Tumgik
rajalebah · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
COVID-19 Pandemic: Heroic Women Homage by Milo Manara *
92K notes · View notes
rajalebah · 4 years
Photo
Surely ... This is the power of women. Which one are you ?
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
COVID-19 Pandemic: Heroic Women Homage by Milo Manara *
92K notes · View notes
rajalebah · 5 years
Photo
Tumblr media
Gaza: Back to School
Dear teman-teman tumblr,  Seperti yang kalian ketahui bahwa saya sering mengadakan open donation. Kali ini kembali untuk anak-anak Gaza. Silakan untuk ikutan dan bagikan ya. Siapa tahu ada di antara orang-orang sana bersedekah melalui tangan kita.
Di Gaza, minggu ini sekolah baru saja dimulai. Namun banyak sekali anak-anak Gaza yang miskin dan yatim pergi ke sekolah tanpa tas, baju layak, dan alat tulis memadai. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemiskinan yang mencapai 53% (Palestinian Central Bureau of Statistics, 2018). Sedih melihat kondisi saudara-saudara kita demikian.
Di hari Jumat yang berkah ini, kita bisa berbagi untuk anak-anak di Gaza. Apalagi mereka adalah yatim dan miskin. Dengan 450K/paket, kita bisa membantu mereka dengan 11 jenis perlengkapan sekolah termasuk seragam dan alat tulis.
Transfer ke: Bank Syariah Mandiri 714-878787-7 a.n Ide Berbagi Indonesia (harap konfirmasi ke nomor 0877-68000-600 dengan Fatima)
NOTE:
Jika ingin berdonasi kurang dari nominal paket, tidak mengapa. 
Periode hingga 14 September 2019.
Boleh dishare agar membuka orang lain ikut bersedekah.
109 notes · View notes
rajalebah · 5 years
Photo
Tumblr media
Kenapa kita harus menerima, jika ada satu hal di dirinya yang tidak bisa kita terima? Tersebab waktu yang seolah sudah habis padahal tidak, keluarga yang memaksa-maksa, society yang berisik.
Kenapa kita mengorbankan idealisme kita untuk menerima sesuatu yang bertentangan, ketika dikalibrasikan dengan nilai-nilai yang kita pegang, semuanya tidak sama. 
Kenapa kita harus menjalani sesuatu yang tidak memberikan kita dua hal yang selama ini kita perjuangkan dalam doa, kebahagiaan dunia dan akhirat?
Kenapa kita seolah-olah dipaksa harus mengejar salah satunya saja, entah akhiratnya saja, entah dunianya saja.
Kapan kita menyadari bahwa kita punya daya untuk menentukan arah hidup yang kita inginkan, menjadi pribadi yang bertanggungjawab pada sang pencipta. Menjadi utuh, menjadi pribadi yang penuh kesadaran bahwa hidup ini hanya ibarat mampir berteduh dari hujan, sementara sekali.
Dan sampai kapan kita akan mengorbankan waktu yang sangat sementara ini dengan hal-hal yang jauh dari impian kita untuk membangun iman yang pondasinya telah kita tanam.
©kurniawangunadi
1K notes · View notes
rajalebah · 5 years
Text
Reblog from (up) ... It's true ...
“Life is about balance. Be kind, but don’t let people abuse you. Trust, but don’t be deceived. Be content, but never stop improving yourself.”
— Nishan Panwar
2K notes · View notes
rajalebah · 6 years
Text
Tersembunyi
Setiap orang pasti punya sebuah luka, tapi luka yang disembunyikan itu selalu menyakitkan. Ada yang menumpuknya dengan topeng penuh tawa riang, ada yang menggantinya dengan senyum cerah, ada juga yang hanya sanggup diam dalam menyimpannya. Ia tersembunyi, tak tersampaikan, bahkan tak pernah terucap meski pada diri sendiri.
