Tumgik
aelsfr · 3 years
Text
Halo ini random things that casually cross my mind
Menjelang 25 tahun, baru nyadar aja keknya dari kecil tuh tiap aku deket sama cowok tuh berawal dari cinlok. Yang sekelas pas SD lah, sekelas pas SMP, sekelas pas SMA, sekelas pas kuliah, sekelompok KKN, ketemu di tempat PKP, dan kali ini sama orang yg ruang kerjanya sebelahan hehehe. Ya emang itu cara paling natural sih sebenernyaa
Sifat-sifat mereka ga ada yang sama (ya iyalah) tapi sepanjang yang kuingat semuanya orang baik-baik. Tapi sepertinya aku bisa menyimpulkan kalo aku lebih gampang deket sama yang komunikatif daripada yang tipe cuek wkwk.
Setiap orang punya masa lalu, tapi ya kita hidup di masa kini, dan akan menjalani masa depan. Aku mau denger terus suara lantunan ayat itu waktu sholat, mau liat terus wajah ramah dan gemes itu, mau dapet elusan di kepala terus xixixi.
Dari semua daftar panjang segala jenis adam itu aku ga pernah sama sekali cerita ke ortu, ga pernah komunikasi sama sekali ke keluarga si cowok, tapi yang ini beda. Entah dapet energi tambahan dari mana aku bisa berani cerita ke ibu sampe ngenalin jugaa. Entah dapet energi tambahan dari mana aku bisa ketemu dan kenalan sama keluarganya, dan langsung keluarga besar, tapi tetep santuy nggak deg-deg an meskipun tetep ada awkwardnya.. Entah dapet nyali dari mana aku inisiatif telpon ibunya minta ijin ngajak main wkwkwk. Allah baik banget ya ngasih jalan buat kita bisa kenal dan deket sama orang yang "klik" dan semoga jalan itu masih ada terusss sampai ujung. Semoga kita bisa jadi akhir untuk masing-masing 🤍
0 notes
aelsfr · 4 years
Text
Pelajaran hidup, jangan suka ngomongin orang lain, apalagi kalo itu ttg kejelekannya.
Inilah kenapa kita dilarang ghibah sama Allah, karena yg kita omongin bisa balik lagi ke kita.
Saat ini aku cuma mau jadi muara, ga pingin jadi pipa penyambung dua arah. Dipikir2 pipa itu juga ga mungkin dua arah kan, bisa-bisa ntar hancur sistemnya.
If someone tells us something, itu artinya dia percaya kita. Meskipun nggak ngomong, pasti sebenernya diapun berharap cerita itu cuman sampe di kita. Ga untuk orang lain.
Ayo balik aja ke jaman purba, cerita2 ke diary :")
0 notes
aelsfr · 4 years
Text
Andiena And Her Shoes (A Compilation)
Ini bukan analogi, bukan perumpamaan. Emang mau nyeritain tentang sepatu kok. Mungkin antara aku dan sepatu itu adalah love-hate relationship. Maksudnya sih aku yang love mereka, tapi mereka yg hate aku. Selalu mempermalukan akuu.
Si sepatu pantovel.
Tiap anak paski pasti punya sepatu ini. Sepatu yang dipake buat upacara, buat latihan, buat push up sit up, lari-lari, ngglempoh, ndlosor, segala macem. Alhasil ga pernah awet. Mana belinya 30ribuan di pasar besar kan, dia gampang banget nganga atau retak-retak. Terus biasanya dikasih lakban di bagian kretekannya, karena sering copot sendiri. Anehnya, kalo aku yang make tuh selalu yang sebelah kanan yang rusak duluan. Ngaruh dari dominasi fungsi otak ga nih? Haha.
Si sepatu kets putih.
Awal-awal kuliah dulu tuh pengeen banget punya sepatu kets putih, soalnya keliatan bersih dan pure gitu (setidaknya meski orangnya enggak, sepatunya iya). Jadii ketika ke jalan-jalan Batu, sekalianlah beli sepatu itu. Nyari bahannya juga yang ga gampang kotor. Awal make emang dieman2 banget, cuma buat ke mall apa ke kampus gitu, pokoknya ga buat outdoor pastinya. Prabencana terjadi ketika sepatu ini aku bawa KKN. Dipake buat acara ke sana ke mari. Jadinya dia mulai mangap, sedangkan aku cuma bawa 1 sepatu kan, buat KKN. Mau gimana lagi, akhirnya aku (dan doi) beli lem G untuk pertolongan pertama. Antara sebel dan bersyukur sih hehe, soalnya jadi tau rasanya ketemu cowok gentle. Doi ngelepas dulu sepatunya buat aku pake sementara, terus ngelemin sepatuku...sampe tangannya pun kena lem. Meskipun rada ngomel-ngomel sih soalnya katanya perih dan panas. Hehe aku mah senyum-senyum aja. Karena sudah di lem so I'm ready to go!
