#tangsi
Explore tagged Tumblr posts
Text
God 5x05 really was so good
#I am crying over dadsy and tangsy rn#''So what! Be chose you. and you chose him'' like I'm so emo#Tang cutting himself out of the spot light like usual#augh#lmk#lego monkie kid#lmk rant
13 notes
·
View notes
Text
He did, Tangsy, but he also told Pigsy about the fourth ring.
13 notes
·
View notes
Text
INFO LOKER 2024, Hotel Plan B Padang Buka Lowongan Kerja, Buruan Daftar!
INGATLAH.COM – Plan B Hotel, sebuah hotel berbintang dua yang berlokasi di Jl. Hayam Wuruk No. 28, Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, kembali membuka lowongan kerja terbaru untuk bulan September 2024. Hotel yang dekat dengan Jembatan Siti Nurbaya dan hanya berjarak lima menit berjalan kaki dari Pantai Muara Padang ini menyediakan layanan resepsionis 24 jam, layanan antar-jemput…
0 notes
Text
Polresta Deli Serdang amankan Pelaku Penganiayaan Mahasiswa Yang hendak Unras di Polresta Deli Serdang
Lidikcyber.com, Deliserdang – Polresta Deli Serdang telah mengamankan RF(25) sebagai pelaku penganiayaan terhadap mahasiswa di simpang tangsi jalan Sudirman yang hendak melaksanakan unras di Polresta Deli Serdang, pada 29 April 2024 pukul 13.00 wib. Penangkapan terhadap pelaku RF dilaksanakan di simpang Pantai Labu Kecamatan Lubuk Pakam P pada Senin 29 April 2024 pukul 20.00 wib, dan dari…
View On WordPress
0 notes
Text
Bing Slamet, Artis Serba Bisa dari Tangsi Cilegon
BING SLAMET merupakan salah satu artis serba bisa. Ia piawai bermain musik, punya suara bagus ketika bernyanyi, dan jago melawak juga berakting. Bing Slamet bisa disebut apa saja. Mulai dari musisi, aktor, dan juga maestro lawak. Dari berbagai keahlian yang dikuasainya, Bing Slamet menjadi seniman panggung hiburan ‘paket komplit’. Popularitas lewat bakat seninya itu berhasil digapainya bahkan…
View On WordPress
0 notes
Text
Aparat Polsek Talang Padang Ringkus Pelaku dan Penadah Barang Curian
Unit Reskrim Polsek Talang Padang Polres Tanggamus berhasil mengungkap kasus tindak pidana pencurian dengan pemberatan dan penadahan barang hasil kejahatan dengan menangkap 3 tersangka. Korban dalam kasus ini adalah Karmidi (22), dengan alamat RT 001 RW 001 Desa Sindang Pagar, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat. Kejadian pada Sabtu, 16 September 2023, sekitar pukul 14.00 WIB di Lapangan Tangsi, Pekon Sinar Semendo, Talang Padang. Kapolsek Talang Padang, Iptu Bambang Sugiono, S.H mengatakan, identitas tersangka utama inisial Lexa (24) warga Pekon Negeri Agung, Kecamatan Talang Padang selaku pelaku pencurian dengan pemberatan. Kemudian, satu orang berperan melakukan modifikasi dan membeli kendaraan hasil cuiran inisial AR alias Oman (25) profesi perbengkelan warga Dusun Pekon Lom, Pekon Talang Padang, Tanggamus. Tersangka ketiga berperan melakukan penadahan motor hasil curian inisial RM (37), petani warga Dusun Sinar Jaya, Pekon Gunung Sari, Kecamatan Ulu Belu, Tanggamus. "Ketiga tersangka ditangkap atas serangkaian penyelidikan dan barang bukti yang ditemukan? pada Senin 30 Oktober 2023 pukul 20.30 WIB," kata Iptu Bambang mewakili Kapolres Tanggamus AKBP Siswara Hadi Chandra, S.I.K., Rabu 1 November 2023. Kapolsek membeberkan, kronologi penangkapan dan