Tak terucapkan, bukan berarti tidak ingin. Melainkan tidak mampu. Tidak mampu untuk siap dengan segala ucapan yang dilemparkan, tidak mampu untuk semakin cemas akan segala dugaan orang sekitar, serta tidak mampu untuk menahan sendiri segala balasan yang kita tidak siap untuk mendengarnya.
Tak terucapkan, hanya mengambang di udara lembut musim hujan, lalu membawa kita pada kesimpulan yang tak terelakkan. Bahwa semakin sering luka digenggam sendiri hanya semakin menjauhkan kita dari sebuah kebahagiaan.
Kita menjadi susah tidur, bahkan ketulusan air mata sebelum tidur mengalahkan ketulusan bagaimana kita tersenyum di siang hari. Perasaan menjadi tidak stabil, kita tidak pernah tahu sebab tidak pernah ada yang memberi tahu atau sekedar mengatakan bahwa kita hanya sedang baik-baik saja.
Barangkali, kita memang hanya butuh satu orang saja untuk menghamburkan sedikit dari sekian beban. Semua orang pernah merasakan saat ia harus melawan dinding yang kuat. Tapi selama kehidupan ini menjadi keras, jiwa dalam diri kita sedang membangun sesuatu yang bisa menghancurkan dinding itu.
Mungkin, penderitaan itu sesuatu yang bisa saja berharga. Kita boleh jadi menderita suatu hari dengan hidup yang kita jalani.
Ujungnya, kadang berupa sebuah tangisan. Dan jika itu terjadi, maka biarkan tangis itu tumpah. Jika itu tak bisa berhenti juga, maka biarkanlah orang lain mengusapnya untukmu.
Boleh jadi semakin sering luka itu digenggam sendiri maka semakin menjauhkan kita dari sebuah kebahagiaan. Maka, jangan disembunyikan.
Yang tersembunyi itu, sampaikanlah pada orang yang tepat, dan biarkan ia menyeka pipimu untuk yang pertama kali.
Depok, 24 Maret 2019 | Seto Wibowo
117 notes · View notes
rajalebah · 6 years
Text
Ketidakcukupan Perihal Mencintai
Telah berkali-kali kumatikan segala yang mendetakkan namamu tetapi waktu selalu berlari di tempat di mana kita pernah saling berbagi mimpi atau apa pun itu yang angan. Padahal puisiku punya banyak senjata, tetapi kepalaku terlalu arogan untuk sehari saja tidak membahasakan wajahmu.
Melalui puisi kita saling bicara. Perihal segala yang kita sebut bahagia. Pada sepotong rasa di tipis bibir merahmu—hingga setelah detik lelah berlari, hanya dingin yang kurasa. Dan pergi, ialah satusatunya kehangatan yang kucari.
Kau lupa, pelukku serupa tungku yang mampu membakar habis semua sedih dan sepi. Aku di sini, siap memantik gigil hingga ia gagal menelanmu.
Terlambat sudah—di jantung kesendirianku kehangatan itu justru kian dingin. Membuatku lupa bahwa hanya kau, satu-satunya hangat yang bisa mencairkan segala rindu.
Keakuan kita semakin menebal. Ketiadaanmu menghantam sesuatu yang bersembunyi di balik dadaku setiap malam. Aku menjadi seseorang yang gemar mengantongi luka hingga kerap ruah dan meraungkan suaramu.
Ke mana saja kau di antara ketiadaan itu? Bila cinta itu dulu nyata, seharusnya kepergianku menjadi sebuah ruang tanya untukmu—apakah kau benar-benar mencintaiku?
Kau hanya tidak cukup mencintaiku. Dan, kini, aku ingin, kita saling mendefinisikan seperti apa ingin saling mencintai.
Padahal aku selalu di sini. Perpisahan memang selalu mampu melahirkan apa-apa yang ganjil hingga kau merasa bahwa dicintai olehku, tak pernah cukup.
