abcdefanny
Unpredictable
226 posts
I'm just a girl. Trying to find a place in this world. With you.
Don't wanna be here? Send us removal request.
abcdefanny · 4 years ago
Text
Terakhir
Hai.
Mungkin aku menulis ini untuk yang terakhir.
Karna aku rasa sudah waktunya untuk menutup buku.
Kamu tidak akan terganggu lagi oleh surat-surat ini yang mungkin bahkan kamu bakal membacanya atau tidak.
Ada kepuasan tersendiri memang setelah beberapa hari lebih memilih membalas pesanmu disini.
Aku akan tetap menjadi orang yang sama.
Hanya saja masalah dengan waktu.
Tenang, akan ada dimana aku menemuimu dengan perasaan yang biasa saja.
Bila kamu sedang bimbang, diantara bertahan atau pergi, maka pilihlah pergi supaya kamu tidak repot mencari-cari alasan mengapa harus bertahan.
Walaupun akan begitu banyak yang menyalahkanmu, setidaknya kamu benar. Kamu ingin pergi karena Allah, bukan karena siapapun. Dan kamu akan membuktikannya.
Biarlah waktu yang menjawab, bahwasanya pilihan kamu itu memang tepat. Kamu tidak akan menyesal, percayalah aku.
Ku beritahu sesuatu.
Sesuatu hal buruk yang kamu tinggalkan, yang kamu relakan hanya karena Allah, akan Allah ganti dengan yang jauh lebih baik. Setidaknya, kamu telah berniat dan berusaha. Allah yang lihat usahamu, bukan orang lain. Jangan dengarkan apa kata orang.
Yakinlah, bahwasanya sesuatu yang baik itu dimulai dari permulaan yang baik pula. Maka pilihlah sesuatu yang diridhoi Allah. Termasuk perintah dari orangtuamu. Itu sesuatu yang diridhoi Allah, bukan?
Tapi jangan berharap bahwa jalan yang kamu lalui akan begitu mudah. Sulit. Aku tidak akan berbohong kepadamu. Banyak sekali rintangannya, banyak sekali ujiannya, tapi dalam semua duri itu, ada janji Allah yang akan perlahan menghapuskan dosa kita.
Begitulah Allah yang Maha Adil. Ia tidak memberikan ujian melainkan akan memberikan hiburan kepada hamba-Nya.
Bila kamu masih saja ragu karena sudah terlalu lama bergantung. Kamu tau bahwa bergantung pada sesuatu yang salah itu perlahan akan rapuh juga? Bagaimana caranya bertahan bila kamu bertahan pada sesuatu yang tidak mengetahui apa-apa, tidak tahu tujuanmu apa, sementara Allah adalah Yang Maha Mengetahui?
Kuasa-Nya akan mengalahkan rencanamu.
Tanya lagi hatimu, kamu masih mau bertahan karena apa? Bila itu bukan sesuatu yang tidak mendekatkan kamu kepada Allah, lepaskanlah. Dan kalau sesuatu itu adalah yang kamu anggap sebuah ibadah, maka seharusnya ia tidak akan membuatmu bergantung kepada sebuah ketidakpastian.
Jalan masih panjang, lanjutkan.
Terus saja melangkah.
Teruntuk kamu, siap ya menjadi lebih baik lagi dan lagi dan lagi?
Terimakasih untuk setiap pelajarannya.
Me, have already to go a new life.
And of course, you also have too.
Selamat bertemu kembali dilain waktu.
Mungkin saat kamu sudah sukses, atau aku yang sudah sukses dan bahkan kita sama-sama sudah sukses nantinya.
Salam untuk semua keluargamu.
                                                                                            Sincerely,
                                                                                                Pani
youtube
2 notes · View notes
abcdefanny · 4 years ago
Text
Keempat
Hai lagi.
Hari ini kamu baik-baik saja bukan?
Lagi lagi aku membalasmu lewat ini.
Terlalu berat rasanya mengucapkan selamat tinggal atas kepergianmu dengan secara langsung. Maaf.
Sama seperti di surat sebelum-sebelumnya, aku tetap pada konsistensiku.
Aku selalu memaafkanmu.
Percalayah.
Aku yakin kamu akan baik-baik saja setelah melepaskanku.
Lalu, bagaimana aku? Akupun akan baik-baik saja. Nantinya.
Perkara aku menyayangimu, biarkan saja itu aku.
Allah Maha Tahu aku berdo'a masih untuk kamu.
Namun barangkali, tidak semua perpisahan harus dipersiapkan dengan cantik.
Yang akan membuat hati semakin berat. Makin sulit untuk melepaskan.
Apapun cara untuk pergi, pastikan tidak untuk menengok kembali. Ya?
Jahat memang. Namun bila itu yang terbaik untukmu maka lakukan saja.
Seseorang yang kamu tinggalkan akan sakit pada awalnya. Itu jelas sekali. 
Namun sejalan dengan waktu, aku pasti akan baik-baik saja. Hidupku terus berjalan.
Dan aku kelak akan tinggal sejarah saja.
Masih ingat kata-kataku dulu? Yang aku tahu kamu masih menyimpannya.
Jika kelak aku mengabaikanmu dan itu membuatmu merasa kecewa, ingatalah aku pernah begitu bersyukur mengetahui bahwa ada seseorang seperti kamu yang rela singgah pada seorang seperti aku.
Terimakasih, karena pernah ingin mengenalku disaat ada begitu banyak orang lain yang lebih baik untuk kau temani.
Terimakasih, karena pernah menjadikanku bagian dari hidupmu disaat ada begitu banyak orang lain yang lebih pantas memasukinya.
