Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Venue: Pasar Lama Tangerang
Saya belum pernah memasukan pasar tradisional dalam daftar tujuan untuk berlibur hingga cerita tentang Pasar Lama di Tangerang sampai ke telinga. Bukan hanya tentang aktivitas jual beli, pasar yang dekat dengan Jalan Kisamaun ini seolah dapat menceritakan dirinya jika ditelusuri.
Sebelum masuk pasar mulailah perjalanan dengan menelusuri pelataran toko yang diisi deretan penjual bunga potong, buah impor hingga jajanan pasar. Jika sarapan jadi agenda, banyak tempat makan enak tersedia namun jangan bayangkan sarapan dengan ruangan berpendingin nan tenang.
Bisingnya suara kendaraan, lalu lalang pebelanja dan aroma khas pasar tradisional jadi suguhan selama santap pagi. Tapi itu sensasinya, terlebih rasa beberapa makanan yang saya coba tidak mengecewakan. Misal, sebagai makanan pembuka, cobalah otak-otak ikan seharga Rp. 10.000 yang disajikan dalam wadah daun pisang, lanjutkan dengan soto mie yang segar sebagai makanan utamanya dan tutup sesi sarapan dengan es podeng, jika beruntung Anda tak harus antre panjang untuk mencicipinya.
Meski beragam, kekhasan produk yang dijual dan rupa kebanyakan pedagangnya jadi identitas pasar ini, ya Pasar Lama adalah kawasan pecinan. Akulturasi budaya terjadi disini.
Makanan serta hadirnya kelenteng jadi yang paling menonjol, cara pedagang asli berbicarapun serupa logat Sunda meski tak kental, sentuhan kultur Tionghoa juga menjalar pada gaya rumah penduduk dibuat namun terbengkalainya sejumlah bangunan asli jadi hal yang paling disayangkan, bangunan nampak dibiarkan rusak tak terurus. Meski adapula bangunan yang masih mempertahankan kekhasannya.
Usai menelusuri meja-meja dagang, masuk dan luruslah melangkah menuju bagian tengah pasar. Jika aroma hio yang dibakar tercium, hal tersebut menandakan Anda sudah dekat dengan Kelenteng Boen Tek Bio, tempat ibadah warga sekitar yang diperkirakan berusia tiga abad. Di kelenteng ini siapapun diizinkan masuk bahkan mengambil gambar namun tidak untuk tempat sembahyang.
Jika berniat datang pastikan agenda bulanan terkait ibadah dan pagelaran budaya Anda peroleh, kunjungan pun akan lebih “menutrisi” otak jika menjelajah kelenteng dengan bantuan petugas yang akan menjelaskan latar belakang bangunan dan makna dari rangkaian ibadah.
Kejutan lain menunggu dibagian ujung pasar, ada sebuah museum yang keberadaannya terhalangi meja dagang kala pagi hingga siang. Museum Benteng Heritage, bangunan hasil restorasi yang semula adalah kediaman warga yang kiranya dibangun pada abad 17 ini siap mengantar Anda masuk dalam “mesin waktu” untuk mempelajari rangkaian sejarah kota tangerang pada eranya. Didalamnya terdapat lukisan yang menggambarkan kota Tangerang pada awal pembentukannya, beragam benda peninggalan serta akan diceritakan pula bagaimana sistem keamanan dibuat untuk bangunan lawas ini. Tur interaktif selama satu jam ini cukup dibayar dengan Rp. 25.000.
Hal yang jadi highlight dari kunjungan kali ini adalah jika penataan pedagang sekitar pasar sudah pemerintah kota mulai benahi, hal tersebut mestinya juga berlaku untuk aset budaya didalamnya. Tidak ada lagi bangunan tua yang dibiarkan kotor tak terurus karena akan menyenangkan jika Tangerang memiliki kawasan ekonomi dan budaya dalam satu tempat sekaligus yang digarap dengan serius.
0 notes
Text
Venue: Sore di Candra Naya
Tempat yang saya kunjungi kali ini adalah Candra Naya, area cagar budaya yang sudah berpadu dengan modernitas bangunan sekelilingnya. Sulit menemukannya?
Kemampuan Anda bertanya diuji untuk menemukannya, hal ini karena tak ada penunjuk arah atau papan keterangan terpasang. Bangunan ini "terbungkus" tingginya Hotel Novotel, Gajah Mada - Jakarta. Usai disepakati oleh pihak pengembang, pemprov dan pecinta sejarah Jakarta, kediaman Mayor Khouw Kim An (Mayor Tionghoa era Batavia) akhirnya urung diratakan untuk kepentingan pembangunan sebuah Hotel pada tahun 2003. Rumah ini pun dipertahankan meski hanya bangunan induk saja yang tersisa.
