it's either me being a cold hearted person or a sensitive crybaby. there's no in between.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
01122023 19.19 p.m
It does not get any better.
Aku udah beberapa kali berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa setelah permasalah semasa kuliah selesai, semuanya bakal kembali baik. Maybe I'm the problem. I push everyone away.
All those thoughts are coming back to haunt me again. I thought that I'm getting better once I graduated. Apa kehidupan seterusnya bakal kaya gini ya?
You're depressed because you realized life is full of shits
You try to make your life become more bearable
You're happy again because finally, for once, you're not thinking about ending your life anymore
Life will hunt you down and not let you live in peace. Come back to number 1.
I'm just so tired.
0 notes
Text
07062021 1.10 a.m
my life is like walking on a eggshell right now. Pikiran untuk pengen mati makin lama makin intens, tapi di sisi lain aku takut banget untuk ngelakuinnya. Stress dikit aku pasti bakal kepikiran untuk ngakhirin semuanya. Capek banget, capek. Aku cuma beban bagi keluargaku. Aku nggak pernah bener ngelakuin sesuatu, yang ada aku jatuhnya malah jadi beban untuk orang-orang di sekelilingku.
0 notes
Text
23092020 18.15 p.m.
Kalau semua tanggung jawabku sudah selesai, entah itu dalam bentuk selesainya semester ini atau kembali stabilnya kondisi ibukku, maybe i’m going to leave this world for good. Selama ini aku paham bahwa hidup itu nggak pernah adil, tapi aku ngga nyangka bahwa ketidakadilan itu bakal sejahat dan seganas ini. Orang lain hanya pengen melihat sesuatu yang pengen mereka lihat. Dunia ini keras dan aku rasa aku nggak cocok hidup di dunia seperti ini karena aku terlalu lemah. I know I’m going to miss a lot of things, tapi kalau aku terlalu egois dan kekeuh untuk tetap stay di dunia ini jatuhnya aku bakal nyakitin banyak orang. I’m not a good person.
0 notes
Text
25032020 13.05 p.m
Awalnya aku kira permasalahan utamaku selama kuliah ini karena aku harus terus-terusan berhadapan sama orang lain, kebanyakan sih karena msalah tugas kuliah. Chat ngga berhenti-berhenti masuk meskipun aku udah posisi di rumah untuk istirahat. Aku ngerasa semester ini aku kuliah nggak ada yang masuk ke otak. Senin mulai kuliah, berusaha untuk bertahan sampe hari kamis, terus jumat sampe minggu libur jadi aku bisa tarik nafas sebentar. Begitu terus sampai nanti uas. Jadi pas pemerintah menghimbau untuk meniadakan kegiatan sekolah/perkuliahan di luar rumah karena adanya covid19, aku seneng karena akhirnya aku ngga harus ke kampus lagi. At least, aku cuma kudu ngadepin orang-orang lewat sosial media doang.
Aku salah sih ternyata. It does not get any better. Makin hari kok makin cemas sama hal-hal yang ngga jelas, makin stress sendiri sama tugas, pengen ndang berhenti sama semua yang aku hadepin sekarang ini. Tapi yang aku hadepin sekarang ini apa? Apa yang pengen tak hentikan? Perwujudannya lo nggak jelas. Tapi kenapa kok aku masih kerasa tertekan. Kenapa pikiran-pikiran tentang mengakhiri semua ini masih sering muncul kalo mau tidur? Sebenernya yang aku hadepin ini apa sih?
0 notes
Text
06102019 22.14 p.m
Terkadang suka mikir, apa saya berhak bahagia? Kok dirasa-rasa semakin dewasa semakin susah untuk bahagia. Apa ini salah satu risiko menjadi sesosok yang lebih tua? Kalau begitu saya ingin kembali saja. Orang-orang selalu bilang bahwa growing up adalah kejadian yang mengerikan, saya mengira itu hanya sesuatu yang dilebih-lebihkan saja. Sekarang saya mengalaminya sendiri, and it actually sucks.