Kau ingin bebas, maka kupersilakan. Genapkanlah jemari siapa pun yang kau ingin. Meski aku kelewat paham, seperih apa harapan yang mengkhianati tuannya sendiri.
Perpisahan memiliki jalannya sendiri untuk membuat kita belajar perihal hati dan mencintai—sesal dan luka takkan menghangatkan dada. Dan jemarimu, ialah kepulangan yang kucari. Menyelusupkan rindu di antaranya, hingga kelak kita saling menggenggam sampai rasa dingin kesendirian ini tersapu.
Berkali-kali kepalaku dipukul pertanyaan-pertanyaan usang. Sebercanda itu pergi dan kembali bagimu?
Kamu hanya tidak cukup mencintaiku. Itu saja alasan kepergianku. Namun, segalanya telah berbeda. Kesepian memberiku ruang untuk memahami perihal hati—menjauh darimu ialah sebuah kesalahan besar.
Aku memang yang paling keras kepala jika itu tentang mencintaimu. Kembalilah, terserah sebagai apa saja. Mencintai dan dicintai memang perihal penderitaan yang telah dan akan.
Kembalilah. Aku tidak mau sakit sendirian.
—tidakkekal × @ariqyraihan
53 notes · View notes
rajalebah · 6 years
Text
Terlupa
Boleh jadi, satu di antara hal yang paling menyakitkan adalah menjadi yang terlupakan, terutama oleh seseorang yang pernah mengenalimu kita sangat lama. Seseorang yang bahkan masih berarti banyak untuk kita sendiri.
Ajaibnya, hidup ini terus berputar, saling melupakan. Pada akhirnya, kita sadar bahwa kita telah dilupakan untuk sebagian orang. Seperti tulisan-tulisan yang menumpuk dalam draf, pesan-pesan masuk yang dibiarkan, atau buku-buku yang berada pada tumpukan terbawah. Tenggelam, lalu terlupakan. Atau mungkin, ada yang memang sengaja ditenggelamkan.
Waktu terus berjalan, orang-orang berubah, demikian perasaanya yang datang lalu pergi. Bahkan, boleh jadi kita juga pernah dengan mudahnya melupakan orang lain yang sempat menganggap kita begitu istimewa dalam hidupnya.
Meski dulu kita selalu punya tempat untuk menumpahkan cerita-cerita, seseorang untuk diajak menjajaki warung makan baru, atau teman menjelajahi tempat-tempat unik di sela hari libur. Sekarang, bersapa di pesan elektronik pun tidak pernah. Karena memang tiba sudah waktunya disibukkan untuk mengejar impian kita masing-masing. Seperti balon, kita bisa saja memegangnya erat sepanjang sisa hidup kita. Tapi untuk membuatnya terbang lebih tinggi, kita harus melepasnya.
Mau dikatakan berapa kali pun ceritanya akan tetap sama, mungkin memang begitu cara semesta bermain. Apapun yang terjadi hidup kita harus tetap berjalan, bertemu teman-teman baru, pergi ke tempat-tempat besar, dan menempuh perjalanan yang lebih panjang. Dilupakan itu hanya soal waktu, tapi kita akan tetap baik-baik saja dengan hal baru lainnya. Tanpa penjelasan apapun, mungkin kita harus menerimanya, bahwa tidak ada cara lain menjalani hidup selain melangkah ke depan. Dan melupakan adalah salah satu bagiannya.
Maka yang tersisa hanya kita, yang kelak seperti apa kita ingin diingat oleh orang-orang. Bisa saja, ada beberapa dari sekian, yang seketika menjadi bahagia dan bersemangat suatu waktu mereka mendengar nama kita kembali.
Tangerang Selatan, 7 Maret 2019 | Seto Wibowo
344 notes · View notes
rajalebah · 6 years
Text
Nagih Utang
Tumblr media
Sebaik-baik teman adalah yang berani menagih utang temannya di dunia. Dan sejahat-jahatnya teman adalah yang berencana menagih utang temannya di akhirat.
