Tumgik
afdanish 3 years
Text
Sebuah Perjuangan
Setelah menikah, kami tidak pernah berpikir untuk menunda kehamilan. Karena definisi kami, itu merupakan pelipur lara keluarga kami.
2 minggu setelah menikah, kami langsung beli starter kit untuk promil heheh... Kegercepan gak ya?
Beli susu pr*ng*n esensis. Minum entah sampai berapa dus. Beli asam folat tablet, beli vit E yang kata orang ampuh juga kami konsumsi, saya sih lebih tepatnya. Hhe
Sampai 2 bulan tak kunjung garis dua. Padahal baru dua bulan yak, tapi udah banyak bgt yang nanyain udah hamil belum udah hamil belum. Yelaaahhh... 馃槀
Segala dimakan deh, sumber asam folat. Brokoli rebus, kacang ijo, susu, buah-buahan, dll
Akhirnya, cobalah promil lain. Dengan kurma muda, buah dzuriat, saffron, dan teman-temannya. Dengan berbagai amalannya.
Sebulan kami konsumsi...
Alhamdulillah... Akhir bulan - 2,5 bulan setelah menikah dapat garis dua. Alhamdulillah...
2 notes View notes
afdanish 4 years
Text
PART 2 - CIRI PEREMPUAN SIAP MENIKAH
Mari kita turunkan, TAAT kepada suami
Perkara taat memang tidak mudah. Hal ini sebenernya kita telah dididik sedari kecil. Bagaimana kita diajari nurut kepada orang tua, guru dan orang yang lebih tua. Seharusnya, taat sudah melekat pada diri seseorang sampai menginjak dewasa sekalipun. Namun sering kali, semakin menginjak dewasa pola pikir semakin terbuka dan kita sering kali berdebat dengan orang tua, atau guru untuk mengemukakan pendapat.
Kita ingin orang tua tau kehendak kita, apalagi kalau tak sejalan dengan keinginan orang tua. Kadang kita geram.
Bagi orang tua yang sudah membiasakan bersama anaknya diskusi untuk menentukan pilihan, ini adalah sesuatu yang baik. Hal ini akan berdampak pada perkembangan dan pola pikir anak. Apabila beragam pendapat hadir, dan pendapat si anak tidak menjadi suatu keputusan bersama, maka tidak akan merasa pendapat dirinya tak berharga. Namun ia akan paham bahwa bukan berarti pendapatnya tidak berharga, namun kepentingan bersamalah yang diutamakan, dimana tujuannya untuk kebaikan bersama. Begitupun di tempat kerja, di sekolah, dan di lingkungan sosial.
Namun, saat anak sedari kecil hidup sebagaimana kehendak dirinya sendiri, atau hidup dari keluarga yang otoriter bahwa cita-cita dan jalan hidup anaknya orang tuanya lah yang menentukan. Ini menjadi PR penting. Bahwa si anak akan mengeluarkan effort lebih saat berada di lingkungan selain keluarga. Dimana banyak hal yang tak bisa semua ia kendalikan, termasuk nanti di keluarga setelah menikah.
suami, sebagai pemimpin keluarga akan banyak memberikan pandangan-pandangan kepada istrinya. Berupa kritik, saran, arahan, harapan, permintaan, bahkan perintah, dll sedikit banyaknya bisa menjadi hal yang tidak disukai istri. Bahkan apabila istri terkesan "diatur" dan istri tidak menyukai itu bisa jadi akan keluar dari rumah itu. Disini memang benar adanya. Istilah istri itu merupakan tulang rusuk yang bengkok, apabila terlalu keras akan patah. Dan apabila terlalu dibiarkan akan semakin bengkok (tak ada perubahan).
Padahal baik kiranya, komunikasi menjadi sangat penting. Untuk membangun dan mempertahankan hubungan.
Taat disini berada pada koridor (syariat islam)
Apabila perintah suami bertentangan dengan syariat islam, maka sudah saatnya kita seorang istri mempunya (skill negosisasi dengan sopan, dan tawarkan alternatif lain)
Skill ini mesti dipelajar, tidak begitu saja ada dalam diri kita. Apabila seseorang, sudah memiliki hal ini. Bisa menjadi tambahan alasan siap menikah. Karena mengerti, bahwa ada yang mesti dihormati, dihargai, dan dilaksanakan perintahnya. Hal ini bisa belajar, dan diaplikasikan dalam keseharian. Baik d rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan tempat lainnya. Pembiasaan ini tentu membutuhkan waktu panjang.
Contoh, "sayang, boleh engga aku minta tolong, jika berkenan nanti kalau keluar rumah kamu engga pake baju yang biasa kamu pake tidur ya. Pakailah pakaian sesuai peruntukkannya supaya pantas dan baik dilihat. Gimana menurut mu?"
