Text
End of the journey ..? No, it's a beginning !
Well, sampai di titik ini rasanya percaya tak percaya..akhirnya bisa 'menggeret' diri ini sampai sekarang. Perkuliahan terberat dengan momen hidup yang berat pula, I barely make it through. Setiap ada tugas baru, rasanya ingin mundur saja. Namun tak berani aku tanggung resikonya jika memilih mundur dan tak terbendung pula rasa bingung menjalani ini semua. Kalau kata seseorang, mungkin aku memang maunya galau, jadi aja berdirinya ndak jelas di posisi mana, huftt..
Beberapa tahun belakangan ini adalah ujian berat untukku belajar tidak memaksakan kehendak, menjadi lebih realistis, tapi tetap memberikan yang terbaik tanpa harapan yang menjulang tinggi. Wow. A very hard task for a perfectionist like me. Lambat laun aku mulai belajar empati pada kondisi orang lain, belajar mencari beragam celah-celah sempit yang bisa membuat semuanya tetap berjalan dengan segala situasi yang terjadi, belajar untuk mengambil jeda, belajar untuk tidak menekan diri sendiri terlalu berlebihan.
Saat mengawali perkuliahan bunsal ini, yang meliputiku memang rasa takut, karena ini amat sangat mendorongku keluar sangat jauuuh dari zona nyamanku - yang padahal sudah kuperluas semenjak bunpro. Tapi saat bertemu dengan Tim Ruang Cahaya Ibu, hatiku kembali hangat dan harapanku menggebu-gebu. Terbersit segala macam hal yang ingin aku gapai bersama teman-teman disini, hal-hal yang sebelumnya terasa mustahil untuk kulakukan. Indikatorku sederhana saja - belajar hingga aku bisa mengajarkan. Yah, dalam kasus ini mungkin belum bisa kalau jadi terapis yg actually handling people (jalannya sangat panjang bukan), tapi minimal aku bisa ambil bagian untuk membuat pencerdasan. But I didn't make it. Mostly because I count on others very much, since this is a very new issue to me. Padahal seharusnya aku bisa belajar lebih banyak, tapi aku hanya menemukan diriku yang semakin kacau. Aku berhasil mendorong diri untuk lebih mengalokasikan diri memahami isu kesehatan mental dan manajemen emosi, tapi sepertinya kurang banyak dan kurang dalam karena aku belum bisa 'menuang' apa yang kuisi ke dalam 'termos'ku. Aku mencoba berkompromi dengan segala situasi yang ada, tapi aku tahu, seharusnya aku bisa lebih dari ini. Pikiranku terlalu bercabang, sampai-sampai aku kewalahan mengatasi diriku sendiri.
Sampai langkah-langkah terakhir di Kampus Ibu Pembaharu ini, aku terus mempertanyakan diri : apakah aku benar-benar layak berjalan sampai akhir? Apa lebih baik aku berhenti dan kembali saat sudah lebih siap dan layak?
Meski aku telah banyak belajar, telah mengekspos diri untuk berani melakukan banyak hal baru, telah bertemu teman-teman yang luar biasa di sepanjang perjalanan ini, telah memaksa diri untuk terus berjalan..... at the end, I'm still not worthy. I need to learn more
and focus more.
Maybe it is time to rebuild my life's path 🙂
Obviously, I'm not ready to scaling up this project. I need to start it all over again.
1 note
·
View note
Text
Review Jurnal 7, ApresiAKSI
Kamis pagi langsung cek sheet buddy, dan intip jurnal buddy ... whaaaa maasyaaAllah, baru baca sekilas uda terpukauu ... semakin merasa perjalananku ini super salah arah 😔😔
0 notes
Text
Ditutup dengan ApresiAKSI
Melakukan aksi, adalah satu hal. Ada hal lain yang juga sama pentingnya, yakni merefleksikan kembali hal-hal yang telah terjadi dan membuat perbaikan. Jujurly, aksi, bahkan keseluruhan tim ini menurutku banyak sekali poin evaluasinya, terutama diriku yang sangat awam ini 🙈