ungkap kasus dimulai setelah anggota Unit Reskrim Polsek Talang Padang menerima laporan pencurian sepeda motor milik korban. Penyelidikan dimulai dan berhasil melacak keberadaan sepeda motor Yamaha Jupiter Z berwarna biru-hitam dengan nomor polisi F 6206 HV, yang ditemukan berada di penguasaan pelaku RM, warga Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus. Atas nyanyian RM, ia mengakui bahwa membeli sepeda motor tersebut dari pelaku AR alias Oman, sehingga AR yang saat itu sedang bekerja di bengkelnya di Pekon Talang Padang, berikut disita spakbor sepeda motor dan kepala sepeda motor warna biru milik korban. "Pengakuan AR dia mendapatkan sepeda motor korban dari pelaku Lexa yang telah ditahan pada kasus lainnya di Polsek Talang Padang," ungkapnya. Dijelaskan Iptu Bambang, kronologi pencurian sepeda motor tersebut terjadi pada Sabtu, 16 September 2023, sekitar pukul 14.00 WIB di Lapangan Tangsi, Pekon Sinar Semendo, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus. "Korban, memarkirkan sepeda motornya di lapangan, namun ketika kembali, sepeda motornya sudah hilang. Akibat kejadian ini, korban mengalami kerugian senilai Rp4 juta dan melaporkan kejadian ini ke Polsek Talang Padang," jelasnya. Barang bukti yang berhasil diamankan meliputi 1 lembar STNK dan BPKB sepeda motor Yamaha Jupiter Z warna biru-hitam, serta sepeda motor Yamaha Jupiter Z warna hitam dengan nomor polisi F 6206 HV dan spakbor sepeda motor warna biru. Selanjutnya, penegakan hukum akan terus berlanjut dengan pengembangan kasus pencurian yang dilakukan oleh para pelaku di wilayah hukum Polres Tanggamus, serta proses sidik perkara hingga tuntas. "Atas perbuatannya, tersangka Lexa dijerat pasal 363 KUHPidana, ancaman 7 tahun. Sementara Oman dan RM dijerat pasal 480 KUHPidana, ancaman 4 tahun," tandasnya. Sementara itu, berdasarkan keterangan tersangka Oman bahwa membeli kendaraan hasil curian itu yang ditawarkan oleh Lexa kepada dengan harga Rp700 ribu. Selanjutnya Oman yang berprofesi perbengkelan itu, terlebih dahulu memodifikasi kendaraan tersebut dan menjual kembali kepada RM seharga Rp2,5 juta. "Kendaraan tersebut sebelumnya saya dimodifikasi dan dijual kembali kepada RM seharga Rp2,5 juta," kata Oman sebelum dijebloskan ke sel tahanan. (*) Read the full article
0 notes
Text
Nahdlatul Ulama: Meniti "Karang" Pada Masa Pendudukan Jepang
Jayabaya-seorang raja dari Kerajaan Kediri-tak sedang mengigau saat ia meramalkan bahwa “Pulau Jawa kelak akan diperintah bangsa kulit putih (Belanda), kemudian dari arah utara akan datang bangsa Katai, kulit kuning bermata sipit. Pemerintah dari bangsa kulit kuning tidak lama, hanya seumur jagung. Dan sesudah itu Jawa akan merdeka”.
Ratusan tahun kemudian, bukan kebetulan kalau prediksi Jayabaya menjadi kenyataan. Imbas Perang Dunia II antara blok sekutu (Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet) melawan blok poros (Jerman, Italia, dan Jepang) sampai juga ke Indonesia.
Barangkali Belanda tak akan menyangka, bala tentara berkulit kuning dengan perawakan tak terlampau tinggi itu berhasil merangsek ke nusantara. Keterkejutan ini menjawab pernyataan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Cornelis de Jonge, tujuh tahun sebelumnya.
