Blog ini dipersembahkan bagi penggemar drama berlatar sejarah Turki, Muhtesem Yuzyil atau di Indonesia dikenal dengan Abad Kejayaan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Puisi Suleyman untuk Hurrem
“My musk, my amber, my being, my love, my shining moon, My closest friend, the one I share my secrets with, my being, the chief of beauty, my beautiful sultana.
My life, my existence, my wine of Kevser, my heaven, My spring, my happiness, my love, my rose, oh my rose that smiles.
My sycamore tree, my orator, the one that I look at,
My vegetable garden with roses.
My wish, my most valuable pearl,
My morning, my conversation, my evening!
My happiness, my celebration, my amusing council, My resin, my sun, my candle!
My orange, my pomegranate, the one, who in the evening, is the light that I reunite with lovingly in my chambers, My intelligent one, my efendi, the one that is hidden away, the one that is clear.
My counsel, my Sultan, my Padishah, my leader, My life in this worldly nation!
My plant, my sugar, my treasure! My happiness in this world!
My beloved, my Yusuf,
My life, my existence, the home in my soul,
My Istanbul, my Karaman, my love that is worth more than everything contained within Rome.
My Badakhshan, my Kipchak, my Baghdad, my Khorasan, My love with beautiful hair, bow-shaped eyebrows, eyes that burn and are mischievous, I am addicted!
If I die, you would be responsible for it, because you tormented me by entering by blood, help me, oh my unbelievably beautiful love.
At your door, I constantly compliment you, I praise you, it is as if I have been assigned the duty of constantly flatter/praise you.
My heart is filled with grief, my eyes are filled with tears, I am Muhibbi...
I, the man who loves..."
Rusa cantikku, perhiasanku, jati diriku, cintaku, bulanku yang bersinar.
Teman terdekatku,tempatku berbagi rahasia, bagian hidupku, cantikku, Ratuku yang jelita.
Hidupku, alasan keberadaanku, anggur Kautsarku, surgaku. Musim semiku, kebahagiaanku, cintaku, mawarku, oh mawarku yang tersenyum.
Pohon Sycamore-ku, juru bicaraku. seseorang yang selalu kupandangi. kebunku yang dipenuh mawar mawar. Harapanku. mutiaraku yang paling berharga. Pagiku, ucapanku, malamku. Kebahagiaanku, kemenanganku, pelipur laraku. Pelitaku, matahariku, lilinku!
Buah jerukku, buah delimaku, seseorang, yang menyinari malamku, yang menyatukanku dengan kamar-kamarku. Cerdikku, bijaksanaku, seseorang yang menjernihkan keraguanku.
Penasehatku, ratuku, penguasaku, pemimpinku. Hidupku di dunia fana ini. tanamanku, gulaku, harta karunku. Kebahagiaanku di dunia ini.
Terkasihku, makhluk sempurnaku! Hidupku, alasan keberadaanku, rumah jiwaku.
Istanbulku, Karamanku, cintaku yang lebih berharga dibandingkan seisi Roma. Badakhshan ku, Kipchak ku, Baghdad ku, Khurasan ku.
Cintaku yang berambut indah, beralis sempurna, bermata tajam menggoda yang membuatku menjadi candu.
Jika aku mati, engkaulah alasannya, sebab engkau yang menyiksaku ke dalam darahku, tolong aku, oh kekasih cantikku yang luar biasa.
Di pintumu, aku tak henti-hentinya menyanjungmu, pujianku seolah menjadi tanggung jawabku untuk selalu melakukannya. Hatiku dipenuhi oleh kesedihan, kedua mataku dilinangi air mata.
Akulah Muhibbi. Aku, pria yang mencintai.
penerjemah: Admin @AbadKejayaanBP
4 notes
·
View notes
Text
Pertemuan Terakhir Hurrem dan Mahidevran
Mahi: "Hurrem. Akhirnya kita bertemu sekali lagi." Hurrem: "Tujuanku bukan untuk membicarakan hal-hal yang buruk dan membuatmu sedih. Aku..."
Mahi: "Kau pikir kau masih bisa membuatku bersedih? Keluar dan tinggalkan kami sendiri (kepada Fidan) Mahi: "Kau datang dan ingin menemuiku dalam keadaan seperti ini, untuk melihat hasil pekerjaanmu atas istana ini, jika tempat ini masih bisa disebut istana. Aku tak punya siapa2 lagi selain Yusuf dan Fidan. Seberapa besarnya kebangganmu menjadi tak ada artinya. Musuh terbesarmu sudah seperti ini keadaannya."
Hurrem: "Sebagaimana semua ibu yang kehilangan anaknya aku seperti tinggal di neraka. Siapa yang bisa lebih mengerti dari kau dan aku? " Mahi: "Kau berada di balik pembunuhan Mustafa, kau mengirimnya pada kematian." Hurrem: "Dan siapa yang berada di balik kematian Mehmet, Mahidevran? Siapa yang kuambil untuk memperhitungkan kematian Cihangir? Jika kita ingin menyingkirkan rasa sakit ini kita seharusnya saling membunuh di sini.
Mahi: "Mengapa kau datang Hurrem?"
Hurrem: "Aku akan segera bertemu Cihangir-ku dan Mehmet-ku. Aku tahu tak punya hak sekecil apapun untuk meminta, tapi aku berharap bisa mati dengan menutup masalah di antara kita. Mahidevran, aku datang untuk memohon maaf darimu. Aku maafkan semua yang telah kaulakukan padaku. Dan kau, maukah kau memaafkanku?"
Mahi: "Aku memaafkanmu, Hurrem. Aku memaafkanmu. Aku juga menutup masalah ini. Kau boleh meminta ampun pada Tuhan atas dosa-dosa-mu" Hurrem: "Semoga Tuhan melindungimu," Mahi: "Kau juga..."
Hurrem membungkuk dan pergi, tapi dia menoleh sekali lagi dan mereka saling menganggukkan kepala.
.
2 notes
·
View notes
Photo
Mahidevran : "Aku telah melakukan apa pun untuk makam anakku, dan itu baru selesai hari ini dan kau datang. Mengapa Kau datang Suleyman? Atau apakah makam anakku di sini membuatmu tidak nyaman..??"
Suleyman: "Aku ingin datang jadi aku datang, tidak ada alasan khusus."
Mahi:"Kematian telah memanggilmu kemari. Hati nurani-mu telah memanggilmu. Tahun berlalu dan orang-orang mengatakan bahwa seorang ayah telah membunuh anaknya. Dan untuk apa? Demi Kesultanan. Kesultanan apa? harta dan kekayaan? Tanah? Untuk menguasai orang? Apakah itu semua layak Suleyman? Apakah dunia yang semu ini senilai dengan membunuh anakmu? Lihatlah matahari kita telah tenggelam ... masa depan kita telah gelap. Kau telah melakukannya. Kau!. Dengar baik-baik, Suleyman, di sini, di sini, masa dinasti Ottoman tertidur. Di dalam kotak dingin dan gelap, anakmu telah beristirahat. Mustafa yang kamu bunuh tanpa belas kasihan. Berdoalah Suleyman dan minta pengampunan dari Tuhan, karena hanya Dia dapat mengampunimu."
3 notes
·
View notes
Text
Pernikahan Mihrimah dan Dua Kubu yang Berperang- episode 99
.
Sumbul memberitahu Hurrem bahwa kereta yang membawa Rustem Pasha diledakkan dan kemungkinan Rustem mati. Hurrem menemui Sultan, dan mengatakan semuanya, satu-satunya hal yang mereka tahu adalah bahwa Rustem diserang. Lutfi Pasha berjanji untuk menghukum siapapun yang bersalah atas tindakan ini. Pintu terbuka dan mendadak Rustem masuk. Hal tersebut mengejutkan semua yang berada di kamar Sultan.
Rustem mengatakan bahwa ia telah mengirim kereta lain untuk mendahului dirinya sendiri. Mereka meledakkan kereta pertama sehingga ia melarikan diri dan membunuh orang-orang yang melakukan serangan. Hurrem, penuh kebanggaan, mengatakan bahwa seorang pria yang cerdas memang layak untuk menjadi menantunya.
Di kota, pernikahan Mihrimah dan sunat pangeran Βayezid dan Cihangir sedang diumumkan. Rustem membuat persiapan untuk pernikahan dan mengatakan Olivia bahwa hari ini adalah hari yang akan mengubah tidak hanya nasib mereka, tetapi juga nasib orang lain. Selim mencoba untuk menyenangkan Bayezid tentang pakaian yang dikenakannya dan tentang betapa sunat akan menyakitinya, sesuatu yang membuat Bayezid marah.
Lutfi mengatakan bahwa Rustem sudah tidak dapat dihentikan lagi dan Sah membalas agar Lutfi tidak lupa siapa yang berkedudukan sebagai perdana menteri. Kemudian Lutfi mengingatkan Shah bahwa mereka juga harus mengatasi Hurrem Sultan.
Matrakci mengatakan bahwa Rustem datang terlalu awal di dewan dan menebak bahwa ia mungkin tidak tidur sama sekali. Rustem menjawab dengan ironis bahwa Ibrahim mungkin tidak berakhir seperti itu jika saja ia tidak tidur.
Mustafa tiba di istana dan mengungkapkan keheranan tentang bagaimana Mihrimah setuju untuk pernikahan ini. Lutfi mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menolak kehendak Hurrem. Mahidevran mengatakan bahwa Hurrem melemparkan anaknya ke dalam api untuk memenuhi ambisi pribadinya.
Hurrem melihat bahwa Mihrimah kesal dan mengatakan kepadanya bahwa pernikahan tersebut akan segera berakhir dan dia akan dapat beristirahat. Mihrimah menjawab .... "Ini bukan pernikahan , tapi pemakaman saya.."
Hatice, Sah dan Mahidevran bertemu Hurrem di ruang di mana sunat para pangeran akan berlangsung dan Hurrem menyambut mereka. Mahidevran mengatakan kepadanya, bahwa jika seseorang mendengarnya, ia akan berpikir bahwa dia benar-benar merindukannya.
Sultan menunjuk Rustem sebagai menteri. Hal tersebut membuat musuh-musuh Hurrem cemas, terutama Mustafa. Ketika Rustem mendekat untuk mencium kaftan Sultan, Sultan memberikan tangannya untuk dicium Rustem. Ini merupakan tanda bahwa Sultan menganggap dia anggota dari dinasti.
Hurrem mengatakan dengan cara yang ironis bahwa tidak ada yang berubah di antara mereka dan Mahidevran mengatakan bahwa Hurrem adalah naga yang membakar semua orang di sekitarnya dan sekarang saatnya untuk membakar putrinya.
Esmahan mencoba untuk mendukung Mihrimah, tapi Mihrimah mengatakan dia merasa baik-baik saja karena ia menikah dengan pasha yang kuat dan bahwa Bali Bey adalah angin yang berlalu.
Cihangir siap sunat, ia mengatakan ia tidak takut setelah Mustafa berada di sampingnya.
Sebelum sunat Suleiman memberikan pedang sebagai hadiah. Bali Bey mendengarkan kekhawatiran Mustafa tentang Bali Bey dan ia mengatakan kepadanya untuk tidak khawatir karena dia akan selalu melindungi sultan dan keluarganya.
Afife melihat Mihrimah marah dan mengatakan kepadanya untuk membiarkan air matanya mengalir keluar agar ia merasa lega. Dia mengatakan bahwa nasib terserah Allah dan Mihrimah bertanya-tanya apa salahnya sehingga memiliki nasib seperti itu.
Mustafa berkata pada Rustem bahwa Mihrimah adalah bagian dari jiwanya dan berharap tak seorang pun untuk menggunakan nya untuk keuntungan politik.
Mahidevran, Shah dan Hatice sedang bertanya-tanya bagaimana semua ini terjadi dan sekarang semuanya dikendalikan oleh ular, yang berpura-pura menjadi Valide. Hatice berkata pada Shah bahwa dia harus senang karena ia berhasil mengeluarkan dirinya dari istananya dan mempromosikan Lutfi di posisi perdana menteri. Dia menyarankan untuk tidak membiarkan Lutfi tidur, agar tidak dikunjungi oleh para algojo dengan lidah dipotong.
Suleyman berkata bahwa ia senang dengan Mustafa, karena ia mendengar bahwa warga provinsi menyukai caranya memerintah.
Suleyman meminta Rustem mendekat, dan sambil memberinya pisau belati berhias batu permata sebagai hadiah pernikahan, ia memperingatkan dia, bahwa jika ia melayani dinasti tanpa kesombongan dan kebanggaan, maka pisau ini akan melindunginya. Tapi jika sebaliknya terjadi, maka pisau ini akan menandai akhir nya.
Hatice menghadiri upacara Henna, ia bertanya-tanya bagaimana Hurrem bisa melakukan hal seperti itu untuk putrinya. Sah menjawab bahwa mereka sendiri telah berada di posisi yang sama, karena orang tua mereka memaksa mereka untuk menikah dengan orang yang mereka tidak ingin.
Suleyman memberikan untuk putrinya perhiasan yang dibuatnya sendiri sebagai hadiah dan membacakannya sebuah puisi.
Rustem melihat Bali Bey sedang melamun di teras dan mengatakan kepadanya bahwa, jika pernikahannya dan kedudukan barunya sebagai menteri membuat Bali Bey merasa kacau, maka dia boleh mengurus dirinya sendiri dan pulang. Malkocoglu menjawab bahwa ia berada dalam posisi ini atas perintah sultan, dan hanya sultan yang dapat membebaskannya dari tugas.
Upacara pernikahan berlangsung dengan kehadiran para saksi dan Imam. Mihrimah masuk ke kamar ibunya, dan ia menempatkan tiara di kepalanya. Mihrimah menatapnya tanpa berbicara dan berpikir bagaimana dia berakhir di sana.
Monolog Mihrimah:
Mihrimah dengan wajah sedih, bersiap-siap untuk malam pernikahan. Rustem melepas kerudungnya dan mengatakan bahwa ia telah menunggu terlalu lama untuk saat ini, meskipun, Mihrimah telah mengatakan kepadanya untuk tidak memiliki impian besar.
Rustem berkata bahwa dia tidak peduli jabatannya dan menunjukkan sebotol racun, berlutut di depan Mihrimah. Dia mengatakan padanya bahwa dia bisa mati sekarang jika Mihrimah ingin, dan mendekatkan botol itu ke mulutnya. Mihrimah mencegahnya meminum racun itu.
Tahun 1541 Mihrimah melahirkan seorang gadis. Suleyman memberinya nama Aise Humasah.
Lutfi memutuskan untuk menerapkan hukum-hukum Islam. Di Dewan pasha memberitahu Sultan bahwa Ratu Isabella sedang terancam oleh Ferdinand, setelah kematian suaminya, Raja Zapolia. Mereka prihatin tentang masa depan persekutuan karena anaknya masih terlalu muda untuk menjadi raja. Rustem merekomendasikan untuk mengirim utusan mereka sendiri untuk memberitahu mereka apa yang terjadi di sana dan Sultan setuju.
Mihrimah tidak memiliki cukup susu, sehingga mereka memanggil perawat untuk merawat bayi. Namanya adalah Emine.
Suleyman, Rustem dan Hurrem makan bersama-sama. Hurrem memuji Rustem bahwa ia adalah seorang suami yang sangat baik, sesuatu yang menyenangkan Suleyman. Rustem mengatakan pada Suleiman bahwa Mustafa menawarkan uang untuk tentara, untuk merayakan kelahiran anaknya. Hurrem mengingatkan bahwa sesuatu seperti itu tidak boleh dilakukan oleh seorang pangeran. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa satu-satunya tujuannya adalah untuk menyenangkan tentara, sesuatu yang tidak benar. Suleyman mendengar percakapan itu dalam diam. Ketika Rustem pergi, Hurrem berkata pada Suleiman bahwa ia tidak perlu merasa sedih tentang apa yang Mustafa lakukan, karena dia melakukannya karena cinta untuk keponakannya. Suleyman tetap diam, tapi meninggalkan meja karena tidak mau melanjutkan pembicaraan itu.
Lutfi dan Sah berbicara tentang Mehmet dan mengapa ia belum pergi juga memerintah provinsi. Shah menyuruh Lutfi untuk berbicara dengan Sultan tentang hal ini, sehingga mereka bisa menyingkirkan Hurrem saat ia harus mengikuti Mehmet.
Matrakci bertemu Nigar yang sedang putus asa di samping makam Ibrahim. Dia mengatakan bahwa dia belum menemukan putrinya dan menambahkan bahwa Hurrem dan Rustem bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi atas dirinya.
Lutfi mengatakan kepada Sultan bahwa Mehmet telah berusia 20 tahun dan tampaknya ia sedih karena belum juga dikirim ke provinsi. Dia takut bahwa ayahnya tidak percaya padanya. Sultan mengatakan bahwa Mehmet adalah darah jiwanya dan ia sepenuhnya percaya padanya. Rustem merasa terganggu dengan pembicaraan ini.
Hurrrem, berpura-pura sedih, berkata pada Mihrimah bahwa ayahnya sangat marah dengan Mustafa, karena ingin menyenangkan tentara dengan memberi mereka uang. Mihrimah berkata bahwa Mustafa tidak bermaksud buruk dan Hurrem menjawab bahwa satu-satunya hal yang ia pedulikan adalah Suleiman, bahwa dia tidak bisa tidur di malam hari karena khawatir terjadi sesuatu pada Sultan atas semua yang terjadi.
Rustem datang dan mengatakan bahwa pangeran akan berangkat ke provinsi atas usulan Lutfi, tapi Hurrem merasa tidak nyaman mendengar ini. Mihrimah berkata bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat.