Terimakasih pernah berbagi canda dan tawa, terimakasih telah menjadi pendengar untuk segala luka dan lara, terimakasih untuk semua diskusi tentang kehidupan.
Terimakasih telah menjadi orang baik dan tetaplah menjadi baik.
Dan, terimakasih karena bersedia memulai cerita ini bersamaku.
                                                                                            Sincerely,
                                                                                                Pani
0 notes
abcdefanny · 4 years ago
Text
Ketiga
Hai, kamu membaca suratku yang ketiga.
Maaf lagi aku harus melalui ini. Karna mungkin aku butuh waktu.
Maaf tolong bertahan sebentar lagi.
Tidak semudah itu bagi aku.
Harus aku akui, aku selalu memaafkanmu.
Tidak kurang tidak lebih. Inshaallah.
Berhenti menyalahkan diri sendiri.
Berhenti merasa kamulah penyebabnya.
Jalani hidupmu dengan lebih baik mulai sekarang. Dan tentunya biasakan tanpa aku.
Aku masih tetap sama pada aku yang tidak pernah absen untuk menyebut namamu dalam doaku.
Hanya saja untuk sekarang mungkin aku akan lebih sering absen.
Tidak sesering dulu.
Tidak selantang dulu.
Kepergianmu tentu saja akan menyakiti hatiku, tetapi itu tidak akan membuatku hanya berdiam diri untuk menunggumu kembali.
Aku tetap saja akan melanjutkan hidupku. Seperti kebanyakan orang lainnya. Berusaha untuk baik-baik saja meskipun setiap kali ada yang menyebut namamu, rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Aku akan berusaha mencari cara untuk bisa tertawa lagi walaupun di dalam hariku kini sudah tidak ada kamu lagi.
Jika kamu pergi, pastikan kamu temukan apa yang kamu cari sebelum bertemu dengan siapapun ya?
Lanjutkan hidupmu seperti sediakala, yang sebelumnya baik-baik saja jauh sebelum ada aku.
Bila kamu yang tidak sanggup, biar aku yang perlahan melenyapkan diri.
 Melihatmu tenang tanpa aku. 
Percayalah, itu jauh lebih menenangkan. 
Daripada kamu harus tersiksa dalam kedekatan. Ini sudah ke sekian kalinya kita mencoba lepas. Semoga ini bukan lagi percobaan, melainkan kenyataan.
Semoga kamu selalu bahagia ya, dengan siapapun nantinya.
Nanti juga kamu akan paham bahwa tidak melulu yang sesempurna itu. Kamu cukup menerima, melengkapi dan berdiri bersama.
Please, stay be someone who really cares and loves other people.
                                                                                       Sincerely,
                                                                                           Pani
0 notes
abcdefanny · 4 years ago
Text
Kedua
Hai.
Maaf aku harus lewat ini lagi.
Maaf, hanya saja aku ingin membiasakan tanpamu.
Mungkin sudah jadi kebiasaanku selalu mencari kamu ntah seperti apa kondisiku, bagaimana perasaanku bahkan saat aku tidak tahu harus apa hanya untuk mencari kamu. Karna kamu sudah terlibat dengan aku.
Maaf untuk itu.
Kamu lihat bukan?
Aku seolah baik-baik saja. Kamu bisa melihat wajah bahagiaku di sosial media pun dengan celoteh bodohku. 
Aku seolah masih sama. Sebelum atau pun sesudah denganmu.
Tidak pernah ada orang yang benar baik-baik saja setelah ditinggal oleh orang yang disayanginya.
Tapi percayalah,
Aku serius dengan perkataanku di surat yang pertama.
Aku selalu memaafkanmu.
Bukan aku menahan, bukan pula aku memberatkan kepergian. Apalagi membuatmu sulit untuk melepaskan. Bukan sama sekali. Ini hanya bagian - bagian yang memang harus kita lewatkan.
Keadaan mungkin sudah tidak mengizinkan bukan? Begitu menurutmu.
Kau ingin lepas, maka aku tidak akan menahanmu.
Kau ingin lupa, maka aku juga tidak akan melarangmu.
Jangan khawatir.
Sebab kamu hanya perlu percaya satu hal. Semua akan baik-baik saja. Itu yang sedang aku yakini pada diriku saat ini.
Terkadang memang kita perlu berpura-pura baik-baik saja meskipun semua belum baik-baik saja. Terkadang kita perlu menghibur diri dengan mengatakan kepada diri sendiri bahwa semua baik-baik saja meskipun kenyataannya belum baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja.
Kamu akan baik-baik saja.
Aku akan baik-baik saja.
Kita akan baik-baik saja.
                                                                                            Sincerely,
                                                                                                Pani
0 notes
abcdefanny · 4 years ago
Text
Surat Pertama Untuk Kamu
Hai, apa kabar?
Maaf aku terlalu perasa untuk balas pesanmu.
Maaf aku harus membalas pesanmu lewat ini.
Maaf bukan aku ingin menghindarimu.
Tapi ini cara agar aku bisa menerima dan berdamai dengan diriku.
Kamu, baik-baik saja kan?
Gimana hari-harimu?
Sama saja bukan? Bedanya aku sudah tidak terlibat lagi denganmu.
Ada banyak sekali pertanyaan dalam isi kepalaku. Tapi aku lebih memilih untuk sama sekali tidak menanyakannya karena tidak ingin pertanyaanku mengganggu kamu. 
Tapi percayalah,
Aku selalu memaafkanmu.
Aku selalu memaafkanmu.
Aku selalu memaafkanmu.
Inshaallah.
