Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Euro 2020.
Italia vs Turki : Kematangan Gli Azzurri yang Sangat Pas
Piala Eropa 2020 (yang berlangsung 2021) telah dimulai, salah satu tim unggulan yang bertanding dalam laga pembuka adalah Italia melawan Turki.
Italia memulai pertandingan pertamanya dengan bekal rekor pertandingan sempurna dari babak kualifikasi. Di bawah asuhan Roberto Mancini yang sekarang terlihat sudah sangat berumur, Italia menjelma menjadi Tim yang patut diperhitungkan. Sebaliknya, Turki menjadi tim Underdog yang banyak sekali prediksi menyatakan bahwa akan sulit bagi Turki untuk bertarung dengan para kontestan lain digrup A seperti Swiss dan Wales. Hal ini sudah mulai tergambarkan Ketika pertandingan melawan Italia pada laga pembuka kemarin Sabtu (12/6).
Mari kita bahas jalannya pertandingan.
Turki, turun dengan formasi 4-1-4-1, perkiraan awal saya dengan kehadiran Merih Demiral, Soyuncu, Calhanoglu dan Cengiz Under (bermain dari bangku cadangan) Turki akan bermain atraktif dan mampu memberikan perlawanan yang baik untuk Itali, namun kenyataannya kekuatan Itali yang terlalu besar gagal diredam oleh para pemain Turki. Faktor tidak meratanya pengalaman bermain di liga-liga yang bagus dan caps internasional menjadi hal yang sangat kentara pada permainan Turki kemarin. Build up serangan yang mudah ditebak, gagalnya switching play antar sisi, serta kreatiifitas dari Calhanoglu yang tidak muncul menjadikan permianan Turki terasa membosankan. Emosi dan kekecewaan dari raut wajah Demiral dan Calhanoglu sangat terlihat jelas, Bagaimana mereka merasakan permainan Turki yang sama sekali tidak berkembang baik dari lini tengah hingga ini depan. Jika dilihat dari statistik pertandingan, Turki sama sekali tidak mendapatkan Shots on Target, 0:8 untuk Itali. Ball Possession hanya 36% untuk Turki, bahkan jumlah operan Turki hanya dapat melakukan setengah dari jumlah operan yang dilakukan oleh para pemain Italia secara keseluruhan. Di samping hal-hal yang telah dibahas di atas, Jika melihat permainan Italia, sungguh sangat wajar Turki mengalami kesulitan dan kekalahan telak.
Italia, Pertandingan pertama yang mengesankan, tangan dingin Roberto Manchini memberikan sebuah pernyataan jelas bahwa skuad yang dia bawa, bukan skuad sembarangan. Campuran pemain muda dan tua, pemain yang tenar dan jarang terdengar namanya di media memberikan pertunjukan Sepak Bola tim Italia yang sangat segar dan seru untuk di nikmati.
Roberto Mancini menurunkan formasi 4-3-3 dengan Donnarumma sebagai penjaga gawang Utama yang sulit tergantikan. Empat pemain belakang campuran pemain senior dan pemain (tidak terlalu) muda menjadi benteng tangguh khas permainan Italia, Bonucci dan Chiellini menjadi duet tak tergantikan baik di Timnas Italia ataupun di club (Juventus). Pemain Veteran yang masih sangat terlihat fit dan sulit ditembus oleh lawan. Chiellini bahkan sering melakukan penetrasi dan membantu serangan yang beberapa kali cukup merepotkan untuk pertahanan Turki. Full back di isi oleh Spinazzola dan florenzi yang bermain apik, overlap dan penetrasi sering dilakukan spinazzola sering merepotkan pertahanan Turki dan memberikan progresi serangan Itali makin efektif. Berlawanan dengan Spinazzola, Florenzi tidak terlalu menonjol pada pertandingan ini, penetrasi jarang dilakukan dan coverage area yang dilakukan terbilang tidak seluas dengan apa yang dilakukan oleh Spinazzola. Pada akhirnya di babak kedua Florenzi digantikan oleh Di Lorenzo yang memiliki pergerakan lebih dinamis.