Evaluasi internal dulu sebelum evaluasi dampak. Isu ini sangat baru kumulai untuk jajaki, dan dari apa yang kupelajari sedikit ini, bahkan topik mental health ini lebih scattered (secara lingkup dan pembawaan materi) daripada topik parenting. I don't know where to start, I don't get what's the base. Kalau kata ibu, meskipun bersisa sendirian harus tetap berjalan, aku malah semakin merasa tertekan dan bingung harus melakukan apa. Saat mengawali perjalanan, nampaknya ada kesalahpahaman antar anggota sehingga jalannya tidak senada seirama, namun mengandalkan diri sendiri juga sulit karena masih di tahap belajar dan mencerna. Catatan besar untuk diriku sendiri dulu sih : kalau mau nyemplung liat-liat sikon dulu, supaya setidaknya bawa ban pelampung 😁 alias lebih baik perdalam hal yang udah lebih banyak dikuasai, kalau hal baru mending belajar dari bawah. Sebenarnya ndak jadi soal sih kalau memang perencanaan dan pemetaan timnya oke, misalnya awam tapi ada skill lain yang dibutuhkan, malah bisa jadi benefit buat kedua pihak (dan tadinya ini yang kuharapkan 🤪)
Dampaknya, aksi yang dilakukan menurutku jadi kurang strategis. Serba mendadak dan jadi.... seadanya? Meskipun sesedikit apapun tentu ada manfaatnya, tapi terasa kurang matang aja.. Dan jadi bingung harus melangkah kemana. Jadi, apa evaluasi atas aksi yang sudah berjalan kemarin? Poin utamaku adalah... start over 🙈
Tim nampak ndak ada masalah dengan keberjalanan selama ini sih, atau pada diam diam memendam? 😅 jadi aku sampaikan poin evaluasi tersebut secara halus dalam menyusun bagan-bagan berikut ini 🤭
Aku tak tahu apakah bisa terus melanjutkan perjalanan ini
0 notes
Text
Review Jurnal 'Waktunya BerAKSI'
Pasca mengumpulkan jurnal yangg sangat terengah-engah menyusunnya..... langsung dikejutkan dengan buku panduan Kongres Ibu Pembaharu 😲😲 sungguh ndak menyangka akan seperti ituuu bentuk Kongresnyaa, yaampuun . thrilling and exciting, but also very exhausting 😤😤 sungguh timing yang buruk, i have another tight deadline on those exact dates! persis 3 hari (atau jadi 4 dengan persiapan?) aku berkejaran mengerjakan 2 proyek yang sungguh butuh konsentrasi tinggi huhuhuhuu alhasil review mereview terlupakan 🙈 aksa aja kudu dititip dulu ke mas dan ibu huhuhuhu
enough with the curcol 🙈😅
kali ini ber-buddy dengan mbak evi dari bandar lampung. ku suda intip jurnal beliau tapi....traffic WA sungguh tragis, akhirnya aku ndak kunjung menghubungi mbak evi, sampai mbak evi menghubungi duluan, itupun aku responnya telaaat.
Intip jurnalnya mbak evi, jadi merasa punya teman senasib sepenanggungan 😅 pengen tarikkkkk, tapi anggota tim kurang tune in, sedangkan lari sendiri juga berat.. meski kata ibu, jangan sampai terpengaruh orang lain, dan yang penting adalah kita sendiri bertekad untuk terus maju........yah, kenyataannya ndak semua hal bisa seperti itu. atau ini hanya tanda lain dari semesta bahwa aku salah berjalan? 🙈🙈
anyway, semangaat mbak evii, semoga sukses daann semakin baik ke depannyaa 🤗
0 notes
Text
Aksi untuk Solusi, waktunya berpartisipasi
Memulai aksi ternyata........jauh lebih rumit dari yang dibayangkan 😅 mungkin terutama karena keawaman diriku ya ... menggali dan mencintai tantangannya sudah, tapiii menyusun langkah ke depan masih ndredegg belum terbayang bisa ke mana dan akan sampai mana..... oke garus besarnya aku terbayang, tapi detail-detailnya itu kok meragukan yaa ... seumur-umur sekolah ndak pernah ngerasa salah jurusan, baru sekarang berasa beratt banget dan ingin banting setir 🙈
Untuk perihal operasional aku pede banget buat memperjuangkan segalanya - atur diskusi, flooring, rangkum ide, penjadwalan taktis, siapkan infografis, dll dsb dst .... tapi kalau cuman berdua sama buleader rasanya sulit juga untuk kemanamana hehee .. pemaparan materi dari ibu bikin kutambah ga pede disini, malah memberi inspirasi untuk proyek lain hahahaaa . mungkin kesalahan utamaku sekarang tu ya ini, ndak fokussss, apakah pertanda harus rehat dulu? 😂
tapi yasudah kita mulai saja duluwwww, sempat merenung agak lama tapi akhirnya kami bisa breakdown tasklistnya, meski masih agak takut-takut susun deadline karena menunggu kesanggupan semua anggota tim.. Gantt chart bisa diintip di siniii .