                                                                                            Sincerely,
                                                                                                Pani
0 notes
abcdefanny · 4 years ago
Text
Ingin Bertukar Posisi Rasanya
Dilepaskan setelah begitu dekat Dikhianati sesaat setelah aku menaruh hati Dijauhi setelah begitu dalam aku mencintai Apa yang kau mau Apa tujuan kamu
Sakit.. aku sulit untuk bangkit Sesak… aku sulit untuk bernafas
Kau sudah lebih dari sekali merusak hari-hari baikku Tetapi aku tak boleh berteriak padamu Sebab bersuara adalah sia-sia Kau takkan peduli, itu pasti
Diam, menutup mulut Itulah yang paling terbaik untukku Diam-diam menata perasaan demi memperbaiki keadaan Hari baikku tak boleh berjalan berantakan
Aku rindu, Tetapi tak boleh mengadu padamu Rinduku sudah bukan lagi menjadi urusanmu Itu seperti beban yang tak satu orangpun bisa meringankan
Ku cemas terhadap keadaan kamu Tetapi tak boleh menghubungi kau lebih dulu Sebab tidaklah baik mencari yang tak ingin ditemukan lagi
Aku tak pernah beristirahat dari menjadi kuat Tak boleh mengeluh saat harus menelan nyeri sendiri Begitulah aku sejak sayangi kamu
Coba kau jadi aku Coba kita bertukar posisi Bagaimanakah kau akan menguatkan dirimu sendiri
0 notes
abcdefanny · 5 years ago
Text
Ini adalah cerita tentang dua hati yang bermula dari tempat berbeda. Jika diibaratkan angka, kamu memulai semuanya dari angka “seratus”. Sementara aku beranjak dari angka “nol”.
Aku yang dingin, cuek, dan kerap menciptakan jarak darimu karena merasa ragu untuk bisa jatuh cinta lagi. Terlampau banyak kisah pada hubungan lalu yang membentukku begitu. Karena setiap kali hubungan itu berakhir, aku akan merasa sangat ‘bodoh’. Begitu banyak pertanyaan bermain di kepala, tentang; kenapa aku membiarkan diriku jatuh? Kenapa aku mengizinkan benteng di hatiku runtuh begitu saja hanya untuk melihat mereka pergi? Dan setiap cerita masa lalu itu berakhir, aku kembali membangun tembok itu semakin tinggi untuk melindungi diriku sendiri dari orang-orang yang berusaha membuatku percaya lagi
Aku mulai merasakan perasaan bahagia semenjak kita dekat—namun, tetap menjaganya di angka 0. Aku memperingati diriku sendiri untuk tak terbuai padamu. Dan entah bagaimana, sekeras apapun aku berusaha mengabaikanmu, benteng di hatiku malah semakin lemah. Selihai itu kamu mau mendengar keluh kesahku, cerita burukku, rahasia terdalamku. Kamu meyakinkan bahwasanya; setelah semua hubungan yang gagal di masa lalu berakhir, itulah alasan kenapa kita bertemu—untuk saling menyembuhkan satu sama lain.
Kemudian, pada suatu hari…kamu berhasil membuatku percaya.
Tanpa aku sadari, angka 0 yang kupegang bergerak drastis menuju 10, 20, 30. Semakin bahagia, semakin angka itu terus-menerus naik. Ketergantunganku padamu mendalam. Aku membutuhkan responmu, aku senang melibatkanmu dalam keseharianku. Dan untuk beberapa waktu yang hebat itu, aku merasa kita sama-sama menikmati pergerakan itu. Namun, bolehkah aku sepercaya diri itu?
Lantas benar saja, sesuatu terjadi—sesuatu yang sering kualami di hubungan-hubunganku sebelumnya, kembali lagi. Kamu berubah. Dan bagian terburuknya adalah seiring dengan angka nol-ku yang semakin naik, angka seratus-mu malah semakin turun. Alih-alih aku resah dengan hal itu, aku hanya memendamnya saja sembari berharap itu hanya sementara. Karena, alurnya selalu begitu, kan?
Aku mulai takut kehilanganmu. Aku takut, kamu yang dulunya tidak punya alasan untuk meninggalkanku, ke sininya malah mencari sejuta alasan agar kamu bisa pergi dariku. Sementara, aku yang dari awal tidak berniat menumbuhkan rasa, malah akan berakhir dengan tangisan penuh cinta untukmu.
Bagaimana bisa seseorang yang awalnya mengebu-gebu ingin bersama denganku saja berubah sedrastis itu? Kemana dan kapan perginya perasaan itu? Apakah kamu hanya ingin mengujimu diri sendiri, untuk memilikiku, lalu selesai begitu saja?
Ini semakin membuatku yakin, dua orang akan terus merasa istimewa karena mereka “baru”. Tapi, kalau sudah lama, magic itu perlahan-lahan menghilang, hingga salah satu atau keduanya berubah. Dan, kadang-kadang, di kesepian itu, bahkan saat bersamamu, aku kerap berpikir; kamu masih terus sama aku di sini hanya sampai kamu menemukan yang lebih baik dariku, kan?
0 notes
abcdefanny · 5 years ago
Text
Hai, Teh Linda.
Tumblr media
Kepada Sahabatku, Saudaraku, penjaga rahasia-rahasiaku, dan peredam rasa cemasku, Teh Linda.
Di tengah kesibukanmu memilih bunga penghias pelaminan dan bahan kebaya, kuharap kau punya waktu untuk berhenti sejenak dan membaca. Mungkin kau sedikit terkejut melihat suratku. Betapa ini adalah kejadian luar biasa, kita yang biasa bertemu setiap hari kini harus mengungkapkan perasaan lewat surat yang tertulis rapi.