De Jonge pada tahun 1935 pernah mengatakan secara angkuh “Als ik met nationalisten praat, begin ik altijd met de zin: Wij Nederlanders zijn hier al 300 jaar geweest en we zullen nóg minstens 300 jaar blijven. Daarna kunnen we praten.” (Apabila saya berbicara dengan para nasionalis, saya selalu memulai dengan kalimat: Kami Belanda telah di sini 300 tahun dan kami bahkan akan tinggal paling sedikit 300 tahun lagi. Kemudian kita bisa bicara).
Barangkali benar kata-kata bijak yang berbunyi, “Keangkuhan datang menjelang kejatuhan.” Terompet dan kembang api tahun baru mungkin masih terngiang, atau bisa jadi tak ada hura-hura di saat pergantian tahun, ketika Jepang bertandang ke Tarakan pada 11 Januari 1942. Tarakan yang sarat sumur minyak bumi, menjadi incaran pertama sebelum bergerak menuju Jawa sebagai “kunci” dan tentu Sumatra.
Gongnya terjadi di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942 ketika Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh menyerah tanpa syarat kepada Jenderal Hitoshi Imamura. Imamura mengunci Jawa. Ia dengan cerdik mendaratkan pasukannya di Teluk Banten, Eretan Wetan, dan Kragan.
Praktis sejak saat itulah wilayah Hinda Belanda (Indonesia) jatuh ke tangan pemerintahan militer (Gunseikanbu) Jepang. Dengan masygul, Bert Garthoff, penyiar radio NIROM, memutar lagu berjudul Wilhelmus berbarengan menutup siaran terakhirnya pada hari itu pukul 23.00. Ia mengucapkan kata-kata perpisahan dalam bahasa Belanda yang artinya, “Selamat Berpisah! Sampai berjumpa di waktu yang lebih baik.”
Waspada Sejak Mula
Bergantinya tampuk pemerintahan berdampak pada seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu ormas Islam yang sudah berdiri di tahun 1926, dan telah memainkan peranan penting dalam kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan juga tak luput dari dinamika masuknya Jepang ke nusantara. Benarlah sebuah pepatah. Keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.
Daoed Joesoef dalam Rekam Jejak Anak Tiga Zaman menuliskan kenangannya, “Kedatangan Jepang di Medan mula-mula disambut meriah oleh penduduk. Mereka bersorak-sorai, bertepuk tangan, berdiri di tepi jalan, dan berusaha menyalami serdadu yang sedang tegak berjaga di nyaris setiap persimpangan jalan. Orang dari kampung-kampung di sekitar Kota Medan yang kerjanya sehari-hari memasok pisang dan buah-buahan lainnya ke pasar-pasar kota, berbondong-bondong menyumbangkan pisang mereka ke tangsi tentara Dai Nippon yang mereka pahlawankan. Rumah-rumah Belanda diteriaki oleh penduduk dan dilempar batu kalau ada penghuni bule berani tampil ke luar.”
Dan tipu muslihat itu tak bertahan lama. Slogan Gerakan Tiga A (3A) yang mempunyai semboyan Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia hanyalah hiasan mulut tak berotot dan lidah tak bertulang.
Menyebut Indonesia sebagai saudara muda rupanya taktik belaka dalam merebut simpati, demi kepentingan terselubung di belakangnya. R.E Elson dalam The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan menuliskan, bahwa nyatanya memerdekakan Indonesia bukanlah prioritas utama bagi Jepang, dan Jepang menolak mentah-mentah upaya para pemimpin Indonesia berperan sebagai pemerintah langsung di bawah pengawasan Jepang.
Sebelumnya, janji-janji manis nan licin dilontarkan Jepang dalam maklumat nomor satu tertanggal 7 Maret 1942, yang dikeluarkan Gunseikanbu. Dengan kata-kata yang tercantum didalamnya semisal, “memperbaiki nasib rakyat Indonesia”, “yang sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Nippon, “mendirikan ketenteraman yang tangguh untuk hidup dan makmur bersama-sama dengan rakyat Indonesia”, atau “mendatangkan keamanan yang sentosa dengan segera.”
