adiksikata
/kon·tem·pla·si/
13 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
adiksikata · 3 years ago
Text
la.gi-la.gi
Entah canda apa yang ingin diberikan Tuhan kepada hamba-Nya,
Disaat seorang percaya bahwa semua akan menjadi awal yang bahagia,
Ternyata hanya canda semata,
Lagi-lagi,
Hanya mengulang apa yang sudah pernah terjadi,
Lagi-lagi,
Hanya kembali pada titik mu.la itu kembali.
5 notes · View notes
adiksikata · 4 years ago
Text
0 notes
adiksikata · 4 years ago
Text
Tumblr media
6 notes · View notes
adiksikata · 4 years ago
Text
365
Banyaknya hari dalam kurun waktu satu tahun dan/atau lama berakhirnya sebuah cerita yang menahun;
Sebuah cerita yang seharusnya sudah terlupa, tetapi nyatanya masih mengganggu juga;
Cerita lalu tentang seorang manusia yang menjalankan suratan-Nya;
Sebuah suratan yang begitu mutlak adanya, tanpa mengenal apa, siapa dan maupun rasa yang ada;
Lebih lanjut hanya bagaimana cara kita dapat menerimanya saja. Pun, sebagai manusia hanya bisa berusaha dan meminta yang terbaik dari-Nya;
Tanpa pernah tahu, yang mana pilihan-Nya.
2 notes · View notes
adiksikata · 4 years ago
Text
0 notes
adiksikata · 4 years ago
Text
/gan·jil/
Saat terdapat satu hari yang selalu kau rayakan berulang dan pada akhirnya menghilang,
Dimana segala sesuatunya selalu kau persiapkan dan pada akhirnya saling melupakan,
Bahwa nyatanya kuasa Tuhan sangatlah berperan dalam menentukan jalan seorang insan,
Dimana sebuah kebiasaan tak serta-merta menjadi pilihan-Nya untukmu,
Dan mungkin hanya ditakdirkan sebagai salah satu fase kehidupanmu,
Sebatas bentuk banyaknya cara Tuhan menyatakan kasih sayang dan pembelajaran-Nya kepadamu,
Pada hari ini, hari yang mungkin telah kau tunggu,
Hari bertambahnya usiamu,
Semoga Tuhan dengan segala kuasa-Nya serta-merta melindungimu dan tercapailah segala angan yang kau dambakan sejak dulu,
Selamat dan berbahagialah.
1 note · View note
adiksikata · 5 years ago
Audio
1 note · View note
adiksikata · 5 years ago
Text
/ba·ha·gia/
Kata yang sukar untuk kutemukan belakangan ini,
Entah dimana dia terus bersembunyi,
Kata yang sebenarnya mempunyai arti yang mengawang tanpa ada batasan,
Batasan yang dapat mengukur bahwa seseorang itu dapat dikatakan berbahagia, 
Hingga pada suatu malam dari hari-hari yang panjang, akhirnya kutemukan kata itu,
Saat dimana, kutahu bahwa mimpi yang ingin kau tapaki akhirnya terwujud bahagia,
Tanpa berpikir panjang, kupanjatkan doa-doa terindah untuk kebahagiaanmu, tentunya,
Dan hingga hari paling berbahagia itu tiba, sepertinya rasa itu akan tetap ada,
Rasa dari kata bahagia yang aku rasakan sempurna, saat dimana akhir perjalanan di ujung jalan ini telah tiba,
Selamat berbahagia.
1 note · View note
adiksikata · 5 years ago
Text
Pekan
Hari dimana pikiranmu diharuskan untuk beristirahat dari pertemuan-pertemuan yang padat, sambil menunggu datangnya hari baru yang akan kau hadapi bersama para penjilat.
Tumpukan berkas yang sengaja kau tinggalkan kemarin pun sudah menunggu untuk kau gerayangi esok hari, padahal fokus hari ini tidak sedikit pun ingin kau bagi.
Alangkah indahnya bila semudah itu untuk mengambil cuti, tanpa perlu menengok omongan kanan-kiri yang terkadang menyayat hati.