Nigar meminta bantuan Shah, tapi Shah mengatakan dia tidak bisa membiarkan Nigar tinggal dengan dirinya. karena ini akan membuat Sultan merasa tidak nyaman. Nigar mengatakan bahwa jika Shah membantu, dia memiliki rencana penting untuk Shah.
Hurrem mengatakan bahwa Rustem harus melakukan sesuatu agar Mehmet tidak pergi. Pembicaraan mereka terhenti oleh kedatangan Emine.
Suleiman membahas dengan Bali Bey dan Barbarossa tentang Mehmet. Keduanya mengatakan sudah saatnya pangeran pergi untuk pelatihan.
Shah dan Hatice senang ketika Lutfi mengatakan, bahwa sultan setuju untuk mengirim Mehmet ke provinsi. Mereka menganggap bahwa mereka akan segera menyingkirkan Hurrem, karena dia harus pergi dengan Mehmet.
Emine mata-mata Sah, memberitahu bahwa Hurrem sangat tidak nyaman dan dia tidak ingin Mehmet pergi ke provinsi.
Suleiman mengatakan kepada utusan dari Hungaria bahwa hanya dia seorang yang akan memutuskan siapa yang akan mendapatkan takhta Hungaria dan bahwa jika Ferdinand berani untuk melakukannya, biarkan dia pergi dan mendapatkannya. Suleiman setuju dengan usulan Lutfi untuk mengirim Mehmet ke Amasya untuk pelatihan. Mehmet mendengarkan mereka dengan bersemangat. Mereka juga memutuskan, untuk mengirim Selim ke Konya dan Beyazid untuk Kütahya.
Shah senang untuk menyingkirkan Hurrem dan mengatakan pada Lutfi bahwa dia memiliki rencana untuk menyingkirkan Rustem. Hatice dan Shah mengunjungi istana Mihrimah, untuk melihat bayi itu. Di antara perempuan yang menyertai mereka dengan wajah tertutup, juga ada Nigar. Hurrem berkata pada Rustem bahwa mereka tidak dapat mencegah Mehmet untuk pergi ke pelatihan, mereka harus memastikan untuk mengirim Mehmet ke Manisa menuju takhta.
Rustem mengatakan bahwa Mustafa ada bertahun-tahun dan sulit untuk menyingkirkannya. Hurrem mengatakan kepadanya bahwa dia melakukan apa yang dia inginkan dan menikah dengan Mihrimah. Dengan demikian, ia harus menemukan cara untuk membuang Mustafa pergi dari Manisa.
Hatice mengatakan pada Mihrimah bahwa ia tampaksedi h dan Mihrimah menjawab bahwa dia hanya lelah. Nigar berhasil melarikan diri dari wanita lain dan bersembunyi di istana Mihrimah. Mihrimah meminta ibunya untuk tinggal bersamanya di malam hari, untuk tidak meninggalkannya sendirian, sehingga di pagi hari mereka bisa pergi bersama ke istana untuk melihat ayahnya karena dia merindukannya.
Shah merasa gelisah malam itu dan Mercan bertanya-tanya apakah mereka bisa memercayai Nigar. Dia takut jika Nigar malah menyakiti bayi Mihrimah, bukan Rustem.
Setelah semua orang telah tidur, Nigar muncul. Dengan tempat lilin sebagai senjata, dia berhasil mencapai kamar bayi dan melihat dengan tatapan hilang kendali. Terpikir olehnya untuk menculik Humasah.
.
TAMAT
.
1 note
·
View note
Text
Kemenangan Hurrem, Pembalasan Hatice- episode 84
Adegan dimulai dengan penyergapan yang coba dilakukan tentara Venesia terhadap Bali Bey. Mereka mengatakan Bali Bey harus ikut dengan mereka atau ia akan mati.
Adegan beralih ke Vatikan. Paus diberitahu tentang eksekusi Ibrahim. Paus heran mengapa bisa sampai begitu, orang itu mengatakan tidak tahu pasti, tapi kemungkinan kesombongan Ibrahim-lah yang menyebabkan kejatuhannya. Paus merasa keadaan itu menguntungkannya, karena Sultan Suleyman telah kehilangan orang kepercayaannya sendiri. Seorang lainnya mengonfirmasi perangkap yang dipasang orang-orang Venesia untuk menangkap Bali Bey. Paus mengatakan bagus, kemarahan Sultan akan ditujukan pada orang-orang Venesia dan mereka terpaksa harus bekerja sama dengan kita dan Charles V. Gulfem meminta Afife untuk mempekerjakan seorang kalfa yang dibawanya dari istana lama. Dia adalah Diana (yang sebenarnya dari istana Manisa, pelayan kepercayaan Mahidevran). Dia diperkenalkan sebagai Fahriye Hatun. Afife setuju untuk mempekerjakannya. Hurrem sedang duduk ketika Sumbul masuk ke kamarnya. Hurrem bertanya tentang Shah Sultan. Sumbul menjawab bahwa Shah Sultan pergi ke istana Hatice.
"Mereka semua berkumpul, ada Mahidevran, Gulfem, Beyhan, dan sekarang Shah Sultan bergabung bersama mereka dalam persekutuan untuk melawanku." kata Hurrem. "Mungkin tidak seperti itu," kata Sumbul. "Mungkin Shah hanya berkunjung pada kakaknya." "Dia sudah menempatkan suaminya jadi Wakil Perdana Menteri," kata Hurrem. "Dan Shah terus mengatakan bahwa ia tidak seperti Hatice..." "Saya tidak tahu dengan Shah Sultan, tetapi Hatice Sultan benar-benar sedang terluka. Dia akan berusaha membalasmu." kata Sumbul. "Tetap awasi Shah Sultan. Dia terus berpura-pura mendekatiku. Tapi dia belum tahu aku..."
Mustafa memasuki ruang kerja Ibrahim yang sudah kosong. Kemudian Ayaz Pasha masuk. Mustafa memberi selamat atas pengangkatannya sebagai Perdana Menteri. Mustafa mengatakan bahwa mereka harus belajar dari peristiwa yang menimpa Ibrahim agar mereka semakin berhati-hati. Hatice menatap halaman yang sudah kosong, tak ada lagi patung-patung Ibrahim. Lebih bagus begini, Sultanim, melihat patung-patung itu hanya akan menyakitimu, kata Mahidevran. "Sultan mau semua jejak Ibrahim hilang dari muka bumi ini. Aku tak akan membiarkannya. Dia begitu gemilang mengabdi kepada kerajaan, dia begitu gemilang di medan perang. Kenangannya akan tetap hidup di dunia ini." kata Hatice.
Shah Sultan baru tiba di istana Hatice. Dia melihat Nigar dan bertanya kepada Gulfem mengapa wanita itu berani datang ke istana Hatice. Gulfem menjawab bahwa Nigar sedang mencari anaknya. Apakah Kau tahu dimana anak Nigar? tanya Shah, Gulfem menjawab tidak tahu. Hatice bertanya tentang Diana. "Dia di istana, Sultanim. sekarang namanya Fahriye Hatun dan diangkat menjadi kalfa." jawab Mahidevran. Beyhan menyela, lihat siapa yang datang, katanya sinis. Shah i Huban akhirnya datang... "Kita harus membuat Shah tetap dekat dengan kita, terutama setelah suaminya duduk di pemerintahan." kata Mahidevran cepat-cepat. "kematian Ibrahim seperti berkah buat orang-orang." Hatice menyindir kemalangannya yang malahan menjadi keuntungan bagi Shah Sultan. "Lutfi Pasha orang baik, Sultana. Membawa dia agar berada di pihak kita adalah hal yang baik." Shah Sultan masuk, Mahidevran langsung memberinya selamat atas pengangkatan Lutfi Pasha sebagai wakil perdana menteri.
Hurrem berkata kepada Sumbul bahwa mereka tidak bisa hanya diam saja membiarkan segala hal terjadi. "Kita akan bersiap-siap, tetapi kita tidak boleh mengambil langkah awal. Kita harus berhati-hati." "Sumbul, siapkan acara hiburan untuk malam ini. Makanan, tarian, pelayan... dan jangan khawatir dengan pengeluaran..." "Sultanim... pemikiranmu bagus, tetapi 40 hari meninggalnya Ibrahim Pasha belum lewat, apa nanti kata Baginda dan adik-adiknya?" "Harem bukan milik mereka. Aku Yang berwenang di harem. Mereka tidak bisa menghentikanku." "Saya tidak meragukan itu, saya hanya takut dengan reaksi Sultan nanti. apakah ini akan mengganggunya?" Hurrem termenung memikirkannya.
Mahidevran mengungkapkan betapa senangnya ia bahwa Shah Sultan akan menetap di Istanbul. Hurrem tidak akan senang, katanya. Siapa peduli dengan perasaannya, jawab Shah. "Aku peduli," kata Hatice, "aku ingin dia merasakan sakit yang sama seperti yang kurasakan." "Dia akan merasakannya, sultanim. Dia akan menerima hukumannya segera." Shah Sultan menatap Mahidevran curiga, "Apa maksudnya semua itu?" Mahidevran cepat memperbaiki keadaan. "Dia akan membayar dosa-dosanya cepat atau lambat. Tuhan akan menghukumnya, bukankah begitu?" "Tentu. Setiap dosa harus dibayar. Kapan kau pulang Mahidevran? Aku ingin bicara dengan Mustafa sekali lagi." kemudian Shah pergi. Mahidevran bertanya pada Hatice, mengapa dia tak mau berbagi rencana dengan shah. Hatice menjawab, semakin sedikit yang tahu rencana kita semakin baik. Kalau Shah tahu rencana kita dia hanya akan berusaha menghentikannya.
Diana (sekarang Fahriye Hatun) bertengkar dengan pelayan dan menamparnya. Sumbul tiba dan bertanya siapa kamu, Fahriye menjawab bahwa dia kalfa dari istana lama yang baru dipindahkan. Afife datang, dan sumbul menceritakan perintah Hurrem untuk mengadakan pesta nanti malam. Afife terlihat sangat terganggu mendengarnya.
Mustafa duduk dengan sultan membicarakan kampanye Italia sampai Mehmet tiba dan bergabung. Rustem bertanya kepada ayaz Pasha mengapa Lutfi Pasha yang terpilih menjadi wakil perdana menteri. Ayaz Pasha menjawab, bahwa menurut Sultan, Rustem belum memenuhi kualifikasi untuk menjadi wakil perdana menteri. Sultan, Mustafa dan Mehmet berbicara di luar. Sultan mengatakan pada Mehmet bahwa dia dan Mustafa baru saja membicarakan tentang kampanye Italia, dan bahwa menurut Mustafa, Mehmet harus ikut. Tentu, sahut Mehmet. Lebih dari apapun saya ingin ikut berperang. Setelah penempatan saya di provinsi disetujui, di manapun saya ditempatkan, musim semi akan segera tiba. Sultan mengatakan bahwa Mehmet akan ikut dalam peperangan kali ini. Penempatan di provinsi baru akan disetujui sekembalinya mereka dari peperangan. Mehmet sangat sedih mendengarnya, bukankan Baginda sudah berjanji? tanyanya. Ini jalan terbaik, jawab Sultan. Mustafa mencoba menghibur Mehmet, jangan bersedih, Mehmet. Kau akan ikut kita dalam peperangan. Ini sangat penting sebelum pergi ke provinsi. BIla itu yang terbaik, Hunkarim, jawab Mehmet kecewa.
Zumrut bertemu Yahya di luar istana Hatice. Tangannya menggenggam sepucuk surat. Mahidevran melihat dari jendela. Yahya berkata pada Zumrut bahwa dia akan menunggu Mihrimah di sini. Zumrut menjawab, bila Hurrem Sultan sampai tahu, bukan hanya Anda tapi Mihrimah juga akan kena dampaknya. Apa maksudmu, tanya Yahya. Zumrut mengatakan ia mengkhawatirkan masa depan Mihrimah. Urus saja urusanmu sendiri, Zumrut, kata Yahya.
Mahidevran pergi keluar menemui Yahya. "Berikan surat itu," kata Mahidevran memaksa. Yahya terpaksa memberikannya. Mahidevran membacanya. "Jadi besok kau akan menemuinya. Mihrimah berani seperti ibunya. Bukankan sudah kukatakan agar kau memutuskan hubungan cinta ini? engkau adalah orang kepercayaan putraku, seharusnya kau selalu melindungi dan mengawasinya? Kau malah berbuat seperti ini di belakangku... Aku tahu kau tidak berniat buruk, Yahya. Kau setia pada putraku. Tapi ini akan jadi kelemahanmu, dan aku tak akan membiarkannya. Kelemahanmu ini akan membawamu pada persekutuan busuk dan pengkhianatan..."
"Sultanim, saya tidak akan pernah mengkhianatimu," kata Yahya.. "Kau akan membuat keputusan, Yahya. Kau ikut ke Manisa, atau tinggal di sini..."
Rustem bertemu Hurrem di lorong. Dia berkata bahwa dia bertemu dengan Ayaz Pasha dan ia tidak yakin Ayaz Pasha merekomendasikan namanya sebagai calon wakil perdana menteri kepada Sultan. Hurrem mengatakan kejadiannya tidak seperti itu. Shah Sultan mengetahui pencalonan Rustem, dan bertindak cepat dengan mencalonkan suaminya di posisi tersebut. Mereka pasti sudah merencanakannya, kata Hurrem. Ayaz Pasha lemah sedangkan Lutfi Pasha orang yang kuat, begitu pula Shah Sultan cerdik seperti ular. Rustem mengatakan agar Hurrem berhati-hati, terutama mengenai masa depan Mehmet. Hurrem menyuruh Rustem agar tenang dan ia akan berhati-hati.
Malam harinya, pesta berlangsung dengan meriah. Hurrem datang bersama Mihrimah dan Esmahan Sultan. Mihrimah melihat ke arah Zumrut, Hurrem menangkap pandangan Mihrimah dan jadi curiga. Ia berkata, "Aku dengar Yahya ada di sini. Kau tidak menemuinya kan?" Tidak, jawab Mihrimah. "Bagus, karena lain kali aku tidak akan memaafkanmu."
Hatice tertidur di ruang kerja Ibrahim membuat Mahidevran dan Gulfem khawatir. Hatice tidak mau makan. Dia mengatakan untuk bernafas saja sulit bagiku, biarkan aku bahagia dengan hanya memikirkan Ibrahim. "Kita tidak akan bahagia selama Hurrem masih hidup," kata Mahidevran. "Lihat saja, Hurrem malah mengadakan pesta malam ini." Mercan Aga (pelayan Shah Sultan) bertanya pada Sumbul apa yang terjadi di harem, tapi Sumbul tidak menghiraukannya. Mercan melihat Hurrem dan mengerti apa yang terjadi. Mihrimah meminta izin ibunya untuk meninggalkan pesta, tapi Hurrem berkata jangan terburu-buru. Kau boleh pergi nanti.
Hatice bertanya, pesta apa? Gulfem melirik kesal kepada Mahidevran karena membocorkan berita itu. Hurrem mengadakan hiburan Idul Fitri di istana, kata Gulfem. Hurrem sudah bilang bahwa hiburan itu tidak akan berlebihan. Hatice menjadi sangat penasaran dan langsung menyuruh pelayan menyiapkan kereta. Bali Bey, Matrakci dan Yahya berada di pub membicarakan penempatan Ayaz Pasha sebagai perdana menteri dan Lutfi Pasha sebagai wakilnya. Yahya mengatakan bahwa Ayaz Pasha merekomendasikan Rustem sebagai wakil perdana menteri.. Bali Bey keheranan, bertanya siapa Rustem? Nanti akan kuceritakan, kata Matrakci. Lalu Bali Bey bertanya mengapa Ibrahim sampai dieksekusi?
Shah Sultan dan Lutfi Pasha berterima kasih kepada Sultan karena telah dipercaya memegang jabatan sebagai wakil perdana menteri. Sultan mengatakan akan membangun istana untuk mereka berdua. Shah mengucapkan terima kasih, kemudian mohon diri. Di luar dia bertemu dengan Mercan yang menceritakan tentang pesta yang diadakan Hurrem di istana. Shah Sultan keheranan bagaimana Hurrem mengadakan pesta pada saat Hatice sedang menderita, padahal dia sudah mengatakan tak akan mengadakan pesta apapun. Jelas dia mengabaikan apa yang kupikirkan, kata Shah. Lutfi Pasha membicarakan posisi lamanya di Anadolu dan mencalonkan Mehmet dari Diyarbekir untuk menempati posisi itu sekarang. Sultan berkata akan memikirkan dan membicarakannya dengan ayaz Pasha. Lalu, saat Lutfi Pasha meningglkan ruangannya ternyata Shah berada di luar pintu, menunggu Sultan. Sultan bertanya apa yang terjadi? Shah mengatakan bahwa Cihangir ingin bertemu Sultan, anak itu sangat merindukannya.
Mustafa bertemu dengan Mehmet yang sedang berdedih di balkon kamarnya. "Ada apa ini? Apakah ini karena masalah Sanjak? Sultan sangat percaya pada kemampuanmu, hanya saja kau akan lebih kuat bila ikut dengan kami dalam peperangan ini sebelum dikirim ke Sanjak." "Kau menginginkan ini, bukan? Kaulah yang telah menggagalkan rencana kepergianku ke Sanjak, bukan?" tanya Mehmet. "Mengapa aku harus melakukan hal seperti itu? Sultan melihat apa yang terbaik untukmu."