Lini tengah Itali dengan 3 pemain berkelas, Barella, Jorginho dan Locatelli. Locatelli menjadi pemain yang menggantikan peran Veratti yang menunjukan performa luar biasa untuk Timnas Itali, namun belum bisa untuk bermain karena belum fit 100%. Locatelli memberikan permainan sangat bagus dan menjadikan lini tengah sangat hidup bagi Italia, Bersama dengan Jorginho membangun serangan dari belakang dengan memainkan bola pendek serta mengalirkan progresi operan kedepan. Jorginho menjadi pemain vital di lini tengah dengan menjadi pivot dinamis dan mengatur ritme permainan Italia. Barella menjadi gelandang serang yang efektif. Mengalirkan bola kepada pemain depan dengan baik, tepat sasaran dan menjadi garis pertahanan awal Italia ketika Turki akan mulai membangun serangan, menutup opsi passing Turki ke lini tengah sehingga Turki mudah melakukan umpan Panjang yang tidak efektif.
Lini serang Italia di isi oleh Inisgne sisi kiri, Ciro immobile sebagai Striker dan Berardi di sisi kanan. Berardi menunjukan kepercayaan diri pada permainannya di lini depan, memberikan ruang eksplorasi luas untuk Immobile dengan cara melakukan pergerakan tanpa Bola yang sangat baik sehingga menarik beberapa pemain belakang Turki. Insigne, menurut pendapat saya layak menjadi MOTM pertandingan ini, pergerakan dinamis, operan tepat sasaran, pembacaan bola taktis dan Gol cantik yang diciptakan menggambarkan bentuk permainan visioner dari seorang Insigne. Striker Italia pada pertandingan ini, Ciro Immobile, menunjukan permainan spartan, stamina yang tak habis-habis, penjelajahan ruang yang sangat luas dan baik membuka ruang serangan Italia yang efektif. Sangat layak menjadi striker pilihan utama Mancini.
Pada babak kedua, Mancini memasukan beberapa pemain pengganti, Di Lorenzo menggantikan Florenzi, Chiesa, Bernardeschi, Christante dan Belotti juga dimasukan untuk memberikan nafas baru serta rotasi permainan tim supaya tetap dalam kondisi prima. Pemain utama dan pemain pengganti yang mempunyai level permainan dan visi yang sama menjadikan Italia tim yang sangat baik. Tidak terlalu sombong jika Italia menjadi tim yang diunggulkan pada gelaran Euro tahun ini.
Mari kita lihat perkembangan pertandingan Italia di fase penyisihan grup selanjutnya melawan Wales dan Swiss.
0 notes
Text
Vietnam vs Indonesia: Kuliah 6 SKS yang amat berharga bagi Timnas Indonesia.
Pertandingan Vietnam melawan Indonesia pada hari Senin (7/6) dini hari kemarin menyajikan pertandingan yang amat sangat menyakitkan bagi pemain sekaligus masyarakat Indonesia. Papan skor menunjukan angka 4 untuk Vietnam dan 0 untuk Indonesia. Empat gol tanpa balas, tercipta secara sporadis dibabak kedua.
Mari kita bahas apa yang sebenernya terjadi pada pertandingan kemarin.
Babak pertama berjalan sangat berat untuk Indonesia, persentase penguasaan bola menunjukan angka timpang, 72% untuk Vietnam dan 28% untuk Indonesia. Indonesia dengan susah payah menjaga area pertahanan yang terus-terusan digempur oleh pemain Vietnam baik dari sisi kanan atau sisi kiri lapangan. Secara jelas pelatih Vietnam Park-Hang Seo atau sebut saja Mr.Park, menginstruksikan para pemain Flank-nya untuk terus menerus melakukan umpan direct ke area belakang pertahanan Indonesia. Untungnya para pemain belakang Indonesia mampu meredam hampir 75% serangan tersebut dan hanya menghasilkan 2 sampai 3 shot on goal bagi Vietnam. Apresiasi untuk pemain belakang Indonesia yang bekerja sangat keras selama babak pertama. Rizky Ridho, Arif Satria, Asnawi dan Pratama Arhan menjadi benteng yang kokoh selama babak pertama, dibantu lini kedua yang rapat dan tak segan untuk membantu pertahanan disepertiga akhir area pertahanan sendiri. Tapi sayangnya tak ada build up serangan yang berhasil dilakukan Timnas Indonesia, seakan-akan pemain tengah dan depan lupa untuk menyerang dan mencetak gol.
