaknai bahwa hidup di dunia itu hanyalah persinggahan sementara dan kita bak hidup di dunia panggung sandiwara dan penuh jenaka.
Teringat obrolan cak lontong dan mata najwa di negeri jenaka. Ada tiga tipe politisi yaitu unyil (playback), pak raden (flashback) dan pak ogah (cashback). Kira-kira saat ini ku berada di posisi yang mana ya? Unyil dari dulu sampai sekarang masih SD (Sekolah Dasar) terus, artinya dia tidak suka perubahan, kemudian Pak Raden diibaratkan layaknya rangkaian kata yang selalu mengenang kejayaan masa lalu - isih enak jamanku tho?, ataukah menjadi pak ogah yang dikit-dikit: cepek dulu donk pak... UUD (ujung-ujungnya duit).
Apapun urusan di dunia, saat ini salah satu urusan yang mesti kubereskan ialah urusan belajar yang lebih baik sesuai dengan janji dan mimpi yang diutarakan saat mencari beasiswa dan berlari ke negeri belanda ini.
Sekian #celotehfulan kali ini sebagai bagian dari kembali #menulis dongeng sepintas lalu tentang makna #kehidupan.
Enschede, 15 Februari 2018
/app
4 notes
·
View notes
Quote
Menyusun skenario tidak semudah celoteh sepintas lalu
Perdana, 2018
0 notes
Quote
Melepaskan waktu begitu saja tanpa olah raga dan rasa, hanya akan timbulkan sesal semata
Perdana, 2018
0 notes
Text
Buku yang kupesan, ada yang pinjam
Beberapa waktu lalu, kucoba menyampaikan ke pihak perpustakaan ada buku yang layak untuk dimiliki. Akhirnya kulengkapi isian form rekomendasi buku untuk dibeli oleh perpustakaan kampus. Tentunya, salah satu buku yang menjadi target risetku.
Di akhir tahun kemarin, kubaru tau kalau ternyata bukunya sudah ada di perpustakaan. Kemungkinan pihak perpustakaan kelupaan untuk menginformasikan jika bukunya sudah datang seperti yang mereka janjikan sebelumnya pada email.
Saat hari ini, cek ke situs perpustakaan kampus ternyata buku sedang ada yang pinjam. Jadi dagdigdug juga nie....siapakah yang meminjam buku tersebut? Pembimbing ataukah mahasiswa yang berminat dengan tema tersebut...hmmm.
Akhirnya kulakukan reservasi juga untuk buku tersebut dan benar adanya posisi buku sedang dipinjam. Pihak perpustakaan pun telah menerima pesananku dan akan memberikan kabar apabila buku tersebut telah siap untuk kupinjam.
Semoga bermanfaat dan semakin banyak yang membaca.
Di sisi lain, semakin menantang diriku sendiri untuk bisa menulis dengan apik dan melahirkan buku-buku yang bermanfaat.
Tapi hal itu masih bagaikan mimpi saat terjaga.
Saatnya kembali ke realita untuk merangkai kata menjadi tulisan yang berguna.
Salam Kece,
/app
Enschede, 11 Januari 2018
0 notes
Text
Bermimpi saat terjaga
Hari ini kulalui layaknya menjalani hidup di alam mimpi.
inilah jetlag versiku.
Berangkat pagi dan menghadiri pertemuan membahas PhD di ITC dari sisi edukasi. Sebuah nuansa berorganisasi yang baru kujalani dan ambil sebagai bagian dari pilihan hidupku menjalani kehidupan sebagai PhD.
Mengkomunikasikan ide-ide dan usulan dari teman-teman PhD ke pihak TGS yang disampaikan oleh seorang kawan sebagai perwakilan PhD di Faculty Council. Kuhadir memenuhi undangan diskusi tersebut. Waktu 1 jam diskusi berlalu dengan cepat dan tik-tok berlangsung dengan seru dan jawaban yang diharapkan dapat memuaskan semua pihak.
Dari empat pokok bahasan yang diusulkan, tampaknya akan ada 1 hal yang diupayakan untuk diwujudkan menjadi sebuah kegiatan TGS dengan inisiatif dari ITC.
Pasca meeting, kembali ku terduduk di ruangan ini. Ruang kerja yang kutinggalkan hanya sekitar 2 minggu di Indonesia. Menyapa dan mengajakku untuk kembali mengolah rasa dan otak hingga keberanian menulis mengalir menghasilkan suatu hal yang bisa dibaca dan dibahas untuk bahan meeting besok pagi. Tapi, sayangnya otak ini masih membawaku ke dalam dimensi mimpi. Bahwa yang kujalani adalah dimensi mimpi saat mata terjaga.
Inilah jetlag versiku.
Akhirnya, kuberanikan diri mengakui kegagalanku dalam mengelola waktu dengan baik untuk memenuhi target yang kucanangkan sendiri. Sepucuk surat elektronik kukirim ke supervisor berisi tentang capaian selama 2 minggu dan kebuntuanku dalam meraih target skema cerita yang hendak kusampaikan untuk meeting besok pagi.
