Text
Seperti apakah kita memandang ibadah wajib yang selama ini kita kerjakan ?
Apakah hanya sekedar penggugur kewajiban semata, yg penting udah dikerjain, beres.
Atau kita benar2 membutuhkannya, mengerjakannya dengan sepenuh hati mengharap ridha nya, agar kelak mendapatkan rahmatnya dan dapat menjadi salah satu penghuni surganya.
Renungkanlah kembali.
-AP-
3 notes
·
View notes
Text
Atqiya'ul Akhfiya',
Orang-orang yang bertaqwa lagi tersembunyi. Mereka terkenal di langit meski diabaikan di bumi. Mereka dirindukan surga meski dikucilkan dunia.
0 notes
Text
Menghafal Qur'an adalah sarana untuk memperbaiki diri, agar makin dicintai Rabbul 'Izzati. Bukan untuk puja dan puji, apalagi buat dapetin akhi-akhi atau ukhti-ukhti.
©Quraners
300 notes
·
View notes
Text
Semangat Berislam
Saat ini kita berislam/ menghadiri majelis ilmu tidak sampai harus mengorbankan nyawa, berbeda dengan saudara2 kita pada masa lampau atau yg berada di daerah lain.
Dimana pada zaman dahulu mereka hanya mengaku islam langsung dibunuh oleh penguasa pada saat itu, dan saudara kita yg berada di daerah lain, misal somalia, harus menyeberangi hutan yg masih terdapat banyak hewan buas liar hanya untuk menghadiri majelis ilmu belajar huruf hijayah, maka manfaatkanlah sebaik baiknya waktu dan keadaan yang kita miliki saat ini untuk menghadiri majelis ilmu belajar Islam.
#sebuahrenungan
0 notes
Text
Suatu hari nanti, kita akan dipertemukan dengan seseorang yang benar-benar mencintai kita tanpa alasan. Tanpa dusta dan kepalsuan.
Suatu hari nanti, kita akan dipertemukan dengan seseorang yang membiarkan kita menjadi diri sendiri. Tanpa topeng, dan tanpa kepura-puraan.
Suatu hari nanti, akan ada seseorang yang akan membuat kita yakin, bahwa ternyata, dia adalah sebaik-baik pilihan. Yang mampu membuat kita menetap, tanpa sempat berpikir untuk berpindah tempat.
3K notes
·
View notes
Text
Berusaha. Berdoa. Lakukan segala perintahNya. Tinggalkan segala laranganNya. Akhlakul karimah.
-AP-
1 note
·
View note
Text
Waktu
Kebanyakan dari kita masih suka bermain main dengan waktu, seakan akan memiliki waktu yang banyak, padahal kita tidak tahu kapan waktu kita akan berakhir.
Waktu yang kita jalani saat ini berbeda dengan waktu pada esok hari atau kemarin, walaupun mempunyai hitungan jam dan siklus hari yang sama, namun waktunya berbeda, karena waktu terus berjalan maju, tidak mungkin mundur atau berhenti.
Manfaatkanlah waktu yang kita miliki sekarang dengan sebaik baiknya, jangan sampai menyesal waktu berlalu dengan melakukan hal yang sia sia.
Cobalah berkaca pada diri sendiri, banyak waktu kita dihabiskan untuk apa ? Mengumpulkan pahala? Atau mengumpulkan dosa?
0 notes
Photo
Arah Musim - Kurniawan Gunadi
Ibu & Kue Lebaran - Aji Nur Afifah
InsyaAllah akan bisa dipesan di Langitlangit pas masa special order mulai tanggal 16 Oktober 2019. Jika teman-teman mau mencari dua buku itu di toko buku, nantikan di bulan November ya :)
136 notes
·
View notes
Photo
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya . Seperti Ummu Habibah . Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu . Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya . Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.
~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses . Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu . Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri . Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor . Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999
Semoga terinspirasi…
✍🏻 WA BIS ( Belajar Ilmu Syar'I Akhwat )
🍂🍃Untuk para ibu dan calon ibu
4K notes
·
View notes
Text
“Tidak ada keputusan besar yang mudah untuk diambil. Pasti akan melewati keresahan, ketakutan, kekhawatiran, segala hal yang membuatmu tak kunjung sampai tujuan. Pasti tidak mudah membuat keputusan besar untuk hal-hal yang amat berarti dan berharga.”
— Kurniawan Gunadi / 21 September 2019
2K notes
·
View notes
Text
RTM : Nasihat Sebelum Menikah
Pernah tidak memperhatikan bagaimana orang lain atau teman yang kita kenal baik menemukan pasangan hidupnya? Hingga mereka mengatakan kepadamu atau kamu mendengarnya dari orang lain tentang bagaimana rumah tangganya berjalan. Entah berita baik atau buruk.
Pernah tidak memperhatikan bagaimana ia bisa menerima orang baru dalam hidupnya? Bersedia menikah dengannya dan bersedia menanggung konsekuensi atas keputusannya — sesuatu yang sampai hari ini tidak kamu miliki—. Dan bagaimana kemudian ia menjalani konsekuensi tersebut.
