Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
0 notes
Text
0 notes
Photo
0 notes
Photo
0 notes
Text
Sakura bersemi lagi di Fukuoka.
Bukan sebentar aku menyusuri jalanan setapak itu. Rasanya masih sama seperti dulu; bau sedap menyeruak dari toko roti seberang, dinding-dinding putih kini terpoles oleh ribuan warna yang membentuk bermacam bangun ruang, bunga-bunga bermekaran juga sapaan ramah manusia-manusia yang tinggal di sekitarnya.
Langkah tiap langkah mengiringiku bagai alunan melodi dari sepasang penyuara telinga putih gading yang tengah bertengger di kedua telingaku. Butir-butir memori empat tahun lalu dan canda tawa sekian banyak insan masih terekam jelas di kepalaku. Seperti merengkuh relung hati yang dingin, membuatnya kembali hangat.
Satu tanganku terangkat untuk melepas sepasang penyuara telinga dan menyimpannya sebab yang dicari-cari sudah berdiri di depan mata. Bunyi bel familiar datang dari kedai kopi yang kerap kita singgahi dahulu. Selamat datang di Paramour, katanya.
️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️“𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐎𝐀𝐃 𝐖𝐄 𝐔𝐒𝐄𝐃 𝐓𝐎 𝐓𝐀𝐊𝐄.”
️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️— halunation in paramour, record 01.
Tiap-tiap sudut tempat ini terasa seperti kawan lama saat manik-manikku menyusurinya. Hanya, suasananya sudah berbeda. Manusia-manusia yang kutemukan di sini ‘pun tidak satupun kukenali, kecuali bariton dari rekaman suara yang rupanya sering kali di putar tanpa henti. Apa kabar mereka?
Tas ransel kecil yang sedari tadi kutenteng akhirnya menemukan tempatnya juga! Tepatnya di sebelahku duduk. Tanganku meraih buku dan alat tulis kesayangan sebelum sekian menit kemudian, pesanan tadi di antar oleh seorang barista berparas manis; isinya sepotong lemon cheesecake dan segelas caramel latte, klasik. Kuucapkan terima kasih lalu memfokuskan diri pada hal yang ku putuskan untuk lakukan.
Pencahayaan terkesan romantis di tempat ini, mendukung sekali untukku membuka ruang-ruang memori di kepalaku yang telah lama sirna. Sudah sangat usang termakan waktu, kurasa.
Adegan demi adegan ‘pun tergambar jelas.
️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ꉂ ˖ ࣪ . 𑁍
“Gue tantang kalian bertiga, buat gangguin Raka waktu manggung nanti, berani nggak?”
Kalimat itu terlontar dari mulut seorang pemuda. Hari ini ia tampil dengan kasual, jaket denim biru muda dipadukan dengan kaos putih polos juga jeans biru gelap dan sepasang sepatu putih-hitam. Theodore.
Bunga-bunga bersemi riang. Merayakan lahirnya kembali segala yang baru di musim ini. Begitupun dengan sekian banyak insan di balik kaca bening pelindung sana, mereka tengah merayakan pula── apapun yang bahagia yang terjadi di antara mereka.
“Gila ini orang. Gue masih mau hidup?” sahut salah satunya yang berambut cokelat muda, berkacamata hitam. Tampilannya terbilang ‘tak biasa hari itu. Ia hanya memakai hoodie setelan miliknya, seperti orang yang baru bangun dari tidur. Kelvin, namanya.
Sahutan tadi disambut oleh tawa meremehkan yang datang dari seorang ini, bisa dibilang ia adalah yang paling menyebalkan── namun kerap membuat suasana cair dengan berkelakar. “Halah. Gaya bener segala masih mau hidup, kayak si Raka serial killer aja. Dramatis lo!” Iya. Itu Arbas.
“Berisik betul kalian ini. Tinggal taruhan aja, kok, susahnya minta ampun,” tungkas perempuan bersurai hitam legam dengan intonasi jenaka dan di sambut oleh permintaan maaf secara cuma-cuma dari pelaku-pelaku tadi. Nadhistya menyantap vanilla sundaenya sembari mendengarkan pemuda-pemuda tadi bercengkerama, ‘tak lupa mencuri pandang lelaki di seberang meja yang tengah mempersiapkan panggung kecil untuknya bernyanyi malam nanti.