Lalu bencananya, beberapa minggu setelah KKN selesai, sepatu itu aku pake lagi buat pulkam. Sebelumnya, aku ke kampus dulu. Kaget banget waktu sampe di kampus, solnya tinggal separuh! Ada yg patah selama di jalan. Jadinya aku balik ke kos lagi dong buat ganti. Nyampe kos udah patah semua solnya hahah. Baru aku tau, ternyata kalo sepatu dilem itu malah jadi kaku, padahal dia harusnya lentur. Buntut dari kejadian waktu KKN nih.
Si sepatu olahraga.
Waktu aku PKPA Industri, aku nginep di rumah tanteku di Bandung. Tante dan om ku ini hobi lari pagi waktu weekend. Sebagai ponakan yang baik tentunya aku ikut lari pagi walaupun ga terlalu suka (karena godaannya untuk berhenti berat banget). Tante minjemin aku sepatu olahraganya sepupuku, yang udah ga cukup, jadi udah lama ga dipake. Kita pun berangkat, melewati jalan Buah Batu (iyaa yang di Dilan itu!). Perjalanan berangkat dia masih oke-oke aja, ternyata waktu pulang, lagi-lagi, solnya lepas. Jadilah dia flat shoes, literally flat shoes. Lagi-lagi pula, yang copot sebelah kanan! Sambil ngakak, ya udah kita melanjutkan lari sampai rumah:)
Si high heels wisuda.
Sebenernya dia ini bikin agak insecure waktu wisuda SMP, soalnya cuma 3 cm, sementara temenku yang lebih tinggi-tinggi, pake heels yang lebih tinggi juga. But I'm okay. Wisuda SMP itu 8 tahun yang lalu, dan di masa sekarang ini terbersit keinginan untuk memakainya lagi di acara pernikahan sahabatku SD. Dengan pertimbangan, warnanya coklat muda matching sama bajuku, dan nggak terlalu tinggi juga dan aman untuk dipake ke acara nikahan di gang sebelah. Deket banget sih tempatnya, aku tinggal jalan kaki aja ke sana. Perjalanan berangkat aman, selama acara aman, tapi di penghujung acara dia mulai berontak karena sudah renta. Udah nggak kaget lagi kan kalo aku kasih tau, heelsnya, yang kanan, copot:) Mauku ndang pulang, karena udah mulai gerimis juga dan kami ga bawa payung. Akhirnya kita pun pamitan pulang sambil aku bawa heels yang copot tadi seolah tidak terjadi apa-apa. Taunya gerimis makin deras. Aku jalan cepat. Aku merasa dia lebih longgar. Kupikir, "ah, ini perasaanku aja gara-gara ga seimbang tingginya paling". Aku lari. Dia semakin sangat longgar. Aku liat lagi, ternyata, udah kebuka semua tuh jaitan bagian bawahnya. Jadi, seluruh kakiku bisa keluar dari celah itu! Putus asa, aku lari lagi sampai rumah, "on foot".
0 notes
aelsfr · 4 years
Text
What I value the most in people
1. Insight. This is ultimately number one. I love people who proudly state themselves. Aku menghargai orang-orang yang berani speak up, ngemukakan pendapatnya, terlebih lagi kalo pemikirannya itu bisa nginsprasi. 2. Communicative. Bukan berarti banyak omong, tapi yang nyambung dan enak diajak ngobrol. Yang kadang kalo udah sefrekuensi itu ngomongnya bisa acdgj gitu (not formally abcde). Terus, aku ga begitu suka yang basa basi. Oh iya people who writes well juga masuk kategori ini. 3. Books they read. Kagum banget sama orang orang yang sanggup baca buku buku sulit...terlebih lagi kalo in english. 4. Sense of humor. Penting sih ini. Vitamin kehidupan. Btw keknya klasifikasinya rada ga jelas. Kalo ada lagi aku tambahin deh kapan kapan.
0 notes
aelsfr · 4 years
Text
QLCS
Quarter life crisis feels so real. Here I am on my 23rd. And still taken aback and forth about my passion, my willingness, my purpose in life. Sebenernya apa sih yang kumau? Apa yang harus diprioritaskan dalam hidup? Kemaren waktu aku ikut seminar ttg career coaching, presenternya bilang, kerja ga sesuai passion itu gapapa, yang penting niat dan berusaha. Nah kalo malah gatau passionnya, apa iya kerjanya nanti terserahlah mau di mana? Aku kadang heran, penasaran (dan juga iri) sama orang-orang yang tau arah hidupnya. Yang tau keinginannya. Habis ini mau lanjut S2 apa kerja.