Anggapan bahwa keputusan besar ini pasti berujung indah – never ending fairytale – seperti yang kita saksikan di media sosial dan sebagainya. Justru bisa menjadi boomerang bagi diri kita sendiri.
Mau dibuat sesederhana apapun, perkara ini sama sekali tidak sederhana. Mau dibuat semanis apapun, perkara ini pasti akan memberikan rasa pahitnya. Dan kami, sekali lagi, tidak ingin menyuruh-nyuruhmu untuk segera berumah tangga. Raih dan genggamlah mimpimu sedemikian erat, jalanilah. Karena di jalan itu, pasti ada orang lain yang menitinya juga. Selesaikanlah urusanmu terhadap dirimu sendiri, orang tuamu, dan hal-hal yang kamu rasa itu amat penting dan berharga bagimu.
Persiapkan segala sesuatu yang kamu takut dan khawatirkan sampai hari ini. Karena ketakutan dan kekhawatiran itu ada karena tidak adanya persiapan. Tidak adanya kesiapan diri kita sendiri. Tidak hanya meratapi nasib dan memikirkan ketakutan itu, lantas bersembunyi dari hiruk pikuk dunia. Masalah itu takkan pergi sampai kamu bersedia menghadapinya.
Barangkali, nasihat paling bijaksana yang bisa kami ambil sampai hari ini adalah:
Keputusan ini kamu yang akan menjalani, kamu pula yang akan menanggung segala konsekuensinya. Bukan orang lain. Bukan siapa-siapa. Kalau kamu tidak siap, jangan pura-pura siap. Kalau kamu tidak yakin, jangan pura-pura yakin. Hati kecil, berbisik lirih tapi banyak benarnya.
Ketakutan-ketakutan itu jangan sampai mengendalikan dirimu. Mengambil alih logikamu hingga kamu gegabah dalam mengambil keputusan-keputusan besar bagi hidupmu sendiri. Keputusan-keputusan permanen, sesuatu yang sekali kamu ambil, menggema sepanjang hidupmu.
©kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Text
Inginnya masuk Surga tapi terus melakukan hal-hal yang Dilarang oleh Allah swt, atau memang sudah sukarela masuk Neraka asalkan kebutuhan Duniawi terpenuhi ?
-nn-
0 notes
Text
Meyakinimu
Semakin banyak waktu yang dijalani, semakin banyak pertemuan yang terjadi. Kesantunanmu membuatku tak henti-hentinya berdoa, semoga di waktu nanti aku mencari istri, kamulah yang kucari.
Mengapa tak sekarang?
Karena aku tahu, asumsi ini jangan sampai menjadi kebenaran. Jangan sampai perasaan ini membuat langkah kakiku tertahan, apalagi sampai memberatkan langkahmu karena kuutarakan perasaan itu sekarang. Biar semua seperti air mengalir, menemukan jalannya untuk sampai ke muara.
Kalau di ujung perjalanan nanti kita tidak berada di muara yang sama, tidak akan menjadi kesedihan. Jangan sampai kebahagiaan dan kesedihan itu ditentukan oleh harapan yang bersandar pada seseorang.
Aku akan bersyukur pada pertemuan kita saat ini. Pertemuan denganmu membuatku harus lebih cepat dalam bersiap. Bersegera untuk mewujudkan satu per satu ambisiku. Bertambah alasanku untuk mewujudkan semua impianku yang berharga.
©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
Tulisan : Respon
Lautan itu pada dasarnya tenang, anginlah yang membuatnya memiliki ombak. Manusia itu pada dasarnya sama, tapi bagaimana ia merespon suatu kejadianlah yang menjadikannya berbeda.
Kemampuan diri untuk merespon sesuatu itu bergantung pada banyak hal. Pada kemampuan mengendalikan emosi, kedalaman berpikir, pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya. Kemampuan merespon itu adalah salah satu cara untuk melihat bagaimana kualitas diri kita sesungguhnya.
Bagaimana saat kita merasa jatuh cinta, bagaimana saat kita sedang marah, bagaimana saat kita sedang menerima kritik, respon yang akan kita berikan berdampak besar pada banyak hal dalam hidup kita.
Mungkin kita tidak menyadarinya, sebab semuanya seperti dalam bawah sadar. Tapi, seketika kita menyadarinya, bukankah kita seringkali menyesal setelah berbuat sesuatu?
Yogyakarta, 13 Agustus 2019 | ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
Belajar Ilmu Dunia, Berbayar, dibela-belain untuk hadir.
Belajar Ilmu Agama, Gratis, ada 1000 alasan untuk ga hadir.
-AP-
0 notes
Text
"Berhentilah berburuk sangka", sebuah nasihat untuk diri ini
~
0 notes
Text
Kupandangi Qur'anku, kukatakan padanya,
"Pertemukan aku dengan seseorang yang mencintaimu, juga mencintaiku karenamu..."
©Quraners
1K notes
·
View notes