Text
“masa lalu yang sempurna cuma ada di pelajaran bahasa inggris. past perfect tense.”
—
44 notes
·
View notes
Text
(di) kecewa (kan)
Pernah?
Sakit bukan? Sakit sekali.
Itulah kenapa Allah menyuruh kita untuk tidak berharap pada manusia. Karena percayalah, berharap pada manusia artinya berinvestasi kecewa.
Salah meletakkan, salah menyandarkan. Padahak amat tahu jika manusia itu berubah-ubah. Mudah saja bagi Dia untuk membolak-balikan hati hamba-Nya.
Malam ini, kecewaku berlipat ganda. Tapi kali ini, aku mengakui kesalahan itu terletak pada diriku sendiri.
Beberapa kali Dia sudah menegur ku untuk tidak lagi berharap pada manusia, tapi beberapa kali juga aku melakukannya lagi, lagi dan lagi.
Hari ini hancur sudah, remuk sudah semuanya.
Bukan hanya fisik yang lelah karena harus seharian melakukan perjalanan jauh, hati dan perasaan juga lelah, pikiran yang kacau pun ambisi yang terlalu besar.
Allah, jika bisa menangis aku ingin menangis saja. Tapi kenyataannya, ini terlalu sakit hingga aku sudah tidak bisa mengeluarkan air mata.
Yang menangis bukan mataku, tapi hatiku. Bagaimana caraku meredakannya? Sementara ia tak terlihat namun begitu terasa :")
Pesanku; jangan sandarkan harapan pada manusia siapapun itu. Berdirilah dikakimu sendiri, dengan semua kekuatan yang kau punya. Ingat kau punya Allah tempat terbaik meletakkan harapan; semustahil apapun harapan itu kau tak akan berujung kecewa, percayalah.
Dariku; yang sedang kalut.
Dini hari dikamar, 00.28 | 3 Agustus 2019.
75 notes
·
View notes
Text
Gombal Fisabilillah
Sepasang suami istri yang sudah menikah 40 tahun sedang duduk-duduk di teras rumah. Lalu istrinya berkata;
👵: Pah, bentar lagi cucu kita lahir. Kasian ya kamu tidurnya sama nenek-nenek
👴: Mah, ntar kalo cucu kita lahir, kamu kuliah lagi ya..
👵: Lho, kok gitu?
👴: Biar aku tidurnya sama mahasiswi ;)
0 notes
Text
Centang Biru (lagi)
"yang sempat dekat kini terhalang untuk mendekat"
Bukan, kau salah menilai jika aku tidak ingin lagi membalas pesanmu. Sungguh, aku ingin sekali. Namun ada beberapa alasan yang membuatku memilih untuk menahan diri.
Sapa mu tak pernah tak berhasil membuat ku bersorak gembira. Walau hanya dua atau tiga kata pembuka.
Namun kini aku memilih menjadi bagian yang mengakhiri. Bagiku, centang biru yang lalu-lalu adalah alasan untuk tidak menaruh harapan yang lebih (lagi).
Aku tak ingin harapan ku akan balasan berakhir kecewa kembali, maka kali ini biar aku yang mengakhiri. Bukankah kau tahu aku tidak suka percakapan yang berakhir di aku?
Semoga kau ingat itu, ah tapi jika lupa pun tak apa kau berhak untuk melupakan semuanya tentang aku, lagi pula siapa aku?
Iya, bukan siapa-siapa. Aku saja yang sempat menjadikan sosok istimewa, padahal dimatamu aku tak lebih dari pengisi kesepian dan kekosongan semata.
Kau ingat kalimat ini; "aku akan berpura-pura tidak mengerti." katamu. "dan aku akan berpura-pura untuk tidak tahu." Kataku. "dan jika bisa, tanpa berpura-pura aku ingin meminta maaf." Lanjutmu.
Kau dan aku sama-sama tahu, baik tersirat maupun tersurat. Namun memilih untuk berpura-pura tidak tahu. Kalimat diatas hanya kau dan aku yang bisa memahami alurnya mengarah kemana.
Ah kadang lucu, mengingatmu hingga sedetail ini.
Baiklah, semoga kali ini tindakan ku benar. Karena sesekali aku juga harus bersikap tegas pada ketidakpastian yang coba kau tawarkan.