"Mengapa Sultan berubah pikiran? Jelas sekali Kakak bicara kepadanya." "Mengapa aku berbuat seperti itu?" "Inilah yang aku khawatirkan. Mengapa Kau tidak mau aku pergi ke Sanjak?" "Mehmet, Kau tahu apa yang kaubicarakan? Bagaimana kau berpikir seperti itu. Allah menjadi saksiku, bahwa aku tidak pernah berpikir lain selain apa yang terbaik bagimu. Kau tidak percaya padaku?" "Tentu aku percaya, Kak. Maafkan aku. Aku sangat ingin pergi ke Sanjak. Aku berkata seperti itu karena marah." "Mehmet, biarkan orang mengatakan apapun yang mereka inginkan, Kau bukan sainganku. Aku berjanji tidak akan menjadi bagian dari permainan kotor untuk meraih tahta. Dan aku tahu kau juga."
Hatice memasuki istana dan melihat Hurrem di sana, di tengah-tengah pesta. "Bagaimana kau membiarkan hal ini terjadi, Afife Hatun?" Lalu bagaikan badai ia mendatangi kerumunan pesta dan berteriak agar pesta dihentikan. Hurrem bangkit berdiri dan dengan senyum ramah menyambut Hatice, "Sultanim, saya tidak tahu Anda di sini..."
"Di istana ini perdana menteri baru saja meninggal. 40 hari belum berlalu, siapa yang berani-berani berpikir mengadakan pesta seperti ini?" "Sultanim, mari berbicara masalah ini di ruanganku..." "Aku tak punya apapun untuk dibicarakan dengan orang yang tak punya kehormatan sepertimu!!!" Jreng...... Semua orang terdiam, Hurrem hanya menatap Hatice, Sumbul dan Afife menunduk. Mihrimah dari belakang datang membela ibunya... "Hati-hati dengan kata-katamu, Sultanim..." kata Mihrimah. Hatice terkejut, menoleh, "Apa Kau bilang?" "Kau tidak boleh menghina ibuku.." Hatice yang terkejut karena Mihrimah berani membela Hurrem tercenung.
Mata Hurrem bersinar karena bahagia dibela oleh Mihrimah, tetapi cepat ia berpikir untuk tidak melibatkan Mihrimah dalam masalahnya, "Masuk ke kamarmu, Mihrimah, sana cepat!!" Mihrimah berlari hampir menangis menuju kamarnya, namun ia berpapasan dengan ayahnya yang baru saja datang bersama Shah Sultan. Sultan terkejut melihat wajah Mihrimah yang murung hampir menangis, dan putrinya itu menjatuhkan diri dalam pelukannya. Kemudian Sultan mendengar teriakan Hatice kepada Hurrem. Rupanya ada pertengkaran.
"Kau sengaja mengadakan pesta ini, kan? Apa tidak cukup apa yang sudah kaulakukan kepadaku? Kau mengambil Ibrahim dariku, apalagi yang Kauinginkan dariku?" "Sultanim, ini tak ada hubungannya denganmu." "Afife Hatun, suruh semuanya pergi sekarang juga. Pesta sudah berakhir!!!" Sumbul mengumumkan kedatangan Sultan. Seketika, semua terdiam, menunduk, sementara Sultan berjalan dengan berwibawa ke hadapan dua wanita yang sedang bertengkar ini...
Ketika sudah berada di depan Hatice, Sultan sejenak terdiam, menatap adiknya ini, lantas berkata, "Kembali ke istanamu, Hatice."
"Ketika saya sedang berkabung, Hurrem mengadakan pesta di istana. Bagaimana dia bisa berbuat begitu?" Sultan terdiam sejenak, lalu menjawab, "Aku mengizinkannya. Kembali ke istanamu..." Wajah Hatice, Mahidevran, Gulfem, dan Shah Sultan semakin kalut menyaksikan pembelaan Sultan atas Hurrem.
Hatice bertanya bagaimana Shah Sultan membiarkan hal ini terjadi, Shah menjawab ia juga baru saja tahu dari Mercan Aga. "Memangnya siapa yang membawa Sultan ke harem? Aku yang membawanya ke sana, kupikir dia akan marah dan ikut campur, tapi dia malah membiarkannya." "Hurrem semakin kuat saja." kata Mahidevran. "Dan salah siapa itu?" tanya Shah. "Jadi sekarang aku yang bersalah? Jika bukan karena Valide Sultan, aku sudah mengambil tindakan atas dirinya..." jawab Mahidevran. "Jangan mencari-cari alasan. Jelas bahwa dia sudah berlari melampauimu. Bukan kamu saja, juga Ibrahim dan Hatice." kata Shah Sultan. "Itu sebabnya kau takut padanya?" kata Beyhan sinis pada Shah Sultan. "Aku tidak takut pada siapapun, Beyhan." "Lalu apa yang kautunggu?" "Apapun yang sudah kalian coba lakukan, kelihatannya tidak berhasil. Jika kalian melanjutkan, maka Hurrem akan menyebar kalian di atas roti layaknya mentega." "Kau seharusnya tahu besarnya penghinaan Hurrem atas Ibrahim, dan seharusnya menghentikan pesta itu." Hatice pergi diikuti Mahidevran dan Beyhan.
Hurrem bersama Sultan, ia menangis, "Bertahun-tahun aku menerima berbagai bentuk penghinaan. Apapun yang aku lakukan, aku disalahkan. Dan sekarang mereka menyalahkanku atas kematian Ibrahim. Semua orang membicarakan ini. Dan itu adalah sikap tidak hormat atas keputusanmu." Sultan menjawab, "Hatice sedang berduka dan marah kepadamu. Jangan khawatir, jangan sedih atas keadaan ini."
"Tentu saya mengerti keadaan Hatice Sultan, semoga Allah tidak memberikan rasa sakit yang sama kepada siapapun, tetapi situasinya jelas, jika dia berduka di harem tentu apa yang saya lakukan salah." "Hurrem-ku, kapanpun aku jatuh dalam kegelapan, aku bangkit kembali dengan kecantikan wajahmu. Kapanpun aku jatuh dalam rasa sakit, aku bersyukur kepada Tuhan karena tanganmu yang menyembuhkan seperti obat untukku."
Yahya menunggu Mihrimah di taman istana. Mihrimah berkata, "Akhirnya kita bertemu. seandainya kita bisa bertemu di tempat lain, hanya berdua, tanpa rasa takut, tentu sangat menyenangkan." Yahya mengatakan bahwa ia akan segera pergi. Mihrimah berkata, kali ini akan berapa lama sampai kita berjumpa lagi... Sementara Yahya ingat perkataan Mahidevran agar ia membuat keputusan. Mihrimah bertanya apa yang dipikirkan Yahya? Yahya menjawab bahwa ia akan mengingat perasaan duka dalam sorot mata Mihrimah dan bahwa semua itu tak akan pernah hilang dari ingatannya selamanya. Ia datang untuk mengucapkan selamat tinggal, dan kali ini mereka tidak akan berjumpa lagi. Mihrimah bertanya apa maksudnya semua itu. Yahya menjawab, bahwa seperti yang selalu Mihrimah katakan, mereka tidak punya masa depan bersama. Hatice duduk bersama Mahidevran. Mereka bicara tentang Mihrimah. "Kau lihat dia, Hurrem telah membuatnya berani melawanku." "Lidahnya tajam seperti ibunya." kata Mahidevran. Diana memasuki ruangan, Hatice bertanya, "Kau yakin tidak ada yang tahu darimana kau berasal?" Diana menjawab bahwa Gulfem sudah mengatur semuanya. Hatice bertanya lagi, "Kau tahu untuk apa kau dibawa ke sini?" Mihrimah terkejut bertanya apa yang terjadi, apa yang telah berubah? Yahya menjawab bahwa ini yang terbaik untuk mereka. Mihrimah pergi meninggalkan Yahya. Diana berkata bahwa ia melakukan segala hal agar berhubungan baik dengan Sumbul. Bagus, kata Hatice, Sumbul memang penting.
"Kau tidak punya banyak waktu, Hatun. Sebelum 40 hari Ibrahim kau sudah harus mengambil nyawa Hurrem. Kalau kau berhasil, apa saja yang kau minta akan kupenuhi." Bagaikan angin topan Mihrimah masuk ke kamarnya. Ia meminta semua pelayan keluar dan lalu menangis. Nigar berbicara dengan makam Ibrahim. "Sebenarnya aku marah denganmu. Awalnya kau mencintaiku, membuka hatimu lebar-lebar untukku, lalu kau mengeluarkan aku dari hatimu dan membuangku. Sebenarnya aku tak boleh menangis tapi aku tak berdaya. Dimana engkau sekarang, Pasha? Kemana kau pergi meninggalkan aku dan anakmu? Tahukah kau bahwa setelah semua yang terjadi aku masih saja mencintaimu?" Tiba-tiba Shah Sultan muncul. Dia mengatakan bahwa sudah berhari-hari Mercan membuntuti Nigar ke kuburan ini, Shah merasa khawatir. Ia menduga bahwa ini adalah kuburan Ibrahim. Hurrem bertemu Ayaz Pasha dan mengatakan ia percaya penuh kepadanya tapi Ayaz Pasha malah mengingkari kata-katanya. Ayaz Pasha berkata bahwa ia selalu memperhatikan kata-kata Hurrem, tapi Rustem tidak bisa menduduki posisi itu. Hurrem menjawab bahwa Ibrahim hanyalah seorang penjaga kamar sultan sebelum diangkat menjadi perdana menteri. Betul, kata Ayaz, tapi itu adalah keputusan sultan. Hurrem ingin Ayaz Pasha melakukan segala hal yang perlu agar Rustem masuk ke Divan. Ayaz Pasha menjawab, berdasarkan peraturan seseorang harus menjadi gubernur dulu sebelum berada di Divan. Lalu apa yang kautunggu, aku tak ingin ada alasan lagi, jawab Hurrem. Shah bertanya apakah ada orang lain yang tahu tentang kuburan ini. Nigar menjawab tidak, hanya Matrakci. Shah berkata, aku tahu kau mencintai Ibrahim. Aku tahu semuanya, Nigar, Hurrem menceritakannya kepadaku. Ibrahim meninggalkan wanita penuh dengan air mata dan seorang anak. Kau tahu dimana anakmu? Tidak, jawab Nigar. Kalau saya tahu apa yang saya tunggu, tentu saya akan mengambilnya. Kau tahu siapa yang membawamu dalam kesedihan ini kan, Nigar? Nigar mengangguk. Kau ingin kepala dari ular ini? Kau ingin mereka membayar penderitaanmu? "Saya ingin, tapi apa yang bisa saya lakukan?" jawab Nigar. Shah berkata, "Kita tidak tahu besok seperti apa. tetaplah di sampingku. Selama kau melakukan apa yang kuminta itu sudah cukup. Mercan adalah orang kepercayaanku, jangan percaya siapapun kecuali dia. Pergilah kepadanya aku mau berdoa dulu untuk Ibrahim."
Lalu Shah terbayang kata-kata Ibrahim, "Sudah jelas cintamu telah berubah menjadi benci." "Ibrahim, Pargalie Ibrahim....Aku bersumpah bahwa darahmu tak akan mengalir sia-sia.."
Mustafa berkata kepada Sultan bahwa Mehmet sangat bersedih tentang Sanjak. Sekarang dia sudah merasa lebih baik. sultan berkata bahwa ia selalu ingin melihat Mustafa seperti itu. Dan Sultan bertanya kapan ia kembali ke Manisa? "Besok. Saya tidak ingin meninggalkan pos-saya terlalu lama, tapi saya cemas dengan Bibi Hatice, Bibi Beyhan juga akan pergi." "Shah Sultan akan tinggal di sini, dia akan menjaga Hatice." jawab Sultan. Kemudian Bali Bey memasuki kamar Sultan. Setelah memberi hormat Bali Bey berkata, "Saya berharap membawa berita bagus, tapi sayangnya ada beberapa berita buruk yang perlu mendapat perhatian, Hunkarim." Hurrem memasuki kamar mehmet, "Mehmet, aku mendapat kabar bahwa kau akan pergi berperang dengan ayahmu, aku senang sekali mendengarnya." "Dan Ibu pasti sudah tahu aku batal pergi ke Sanjak, bukan? Keinginanmu terwujud, Bu." "Mehmet, aku mengerti kekecewaanmu, tapi jangan lupa bahwa pergi berperang lebih penting daripada pergi ke Sanjak."
"Aku berharap bisa menunjukkan kemampuanku dengan pergi ke Sanjak, Bu. Lagipula entah kapan kita pergi berperang. Ayah berkata begitu hanya untuk menutup masalah Sanjak." "Mehmet, Sultan memikirkan kebaikanmu, Beliau memikirkan kesuksesanmu. Kau tahu bagaimana keadaan istana sekarang. Kau dengar dengan telingamu sendiri bagaimana mereka bicara tentang aku. Mengapa kau tidak mau mengerti singa-ku? aku perlu kau untuk tetap berada di sini. Apappun yang kulakukan adalah demi masa depanmu dan adik-adikmu. Demi kau, bertahun-tahun aku menderita. Aku hidup untukmu dan Sultan. Apakah Kau tidak mau memikirkanku Sehzade?" Mehmet memeluk ibunya dengan terharu.
Bali Bey mengatakan kepada Sultan bahwa sesuai perintahnya ia telah pergi ke provinsi-provinsi yang menolak menyediakan kambing selama bulan Ramadhan. Bali Bey berpikir bahwa mereka berbuat begitu dengan dukungan Charles dan Ferdinand dalam rangka melawan Sultan. Bali Bey juga mengabarkan percobaan pembunuhan mereka atas dirinya, siapa yang berbuat begitu, tanya Sultan, orang-orang Venesia, jawab Bali Bey. Ayaz Pasha marah bagaimana orang-orang Venesia berani berbuat begitu, menurut Bali Bey, ada orang yang mengirim mereka, dan ia curiga bahwa yang melakukannya adalah Paus dari Vatikan. Paus ingin agar Sultan marah kepada orang-orang Venesia, lalu orang-orang Venesia bergabung dengan Paus. Ayaz Pasha setuju dengan Bali Bey, dia sudah mendengar bahwa orang-orang Venesia memilih untuk netral, mungkin Paus ingin agar orang Venesia berada di pihak mereka. Bali Bey juga membisikkan tentang kemungkinan percobaan pembunuhan atas diri sultan.
Di luar, Rustem dan Matrakci menunggu. Rustem berkata, "Nasuh Effendi, akhirnya kita bertemu. Sudah lama aku tidak melihatmu." "Kau pasti senang dengan kepergian Ibrahim Pasha. Jangan terlalu gembira." kata Matrakci. "Jangan khawatir, sekarang adalah waktuku, dan bila jadi kamu, aku akan hati-hati." Bali Bey muncul dan bertanya apa yang terjadi. Rustem tersenyum kepada Bali Bey, "Apa yang membawamu datang ke Istanbul, Bali Bey?" Bali Bey tidak menjawab, ia mengajak pergi Matrakci.
Kembali ke Divan, Sultan mengatakan kepada Ayaz Pasha agar memperhatikan masukan dari Bali Bey serta mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi para sehzade. Sultan berpikir untuk memindahkan posisi Mehmet Pasha dari Diyarbakir menjadi Gubernur Anadolu. Berarti posisi Diyarbakir akan kosong, kata Ayaz Pasha. Ayaz Pasha menoleh dengan perasaan tak nyaman kepada Mustafa. Lalu ia berkata kepada Sultan bahwa ia merekomendasikan Rustem dari Provinsi Tekke untuk menjadi gubernur Diyarbakir. Sultan memikirkannya. Kemudian Rustem dipanggil ke divan. Rustem masuk menemui Sultan, dan ia mengatakan sekalian akan pamit karena tidak mau meninggalkan tugasnya di Tekke terlalu lama. Sultan berkata bahwa Ayaz Pasha baru saja merekomendasikan Rustem untuk menjadi Gubernur Diyarbakir menggantikan Mehmet Pasha, sultan bertanya bagaimana pendapat Rustem? Rustem menjawab bahwa perintah sultan akan dijunjung tinggi, kemanapun Baginda mengirim saya, tempat itu akan menjadi surga bagi saya... Kemudian secara resmi Sultan mengangkat Rustem sebagai gubernur Diyarbakir.
Mihrimah sedang menangis ketika Hurrem datang dan masuk ke kamarnya. Hurrem bertanya ada apa?
"Ibu tahu apa yang sudah terjadi. Ibu berbicara dengannya, bukan? Kau ingin agar dia berkata seperti itu kepadaku, bukan?" "Apa yang kamu bicarakan?" "Dia bilang dia tidak akan menemuiku lagi." "Aku tidak ada hubungannya dengan ini. Seandainya aku tahu kalian bertemu, aku akan melarangnya." "Apa? Ibu tidak bicara dengannya? Apa yang berubah? Dulu dia bilang akan mengorbankan hidupnya untukku.." "Mihrimah, ini tidak mudah baginya, terutama setelah aku mengetahui masalah ini. Akhirnya dia mengerti artinya hidup di bawah ancaman kematian setiap saat, dan jangan lupa, dia adalah orang kepercayaan kakakmu, Mustafa. Mungkin dia menyadari kesalahannya. Sudah pasti, kesetiaan lebih penting dari apapun, bahkan cinta." Mereka saling berpelukaan.