Komunikasi dua arah akan indah mewarnai sebuah kata 'taat'. Bagaimana suami disini tidak menunjukkan sikap memaksa, otoriter, dan merasa berkuasa atas posisinya sebagai suami. Tapi tetap membuka ruang diskusi supaya peran istri tetap merasa pendapatnya dihargai. Pasti istrinya lebih lapang menerima dan lebih lapang menjalani permintaan suaminya. serta ia akan menjelaskan kenapa sampai saat ini istrinya suka pakai baju tidur kalau keluar, atau hal lainnya yang memang tidak sependapat antar keduanya.
Saat seorang perempuan terus membangkang, mungkin ia pernah mengalami kondisi dimana pendapatnya tidak pernah diterima atau didengar dan merasa tidak dihargai.
Menuju taat, inilah salah satu bentuk ibadah kita kepadaNya yang berlimpahkan pahala, insyaAllah. Oleh karena itu, ciri kesiapan ini perlu ada dan telah kita siapkan sedari dulu.
0 notes
afdanish 4 years
Text
CIRI PEREMPUAN SIAP MENIKAH
Temen-temen setidaknya pernah menanyakan pada diri sendiri atau orang lain,
Apa aku udah siap nikah?
Yaaa, begitupun dengan aku. Sangat pernah sekali.
Pertanyaan itu akan terulang saat beberapa hari menuju lamaran atau pun menikah.
Apakah orang yang aku pilih tepat?
Apa aku siap hidup dengan dia?
Dan, pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang kesiapan kita pribadi
Ketakutan-ketakutan yang sudah kita bahas sebelumnya juga terus muncul, walaupun sudah sedikit demi sedikit kita antisipasi, kita sembuhkan, dan coba kita siapkan.
Wajar, seorang perempuan yang memang nanti kedepannya akan memiliki peran yang sangat penting bagi peradaban rumah tangga, bahkan dunia bertanya berkali-kali.
Lalu, apa cirinya yang bisa menandakan dan meyakinkan bahwa kita sudah siap nikah??
Sebelumnya mari kita lihat beberapa hak dan kewajiban seorang istri. Karena ketika menikah kita akan menjadi seorang istri yang begitu banyak peranannya.
1. Mendapat mahar
2. Taat kepada Suami
3. Mendapat Nafkah dan Pakaian
4. Menghindari Murka dan Mencari Kerelaan Suami
5. Menjaga harta, rumah, dan kehormatan
Oke, kita mulai turunkan poin MENDAPAT MAHAR
Ketika menuju pernikahan, laki-laki biasanya akan bertanya, mau mahar apa?
Kita seorang perempuan pasti sempat terlintas berpikir, baik masih single atau memang sedang merencanakan pernikahan untuk memikirkan tentang keinginannya mendapatkan mahar dari pasangannya.
Dalam penentuan mahar, kita jangan sampai seperti 'aji mumpung' mumpung mahar kan? Pengen dapet yang banyak, yang bagus, yang mahal, dll.
Mahar memang menjadi hak seorang perempuan yang diberikan dari seorang laki-laki. Dalam penentuan mahar dua pihak harus ridho. Kalau misal perempuan tersirat "Aku pengen mahar mobil ah!"
Yaaa boleh aja, yaa sah-sah aja. Kan itu maunya perempuan. Tinggal bagaimana dari pihak laki-laki menyikapinya, ridho engga? Mampu engga? Ikhlas engga?
Kalau seumpamanya laki-laki belum mampu, tapi kita keukeuh, takutnya dzolim kan sama pasangan. Takutnya malah dari pihak laki-laki menguasakan tapi berujung berhutang kan ga bagus juga ya?
Maka, untuk proses bernegosiasi tentang mahar, dan berbagai kesepakatan lain dibutuhkan dari kita seorang perempuan untuk bisa :
- Menurunkan Ego
- Merendahkan Ekspektasi
- Meninggikan Sabar dan Syukur
Menurunkan ego, saat kita punya keinginan tinggi dari berbagai hasrat keinginan yang muncul dalam kehidupan kita. Menurunkan ego, saat begitu banyak hal yang tidak sesuai kehendak/harapan kita. Mampu berpikir jernih dan matang.
Merendahkan ekspektasi,
Contoh kasus, saat ada orang yang lamar misalnya.
Terlihat orangnya rapih, pakai koko+sarung, terlihat sholeh bangett...
Ekspektasi kita adalah orang yang memang bener2 rajin sholat, ngerti agama, bahkan seorang hafidz (padahal kita belum kenal dan bertanya)
Setelah itu kita minta maharnya hafalan surat Ar-Rahman.
Ekspektasi kita, supaya suasana pernikahan syahdu, terus punya kesan tersendiri.
Tapi ternyata setelah ngobrol-ngobrol dan diusahakan bahwa dia belum sanggup untuk menghafalkan. Akhirnya kita kecewa.. dan punya pikiran bahwa "ko gitu aja belum mampu sih!"
Atau berekspektasi tentang pekerjaannya yang mapan, sukses, dan punya jabatan tinggi.. sehingga bisa memberikan mahar yang mewah pula. Tapi ternyata tidak seperti itu.