Saya pikir kelakukan buruk saya yang suka self-harm sebagai coping mechanism itu akan hilang setelah saya ‘lulus’ dari masa pubertas, nyatanya di ulang tahun saya yang ke-20 malah saya balik lagi melakukannya setelah sekian bulan berhenti. Sempat berpikir untuk datang ke psikolog, tapi saya takut. Entah apa yang ditakuti. Kemungkinan sih karena bertemu orang asing dan mengharuskan untuk menjelaskan semua hal pribadi ke mereka, tapi muncul lagi pikiran bahwa saya takut untuk menerima kenyataan buruk jika nanti saya didiagnosis memiliki mental ilness. Lucu, saat smp dulu saya mengglorifikasi mental ilness dan berpikir bahwa mempunyai tersebut adalah suatu hal yang keren karena berbeda dari yang lainnya. Sepertinya doa saya dijabah oleh Tuhan. Oh iya, tidak boleh melakukan self-diagnose ya.
Semakin malam semakin ngelantur berbicaranya, pada intinya adalah saya ingin bahagia. Saya ingin bahagia yang sebenar-benarnya, bahagia tanpa ada pikiran bahwa kejadian buruk akan menimpa saya karena saya sedang berbahagia pada saat itu. Seperti kata orang-orang, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Namun, apakah berlebihan bahagia itu juga termasuk?
0 notes
Text
28072019 11.27 p.m
entah sejak kapan aku merasa bener-bener ngga punya temen. seingetku pas sd aku punya beberapa anak yang sering aku ajak main bareng. jaman sd juga pasti model bertemannya ya main bareng, mana ada saling curhat atau keluh kesah. naik ke jaman smp, aku juga masih punya circle sendiri. cuma di sini aku dan circleku agak gimana ya hm...........outcast? aku masih inget ada anak yang nggambarin anak satu kelas versi doodle/kartun utk ditempel di kelas dan hanya circleku yg ngga digambar. masih sakit hati tapi ya mau gimana? naik ke sma pertemananku udah mulai membaik tapi ya masih ngga punya temen klop yang bisa aku curhatin semua-muanya. aku dianggap di kelas dan aku bahagia banget. bahkan aku sampe punya banyak temen di lain kelas. di masa perkuliahan masih sama kaya sma, temen yang dikenal banyak tapi ngga ada satupun yang deket sampe bisa saling curhat. mereka udah punya circlenya masing-masing. pas muncul potensi yang bikin aku bisa deket sama seseorang ataupun sekelompok orang, ada aja yang bikin aku menjauh lagi. jadi ya sebenernya sama aja aku ngga punya temen selama hehehehe.
suka iri banget gitu ngeliat orang lain selalu lengket gitu sama temennya, curhatin satu sama lain, pokoknya apa-apa bareng. aku ngga pernah punya orang yang bisa aku ajak kaya gitu. pernah sih suatu saat aku dekeeet banget sama satu anak, eh akhirnya aku rusak karena kebodohanku. selalu aja aku yang bikin semua berantakan.
aku sebenernya ngga pengen untuk menyalahkan keadaan, tapi aku selalu mikir kalo aku kaya gini karena traumaku semasa smp. aku ngga bisa cerita apapun ke orang lain karena takut pada akhirnya dibocorin. aku ngga percaya aja gitu sama semua orang di sekitarku. setiap kali aku ngga sengaja keterusan nyeritain sesuatu yang bersifat privasi bagiku, pasti selalu aja nyesel. mungkin itu yang bikin aku ngga punya temen? karena aku ngga sepenuhnya terbuka soal diriku? karena menurutku seseorang bisa deket sama orang lain sampe sahabatan sehidup semati ya karena mereka bisa saling terbuka cerita satu sama lain. sedangkan aku ngga pernah kaya gitu dan aku berharap untuk punya temen.
yang aku takutin adalah aku sudah terlalu nyaman dengan keadaanku kaya gini. awalnya karena membiasakan, keterusan jadi nyaman. suka mikir keadaan kaya gini itu normal atau ngga untuk seorang manusia? ngga punya siapapun yang dia percayai untuk berkeluh kesah.