Mahidevran berbicara dengan Yahya di halaman istana Hatice. Mahidevran mengatakan bahwa Yahya telah membuat keputusan yang tepat dan ia sangat berterima kasih. Kau akan bersedih, tapi kau akan segera melupakan dan segera pula bahagia lagi. Mustafa tiba, dan bertanya apa yang terjadi, tapi Mahidevran mengatakan tak ada apa-apa. Mustafa memberitahukan bahwa Rustem baru saja diangkat menjadi Gubernur Diyarbakir. Mahidevran mengatakan bahwa jelas sekali Hurrem sedang mempersiapkan dia agar masuk ke Divan. Sultan mengunjungi Ebu Suud Effendi, menceritakan kesedihannya. Di satu sisi, beban berat akhirnya terangkat dari bahuku, tapi di sisi lain aku merasa sangat terluka.
Ebu Suud mengatakan selayaknya gunung, maka di sana akan turun salju dan sering terjadi badai, tapi musim semi akan datang lagi.
Malam hari, di Istana Hatice, duduk berkumpul Lutfi Pasha, Shah Sultan, Mahidevran dan Mustafa. Mereka membicarakan posisi baru Rustem. Dan Mustafa khawatir bahwa Ayaz Pasha akan menyingkirkan orang-orang yang setia kepada Ibrahim dan mengangkat orang-orang kepercayaannya. Akan jadi masalah buat kita, kata MAhidevran. Kekaisaran akan dikendalikan oleh mereka. Shah Sultan mengatakan agar mereka tidak perlu khawatir, Baginda tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Lutfi Pasha juga berkata agar mereka tidak perlu khawatir, aku berada di Divan, aku akan memperhatikan kepentingan kita. Mustafa mengatakan agar Bali Bey tetap berada di sini.
Shah Sultan menyuruh Mustafa agar berhenti khawatir. Semua orang mencintainya dan ia harus kembali ke provinsi dan memperhatikan masalahnya sendiri, jangan lupa bahwa kau adalah masa depan keluarga ini. Aku akan selalu berada di pihakmu begitu pula Lutfi Pasha. Mahidevran berterima kasih dan merasa lebih baik. Sultan sedang membaca-baca berkas ketika Hurrem datang ke ruangannya. Duduklah, kata Sultan, dan Hurrem memburu Sultan, mencium tangannya dan berkata, "Suleyman, Kau membuatku sangat bahagia, tk ada yang bisa membuatku lebih bahagia dari ini, Kau tidak jadi mengirim Mehmet ke provinsi..."
Suleyman setelah ikut merasakan kebahagiaan Hurrem, berkata, bahwa ia berencana membangun istana untuk Shah sultan. Hurrem berkata, bila Kau izinkan, biar aku saja yang mengatur dan mempersiapkannya... sultan mempersilahkan.
Hatice mencoba tidur, tapi tidak bisa, lalu Shah Sultan memasuki kamarnya, bertanya apa kabar pada Hatice. "Kau ingat ayah pernah membelikan kita kuda hitam dan kau sangat suka belajar menungganginya? Dan kau belajar dengan caramu, binatang itu tidak mau mendengarkanmu dan ia melukaimu. Kau tidak bisa bangun dari tempat tidur berbulan-bulan." "Kemudian kau membunuh kuda itu..." "Ya, karena dia melukaimu aku membunuhnya. Lihat keadaanmu sekarang, kau menyakiti dirimu sendiri. Bukankah hal seperti ini membuat Hurrem senang? Hatice, bangkitlah dari keadaanmu, aku berjanji akan membuat orang yang membuatmu menderita membayar perbuatannya. Berjanjilah kau tidak akan berbuat sesuatu tanpa mengatakannya kepadaku..." "Jangan khawatir, aku tidak melakukan apapun..."
Diana (Fahriye) membawa obat ke kamar Hurrem untuk Cihangir. Ketika Hurrem masuk ia melihat pada Diana, lalu bertanya siapa gadis itu? Nazli menjawab bahwa ia kalfa baru yang berasal dari istana lama. Hurrem merasa curiga, tapi Nazli mengatakan Sumbul yang sudah mengirim gadis itu, jadi Hurrem percaya. Sementara itu Nigar datang ke harem dan ia bertemu dengan Sumbul mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan Hurrem. Ia tidak akan menerimamu, kata Sumbul. Tapi ini sangat penting, jawab Nigar, menyangkut masa depan sehzade. Sumbul memperingatkan Nigar agar jangan main-main. Rustem bertemu Shah Sultan di Istana Marmer, "Anda ingin bertemu saya, Sultanim?" tanya Rustem. "Kau telah diangkat menjadi gubernur Diyarbakir, selamat. Dan ada sesuatu yang ingin saya katakan..." "Terima kasih, Sultanim, ini suatu kehormatan..." "Aku tidak butuh basa basi. Aku tahu kau bekerja untuk Hurrem." "Tugas saya mengabdi kepada seluruh keluarga kerajaan.." "Tugasmu yang lalu adalah menyingkirkan Ibrahim..." "Tidak begitu..." "Aku akan bicara terus terang, Rustem, aku tahu apa yang sudah kaulakukan, tapi aku tak akan memberitahu siapapun." "Apa yang Anda inginkan, Sultanim" "Sejak sekarang kau tidak akan bekerja untuk Hurrem, tapi untukku."
Nigar bertemu dengan Hurrem, lalu mengatakan kepada Hurrem bahwa Rustem bertemu dengan Shah Sultan di Istana Marmer. Ia memperingatkan Hurrem agar berhati-hati dengan Rustem karena dia orang yang ambisius. Hurrem bertanya, mengapa ia harus percaya kata-kata Nigar. Nigar menjawab bahwa ia hanya mengandalkan Hurrem untuk menemukan putrinya, hanya Hurrem yang dapat menolongnya.
Mustafa mengucapkan selamat tinggal kepada Sultan. Sultan mengucapkan selamat jalan. Mehmet bertanya apakah Mustafa memaafkannya, Sementara Mihrimah pergi setelah mengucapkan selamat jalan kepada kakaknya. Lalu ia bertemu dengan Yahya di pintu keluar, Mihrimah pergi dengan marah, tapi kemudian ia bertemu dengan Bali Bey. Terkejut ia bertanya, "Malkocoglu?" Bali Bey keheranan, tidak mengenali Mihrimah. "Kau tidak mengenaliku? Aku Mihrimah..." "Mihrimah Sultan? Maafkan saya tidak mengenali Anda..." Saat itu Mihrimah harus cepat pergi, dan ia meninggalkan Bali Bey. Shah Sultan bertemu Nigar di lorong istana dan bertanya apakah misinya berjalan lancar, apakah Hurrem percaya? Nigar menjawab bahwa Hurrem tidak percaya, tapi setelah dia bicara dengan Rustem, dia akan percaya.
Hurrem bertemu Mustafa dan Mahidevran yang akan meninggalkan istana. Dia mengucapkan selamat jalan dan seoga perjalanannya menyenangkan. Hurrem mencegat Mahidevran. "Kau pasti merindukan Manisa sejak energimu kauhabiskan untuk meracuni pikiran orang selama berada di sini. Kau harus pulang dan istirahat." "Jangan khawatir, Hurrem. Kematian Ibrahim adalah pelajaran bagi kita semua. Terutama kamu. Kau tahu kenapa? karena kau mirip sekali dengannya.." lalu Mahidevran berlalu sambil melihat ke arah Diana yang berdiri di belakang.
Rustem menunggu di lorong untuk bertemu Hurrem. Hurrem bertanya kapan Rustem meninggalkan Istanbul? Rustem menjawab hari ini. Apakah kau ingin mengatakan sesuatu? tanya Hurrem. Rustem mengatakan ia ingin berterima kasih atas segala yang telah dilakukan Hurrem untuknya. Hurrem lantas bertanya, mengapa kamu bertemu Shah Sultan? Rustem terkejut, lalu menjawab bahwa Shah hanya ingin mengucapkan selamat kepadanya. Ada lagi yang lain? tanya Hurrem. Tidak ada, jawab Rustem. Hurrem kelihatan marah, sudah kubilang agar kau mengatakan segala hal yang terjadi. Segalanya! Baiklah, semoga perjalananmu menyenangkan.
Bali Bey berbicara dengan Sultan, berterus terang bahwa ia merasa tak nyaman dengan rumor tentang percobaan pembunuhan, apalagi setelah Ibrahim yang bertanggung jawab atas keselamatan diri Sultan sudah tak ada lagi. Hurrem masuk ke kamar Sultan, dan terkejut melihat Bali Bey, mengucapkan selamat datang, bertanya tentang keadaannya dan apakah Bali Bey akan tinggal lama di Istanbul.
Mahidevran tiba kembali di Manisa disambut gadis-gadis harem. Diana tidak akan kembali lagi kemari, katanya.
Hurrem sedang di kamarnya dan Sumbul mengatakan bahwa Shah Sultan pergi menghadiri 40 hari meninggalnya Ibrahim. Hurrem bertanya apa pendapat Sumbul mengenai pertemuan rahasia Rustem dengan Shah Sultan, dan apakah Rustem akan mengkhianantinya? Sumbul menjawab, mungkin tidak sekarang, tapi besok-besok mungkin. Seperti yang anda tahu setiap orang punya kepentingan sendiri-sendiri. Seorang pelayan memberitahu Hurrem bahwa peralatan mandi sudah disiapkan dan Hurrem bisa pergi mandi kapan saja, Hurrem mengatakan baiklah...
Pada peringatan acara 40 hari meninggalnya Ibrahim, terdengar seorang wanita melantunkan ayat-ayat Al Quran. Gulfem berbisik pada Hatice agar tidak khawatir, semua masalah akan dibereskan hari ini (maksudnya Hurrem akan segera terbunuh).
Hurrem pergi ke kamar mandi, dan Diana diam-diam membuntuti dari belakang. Sumbul meminta Seker Agha menyiapkan buah-buahan untuk Hurrem.
Shah melihat Hatice dan Gulfem berbisik-bisik. Ia merasa curiga dan lalu menyuruh pelayan wanitanya agar memberitahu Mercan untuk pergi ke istana.
Hurrem sedang di kamar mandi, buah-buahan telah disiapkan.
Diana siap menjalankan tugas dengan belati di tangannya. Dia membunuh Agha penjaga pintu. Sumbul mengobrol dengan asyik dengan Seker Agha, bahkan karena semua pekerjaan sudah beres, mereka berniat main catur.
Diana berhasil membereskan agha penjaga pintu, dan kini dengan bebas ia masuk ke kamar mandi di mana Hurrem sedang mandi dilayani seorang wanita. Diana berhasil menyelinap ke belakang Hurrem, dengan belati terhunus ia sudah siap menghujamkannya ke tubuh Hurrem..
Follow Twitter: @meryemuzzerii
TAMAT
8 notes
·
View notes
Text
Kegemparan, Tangis, dan Kemarahan episode 83
Sumbul terkejut melihat jasad Ibrahim digotong oleh pasukan eksekusi mati.
Suleiman, sendirian di kamarnya, merasa sangat berduka atas kematian Ibrahim.
monolog Ibrahim : Aku Ibrahim, seseorang yang belajar berenang di air yang dalam, seseorang yang hatinya berlumuran darah, dan ketika tak menemukan jawaban atas sesuatu, aku menatap langit dan bintang, di puncak gunung, dalam sumur dan lautan yang gelap. Aku mencari kelemahan di mata orang yang kuat. Pada setiap jawaban yang kutemukan, aku terbakar dan terbakar lagi. Seseorang yang terbakar oleh api neraka-nya sendiri, seseorang yang terlarang untuk terlelap.
Sumbul tergesa-gesa membangunkan Hurrem dan menceritakan apa yang dilihatnya. Dia meyakinkan Hurrem bahwa Ibrahim sudah mati atas perintah Sultan dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri jasad Ibrahim dibawa oleh pasukan eksekusi mati.
Beyhan tiba di istana Hatice dan Hatice menyambutnya dengan senang hati. Ia menanyakan Shah Sultan, Hatice menjawab bahwa Shah lebih suka menginap di istana bersama Hurrem. Dengan gembira Hatice juga menceritakan hubungan Sultan dan Ibrahim yang sudah membaik kembali. Keadaan mereka sudah seperti sedia kala, kata Hatice.
Hurrem tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Sumbul. Ia bergegas menuju ke kamar Sultan dan menemukan Sultan dalam keadaan kacau dan sangat berduka. Seluruh situasi dan penampilannya menegaskan bahwa Ibrahim memang sudah mati.
Keesokan paginya Hatice memasuki ruang kerja Ibrahim, menyentuh barang-barang milik Ibrahim sambil membayangkan kata-kata romantis yang pernah dibisikkan Ibrahim padanya. Hatice sedang merasakan betapa dalamnya cinta diantara mereka ketika ia melangkah ke balkon dan melihat pemandangan yang menakutkan di bawah. Sekumpulan pria membawa peti mati, dan sesosok tubuh terbujur kaku di dalamnya. Gemetar, ia bergegas turun dan menghampiri peti mati itu. Pada saat itulah ia melihat, bahwa yang terbujur kaku di dalam peti mati itu adalah jenazah Ibrahim....
Sultan memanggil Ayaz Pasa dan memerintahkannya untuk mengumpulkan semua Pasha karena akan diadakan pertemuan penting.
Shah Sultan pada mulanya tidak menyadari apa yang terjadi. Gadis-gadis di harem berbisik-bisik tentang Ibrahim Pasha membuatnya penasaran. Ia menanyakan langsung pada Merchan Agha, pelayan kepercayaannya. Merchan menceritakan bahwa ia juga tidak yakin kebenarnnya, tapi mendengar bahwa tadi malam Ibrahim Pasha telah dieksekusi. Kaget dan tak percaya Shah bergegas keluar dan bertemu Afife. Afife memastikan bahwa Ibrahim Pasha memang telah dieksekusi dan agar mereka semua berdoa untuk Hatice dan anak-anaknya. Kemudian Hurrem muncul. Ia mengatakan bahwa ia memang hendak bertemu Shah untuk menceritakan tentang Ibrahim, tapi sepertinya Shah sudah tahu. Hurrem juga mengatakan semua itu adalah perintah Sultan.
Hatice bangun dari tidurnya dan bertanya pada Gulfem dan Beyhan bahwa semua hanya mimpi, bukan? Ibrahim masih hidup, kan? Kemudian ia menyadari semua adalah kenyataan. Ia bergegas keluar hendak melihat jenazah Ibrahim, tapi tak ada siapa-siapa di sana. Ia menjerit hebat, mulai tak terkendali, Gulfem dan Beyhan berusaha menenangkannya.
Hatice pergi ke istana dan bertemu Sultan. "Kau tidak melakukannya, kan? Kau tidak membunuhnya, kan? Mengapa diam? Katakan, 'aku tidak melakukannya, aku tidak mengambil hidupnya, dia temanku, saudaraku, bagaimana mungkin aku melakukannya?' katakan seperti itu. Baiklah, kau membunuhnya, Baginda... tapi bagaimana mungkin kau membunuhku? Dia adalah segalanya bagiku, ayah dari anak-anakku. Siapa Kau? Kau bukan kakakku. Kakakku seorang yang adil dan bijaksana, dia bukan tiran!" Sultan mencoba memeluk Hatice.. "Jangan sentuh aku. Aku bukan adikmu lagi. Ketika aku melihat matamu, kau tahu siapa yang kulihat? Ayahku..." Hatice bergegas keluar.
Matrakci melakukan prosesi pemakaman Ibrahim. Kesedihan melingkupi dirinya. Sultan menyuruhnya merahasiakan makam Ibrahim, bahkan dari Sultan.
Mehmet dan Mihrimah bertanya-tanya bagaimana ayah mereka melakukan hal seperti itu kepada seorang pria yang dipercaya negara selama 14 tahun menjadi Wazir Agung. Hurrem mengatakan bahwa semua adalah keputusan Sultan yang tidak boleh di tentang. Sultan tahu apa yang dilakukannya.Menurut Mehmet Ibrahim adalah orang besar dan tidak seharusnya meninggal sedemikian rupa. Hurrem mengatakan bahwa Kekaisaran memiliki banyak pasha, satu pergi, yang lain datang. Tiba-tiba mereka mendengar Hatice berteriak memanggil Hurrem. Hurrem menyuruh anaknya tetap di tempat sedangkan ia menghampiri Hatice.
"Semoga Allah memberimu kesehatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini, Sultana." "Ini semua adalah salahmu, Hurrem! Karena kebohonganmu, tuduhanmu..." "Saya mengerti perasaanmu, Sultana, tapi.." "Terkutuklah hari ketika Kau datang ke istana ini. Kau membakar, menghancurkan, dan menyingkirkan semua!!!" "Sultanim, saya tak ada hubungannya dengan peristiwa ini. Ini adalah perintah Sultan." "Karena masalah yang kau sebabkan, dia mati!! Karena kebohonganmu!! Kau akan menerima balasannya. Kau telah mengambil hidupku, dan kau akan merasakan sakit yang sama seperti yang kurasakan!!!"
Ayaz Pasa melihat Ebu Suud Efendi tidak terkejut dengan berita tentang Ibrahim Pasha. Ebu Suud mengatakan bahwa ketika seseorang memiliki posisi seperti Ibrahim Pasha, maka dia memang dekat dengan kematian. Itulah sebabnya dia tidak terkejut.
Di jalanan orang-orang menggunjingkan Ibrahim. Dia layak dikuburkan tanpa doa pemakaman karena dia tak beriman, kata mereka.
Sultan mengangkat Ayaz Pasha sebagai Wazir Agung menggantikan Ibrahim. Sultan mengingatkan bahwa eksekusi atas Ibrahim harus menjadi peringatan bagi semua agar selalu berhati-hati. Dia menyuruh Barbarosa melanjutkan persiapan kampanye Italia dan Ebu Suud terus bekerja menyempurnakan aturan hukum.