Ketika melangkah masuk, aroma dupa menyambut. Ohya, coba tengok keatas sebelum menjelajah ruangan lainnya. Terdapat atap kaca dimana sinar matahari menembusnya. Interior bangunan, patung dewa, ornamen khas Tiongkok dan nasihat kuno yang terpajang pun menggenapkan koleksi didalam.
Namun sepertinya hanya hari itu saja atau memang tak ada pemandu yang membantu menjelaskan koleksi disetiap sudut ruangan, informasi singkat yang ditulis dalam bahasa Mandarin, Inggris dan Indonesia pun tidak cukup membantu memahami latar belakang historis tiap koleksi lebih dalam.
Menuju pintu keluar, suara air terdengar dan kolam ikan koi jadi suguhan. Disisi kanan-kiri pintu keluar tersedia beberapa kursi. Jika saja saat itu kursi kosong, menghabiskan waktu santai sambil berbicang mungkin jadi pilihan saya duduk disana, terlebih arah pandang langsung menuju kolam. Namun sudut lain dari kawasan ini ternyata juga punya daya tarik. Coba telusuri deretan rumah makan disekitarnya.
Kopi Oey, misalnya. Rumah makan dengan menu tradisional ini punya satu sisi yang menenangkan. Saat itu, tak banyak pengunjung yang datang. Hal ini jelas membuat saya leluasa memilih tempat.
Jika ingin merasakan suasana sore lengkap dengan anginnya sekaligus berfoto, pilihlah area luar ruangan karena lensa kamera suka dengan semua hal yang ada disisi ini.
Alamat: Jl . Gajah Mada No 188, Jakarta Barat | Jam Operasional: 10:00 - 17:00 | Harga Tiket Masuk: Gratis
0 notes
Video
KELAS INSPIRASI YOGYA 2016: 2 KEJUTAN DI SDN 1 SOKOMOYO
Di Jakarta, bukan menjadi masalah ketika datang dalam kelas dan menceritakan profesi yang saya jalani begitupun dengan bahasa dan budaya siswanya, karena saya hidup dan tinggal disini. Ada kedekatan dalam keseharian maka tak akan ada canggung didalamnya.
Bagaimana jika mendapatkan tantangan untuk keluar dari zona nyaman tersebut?
Mengetahui lolos seleksi sebagai relawan pengajar Kelas Inspirasi Yogya membuat saya bergegas mengajukan surat cuti, memesan tiket kereta dan hostel. Kebahagiaannya sudah tak terbendung. Di Yogya saya ingin merasakan dimensi ketika saya harus beradaptasi dan dikenalkan dengan budaya yang anak-anak setempat miliki, karakteristik dan cara guru disana melakukan aktifitas belajar mengajar. Hal ini pastinya jadi salah satu pengalaman terbaik yang bisa saya ceritakan kembali kepada teman dan orang terdekat sepulangnya saya dari kota ini.
Keingintahuan saya pun menjurus pada pertanyaan, apakah profesi yang saya akan ceritakan mengundang atensi dan menumbuhkan mimpi mereka untuk mengikuti jejak saya. Meski itu bukan goal utama tentunya.
Berlangsung pada Sabtu, 6 Februari 2016 keseruan Hari Inspirasi di SDN 1 Sokomoyo, Kulon Progo pun dimulai. Tari angguk dari siswi kelas 6 membukanya. Bukan hal yang sulit ternyata membuat siswa disini untuk bekerjasama dalam kegiatan, mereka nampak antusias ketika para relawan berdiri didepan.
foto oleh : https://www.instagram.com/Bramsurya/
Tiba saatnya untuk menyambangi tiap kelas berdasar jadwal. Kekhawatiran pertama yang terlintas adalah bahasa, iya saya khawatir bagaimana jika siswa bicara dalam Bahasa Jawa? Bagaimana saya menimpalinya? Beruntung mereka tak sama sekali menguji kemampuan berbahasa daerah saya, kegiatan belajar dan berbagi pun terasa mengalir. Seperti judul tulisan diatas, siswa disini menyimpan kejutan untuk kami. Kejutan yang secara tidak langsung diberikan saat hari inspirasi berlangsung.