Apapun yang kita dapat, kelebihan kekurangan oranglain, baik itu calon pasangan maupun orang disekitar kita yang berhubungan dengan kehidupan kita, dan apapun yang kita dapatkan dikeseharian diri kita sudah berproses bersabar menghadapinya, dan bersyukur baik banyak maupun sedikit. Misalnya dalam hal ini mahar, dapet mahar sesuai atau tidak dengan harapan kita di masa yang lalu, namun akhirnya setelah berdiskusi dan bernegosiasi ternyata bukan yang kita harapkan maka ternyata sikap yang kita tunjukkan sabar dan sukur serta penuh keridhoan. itu adalah luar biasa menunjukkan suatu kesiapan menikah.
Ketika kehidupan kesehariannya saat kita sudah tidak terbiasa mempunyai ekspektasi tinggi, sadar akan kemampuan diri dan orang lain, selalu belajar untuk bisa mengelola emosi dan ego, dan menerapkan perilaku sabar dan syukur berarti kita sedang menginjak istilah DE-WA-SA 馃槈
Salah satu ciri ini, sudah bisa dikatakan temen-temen siap menikah 馃槈
0 notes
afdanish 4 years
Text
PART 5 - KETAKUTAN PEREMPUAN UNTUK MENIKAH
ketakutan-ketakutan yang lain seperti,
aku takut gak jadi seperti yang diharapkan mertua,
aku takut ga jadi istri yang sesuai suami mau,
aku takut terlalu keenakan di masa lajang, kebawa sampe nikah,
aku takut dapet mertua yang kaya disinetron-sinetron,
takut bosen jadi ibu rumah tangga,
aku takut ga bisa didik anak dengan baik,
aku takut nikah, soalnya belum bisa masak,
segala macam bentuk ketakutan itu sudah saatnya kita selesaikan.
karena menikah adalah suatu fase dimana cepat atau lambat kita akan hadapi. kecuali ada kematian yang lebih dulu menghadap kita.
dan karena menikah adalah proses ibadah seumur hidup, maka harus kita siapkan dari sekarang.
ketakutan-ketakutan yang kita miliki, mulai dari sekarang list kira-kira apa aja.
kemudian, jadikan KETAKUTAN yang kita miliki itu adalah sesuatu yang harus kita SIAPKAN.
contoh, kita takut nikah karena masih ga bisa masak.
yaa ayoo kita list, buat jadwal kapan kiranya kita belajar masak.
aku takut ga bisa jadi apa yang diharapkan suami,
yaa ayooo kita perbaiki diri, sifat apa yang saat ini dimiliki dan perlu diperbaiki, kemudian obrolkan dengan calon pasangan, kira-kira istri idamannya kaya gimana?
kemudian perlahan kita belajar, dan ingat ya ga harus maraton, hehe.
pelan aja... ga harus juga semuanya dicapai sebelum nikah.
bilang aja sama calon suami kalau kita masih belajar, sabar ya.. tolong dibimbing馃槈
jadi gimana temen-temen?
udah tau ketakutan apa aja yang ada dibenak hatinya?
yukk!! mulai dari sekarang jadikan KETAKUTAN adalah sesuatu yang harus kita SIAPKAN. karena fase itu cepat atau lambat akan kita hadapi.
sekian bahasan tentang KETAKUTAN PEREMPUAN, semoga bermanfaat ya, dan sedikit membantu 馃檹馃榿
kalau ada kekeliruan mohon dimaafkan dan diluruskan.
terima kasih sudah membaca ya..
0 notes
afdanish 4 years
Text
PART 4 - KETAKUTAN PEREMPUAN UNTUK MENIKAH
poin yang pengen aku sampaikan disini adalah,
kita harus tau, bahwa kecewa itu pasti ada,
kita sudah tau bahwa orang lain gak bisa kita kontrol,
oleh karena itu, aku rasa ini penting. kita harus bisa meminimalisir gimana caranya ga begitu kecewa, misal saat suami ternyata kurang setuju sama target kita, yaaa ituu lakukan sebelum menikah.
kalau ternyata, kita mengandalkan suami. nanti aja ah, udah nikah...
nanti aja ah biar ada suami.
terus pada realitanya suami dukungannya ga sesuai harapan kita pas sebelum nikah, yaaa ujungnya akan berdampak pada ketidakpuasan, dan yang paling bahaya kurang bersyukur sama apa yang dimiliki saat ini, salah satunya kurang bersyukur dengan adanya suami yg kita pilih. dan fatalnya kita tidak hormat dan menghargai suami lagi. karena dirasa suami kurang sepenuhnya hadir pada target-target kita.
ini hanya sebagai bentuk, kita mencoba antisipasi rasa kecewa apabila target tidak terdukung dan akhirnya kita mencoba agar mencapainya sebelum nikah (catatan: limit waktu, kemampuan, faktor pendukung lain saling bersinergi)
tapi jika target/ cita-cita kita masuk ke time zonenya saat sudah berumah tangga dan perlu peran/dukungan suami, ya pas diskusi sebelum nikah komunikasi agar dibuat kesepakatan untuk pencapaian target ini,
tanya calon suaminya, mau bantu/engga? aku punya target bla bla bla...
terus mau dukung/engga...?