Tenanglah, tanya itu tak akan pernah lagi menjadi tanya. Biar waktu yang membuatku paham dan mengerti bahwasanya beberapa kisah tidak berjalan sesuai prasangka.
Kepadamu yang sempat dekat dan kini terhalang untuk mendekat, teruslah menjauh jangan berikan ruang harapan pada ku lagi. Jangan tumbuhkan benih itu lagi, aku sudah susah payah membabat habis hingga ke akarnya.
Tegaslah, tentukan pilihanmu. Fokuslah hanya pada satu saja, setidaknya dengan begitu kau sudah menyelamatkan banyak hati dari patah yang dibuat sendiri, termasuk diriku sendiri.
Terima kasih sudah mampu tidak memanjangkan percakapan dan memilih mengakhiri dengan centang biru untuknya, wahai diri!
Kau selamat hari ini, lanjutkan hingga nanti-nanti, ya!
Waktu rehat, 22.48 | 20 Juli 2019.
Dengan hati, Ana @langitawan
77 notes
·
View notes
Text
Namamu masih yang aku rekomendasikan kepada Tuhanku.
Afdhalul Iman
Bekasi, 19 Juli 2019
1 note
·
View note
Text
“Just Friends”
Kamu bilang kita hanya berteman tetapi kamu selalu bersedia menungguku pulang di saat aku ada urusan di sekolah.��
“Perempuan jangan pulang sendirian, orang tua kamu juga udah percaya sama aku,” alasanmu.
Kamu bilang kita hanya berteman tetapi kamu selalu menggenggam tanganku erat di saat kita sedang jalan berdua.
“Kalau kamu terpisah gimana?” responmu saat aku bertanya mengapa kamu harus menggenggam tanganku.
Kamu bilang kita hanya berteman tetapi kita selalu saja mencari kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama.
“Temenin aku dong. Aku butuh pendapat kamu soal kado yang pas buat mama aku.”
“Kan bisa lewat telpon,” jawabku.
“Gak bisa, aku butuh pendapat kamu, ayo pergi sekarang.”
.
“Temenin aku nonton dong,” pintaku saat film Disney yang terbaru sudah rilis di bioskop.
Dan responmu hanya, “Oke.”
Kamu bilang kita hanya berteman tetapi kamu selalu berlagak cemburu jika ada salah satu temanmu yang menggodaku.
“Jangan mau sama dia. Dia itu player,” jawabmu sambil menggerutu.
Kamu bilang kita hanya berteman tetapi jika ada yang bilang kita adalah pasangan yang serasi, kamu tidak pernah menyangkalnya.
“Biarin aja. Mereka kan cuma iseng,” ucapmu sambil senyam senyum sendiri.
Kamu bilang kita hanya berteman tetapi kamu sering merencanakan masa depan kita berdua, seakan kamu yakin kita akan selalu bersama selamanya.
“Nanti kan kita pasti punya kehidupan masing-masing. Aku dengan pasanganku dan kamu juga sama pasanganmu.”
“Memangnya kamu bisa hidup tanpa aku?” tanyamu sambil tersenyum sok manis di depanku.
Jika kita hanya berteman seharusnya kita tidak seperti ini, memandang satu sama lain terlalu lama, mendiskusikan kecocokan antara keluarga kita, ataupun saling memberikan kado tanpa alasan penting.
What we are, are not “just friends”.
Jakarta, 2 Agustus 2018.
1K notes
·
View notes
Text
Kontradiksi Fiqh LGBT
Memaksakan LGBT diterima secara fiqh oleh para pegiat HAM menimbulkan kontradiksi hukum.
Ambil contoh, seseorang yang mengoperasi kelaminnya dari laki-laki ke perempuan. Apa status fikihnya. Apa dia shalat di barisan laki-laki atau perempuan ? Apakah operasi kelamin otomatis dia jadi perempuan ? Apakah dia haidh yang boleh tak puasa ? Apakah dia punya rahim dan bisa nifas ? Apakah dia memiliki air susu ? Apakah kumisnya tak bisa tumbuh lagi sehingga disunnahkan dicukur tiap jum'at ? Apakah lantas secara hormonal berubah setelah operasi dst.
Hakikatnya, operasi kelamin tak merubah status apa pun karena semua sistem tubuhnya laki-laki. Kelaminnya pun bukanlah benar-benar - maaf- kelamin perempuan yang kena hukum bersuci saat keputihan, haidh, dst. Tetap kelamin laki-laki hanya dibuat mirip perempuan.