“Bukankah kamu tinggal menggedor pintu kamarku saja, kalau memang ingin bicara?”, mungkin begitu pikirmu.
Tapi semenjak hari mengikat janjimu terlaksana, semua tak akan lagi sama. Surat ini kumaksudkan sebagai pengantar, sebelum kamu memasuki pintu gerbang kehidupan yang semakin membuatmu harus banyak bersabar. Selamat menjalani hidup baru, Cantiku. Doa untukmu tak lelah kukirimkan dari balik lingkar kepala.
Tahukah kau, saat pertama kali kita berkenalan, kau seperti saudaraku yang sudah lama hilang.
Rasanya baru kemarin aku berkenalan denganmu. Kau yang ada diantara ribuan orang, tiba-tiba saja datang menawariku minuman yang menyegarkan tenggorokan dan menyapaku dengan penuh senyuman. Peluh yang sudah bercucuran bisa kau sembuhkan dengan beberapa teguk air segar. Ah, kau ini tahu saja waktu itu aku sudah sangat kehausan. Senyum ramahmu seolah memberiku peluang, kita bisa menjadi teman. Bahagianya, seperti menemukan saudara yang telah lama hilang dari kehidupan.
Kita bukan pinang dibelah dua, tapi kita layaknya roda yang ada dalam satu rakitan sepeda. Begitulah caramu mengisi hidupku menjadi lebih seimbang.
Waktu demi waktu kita tumbuh bersama menjadi seorang manusia. Memulai persahabatan denganmu seperti meramu jamu. Terkadang aku perlu merelakan lentik tangan terganti warna kuning kunyit yang harus ikhlas kubiarkan berminggu-minggu bertengger di tanganku. Namun segala lelucon dan masukanmu membuatku tahu bahwa ada akhir baik yang sedang kita tuju.
Bahagia dan duka bukan lagi menjadi rahasia. Bagi kita, semuanya layaknya roti yang dibelah dua, potongan yang kita bagi bersama terasa lebih renyah saat dinikmati berdua.
Menguntai hidup dengan menjadi sahabatmu membuatku tidak ragu untuk berbagi segala hal yang terjadi dalam kompas kehidupanku. Ingatkah kau saat aku pertama jatuh cinta? Aku tak lantas pulang untuk menceritakan kepada ayah dan mama. Tapi aku tahu kemana aku harus melaju, menuju ke tempatmu. Kaulah yang jadi saksi mata pertama betapa gilanya aku saat sedang merindu.
Karena rasa bahagia terasa lebih sedap saat aku bisa melahapnya bersama dengamu.
Ingatkah kau saat aku sedang patah hati karena ditinggal pergi? Cinta yang kuimpikan tidak lagi bersemi. Aku tidak bingung ketika mencari tangan yang bisa membagiku untuk berdiri tegak. Aku punya tempat dimana aku tidak akan malu untuk menangisi hal-hal yang lugu. Aku tidak lagi pura-pura tegar untuk menahan beban. Karena di hadapanmu, aku tidak merasa perlu menutupi sesuatu.
Walau kau sering kuributi dengan kegalauanku yang tak ada habisnya, rasanya telingamu selalu terbuka untuk menerima cerita.
Rasa pahitnya hidup terasa lebih nyaman untuk dicerna saat ada kau yang selalu mengingatkanku.
Kau adalah rumah yang tidak pernah membuatku ragu untuk singgah sewaktu-waktu. Meski kau seringkali lelah mendengar ceritaku, tapi nyatanya kaulah orang yang paham bagaimana aku.
Pagi, siang, malam bukan lagi jadi batasan waktu untuk mengetuk pintu kamarmu.  Hal-hal ambigu tidak lagi berlaku. Tengah malam tak menyurutkan niatku untuk menggangu tidurmu dengan curhatanku yang harus kulontarkan. Sampai-sampai beberapa kali aku juga harus meminjam bajumu.
Apapun itu, bukankah kau yang paling mengerti aku? Uang jajan yang hanya tinggal lima ribu, mata kuliah yang harus kuulang, sampai kegalauanku soal cinta yang tidak pernah ada jalan keluarnya.
Bila aku ditanya Tuhan, “Siapa yang akan kau ajak ikut serta, jika kau masuk surga?”. Aku tidak ragu untuk menjawab jika orang itu adalah kau.
Seperti bagian yang tidak pernah alpa untuk diceritakan dalam sejarah. Cerita hidupmu menjadi ceritaku juga. Begitupun sebaliknya. Meski sesekali kau lelah mendengar celotehanku yang tidak ada habisnya. Kau tetap saja tidak pernah bosan untuk membuka telinga.
Tapi ketahuilah, nyatanya kamulah orang yang tahu seluk beluk bagaimana aku sebenarnya.
Kita berdua tahu, menikah adalah hal yang kau tunggu-tunggu. Hingga tiba saatnya kabar bahagia itu sampai di telingaku, akulah orang yang paling tersentuh. Rasanya, bahagiaku tak lagi terukur.
kabar bahagiamu adalah bahagiaku juga.
Persahabatan kita sebenarnya tidak bermasalah. Kita tidak pernah mempermasalahkan apapun itu. Apalagi berantem.
Ah, hidup berdampingan denganmu seperti makan coklat, sesekali lidah kita mendapati rasa pahit disela-sela kunyahan. Tapi itu bukan masalah, karena kita selalu punya cara untuk menemukan hal yang bisa ditertawakan.
Aku ingat betul pagi itu saat kau menggedor pintu kamarku. Tanpa banyak bicara kau berdiri di depan sana dengan wajah yang merona sambil menunjukan cinci di jari manismu.