Sebenarnya selain poin edukasi, rencananya kami ingin ujicoba beraksi di dalam tim dulu. Alhamdulillah salah satu anggota yg seorang terapis bisa meluangkan waktu dan buleader mengajak kita udah refreshment tentang Manajemen Emosi 😍 Kamis, 14 Oktober 2021. sayang banget waktu itu aku mendadak drop kondisi tubuh, boro boro mau denger meet, napas aja stngah mati 😌 qadarullah belum berkesempatan refreshment seperti teman-teman yg lain . tapi alhamdulillah, teman-teman yg hadir jadi sempat berdiskusi untuk arah RCI ke depannya, yeaaayy
Agenda berikutnya, yg kepikiran cobain bikin IG Live, buat konten edukasi umum, karena kalau healing yang sifatnya personal rasanya belum siap buat ujicoba hehe. IG Live direncanakan tanggal 24 Oktober 2021, membahas pengaruh emosi terhadap kesehatan organ fisik. Alhamdulillaaaah yang mengunjungi ramaii dan akun kami pun melonjak followersnya 😍 maasyaaAllah tabarakallah.
Next kita mau refreshment healing untuk dalam tim dulu, harapannya bisa jadi penguatan untuk ujicoba ke pihak luar nantinya. Semangat, teams !
0 notes
Text
Review Jurnal 5, Identifikasi AKSI
Kali ini rada badmood karena submitan review yang lalu ngga masuk masaaaa, jadi aja bolong hiks
Hari Kamis selalu langsung cek postingan mantika, kali ini dapat buddy Mba Qurroh . Cuss intip intip jurnalnya daaaan aku terkagum kagum 🥺🥺 detail banget buuund, jatuh cinta deh 🥰 Lengkap, terarah, dam tentunta sangat bermanfaaaat buat banyak orang topik manajemen waktu tuuu. Semoga lancar selalu tim WaIF 🤗
0 notes
Text
Identifikasi Aksi, menjadi bagian dari solusi
Setelah cukup lama dan dalam ngubek-ngubek masalah, lalu mulai merumuskan arah gerakan, sekarang waktunya kita mulai bergerak! 🥰
Dimulai dengan 'memecah' atau breakdown tujuan menjadi tema-tema gerakan kecil yang bersatu padu, sehingga ada suasana yang terbangun perlahan sebelum menjadi kokoh, ada rencana-rencana yang lebih fokus, matang, dan terperinci yang bisa dilaksanakan.
Waktu dengar ibu menyampaikan materi, sudah sedikit terbayang rangkaian konten yang akan kami terbitkan . wuaaw aku excited sekali 🤩 saat berdiskusi pun kekira poin poin yang lahir serupa dengan yang kupikirkan, yeaay !
Tapi eh tapi ...... gusti, realisasinya berad amat 😭😭😭 wow ya hidup seorang konten kreator itu bund 😭😭 kok kayaknya ndak apik, kurang menjual, bingung, dsb dst dll dkk 😂😂😂
yah, namanya juga baru nyemplung ke dunia perkontenan, semoga ke depannya selalu semakin baik deh 🥰
Untuk fundraising, saat ini rasanya belum perlu. Mungkin nanti saat kami sudah mampu meluaskan sayap untuk merangkul lebih banyak penerima manfaat, supaya bisa membantu mereka mendapatkan konsultasi ahli dengan biaya seminim mungkin, mungkin, atau hal-hal semacam itu. Tapi saat ini karena masih berfokus pada penyebaran awareness dan pengetahuan, sepertinya kami masih bisa pakai resource yang kami miliki. 😄
0 notes
Text
Review Jurnal Keempat
Sempat terlupa punya tugas untuk me-review 🙈 karena Rabu malam udah niat nongkrongin FBG taunya ndak ada live hihi lahdalah malah jadi keterusaan besokannya ndak buka FB lagi. Teringat sudah hari Jumat, intip sedikit ..... wah, kali ini dapat kesempatan untuk review jurnal milik Mbak Mellysa. Jurnalnya apik sekali 🥰 rapi, singkat, padat, dan jelas. Dan salut sekaliii bisa muat semua ke dalam template yang dikasih, daku kemarin lambai bendera lsng bikin template sendiri 😂
Belum sempat meneliti lebih jauh, malah sakit 😬 Akhirnya baru bisa review sekarang. Maafkan lama ya, Mbaak huhuhu.
Overall jurnalnya sangat jelas. Tujuannya juga jadi sangat terbayang setelah diurai dengan metode SMART. Kalau hanya baca 'ibu merdeka mengajar, anak merdeka belajar' waaah masih auto kemana-mana pikirannya, ndak fokeuusss. Tapi setelah lihat uraian SMART-nya, jadi 'oh itu yang dituju' 👍 hanya kurang spesifik sedikit lagi di bagian target yang akan terlibat 😊
Milestone juga sangat cantiik, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi ahli, insyaaAllah . semoga Allah mudahkan perjalanan tim Bunda Aruna 🥰
0 notes
Text
SMART Goals dan Sumber Daya Pendukung
Well, setelah 3 pertemuan lamanya (9 pekan, wow 2 bulan lebih) sibuk ngubek-ngubek masalah, menjadi lebih akrab dan dekat, memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dan menyeluruh, now it's time for us to move forward!