Jadi memang sulit manusia itu benar-benar melawan fitrahnya, manipulasi bisa tapi jadinya palsu. Saran saya, dah taubat ajalah. Mumpung masih dikasih nafas.
===========
Sayang bila dilewatkan :
27 notes
·
View notes
Text
Jika kau sudah memutuskan untuk menetap
maka kau harus bersiap pula untuk menangis dan tertawa bersamaku
13 notes
·
View notes
Text
perihal jarak
Jarak mengajarkan bagaimana menjadikan sabar tersenyum ramah. Mengajarkan bagaimana cara menabung rindu dalam celengan, lalu pada akhirnya bisa dipecahkan saat kembali pada rumah. Mengajarkan pula bahwa harus pandai-pandai mengolah rasa agar tak sia-sia menjadi sepah dan sampah.
94 notes
·
View notes
Text
Melatih Bercukup
Tiap tanggal 1 awal bulan biasa jadi rutinitas saya tuk mengatur pos-pos alokasi keuangan keluarga.
Prinsip keuangan kami sederhana, tiap pendapatan bulanan dibagi 4 : pengeluaran harian 25%; investasi dan tabungan 25%; infaq zakat hadiah 25%; dan pos campuran (cicilan, pendidikan anak, upgrade rumah) 25%.
Selebihnya jika ada pendapatan tambahan sekecil apapun itu, langsung dibagi dengan 1/3 kebutuhan harian/bulanan, 1/3 ziswaf, dan 1/3 investasi.
Alhamdulillah pola ini sudah konsisten diterapkan sejak 3-4 tahun lampau. Dan bekerja mengendalikan dan melatih kami belajar “mencukupkan diri”.
Porsi pengeluaran harian yang besarnya 25% itu bukan hanya belanja harian aja. Ia terdiri dari pos seabreg : belanja harian, peralatan&perlengkapan rumah tangga, jajan ayah, jajan bunda, jajan azima, transportasi, kesehatan, liburan, dan pendidikan (beli buku/ikut course).
Mekanisme ini memaksa saya harus pandai mengatur pengeluaran. Terutama pos jajan saya personal. Maklum pos ini biasanya yang kita sering khilaf kalau punya uang lebih. Beli hape, beli baju, barang-barang hobi, dll.
Contoh tahun 2018 saya beli banyak peralatan olah raga dan susu protein. Akhirnya terealisasi karena saya irit-irit pemakaian pos pribadi saya bulan-bulan sebelumnya. Sepertinya gak akan bisa beli kalau pos bernama jajan ayah ini ga dihemat dan ditabung.
Menjadi masalah kalau jatah pos tersebut sudah minus. Tanda peringatan bagi kami. Kalau tetap dipaksakan, minus akan semakin luber-luber. Minus juga akan terbawa berkelanjutan ke bulan-bulan selanjutnya. Tidak diputihkan sebelum memang bisa normal sendiri.
Akhirnya disitu kami belajar tuk mencukupkan diri. Cukup itu menurut saya bukan tindakan pasif, tapi ia aktif. Ia harus dilatih dan dibentuk. Selagi kita masih mampu mengendalikan diri terutama.
Mengendalikan diri bisa bercukup dalam materi selalu menantang. Di kala lapang maupun sempit. Mencukupkan diri kala sempit tantangannya bersabar, mencukupkan diri kala lapang tantangannya nafsu.
InsyaAllah kita selalu percaya rezeki dari Allah cukup. Nikmat Allah cukup, bahkan berlimpah. Yang buat suka ga cukup itu menggantungkan kepuasan pada nafsu kita.
Betapa indah doa dalam hadits ini : Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563)
Mengingatkan kembali pada kita tuk bergantung pada Allah semata, bukan yang lain. Apalagi jika hanya kepuasan pada pemenuhan nafsu.
Memohon kepada Allah tuk mampukan kita bercukup hanya dari yang halal. Hal yang sulit di tengah beragam sumber syubhat dan yang dilarang Allah berseliweran.
Melatih diri tuk bercukup dengan membatasi diri bukan berarti pelit dan menyusahkan diri. Tapi kita melatih nafsu tuk tidak selalu jadi panglima pengambil keputusan.