kalau ternyata ada komitmen mau ngebantu, yaa bagus dongg.. perjalanan aga sedikit tercerahkan mengurangi ketakutan dan rasa khawatir untuk menuju pernikahan.
kalau bisa ada saksi saat membuat komitmen, apabila ada hal yang tidak sesuai bisa saling mengingatkan. hehe
karena sejatinya tetap, seharusnya pasangan adalah partner terbaik dan paling kuat. hubungan yang sehat adalah mereka yang saling mendukung. kalau jalan sendiri-sendiri ya bukan pasangan, tapi lawan. hehe
sama halnya dengan hobby,
sampaikan tentang hobby masing-masing apa. buat kesepakatan me time, hobby apalah yg bisa menyenangkan masing-masing, apa yang tidak suka, apa yang suka, syaratnya apa untuk bisa me time. dsb..
dan jika menemukan ketidaksesuaian setelah diusahakan dan didiskusikan saat obrolan pra nikah, ya CUT aja. laki-laki gak cuma satu 馃榿 #sombong
0 notes
afdanish 4 years
Text
PART 3 - KETAKUTAN PEREMPUAN UNTUK MENIKAH
takut kalau target, hobby, cita-cita aku hempas dan musnah gitu aja pas abis nikah
jadi inget buku Filosofi Teras yang dibaca bareng sama anak asrama, kurang lebih giniii,
"fokus sama apa yg bisa kita kontrol. karena orang lain ga bisa kita kontrol"
sama halnya dengan target, kalau misal kita ga bisa pastiin calon kita bakal bantu capai target yg udah kita susun atau engga, maka sebisa mungkin, yuk kita list target kita apa yg harus kita capai sebelum nikah.
misalnya,
pengalaman sendiri gini,
aku sebelum nikah punya target:
1. Jadi Pembina Asrama
2. Melaksanakan Qurban pribadi dan orang tua
3. Mempunyai tabungan untuk nikah & masa depan
4. Bisa mencapai Zakat Penghasilan (sekian)
5. Bisa sedikit (berterima kasih) kepada orang yang pernah bantu saat awal-awal kuliah
dalam menyusun target kita harus SMART, harus spesifik, terukur, mampu kita capai, masuk akal (ga muluk-muluk), ada jangka waktu (kapan harus tercapai), dan kenapa kita punya target tersebut.
contoh,
jadi pembina asrama
ngapain harus jadi pembina asrama? kenapa gak pembina ekstrakurikuler pramuka? hehehe...
asal muasalnya harus tau dulu,
ngambil ini karena, salah satu alasannya yaitu, ku kan orangnya emosian, agak keras kepala, keukeuh terhadap suatu kehendak, hahaha...
kalau abis nikah apakah sifat tersebut baik?
pas singel aja sifat gitu tuh jelek, apalagi udah ada suami, yang kesehariannya harus TAAT, kan??
nah, makannya di lingkungan asrama ini aku belajar tentang pengelolaan emosi, gimana cara ngontrolnya, gimana cara nurunin ego, menerima berbagai masukan orang lain, gak melulu pendapat kita bener kan?
terus sekarang udah gak jadi pembina asrama, apakah aku udah gak emosian? udah gak keras kepala? udah gak keukeuh sama kehendak sendiri?
ENGGA!!! sampai sekarang juga masih belajar dan memperbaiki hal itu.
Aku masih punya sifat tsb, tapi...... kadarnya gak segede dulu.
artinya apa??
inilah proses memperbaiki diri, dimana saat sedang berproses bukan berarti saat limit waktu belajar disana habis maka kita udah jadi BAIK, engga.
tapi kita jadi belajar sambil melakukan, bagaimana cara kita merendahkan ego, mengontrol emosi sama anak-anak yg serumah pagi, siang, malem ketemu. sebelum kita serumah sama anak orang seumur hidup, beda jenis kelamin lagi, kan?
kalau kita kesel sama partner organisasi kan gak tiap hari ketemu, hari ini marahan atau kesel, bisa ketemu lagi minggu depan pas rapat divisi. beda sama orang yang serumah kan?? tiap hari ketemuuu, mau marahan lama-lama ga enak.
akhirnya kita sendiri belajar, gimana cara mengatasinya.
begitulah proses belajar, carilah wadah mana yang tepat untuk proses belajar kita. kita tau batas mampu kita dimana.
satu lagi,
kenapa alasan Qurban sebelum nikah? kenapa gak setelah nikah aja sama suami?
jadi giniii asal muasalnya...
kita gatau rezeki kita bakal kaya gimana, kita gatau nanti calon suami kita sefrekuensi engga sama kita untuk hal qurban ini, kita gatau nanti kebutuhan setelah nikah kita gimana,
mungkin kebutuhannya akan lebih kompleks, ada biaya kehamilan, melahirkan, aqiqah, daaaaaan rumah beserta isinya.
siapaaa yang tauu??
makannya, selagi kita kerja, aku pengen usahain tuh untuk capai qurban dulu.
sunnah sih, tapiiiii.. ini aku challenge diri sendiri buat berani ber-kurban, sudah serela apa aku mengorbankan hartaku di jalan Allah. memberikan kebahagiaan kepada orang lain untuk memakan daging, walaupun yaaa taulah ya kebagiannya segimana daging kurban. tapi, alhamdulillah.. priceless.
akhirya dengan kita nyusun target apa yg ingin dicapai sebelum nikah, kita berusaha untuk memperjuangkannya. kapan batas waktunya. dan dgn cara apa menggapainya.
setuju???