Ah, indahnya masa-masa itu. Masa dimana tak perlu memikirkan realita yang nyata dan hanya canda gurau yang ada.
Ingin rasanya untuk kembali pada masa itu, hanya untuk sekedar mensyukuri bahwa sangat berharganya hari-hari yang akan kita lewati, bukan begitu?
1 note · View note
adiksikata · 5 years ago
Text
adik·si
Tidak mudah kucoba menjauh. Namun, hanya dengan sebuah tanya darimu, diri ini kembali luluh.
Apa yang kau ingin cari dari sebuah kabar tentangku?
Merupakan pemisah antara rindu yang menggebu dan ketakutan akan sesuatu yang semu.
Tanya dariku hanya terbalas dengan ketidaktahuan akan tujuanmu yang kembali melemparkan tanya itu padaku.
Ketidaktahuan yang memunculkan asumsi di penghujung malam dan menambahkan kelam di pemikiran, tanpa kutemukan satupun jawaban.
Hanya bermula dari menanyakan kabar, dan tanpa tersadar, jemari ini sudah menyusun kata-kata dengan tak sabar.
Tak sabar untuk mengetahui kabar tentangmu, yang telah lama ku hindari untuk mencari tahu.
Hingga kita dipertemukan dalam sebuah perbincangan di suatu malam, yang selama ini kudambakan untuk kembali terulang.
Perbincangan yang menjawab beberapa tanya dari akhir cerita, hingga tanya yang selalu muncul tanpa diduga-duga.
Perbincangan yang kembali mengingatkan rasa senang yang telah lama hilang, walau kutahu di akhir perbincangan, semua itu hanya kesemuan.
Rasa senang yang kurelakan datang, dengan akibat yang sudah terbayang.
Rasa senang yang diberikan oleh adiksiku, adiksi yang sudah jauh pergi, adiksi yang kehadirannya akan selalu kunikmati, walau mungkin untuk yang terakhir kali.
Adiksi yang hanya dengan tanyanya dapat membawaku kembali ke titik permulaan untuk kembali berjuang.
Berjuang untuk kembali membangun dinding untuk bertahan. Dinding yang senantiasa akan kuhancurkan untuk menyambut adiksiku pulang.
Adiksiku,
Terimakasih sudah menyempatkan datang. Semoga kau segera menemukan jalan pulang dan jawaban atas segala kesenduan.
1 note · View note
adiksikata · 5 years ago
Text
ba·ru¹
Saat gelap menemukan titik terang baru, mungkin sudah saatnya aku melangkah maju.
Maju dari apa yang telah meninggalkan, dan membukakan tangan untuk setiap kesempatan. Maju menjadi sosok yang dapat membanggakan, untuk setiap insan yang menyayang.
Ada rasa berbeda yang menghampiri, saat wajah baru ini kupandangi. Entah karena senyumnya yang manis, atau karena perasaan baru ini yang membuat meringis.
Meringis terkagum oleh setiap tatap tajamnya. Terbuat dari apa dia dalam benak ku bertanya-tanya?
Meski baru pertama ku berkesempatan untuk berbicara berdua, entah mengapa terasa sekali berbeda, antara aku dan dia.
Dia terlalu sempurna dan aku tak kuasa untuk membelenggu, setiap tatapnya hanya akan membuatku membatu-bisu.
Ingin sekali ku memandanginya lebih lama, tapi tak kuasa walau hanya untuk sekedar menyapa.
1 note · View note
adiksikata · 5 years ago
Text
Sewindu
Sewindu lamanya, atau kurang dua hari pada tepatnya.
Buku cerita tebal yang sampulnya semakin lusuh oleh waktu dan juga perbedaan, akhirnya menemukan halaman terakhirnya.
Sebuah buku yang menceritakan dua insan manusia, yang mana dipertemukan dalam salah satu fase kehidupannya.
Sewindu pun dipilih oleh sang Penulis untuk menjadi judul bukunya. Terkesan seperti suatu buku cerita panjang yang memakan waktu cukup lama untuk dibaca, tapi nyatanya, sangat berharga disetiap lembarannya.