“Aku sudah dilamar”.
Kejutan terindah sudah ada didepan mata. Kita berdua sama-sama seperti masih tidak percaya. Wajahmu yang ceria dengan genangan air mata gembira membuatku merasa girang.  Sungguh, akulah orang pertama yang bahagia saat orang yang selama ini kau impikan akhirnya datang menawarkan cinta.
Pelukan kita adalah bentuk kata kehidupan yang kita bagi bersama.
Hatiku menjadi penuh syukur yang bertumpuk-tumpuk. Doa yang aku panjatkan tidak lagi sesederhana kamu lancar dalam mengerjakan ujian, tapi tentang kau akan menjadi orang yang lebih baru.
Melihatmu bahagia di pelaminan menibulkan pertanyaan. Masihkah kelak pundakmu dengan mudah bisa kutemukan?
Saat kau menjadi raja dan ratu seharian, memandangmu sudah berdampingkan membuatku haru berkesudahan. Bercampur bahagia, aku kadang berfikir ulang.  Benarkah itu kau, yang dulu saban hari risau soal pasangan? Benarkah itu kau yang dulu pernah tersedu-sedu karena kisah cintamu yang sering membuat ragu?
Entah kenapa, cerita tentang persahabatan kita terputar kembali di sana. Kau yang melucu saat aku sedang butuh dihibur, kau yang selalu menawarkan makan ketika aku lapar, kau yang tak pernah protes saat kasurmu berantakan karena ulahku yang tak bisa diam. Entah apa yang aku pikirkan sekarang, tiba-tiba saja semua menjadi teramat melankolis saat dirasakan.
Jujur, ada rasa yang tidak bisa kuterjemahkan. Aku menjadi bertanya-tanya apakah aku masih bisa masuk kamarmu sembarangan?
Meskipun aku tidak lagi bisa masuk kamarmu, aku ingin kau tahu aku masih leluasa untuk berdoa tetang kebahagiaanmu.
Bersahabat denganmu membuatku menjadi tahu, rasa sayang bukan hanya soal mata yang saling menatap, tapi juga hati yang tak pernah berhenti mendoakan.
Saat kau didekap pasanganmu, aku sungguh terharu betapa bahagianya kalian yang akan selalu menjadi satu. Tapi akankah kau tetap membagi cerita hidupmu padaku seperti dulu?
Hingga hari ini, aku kadang masih ingin tahu bagaimana hidupmu? Bagaimana perasaanmu saat harus seranjang dengan lawan jenis? Apa yang terjadi saat kau menghadapi ibu mertua pertama kali? Apakah kehidupan kalian seperti yang kau harapkan? Bagaimana rasanya berkeluarga? Aku juga ingin tahu. Ah, entah kenapa aku memang selalu menjadi orang seringkali mengkhawatirkanmu, semoga semua baik-baik saja.
Hei, apakah kau sekarang malu bercerita denganku?
Aku sadar, roti yang kau punya tidak lagi harus selalu dibagi menjadi dua seperti dulu. Kau sudah punya tempat kemana harus membagi kisahmu. Kau punya tempat pulang yang tidak akan membuatmu bosan. Kau punya kewajiban untuk tidak mengumbar peliknya rumah tanggamu pada siapapun. Tidak juga padaku. Aku tidak apa-apa, bukankah memang begitu lebih baiknya? Meski terkadang hidupku menjadi tidak seseru yang dulu.
Sahabatku, tahukah kau? Masih ada cawan didalam diriku yang bisa kau tuangi sekali waktu. Tentang apapun itu, kau bisa datang untuk membagi ceritamu padaku.
Cerita hidup yang seringkali jadi milik kita bersama, pasti akan lebih banyak kau bagi dengannya. Meski kita jadi jarang bersua, rasa bahagiaku menjadi sahabatmu tetaplah sama.
Setelah menikah, kau tak lagi segalau dulu. Kau tidak perlu bingung untuk pulang kemana, karena sudah ada pasangan hidup yang siap kapan saja di sisimu. Bahagiamu adalah bahagiaku. Begitulah kita memaknai persahabatan kita dari dulu.
Terkadang kita hanyalah sebuah lego yang bisa dibentuk apa saja. Kita adalah manusia fleksibel yang bisa berperan dalam posisi apa saja. Dengan statusmu yang sudah berubah, bukan alasan kita tidak lagi bertegur sapa sperti dulu. Tapi kita punya cara yang berbeda untuk tetap melaju bersama.
Sampai kapanpun, kau tetaplah sahabatku. Aku tetaplah sahabatmu. Tidak akan ada yang berubah jika kita dihadapkan dalam satu ruang yang sama. Aku selalu punya bagian yang bisa kau isi sesukanya. Aku menjadi orang yang selalu bisa kau hubungi setiap waktu saat kau sedang jemu. Jika kau punya waktu luang setelah mengurus rumah tangga, berkunjunglah. Maka kita akan bersama menertawai hidup seperti biasanya.
Karena persahabatan bukan tentang seringnya keberadaan. Adanya pasangan bukan menjadi alasan kita untuk saling mengalpakan. Ketahuilah, aku akan selalu ada setiap kau butuh saran.
Meski aku belum menikah, aku tidak pernah lupa untuk belajar bagaimana rasanya menikah. Belajar dari orang tuaku, kakakku, dan kau. Kita yang dulu selalu saling memberikan saran, sekarang tidak lagi ada untuk memberikan penawaran. Kau dan aku mungkin jadi lebih dewasa untuk memecahkan masalah.
Tapi satu hal yang perlu kau tahu, semua rahasiamu masih aman untuk kusimpan seperti janjiku.