Saatnya kita bermimpi ke depan, perubahan apa yang ingin kita lakukan, solusi apa yang bisa kita tawarkan, mimpi apa yang ingin kita gapai 🥰
So excited, yet so lost 😂 Semakin mendengar materi dari ibu di setiap detiknya, semakin pula aku hanya bisa termenung-menung. Untukku pribadi, bermimpi secara orisinil (lah apa ini) saja sudah cukup sulit, karena biasanya entah terlalu ngawang ndak jelas, atau malah ngeblank aja gitu. Dan bener banget apa yang ibu bilang, kalau terlalu mudah kita jadi malas, kalau terlalu sulit juga malas. Nah kan, nambah deh PR nya, bermimpi aja ndak cukup tapi mimpinya harus cukup rasional. Dan bener lagi poin berikutnya, ada batasan waktu, ada indikator pencapaian, ada ruang lingkup,,,, aaaaaakkk tidaaaakkk terlalu banyak PRnyaaa 🙈🙈🙈 Alhasil, hampir sepekan berlalu dan belum ada ide yahud yang muncul (udah mah di saat yang sama lagi dikejar-kejar deadline wanoja yang meresahkan, heu).
Setelah risau mencoba beride lalu menurunkannya secara abstrak dalam pikiran sebelum disampaikan ke brainstorm tim, akhirnya aku coba pendekatan baru dengannn 'go for it' 😂 Yaudahlah ajukan dulu idenya, nanti didetailkan bersama-sama . Yok bisa yok udah H-7 dedlen jurnal 🙈
Mengumpulkan teman tim dalam tatap muka virtual pun sulit sekali, jadi aku usul pada leader untuk berdiskusi di WAG dulu saja. Kucoba tawarkan opsi apakah kita tentukan waktu bertemu di WAG atau setiap hari kudrop topik lalu siapapun jam berapapun bisa drop pendapat, komentar, dsb, utk di akhir hari ditarik kesimpulan atas topik tersebut. Hampir semuanya (kecuali 2 orang yang tidak bersuara) menyetujui kedua opsi, jadi aku izin lagi pada leader untuk ambil opsi yang kedua -- berhubung jam onlineku ndak menentu dan kebanyakannya burhan 🙈🙈 kenapa aku yang mimpin diskusi ya? 😂😂 entahlah, ndak ada mandat resmi haha yasudah anggap saja bantu buketu hihi 🤗🤗 supaya ndak terkesan beliau yang ajak diskusi tp beliau juga yang berpendapat kali yaa, jd beliau bisa lebih bebas mengutarakan pendapat dan pandangan hihi. Eh lain protes ieu mah, takut melangkahi weh 🙈
Untuk mengawal, aku minta semuanya tulis harapan saat memutuskan bergabung dgn tim ini, juga harapan akan pergerakan tim ke depannya. Heniinggg lamaaaaaa sekali 🙈 kucoba pancing, alhamdulillah ada 1 suara selain suara bu leader. Harapannya hampir serupa, dengan diksi yang berbeda. Aku coba rangkum jadi 2 buah tujuan yang cukup luas cakupannya namun tetap tajam.
1. RCI menjadi sarana bagi tim untuk memiliki pengetahuan dan meningkatkan kualitas kesehatan mental, terutama terkait manajemen emosi
2. RCI dapat merangkul dan membantu perempuan yang memiliki masalah kesehatan mental, terutama terkait manajemen emosi
Setelahnya kucoba gulirkan diskusi dengan memecah teknik SMART ke dalam beberapa pertanyaan, sehingga suara/pendapat/pandangan yang masuk dari tim sudah bisa langsung terarah.
Apa yang ingin dicapai? (Tujuan yang telah dirumuskan)
Mengapa ini penting untuk dicapai?
Siapa saja yang terlibat supaya hal ini tercapai?
Dimana tempat mencapai hal ini?
Kapan hal ini ingin dicapai?
Apakah hal ini mungkin dicapai dalam kondisi kita yang sekarang?
Bagaimana cara kita mencapai hal ini?
Bagaimana kita mengetahui hal ini sudah bisa dikatakan tercapai?
Apa saja indikator perkembangan kita menuju tercapainya hal ini?
Jawaban-jawaban tersebut lalu diturunkan menjadi milestone atau langkah-langkah kecil yang riil. Setiap milestone kemudian ditelaah kembali apa saja sumber daya pendukung yang diperlukan supaya milestone tersebut dapat terlaksana.
Setelah tiba di titik ini, baru kusadari nampaknya poin milestone ini masih bisa lebih dirinci lagi, terutama untuk Tujuan#2. Juga diperlukan timeline yang lebih ajeg di setiap milestonenya. Akan tetapi diperlukan pematangan dan penyepakatan konsep sebagaimana yang ditulis pada milestone#1 terlebih dahulu, supaya lebih pasti pendetailan langkahnya. Tapi sampai disini pun sudah jauuuh lebih clear dibanding pekan lalu yang super duper blunder dalam pikiran, hehe.