Sumbul memberitahu Hurrem bahwa Ayaz Pasa telah diangkat menjadi pengganti Ibrahim. Hurrem merasa bahwa mereka harus berhati-hati karena Ayaz Pasha bisa saja berbalik melawannya. Ia ingin Rustem dipanggil kembali ke istana karena ia ingin Rustem berada di jajaran kekuasaan. Sumbul mengatakan bahwa Hurrem sekarang dapat menguasai dunia, dan Hurrem menjawab "Ini adalah peperanganku, seperti yang pernah kujanjikan, satu demi satu musuhku akan membayar apa yang telah mereka lakukan padaku.”
Beyhan meminta Hatice untuk bersabar demi anaknya dan Hatice ingat kata-kata Beyhan dulu ketika Sultan mengeksekusi suaminya, bahwa Hatice akan mengerti rasa sakitnya ketika suaminya kelak dieksekusi.
Matrakci mengambil Esma Nur untuk dibawa pergi ke keluarga Ibrahim.
Dia menyuruh seseorang di kapal untuk membawa Esma Nur ke keluarga Ibrahim dengan selamat dan menceritakan segalanya serta agar keluarga Ibrahim segera kembali ke negeri mereka.
Mustafa dan Mahidevran merasa hancur oleh kematian Ibrahim.
Suleiman, tinggal sendirian, mengingat Ibrahim dan berduka. Menangis dan menjerit sendirian...
Hatice tidak dapat tidur dan mendengar suara permainan biola Ibrahim. Ia melihat dan menghampiri Ibrahim, bertanya mengapa kau pergi, mengapa kau meninggalkanku? Ibrahim menjawab, aku tidak meninggalkanmu, tidak akan. Hatiku akan selalu bersamamu..
Lalu Hatice terbangun dan mencoba melompati balkon, Shah Sultan menghentikan dan memeluk Hatice. "Apa yang Kaulakukan Hatice? Jangan berbuat begitu. Percaya padaku, Hurrem akan membayar semua kepedihanmu.."
Hurrem bertemu Ayaz Pasha memberinya selamat dan mengusulkan Rustem untuk menjadi wakilnya. Ayaz Pasha mengatakan bahwa itu tergantung keputusan Sultan. Hurrem minta agar Ayaz Pasha menyebut saja nama Rustem di depan Sultan agar Sultan mempertimbangkannya. Ayaz Pasha mengatakan akan mencobanya.
Rustem telah kembali dan Hurrem memberitahu usulannya pada Ayaz Pasha untuk menempatkan Rustem di jajaran penting pemerintahan. Rustem akan bertemu Ayaz sebentar lagi, kata Hurrem. Ayaz Pasha bertemu Rustem, dia mengatakan kalau dia menyukai keberanian Rustem. Tapi berlebihan dalam segala hal itu berbahaya. Dan mengingatkan Rustem bahwa semakin tinggi pangkat maka semakin dekat dengan kematian. Rustem bergurau bahwa posisi Ayaz Pasha-lah yang paling dekat dengan kematian.
Nigar menemui Matrakci dan menanyakan Esma Nur. Matrakci memberitahunya bahwa keadaan Esma Nur aman bersama keluarga Ibrahim. Ia minta Nigar agar bersabar.Bila keadaan memungkinkan, Matrakci akan mengirim Nigar menemui Esma Nur suatu hari nanti. Nigar bertanya, benarkah Ibrahim bahkan tidak dibuatkan kuburan yang layak? Kemudian Matrakci membawa Nigar ke kuburan Ibrahim. Mereka berdua berdoa di makam Ibrahim.
Seperti yang direncanakan, Ayaz Pasha menyebut nama Rustem di depan Sultan. Mengatakan bahwa Rustem cerdas dan bisa diandalkan. Dia mengusulkan pada Sultan untuk mengangkat Rustem sebagai wakil Wazir Agung. Sebelum Sultan mengatakan sesuatu, Mustafa memasuki ruangan. Sultan menyampaikan kesedihannya atas meninggalnya putra Mustafa, dan berbahagia bahwa sebentar lagi akan lahir putra yang lain.
Mustafa menanyakan tentang Ibrahim, Sultan tak ingin membicarakannya, Mustafa mendesak.
Akhirnya Sultan berkata, "Mustafa, kekuasaan itu, bila kau bisa menyandangnya dengan kerendahan hati, maka dia akan melindungimu, menyelamatkanmu dan menjauhkanmu dari musuh, sebaliknya bila kamu jatuh dalam arogansi dan hasrat berkuasa, maka dia akan membakarmu dan menjadikanmu abu..."
Shah bertemu Lutfi Pasha dan membicarakan gosip tentang Rustem yang akan masuk jajaran pemerintahan. Shah mengatakan untuk mencegah hal itu terjadi, karena nanti posisi Hurrem akan semakin kuat. Ini pasti ulah Hurrem, kata Shah. Kita harus segera bertindak.
Shah Sultan bertemu Mustafa, memeluknya dan membicarakan tragedi yang terjadi pada mereka. Jangan khawatir, Tragedi ini akan berakhir, kata Shah. Kemudian Shah bertemu Sultan. Tiba-tiba Sultan jadi sensitif, oh kamu juga ingin tahu mengapa aku memerintahkan eksekusi itu?? Tidak, tidak pernah, sahut Shah, siapa saya sehingga mempertanyakan keputusanmu? Engkau lebih tahu dari siapapun juga tentang yang terbaik bagi negara ini. Sultan memuji Shah, bagaimana Shah cerdas dan berkarakter kuat seperti Valide, dan bahwa Valide selalu memberinya kekuatan. Kemudian Shah menyatakan niatnya untuk menetap di Istambul tapi sulit karena suaminya harus kembali, kecuali jika Sultan memberinya posisi di pemerintahan.
Hatice mengeluh pada Mahidevran, "Takdir kita seperti ini. Yang tertulis untukku hanya kesedihan dan sakit hati, dan sampai akhir hayat aku harus terbakar.."
"Semua adalah salah Hurrem. Jika kita tidak membersihkan dunia ini darinya, maka sisa hidup kita akan seperti ini." kata Mahidevran. "Apa yang harus kita lakukan? Hurrem semakin kuat. Tak ada yang bisa menghentikannya sampai sekarang. Selama Sultan berada di belakangnya, tak ada yang bisa kita lakukan." kata Gulfem. "Sultanim, haruskah darah Ibrahim Pasha mengalir sia-sia?" tanya Mahidevran. "Katakan rencanamu, Mahidevran.."
Afife dan Hurrem membicarakan persiapan hari raya Idul Fitri. Juga tentang kedatangan Mahidevran mengunjungi Hatice. Hurrem berkata, "Hanya Allah yang tahu apa yang dikatakannya pada Hatice Sultan agar semakin membenciku."
Mahidevran mengatakan rencananya untuk membunuh Hurrem. Dia punya pelayan yang bisa melakukannya. Pelayan itu cerdas, kuat dan terpercaya. Hatice menyuruh Mahidevran membawa pelayan itu. Rencana telah disiapkan.
Mustafa berbicara dengan Yahya tentang perkembangan keadaan sejauh ini. Dia tidak memahami keputusan ayahnya tentang Ibrahim. Ayaz Pasha telah diangkat menggantikan kedudukan Ibrahim, dan Mustafa bertanya-tanya apakah Ayaz Pasha mendukungnya. Mehmet dan Mihrimah memasuki ruangan. Mehmet mengatakan bahwa ia akan pergi segera pergi ke Sanjak dan bertanya pada Mustafa mengapa ayah mereka mengeksekusi Ibrahim, namun Mustafa menjawab tidak tahu.
Beyhan menuduh Sah hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan orang lain ketika Hurrem menyela mereka memasuki ruangan. Hurrem mennyakan keadaan Hatice pada Beyhan dan Beyhan marah, kau tidak merasa malu sama sekali menanyakan keadaannya? lalu pergi. Hurrem tetap tinggal dengan Shah dan Hurrem bertanya apakah Shah juga menganggapnya harus bertanggung jawab atas kematian Ibrahim? Bukankah itu perintah Sultan? Shah menjawab, ia tahu tak ada yang bisa menghalangi kehendak Sultan.
Di harem diadakan perayaan Idul Fitri. Satu persatu menyalami Sultan, mengucapkan selamat hari raya. Mahidevran bertanya pada Hurrem apakah dia senang sudah meracuni kehidupan orang-orang di sekelilingnya. Semua orang menyambut Sultan dan Cihangir bertanya kepadanya mengapa Bibi Hatice belum datang, Suleiman pergi berjalan keluar dari ruangan.
Hatice bertanya mengapa Matrakci tidak ke istana. Hatice ingin tahu di mana kuburan Ibrahim, Matrakci mengatakan akan mencoba mencari tahu, tapi akan lebih baik bila seperti sekarang. Musuh-musuh Ibrahim ingin tahu di mana kuburan Ibrahim, sehingga kuburan itu harus tetap dirahasiakan.. Hatice bertanya-tanya kapan siksaan itu akan berakhir.
Dalam pertemuan pejabat di istana, Rustem menunggu janji, tapi ia malah mendengar penunjukan Lutfi Pasha sebagai wakil Wazir Agung.
Shah mengatakan harus berbicara dengan Mahidevran sebelum ia pulang ke Manisa.
Hurrem menghentikan langkah Mahidevran yang melewatinya hendak meninggalkan istana. Mereka saling melempar kata-kata tajam. Mahidevran menuduh Hurrem telah membunuh cucunya, tapi Mustafa akan punya anak lagi, katanya. Selamat, sahut Hurrem.
"Bagaimana wajahmu masih menunjukkan tampang manusia setelah tanganmu berlumuran darah Ibrahim Pasha?" tanya Mahidevran. "Daripada bersedih, kau lebih terlihat ketakutan, Mahidevran. Ibrahim selalu menyelamatkanmu..." jawab Hurrem "Siapa berikutnya, anakku? Dengan dosa sebanyak itu, bagaimana kau menjalani hidup? Apakah Kau tahu hukuman Tuhan akan datang padamu suatu hari nanti?" kata Mahidevran "Hukuman Tuhan sudah datang, Mahidevran. Semua yang terjadi sekarang adalah buah kejahatanmu.” jawab Hurrem.
Nigar mengunjungi Hatice untuk mengucapkan selamat hari raya. Dia juga turut berduka cita atas kepergian Ibrahim. Tiba-tiba mereka mendengar keributan di luar. Orang-orang suruhan Sultan sedang mengangkut patung-patung dari kediaman Ibrahim Pasha. Hatice marah besar.
Rustem mengucapkan selamat atas pengangkatan Lutfi Pasha sebagai Wakil Wazir Agung.
Hurrem mengunjungi Sultan, mengajaknya berjalan-jalan, mungkin nanti, kata Sultan. Hurrem membicarakan Rustem, kecerdasan dan kesetiaannya dan bagaimana anak-anak menyukainya. Belum waktunya, kata Sultan. Rustem masih harus mencari pengalaman, aku sudah memberikan posisi itu pada Lutfi Pasha agar dia bisa menetap di sini, Shah juga berharap demikian.
Hurrem tergesa-gesa (mungkin jengkel juga, karena Lutfi Pasha jadi Wakil Wazir Agung) mengunjungi Shah Sultan dan mengucapkan selamat atas posisi baru suaminya dalam pemerintahan. Tapi beban jabatan ini berat, sultana, Lutfi Pasha harus berhati-hati, kita harus belajar dari kasus Ibrahim Pasha, kata Hurrem.
Jangan khawatir, Hurrem. Lutfi Pasha tidak seperti Ibrahim Pasha, karena aku istrinya, dan aku tidak seperti Hatice…
TAMAT
.
0 notes
Text
Hari Penentuan Episode 82
Episode ini dimulai dengan konsultasi Sultan Suleyman dengan Ebu Suud Effendi. Ebu Suud kepada Sultan: "Beri aku beberapa hari dengan izin Anda, saya akan berpikir tentang masalah ini." Sultan setuju.
Sementara itu, Hatice bertemu Ibrahim yang baru pulang ke rumah di malam hari. Dia bertanya bagaimana acara buka puasanya dan apakah Sultan datang. Ibrahim menjawab bahwa Sultan tidak datang, tapi mungkin Sultan lelah dan ingin beristirahat. Hatice merasa khawatir.
Sementara itu di Istana, Sumbul mengumumkan kembalinya Sultan ke harem. Hurrem melihat kedatangan Sultan dari atas.
Kemudian, ada adegan di dalam perahu, duduk banyak orang, termasuk seorang anak kecil yang terlihat sangat ketakutan. Dia adalah Ibrahim ketika ia masih kecil. Seorang pria menyuruhnya berdiri, tapi ia tidak mengerti sehingga ia memberi tanda dengan tangannya dan seorang wanita menerjemahkan "Dia menanyakan namamu"
Lalu ada suara melalui (narasi). "Saya Ibrahim. Diambil dari ayah dan ibu saya di usia 10 tahun, dan menjadi seorang mualaf , Ibrahim. Apa yang kembali? kemanakah orang-orang kembali? Apakah mungkin untuk kembali, Atau apakah nasib hanya berjalan maju?"
Kemudian anak laki-laki di sampingnya pingsan. Ibrahim berteriak air! air putih! dan wanita kaya memperhatikannya serta meminta pelayannya untuk membawa Ibrahim.
Adegan berikutnya menunjukkan Ibrahim di kebunnya. Ia mengingat masa kecilnya (tentang perahu dan wanita kaya sambil melihat patung-patung itu). Hatice menyela lamunnnya. Ia datang dan mengatakan harus berbicara dengannya. Hatice telah berbicara kepada Shah Sultan tentang Hurrem, tapi Shah Sultan menolak untuk membantu. katanya dia tidak ingin ikut campur dalam masalah mereka. Ibrahim terkejut. Hatice bilang ya, dan dapatkah kau percaya bahwa dia selalu dengan Hurrem dan menghabiskan waktu dengannya.
Sementara itu di Istana, Shah Sultan ada di kamarnya sedang bersiap-siap ketika ia dikunjungi oleh Hurrem. Hurrem bertanya apakah dia suka kamarnya dan apakah dia membutuhkan sesuatu. Dia mengajak Shah Sultan ke perjamuan buka puasa untuk para wanita Vaqf (amal) yang dimilikinya. Shah Sultan setuju untuk datang, memuji Hurrem dan mengatakan betapa bagus sekali semua kegiatan amal tersebut, dan ia akan senang untuk datang.
Hurrem mengatakan padanya, "kau tahu banyak orang mengatakan banyak hal tentang saya, memanggil saya seorang penyihir, mengatakan saya melakukan sihir .." kata Hurrem "terima kasih banyak untuk tetap tinggal di sampingku."
Kata Shah Sultan "Abaikan saja orang-orang itu, Kau hanya perlu menjadi adil dalam segala hal yang kaulakukan." Hurrem berterima kasih. Dan segera setelah ia keluar, wajah Shah Sultan dipenuhi mimik kebencian.
Sementara itu, Sultan sedang melamun di kamarnya. Tiba-tiba, Ibrahim masuk, mengatakan ia memiliki buku yang telah disebutkannya akan diperlihatkan pada Sultan. "The Prince, karya Machiavelli" Ibrahim bertanya apakah Sultan baik-baik saja, ia khawatir karena Sultan tidak datang ke undangan makan malam di istananya. Sultan mengatakan ia ingin beristirahat saja untuk sementara, itu sebabnya dia tidak hadir.
Sementara itu, Ebu Suud ingat kata-kata Sultan. "Apa yang harus saya lakukan untuk memenuhi kedua janji saya untuk melindungi orang, dan juga melaksanakan keputusan saya?"
Tiba-tiba, istri Ebu Suud datang. Dia mengatakan kepadanya tentang perjamuan Hurrem Sultan dan bagaimana dia juga diundang. Ebu Suud mengatakan dia sudah tahu dan memuji Hurrem. Istri Ebu Suud mengatakan dia khawatir tentang suaminya, dia tidak meninggalkan buku-bukunya. Ebu Suud mengatakan padanya untuk meninggalkan dia, dia sibuk dan dia perlu bekerja.
Sementara itu, Ibrahim mengatakan kepada Sultan tentang buku. "Seperti yang mereka katakan, buku ini ditulis oleh setan,"
Sultan menemukan bagian dalam buku ini. "Apakah cinta lebih baik dari rasa takut? atau takut lebih baik dari cinta? Bagaimana menurutmu Ibrahim? "
"Itu adalah pertanyaan yang sulit, "jawab Ibrahim. Sultan melanjutkan:"Menurut Machiavelli, Kau tidak dapat memiliki cinta dan takut pada saat yang bersamaan. Selain itu, jika Kau harus memilih antara keduanya, ditakuti lebih baik daripada dicintai."
Ibrahim menjawab dengan mengatakan, "tetapi beberapa orang, tidak hidup demi keamanan, mereka lebih suka hidup bahagia."
Sultan mengatakan, "ya, semua orang ingin bahagia, tetapi situasi semacam itu apakah mungkin bagi orang-orang seperti kita?" Ada ketukan di pintu dan Hurrem masuk. Dia terkejut melihat Ibrahim duduk begitu dekat dengan Sultan.
Hurrem menceritakan pada Sultan tentang perjamuan Iftar dan bahwa Ebu Suud akan mengatur acara itu. Dia menyebutkan bahwa Mihrimah dan Shah Sultan juga akan hadir. Ibrahim mohon diri sedangkan Hurrem tetap bersama Sultan. Di luar, Ibrahim menyuruh seorg pengawal untuk memanggil Shah Sultan.