Kau tidak perlu ragu untuk menceritakan sesuatu padaku, siapa tahu aku bisa membantumu. Kau tidak perlu lagi sungkan untuk meminta saranku, siapa tahu aku bisa memberikan pencerahan.
Agar aku tidak merasa kehilangan, beginilah caranya aku menyayangimu. Meski kita tidak pernah bisa lagi sering bersua, rasa persaudaraan kita tetaplah sama. Karena kita tahu, menikah bukanlah alasan untuk saling mengalpakan hubungan kita yang dulu. Kau masih menjadi orang penting dalam hidupku, begitupun sebaliknya.
Semoga hidupmu selalu baik-baik saja, sahabatku, sahabat sehatiku, kakakku, adikku, kembaranku.
Aku,
Sahabat dekatmu yang dulu tidak pernah malu masuk kamarmu
1 note · View note
abcdefanny · 5 years ago
Text
Ada beberapa hal sepele yang kerap kali tak kita hiraukan; Memaafkan diri sendiri.
Karena pada faktanya, kita lebih mudah memaafkan orang lain, dibandingkan dengan mengampuni diri sendiri. Dikecewakan dan dipatahkan berkali-kali, namun tetap saja, berkali-kali pula kita memberi maaf dan kesempatan.
Katanya, setelah benar-benar merasa lelah, manusia tidak akan lagi mempunyai rasa cinta, lekat dengan trauma, menolak kehadiran orang baru. Tapi tunggu, itu tidak berlaku bagi sebagian orang, mereka tetap bertahan dengan fase nya, menjadikan rasa sakit dan cinta menjadi satu. Pada akhirnya, tetap saja rasa sakit yang menjadi dominan, mengalahkan segalanya.
Aku beri tahu, People change, so don’t expect them to stay the same forever. We lose and we gain people in our lives. Because maybe, there isn’t enough space for too many people in our hearts.
Banyak orang bilang, menulis itu menenangkan. Tapi tak pernah benar-benar menyembuhkan
At the end of the day, no words can actually heal a broken heart. We heal because we’re just supposed to.
0 notes
abcdefanny · 6 years ago
Text
Cobalah Berdamai
Cobalah Berdamai
Berdamailah dengan dirimu yang seringkali diterpa badai ombak, hingga musim silih berganti. Menyadari kesalahanmu, memaafkan diri sendiri, juga mereka yang pernah menyakitimu. Tentang kealpaanmu dari menjaga diri, tentang luka yang kerap memporak-porandakan pikiran dan hati, tentang imanmu yang perlahan meranggas tersebab dosa-dosa yang tidak kau sadari.
Ikhlaskan, mulailah berbenah dan menentukan arah. Sebab, takkan ada satupun di dunia ini yang mampu menenangkan hatimu, kecuali cintaNya. Tentang mereka yang pergi meninggalkanmu, tentang orang-orang yang pernah pergi lalu kembali, juga tentang orang-orang baru dalam hidupmu. Berdamailah, tahan celah itu sebelum waktu menggenap tiba.
Sudahi siklus wasting time yang kerap menyita pikiran, hati, dan juga produktivitasmu. Fokuslah pada dirimu sendiri, tak perlu berkecil hati atas kesalahan-kesalahanmu yang lalu. Tidak ada kata terlambat untuk terus memperbaiki kualitas diri supaya pantas dalam ridhaNya.
Tentang si(apa)pun yang pernah menghantam kepala dan jantungmu, jangan pernah menyalahkan. Lihatlah ke dalam dirimu, bahwa rasa sedih itu tidak lain adalah ulah dan perbuatanmu sendiri. Untuk itu, maafkanlah diri, dan ciptakan harmoni dalam hati.
0 notes
abcdefanny · 6 years ago
Text
Self Reminder.
Pernah nggak, kalian berada di suatu titik di mana kalian nggak siap bertemu siapa-siapa? Teman lama, keluarga jauh, kenalan, tetangga, atau bahkan orang baru. Kalian cuma pengen sendiri saja, tanpa disentuh oleh dunia luar. Alasan utamanya karena takut atau lebih spesifik-nya karena kalian insecure.
Rasa insecure yang didasari oleh pikiran “aku masih gini-gini aja” sementara yang lain sudah hidup stabil, punya kerjaan mapan, barangkali sudah ngenalin calon pasangan ke orang tua dan berencana menikah dalam waktu dekat. Dan, aku sendiri nggak punya hal menarik yang bisa diceritakan ke orang lain.
Kalian pernah? Aku pernah.
Nggak tau kenapa bulan Desember sampai Februari selalu berhasil membuat aku menjadi lebih melankolis. Banyak hal yang ingin aku sampaikan di sini, salah satunya ini. Aku tau, postingan-ku belakangan ini terbaca terlalu gloomy atau kesannya ngeluh mulu. Tapi, aku tetap merasa perlu untuk menulisnya.
Aku pernah merasa sekosong dan sebuntu itu. It was hard. It will be hard. And I know, there is no guarantee from other people to fix and heal my pain, my sadness, and my insecurity. So, I choose to rise. Lalu, ada satu hari di mana aku terbangun dan menemukan sebuah pesan yang membuat aku semangat lagi. Pesan itu singkat saja, tapi cukup membuat hariku lebih berwarna dari sebelumnya.
Karena dia menghargaiku. Eksistensiku, usahaku, dan kemampuanku. Dia percaya kalau aku bisa dan dia dengan sungguh-sungguh memberikan semangat. See, it was just a simple message. Tapi, efeknya dashyat. Dia secara tidak langsung mengingatkan aku kalau aku masih punya hal yang bisa dibagikan ke orang-orang. Aku–nggak seburuk dan nggak senggak berguna itu.