Selain itu, kami juga mencoba mendiskusikan golden rules serta exit procedure dalam keberjalanan tim kami ke depannya. Golden rules berfungsi menjadi pagar bagi interaksi kami supaya tetap nyaman dan produktif, sementara Exit procedure menjadi alur kesepakatan untuk meninggalkan tim saat ada hal yang bertentangan/sudah tidak lagi sejalan. (belum sempat masuk ke template 🙈)
Golden Rules :
☘️ Meeting online minimal 1x seminggu, dengan jadwal rutin yg sudah disepakati
☘️ Untuk daerah bandung minimal 1x/bulan meet up offline (tentunya tetap jaga prokes) 😊
☘️ Musyawarah, mufakat, dan tanggung jawab (diam berarti setuju dan turut bertanggung jawab)
☘️ Memberi kabar sesegera mungkin saat memiliki hambatan/tantangan
Exit Procedures :
🍂 Menyatakan izin di grup besar dengan menyertakan alasan yang jelas, dan sebisa mungkin mencari pengganti untuk mengisi peran yang ditinggalkan.
🍂 Tidak ada kabar, baik secara personal kepada leader maupun komunikasi di grup, selama lebih dari 1 bulan dianggap mengundurkan diri dan wajib melaksanakan poin di atas.
Overall aku senang sekali sudah berhasil sampai di tahapan ini. Si anak planga-plongo ini sudah lebih punya pijakan untuk melangkah 🥰 Hanya saja aku sungguh menyayangkan koordinasi tim yang berjalan kurang sinergi -- selain poin pertama, diskusi di atas hanya merangkum suaraku dan suara ibu leader 🥺🥺 how sad, makanya aku jd mengusulkan rules 'diam berarti setuju' biar ndak pada lepas tangan nantinya krn ndak pada bersuara di awal 🥺🥺
Ah entahlah, bu leader sih auranya selalu positif dan optimis hehe, tapi aku udah semi hopeless. Menggeret-geret orang kayak gini tu sangat lelah, ndak jelas enggan atau bersedia. Ada tapi tiada. Di beberapa tempat memang terpaksa seperti ini, tapi tadinya aku kira disini ndak akan seperti ini..... Yah, semoga getting better ke depannya. Jangan menyerah dulu ya, Rifa 😊 peluk hangaaattt
0 notes
Text
Review Jurnal Ketiga
Review kali ini penuh surprise lagi karena titik berat reviewnya jadi berbeda 😄😄 di satu sisi tentu sangat bagus karena menyesuaikan dinamika konten jurnal, karena kemarin di review kedua terasa agak membingungkan. tapi di sisi lain tentu menggugah rasa tidak nyamanku akan perubahan Hai Rifa, ayo jangan duduk di pojokan zona nyaman terus! 😅😆
Kali ini dapat partner review dari Jakarta, mbak Gina namanya. Setiap pasangan review suasananya berbeda, tapi pembawaan mbak Gina ini terasa sangat hangat 🤗 cukup meredakan anxiousku saat harus berkomunikasi dengan orang baru
Bicara tentang poin review, sejujurnya aku sendiri tertampar 😂 pengakuan dosa dulu, nulis jurnal ketiga kemarin sebenarnya ndak terlalu dikejar waktu, tapi karena merasa 2 jurnal sebelumnya terlalu banyak curhat tentang proses menuju lahirnya jurnal, kali ini lebih ingin refleksi tentang insight apa yang kudapat saat proses menjalani tugasnya. Terutama karena poin review 2 jurnal lalu lebih fokus pada hasil dibanding proses. Malah jadi skip sama sekali cerita terkait proses penyusunan tugasnya, dann sekarang hal ini jadi salah satu poin review 😂 yhaa namanya juga life, ketika lengah akan terperosok 🙃
Enough with the talk, let's move on to the real business 😂
Mbak Gina menuliskan perjalanan timnya pekan ini dengan padat dan jelas. Meski singkat, suasana diskusi dan kebersamaannya terasa. Walaupun sedikit bumbu tambahan cerita will do no harm and add up a nice memorable memories 🤗
Sayangnya ada poin yang belum dituliskan, tapi sepertinya sih sebenarnya sudah didiskusikan, yakni pengerucutan problem statement tim. Ataukah timnya non-peserta kelas semua, sehingga problem statement mbak Gina otomatis menjadi problem statement tim?