20200521
0 notes
aelsfr · 5 years
Text
Bete banget di tumblr gabisa dienter kalimatnya. Padahal ga biasa nulis pake paragraf...hiks lol bodoamaaatt
0 notes
aelsfr · 5 years
Text
Perlu uji toksisitas
Katamu, kamu mau pergi. Katamu, jangan chat lagi. Tapi kamu masih di sini, masih mau anterin dan nemenin aku. Masih mau dengerin ceritaku. Sikapmu memang udah beda, tapi aku masih liat mata yang sama. Senyummu bilang kalau masih ingin kita bersama (apa perasaanku aja ya?) Perpisahannya berlapis-lapis ya? Tiap hari bilangnya iya kita pisah, kita pisah, tapi tiap hari... Kita masih bareng, tapi masih saling menyakiti, tapi masih perhatian. Kenapa harus sama-sama mengandaikan akhir yang dengan orang lain? Katanya, perpisahan itu awal yang baru? Kalau boleh bilang, aku masih ingin nerusin, belum mau lost contact. Masih ingin merasakan kehadiranmu meskipun sekarang beda. Aku ingin berharap, tapi aku sekarang takut berharap sama manusia. At a time in March 2020
0 notes
aelsfr · 5 years
Text
Epilogue
It's the end, and I've just realized that there's no single post about you. It's the end, and I've just realized how much you mean for me and my world. Wishing for an unconditional love, But in our once-in-a-while separation, this is happened. Lately I consider that I've always made some words, poem, story, or even a song about someone I praise. And there's none for you. But we 'were' together for a long time. Why... Am I too busy when I'm at college so I had no time to wrote those? Are you so boring so I didn't have any inspiration to write? Am I being a loner when I wrote those things and you never make me sad enough as now to do it? Is your presence become usual thing for me in my daily life and I'm so cool with it and don't have any worry when I'm beside you? Am I trusting you that much? But this time, we can only go back to the first phrase up there.
At a time in February 2020
0 notes
aelsfr · 5 years
Text
Dream
Waking up at midnight realizing that I dreamt of you. It was short but felt so real. Your helping hands. Your charming voice. I miss you i miss you like crazy I can't help. It's been years. How are you? I wanna ask questions everyone's asking about you. Where are you. How you've been doing all this time. I mean it when I say I miss you. We're not living on caves on this millenial right? But you are. You keep living underground and undetected. So, why did you come to my dream?
At a time in November 2019
0 notes
aelsfr · 5 years
Text
Sambat
Yang tiap hari kita dengar, kita lihat. Baru menyadari, sekarang sambat ini seperti sebuah keharusan, di mana kalau ga sambat ga asik. Di mana kita ingin memposisikan diri sebagai orang yang paling menderita di suatu kondisi. Semua berlomba-lomba menciptakan sambat terbaik dengan berbagai macam model. But what's that for? Apakah masalah bisa diselesaikan dengan sambat? Apakah dengan sambat bisa membuang semua keraguan kita? Memang nggak salah kok ngeluarin unek-unek, daripada dipendem sendiri kan. Kita juga biasanya cenderung mencari orang yang senasib. Karena dengan itu kita akan merasa aman, oh berarti kayak gini gapapa, semua juga sama kok, oke aja. Iya, lewat cara ini kita bisa mengurangi stress, itu bagus. Tapi di sisi lain, dengan terus menerus merasa aman, besar kemungkinan kita tidak tergerak untuk melakukan perubahan. Jadi gimana? Semua hal ada positif dan negatifnya, tapi menurutku itu harus seimbang. Yang kutakutkan dari semakin banyaknya yang sambat, yang artinya membagi kenegatifan, itu bisa mempengaruhi sekitarnya untuk jadi negatif. Yang bisa kulakukan sekarang mungkin mengurangi sosmed(?), jadi mengurangi kemungkinan untuk bertemu sama yang negatif-negatif. Atau seenggaknya menyortir dulu, apa yang ingin kita lihat dari sosmed. So, can we at least become the positive? Dari diri sendiri, berusaha mengurangi sambat. Berusaha untuk tidak mengiyakan sesuatu yang sedang kita alami sebagai penderitaan. Life is process, semua usaha yang kita lakukan sekarang (at least we've tried!) pasti akan ada hasilnya, meski nggak tau itu kapan. 20190919
0 notes
aelsfr · 6 years
Text
about world, time, and me
Jika manusia adalah sebuah titik di akhir kalimat, maka apakah dunia adalah perpustakaan? Seberapa besar manusia dapat dianggap dalam kehidupan ini? Apakah sebuah titik tersebut bisa membuat perbedaan?