Babak kedua menjadi mimpi buruk Timnas Indonesia, kebobolan gol pertama dengan cara yang sedikit membuat shock, gagal ditanggulangi pemain sehingga menghasilkan gol tambahan lainnya yang mengalir sangat lancar untuk Vietnam.
Permianan yang sangat bagus ditunjukan oleh Skuad Vietnam, hal ini semakin menunjukan bahwa mereka layak ada diperingkat pertama klasmen grup G dengan catatan belum merasakan kekalahan. Permianan Compact antar lini, switching Play halus dari sisi ke sisi, pemain tengah yang fluid dalam menjaga bentuk formasi diamond tiap lini. Jika diperhatikan, setiap pemain yang memegang bola, setidaknya mempunyai minimal 2 opsi untuk mengoper, bahkan seringnya adalah 3. Opsi-opsi ini gagal diputus atau dihalangi oleh para pemain Indonesia, sehingga permainan mereka yang progresif menjadi lebih leluasa untuk melakukan penetrasi serangan ke lini pertahanan Indonesia. Taktik jitu Mr. Park yang berhasil mengisolasi sisi kanan dan kiri permainan Indonesia yang pada saat melawan Thailand menjadi tumpuan utama permaian.
Kembali fokus pada permianan Timnas Indonesia,
Lini pertahanan, 4 orang yang tidak diganti oleh Coach STY masih menjadi tumpuan utama. Kerja keras dan pembacaan permainan yang baik ditunjukan oleh para pemain selama paruh pertama pertandingan. Sayangnya, konsentrasi dan stamina yang menurun pada babak kedua menjadi sebuah harga yang harus dibayar oleh Timnas. Low press yang diarahkan Coach STY hanya mampu bertahan selama 1 babak, kurangnya kordinasi antar lini tengah dan belakang memberikan dampak yang fatal, yang pada akhirnya para pemain Vietnam berhasil mengeksploitasi ruang Behind the Line pertahanan Arif satria dkk. Hal ini tidak terjadi sekali, terus berulang dan terus menggandakan keunggulan Vietnam. Keuletan Pratama Arhan tidak cukup menutup celah yang terbuka. Pergerakan Rizky Ridho dan Arif Satria tak lagi dapat membendung gempuran pergerakan underlap, cut inside dan direct pass dari para pemain Vietnam, begitu pula Asnawi yang tak mempunyai banyak ruang gerak untuk menguasai bola dan melakukan penetrasi over lap-nya disisi kanan lapangan pertandingan.
Seperti pada tulisan sebelumnya, lapangan tengah menjadi area yang sangat tidak berkembang dan kurang memiliki kontribusi pada permainan Indonesia. Entah kurangnya kepercayaan diri pemain, atau belum nyetel-satu sama lain. Namun area vital ini menjadi kelemahan yang mencolok pada permainann Timnas. Strategi Coach STY untuk melakukan permainan cepat Ketika melakukan transisi Positif dari bertahan ke menyerang kurang bisa berjalan dengan baik, hal ini sebetulnya menjadi menarik dan dapat menjadi solusi untuk menghadapi Vietnam yang jika dilihat, terhitung lambat dalam melakukan rekonstruksi pertahanan ketika melakukan transisi negatif. Tapi masalahnya adalah ruang yang diciptakan pemain tengah Indonesia sangat sempit dan tidak memberikan opsi kepada pemain yang memegang bola, umpan direct yang tidak terarah mudah sekali dipatahkan oleh pemain Vietnam yang sangat baik dalam melakukan zone marking. Rahmat irianto menggantikan posisi Kadek agung yang bermian kurang memuaskan pada laga melawan Thailand, dibabak pertama Rahmat bisa bermian dengan nyaman namun terlalu fokus untuk membantu pertahanan, Rahmat tidak mampu untuk membuka ruang meminta bola dari pemain bertahan dan mulai membangun serangan. Hal ini dialami pula oleh Syahrian yang tenggelam tidak terlihat pada Babak pertama.