Dengan mencukupkan diri, kita bisa lapangkan yang dititipkan Allah tuk membantu melapangkan urusan orang lain. Tuk mempersiapkan masa depan seperti yang Allah perintahkan. Dan tuk lebih banyak beramal di jalan yang Allah muliakan.
Semoga kita semua dimudahkan Allah tuk mencukupkan diri dengan yang halal dan berkah. Juga dengan melatih kedisiplinan dan pengendalian diri kita atas nafsu kita sendiri.
2K notes
·
View notes
Photo
Rules menjadi istri yang supportif dalam pekerjaan (ala Apik) : nggak malu (dengan apapun pekerjaan suami), nggak banyak menuntut, nggak bosan bersyukur, dan nggak berhenti upgrade ilmu.
Katanya, istri magnet rejeki kan? Saya setuju. Tapi istri juga bisa jadi magnet atas rejeki yang nggak halal itu datang.
Jangan bosan, untuk kita sebagai perempuan, supaya terus mengupgrade pengetahuan dan prinsip kita–tentang halal haram harta. Terus belajar untuk jadi alarm bagi pekerjaan suami, mengingatkan untuk zakat serta sedekah, dan menguatkan kalau-kalau perlu hijrah–meski harus meninggalkan jabatan, harta, dan hal duniawi lainnya kalau ternyata…iklim kerjanya malah mendekatkan keluarga pada hal-hal yang haram.
Jangan bosan menekan ego dan nafsu kepengen ini kepengen itu supaya nggak menstimulus suami untuk mengerjakan hal yang enggak-enggak. Jangan bosan untuk bersyukur atas berapapun dan apapun pemberian suami.
Jangan bosan mendidik diri dan keluarga, untuk memahamkan bahwa rejeki yang baik bukan yang banyak, melainkan yang berkah.
Yang kuat, kita! ;)
1K notes
·
View notes
Text
Adakah cara lain?
Untuk mendekatimu tanpa kau ketahui?
Untuk memerhatikanmu tanpa kau sadari?
Untuk mempersiapkan diriku tanpa kau curigai?
Untuk bersembunyi dari perasaan yang meluap
mengalir di sepanjang jalan yang kamu lalui
selalu berusaha untuk menyingkirkan semua rintangan
membantumu diam-diam melalui tangan orang lain
Adakah cara lain yang lebih bijak dari ini? Aku tak mampu menjagamu dari ketidakmampuanku menjaga dan menahan diriku sendiri.
Yogyakarta, 3 Juli 2019 | ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
Adakah cara lain?
Untuk mendekatimu tanpa kau ketahui?
Untuk memerhatikanmu tanpa kau sadari?
Untuk mempersiapkan diriku tanpa kau curigai?
Untuk bersembunyi dari perasaan yang meluap
mengalir di sepanjang jalan yang kamu lalui
selalu berusaha untuk menyingkirkan semua rintangan
membantumu diam-diam melalui tangan orang lain
Adakah cara lain yang lebih bijak dari ini? Aku tak mampu menjagamu dari ketidakmampuanku menjaga dan menahan diriku sendiri.
Yogyakarta, 3 Juli 2019 | ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
“Sekali lagi, aku tidak akan berusaha meyakinkan keraguanmu. Biar Allah yang melakukan itu. Tugasku adalah menjaga dan berusaha memperbaiki diri; pada siapa pun akhirnya aku menjadi sebuah takdir yang sudah lama ditunggu untuk hadir.”
—
(via kotak-nasi)
walau entah di depan ujung perjalananku mungkin bukan kamu lagi
(via pluviophilesemiotika)
1K notes
·
View notes
Text
Pilihlah ia
Yang mengajakmu menjadi wanita yang mau menutup aurat.
Yang mau mengajarimu menjadi wanita yang berkata sopan.
Yang mau membawamu menjadi wanita yang berakhlak mulia.
Yang mau mengingatkanmu menjadi wanita yang selalu menjaga kehormatan.
Tampan itu tidak ada manfaat. Jika dia mengajakmu bermaksiat.
Kaya juga tak berarti hebat. Jika dia membuat hidupmu tersesat.
Biarlah dia tak berpangkat. Asal menjadikanmu wanita terhormat.
Jika salah dia mau memperbaiki. Bukan malah menghakimi.
Jika lupa dia mau mengingatkan. Bukan malah menyalahkan.
Jika khilaf dia segera memaafkan. Bukan malah mempersoalkan..