Kalau kau mengira tidak akan ada yang sadar dengan geriknya, salah besar. Buktinya, seorang gadis yang duduk di sampingnya persis dalam sepersekian detik langsung menyikut Nadhistya, ”Lihatin aja terus, Dhis. Nggak bosan apa, ngelihatin Raka. Biasa aja gitu, kok!” Serena menyeletuk tanpa mengalihkan pandangan dari layar gawainya.
Perkataan itu hanya disambut oleh putaran mata malas oleh empunya sebelum Charlotte menimpali, ”Jangan gitu, Re. Seenggaknya Nadhistya ada kemajuaj sama Raka walaupun lambat. Memangnya kamu, teman tapi mesra!” Sontak lontaran itu mengacu gelak tawa di meja milik mereka.
Raka bersama Noah yang barusan datang dan ternyata mendengar apa yang dikatakan oleh Charlotte turut serta menyumbang tawa, meski hanya tawaan kecil yang keluar dari Noah. “Dengerin, Vin. Teman tapi mesra banget nggak, tuh?” ledek Raka dengan santainya duduk di kursi kosong sebelah Nadhistya.
Serena mendengus kesal. Niat untuk mengejek kawannya yang ‘tak kunjung ada kepastian itu malah menjadi berbalik pada dirinya, sisa caramel latte ia teguk habis untuk meredakan hal itu. Untungnya berhasil. “Keburu di balap orang tahu, Vin. Lo kelamaan.” Noah menimpali dari tempatnya.
“Tau lo, Kelvin! Gentleman dikit napa jadi cowok.”
“Makanya, betah bener tanpa status.”
Sahutan lain datang dari berbagai sudut meja itu yang tentu saja langsung ditepis oleh empunya nama, ”Sabar dong. Kalian tahu S A B A R, ‘nggak? Ngomong aje lo semua!”
Yang sedari tadi hanya mengobservasi kawan-kawannya bercengkrama kini angkat bicara, Adrasteia namanya. “Tapi kalau dipikir-pikir, ngumpul kayak begini seru juga, ya. Di Jepang pula! Siapa yang ngira kita bakal ada di sini.”
Hal itu disetujui oleh Theodore dengan anggukan kepalanya yang antusias, ”Bener banget! Sekalian refreshing biar ‘nggak penat perihal sengketa sehari-hari.” Noah ‘pun menggumamkan kata setuju.
“Kenapa jadi mellow bener gini, dah. Perasaan tadi pada gila.” Arbas lagi dan lagi memecah suasana menjadi jenaka. “Ah, orang gila! Lagi soft hour bisa-bisanya bikin suasana pecah lo, Bas.” Serena angkat bicara.
“Tau, ya! Nyebelin bener ini si Arbas.” Nadhistya menimpali sembari menilik si pemuda yang sudah memasang wajah tanpa dosanya dengan bangga.
“Wets, sori bos. Pelaku Hubungan Tanpa Status dan Teman Tapi Mesra di larang angkat bicara di tempat ini. Sekian dan terima kasih.” Balasnya ketika ia bangkit dari duduknya untuk lari ke belakang, menghindari protes dua oknum yang menjadi sasarannya.
“SIALAN!”
️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ ️ꉂ ˖ ࣪ . 𑁍
Kamu, kamu, kamu, dan kamu. Bagaimana kabar? Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Setelah sekian lama aku kembali menginjak kota ini, menyapa udara segar dan mengunjungi tempat ini.
Berbicara tentang Paramour, letaknya ‘tak banyak berubah. Mungkin hanya roman-roman baru yang membuatku merasa asing berada di sini. Sepotong lemon cheesecake dan segelas caramel latte sudah kuhabiskan tanpa sisa, seperti yang sering kulakukan dulu. Masih ingat, ‘kah?