Sebagian orang merasa sungkan, ga enak, atau takut menyinggung. Tapi berkompromilah dengan perasaan-perasaan itu. Karena masih lebih baik menagih di dunia daripada membuat bangkrut teman sendiri di akhirat.
Jangan sampai sedari awal sudah kamu diamkan. Karena itu sama saja berencana menagihnya di akhirat.
Orang berutang beragam adabnya. Ada yang bersegera melunasi sebelum jatuh tempo. Ada yang belum mampu melunasi karena keterbatasan rezeki. Ada yang lupa, dan ada yang melupakan. Kepada semuanya, kewajibanmu hanya mengingatkan.
Kamu harus punya perhitungan sendiri, kapan harus menagih kali pertama, kapan harus menagih kali kedua, kapan harus berhenti menagih, dan kapan harus mengikhlaskan.
Apapun tanggapannya, dengan menagih arti ya kamu sudah menggugurkan kewajiban untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan di akhirat.
Jangan sungkan, tagih aja dulu.
Mampang Prapatan | © Taufik Aulia
886 notes · View notes
rajalebah · 6 years
Text
Tumblr media
11K notes · View notes
rajalebah · 6 years
Photo
Tumblr media
0 notes
rajalebah · 6 years
Text
Kepada teman-teman agama selain islam di bulan puasa,
Maaf ya.
Maaf karena setiap sekali dalam setahun, selama sebulan penuh, kalian harus keganggu tidurnya karena jam tiga pagi toa masjid mekik-mekik bangunin sahur, belum lagi bunyi petasan atau bedug keliling yang diikuti teriakan bocah-bocah. Padahal bisa jadi kalian kurang tidur, capek lembur, atau bahkan lagi sakit.
Maaf karena sepanjang hari kalian jadi susah cari makanan karena banyak warung makan yang tutup, bahkan di kantor atau di sekolah, jam istirahat makan siangnya jadi pendek sehingga kalian jadi harus gercep nyempetin makan. Kadang malah jadi ikut-ikutan puasa ngga makan juga.
Maaf kalo pas magrib, ojek online jadi dikit yang ambil orderan karena pada buka puasa dulu. Padahal mungkin kalian buru-buru mau pulang udah capek banget, atau jadinya kena macet berjam-jam karena jalanan makin rame orang-orang mau bukber. Mau makan malem di luar pun kalian jadi harus rebutan seat sama yang bukber.
Maaf kalo pas malem, toa masjid kembali berbunyi-bunyi orang tarawih, mengaji, shalawatan, bahkan kadang sampe tengah malem. Padahal mungkin kalian sedang banyak tugas, sedang ingin istirahat lebih awal, atau sedang butuh ketenangan.
Maaf karena setiap kali buka tv atau media sosial, semuanya konten islamis, bahkan sinetronnya pun tema islam, acara gosipnya berbau islam, bahkan talkshow nyinyir seleb juga tema islam. Nonton youtuber, challenge-nya soal islam-islaman. Padahal mungkin kalian bosan butuh hiburan. Atau bisa jadi, deep down kalian juga ingin suatu saat konten agama kalian yang memenuhi media, dengan leluasa, tanpa harus tunggu hari raya.
Maaf kalo nanti pas lebaran, angkutan umum jadi banyak yang ngga beroperasi, kalian jadi susah mau kemana-mana. Tiket pesawat dan kereta juga harganya jadi naik ngga masuk akal.
Maaf, ya.