0 notes
Text
01022018 7.22 p.m
aku nggak ngerti bakal separah ini. disaat aku mikir bahwa aku bakal bisa bahagia lagi setelah sekian lama ini. aku tau pasti ada saat-saat dimana seseorang bakal jatuh, on the lowest point of your life. tapi ngehadapin itu semua sendirian ternyata berat. kalian dimana?
0 notes
Quote
Stop holding on to things that don’t want to be held. You can use that time, space and energy for the things that want you.
(via deeplifequotes)
18K notes
·
View notes
Quote
There are some people you’ll never see again. At least, not in the same way
Iain Thomas (via glassbonespaperskin)
280K notes
·
View notes
Photo
1M notes
·
View notes
Text
20102016 21.00 p.m
Bisa dibilang saya selalu terlambat dalam segala hal. Mulai dari hal yang kecil seperti keduluan mengambil tempat duduk kosong di restoran cepat saji yang ramai, lalu urusan menengah seperti terlambat ke sekolah sampai-sampai harus masuk bk, hingga yang besar seperti menyadari bahwa mereka ada untuk saya.
Persoalannya adalah saya terlambat masuk ke dalam lingkaran pertemanan mereka. Saya singgah secara tiba-tiba ke dalam hidup mereka. Pikir saya selama ini bahwa saya hanyalah pengganggu. Mereka sudah saling bertukar senang dan sedih selama kurang lebih 2 tahun.
Saya baru menyadari semuanya disaat saya berulang tahun yang ke tujuh belas. Kala itu kami berada di sebuah kafe kecil di tengah-tengah kota Sidoarjo. Tempat yang saya suka karena nyaman, sama seperti mereka yang selalu menimbulkan perasaan nyaman di hati. Sebuah kejutan kecil namun membekas, saya dihadiahi kue ulang tahun oleh mereka. Rasa hangat langsung menyeruak di sekujur tubuh. Di tengah kesibukkan sebagai siswa kelas tiga SMA, mereka masih sempat melakukan itu semua. Saat itu, saya benar-benar merasa dicintai. Saya benar-benar merasa bahwa saya hidup tidak sia-sia, bahwa saya memang layak untuk mendapatkan teman seperti mereka.
Untuk kalian, terima kasih untuk semuanya. Terima kasih karena kalian membuat saya merasakan bagaimana rasanya memiliki orang yang selalu menuntunmu di samping. Boleh saya jujur? Hampir delapan puluh persen tawa saya adalah hasil dari tingkah laku kalian yang menyenangkan hati.
Bahagianya kalian adalah bahagia milik saya. Begitu pula dengan rasa sedih, murka, ataupun kecewa. Jangan jauh-jauh.
Jadi, kapan kita ke Jogja?
0 notes
Quote
“I’ve got a bad case of the 3:00 am guilts; you know, when you lie in bed awake and replay all those things you didn’t do right? Because, as we all know, nothing solves insomnia like a nice warm glass of regret, depression, and self-loathing.”
- D.D. Barant (via wolfgangvan-casso)
4K notes
·
View notes
Text
19082016 12.50 p.m
Ia mengerti dimana seharusnya ia berada di sisi orang, dan seharusnya orang - orang mengerti harus berdiri dimana mereka. Terserah kamu jika mau memilih sisi baik atau buruk.
Ia mengerti dimana letak titik kelemahan seseorang. Ia tahu benar harus berbuat apa dengan pengetahuan itu. Menggores secara diam, namun terasa sakitnya.
Ia paham betul bagaimana membuat seseorang menjadi merasa tidak berarti di matanya. Menjatuhkan secara perlahan, atau dalam sekejap memutus tali angan lalu membiarkanmu melayang tanpa tujuan pasti.
Dan saya? Saya hanya bisa menebak nebak sikapnya. Urusan benar atau salah taruh saja di akhir.
Namun yang saya tahu pasti dari dirinya, bahwa ia pandai dalam memainkan perasaan seseorang.
0 notes