Osvaldo Haay, Yakob Sayuri menggantikan posisi Egy dan Witan yang diistirahatkan oleh Coach STY. Osvaldo berperan baik dalam membantu Pratama Arhan dalam membendung serangan overlap sisi kanan pemain Vietnam. Namun gagal membangun serangan, membaca ruang Ketika menyerang dan tidak memiliki momen untuk melakukan Gerakan overlap yang biasanya ditunjukan. Yakob pada babak pertama seskali berhasil merangsek kedepan dan pada puncaknya berhasil membuka ruang dan menerima umpan jauh dari Pratama Arhan namun gagal mengkonevrsinya menjadi gol. Osvaldo dan Yakob digantikan Egy dan Witan pada paruh babak kedua. Egy sedikit kesulitan mengimbangi permainan Vietnam karena kalah jumlah Ketika akan melakukan pressing dan tidak memiliki ruang yang cukup untuk melakukan dribbling progresi ke area pertahanan Vietnam. Beberapa kali Egy berhasil melakukan underlap yang baik dan menarik para pemain bertahan sehingga membuat celah pada lini belakang Vietnam, namun masih gagal berbuah peluang.
Evhan Dimas dan Kushedyo menjadi pemain yang daya jelajanhnya paling banyak dalam pertandingan ini. Sayangnya, Evhan dan Kushedyo tidak menerima supply bola yang memadai dan tidak cukup memiliki ruang eksplorasi sebagai opsi ruang operan dari lini belakang.
Pada pertengahan babak kedua Coach STY akhirnya memasukan 2 penyerang sekaligus yaitu Sadam Gafar dan M.Rafli. Daya gedor dan stamina dua penyerang muda ini sedikit memberikan pressing pada lini tengah dan pertahanan Vietnam walaupun tidak signifikan, namun memberikan gambaran yang jelas mengenai performa fisik dan daya juang M.Rafli dan Sadam sebagai pemain muda yang menjanjikan.
Dimasukannya Kadek Agung untuk menambal posisi Rahmat Irianto tidak memberikan dampak positif pada lini tengah, tidak ada progresi permainan positif pada lini tengah khususnya sektor DMF. Sampai pada akhirnya, entah karena geram, inisiatif pribadi atau instruksi Coach STY, pada 3 menit injury time Evhan turun menjadi seorang Defensive Midfielder yang dapat menghidupkan aliran bola. Beberapa progresi bola kedepan dapat dibangun, hanya saja hal itu terlambat dilakukan karena sudah memsuki ujung waktu pertandingan.
Kekalahan yang menyakitkan bagi Timnas Indonesia. 90 menit kerja keras dan “menyiksa”.
Banyak sekali hal-hal yang menjadi pelajaran berharga dan menjadi PR Bersama baik untuk Coach STY hingga pemain Timnas itu sendiri. Pertandingan selanjutnya melawan UEA akan menjadi pertandingan yang Demanding, Permianan negara-negara timur tengah memiliki determinasi tinggi ditambah dengan postur badan yang mumpuni akan menjadi ujian yang berat bagi Timnas Indonesia.
“The significant problems we face cannot be solved at the same level of thinking we were at when we created them.” Begitu kata Albert Einstein. Bahwa masalah yang kita ciptakan dan hadapi, perlu adanya observasi dan penerjemahan yang panjang terlebih dahulu sebelum melakukan perbaikan. Hal itu yang harus dipahami oleh semua pihak bahwa menciptakan Timnas Sepak bola Indonesia tidak instan, kekalahan dan permainan buruk harus dianalisa dan dijadikan pelajaran yang berharga hingga seiring berjalannya waktu serta perbaikan, akan tercipta solusi permainan Timnas yang baik dan menjanjikan. Hal itu terjadi pada Timnas Vietnam yang kemarin kita lawan, mereka terbentuk setelah perjalalanan dan persiapan panjang yang terukur.
Semoga PSSI, Coach STY dan Pemain Indonesia tetap mempunyai Motivasi untuk bangkit serta selalu percaya bahwa proses tidak akan menghianati hasil.
1 note
·
View note
Text
Analisa Pertandingan Indonesia vs Thailand: Bekal komplit untuk laga selanjutnya.
Pertandingan penyisihan Piala Dunia antara Indonesia melawan Thailand yang berlangsung di UEA menunjukan beberapa poin penting yang dapat dijadikan Pelatih STY sebagai bekal perjalanan Timnas selanjutnya, khususnya pertandingan melawan Vietnam dan UEA.