0 notes
afdanish 4 years
Text
PART 2 - KETAKUTAN PEREMPUAN UNTUK MENIKAH
memperbaiki diri juga bukan sesuatu yang bisa dilakukan instan, maranton, atau sks seperti saatnya kita ujian sekolah 馃槀
karena simpelnya, yg sks biasanya hari ini hafal, besoknya lupa.
berlaku juga untuk memperbaiki diri, kalau dilakukan secara instan, maka akan sangat sulit berubah, karena berhubungan dengan suatu hal yg berulang-ulang dilakukan, kemudian dipaksa harus dirubah. itu sulit, sungguh sulit 馃様
so, untuk menuju pernikahan kita tidak mesti mencapai 'baik secara sempurna' tapi kita sedang berprogres, dan terus berprogres dam memperbaiki diri. dan itu dilakukan tidak sekali...
sama halnya saat kita masuk kerja, pasti punya rasa takut, takut ga bisa ngerjain tugas kantor, takut disuruh jadi delegasi ke suatu kota, takut salah ngerjain laporan keuangan, takut dan berbagai ketakuan lainnya.
tapi hasilnya? bisa di jawab sendiri 鉂わ笍
kitaa luar biasaaaa kan?
karena salah satu proses memperbaiki diri itu "learning by doing"
so, jangan khawatir ya kalau masalahnya soal 'kesiapan' diri ya, dear..
gimana, udah aga lega?
hehe
"Aku tuh pengen nikah, tapi? gatau apa yg ditakutkan. Pokoknya maju mundur deh."
beneran pengen nikah? pengennya niat bener-bener atau ngiler liat yg lain nikah nehhh? 鉁岋笍
suatu amalan dilihat niat,
pernah aku tanya orang yg mau nikah,
"gimana udah siap?"
gatau pit, pokoknya aku gatau harus ngapain, Bismillah Lillahita'ala aja.
ucapan yg dilontarkan udah dzikrullah,
hasilnya??? sekarang rukun, udah punya anak, dan fine-fine aja Alhamdulillah.
Beda kalau kita ngiler,
(wkwkwk maaf bahasanya begini)
kalau ngiler kan kita pengen, karena liat orang, pas diicip, ohh gini... kalau ga enak. tinggalin!
tapi nikah tuh gak gitu.
gak jugaa kaya pacaran yg kalau ga cocok bisa seenaknya putusin. tapi nikah tuh menyangkut janji-janji. janji sama pasangan, orang tua, yg paling penting sama Allah.
0 notes
afdanish 4 years
Text
PART 1 - KETAKUTAN PEREMPUAN UNTUK MENIKAH
Ada beberapa yang bilang,
"Aku tuhh ada yang lamar, Pit.
tapi aku tuh bingung, akunya kaya yang belum siap gitu. Masih kaya anak kecil, aku takut nanti gak bisa ngurus rumah tangga."
eeeehhhhh bentar-bentar, maksudnya kaya anak kecil tuh gimana? hehe
masih pipis di celana gitu, atau makan masih disuapin ibu? hehe
atau gimana?
Ada lagi yang bilang,
"Pit, aku tuh pengen nikah, tapi aku masih kaya gini."
waiittt..
kaya gini tuh gimana maksudnya?
biar 'gak kaya gini' dan bisa mengabulkan kepengenmu untuk nikah itu gimana caranya?
kita harus pahami dulu, ukuran-ukuran yang menjadi ketakutanmu saat ini.
"Aku takut, pribadi aku masih belum baik, masih amburadul."
belum baik itu gimana maksudnya?
Perkara memperbaiki diri itu adalah sesuatu yg harus kita lakukan seumur hidup.
kalau nunggu (sudah) baik dulu baru nikah, kira-kira kapan baiknya?
apakah kita bisa memastikan kalau kita sudah baik?
salah satunya (masih kaya anak kecil) ini
mungkin maksudnya, pemikiran masih labil, belum dewasa, dsb..
saat kita tahu bahwa umur terus bertambah, dan kesempatan hidup terus berkurang.
sebaiknya kita harus sudah berupaya terus menerus untuk memperbaiki diri mendewasakan pola pemikiran, berani ambil keputusan, bertanggungjawab atas berbagai pilihan yang kita ambil, dan bersikap sebijak mungkin dalam menilai sesuatu.
Sepertinya ada beberapa hal yang harus kita sepakati dulu tentang,
UKURAN MASIH KAYA ANAK KECIL
Itu menurut mu gimana?
kayanya kita harus bisa mendeskripsikan dulu, menurut kita yang udah 'gak kaya anak kecil' itu gimana? yang masih kaya anak kecil tuh gimana?