Teman-teman, aku tau kita punya bentuk keresahan yang berbeda-beda. Aku juga nggak bisa jamin kesedihan kita akan segera berakhir, tapi bertahanlah sekuat mungkin, banyak-banyak bersyukur atas apa yang sudah ada, dan percaya–setelah hujan selalu ada pelangi, setelah air mata selalu ada kebahagiaan lagi. Don’t worry, all problems are just temporary.
And as I said before, let’s rise. This super-duper great day is going to be your day!
1 note · View note
abcdefanny · 6 years ago
Text
Beri Kesempatan Untukmu Membahagiakan Diri Sendiri Mungkin dia memang pernah menjadi yang paling hebat. Bisa membuatmu merasa paling disayangi. Tapi toh itu hanya sebuah kenangan. Adanya di masa lalu. Hari ini dia bukan siapa-siapa lagi. Hari ini semuanya sudah berbeda dan tidak sama lagi.
Mungkin dia memang pernah menjadi yang terbaik. Melakukan apa pun yang bisa membuatmu merasa istimewa. Berbagai macam cara dia lakukan agar kamu merasa paling beruntung. Tapi toh kini semuanya tinggal sisa-sisa cerita. Tak ada hal istimewa darinya untukmu. Bahkan untuk bertemu saja dia malas.
Mungkin dia pernah menjanjikan segalanya –juga waktu itu berusaha sekuat tenaga. Tapi toh hari ini dia sudah berubah menjadi asing. Dia tidak lagi melakukan itu semua untukmu. Bahkan yang tak pernah kau bayangkan, dia melakukan semua yang pernah dia lakukan untukmu, untuk orang lain.
Apa lagi yang membuatmu merasa menjadi paling disayangi? Apa lagi yang menguasai hatimu seolah kau masih paling istimewa baginya? Bagaimana lagi menjabarkan kalau dia masih menjadikanmu segalanya? Sementara, melirik saja kini dia enggan. Dia tidak lagi dia yang dulu.
Kau mungkin rindu dan berharap semua itu terulang. Tapi apakah kau lupa? Bahwa harapan seringkali membunuh kebahagiaan seseorang? Saat yang diharapkan adalah bayang-bayang. Saat yang dia harapakan adalah seseorang yang tak lagi ingin pulang.
Sudahlah, sudahi saja. Beri kesempatan dirimu bahagia kembali. Jangan memaksa untuk tetap seperti dulu. Saat ini kau harus melangkah dengan mimpi baru. Setiap orang bisa saja gagal dan itu wajar saja. Jangan terlalu membutakan diri. Seolah semua yang berlalu masih kau miliki. Jangan terbenam dengan kejayaan masa lalu. Kau hidup di hari ini dan akan menghadapi masa depan. Pulihlah hatimu, jangan biarkan dia tenggelam sendiri dalam masalalu yang pahit itu.
0 notes
abcdefanny · 6 years ago
Text
Sudah Selesai?
Selesaikan dulu urusanmu sebagai anak dari orang tuamu. Buat orang tuamu bangga dan bersyukur atas perkembanganmu, bertambahnya pengetahuanmu, mendalamnya kebijaksanaanmu, juga terbukti dengan karya-karyamu,
Usah terlampau resah dengan gejala-gejala hati yang nampaknya menggelayuti setiap hari. Percayalah, mencintai adalah perjalanan, maka tak apa bila dalam setiap langkah akan ada berlaku salah. Tapi menggenapkan cinta, itu soal lain lagi yang lebih multidimensi.
Akan lebih baik bila kau coba dulu mengetahui karaktermu sendiri, tahu kurang dan lebihnya, dan mencintai dirimu bagaimanapun adanya. Selesaikan itu dulu ; bila masih belum, kau masih punya banyak waktu.
Berkenalanlah dengan orang baru cobalah berkelana ke tempat yang tak pernah kau tahu.
Akan jauh lebih baik bila kebijaksanaan itu dipupuk sejak dini, hingga nanti kau benar-benar siap untuk menggenapi. Siap untuk mengetahui karakter pasanganmu, tahu kurang dan lebihnya pasanganmu, hingga mencintai pasanganmu bagaimanapun adanya. Tentu, itu butuh waktu. Karena itu, janganlah terburu-buru. Akan lebih nyaman, bila segalanya telah kau dapatkan dari perjalanan ;
Genap ketika sudah selesai, hingga kau siap untuk nantinya memulai.
0 notes
abcdefanny · 6 years ago
Text
Hari ini, Mari kita mulai lagi.
Mungkin takdir yang saat ini kamu jalani adalah hasil dari ucapan-ucapanmu di masa lalu. Perkataan tidak sengaja yang kamu lontarkan karena malu.
“Ah, mana mungkin dia denganku.”
“Aku dengan dia mana mungkin sih. Kami ini cuma teman.”
Ketidakmungkinan yang kamu aminkan.
Maka jangan menyesal jika sekarang kamu harus berlama-lama berdoa untuk menutup doa-doa lama kemarin. Usahamu sekarang mungkin kurang baik dibandingkan kejujuranmu waktu itu.
Setidaknya kamu tau, takdir Allah tidak pernah salah. Setidaknya sekarang kamu dan dia sudah mulai dekat dengan mimpi kalian masing-masing. Mimpi yang sungguh berseberangan.
Tapi kamu juga tidak boleh lupa. Ketidakmungkinan yang dulu teraminkan sekarang juga bisa terjadi lagi kan? Tidak ada yang bisa menutup jarak dan merubah hati kecuali Yang Maha Pemilik Hati.