Maklumat nomor satu itu serta merta menjadi perbincangan menarik di sana sini. Tak terkecuali para aktivis NU wilayah Banyumas, tepatnya di Sokaraja. KH Saifuddin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren mengisahkan bagaimana sebuah rapat NU menanggapi tentara Dai Nippon yang mengambil alih wilayah Indonesia. “Kalimat memperbaiki nasib rakyat Indonesia saya kira cuma bujuk rayu kalau bukan kata-kata tipuan. Apalagi kalimat...’yang sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Nippon’ rasa-rasanya kok baru sekarang ini mendengarnya...itu cuma muslihat. Jangan lupa: alharbu khid’ah, perang itu penuh tipu muslihat.” kata Ustadz Mursyid, seorang penggiat NU Sukaraja.
Kekhawatiran Ustadz Mursyid bahwa perang penuh tipu daya sebagaimana dikisahkan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya itu tak salah. “Kesewenang-wenangan Jepang,” tulis Andrée Feillard dalam bukunya NU vis-à-vis Negara, “Terutama penghormatan terhadap kaisar Jepang yang dipaksakan dengan cara membungkukkan badan ke arahnya pada waktu-waktu tertentu, mulai menyulut reaksi penolakan dari pihak kiai, antara lain Kiai Hasyim Asy’ari yang dijebloskan ke penjara selama beberapa bulan tahun 1942 lantaran perkara ini.”
Bersiasat Demi Umat
NU yang berpandangan bahwa membela tanah air adalah sebagian daripada iman, tak tanggung-tanggung membela Indonesia, apalagi jika hal itu selaras dengan pandangan tauhid. Pengalaman NU di masa kolonial Belanda yang melakukan perlawanan kultural lewat pesantren dan organisasi yang dibangunnya tak mudah gentar dengan siapapun. Jejak sejarah mencatat bagaimana KH Zainal Mustofa dari pesantren Sukamanah yang sekaligus pengurus NU Tasikmalaya berjibaku dan menjadi martir melawan penindasan Jepang.
Amirul Ulum dkk menulis dalam buku Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, bahwa akibat keteguhan NU memegang prinsip, KH Hasyim dituduh mengobarkan semangat anti penjajah. Tak lama kemudian, KH Mahfudz selaku ketua PBNU juga ditangkap Jepang dengan tuduhan yang sama seperti KH Hasyim. Atas ulahnya itu, Jepang mendapat kemarahan dari banyak kiai dan rakyat waktu itu.
Apakah saat itu Pemerintah Militer Jepang sedang cek ombak atau tidak terhadap NU, yang jelas lobi-lobi intensif yang dilakukan oleh KH Wahab Hasbullah berhasil membebaskan KH Hasyim Asy’ari beserta kiai-kiai lainnya dari tahanan Jepang.
Cengkeraman kebijakan militer pendudukan Jepang membuat hampir seluruh organisasi massa dan pergerakan dipaksa bertiarap. Termasuk NU yang walaupun sudah lama berdiri pada zaman Belanda dilarang melakukan kegiatan. Menurut Amirul Ulum dkk dalam buku Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, kecuali NU keresidenan Banyumas yang berhasil mempertahankan eksistensinya.
Akibatnya tak ada tempat yang cukup leluasa menjalankan roda organisasi. Larangan beraktivitas dengan massa mencolok dimaklumatkan, dan apabila melanggar, Kempetai Jepang sudah barang tentu akan menindaknya.
Dalam catatan di Berangkat dari Pesantren, KH Saifuddin Zuhri mengenang bahwa tahun-tahun pertama di masa pendudukan tentara Dai Nippon, Maret 1942-Maret 1943, ditandai oleh tumbuhnya kebencian rakyat kepada tingkah serdadu-serdadu Nippon dan rasa muak terhadap propaganda Nippon seperti romusha, saikerei, jugunianfu, dan lain-lain. Keadaan kemudian berbalik. Jepang yang butuh dukungan rakyat Indonesia, terutama umat Islam sebagai mayoritas, pelan-pelan didekatinya.