Bisa yakin problem statement sudah dibahas karena proses starburstingnya detail sekali 😍😍 dengan fokus galian yang sudah terarah. Semoga semakin jelas dan cerah permasalahan yang ingin diselesaikan, sehingga mendapat solusi yang optimal pula 🤗
0 notes
Text
Menyelami Masalah
Diberi waktu beberapa lama ini untuk semakin banyak bermain dengan masalah, memberiku suatu perspektif baru terhadapnya -- dan sedikit banyak memberi insight atas banyak keruwetan dalam pikiranku. Terkadang saat kita tersandung kerikil masalah, kita terlalu cepat menuju kesimpulan. Kalau diibaratkan seperti ini :
ya memang sih kalau lapar solusinya makan, tapi apakah berhenti sampai disitu? Kalau rasa laparnya ndak wajar gimana? Apakah ternyata makanan kita tidak seimbang gizinya? Atau tubuh kita sedang berusaha berkomunikasi pada kita, memberi alarm bahwa ada yang salah dalam tubuh kita?
Kadang kita hanya memikirkan apa yang benar-benar terlihat, dan ingin bersegera mengatasinya. Padahal bisa saja sesuatu yang tampak ini hanyalah satu gejala dari sebuah penyebab yang lebih besar, atau ternyata beberapa masalah yang tampak itu satu serangkaian yang utuh - tapi terasa sebagai masalah yang berbeda karena tampakan gejalanya juga berbeda.
Luka memang harus segera diobati, tapi cari tahu juga apa yang menyebabkan kita terjatuh dan mendapat luka tersebut.
Semakin dalam aku menggali permasalahan yang menjadi motif dari tim RCI ini, semakin aku terkagum akan untai-untai ilmu dan luasnya aspek yang dibawa oleh masalah ini. Semoga bisa terus menjadi semangat untuk melangkah walau sedikit di setiap saatnya 🥰
sekelumit panjang lebar portolio pertama RCI bisa diintip disini, dengan judul Landasan dan Tujuan. udah mabuk nyusun reportnya, blm sanggup kl hrs ngulangi bahasan yg sama disini 😂
0 notes
Text
Review Jurnal Kedua
Udah ndak ndredeg seperti yang lalu, tapi tetap saja bikin mikir keras 😅 ternyata ndak mudah ya memberi umpan balik, terutama saat kita sama-sama menjalani hal yang sama 🙈
Baik mari kita lanjuuttt.
Kali ini dapat teman review dari Semarang, mbak Nugrahani Sarsa. Sebetulnya saat link buddy direlease, ku langsung lihat dan baca-baca jurnal milik mbak Hanny. Tapi kok ndak klik WA ya 😅 ah sungguh per-WA-an sebulan ke belakang ini bikin pala pecah 🙈 akhirnya disapa duluan oleh mbak Hanny, itupun sempat tenggelam dulu chatnya jadi kurespon telaat banget huhu maaf ya, Mbak
Ah, gerakan yang mau mbak Hanny buat ini seru sekali! Setahun yang lalu aku pasti mau ikutan gabung, meski modal cuma setitik si 🙈 Perhatian publik pada proses menyusui memang sudah mulai ramai diminati, tapi kenyataannya pelaksanaannya masih sepi ... sesederhana penggunaan dot tetap saja marak, padahal banyak media lain yang lebih berkesadaran yang bisa digunakan..... dan berakar pada kurang support tenaga, waktu, maupun support ilmu sehingga mau ambil 'gampang' dengan pilih media dot (ini terlepas dari isi si dotnya yaa). Jalan perjuangan masih panjaaang.
Semoga lancar ya mbak dan tim 🥰 hingga dukungan terhadap ibu menyusui bisa benar-benar menghujam dalam sanubari setiap manusia, aamiin.
0 notes
Text
Membangun Tim yang Solid
Mendengar judul materinya saja sudah ndredeggg, ngeri-ngeri sedapp.
Semakin didengar, semakin merinding jadinya...dan semakin bertanya-tanya : bagaimana? apakah aku bisa?
Kuakui, berjalan beriringan dengan orang lain memang membuat konsistensi lebih terjaga (meski kalau yang ini kurang baik sih karena membuat kita dependen) dan tentunya bisa meluaskan langkah (sendirian cuma bisa melangkah ke satu arah kan? tapi tambah pasang kaki maka akan tambah luas area yang dijelajahi 🥰). Tapi aku juga bingung : gimana caranya ngajak orang padahal aku juga lagi stuck banget bahkan nggak tau mau melakukan apa?
Paska mendengarkan materi, aku hanya bisa termenung-menung. Kehabisan akal bagaimana cara menyampaikan masalahku ini dengan baik -- dalam artian tidak terkesan mengeluh, bisa tersampaikan titik fokusnya, dan utamanya bersifat persuasif 😣 . Baiklah kuakui skenario kampanye agak terbayang (meski ternyata pas dieksekusi kurang smooth), tapi bayang bayang untuk membentuk tim ini yang bikin takut setengah mati 🙈 gimana kalau nggak ada yang nyangkut? Udah pasrah mau bikin tim bareng Mas aja berdua. Tapi agak ga berani juga gambling dengan kesibukan Mas yg belum juga termenej, keseharianku yang sulit diprediksi, dan tentu banyaknya kejutan di perkuliahan ini, menawarkan ke Mas untuk proyek ini agaknya berat juga.