Terima kasih banyak untuk pengertian kalian, untuk kelapangan hati menerima perbedaan, memakluminya dengan tulus dan tidak banyak keluh. Terima kasih banyak untuk setiap maaf ya, aku minum dulu dan aksi menutup mulut menggunakan tangan atau buku atau bahkan harus bersembunyi di tempat tidak terlihat hanya untuk mengunyah biskuit. Terima kasih sudah menghargai sedemikian baik dan mengharukan. Terima kasih untuk bahkan mengingatkan kami solat, menawarkan kami cemilan atau air untuk membatalkan puasa, dan membantu meringankan pekerjaan kami karena kami sedang puasa. Terima kasih untuk setiap gapapa, udah biasa kok dan gapapa kan kamu lagi puasa yang entah bagaimana bisa sedemikian ringan mengalir dari mulut kalian.
Terima kasih, ya.
Semoga pengertian dan penerimaan kalian, serta sikap baik penuh kasih kalian menjadi hal baik bagi kalian sendiri dan terutama bagi keyakinan yang kalian anut.
Semoga kalian ikut girang merasakan badai diskon di berbagai butik atau swalayan, sale khusus ramadhan dan lebaran, serta banjiran makanan enak setiap jelang magrib di setiap pinggir jalan. Semoga kalian ikut senang di reuni setiap buka bersama. Semoga kalian ikut mencicipi hidangan lebaran yang bikin timbangan frustasi. Semoga kalian ikut bahagia karena cuti bersamanya lama, kalian bisa ikut pulang kumpul keluarga juga :)
Maaf kalo diantara kami masih ada yang jumawa, merasa superior paling benar di atas segalanya, ngga tau terima kasih apalagi malah jadi mengolok keyakinan kalian, dan bahkan melukainya. Maaf kalo diantara kami masih ada yang terlalu bangga dengan ke-mayoritas-annya (mungkin hanya itu hal dalam hidupnya yang bisa dia banggakan. Kasihan). Maaf kalo diantara kami masih ada yang gatau diri gila hormat padahal ngakunya lagi ibadah. 
Maaf, ya.
Terima kasih sangat banyak. Semoga kekuatan dan ketenangan hidup selalu bersama kalian.
Peluk sungkem, crescenthemum .
399 notes · View notes
rajalebah · 7 years
Photo
Astaghfirulloh ....
Tumblr media
أستغفرُ الله وأتوب إليه
Astaghfirullaha wa atubu ilayhi: I seek forgiveness from God and return to Him in repentance.
Source: nicestatus, via IslamicArtDB
438 notes · View notes
rajalebah · 7 years
Photo
Tumblr media
Entah kembang tanaman apa ini. Kamboja. Dahlia. Batangnya berduri. Jangan pegang batangnya kalo gak mau terluka. Seperti kamu. Cukup kukagumi saja keindahan kembangnya. Meskipun aku sadar. Aku tidak akan puas ...
2 notes · View notes
rajalebah · 7 years
Text
Sad 😣
Tentang Pertemuan
Ada sebuah jumpa tanpa pertemuan berujung pada sebuah kedekatan denganmu. Aku tidak pernah tahu kapan ini bermula, namun yang kutahu, perlahan perasaan ini mulai tumbuh dan semakin mendalam.
Perasaan yang sama turut bersemayam di dadaku. Melahirkan kehangatan yang jalar ke seluruh tubuh. Rindu, katamu. Cinta? Entahlah. Mungkin kita terlalu jauh untuk itu.
Pun aku. Tak berani mendefinisikan perasaanku padamu. Satu hal yang pasti, diam-diam aku mencuri bahagia untuk disematkan di bibirku setiap kali pesan darimu singgah di kepalaku. Melalui percakapan kita menyulam rasa.
Terkadang penyendiri sepertiku benci bila kegelapan terus menyelimuti. Dan kamulah, cahaya yang menerabas jaring-jaring sunyi. Ya, aku suka percakapan yang terlahir di antara kita. Hadir sebagai penghangat di antara dingin malamku.
Aku tahu itu, Tuan. Aku hanyalah seberkas cahaya yang menerangi kesunyianmu. Tapi bukan untuk menerangi ruang di dalam hatimu. Bukan pula untuk memiliki raga dan segalamu.