Sementara itu, Mehmet sedang bersama Nurbahar di kamarnya. Nurbahar mengatakan agar Sehzade tinggal dengannya beberapa saat lagi. Mehmet mengatakan bahwa "Saya mengubah keputusan saya, tapi saya minta maaf, itu sudah terlambat." Nurbahar mengatakan bahwa pada malam itu, dia sangat takut. Mehmet terkejut ketika Nurbahar mengatakan malam karena Mihrimah telah berbohong kepadanya dan mengatakan kepadanya itu sudah dilakukan pada pagi hari.
Sementara itu, Mihrimah membaca surat dari Yahya, ketika tiba-tiba, Mehmet masuk, marah. Dia mengatakan Kau tahu persis apa yang salah! Mengapa kau berbohong padaku? Kau berbohong kepadaku, dan jangan menyangkalnya, dokter juga bersaksi.
Kata Mihrimah, ya, aku melakukannya untukmu, agar kau tidak membuat kesalahan.Aku hanya memikirkan masa depanmu.
"Beraninya kau mengganggu dan membuat keputusan tentang hidupku? Aku tidak akan memaafkanmu!" kata Mehmet.
Sementara itu, Shah Sultan memasuki ruangan Ibrahim. "Apa masalahnya?" Dan Ibrahim mengatakan "Ini tentang Hurrem Sultan, jelas, Kau sekarang sangat dekat dengannya!" Kata Shah "Oh Hatice Mengadu tentang aku?"
Kata Shah Sultan, "Seseorang yang kau benci, bisa kau cintai, bukankah itu benar? Dan seseorang yang kau cintai, bisa kaubenci.. Hurrem sibuk melakukan pekerjaan baik. Dia telah melahirkan anak-anak yang hebat, dan dia terus membahagiakan Sultan. Jadi tinggalkan dia sendirian. "
Ibrahim berkata," Kau harus membantu kami melawan Hurrem."
Kata Shah Sultan,"Kau adalah Wazir Agung, dan Kau memerlukan bantuan seorang wanita?" Ibrahim mengatakan, “Semua wanita itu licik, sehingga ini tidak mudah ... kita tidak bisa tahu pasti bagaimana mereka berperang."
Shah Sultan mengatakan "Oh kalau itu masalahnya, daripada memberiku saran, lebih baik kau jauhi saja wanita."
Kata Ibrahim , "Bukan maksudku untuk memberi saran, juga aku tidak berhak, aku hanya -".
"Hanya apa?" potong Shah. Hurrem melihat mereka berbicara, dan merasa khawatir.
Ibrahim berkata "Sudah jelas, cintamu padaku telah berubah menjadi benci."
Shah mengatakan: "kebencian sama kuatnya seperti cinta, dan aku tidak punya keduanya untukmu, dan tidak pernah.."
Sementara itu di kamar Hurrem, Sumbul sedang bercerita untuk Cihangir, ketika Hurrem masuk. Cihangir dikirim pergi dan Hurrem memberitahu Sumbul tentang bagaimana dia melihat Ibrahim dengan Shah Sultan. Dia bertanya apa hubungan mereka sebelumnya? Sumbul agha menjawab bahwa sebelumnya, dengan Valide Sultan kita semua pergi ke Manisa, dan di Manisa dia tinggal untuk waktu yang lama, Ibrahim seorang Falconer Kepala saat itu - saya selalu melihat mereka bersama-sama di taman, mereka selalu berbicara dan berjalan di sekitar bersama-sama.
Sementara itu, Ibrahim sedang menggambar perahu di kamarnya dan mengingat berbagai hal. "Mengingat, adalah ibadah rahasia bagiku." katanya
"Saya Ibrahim ..."Dia berbicara tentang bagaimana ia kehilangan ayah, ibu dan saudara serta tidak pernah melihat mereka lagi. "Aku tidak bisa memegang tangan mereka."
Ibrahim muda mendengar seseorang bermain biola di lantai atas, dan Ibrahim yang lebih tua mengatakan ibunya telah mengajarinya cara bermain. "Itu satu-satunya warisan dari orang tua saya." Ibrahim Muda pergi ke kamar dan melihat seorang wanita bermain, tersenyum. Adegan kembali ke kantor Ibrahim di istana dan Sultan melihat biola dan gambar kapal di mejanya.
Kemudian, Hurrem memasuki harem dengan Shah Sultan setelah Iftar tersebut. Shah Sultan mengatakan bahwa Hurrem telah mendapat semua doa dari orang-orang miskin dan lemah.
Hurrem pergi menemui Mehmet, dan menemukan dia di kamar Nurbahar. Dia bertanya apa yang terjadi dan Mehmet mengatakan bukan apa-apa, dia hanya sedikit sakit, tidak ada yang serius. Dia mengatakan akan merasa lebih baik segera.
Kemudian Hurrem pergi ke kamarnya, terlihat marah. Sumbul membawa dokter dan dokter pada awalnya menyangkal, tapi Sumbul mengancam dirinya, dan ia mengatakan kebenaran bahwa Nurbahar hamil, dan itu bukan salahnya. Hurrem menanyakan siapa yang telah menyuruhnya.
Ebu Suud mondar-mandir di kamarnya dan membaca buku. Ibrahim memasuki kantornya untuk menemui Sultan di sana. Sultan bertanya, "kenapa kau kembali?" Ibrahim: "Oh, aku lupa beberapa dokumen."
Kemudian Sultan berkata "Sudah beberapa hari ini Kau tidak bermain biola" Adegan beralih ke Ibrahim kecil yang pergi ke ruangan wanita majikannya dan bermain biola, wanita itu menemukannya di sana dan tersenyum. Kemudian adegan beralih lagi pada Ibrahim yang bermain untuk Sultan di teras.
Sultan mengingat saat-saat Ibrahim bermain biola untuknya. Dan bagaimana ia memanggilnya adik. Dan bagaimana Ibrahim menangis ketika ia kehilangan anaknya dan Sultan memeluknya, dan ketika Ibrahim mendapat luka panah di punggungnya ia berkata bahwa ia melakukan semua ini untuk Sultan. Dan bagaimana Ibrahim berkata pada suatu waktu "Jangan sedih, Sultanku."
Ibrahim selesai bermain dan mengatakan: "Ibuku sering memainkan ini untuk saya" Sultan menjawab "ya, Kau pernah mengatakannya kepadaku sewaktu di Manisa." Ibrahim berkata "Pada musim semi kali ini, mari kita pergi ke Manisa untuk mengingat masa lalu bersama-sama, Yang Mulia." Sultan mengatakan "ya, kita akan pergi Ibrahim." Dan tersenyum, tapi matanya sedih dan marah pada saat yang sama.
Ebu Suud masih bersama buku-bukunya, ketika tiba-tiba ia mengangguk, berarti dia telah menemukan sesuatu.
Di pagi hari, Mehmet pergi ke kamar Nurbahar tetapi tidak menemukannya. Pelayan mengatakan bahwa mereka telah membawanya pergi karena Hurrem yang menyuruh. Sementara itu, di kamar Hurrem, Mihrima mengatakan itu bukan salahnya dan Hurrem mengatakan kepadanya untuk tenang. Mehmet masuk dan bertanya apa yang terjadi! Hurrem berkata: Kau berbuat seolah-olah tidak tahu. Mihrima berbisik kepadanya, bukan saya yang mengatakannya. Mehmet berkata, Saya hanya ingin menyelamatkannya. Hurrem berkata, jika saja kau datang kepadaku, aku pasti membantumu!!! tetapi kalian berdua melakukan hal-hal di belakangku.
Mehmet berkata wanita itu sudah tidak hamil. Hurrem berkata, kau sudah besar, Sehzade, Kau harus belajar untuk menerima konsekuensi dari tindakanmu - pergi ke kamarmu. Valide saya, saya hanya ingin menyelamatkan kakakku, kata Mihrimah.
Pikirkan tentang perbuatanmu sendiri Mihrima, sahut Hurrem.
Mihrima pergi ke kamar kakaknya,"keluar Mihrima, kalau bukan karenamu, dia tidak akan pernah tahu!" kata Mehmet kesal. Mihrima menjawab, "Aku hanya mencoba membantu!" Dia mengatakan padanya untuk keluar dan bahwa "Aku tidak ingin melihatmu, lagi!"
Sementara itu, Sultan duduk dan berpikir ketika Ebu Suud masuk. "Hunkarim, saya telah menemukan solusi untuk dilema Anda."
Sementara itu, Hurrem bertemu dengan Ayaz Pasha dan bertanya apakah dia telah memberikan dokumen itu, dan Ayaz mengatakan ya dan Hurrem bertanya-tanya mengapa tidak ada yang terjadi, dan entah bagaimana Ibrahim selalu berhasil lolos dengan segala yang dilakukannya.
Ebu Suud mengatakan kepada Sultan "Ada satu cara di mana Anda dapat mencapai tujuan Anda. Buku ini adalah Tafsir saya. Saya ingin membaca sebuah ayat, dengan izin Anda."
Ibrahim berkata pada Nasuh Effendi bahwa tadinya ia mengira telah kehilangan kasih Sultan tapi sekarang dia sudah kembali normal denganku, aku duduk dengannya seperti dulu, dan semua orang harus tahu itu.
Ebu Suud terus berbicara dengan Sultan dan menyebutkan Surah Az Zumar ayat 42 dan tafsirnya.
Sementara itu, Ibrahim berada di dipan ketika Lutfi Pasha (suami Shah Sultan) tiba. Dia bertanya tentang kesehatan Lutfi pasha. Kata Ibrahim "Mari kita pergi menemui Sultan. Ia telah menanyakanmu berkali-kali."
Di Harem, Afife Hatun menyambut Esmahan Sultan (Putri Shah Sultan dan Lutfi Pasha), dan Sumbul berkomentar betapa ia telah tumbuh besar, mereka pergi untuk bertemu Shah Sultan. Sumbul bertanya siapa gerangan Agha berbadan tinggi, tapi agha itu mengabaikan dia. Shah Sultan menyambut putrinya dan bertanya bagaimana perjalanannya, dan Esmahan mengatakan dia sangat lelah. Shah Sultan juga menyambut Mercan Agha (Agha tinggi yang mengabaikan Sumbul), dan afife menatapnya curiga.
Sultan mengatakan Ebu Suud boleh pergi. Tapi tiba-tiba, Ibrahim masuk, dan Ebu Suud bertanya-tanya mengapa Sultan menyambutnya dengan gembira, padahal Ebu Suud sudah menduga-duga bahwa yang akan dihukum mati adalah Ibrahim.
Lufti Pasha masuk dan menyapa Sultan. Mereka berbasa-basi, dan Sultan memperkenalkan Lutfi ke Ebu Suud.
Sementara itu, Hurrem bertemu Esmahan (putri Shah Sultan), dan Mihrima masuk juga menemui gadis itu. Esmahan mengatakan dia telah mendengar banyak tentang Mihrima - orang-orang mengatakan dia sangat cantik.
Ibrahim mengatakan pada Lutfi Pasha bahwa istrinya tinggal di harem bukan di istana-nya. Shah Sultan masuk. Kemudian Ibrahim mengajak mereka ke istananya untuk makan malam bersama dengan Sultan. Shah Sultan mengatakan pada suaminya dia ingin tinggal di harem, dan suaminya setuju, lalu berkata,"sampai jumpa nanti malam," dan berjalan pergi. (dia tampak dingin kepada istrinya).
Di Manisa, Mustafa pergi mengunjungi rumah wanita kaya yang memungut Ibrahim waktu kecil. Dia mengatakan bahwa keadaan ibu itu sangat baik, tetapi tidak bisa banyak bergerak. Wanita itu pada awalnya tidak mengenalinya , sampai ia mengatakan siapa dia. Ibu ini sangat senang melihatnya. "Ibrahim membawa saya kemari ketika saya kecil, saya ingat," Ibu itu bertanya bagaimana keadaan Ibrahim. Dia mengatakan, "Saya merasa seolah-olah baru kemarin melihatnya! Siapa yang menyangka bahwa anak kecil itu akan menjadi seorang Wazir Agung dari Kekaisaran Ottoman!"
Sementara itu, Ibrahim bertemu dengan putrinya dan bertanya ingin pergi kemana? Dia mengatakan: "Anne (ibu)" Dia berkata padanya "ibumu jauh," Dia memberinya hadiah dari perahu.
Di Manisa, Fidan memberitahu Mahidevran bahwa Fatma telah dimakamkan. Mahidevran berkata padanya "kita semua harus sangat berhati-hati mulai sekarang, apakah kau melihat semua masalah yang disebabkan satu mata-mata ?" Diana mengatakan: "Jangan sedih, Sultanim, Ayse Hatun akan memberikan anak laki-laki." Mahidevran berkata "Amiin, Diana" Mahidevran menyuruh Fidan merawat Ayse baik-baik.
Sementara itu, Ibu itu mengatakan pada Mustafa: "Dia bermain biola dengan sangat baik, dan permainannya tidak bisa diperdengarkan lagi di rumah ini." Mustafa mengatakan "Saya juga dibesarkan dengan permainan biolanya." Nyonya itu mengambil keluar kapal dari kotak. “Ibrahim membuat ini. Dia mengatakan dia akan kembali ke ibunya -. Dan dia akan membawa saya dengannya" Mustafa mengatakan: ". Dia pergi ke Parga satu kali - tapi ia tidak bisa melihat ibunya, ia telah meninggal. Ibu itu berkata " Saya telah menyembunyikan kapal ini selama bertahun-tahun, jika Anda bisa memberikan ini padanya dengan tangan Anda sendiri, saya akan sangat senang. Semoga Allah memberikan Anda dan Pasha kehidupan yang panjang! " Mustafa: "Ameen."
Sementara itu, Ibrahim berkata pada putrinya "perahu ini akan membawamu kemana pun kau inginkan - katakan padaku, ke mana kita harus pergi?" Dia berkata kepada ibu. Dia menjawab "oke, ke ibumu"
Sementara itu, Mustafa pergi ke kamarnya dan Mahidevran masuk, khawatir tentang dia, tapi Mustafa mengatakan ia baik-baik saja. Dia mengatakan padanya tentang Ibu yang memungut Ibrahim waktu kecil dan dia memberikan salam untuk Mahidevran. Dia menunjukkan ibunya perahu yang dibuat Ibrahim. Dan dia berkata, "Saya yakin dia akan menyukai ini."
Kemudian di Istana Ibrahim ada waktu berbuka, dan semua orang makan. Sultan diam-diam berpikir.
"Aku Suleyman... Sebelum perburuan dimulai, aku telah berburu. seseorang yang menemukan jalan dalam gelap. seseorang yang mahir bermain biola. Seseorang yang sembuh dari kesepian. Temanku, aku memberikan hati ku kepadamu dan tidak ada cara untuk kembali padaku. Wahai teman, aku memberikan hatiku padamu beberapa waktu lalu, jika sekarang tujuanmu mengambil ragaku, maka ketahuilah bahwa aku sudah memberikan jiwa ragaku sejak dulu kepadamu.” Lalu Sultan ingat ketika Ibrahim menyelamatkan hidupnya di Manisa ketika mereka masih muda.
Hurrem tiba-tiba membawa Sultan kembali ke masa kini dan bertanya apakah dia baik-baik saja. Dia tersenyum dan Hatice berkata "Kau sangat baik mau datang, sebuah kehormatan buat kami." Shah Sultan bertanya kenapa Beyhan belum datang. Hatice menjawab dia akan segera datang. Sultan kemudian ingat pada suami Beyhan yang dihukum mati karena kejahatannya, dan Beyhan berkata kepada sultan "Anda akan selalu menjadi junjungan saya, tetapi Anda tidak lagi kakak saya."
Sultan tiba-tiba mengajak Hurrem pergi. Dia mengatakan kepada Hatice, saya akan datang lain waktu. Maka semua orang menatapnya terkejut. Hatice menyuruh Shah Sultan dan Lutfi Pasha untuk menginap malam ini dan mereka setuju.
Ketika mereka kembali ke rumah, Hurrem bertanya pada Sultan "apa yang salah? Kau sakit? Anda keliahatan tidak sehat saat makan malam. Keadaan Anda membuatku takut." Sultan mengatakan jangan khawatir, aku hanya ingin beristirahat. Hurrem: "Setelah semua hal yang mengerikan, Ibrahim masih saja tertawa - tawa. Itu tidak pantas!" Sultan mengatakan "Saya ingin tidur Hurrem."
Di kamar mereka Lutfi Pasha dan Shah Sultan bicara. Dia terus memuji Istana Ibrahim, dan bertanya-tanya bagaimana Pasha mengambil kekayaan Iskender Celebi setelah ia dieksekusi. Dia mengatakan, "jangan khawatir, saya tahu apa yang saya bicarakan." Shah Sultan mengatakan, "tetap dekat dengan Sultan, masuk ke Divan -. Saya tidak ingin kembali ke Konya" Lutfi mengatakan "Ibrahim Pasha tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Shah Sultan mengatakan "Serahkan dia padaku." Lutfi Pasha berkomentar seberapa banyak Sultan percaya Ibrahim.
Sementara itu, Hatice mempraktekan biola dengan Ibrahim "Tidak peduli berapa banyak aku belajar, aku tidak pernah bisa bermain sepertimu." Ibrahim mengatakan padanya bagaimana ibunya menggunakan biola untuk membuatnya tertidur, dan dia tidak akan tidur karena ingin terus mendengar. Ibunya akhirnya akan marah dan berkata, sudah pergi tidur Theo! Hatice mengatakan "kau merindukannya bukan?"
Ibrahim pasha bertemu Ebu Suud dan Ebu Suud mengatakan dia menunggu Ayaz Pasha untuk berbicara dengannya tentang Hurrem Sultan Vakf.