Utamakan yang beragama. Karena itu yang akan menjadikanmu hidup bahagia dunia dan akhirat.. Karena dia mampu membimbingmu kejalan yang di ridhoi-Nya..
310 notes
·
View notes
Text
Waktu itu, aku tengah berteduh di sebuah ruko yang sudah ditinggal oleh si empunya, barangkali saat itu sang empunya toko tengah menikmati secangkir teh hangat dan roti bersama keluarga tercintanya.
Ku kirimkan sebuah pesan
“temani saya sampai hujan reda.”
Lama, hingga ku terima pesan balasan
“semoga hujan tak pernah reda.”
Sedetik kemudian pesan itu ditarik oleh si pengirim.
Ku putuskan untuk menerobos hujan, basah-basahan namun lengkungan senyum sore itu isyarat bahwa hatiku sedang bahagia.
Sebahagia butiran hujan yang akhirnya jatuh membasahi apa-apa saja yang merindukannya, walau ia tahu ia harus menunggu waktu (lagi) untuk bisa kembali jatuh ke bumi.
Malam, 20.00 | 25 Juni 2019.
40 notes
·
View notes
Text
Seharusnya semua wanita paham, bahwa laki-laki yang cintanya tulus ialah laki-laki yang mampu mengambil tanggungjawab ayahnya untuk dia emban. Semua cinta sebelum akad hanyalah bentuk lain dari nafsu belaka. Setan sengaja memperindah hal demikian untuk menyesatkan manusia. Harusnya kau paham itu, saudariku.
Itulah mengapa yang terlihat hanyalah keindahan yang ada pada diri sosok yang dicintai. Karena setan menghiasi matamu yang tidak terjaga itu. Ia berhasil membuatmu takluk pada cinta yang semu. Membutakan matamu agar tidak bisa melihat pada dirinya sesuatu yang buruk.
Sungguh, terpedayalah manusia jika tanpa iman yang kuat. Jatuhlah ia ke dalam jerat kehinaan jika tidak bertaubat. Seorang perempuan yang hatinya lembut, sudah pasti akan mudah luluh. Dan ketika ia mulai cinta, ia akan mudah menyerahkan seluruh yang ia punya. Kebaikannya, hartanya, bahkan seluruhnya. Na'uzubillah.
Dengan perhatian, dengan semangat dan dukungan, dengan ucapan-ucapan selamat malam, atau bahkan hanya sekadar elusan lembut pria di atas kepalanya itu sudah cukup membuatnya tak bisa tidur. Lalu merasa ia amat dicintai.
Kau tahu, kenapa kita dilarang mendekati zina? Karena perempuan amat sangat lemah jika di hadapan lelaki yang terlanjur ia cintai. Seharusnya kau sadar bahwa AYAT itu adalah cara Allah menjaga kita. (Al-Isra’:32)
Allah tidak ingin kamu sakit dan hancur. Allah tidak ingin kamu terluka dan patah. Allah tidak ingin kamu hilang kendali hanya karena cinta. Allah tidak ingin kamu hina dan hidupnya berantakan. Allah hanya ingin memuliakanmu dengan segala aturan yang telah tertulis dalam Al-Qur'an. Harusnya kamu pahami itu.
Tetapi sayangnya, hanya sedikit yang Allah buka hatinya dan di berikan hidayah. Bahkan setelah membaca tulisan ini, sebagian yang lain hanya mengabaikan dan mencari pembenaran.
Siapapun kamu, aku tidak ada kepentingan apapun menuliskan ini. Hanya saja, aku ingin mengingatkan padamu sebagai saudara se-aqidah, bahwa hubungan terlarang yang kau jalin hari ini adalah serupa bom waktu yang tinggal menunggu saat-saat kehancurannya.
Ketika kau dibuang begitu saja olehnya, setelah semua sudah kau serahkan dengan pasrah. Kau menangis dan tak tahu kemana harus melangkah dan meminta pertolongan. Kelak, jika hal buruk itu menimpa dirimu. Ingatlah kata-kataku ini, bahwa Tuhan kita amat penyayang. Dia selalu menunggumu untuk datang. Maka, datangilah segera. Tidak peduli sekotor dan seburuk apapun kamu. Berwudhulah!! Bersihkan sisa-sisa maksiat itu. Allah sedang menunggu taubatmu.
📝@gadisturatea #gadisturatea
284 notes
·
View notes