“Meskipun pada mulanya menutup semua organisasi pribumi, termasuk organisasi-organisasi Islam,” tulis Kevin W. Fogg dalam Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia, “Jepang mendukung aktivitas organisatoris Islam. Terutama untuk mendapatkan persekutuan dengan kaum muslim., dengan berharap dapat membangun kekuatan yang dapat dimobilisasi dalam perang jika diperlukan. Diantara aksi-aksi pertama mereka dalam hal ini pada 1942, Jepang mendirikan kantor urusan Islam dengan staf yang diisi para tokoh muslim lokal maupun Jepang, di lapangan pusat Jakarta.”
Mula-mula yang terlibat sebagai kepala kantor urusan agama (Shumubu) adalah Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat. Lalu KH. Hasyim Asy’ari, yang kemudian karena alasan sudah lanjut usia dialihkan pada anaknya, KH Wahid Hasyim. Tentu tak mudah mengemban amanah tersebut. Tak pelak, bagaimanapun KH. Wahid Hasyim adalah representasi NU dan juga umat Islam Indonesia di mata Jepang.
Hal ini menunjukkan bahwa NU adalah salah satu reperesentasi mayoritas di Indonesia dengan tokoh-tokohnya yang sudah mengakar. Fakta sosiologis ini tak bisa kita ingkari. Dan yang kedua, mungkin saja ini adalah strategi Jepang merebut hati rakyat Indonesia pada masa perang supaya lebih mudah dimobilisasi.
Peran KH. Wahid Hasyim tak sebatas berkiprah di NU saja. Walaupun masih berusia muda, radius pergaulannya sudah sangat luas. Wahid Hasyim berkawan dengan Bung Karno, Bung Hatta, KH Mas Mansur, Natsir, Wondomiseno, Prawoto, Tan Malaka, dan lain sebagainya. Ia terbiasa pulang pergi antara Jombang Jakarta via kereta api, untuk merapikan barisan keumatan dengan-sepengakuan KH Saifuddin Zuhri-memanfaatkan karcis kereta malam kelas I secara gratis. Ia kemudian menjadi salah satu motor dari meleburnya Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI) menjadi Masyumi.
Wahid Hasyim dalam karangannya yang bertajuk “Menyongsong Tahun Proklamasi Kemerdekaan yang Kedelapan”, dan kemudian dimuat oleh H. Abubakar di Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim menulis ihwal Masyumi yang lebih berpihak rakyat Indonesia ketimbang menjadi corong propaganda Jepang. “Dan sejak itu Masyumi lebih banyak menjadi saluran untuk menyatakan keluh kesah rakyat daripada menjadi alat propaganda Jepang. Bahkan rencana mereka untuk membawa Masyumi guna menggerakkan pengerahan romusa telah dapat digagalkan sama sekali dengan tegas. Selanjutnya Masyumi tidak lagi giat, artinya di lapangan propaganda, bahkan sengaja tidak berusaha, kecuali untuk memperlunak dan memperingan ketajaman pisau rencana Jepang yang ditujukan kepada rakyat, dan lagi dalam mengisi tentara Peta pada umumnya dan mengisi Hizbullah pada khususnya.”
Kalau masa penjajahan Belanda melahirkan elit dan intelektual pribumi lewat kebijakan politik etis dan sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial seperti HIS, MULO, AMS, HBS, GHS, RHS, MOSVIA, dan THS, maka berkah dalam musibah pada masa pendudukan Jepang adalah munculnya lapisan kaum santri-terutama yang berada di Jawa dan Madura-ke permukaan melalui latihan-latihan kemiliteran yang diinisiasi oleh Jepang.
Kosakata santri dalam konteks ini adalah pemimpin pesantren, ulama lokal, dan ustadz-ustadz muda aktivis organisasi keislaman. Mungkin tujuan jangka pendeknya sebagai cadangan guna mobilisasi perang Asia Timur Raya, namun nyatanya pendidikan kemiliteran ini kelak sangat berguna di kemudian hari saat Indonesia bersiap merdeka dan sesudahnya.