Kampanye dapat dilihat di sini .
Beberapa hari berlalu, dengan pikiran yang masih buntu dan malah mengalihkan diri pada kesibukan yang lain 🙈, akhirnya mendapat sedikit pencerahan : yha jalan-jalan dulu aja kan plesiran ke postingan kampanye orang lain??? Meski degdegan juga sadar diri belum punya kapasitas apa-apa di bidang yang mau kuselesaikan ini, tapi semoga aja ada yang nyantol.....
Ternyata ada beberapa yang serupa meski tak sama -- kucoba untuk tarik garis ke belakang lagi dari masalah QLC yang kemarin mau kuselesaikan, yang paling dekat bisa mulai dari masalah kestabilan kesehatan mental. Alhamdulillaah ternyata akhirnya nggak jauh-jauh nyantol ke tim dari teman regional sendiri, yaitu Teh Andini. Padahal dari kemarin lagi ngobrol bareng, tapi ngobrolin yang lain bukan ngobrolin proyek bunsal 🙈
Beberapa anggota tim memiliki masalah yang sama, bahkan sudah lebih dulu mendalami cara mengatasinya. Ada juga yang sepertinya sudah cukup ahli di bidang healing. Obrolan kami masih di sekitar pembahasan sangat basic tentang rencana aksi ke depannya, alternatif yang mungkin dilakukan, juga skill masing-masing yang bisa turut membantu aksi ke depannya. Mudah-mudahan aku bisa cukup berkontribusi dan tim ini semakin solid serta menjadi bagian dari solusi 🥰
#materi2#membanguntimyangsolid#ibupembaharu#bundasalihah#darirumahuntukdunia#hexagoncity#institutibuprofesional#semestakaryauntukindonesia
0 notes
Text
Tak cukup putar otak dan merenung panjaaaang untuk menuangkan dan menganalisa masalah, tantangan berlanjut dengan bertukar jurnal untuk saling meninjau. Mengungkapkan masalahku dalam kata-kata pada diri sendiri saja aku malu, sekarang harus pula dilihat orang 😃 #senyuminajahhaha
Begitu pengumuman pasangan review keluar, langsung kukontak pasanganku -- mumpung pegang HP yekan, gatau kapan lagi takut kelupa 🙈. Beliau mengajakku untuk bertemu via suara. Uwaah, degdegan ! 🙈🙈 bertemu selain via tulisan itu masih terasa menakutkan untukku, meski sudah banyak sekali berlatih selama kelas bunpro kemarin.
Selesai menemani rutinitas sore Aksa, intip HP eh ada missed call, hwaaa mau panique . Tapi pas lihat jamnya, alhamdulillah baru 15 menit yang lalu, segera aku hubungi balik, dan beliau masih bersedia untuk mengangkat telepon meski di WITA sana sudah hampir maghrib.
Saat mendengar fokus masalah yang beliau mau selesaikan, aku ikutan 'tringg!' karena kemarin sempat mau tulis hal ini juga tapi template penuh *eh 🤐, yakni tentang 'meningkatkan kualitas diri dengan mengaplikasikan hal-hal yang sudah dipelajari'. Langsung terasa di hati 🙈 kadang kita paham bahwa kita ada kekurangan A B C dan udah bertekad untuk belajar .... tapi langkah belajar aja sungguh sangat tidak cukup karena mengaplikasikan ilmu yang dipelajari itu beraattt sekali rasanya. Ujung-ujungnya belajar banyak hal, tahu banyak hal, tapii di keseharian masih amburadul karena paham teori aja *eh aku ini lho maksudnya 🙈. Seru sekali permasalahan yang diangkat mbak partnerku ini 🥰 semoga momen ini bisa menjadi batu loncatan untuk melejit lebih tinggi lagi
0 notes
Text
"Selamat datang di Kampus Ibu Pembaharu", katanya......
Di tahapan kelas terakhir dalam rangkaian belajar di Institut Ibu Profesional ini, sesungguhnya aku merasa kakiku tidak kokoh berdiri. Entah gamang karena apa. Mungkin rasa khawatir tidak bisa optimal yang menggelayuti, mungkin juga bayang-bayang hiruk pikuk dan gegap gempita Hexagon City yang begitu exciting namun tak lagi dapat kuikuti yang membuatku cemas, mungkin juga ekspektasi terhadap lulusan perkuliahan ini kelak yang menekan, mungkin juga karena aku tidak yakin dengan apa yang kuinginkan -- ingin fokus dulu di rumah tapi jenuh, ingin beraktivitas tapi tak ada waktu ..... Ah, katanya kita diminta meninggalkan keragu-raguan! Maka, bismillah, aku melangkah maju meski perlahan. Semoga bisa mendapat perspektif baru untuk semakin memperbaiki diri. Semoga, meski tidak muluk, diri yang sedikit demi sedikit berubah ini bisa menjadi seorang pembaharu.