Beberapa pembenahan yang dapat dilakukan Coach STY menurut saya adalah disektor lapangan tengah. Formasi 4-2-3-1 menjadi salah satu andalan Coach STY dalam beberapa laga terakhir Timnas (khususnya laga-laga percobaan). Dalam pertandingan melawan Thailand, duet lapangan tengah di isi oleh Evan Dhimas di posisi gelandang serang, syahrian abimanyu dan Kadek Agung yang beroperasi disisi gelandang bertahan. Kadek agung yang seharusnya dapat menjaga kedalaman garis pertahanan dan penghubung antara lini sedikit kurang berkembang dalam laga tersebut. Kadek terlihat tegang dan tidak dapat membuka ruang untuk berkembangnya build up serangan dari bawah, sehingga pada akhirnya bola-bola lambung yang sering dikirimkan pemain belakang langsung ke sisi kanan-kiri lapangan.
Bukan penampilan buruk yang ditunjukan Kadek, namun ketenangan menjadi faktor kunci agar Kadek dapat menjadi jembatan dan pivot penguasaan bola lini tengah Timnas, hal ini berlum terlihat pada permainannya,. Faktor ini dapat dimaklumi karena Kadek agung masih sangat baru dalam komposisi Timnas besutan Coach STY. Kendati demikian, Kadek Patut diapresiasi dengan golnya yang sangat cantik dengan melihat ruang kosong di lini belakang bek Thailand. Tak lupa assist cantik yang dikirimkan oleh syahrian harus mendapatkan pujian yang tidak kalah tinggi.
Salah satu pilihan terbaik Timnas adalah menurunkan sedikit posisi Evan Dimas menjadi gelandang jangkar yang menjadi jembatan utama aliran bola dari belakang hingga ke depan, menempatkan gelandang-tengah lain yang punya visi menyerang dan membagi bola sebaik Evan di posisi gelandang serang baik sisi kanan atau kiri. Melihat pertandingan melawan Thailand, Syahrian sudah melakukan tugas tersebut dengan sangat baik, mungkin dapat dilengkapi dengan ketajaman dan keuletan permainan Adam Alis disisinya. Kehilangan sosok Mark Kloc menurut saya adalah nilai minus Timnas indonesia terutama di lini tengah.
Permainan cair Egy dan Asnawi menjadi tontonan menarik dan menjanjikan, namun keseimbangan di sisi kiri harus ditingkatkan supaya serangan tak melulu dari sisi kanan lapangan.
Kehadiran Kushedyo sebagai ujung tombak merupakan pilihan menarik dari Coach STY. Daya gebrak yang mumpuni, stamina luar biasa dan daya jelajah yang luas menjadikan Kushedyo pilihan yang memberikan warna pada transisi permainan timnas baik dari bertahan ke menyerang ataupun sebaliknya. Hanya saja, menurut saya jika lini tengah sudah dibenahi, dengan komposisi timnas saat ini yang sangat baik, coach STY dapat menempatkan satu second striker sekaligus pembagi bola yang bisa memberikan dukungan kepada striker utama ketika membuka ruang dan melakukan serangan, posisi ini sangat cocok diberikan kepada sadam Gaffar. Pemain muda cerdas dengan pembawaan yang tenang, sangat menjanjikan.
Lini pertahanan Indonesia harus diberikan apresiasi tinggi, walaupun beberapa erorr terjadi, namun kedisiplinan pemain dan zona marking yang baik menjadi bekal dan faktor penting dalam meredam serangan Thailand, hal ini harus ditingkatkan terutama untuk melawan Vietnam dan UEA yang mempunyai daya serangan lebih eksplosif. Kerapatan antar lini menjadi poin vital dalam permainan Timnas, terutama build up serangan yang sering gagal. Ketika pemain belakang berhasil menghalau bola, jarak antar lini yang terlalu jauh, ruang tengah yang tertutup rapat, pemain tengah yang tidak dapat membuka ruang, akhirnya hanya menghasilkan umpan-umpan jauh yang mudah dipatahkan pemain lawan.