Sultan ingat berapa banyak kesalahan yang dibuat Ibrahim , bagaimana ia membunuh Iskender Celebi, tentang kesombongannya, bagaimana ia mengkhianati Hatice, bagaimana ia bertemu diam-diam dengan Mustafa dan berbohong kepadanya.
Sementara itu, Ibrahim bertanya mengapa Ebu Suud begitu sibuk dengan Vakf dan memamerkan amal sendiri.
Ayaz Pasha menemui Sultan "Hunkarim, Anda memanggil saya?"
Sementara itu, Esmahan Sultan berjalan dengan Mihrima dan dia bilang kau belum bertemu Mehmet? Mari kita bertemu. Jadi mereka pergi untuk bertemu dengannya. Mehmet tampak dingin dengan Mihrima, dan tidak mau pergi bersama mereka untuk berjalan-jalan di sekitar. Ia bilang "mungkin nanti."
Ibrahim pergi untuk bertemu Sultan tapi berpapasan di luar. Dia terkejut, dan Sultan mengatakan Ibrahim untuk masuk ke dalam. "Aku pergi keluar tadi,"
Ibrahim ingin membahas beberapa persiapan untuk perang. Sultan berkata "datanglah untuk buka puasa bersamaku nanti malam. dan kita akan berbicara di sana. Ibrahim mengatakan itu adalah suatu kehormatan.
Malam itu, Ibrahim berbicara kepada anak-anaknya, tentang kuda yang telah dipilihnya untuk mereka dan mereka bertanya dengan tidak sabar kapan mereka semua bisa pergi keluar bersama-sama dan dia berjanji bahwa mereka akan pergi keesokan harinya.
Hatice mengatakan kepadanya bahwa dia ingin mereka bisa menghabiskan waktu berbuka bersama-sama, dan "apakah kau harus pergi?" namun Ibrahim mengatakan "jangan khawatir, saya akan datang setelah makan malam, apa yang salah?" Hatice mengatakan bahwa dia memiliki firasat aneh. "Dari mana ini tiba-tiba muncul?" Ibrahim mengatakan Sultan secara pribadi mengundangnya, dan dia tidak mau membuatnya menunggu. Dia mengatakan akan datang lebih awal malam ini.
Hurrem duduk bertanya pada Sumbul, apakah Adzan maghrib telah terdengar. Sumbul bilang belum, tapi Sultan mengundang dia untuk berbuka dengannya. Dia senang dan menyuruh Nazli untuk membawa gaun birunya. Dia bertanya apakah dia melihat Ayaz pasha, tapi dia bilang tidak. Dia mengatakan kita harus berhati-hati, bagaimana jika dia berada di sisi Ibrahim? keheningan bukanlah pertanda baik.
Ibrahim tiba, maka Hurrem juga tiba. Mereka berdua terkejut melihat satu sama lain, karena mereka masing-masing mengira mereka diundang sendiri untuk makan malam dengan Sultan. Sementara itu, Hatice duduk dengan Gulfem dan anak-anaknya dan makan malam. Putri Hatice mengatakan kepada Gulfem tentang kuda ayahnya untuk mereka, dan kemudian mereka mendengar Adzan dan mereka berbuka puasa dengan kurma.
Sementara itu, Ibrahim mengatakan pada Sultan Hizr Hayrettin telah siap dengan armadanya pada bulan April. Kemudian Ibrahim juga mengatakan ia mengirim kabar kepada Malkocoglu Bali Bey tentang provinsi yang tidak mengirimkan domba dan ia akan pergi memeriksa dan melihat mengapa. Hurrem bertanya bagaimana kabarnya Bali Bey, dia seperti biasa, Bey yang baik dan jujur, kita tidak bisa selalu menemukan orang seperti itu.
"Sementara itu, Mahidevran makan dengan Mustafa dan mengatakan kepadanya bahwa dia berdoa agar Ayse akan memiliki anak lagi." Ketika Hurrem mendengar tentang kematian anakmu dia akan sangat senang ... mari kita mengirimkan pesan bahwa kau punya anak lagi! " Dia mengatakan pada Mustafa bahwa memiliki anak laki-laki sangat penting." Meskipun, di sana kita juga punya Ibrahim Pasha.
Di kamar Sultan, Hurrem bertanya apakah Ibrahim mengenal Shah Sultan dari sebelumnya, dan Ibrahim mengatakan ya. Sementara itu, Suleyman ingat kata-kata Ebu Suud untuk membuatnya tertidur saat eksekusi berlangsung. Ibrahim mengatakan bahwa ia ingin pergi ke Edirne dengan istri dan anak-anaknya jika Sultan memberikan izin, dan Sultan mengatakan ya, tentu saja, tapi menatap Ibrahim dengan perasaan lucu. Hurrem ingin pergi, mengatakan dia ingin memeriksa Cihangir. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada mereka berdua, dan di luar bertemu Sumbul dan berkata, “tidak peduli apapun yang dilakukan Ibrahim, pada akhirnya sultan selalu mendukungnya! "
Ibrahim berbicara tentang persiapan perang Italia dan ia mengingat hal-hal yang selalu mereka katakan di Manisa. Sultan ingat bagaimana Ibrahim akan berkata kepadanya "Roma!" dan menunjuk titik pada peta - mendorong Sultan bahwa ia akan lebih baik dari Alexander Agung, dan bahwa Ibrahim akan membantunya, dan bahwa selama sultan hidup,ia akan membantu Ibrahim.
Ibrahim mohon diri. Sultan mengingat semua kesalahan yang dibuat Ibrahim dan arogansinya akan kekuasaan. Sultan berkata "tinggallah di sini malam ini, di kamarmu." Dan Ibrahim pergi ke kamarnya.
Monolognya
"Saya Ibrahim, berusia 10 tahun, berasal dari Parga yang tidak pernah kembali. Yang hidupnya berada di antara surga dan neraka, Ibrahim. Penjaga gerbang, teman dan sahabat Sultan... melihat kematiannya sendiri di kedalaman mata Sultan, Ibrahim. Yang kematiannya adalah seperti kaza, Ibrahim..."
Sultan pergi tidur. Hatice bangun dan bertanya apakah Ibrahim sudah pulang ke rumah dan mendapati dia tidak ada lalu duduk khawatir. Ibrahim membaca buku sebelum tidur.
Sultan tidak bisa tidur, katanya dalam monolog:
"Oh Tidur jangan datang malam ini, setiap berjumpa engkau datang, jangan membuat kita khawatir. Wahai Mata, Malam ini engkau menatap wajahnya dengan kekaguman ... karena tidak cukup tidur engkau tidak marah, aku bersumpah dengan malam yang datang dan membungkus kita dengan kegelapan, O tidur! pergilah! Pergi kepada orang-orang yang berdoa di malam hari dan mengharap cinta Tuhan. dan dapatkan ratusan hadiah dari mereka! Wahai hati, engkau juga tidak tidur tadi malam ,tapi malam ini keadaanmu lebih buruk dari kemarin ... malam ini bukalah mata hatimu dan lihatlah saya malam ini ... bintang-bintang adalah tentara saya.... ..
Kemudian pasukan eksekusi mati datang. Eksekusi dilakukan pada Ibrahim yang sedang tertidur lelap. Ibrahim mencoba melakukan perlawanan, namun sia-sia. Pada saat-saat terakhirnya Ibrahim memanggil Sultan... "Hunkariiiimm.......!!!"
Pintu kamar Sultan yang menghadap teras terbuka. Angin berhembus kencang. Sultan terbangun dan memanggil "IBRAHIM!!!”
TAMAT
.
.
1 note
·
View note
Text
Menuju Hukuman Mati episode-81
.
Ibrahim marah dengan teriakan dari kerumunan bahwa ia tidak mengambil hadiah Qur'an karena dia bukan Muslim. Mereka juga mengatakan tentang patung-patung yang dimilikinya. Dia memerintahkan untuk menangkap dan mengeksekusi orang itu.
Suleiman, di teras, mengingat jawaban Ibrahim terhadap pertanyaan tentang bagaimana ia ingin mati dan Ibrahim telah menjawab bahwa ia ingin mati sebagai teman, saudara dan teman dia.
Hurrem bertanya mengapa Sultan marah dan skeptis? Sultan menjawab bahwa gadis yang bunuh diri itu telah berkata dia ingin membunuh Mustafa atas perintah Hurrem. Itu adalah kebohongan Ibrahim, kata Hurrem. Lalu Sultan bertanya kapan kebencian antara kalian akan berhenti dan Hurrem mengatakan bahwa Ibrahim bersalah. Kemudian Suleiman bertanya-tanya apa yang tersembunyi dalam hatimu? dan Hurrem menjawab "Cinta untukmu".
Fatma meminta Mustafa untuk membalas dendam kepada Hurrem atas kematian putra mereka, yang menyebabkan rasa sakit atas mereka. Mustafa tetap diam.
Di pasar, pria suruhan Rustem terus membangkitkan kemarahan orang-orang terhadap Ibrahim. Dia mengingatkan mereka bahwa Ibrahim ingin mengeksekusi orang yang tidak bersalah. Orang-orang pergi ke istana Ibrahim Pasa yang meminta keadilan dan melepaskan tahanan. Ayaz Pasa menginformasikan Sultan tentang gejolak pasar dan bahwa Ibrahim memutuskan untuk mengeksekusi seseorang tanpa pengadilan.
Ibrahim mendengar kerumunan dari istananya, ia marah dan mengancam jika mereka tidak pergi, ia akan mengeksekusi mereka. Ketika Sah bertanya mengapa mereka tidak puas dengan Ibrahim, Hatice mengatakan tidak mungkin untuk menyenangkan mereka semua. Hatice mengatakan kepadanya bahwa mereka harus memikirkan sesuatu, karena Hurrem ingin membunuh Ibrahim dan Mustafa dan bahwa masa depan dinasti berada dalam bahaya. Hal ini membuat Sah bertanya apakah ini menyangkut tentang masa depan dari Dinasti atau Ibrahim Pasa?
Sultan bertanya kepada Ibrahim bagaimana dia berani untuk menahan seseorang di penjara selama bulan Ramadhan dan bahkan memutuskan untuk mengeksekusinya? Suleiman mengatakan juga bahwa dia tidak akan mengeksekusi siapa pun, jika tidak diputuskan oleh hakim. Ibrahim tampak tidak senang.
Mustafa menangis dan mengingat kata-kata ayahnya bahwa seorang pria menangis karena cinta atau kematian. Mahidevran percaya bahwa kematian anak itu disengaja dan meminta Diana yang bertanggung jawab untuk menemukan si pembunuh anak itu dan membayar dengan hidupnya.
Hurrem memberi penghargaan kepada Rustem atas usahanya mencemarkan nama baik Ibrahim dan memintanya untuk memberitahu segala perkembangannya.
Ayaz Pasa menginformasikan hakim dan Ibrahim mengatakan kepada Matrakci betapa sedihnya dia atas keputusan Sultan, karena semua ini adalah perangkap bagi Sultan agar tidak menyukainya. Matrakci mengatakan bahwa keputusan Sultan adil.
Sultan mengatakan selamat tinggal kepada Rustem, dan ketika Rustem bertemu Mihrimah ia mengatakan bahwa ia sangat beruntung bertemu dengannya sebelum pergi. Nigar mengatakan selamat tinggal pada putrinya.
Hurrem menyadari bahwa Hatice tidak makan dan tidak berbicara saat makan malam dan memahami bahwa dia marah dengan apa yang terjadi di istana dan reaksi dari masyarakat.Hurrem mengatakan bahwa keputusan Ibrahim tidak konsisten, sesuatu yang mengganggu Hatice.
Sah mengatakan kepadanya untuk menenangkan diri. Hatice meninggalkan mereka berdua. Gulfem mengikutinya dan Hatice mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan bantuan Sah untuk menyingkirkan Hurrem dan mungkin bukan ide yang baik untuk memanggil dia datang. Hurrem tinggal berdua dengan Sah, ia mengambil kesempatan untuk menceritakan tentang hubungan Ibrahim dengan Nigar, dan Hatice akhirnya memaafkan Ibrahim. Nigar mengatakan kepada Ibrahim untuk mengurus putrinya agar ia tidak melupakan ibunya dan bahwa hatinya akan selalu menjadi milik Ibrahim.
Hatice mengeluh kepada Sultan untuk ikut campur dalam kasus Ibrahim yang sedang ramai di tengah masyarakat. Ia mengatakan bahwa Ibrahim telah melayani dinasti selama bertahun-tahun dan Sultan mengatakan bahwa lebih baik jika masalah Ibrahim ditangani pengadilan.
Fidan Hatun mengatakan kepada Mahidevran bahwa Ayse hamil dan Mahidevran dengan senang mengatakan hal itu kepada Mustafa.
Persidangan orang yang dipenjara oleh Ibrahim dimulai dan hakim bertanya apakah dia melihat Ibrahim menyembah patung-patung dan orang itu menjawab bahwa ia tidak pernah melihat Ibrahim melakukan itu, tapi semua orang di pasar mengatakan sebaliknya. Dalam pertanyaan hakim, pedagang menjawab bahwa, ya, dia telah melihat Ibrahim Pasa berdoa di masjid. Hakim memutuskan orang itu bersalah dan akan dihukum dengan diasingkan ke Rodes.
Sah mendapati Hatice menjadi marah tentang sidang Ibrahim dan Sah mengatakan bahwa orang itu telah dihukum dengan layak, Hatice terkejut. Sah mengatakan bahwa dia tahu segala sesuatu yang terjadi dengan Nigar dan Hatice mengatakan bahwa ini semua adalah kesalahan Hurrem. Sah mencatat bahwa perselingkuhan Ibrahim bukan kesalahan Hurrem dan bahwa dia tidak ingin terlibat dalam hal ini.
Sultan bersyukur karena hakim telah bersikap adil. Hakim memberitahunya bahwa tidak ada banyak daging di pasar untuk Ramadan dan Suleiman mengatakan ia akan mengurus itu.
Hurrem kesal ketika mengetahui dari Sumbul bahwa Ibrahim telah bebas dari masalahnya.
Ibrahim menyuruh Duta Besar Prancis untuk menghadiri hukuman orang yang menghinanya dalam rangka untuk menunjukkan kepadanya bagaimana keadilan diterapkan di Kekaisaran Ottoman. Rustem menonton, berbisik bahwa akhir Ibrahim akan segera datang.
Hurrem meminta Ayaz Pasa untuk menemukan sesuatu yang akan melibatkan Ibrahim dalam masalah.
Fidan meminta penghuni harem Manisa untuk melindungi Ayse, karena anak dari Dinasti akan lahir. Fatma mendengar itu dan mulai menangis.
Ibrahim bertemu Hurrem dan bertanya padanya, apakah dia marah karena percobaannya gagal dan bahwa amal baik tidak akan membuat dia menjadi suci kembali? Hurrem menjawab, bahwa Ibrahim akan segera meninggalkan istana dan dia tidak akan kembali.
Mehmet meminta Mihrimah untuk menghentikan aborsi dan Mihrimah mengatakan sudah terlambat. Bidan mengatakan pada Klara bahwa ini akan segera berakhir dan dia tidak akan kesakitan. Kiraz mendengarkan ini. Mihrimah melihat dia di koridor dan mengancam dia untuk tidak menceritakannya kepada siapa pun.
Sultan bersiap untuk pergi ke masjid ketika Ibrahim datang, bertanya apakah dia marah dengannya karena memerintahkan orang yang menghinanya dibawa ke pengadilan? Ibrahim menjawab dia tidak apa-apa.
Ayaz Pasa bertanya apakah Sultan mau membaca dokumen resmi pembicaraan antara Ibrahim dengan duta besar Prancis? dan Sultan ingat bahwa Ibrahim tidak mengatakan apa-apa tentang pertemuan ini. Pada saat itu Sultan sedang di Manisa.
Fatma menuduh Ayse telah membunuh putra dan menyerangnya. Mahidevran memberitahu Mustafa bahwa mereka harus mengusir Fatma dari istana karena ia telah kehilangan pikirannya dan ketika Fatma mengetahui hal itu ia melakukan bunuh diri.
Hurrem membahas dokumen yang dibawa Ayaz Pasa kepadanya, mengatakan bahwa sejak Ibrahim menganggap dirinya sebagai elang dan Hurrem sebagai merpati, dia akan berhati-hati untuk "terbang".
Ibrahim menerima keputusan hakim dan bertanya-tanya mengapa ia menyelamatkan dirinya padahal ia memiliki kesempatan untuk berlawanan dan hakim menjawab bahwa ia selalu melayani keadilan. Ibrahim bertanya-tanya apakah ia akan bersikap adil juga dalam sidang anaknya sendiri dan mengingatkan Ebusood Effendi tidak ada yang dapat menyakiti dia (Ibrahim). Ebusood Effendi kemudian mengatakan bahwa Ibrahim bisa terluka oleh dirinya sendiri.
Suleiman membaca dokumen pertemuan Ibrahim dengan Duta besar Perancis, di mana Ibrahim mengatakan bahwa pekerjaan penjinak adalah untuk menjinakkan singa dan Sultan tersenyum dengan apa yang dikatakan Ibrahim. Tiba-tiba senyumnya membeku saat ia membaca bahwa Sultan Kekaisaran Ottoman adalah singa, dan bahwa Ibrahim adalah penjinak yang menenangkan dia dengan cambuk dan matanya. Sultan mematuhi dia dan melakukan apapun yang dia inginkan.