Entah terinspirasi dari mana buku ini ditulis, mungkin dari sebuah lagu dengan judul dan waktu yang sama saat cerita ini dimulai, serta kesamaan makna dengan akhir ceritanya.
Akhir cerita yang tidak akan mungkin terduga untuk sebagian pembacanya, maupun oleh si Tokoh Pria atau mungkin sudah terbaca oleh Tokoh Wanita dalam cerita?
Pelik, mungkin menjadi kata yang tepat bila kulihat tanda tanya itu, menyiratkan tanda tanya besar akan perubahan yang terjadi di lembar-lembar terakhir dalam cerita panjang ini.
Akhir cerita yang mengusik nalar serta logikaku, dan jangan kau coba tanyakan perihal hati yang rusak karenanya, itu sudah pasti terjadi.
Tak kuat hati rasanya, saat membaca dialog terakhir antara kedua tokoh utama dalam cerita ini. Rasa senang saat akhirnya berjumpa, nyatanya menjadi akhir dari panjangnya cerita.
Dalam dialog tersebut, sang Penulis seperti kehabisan kata-kata untuk si Tokoh Pria. Hanya membisu yang dia bisa, seperti tak kuasa merubah rindu menggebu menjadi abu yang tak berharga, setelah dia tahu ada apa dengan kekasih hatinya.
Sang Penulis sampai tak enak hati untuk mengambarkan akhir cerita si Tokoh Pria, dengan menunjukkan betapa bodohnya dia. Melewatkan banyaknya kesempatan yang telah diberikan kepadanya.
Sesaat penyesalan itu datang, harusnya kubiarkan saja tanda tanya ini menggantung setinggi-tingginya, jika kutahu bahwa harga dari sebuah kejelasan dan jawaban ternyata jauh lebih menyakitkan.
Dengan segala rasa yang berkecambuk dalam diri, sudah seharusnya kututup buku ini, walau dengan banyak kata yang tak tersampaikan dalam ceritanya, mungkin baiknya tersimpan dan menjadi pengingat bahwa akhir cerita sudah tersirat.
Kuhargai keputusanmu, dengan balasan kata maaf yang akan terus kusampaikan, untuk segala harapmu yang tak kuasa dapat terjawab olehku.
Mungkin saat ini Tuhan sedang memberikan petunjuk-Nya untukmu, dari segala doa yang telah lama kau ucap, dan akhirnya jawaban itu datang kepadamu. Dengan hadirnya seseorang yang dapat mengangkatmu dari titik terendah itu, yang seharusnya menjadi tugasku dulu.
Mungkin untukku juga nanti, tapi rasanya tak sekarang. Perlu waktu cukup lama untuk sembuh dari apa yang kau tinggalkan, bukan?
Tepat hari ini, hanya kata-kata inilah yang akhirnya bisa kuwakilkan atas segala tanya dan keraguan dalam diri, kata-kata yang tak pernah kuduga akan tertulis untukmu, kata dan cara yang sangat berbeda dari rencana dan harapku pada hari ini, hingga kita larut dalam perbincangan itu.
Mohon restumu, harapku dapat segera membencimu, karena tak mungkin ada seorang insan yang dapat mencintai dan membenci dalam satu kurung waktu.
Tolong tepati janjimu, yang sangat mudah kau iya-kan itu. Sungguh, hanya dengan melihat wajahmu dari jauh, 'dinding' yang mati-matian ku bangun akan runtuh.
Salam, sewindu.
Tumblr media
3 notes · View notes
adiksikata · 5 years ago
Text
Mula
Menandai hari jadinya wadah ini, ku tandai jejaknya dengan mula, sebagai bentuk curahan kata yang selama ini tersendat dalam asumsi pemikiran dan untuk para pemikir yang tak kuasa untuk berbicara.
Mungkin nanti wadah ini akan berisi tentang keresahan-keresahan saat tujuan yang sudah lama di canangkan justru melebur menghilang.
Atau mungkin keresahan-keresahan dalam proses berfikir ulang dalam menentukan tujuan?
Ya, mari kita mula.
2 notes · View notes