0 notes
afdanish 4 years
Text
Sekuat Itu!!!
Postingan ini untuk mengapresiasi orang-orang yang sudah kuat menjalanin berbagai cobaan hidup 鉂わ笍
Pasti sudah tau,
Hidup tak luput dari cobaan, kan ya?
Yang lagi kuliah dikasih cobaan skripsi.
Nah, pas mau skripsian keknya titik terberat jadi mahasiswa gitu, tapi ada juga yg mulusssss semulus sutera perjalanannya, ya kan?
Trus rasa-rasanya pas lagi pusing-pusingnya skripsi, kita pengen ke level selanjutnya,
Pengen KERJA aja, atau bahkan NIKAH aja deh!
Dirasa, dua level itu lebih mudah ketimbang skripsian
Hayyy ladies:)
Tapi setelah kita berada pada tahap itu,
Misalnya, bekerja.
Tantangan, tuntutannya, dan tingkat gregetnya pasti beda. Kita pun saat berada pada fase burnout pengennya ke level selanjutnya lagi, atau bahkan turun level, #yhaa
Yaah, pengen deh jadi mahasiswa lagi!
(yelaaah, pas jadi mahasiswa bilangnya pengen kerja) #dasarmanusia
Yahh, pengen nikah aja!
Yeuuhh..
Jadi naon atuh kepengennya 馃槀
0 notes
afdanish 4 years
Text
Pada waktunya...
Pada waktunya semua orang akan memilih,
Pada waktunya semua orang akan merasakan,
Pada waktunya semua orang akan mengetahui jawaban,
Life circle crisis,
Tema yang sekarang banyak orang angkat.
Bagi yang sudah berumur 25 tahunan pasti sedang merasakannya.
Merasa tidak seberguna itu,
Merasa tidak sebermanfaat itu,
Dan merasa tidak seberhasil orang lain,
Media sosial menjadi tempat yang membuat kita terpuruk walau tidak ada yang menghujat,
Walau tidak ada yang menyakiti,
Tapi rasa-rasanya, postingan demi postingan yang terpampang didunia permedsosan kini menjadi boomerang.
Orang-orang memposting keberhasilan mereka masing-masing. Ntah dalam perihal karier, studi, pertunangan, pernikahan, pencapaian materi, pencapaian bisa bepergian kemana-mana, bahkan pencapaian bisa membelikan ini itu untuk keluarga. Namun, kita hanya bisa melihat mereka dari layar sambil berbaring dan sedang tidak melalukan apa-apa.
Rasanya kita memulai di garis start umur yang sama, tapi kok? Berbeda...
Yapp!!
Karena umur bukanlah ukuran, yang bisa kita samaratakan untuk menilai sebuah prestasi.
Karena umur bukanlah jaminan, kita bisa menunjukkan hasil yang abadi.
Banyak orang yang bilang,
Kita punya jalurnya masing-masing,
Kita punya waktunya masing-masing,
Kita punya rezekinya masing-masing,
Dan banyak yang paham tentang hal itu,
Tapi banyak orang juga yang menjauhi hal itu.
Beda halnya dengan orang-orang yang selalu minta imannya dikuatkan.
Ini perihal iman, kita percaya akan takdir dan rezeki.
Usaha semaksimal mungkin harus, berdoa sesering mungkin juga harus, serta menyerahkan kepadaNya tentang sebuah hasil juga sangat diwajibkan.
Oleh karena itu, apa yang masih membuat kita khawatir?
Rasa-rasanya, yang masih jadi khawatir kita adalah,
Tentang sebuah penilaian, yaa.. siapa lagi?
Kalau bukan Manusia 馃槆
0 notes
afdanish 4 years
Text
Allah Maha Benar
Pernah gak kita mikir, kalau apa yang terjadi pada diri kita itu ga sesuai?
Istilah terkenanga "Ekspektasi tak sesuai Realita"
Yaa, memang...
Disinilah peran penting Allah Yang Maha Mengatur Segalanya..
Kita menjabarkan poin A sampe Z, tapi nyatanya gak semua yang bakal kita bisa dapetin. Atau cuma beberapa aja yang kita bisa capai dari sekian poin yang sudah kita jabarkan.
Ada quotes, kira-kira begini...
"kita punya pensil untuk menuliskan banyak mimpi. Tapi kasih ke Allah penghapusnya, supaya Allah hapus mana-mana aja yang gak perlu atau gak sesuai atau mau Allah ganti yang lebih baik."
Yes! Sebaik itu loh Allah,
Tapi kadang, kitanya yang ga sadar-sadar. Padahal udah tau ilmunya. Tapi gak juga bisa nerima.
Pernah juga sampai nyalahin Allah,
Pernah juga sampai jauh dari Allah,
Pernah juga sampai masa bodo dengan yang namanya Ibadah,
Saking apanya? Saking pernah ga ngerasa peran Allah ko ke kita gak sebagus ke yang lain?
Tapi setelah jauh dari Allah, ko makin-makin ambruk, bobrok, dan malah ancur!