0 notes
abcdefanny · 7 years ago
Text
Banyak yang bertanya akhir-akhir ini
Tak mudah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar tentang sesuatu yang penting dalam hidup. Sebab, seringkali kita butuh lebih dari sekali untuk mempertimbangkan, memikirkan, dan mempertanyakan jawabannya pada diri sendiri. Betapa tidak, setiap pilihan selalu bergandengan dengan konsekuensi, dan kita tidak ingin memandang gelap terhadap konsekuensi.
“Bertanyalah lagi!”, begitu nasehat seorang sahabat. Lalu, sebuah tanya muncul dari lubuk hati, “Kepada siapa?” seolah diri tiba-tiba saja bingung dan kehilangan segala isyarat dan pertanda. Dalam satu hentakan napas, yang ditanya pun menjawab, “Kepada Allah. Siapa lagi?” Ah ya, kita memang butuh bertanya kepada-Nya lagi dan lagi, dalam doa dan sujud di siang, malam, dan pagi hari. Di dasar hati, ada harapan yang besar semoga kita tidak salah memilih dan semoga pilihan yang diambil diberkahi.
Memilih, menjatuhkan pilihan, dan mengeliminasi pilihan memang seringkali menjadi perkara yang tak tertakar mudah-sulitnya. Tersembunyi dalam diam yang panjang meski beberapa pasang mata seolah memandang heran, “Mengapa pilihan yang datang tak lantas membuatnya bahagia?” Ah, biar saja! Mereka tidak paham duduk perkara, pun tidak mengerti bagaimana baiknya. Hanya segelintir yang memandang hidup dan dunia dalam frame yang samalah yang akan mengingatkanmu untuk kembali kepada Allah sebagai tempat mencurahkan segalanya.
Bagaimana pun, ajaklah dirimu untuk menjalani dan menikmati setiap prosesnya. Sebab, menjalani kehidupan yang dewasa memang nyatanya tidak bercanda. Allah, semoga Engkau menunjukkan jalan terbaik, mengantarkan pada pilihan yang benar, dan menggerakkan setiap hati yang sedang dihadapkan pada pilihan agar dapat menjemput berkah dan kebaikan-Mu dalam setiap pilihan yang ditentukan dengan hati yang terang lagi lapang.
0 notes
abcdefanny · 7 years ago
Text
Namun, seseorang telah berkata..
Ada alasan mengapa kau memilihnya ketimbang memilihku. Entahlah; mungkin bagimu, dirinya lebih membahagiakan ketimbang diriku. Aku menghargai itu. Kau nyatanya hanya sedang menunggu, namun tidak menunggu aku.
Ada sesuatu darinya yg tak dimilikiku. Entahlah; mungkin kesempurnaanya di matamu itu, mampu mengisi ketidaksempurnaanmu– yg padahal selalu terlihat sempurna di mataku.
Ada sebab mengapa kau menghindar setiap aku menanyakan perihal kita. Entahlah; mungkin kau enggan melepas aku ketika menunggu. Mungkin kau takut menunggu sendirian. Mungkin kau takut bertemu orang yg salah. Oleh karena itu kau menggenggam tanganku pada satu periode tertentu. Kau tak mau menjawab. Entahlah; kau tetap diam dalam setiap pertanyaan.
Ada kemudahan yg terlihat dari rona tubuhmu ketika melepas tanganku. Entahlah; mungkin aku yg tak terlalu membekas dalam hatimu. Atau mungkin juga kau sudah menemukan sosok yg benar bagimu– sehingga melepaskanku, kau lakukan tanpa ragu-ragu.
Ada pertanyaan dalam benakku ketika kau masih menghubungiku. Entahlah; mungkin aku masih menjadi sosok pengisi waktu favoritemu. Yg dicari ketika cintamu pergi, yg ditinggalkan ketika cintamu kembali.
Ada pemikiran-pemikiran lucu muncul dalam benakku mengingatmu. Entahlah; aku tetap banyak mengingatmu, walau bodohnya dulu aku pernah ditinggalkanmu lebih dari satu.
Ada usaha-usaha yg kau lakukan untuk tetap dekat denganku. Entahlah; mungkin kau masih rindu nyamannya tertawa denganku. Padahal aku sadar. Aku bisa dengan mudah hadir kembali dan merusak segala apa yg tengah kau bangun. Namun aku memilih untuk pergi. Karena Bahagianmu tidak lahir dari bahagiaku.
Ada senyum kecil lahir dari bibirku ketika membaca tulisan ini lagi. Entahlah; mungkin karena dulu, aku pernah jatuh cinta dengan seorang penipu.
0 notes
abcdefanny · 7 years ago
Conversation
Percakapan Kala Itu
“Mengapa kamu masih sendiri? Tidak adakah laki-laki yang mampu menarik hatimu?”
“Ada sih...”
“Apa kamu takut dengan komitmen? Itukah alasannya?”
Aku menarik nafas sambil mengeratkan peganganku di cangkir tehku.
“Iya dan tidak. Aku tidak takut dengan komitmen karena aku tahu bahwa komitmen sesungguhnya seperti cinta sejati, memang benar ada. Aku tahu karena orang-orang di sekitarku beruntung sudah menemukan cinta sejati mereka.”
“Lalu? Kalau begitu apa yang membuatmu belum mau menemukan cinta sejatimu?”
“Yang aku takuti adalah membuat komitmen yang salah. Aku merasa lebih baik aku sendiri daripada nanti menyesal telah membuat komitmen dengan orang yang ternyata salah.”
0 notes