Hal mengejutkan pertama datang dari kelas 1. MEREKA SUDAH MAHIR MEMBACA DAN MENULIS, hal ini jelas memudahkan saya untuk melakukan simulasi pekerjaan lain saya sebagai news dubber. Saat kali pertama ikut Kelas Inspirasi Jakarta tahun 2015, saya menemui bahwa hampir sebagian besar siswa kelas 1 di SD tempat saya datangi belum semuanya fasih membaca bahkan mengenal huruf. SDN 1 Sokomoyo sendiri merupakan salah satu sekolah dasar unggulan di Kulonprogo yang menyeleksi kemampuan membaca calon siswanya, jadi bukan hal yang sulit jika saya meminta siswa kelas 1 untuk membaca 2 paragraf naskah berita yang saya siapkan.
Keseruan ini pun menular dikelas lain, semakin besar kelas yang saya datangi nyatanya membuat kemampuan saya dalam menjawab pertanyaan mereka diuji. Mereka cukup kritis. Pertanyaan semisal, bagaimana jika saya bicara saja medok, apakah bisa menjadi seorang pembaca berita?
foto oleh : https://www.instagram.com/Bramsurya/
Kejutan berikutnya datang dari kegiatan siswa disini saat waktu jeda belajar. Ajakan untuk “bermain” versi siswa disini bukan hanya kegiatan motorik semisal olahraga atau permainan yang anak-anak lumrah lakukan. Familiar dengan Karawitan? Kegiatan seni khas Jawa ini jadi rutinitas mereka tak hanya saat jam belajar berakhir. Bahkan mereka tak menyebutnya sebagai latihan, bermain Karawitan jadi cara mereka menghabiskan waktu. Saat siswa laki-laki memainkan instrumen, siswa perempuan akan bernyanyi dan menikmati pertunjukan ini membuat saya berterimakasih. Ya jika bukan karena mereka, saya mungkin tidak kenal apa itu Karawitan. Berkat keahlian memainkan musik Karawitan ini pula, panggung desa pun sudah mereka rasakan, tutur seorang guru yang juga melatih siswa memainkan instrumen tradisional ini.
Kesan bahwa anak-anak disini peduli dengan budaya adalah hal yang paling melekat dipikiran saya hingga saat ini. Fakta bahwa di Jakarta, anak-anak lebih akrab dengan teknologi dan modernitas membuat saya angkat topi dengan kentalnya budaya dan usaha tenaga pengajar untuk menumbuhkannya dijiwa siswa.
Bersama guru pembimbing, siswa memainkan instrumen Karawitan
Disini, didesa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan pedagang mungkin menyulitkan anak untuk akrab dengan beragam profesi mulia dan bermanfaat lain diluar sana. Namun, siswa disini rasanya tak sekerdil itu untuk berpikir dan bercita-cita. Energi besar, rasa ingin tahu yang tidak bertepi dan dasar budaya yang mereka miliki sepertinya bisa menjadi formula untuk memecahkan soal seperti “bagaimana menjalani hidup dan apa yang bisa saya lakukan dimasa depan?”
foto oleh : https://www.instagram.com/appudyaningtyas/
Mari kita tunggu lahirnya sosok besar yang memiliki manfaat untuk masyarakat dari SDN 1 Sokomoyo, sosok besar yang akan kita sering lihat muncul diberagam media karena prestasinya.
0 notes
Video
youtube
KELAS INSPIRASI JAKARTA 2015: SIAPA YANG TERINSPIRASI ?
Mereka bukan guru, bahkan, mengajar bukan keseharian. Namun dalam satu hari, di satu sekolah, datang dari beragam latar belakang, mereka membagi semangat lewat profesi
Nampaknya pendidikan di Jakarta masih baik-baik saja. Mari kita ingat, biaya sekolah gratis hingga jenjang SMA, kondisi bangunan terhitung layak dan terawat, tenaga pengajar pun sepertinya hampir semua berkualifikasi namun apa kabar dengan karakter dan semangat siswa sekolah dasar dalam belajar dan mengenal cita-cita? sudah sejauh mana Anda tahu?
Untuk menjawabnya Anda harus terjun langsung dan Kelas Inspirasi bisa jadi “kendaraan” Anda untuk sampai ke sekolah.
Di SDN 11 Pagi Manggarai Jakarta misalnya, tempat kami kelompok JKT#14 hadir, energi besar serta antusias siswa dalam mengikuti kegiatan Hari Inspirasi turut menular pada relawan. Bergabung sebagai videografer nyatanya juga membuat saya merasakannya.
Lantas, apa temuan menarik dan kesan selama mengikuti Kelas Inspirasi Jakarta 4 2015? Simak keseruannya dalam video diatas!
0 notes