Pernah waktu itu, ketemu driver ojek online.
Mau berangkat ke kantor, lagi ngobrol perihal kerja.
Abangnya bilang, "Mba, saya tuh dulu berdoa sama Allah, pengen kerja di kantor yang bisa gaji saya 5jt perbulan. Dua tahun lamanya, berdoa gitu terus selama sholat. Baik fardhu, maupun sunnah. Suatu hari, pas saya lamar kerja, bener tuh kenyataan. Saya ditawarin gaji 5jt sama itu perusahaan. Kerjanya tapi malem... Jadi kalau pagi saya tidur. Pulang kerja saya cape, langsung tidur sampe sore mau kerja lagi. Selama kerja saya jauh dari Allah, karena kebanyakan tidur. Cuma dua bulan saya kerja, begitu aja saya dikeluarin sama atasan. Saya di fitnah sama rekan kerja saya.
Mungkin itu tanda dari Allah ya, peringatan. Karena saya kufur nikmat, lama-lama saya minta selama dua tahun loh ga pernah berhenti, saya berdoa minta kerjaan yang gajinya 5jt. Udah dapet, eh malah lupa sama Allah. Seakan-akan saya ditampar, Allah ngasih tau, nih ini tuh kerjaan Allah kasih, pas udah di kasih lupa sama yang ngasih. Allah mau ngasih tau kalau itu titipan dan bisa Allah ambil kapan aja. Dari situ saya akhirnya nyoba ngeojek online dan ga lamar-lamar kerjaan lagi. Saya kembali ke jalan Allah, dan kerja sedapet-dapet yang penting ga lupa sama Allah. Alhamdulillah.. tenang saya mba"
Gak kerasa perjalanan sudah mau sampai kantor.
0 notes
afdanish 4 years
Text
Mertua
"duh pit, dulu aku gemuk loh..semenjak nikah aku kurus"
"loh, kenapa mba?"
"ya, ternyata tinggal sama mertua itu??? Ya begitu deh! Kerjain pekerjaan rumah terus aku, Pit. Cape!"
Begitulah kira-kira percakapanku sama temenku yang sudah 11 tahun menikah. Beliau cerita awal-awal baru menikah dan belum punya rumah sendiri.
Tak jauh ceritanya sepertu di media sosial, yang katanya, mertua ituu??? Ahh begitulah.
Tapi, Alhamdulillah..
Menuju 2 bulan pasca menikah, aku tidak menemukan sedikit pun hal yang menyiksaku selama aku beberapa kali menginap di rumah mertua.
Nyatanya, mertuaku adalah tipe orang yang santai. Aku mau cuci piring, "ga usah, nanti sama mamah aja"
Aku mau nyapu, "udah teh, nanti juga kena debu lagi. Nanti lagi"
Aku mau nyiram tanaman, "udah teh, masih jam segini. Nanti lagi" ehh.. beberapa menit kemudian, disiram sama mamah.
Hufft..
sampe susah gitu, nyari ladang buat bantuin mamah mertua.
Sampe pernah aku bilang sama suami,
"yang, nanti kalau santai, ngobrol ya sama mamah. Izinin aku buat pegang pekerjaan rumah ya. Gak apa-apa gitu.. udah biasa."
Saking apanya?
Saking, mau apa-apa ga usah terus, takut cape katanya.. huhu
MasyaAllah emang, punya mertua baiknya minta ampun. Alhamdulillah nikmat 馃榿
0 notes
afdanish 4 years
Text
Bener pengen atau gara-gara liat orang?
Banyak hal yang kita harus tanyakan kepada diri kita sendiri saat bener-bener pengen nikah.
Karena kebiasaan dari kita, saat kita stress, pusing, dengan berbagai tugas kuliah, beban kerja, dll.. ujung-ujungnya "udahlah... Pengen nikah aja!"
Atau saat liat story menikahnya teman sebaya, sodara, kaka tingkat. Ujung-ujungnya, "Hemm, jadi pengen nikah juga."
"Temen-temen udah pada nikah, aku kapan ya?"
Padahal, ukuran seseorang untuk bisa menikah bukan hanya umur, bukan juga siapa cepat atau siapa lambat.
Tapi, bagaimana diri kita, apakah sudah bisa menyatakan kesiapan dan kesanggupan kita untuk mengarungi masa depan. Baik itu suka, duka.
Hidup dengan penuh konflik, bukan hanya konflik keluarga kecil yang baru dibangun saja, tapi konflik -dua keluarga yang saling menumbuh kembangkan kita si suami istri baru.
Bahkan, konflik bertetangga. Hehe
Saat kita berperan sebagai anak, mungkin kita cukup masa bodo, dengan permasalahan tetangga terhadap keluarga kita. Nyatanya... Saat kita masih kecil orang tua pun jarang melibatkan kita dalam permasalahan bertetangga. Karena saat kecil, berebut mainan dengan anak tetangga bisa dibilang hal yang wajar.
Tapi bagaimana jika kita sudah pisah rumah dengan orang tua?