Denganmu, aku sungguh merasakan hal yang berbeda. Tentang langkah yang sejajar, tapi ragu mendefinisikan hari-hari yang kita lalui. Kita dekat, tapi fana.
Pun semu. Kedekatan itu pada akhirnya membentuk sudut perasaan yang kemudian hanya terasa olehku. Tidak pula olehmu—yang bahkan meragu.
Mungkin, hanya sampai di sana batas di mana kita bisa melangkah. Karena takdirlah yang mempersatukan. Sejauh apa pun kamu berusaha, ketika tiba masanya untuk berhenti; berhentilah.
Mempersatukanmu dengannya—seseorang yang lain itu? Bahkan aku takmengenal dirinya. Seseorang yang tiba-tiba menjadi pencuri hatimu. Seseorang yang mencipta spasi di antara kita.
Setiap hati yang terluka akan terobati oleh rasa yang alir di dalam dada. Denganmu aku bahagia. Namun memilikimu, aku takbisa. Sekalipun hatiku hangat olehmu; nyatanya dia memilih yang lain.
Semudah itukah hatimu tertambat? Memilih seseorang yang lain ketika denganku, kamu merasakan bahagia?
Inilah teka-teki yang membuatku kelu sampai detik ini. Bisa jadi kita tidak menyepakati definisi bahagia yang sama. Dan untuk itu, aku lebih memilih apa yang hati katakan tentang sebuah keputusan. Meski berujung pada dada yang menyesak.
Tidak ada pilihan yang menyesakkan, Tuan. Terlebih jawabanmu telah terbit; dan kutahu itu bukan aku. Bersikaplah tegas dengan apa yang hatimu telah tetapkan.
Dan, ya, mungkin itulah makna sebuah pertemuan; ia lahir bersama perpisahan: kamu. Sekarang, berhentilah sejenak. Mari nikmati senja untuk terakhir kalinya.
Kini semuanya sudah jelas; kita ditakdirkan untuk berpisah. Seperti senja yang tengah kita nikmati ini. Indah dan sendu; ketika ia harus kembali ke peraduannya. Harapku, malam kelak tak kelam; layaknya dadaku yang mulai kehilangan sinarnya.
Semoga, Puan. Kamu menemukan seseorang yang tepat untukmu. Yang menghadirkan bahagia di semestamu tanpa air mata kesedihan. Sampai jumpa di lain waktu.
Yogyakarta — Jakarta
11 Agustus 2017 | #KolaborasiAgustus edisi 3
Sebuah kolaborasi tentang pertemuan,
@letsrunning  dan @ariqyraihan
103 notes · View notes
rajalebah · 7 years
Text
It's a good post in my morning ...
Am I Left Behind?
Ada sebuah penyakit, saya tidak tahu nama resminya. Tapi kita namakan saja “Sindrom Ketinggalan Balapan”.
Indikasinya begini:
• Kamu sedang belajar atau meniti karir, tapi have no idea kamu mau jadi seperti apa di ujungnya nanti.
• Kamu ngeliat figur-figur hebat di bidang kamu. Di satu sisi kamu jadi bersemangat, di sisi lain kamu jadi overwhelmed karena ngerasa banyak banget hal yang mesti kamu pelajari untuk berada pada posisi seperti mereka.
• Efek lainnya juga, mungkin kamu jadi ngerasa ketinggalan, atau bahkan ngerasa udah salah jalan selama ini.
• Lalu kamu ngerasa tahun-tahun yang sudah kamu lalui kamu habiskan begitu saja, agak sia-sia. Kesal dan menyesal rasanya.
• Terlebih, kalau figur yang kamu lihat adalah teman sebaya kamu. Ada yang udah sampai di sana, ada yang udah jadi ini, ada yang sudah menghasilkan itu. Rasanya pengen mencet tombol restart hidup–andai saja ada.