Anganku sudah melanglang buana akan seperti apa perkuliahan ini berjalan. Konon katanya ini perkuliahan pamungkas sebagai penempa diri, mengajarkan nilai-nilai untuk menjadi perempuan yang bersinar bagi masyarakat. Wow. Wow. Wow. Di kelas Cekatan dan Produktif saja sudah diasah habis-habisan, lalu sekarang mau seperti apa lagi? 😂 🏳️🏳️
Sedang disapih cukup membuat jam tidur Aksa menjadi agak random, dan mutlak wajib kudu emaknya tidur duluan supaya dia tidur 🤣 udah ga level ngelonin sampai ketiduran heheu . Akhirnya ketinggalan siaran live deh. Kebangun udah jam 10, bengong bengong dulu kayanya ada yang kelupaan ... ehyaampuuunnn cepat cepat buka FBG !
Pertemuan pertama ini membahas tentang identifikasi masalah. Eh kenapa ya? Kok macam mau bikin karya tulis ilmiah? Hehehe.... anaknya textbook banget siy 🙈 Ternyata oh ternyata, membawa kemaslahatan bagi umat itu dimulai dari melakukan hal yang tepat dan memang benar-benar diperlukan .... alias memberi dan menjadi solusi bagi permasalahan yang ada. Melakukan hal keren tapi tidak dibutuhkan, sama saja sia-sia. Sebaliknya, melakukan hal sederhana yang memang dibutuhkan, efeknya akan luar biasa. Maka skill pertama yang harus dimiliki adalah mengidentifikasi masalah ini : Apa saja sih permasalahan yang ada? Apa betul ini benar-benar masalah atau hanya diada-adakan (eeaaa pengalihan isu ceunah bahasa trendnya 😂😂. eh jangan salah, dalam diri kita sendiri aja sering ada pengalihan isu lho. Misalnya lagi sering marah-marah ke anak, tapi terus-terusan nyalahin kurang me-time padahaaal itu emosi udah bener dikelolanya belum? *edisi bawa kaca. Yaaa me-time itu satu cara tapi kalau ada hidden issue yang ndak diproses ya ndak akan pernah selesai khann) ? Kenapa masalah ini bisa muncul sebagai masalah (ingat, satu situasi yang sama bisa terasa berbeda bila kacamata lain yang memandang) ? Harus seperti apa supaya masalah ini tak lagi jadi masalah?
Bagaimana kalau tidak ada masalah? Sudah dijanjikan bahwa hidup akan penuh dengan ujian, makaaa pasti ada. Bukan berarti hidup itu muram, atau kita ini pengeluh, justru masalah itu seharusnya bisa jadi tantangan untuk mengasah kebermanfaatan kita di muka bumi. Katanya khalifah kan? 😃 Konon dunia memang tempat yang tidak adil, karena keadilan datangnya nanti di akhirat, jadii lihatlah lebih jeli, tangkap masalahnya, dan ubah menjadi tantangan!
Tapi bagaimanapun ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Bahkan saat hidup terasa sedang sulit pun, menuliskan masalah-masalah ini rasanya beratt sekali. Antara denial atau jatuhnya jadi marah-marah dan down sendiri 🙈 Udah corat-coret tapi rasanya kok ndak pas, sepertinya yang tertulis belum mewakili yang terasa, sepertinya ada yang kurang, sepertinya tidak tepat, sepertinya...sepertinya...sepertinya....... tiada akhir 😂 alhamdulillah tidak merenung sendiri. Karena terganjal batas waktu, maka perenungan ini harus segera diakhiri. Mungkin belum tersampaikan dengan tepat, tapi ini beberapa masalah yang kutemukan (3 diantaranya masalah pada diri, yaampun sungguh PR diriku masih buanyak) (ndak ditulis semua karena breakdownnya butuh waktu lama 😂)
Kupilih satu yang rasanya paling krusial - sumber dari segala sumber permasalahan yang saat ini sedang mengungkung hari-hariku. Berat untuk diakui, namun memang saat ini seperti ini kondisinya. Ibarat luka parah yang harus diterima dulu keberadaannya baru bisa diobati, semoga dengan ini langkahku mengobati diri bisa menjadi semakin konkret. Setelah jawaban ini ditemukan, aku yakin bisa berlari lebih kencang nantinya. Selesaikan diriku sendiri dulu, supaya bisa maksimal juga membantu orang lain. Bismillah...
#materi1#identifikasimasalah#ibupembaharu#bundasalihah#darirumahuntukdunia#hexagoncity#institutibuprofesional#semestakaryauntukindonesia
1 note
·
View note