Kan kitalah pemeran utamanya saat ada konflik dengan tetangga, bukan?
Karena hidup bersosial tidak selalu berjalan mulus, benar kan?
Ahh.. itu baru sisi tetangga..
Belum lagi, saudara pihak istri kasian, butuh buat bayar SPP anaknya, untuk kebutuhan harian, untuk ini itu, minjemlah ke kita..
Dan saudara suami, tidak berselang lama.. pinjem duit lagi..
Alamakkk.. pusing kepala berbie.. hehe
Biarin, si berbie aja yang pusing. Kita mah jangan! Yhaa..
Konfliknya banyak,
Tapi ladang pahala juga banyak,
Begitulah berrumah tangga, hehe..
Gimana cara kita memaknai setiap hari demi harinya.
0 notes
afdanish 5 years
Text
Aku tahu, bagaimana caramu menunggu
Bukan sehari atau dua hari...
Menunggu karena telat hadir lima belas menit saja rasanya sungguh membosankan.
Bukan lagi tentang seminggu atau dua minggu...
Ceritamu dalam menunggu tak pernah terdengar mengeluh.
Bukan lagi tentang sebulan atau dua bulan...
Semangatmu tak terdengar padam
Bukan lagi tentang satu tahun yang terhitung 365 hari...
Tapi tentang hari-hari yang dilalui dalam 365 hari yang telah terlewati itu
Bukan lagi
0 notes
afdanish 5 years
Text
Pertemuan adalah belajar, Perpisahan juga belajar
Semakin sering kita bertemu dan berpisah dengan seseorang atau suatu benda bahkan pastilah kita mendapatkan suatu pembelajaran terhadap apa-apa yang sudah kita miliki dihari kemarin.
Rupanya kedatanganku dalam sebuah seminar pra nikah beberapa waktu yang lalu dengan Pak Cah membuka banyak kesempatan untuk berpikir. Berpikir tentang apa-apa yang aku pikirkan saat ini dan hari kemarin apakah hal itu sebenarnya harus aku pikirkan ataukah tidak?
Belajar bagaimana sebuah ruang kecewa itu memang harus disiapkan, bahkan porsinya harus di luaskan, ditinggikan, hingga tiada sesak saat kita masuk ke dalam ruang kecewa itu.
Kemarin mungkin aku terlalu banyak ingin, hingga lupa bahwa ada yang siap menerima tanpa tapi.
Kemarin mungkin aku terlalu banyak definisi, hingga lupa bahwa ada yang telah berjuang tanpa jeda.
Aku kemarin sempat berpikir, dengan mencari orang yang berkriteria maka akan meminimalisir terjadinya -sakit hati. Padahal kata beliau, sesholeh atau sesholehah apapun seseorang yang akan kita pilih atau yang kemarin kita harapkan jangan pernah berpikir bahwa dia tidak akan menyakiti kita. Pasti! Sudah barang pasti sesholah/ah seseorang akan membuat kita sakit hati, baik perkataan, sikap, perbuatan, dan apapun itu.
Jadi, lagi-lagi lapangkan hati sedari awal bahwa ketika seseorang menyakiti kita karena hal-hal di atas, maka kita sudah lebih tahu, sudah lebih awal menerima, sudah sabar lebih dulu. Sehingga rasa kecewa karena berada di luar sebuah ekspektasi menjadi tidak mengecewakan.
0 notes
afdanish 5 years
Text
Melangkah Bersama
Kemarin boleh saja aku kemana-mana sendiri. Mengejar mimpi dengan seorang diri. Karena ku yakin, setiap orang punya mimpi berbeda, seiring dengan perbedaan karakter, minat, bakat, ataupun potensi.
Tapi tidak dengan mimpiku saat ini, -menikah
Bermimpi sendiri relatif mudah, karena kita akan terbebas untuk menyetir angan supaya sejalan dengan kemampuan.
Tapi tidak dengan mimpiku saat ini, -menikah
Menikah kiranya bukan hanya mengenalkan aku dengan mimpi orang lain, namun mengkolaborasikan mimpi itu sendiri.
Bukan juga hanya mengkolaborasikan mimpi aku dan dia semata,
Namun mimpi-mimpi orang di sekitarnya.
Perkara menikah bukanlah hal mudah. Ia akan berpihak bukan hanya yang siap saja namun juga bersama ia yang telah mampu.
0 notes
afdanish 5 years
Text
Bercerita
Kata mereka mungkin aku selalu menceritakan hal-hal yang aneh.
Hingga nyatanya memang aneh, pikirku jua.
Namun rupanya aku tak berani menertawakan apa yang aku katakan
Karena aku tahu, betapa rindunya aku.
Memang, kata orang aku sedang berkhayal.
Biar saja... Karena mereka tak tahu, bagaimana bahagianya aku saat merasakan khayalan yang mungkin tak bisa mereka rasakan.
Walau aku tahu, dan mereka tahu.
Ini hal bodoh!
Tapi nyatanya, aku tidak bisa menertawakan kebodohanku.
Karena disitulah aku bisa berdo'a. Semoga nyata!
1 note View note