Poin penting yang harus diperhatikan Timnas jika becermin dari pertandingan melawan Thailand adalah, kerapatan antar lini, pemain tengah yang mampu menjaga kedalaman dan jembatan permainan. Jika hal-hal mendasar ini dapat ditingkatkan oleh Coach STY, saya pribadi yakin Timnas akan menuai kemenangan sesegera mungkin, karena pada dasarnya semangat menggebu para pemain Timnas dan skill individu yang mumpuni sudah menjadi modal luarbiasa, ditambah dengan kehadiran coach STY itu sendiri.
Semoga malam ini Timnas bermain dengan baik, nyaman dan memberikan 3 point kemenangan.
0 notes
Text
Final Liga Champions: Laga Final yang Memang Berasa Finalnya
Chelsea akhirnya keluar sebagai juara Liga Champions musim 20/21 setelah mengalahkan sesama perwakilan Britania Raya dan sekaligus juara EPL musim 20/21 Manchester City. Laga final yang mulanya direncanakan akan dilangsungkan di Istanbul Turki akhirnya dipindahkan ke Portugal lebih tepatnya di Estadio do Dragao markas dari FC Porto.
Laga penentuan yang dihelat pada pada Minggu (30/05/2021) dini hari waktu indonesia menyajikan permainan yang sangat asyik untuk dinikmati oleh seluruh penggemar sepak bola. 90 menit yang menurut saya jauh dari kata membosankan. Permainan menyerang dan taktis ala Pep Guardiola berhadapan dengan permainan cerdas dan terukur ala Thomas Tuchel.
Manchester City turun dengan membawa ambisi penuh untuk mendapatkan titel Juara Liga Champions setelah sebelumnya merengkuh trofi liga inggris. Hampir seluruh pemain terbaik yang dimilki skuad Mancity dibawa oleh pelatih Pep Guardiola pada laga ini, namun ada satu nama yang tidak masuk dalam starting eleven tim Pep yang menurut saya janggal, Fernandinho. Pemain yang biasa menjaga kedalaman Skuad dan memastikan area tengah tercover dengan baik. Alih-alih Pep menurunkan Ilkay Gundogan yang menurut saya kurang bisa menutup beberapa celah antar lini pertahanan dan tengah. Formasi 4-3-3 andalan Pep menjadi senjata yang mematikan selama ini, terutama di Liga inggris, namun pada perjalanannya City sering pula mengalami kekalahan terutama ketika menghadapi tim-tim yang mempunyai tipe permainan dengan transisi positif ataupun negatif yang cepat dan terukur. Salah satunya adalah Chelsea di bawah asuhan Tuchel yang mampu meredam eksplosifitas tim City di 3 laga terakhir sebelum Final champions. Chelsea berhasil menang dengan menerapkan permainan serupa dan gagal diantisipasi oleh Pep.
Chelsea di bawah asuhan Tuchel yang baru bersama sekitar 6 bulan mampu bertransformasi dari tim dengan performa angin-anginan di bawah asuhan Frank Lampard menjadi tim solid yang memiliki rasa percaya diri tinggi. Berbekal pemain turahan dari era Lampard, Tuchel sukses meracik tim menjadi skuad dengan permainan kelas dunia, memukau dan yang lebih penting adalah meraih kemenangan demi kemenangan. Turun dengan formasi 3-4-2-1, Tuchel menekankan pada permainan yang rapat antar lini, aliran bola cepat dan pressing ketat jika kehilangan bola.
Pertahanan Chelsea yang berawal dari tiga pemain berubah seiring jalannya pertandingan, terutama ketika terjadinya transisi negatif dari menyerang ke bertahan. Yang awalnya hanya di isi oleh 3 pemain kemudian menjadi 5 pemain sejajar dengan adanya Chilwell dan Resse James yang mundur kebelakang. Hal ini terbukti dengan hampir sedikitnya terobosan-terobosan yang bisa dilakukan baik oleh Mahrez di sisi kanan ataupun Sterling di sisi Kiri City. Ketika Sterling mendrible bola James dengan sigap menghadang dan Azpilicueta menjaga ruang sisi belakang James mengantisipasi lolosnya Sterling. Begitu juga di sisi kanan antara Mahrez yang berhadapan dengan Chilwell yang dicover oleh Rudiger.