Sebelum ia pulih dari rasa terkejut dengan apa yang ia baca, Ibrahim memasuki ruangan. Sultan melihat kepadanya dan tersenyum ironis memikirkan apa yang ia baca. Ibrahim bertanya-tanya dengan tampilan ini dan tersenyum dan bertanya apakah dia baik-baik saja. Dia mengundang Sultan untuk makan malam di istananya dan ketika Ibrahim meninggalkannya, senyum di bibir Suleiman membeku kembali. Dia merasa sakit dan hancur.
Suleiman, di kamarnya, membaca lagi kata-kata Ibrahim, tidak percaya apa yang dia katakan dan ketika Hurrem datang menemuinya, ia menyuruhnya untuk pergi dan meninggalkannya sendirian. Di teras, ia melihat salju turun dan Sultan memikirkan keputusan yang harus diambilnya.
Ibrahim menyelenggarakan makan malam dan duta besar Prancis juga menghadirinya. Ia membawa buku Machiavelli, Ibrahim mengatakan bahwa setiap orang harus takut, karena buku itu ditulis oleh setan sendiri. Sultan ingat pada 1523, ketika ia memilih Ibrahim sebagai Grand Vizier dan ingat jaminannya atas keselamatan Ibrahim.
Ebusood Effendi heran dengan kunjungan Sultan. Sultan meminta saran dari Ebusood Effendi tentang hukuman yang ia putuskan untuk seorang pria. pria itu harus mati, tapi dia telah berjanji akan menjaga pria itu tetap hidup dan melindunginya selama dia seorang sultan. Hakim bertanya apa yang dipikirkannya, Sultan menjawab, HUKUM MATI!!!!.
TAMAT
.
3 notes
·
View notes
Text
Episode 88
Atas permintaan follower, maka mimin memberi penjelasan ala twitter untuk menggmbarkan episode 88. Walaupun sederhana, semoga sedikit membantu dan tidak bingung-bingung banget.
ep87 Nigar mberitahu Hurrem bhw Mihrimh akan bertemu Bali Bey di Istana Marble pdhl Nigar disuruh Hatice menjebak Hurrem.
ep87 Hatice bertemu Hurrem dn ribut. Kata Hatice, Hurrem sbntr lagi kau akan merasakn neraka seperti diriku. lalu Hurrem dibekap dr belakang.
ep88 Bangun, Hurrem sdh di tempat tidur, dia tidak ingat apa-apa. Kata Sumbul,Hurrem ditemukan pingsan di istana Marble. Hurrem tdk ingat knp ke Istana Marble.
ep88 Shah mengingatkan Hatice, apa yg kaulakukan kali ini? Hatice mrah, jgn menasehtiku, aku bukan anak kecil, aku tahu apa yg kulakukan.
ep88 Hurrem menanyai Mihrimah apakah dia menyuruh Hurrem datang ke Istana Marble? Tidk, jwab Mihrimah. Dia melihat kulit ibunya dipenuhi bercak merah.
ep88 Hurrem merasa bingung dn pusing dan kulitnya melepuh. Dia menyuruh Sumbul memnggil dokter.
ep88 Hurrem tidak mau seorangpun mendekat. dia takut penykitnya menular. Kasian sehzade Cihangir ketakutan waktu Hurrem bilang Hayir! Hayir! Hayir!
ep88 Sultan bertemu sahabatnya Yahya Effendi. Menceritakan beban batinnya sejak menghukum Ibrahim.
ep88 Sakit apa? apakah menular? tanya Hurrem kpd dokter. Tidak menular, biasanya penyakit ini muncul klo ssorg sangat sedih atau stress. dokter menyiapkan salep.
ep88 Hurrem menyuruh dokter merahasiakan penyakitnya. Afife menanyai Gulsum Hatun ttg apa yg terjadi di Istana Marble.Gulsum tdk tahu apa-apa.
ep88 Seorng Agha bilang sblm pergi ke Istana Marble, Hurrem bertemu Nigar. Afife jadi curiga dan menuyuh Nigar dipnggil.
ep88 pencarian kekayaan Ibrahim Pasha
terus dilakukan di istananya. Petugas
kerajaan terus menggeledah.
ep88 Hurrem menyuruh Mihrimah
berjanji, bila sesuatu terjadi padanya,
dia akan menjaga saudara-saudaranya.
ep88 Mihrimah berjanji akan melindungi
saudra2nya dengan seluruh hidupnya.
Afife dtg dan menceritakan soal Nigar
pada Hurrem.
ep88 Hurrem tdk ingat bertemu Nigar
sblm ke Istana Marble. Hurrem jadi curiga
ini adalah perbuatan Nigar.
ep88 Sejak Ibrahim dieksekusi, Nigar
menjadi dekat dan melayani Shah Sultan,
Tweeps.. tp kali ini dia bekerja untuk
Hatice.
ep88 oya, mgkin pd belum tahu, Nigar
adalah istri dari Rustem Pasha, sblm
Rustem menikahi Mihrimah.
ep88 Sumbul bercerita pada Rustem Bhw
Nigar terlibat mencelakakan Hurrem
yang sekrang keadaannya tak menentu.
Rustem terkejut.
ep88 Di rumahnya Rustem
memperingatkan Nigar agar jgn
bermain-main dgn Hurrem Sultan. Nigar
bertnya apa kesalahnnya.
ep88 Sultan akhirnya tahu keadaan
Hurrem dan mrah knp tidk diberitahu
sejak awal. Dia langsung minta bantuan
Yahya Effendi.
ep88 Yahya Effendi mengatakan hal yang
sama, bahwa bercak merah diseluruh
tubuh Hurrem berasal dari kecemasan
dan stress.
ep88 Keadaan Hurrem mulai membaik
sejk diberi obat oleh Yahya Effendi.
ep88 akhirnya Nigar datang ke harem.
Sumbul langsung membwa Nigar ke
hadapan Hurrem
ep88 Hurrem tahu Nigar skrg bekerja utk
Shah Sultan. Kau org terakhir yg kutemui,
jadi apa yg sdh kaulakukan padku? tny
Hurrem.
ep88 Nigar terus bersumpah tidak tahu.
Hurrem menyuruh pengwl membw Nigar
dan tenggelamkan di selat Bosphorus.
ep88 Nigar akhirnya mengku bahwa ia
disuruh Hatice Sultan untuk menjebak
Hurrem agar datang ke istana Marble.
ep88 Di Istana Marble mereka memberimu guna-guna, Sultanim.
Hurrem mendatangi ruangan peramal istana bersama Nigar dan menyuruh Nigar menjelaskan keadaannya.
ep88 Nigar mengatakan bhw Hatice
menggunakan sihir hitam. Peramal
terkejut dan bertnya apa penglihatan
Hurrem jadi buram?
ep88 Hurrem merasa baik2 saja. Peramal
bilang, mrk ingin menghancurkn anda
sedikit demi sedikit, hari demi hari.
ep88 org yg kena guna-guna tdk mau
makan dan minum, tdk bisa tidur. Hurrem
langsung bentak Nigar. "Teganya kau!"
ep88 sy tdk thu ap2, kata Nigar. Peramal
tidak percaya ini sihir hitam. Sdh lama
hal spt itu tidak ada, dan pelakuny bisa
dihukum mati.
ep88 Hurrem datng ke istana Hatice,
marah. Hatice, kau main dukun skrg, sdh
seputus asa itu kah? Nigar sdh
mengatakan semua!
ep88 Mengapa kau percaya kata2 wanita
spt Nigar? kata Shah. Hurrem : maksudmu
wanita yg sdh bekerja pdmu ini?
ep88 Shah: Merchan, seret wanita ini ke keretanya! Hurrem: Selangkah lagi kau maju, akan kupotong kepalamu!
ep88 Kata Hurrem, Hatice, mengapa kau mau balas dendam kepadaku? Kematian Ibrahim tidak ada hubungannya denganku. Bila kau ingin balas dendam, lakukan itu pada Sultan, Beliau yang memerintahkan eksekusi Ibrahim!
Bagian 2 episode 88
Hurrem meninggalkan istana Hatice, dan Hatice tersenyum. "Bagus Nigar. Kelihatannya Hurrem percaya semua perkataanmu."
"Dia memanggil peramal istana. Ketika saya bilang sihir hitam, kau harus melihat wajahnya yang ketakutan, Sultana!" kata Nigar. Kata Hatice, “semoga keadaannya semakin memburuk. Api akan memasuki hati Hurrem. Api itu akan terus membesar hari demi hari dan akhirnya akan membakarnya.” Hatice kelihatan senang sekali.
Hatice mengunjungi Sultan. Sultan bertanya apa khabar Mustafa dan Mahidevran (Hatice baru mengunjungi mereka di Manisa). Hatice ingin mendapatkan istananya kembali, yang sekarang di tempati Shah Sultan dan suaminya. Tapi Sultan lebih senang Hatice tinggal di harem dan dekat dengannya. Tapi istana itu memiliki kenangan, kata Hatice. Kau tidak akan bahagia dengan mengenang hal-hal seperti itu, kata Sultan. Itukah sebabnya Baginda menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan Ibrahim? Bahkan tidak mau memberinya kuburan yang layak? Saya tidak keberatan dengan semua yang Kau lakukan, Baginda, saya tidak akan memberontak. Saya percaya kau melakukan semuanya demi saya. Saya terima itu.. Sultan tersenyum getir. Hatice meninggalkan ruangan, dan meninggalkan cincin Ibrahim.
Sultan menemukan cincin Ibrahim yang ditinggalkan Hatice. Cincin itu hadiah Sultan untuk Ibrahim pada suatu hari yang lalu. Sultan ingat hari itu dan kata-kata yang diucapkannya.
Hurrem mengalami malam yang berat. batuknya tak terkendali dan nafasnya sesak. Ia terkejut dengan apa yang terjadi padanya.
Rustem memberi kabar pada Hurrem (Keadaan Hurrem saat itu kurang baik) tentang kekayaan Ibrahim yang hilang disembunyikan di istananya. Hurrem bilang harta itu harus ditemukan, kalau tidak musuh mereka akan menggunakannya. Menyembunyikan kekayaan negara adalah kejahatan besar. Mereka harus tahu itu.
Sumbul memeriksa seluruh kamar Hurrem mencari barang-barang sihir, tapi tidak menemukan apa-apa. Hurrem menyuruh semua pergi karena ia lelah dan ingin istirahat.
Hurrem terbangun dlam kegelapan, ia melihat asap muncul dan memenuhi pandangannya. Mendadak nafasnya terasa berat. Lalu asap itu menghilang tiba-tiba. Hurrem merasa kacau dan ingin menjerit. Ia berlari dan mendapati dirinya berada di lorong harem. Dia terus berlari sampai ke bagian dalam harem, dan di sana terlihat kosong dan gelap. Dia mengikuti bayangan dan sampai ke kamar Hatice. Apa yang sudah kaulakukan padaku, tanya Hurrem... Hatice terbangun, "Ada apa ini, Hurrem? Apa yang kau lakukan di sini?"
Hurrem menoleh pada Saliha Hatun. Apa artinya kegelapan dan bayangan ini? Kau mau membunuhku seperti ini? Aku tidak takut pada siapapun!
Sumbul dan Afife mencoba membawa Hurrem pergi. Hurrem sekali lagi menoleh pada Saliha Hatun, sedangkan Hatice tersenyum....
Hurrem dibawa ke kamarnya, aku tidak akan membiarkan mereka berbuat begini padaku. Aku tak akan membiarkan mereka menyingkirkanku...
Hatice di istananya berbicara dengan Shah Sultan. "Kau harus melihat keadaan Hurrem, dia sudah gila. Dia ingin terlihat baik-baik saja, padahal tidak. Semua orang di harem tahu. Riwayat Hurrem mendekati akhir."
Shah: Akhirnya kau tersenyum, Hatice. Aku harap semua berjalan sesuai keinginanmu, tapi kau harus hati-hati.
Penghuni harem bergosip tentang betapa gilanya Hurrem sekarang dan Sumbul mendengar semuanya.
Hatice baru mengetahui istananya digeledah oleh petugas kerajaan karena tuduhan kekayaan Ibrahim yang disembunyikan. Dia marah besar.
Sumbul minta izin Hurrem untuk memberitahu Sultan tentang keadaannya. Hurrem melarang. Ia tidak mau Sultan melihatnya dalam keadaan seperti itu. Dia hanya ingin istirahat. Tapi bila tidak diberitahu Yang Mulia akan marah, kata Sumbul. Siapa yang akan memberitahu? tanya Hurrem. Semua orang membicarakan keadaanmu, sultana... jawab Sumbul.
Hurrem yang tadinya mau istirahat jadi bangun kembali. Sumbul memperingatkan keadaannya kurang baik dan sebaiknya ia istirahat. Dia menyuruh Sumbul keluar dan minta Gulsum Hatun menyiapkan pakaiannya.
Mihrimah bercerita pada sultan bahwa keadaan Hurrem jadi aneh. Sultan heran, terakhir bertemu Hurrem keadaannya baik-baik saja. Lalu pengawal memberitahu kedatangan Hatice.
Sumbul mengumumkan kedatangan Hurrem. "Destuuur, Haseki Hurrem Sultan!" Teriak Sumbul. Semua berdiri, menunduk, menyambut kedatangan Hurrem. Hurrem berjalan tegak. Berencana menunjukkan pada seluruh penghuni harem bahwa keadaanya baik-baik saja. Tapi sejenak kemudian ia jatuh tersungkur. Afife dan Sumbul cepat memburunya. afife menyuruh dokter segera dipanggil.
Sementara itu Hatice berbicara dengan Sultan. "Saya mendengar istana saya digeledah atas perintah Baginda." Sultan mengiyakan. “Menurut peraturan semua harta yang hilang itu adalah milik negara." jawab Sultan.
"Peraturan? Mengapa Baginda tidak memakai peraturan ketika menghukum Ibrahim? Apakah adil membunuhnya saat tidur? Apakah adil untuk tidak memberinya kuburan yang layak?"
"Keluar, Hatice!" Bentak Sultan dengan marah.
"Kau, sebagai penguasa dunia, telah berjanji untuk melindungi Ibrahim, tapi Kau tidak memnuhi janjimu. Ini bukan keadilan, ini kekejaman!!"
"Aku bilang keluar!!! Jangan sampai aku melihatmu lagi!!" Teriak Sultan. Hatice pergi, Suleyman kelihatan terluka.
Sementara itu Hurrem terbangun dan melihat semua orang memandanginya. "Lepaskan aku! Lepas! Aku baik-baik saja!!"
Dari atas Shah Sultan melihat Hurrem. Hurrem meninggalkan tempat itu, tapi jalannya limbung dan nyaris jatuh lagi.
Hatice berjalan di lorong harem dengan murung. Hurrem juga berjalan di tempat yang sama dan mendadak melihat Hatice di depannya. Kemarahan Hurrem memuncak. Mereka saling mendekat dan berpapasan.
ENG ING ENG....
"Katakan, apa yang sudah kaulakukan padaku?!!!" tanya Hurrem.
"Bukan apa-apa. Kau akan terbakar api neraka!!" jawab Hatice dengan sinis
Hurrem kehilangan kendali dan mulai menampar dan memukuli Hatice. "Katakan, apa yang sudah kau lakukan padaku? KATAKAN!!!"
TAMAT
.
1 note
·
View note
Text
Meryem Uzerli- Hurrem Sultan
Halo sobat , di blog ini kita akan membahas episode kesayangan kita semua, yaitu Abad Kejayaan, yang sebenarnya merupakan versi Indonesia dari Muhtesem Yuzyil, serial televisi berlatar sejarah Ottoman Turki. Uniknya, setiap negara mempunyai judul sendiri untuk serial ini. Misalnya di Pakistan judulnya jadi Mera Sultan, di kawasan Arab jadi Harim Al Sultan, di negara-negara berbahasa Spanyol jadi El Sultan, di Rusia Velikolepniy Vek, negara-negara berbahasa Inggris memakai judul Magnificent Century, dan masih banyak lagi.
Nah, untuk posting pertama, Kita akan bahas si cantik pemeran Hurrem Sultan ya..
Meryem Uzerli. Dialah aktris berbakat yang memberikan ruh dan nyawa bagi tokoh sejarah Hurrem Sultan di serial drama televisi Abad Kejayaan (Magnificent Century). Bersamanya kita dibuat tersenyum, menangis, tertawa sepanjang episode. Untunglah dia berperan sebanyak 100 episode, sehingga kita bisa menikmati aktingnya cukup lama. Walaupun sedih juga ya, dia tidak menyelesaikan misinya sampai akhir episode.
Meryem Uzerli lahir di Kassel, Jerman, 12 Agustus 1983. Ayahnya bernama Huseyin Uzerli, seorang pria berdarah Turki, sedangkan ibunya Ursula Uzerli adalah wanita asli Jerman. Meryem berbahasa Jerman dan Inggris dengan baik, sedangkan bahasa Turki baru didalaminya saat memerankan tokoh Hurrem Sultan. Mengapa tokoh Hurrem ini harus berasal dari luar Turki? Karena Hurrem menurut kisahnya berasal dari Crimea- sekarang negara Ukraina. Dibutuhkan seorang aktris dengan aksen asing, cantik, dan berbakat tentunya. Dan terpilihlah Meryem Uzerli, gadis berdarah campuran dengan akar Turki dari pihak ayah.
Walaupun berbakat, sampai usia 26 Meryem Uzerli belum mendapat kesempatan untuk menunjukkan talenta yang dimilikinya. Dia banyak bermain dalam peran-peran kecil selama di Jerman. Baru lewat peran Hurrem Sultan-lah, Meryem Uzerli mengguncang dunia. Hehe, lebay....
5 notes
·
View notes