Saat ini, tulisan untuk skenario cerita itu pun belum mampu kurangkai dengan apik. Walhasil, tangan ini ingin menulis sesuatu dan terdamparlah di sini.
Di sisi lain kucoba isi waktu dengan; membaca grup WA dan berkirim pesan WA ke anak lanangku yang beberapa waktu lalu (semingguan terakhir ku di Indonesia - dia sakit) kurang sehat badannya, berkomunikasi dengan pejabat RT di rumah melaporkan kalau sudah bayar iuran bulanan, berkomunikasi dengan adikku yang sedang kuliah di ISI. Bahkan iseng pula menyapa beberapa grup WA. Benar-benar mencari ide di tengah ketidaksadaran diri ala jetlag versiku.
Berharap suatu saat LDR/LDM ini lenyap dari perjalanan hidupku. Hingga, kujalani hidup bukan lagi di alam mimpi yang terjaga.
Sekedar celoteh fulan di sore ini.
Enschede, 11 Januari 2018
/app
0 notes
Text
Surat Rindu: Menggali makna hidup
Tiba-tiba renungan kali ini jatuh pada bagaimana menggali makna hidup?
Tiap individu memiliki cara masing-masing dalam menggali makna hidup hingga menjadikan hidup lebih bermakna.
Di berbagai relung ruang dan waktu kadang kita berjibaku entah memang sebagai bagian dari memaknai kehidupan ataukah sekedar mengisi dimensi kosong?
Ruang dan waktu yang kusempatkan bersama istri dan anakku berasa kurang optimal karena ketidakcermatan dan kebiasaan burukku yang tidak memiliki perencanaan baik. Walhasil acapkali kami berpacu dengan ruang dan waktu dalam berbagai aktivitas yang penuh spontanitas.
Kadang sesal selalu menghantui, terlebih tatkala sadar bahwa hari ini telah tiba waktunya bagi kami untuk menjalani kembali dunia nyata. Dunia LDR...LDM...atau apapun namanya. Pastinya kami kembali terpisah dalam dimensi ruang dan waktu di kehidupan ruang kebumian ini.
Anakku tak lagi menangisi keberangkatanku, tapi di dalam hatinya kupaham benar betapa sedih rasanya dan tak dapat diungkap dengan sekedar tetesan air mata. Hari demi hari kami lalui dalam berbagai permainan nan seru dan hitungan haripun telah berlalu.
Maafkan ayah ya nak...Semoga sesegara mungkin kita berkumpul di kampung Enschede.
Untuk istriku tercinta, mungkin aku bukanlah orang yang romantis dan hingga sampai sekarang pun acapkali kurang peka terhadap dirimu. Maafkan suamimu ini...Semoga segala hal yang mesti diselesaikan dapat dimudahkan sehingga berkumpul bertiga.
Berjalanan LDR LDM bukanlah hal baru bagiku dan bagimu (duhai istriku), semenjak awal kita menikah hal tersebut menjadi peluang dan tantangan yang ternyata masih terus kita jalani hingga sekarang. Bahkan, kini pautan jarak dimensi itu makin terasa di tiap detiknya.
Seringkali kita berdua bertanya, apa yang sejatinya kita kejar? Adakah upaya menggali makna kehidupan menjadi bagian dari yang sedang kita jalani dan selalu renungi. Doa di tiap hela nafas senantiasa memohon kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan agar memberikan kebaikan untuk kebersamaan kita berdua.
Entah kapan kalian berdua akan membaca tulisan ini. Kujadikan wadah ini sebagai bagian torehan tinta digital di dunia maya untuk mengenang tiap jengkal kerinduanku pada kalian berdua.
Di tiap malam, kadang kuterbangun dan sekedar menatap kalian berdua senantiasa panjatkan pintaku pada Sang Maha Kuasa agar senantiasa memberikan perlindunganNya untuk keluarga kecil kita ini.
Ditulis di Terminal 3 dekat Gate 7 sebelum keberangkatan menuju ke Belanda.
Tangerang/Jakarta, 9 Januari 2018
Aji PP
1 note
·
View note
Photo
Canada’s spookiest place names.
595 notes
·
View notes
Text
Akhirnya kelar juga
Terima kasih semuanya.
0 notes
Text
aku kalah...
hari ini saat kutelpon via WA yang mengangkat adalah anak lanangku.
Halo Ayah...
Ayo tebak-tebakan.
Hmmm...kusempat berfikir tebakan apa ya kali ini.
Lalu dia lantukan ayat suci Al Quran dan ku diminta untuk menyebutkan surat apa?
Tiga kali ku gagal menebak surat dari ayat yang dia bacakan. Padahal surat-surat juz 30 dan ada satu-dua ayat dari surat Al Baqarah.
Alhamdulillah...
Antara bahagia dan aku kalah...di seusia dia dulu kubelum sebegitu semangat anak lanangku...
aku kalah dan malu sebagai seorang ayah. Mesti kembali belajar bukan soal dunia semata, tapi untuk esok yang lebih abadi.
Love you my son...
Enschede, 11 Desember 2017
0 notes