Jika manusia sekecil sebuah titik, sampai batas manakah Ia dapat memahami seisi dunia? apakah terlalu arogan jika aku mengatakan aku ingin bisa memahami dunia?
Kali ini tentang waktu. Ada banyak penyesalan tetnang bagaimana aku menghabiskan waktuku selama ini. Tentang apa yang telah kulewatkan sementara orang lain bekerja keras dan menghasilkan sesuatu yang produktif. Begitu banyak pikiran seperti itu. Apa saja yang sudah kulakukan selama ini? Jika seseorang menanyakan, “apa saja yang kau dapat sejak mulai kuliah”, haha, bagaimana aku menjawabnya. Jika aku ingin memahami waktu, darimana harus memulai? Sejarah di masa lalu, fakta hari ini, atau kemungkinan di masa depan?
Apa saja yang sudah kulewatkan selama ini? Aku merasa malu akan tidak adanya sesuatu yang bisa menarik perhatianku. Sesuatu yang kudapat sendiri, yang kucari karena memang ingin mencarinya. Apa saja yang sudah kulewatkan selama ini? Jka umumnya perempuan membaca novel roman dan dibutakan cerita fantasi, some guys I know membaca sejarah peradaban dan filsafat dunia. Sad but true. Dan apa yang terjadi pada yang tidak membaca apapun?
Apa yang sudah kulewatkan selama ini? Sekarang ada banyak yang ingin aku tau, semuanya melesak lesak ingin segera diketahui akar permasalahannya. Apa yang selama ini disembunyikan dunia? Ia seperti wajah dengan seribu topeng. Di balik semua gemerlapnya, cerita-cerita kelamnya, suasana tenangnya, apa yang sebenarnya disembunyikan? Hai dunia, dari mana aku harus mulai untuk belajar memahamimu?
Aku takut, jika aku kehilangan semangatku. Seperti yang dirasakan banyak orang, seperti seminar yang bisa menyemangati di hari itu saja dan besoknya go away. Aku takut, jika ada kesia-siaan lagi di sekitarku, Setidaknya jika aku menulis ini, bisakah aku benar-benar berubah? Bisakah aku mengejar ketertinggalanku? Bisakah waktu-waktu yang akan kulalui setelah ini akan punya manfaat hingga bagian terkecilnya? Ataukan pertanyaan itu harusnya adalah pernyataan? Karena menulis ini, aku harus benar-benar bisa berubah.
0 notes
aelsfr · 6 years
Photo
Tumblr media
Expired. From long time ago 20190215
0 notes
aelsfr · 6 years
Text
Sampai batas mana kita pantas menikmati hidup? #sebuahbacotan
Pada dasarnya aku orang yang excited mencoba hal baru alias mudah bosan. Sampai di suatu titik aku tersadarkan, ada banyak hal yang ingin kucoba. Ingin makan ini, ingin beli itu. Semakin ter-trigger pula setelah melihat orang lain, dia lho bisa beli, dan menurutku selama ini aku sudah cukup "hemat". Iya, that kind of thoughts. Ditambah pula sedang ada alat perang di tanganku bernama uang. Setelah mendapatkannya, apakah aku senang? Mungkin iya, sesaat, karena awalnya penasaran. Dicoba sedikit nanti lama-lama bosan juga. Lalu di sisi lain aku dipertemukan dengan orang-orang yang sudah mampu mengalahkan nafsu dan egonya untuk dunia. Salah satunya adalah seseorang yang sudah tak peduli lagi kehabisan harta demi bersedekah. Katanya, harta kita di dunia nanti semuanya habis jadi t*i, kalo ga gitu jadi warisan yang diperebutkan. Gunanya apa? Yang bisa longlast cuma harta dari amal jariyah dan doa-doa. Satu orang lainnya, ada pula yang demi menjaga hidup sehat, menahan untuk makan yang enak-enak: nasi sayur lauk (hampir) tanpa rasa for daily basis. She said balance life is a good life, and she proves it right by being bright, healthy, and wrinkles-free in her elderly age. Jadi ini masih sebuah dilema. Karena masih muda pasti ingin explore banyak hal, tapi sampai batas mana?
20190213
0 notes
aelsfr · 6 years
Text
Hello
I'm coming back
0 notes
aelsfr · 6 years
Photo
Tumblr media
Kuyy #jankjankwings #wingsforeveryone https://ift.tt/2MNQhsW
0 notes
aelsfr · 6 years
Photo
Tumblr media
Make it timeless, precious, mysterious Give it name that means struggle, through every problem As these grim stones Maybe it will be ancient, but will never forgotten https://ift.tt/2wgupAa
0 notes
aelsfr · 7 years
Photo
Tumblr media
Kuy http://ift.tt/2GwrGrd
0 notes