Sisa-sisa memorinya masih tersimpan di kepalaku. Bagaimana kurva lengkung indah terpoles pada wajah kalian saat salah satu dari kita lontarkan canda atau meledek satu sama lain.
Waktu berjalan tanpa kita sadar, memang benar, ternyata. Sudah empat tahun tapi ternyata aku masih di sini dengan perasaan hangat menyelimuti sama seperti dahulu. Aku harap kalian juga begitu. Mampirlah ke sini sekali-kali! Walau tidak bersama, aku yakin kalian tetap akan merasa penuh dengan mendegar bel klasik itu saat kakimu melangkah masuk. Percayalah.
Aku menutup buku harianku dan membereskan kembali semua barang-barang ke dalam tas. ‘Tak lupa untuk memakai kembali coat berwarna cream yang sempat kulepas. Senyum samar-samar kuberi pada pelanggan dan penyaji yang kulewati sebelum beranjak dari tempat itu.
Sakura bersemi lagi di Fukuoka. Kota yang menyimpan banyak sekali cerita ‘tak berkelanjutan namun di rasa tiada akan punya akhir karena kita tidak akan pernah selesai.
To remember all the times we’ve had, a tribute to 4 years of remarkable journeys. To every spring i’ve been visiting now and then, and the blossoms each held a memory of us.
Here’s to the stories left unsaid, ones that never continued but have yet to meet their end. We won’t meet our end, 𝘺𝘦𝘵.
─── halunation, since 2018.
️ ️ ️
0 notes
Text
0 notes
Text
0 notes
Text
0 notes
Text
0 notes
Text
0 notes
Text
0 notes
Photo
Sa‘id ‘Aql, tr. by Matthew Sorenson and Naomi Shihab Nye, from Modern Arabic Poetry: an anthology; “More beautiful than your eyes”
1K notes
·
View notes
Text
George Seferis, tr. by Edmund Keeley and Philip Sherrard, from The Collected Poems 1924-1955
570 notes
·
View notes
Text
“The past beats inside me like a second heart.”
— John Banville, from The Sea (Vintage International, 2006)
4K notes
·
View notes
Text
imagine dating a boy like mark lee.
♡ MARK LEE AS THINGS I FIND ATTRACTIVE ♡
Remembers Everything You Tell Him
Terrible memory, absolutely awful. He can’t remember all his schedules for the day even though he has alarms for them, but he remembers the specific brand of almond milk you get. He can’t remember the regular drink orders of some of his members but remembers the names of all your plants.
Stopping Others from Interrupting You
Being interrupted while talking is one of my biggest pet peeves. And I just know that someone interrupting you while you talk would get on Marks nerves. Like he probably wouldn’t care if someone did it to him, even though it’s still rude, but it bothers him more when they do it to you. I can just picture him now, totally ignoring the person and looking at you like “please continue”.
Being verbal with his love for you
I always read stuff about the reader being more into their partner than their partner is them or about their partner never showing they care for reader even though they’re in a relationship. And I just know Mark would be the exact opposite. He’s so infatuated with you. Buying you sweets just cause he knew you’d appreciate it. Telling you how beautiful you look at random parts of the day. This man loves you and he wants you to know!!
Eye contact
Oh my goodness gracious. He does this strictly to fluster you, and it works every time. Maintaining eye contact with someone is such an intimate thing to do, yet any time you’re near him he’s looking you in the eye whether you’re speaking or not. And eye contact with him always leads to the two of you sharing a kiss that’s inevitably interrupted by your own giggles.
Being the first person he tells his good news
I don’t know why but being the first person, someone tells good news to is always so nice! Like of all your friends and family you tell me first. Like Mark will gets the dates of when he’s off, and he’s immediately calling you to plan when you can get together. Or when NCT is nominated for something, and even though the nominations had already been posted, he’s texting you in all caps and emojis about it. Literally just him going out of his way to make you feel special.
807 notes
·
View notes
Text
Yi Hwang, Compiled & Edited by Peter H. Lee, From Anthology of Korean Literature: from early times to the nineteenth century
685 notes
·
View notes