Umpan-umpan cutback ke sisi tengah mampu diredam dengan baik oleh pemain-pemain Chelsea yang sama sekali tidak memberikan ruang untk bernafas bagi pemain city, dimana ada Kevin de Bruyne, Phil Foden dan Bernardo SIlva. Permainan umpan pendek dari anak-anak asuhan Pep seakan hanya mampu merangsek sampai tengah lapangan, ruang yang sesak sengaja diciptakan oleh pemain Chelsea untuk memutus aliran bola City. Walaupun statistik menunjukan penguasaan bola City lebih tinggi dan operan lebih banyak, namun ancaman ke gawang Edu Mendy mampu diredam dengan baik oleh pemain-pemain Chelsea.
Berbicara mengenai lini tengah dan depan Chelsea, pembicaraan dijagat dunia maya pasti tidak akan lepas dari satu sosok pemain fenomenal Ngolo Kante. Tidak perlu banyak penjelasan, Kante hampir sepenuhnya memegang peranan penting dalam skema permainan Chelsea bahkan semenjak babak penyisihan grup. Yang saya garis bawahi, peran Jorginho yang mungkin sering di diskreditkan, saya setuju dengan pendapat umum yang mengatakan bahwa Jorginho kurang tepat untuk berada pada posisi lini tengah cenderung belakang atau banyak orang menyebutnya gelandang jangkar karena dilihat dari fisiknya yang kurang, namun di era Tuchel duet Jorginho dan Kante sangat cair dan asik untuk dinikmati. Jorginho yang tak banyak melepaskan umpan jauh dan direct menjadi penjaga tempo permainan yang handal, mampu menjadi penghubung antar lini yang baik sehingga perubahan/Switching play sisi permainan terasa sangat lembut dan tidak terlihat mekasakan. Seharusnya Jorginho mendapatkan kredit yang lebih baik dari para penikmat sepakbola karena jika ditelaah lebih dalam, perannya terbukti penting.
Mason Mount, Kai Havertz, Timo Werner, tiga pemain depan yang dipercaya Tuchel menjadi pemain utama dilaga Final. Seperti biasa Werner menjadi pemain yang sering gagal dalam menuntaskan peluang, saya tidak ingin terlalu membahas Werner, karena secara permainan saya lebih suka melihat Giroud menjadi ujung tombak Chelsea. Walaupun demikian kredit yang bisa diberikan untuk Werner adalah pergerakan tanpa bola yang baik (terbukti dari Gol semata wayang Chelsea yang tercipta karena Werner berhasil menarik posisi Diaz sehingga meninggalkan ruang kosong dilini tengah pertahanan City), jelajah ruang yang luas, dan stamina bermain yang luar biasa. Mason Mount, anak emas lampard, yang terbukti menjadi aset berharga untuk skuad Chelsea dan Timnas Inggris, permainan yang konsisten ditunjukan Mount sangat pantas dihadiahi kepercayaan baik dari Tuchel ataupun Southgate untuk menjadi pemain utama Chelsea dan Timnas inggris. Terakhir, pemain favorit saya di tim Chelsea, Kai Havertz, anak muda asal Jerman yang memiliki visi bermain keren, pembacaan permainan yang baik, penempatan posisi tepat serta penjelajahan ruang yang luas menjadikannya aset jangka panjang Chelsea yang menjanjikan. Mungkin gol yang diciptakan oleh Havertz belum banyak, namun seiring berjalannya waktu, permianan yang terus meningkat, kepercayaan diri yang terus dipupuk serta gemblengan tangan dingin Tuchel saya yakin Havertz akan mencapai potensinya yang paling puncak.
Pertandingan final yang sangat menarik, jual beli serangan yang intens serta hasil pertandingan yang memuaskan, adil untuk kedua tim.
Pertandingan tim yang diasuh oleh pelatih-pelatih cerdas dan brilian seperti ini sangat dinantikan, bukan hanya karena pemain bintang yang terlibat, namun filosofi permainan, pemilihan formasi, perubahan taktik seiring jalannya permainan, pemilihan pemain utama, pemilihan pemain pengganti dan hal-hal lain yang walaupun kecil namun memberikan dampak pada kualitas permainan yang hanya sedikit pelatih yang bisa meilhat dan memanfaatkan hal tersebut.
Selamat kepada Pak Tuchel dan Chelsea, Enjoy it!
#chelsea football club#manchester city#champions league#english premier league#kai havertz#thomas tuchel#pep guardiola
2 notes
·
View notes