Apa yang mesti dipikirkan-dilakukan dalam kondisi begitu?
Penanganan pertama: “Ingat, hakikat yang paling hakiki tentang hidup, bahwa kita semua akan mati, lalu semua cita-cita, pencapaian, karir–betapapun cemerlangnya, akan berakhir. Tutup buku. Apa yang penting adalah amal yang kita niatkan, persembahkan, untuk Sang Pencipta.
Penganan kedua: “Ingat, semua orang berproses. Semua yang ada di puncak pernah mendaki dari bawah. Jika kita masih di bawah, santai aja. Panik tidak akan membuat kita tiba-tiba berada di puncak. Tenang. Terus bejalan, selangkah demi selangkah. Lakukan sekecil apapun upaya kamu untuk menjadi versi lebih baik dari diri kamu, setiap hari, setiap waktu.”
Penanganan ketiga: “Ingat, hidup bukan balapan. Yang lebih dahulu menjadi hebat tidak membuatnya superior secara permanen dibanding kita; suatu saat kita bisa melampauinya. Terlebih, yang di mata kita sudah hebat, barangkali payah dan berantakan dalam sekian aspek–yang mungkin kita baik di sana. Kasih sayang keluarga, pertemanan yang berkualitas, ibadah yang khusyu’–banyak sekali hal yang matters dalam hidup yang tidak perlu syarat untuk memilikinya.
Oke, sementara segitu dulu.
Tarik nafaaas, hembuskan. Ayo kita jalan lagi, selangkah demi selangkah.
It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.
Confucius
Bismillah.
4K notes · View notes
rajalebah · 7 years
Text
Bener banget kan guys ... Everything is gonna be nice if we syukuri ...
Bersyukur dan Berbahagia
Hidup itu kalo bersyukur enak banget rasanya. 
Tumblr media
Sumpah. Cobain deh. Kok bahagianya kerasa banget; bawaannya mau senyum terus, kepala rasanya ringan dan jernih, dan bibir tuh ga henti-henti ngucap hamdalah.
Ternyata ya bahagia itu kuncinya cukup bersyukur aja.
Bersyukur karena sudah dikasih kehidupan, dikasih keluarga dan teman, dikasih akal pikiran, dikasih kesempatan. Bersyukur karena sudah dipercaya Tuhan untuk punya apa yang kita punya sekarang. Bersyukur, bersyukur, bersyukur, ternyata bahagianya bisa dalam sampai kerasa di tulang sumsum. 
Call me naive, tapi kalo sulit bahagia, kemungkinan besar karena belum mempraktikan bersyukur. Belum melihat bahwa hidup ini sudah hebat sekali Tuhan kasih dengan segala fitur-fiturnya. Masih terjebak dengan perbandingan-perbandingan sama kehidupan orang lain.
Kata orang tua, jangan pernah kejar dunia, karena dunia itu ga akan ada habisnya. Punya pasangan cantik, masih banyak yang lebih cantik. Punya mobil mewah, masih banyak yang lebih bagus dan mahal. Punya jabatan ini itu, masih banyak yang lebih tinggi lagi di atasnya. Akhirnya mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya. 
Tapi kalo kita bersyukur, wah bahagia itu datang sendiri. 
Sadari deh apa yang sudah kita punya sekarang; lalu pahami bahwa semua yang kita punya itu bukan datang tiba-tiba. Itu semua pemberian. Semua dari Tuhan, tapi jalurnya saja yang berbeda-beda. Ada yang melalui orang tua, keluarga, teman, bahkan orang asing yang belum pernah kita temui sebelumnya. 
Jika sudah sadar bahwa semua hanya pemberian, kita akan sampai di titik kesadaran bahwa kita sebenarnya tidak pernah punya apa-apa. 
Jadi apalagi alasan untuk tidak bersyukur dan berbahagia?
577 notes · View notes