Harry J. Benda dalam Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang menuliskan keadaan bahwa pada tanggal 1 Juli 1943 dimulailah kursus latihan pertama bagi para kiai dan ulama dalam satu upacara yang mengesankan oleh Kolonel Kawasaki selaku perwakilan Gunseikan dan juga Kolonel Horie sebagai kepala Shumubu.
Aiko Kurasawa secara rinci mencatat hal ihwal latihan alim ulama ini dalam bukunya yang klasik dan otoritatif, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945. Menurutnya, jumlah seluruh alim ulama yang menjalani latihan ini diperkirakan sekitar lebih dari seribu orang. Dengan memperhitungkan fakta bahwa menurut statistik tahun 1943 yang dipersiapkan oleh Gunseikanbu jumlah seluruh kiai di Jawa ialah 18.466 maka mereka yang ikut dalam pelatihan mencapai sekitar 5,5% dari jumlah seluruh kiai.
Aiko juga mendaftar afiliasi organisasi peserta yang mengikuti latihan alim ulama tersebut. Dalam buku tersebut Aiko mengemukakan bahwa sangat mengesankan bahwa hampir 40% dari seluruh peserta latihan adalah anggota NU. Karena menurut catatan keanggotaan NU pada Agustus 1942 berjumlah 178.436 orang. Ini menjelaskan bahwa kiprah NU tak menyia-nyiakan setiap kesempatan walaupun pada masa sulit, yang mungkin saja akan berguna di masa mendatang.
Benar saja. Jepang hanya berkuasa seumur jagung. Hiroshima dan Nagasaki yang luluh lantak pada Agustus 1945, menjadi pertanda berakhirnya kekuasannya Jepang di Indonesia. Kemerdekaan yang menurut Bung Karno disebut sebagai jembatan emas, ditatap penuh harapan oleh generasi muda NU pada waktu itu seperti KH Wahid Hasyim, KH Masykur, KH Muhammad Ilyas, KH Wahib Wahab, KH Saifuddin Zuhri, Zainul Arifin, dan lain-lain.
*Asep Imaduddin AR, alumnus Pondok Pesantren Darussalam Ciamis
0 notes
Text
Delapan OPD Ajukan Nota P-APBD 2023
BINJAI, Waspada.co.id – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Binjai menerima nota pengantar perubahan APBD Tahun Anggaran 2023. Ditandai dengan Paripurna yang berlangsung di gedung DPRD Binjai Jalan Veteran, Kelurahan Tangsi Kecamatan Binjai Kota, Senin (25/9). Paripurna P-APBD 2023 dibenarkan Sekretaris Dewan DPRD Binjai, Putri Syawal Sembiring. “Iya benar, tadi Paripurna Pengantar Perubahan APBD tahun […] The post Delapan OPD Ajukan Nota P-APBD 2023 first appeared on Waspada Online | Pusat Berita dan Informasi Medan Sumut Aceh. http://dlvr.it/Swc2jb
0 notes
Text
Tempat bekam di tangsi , wa: 0899-7757-295, RSHC
"KLIK WA https://wa.me/628997757295, Tempat Bekam Jakarta, Tempat Bekam Murah, Tempat Bekam Tangerang Selatan, Tempat Bekam Tebet, Tempat Bekam Terdekat
Rumah Sehat Herba Center (RSHC), Merupakan Klinik Kesehatan yang memiliki beberapa layanan, yaitu: Cek Kesehatan, Konsultasi Kesehatan, Tempat Bekam, Tempat Urut, Terapi Syaraf Kejepit, Terapi Susah tidur, Terapi Stroke, Terapi Skoliosis, Terapi Tulang Bengkok, Terapi Alzeimer, Terapi Kanker, Terapi Kista, Terapi Anak, Terapi Remaja, Terapi Orangtua, dan Terapi Pasutri.
Rumah Sehat Herba CenterJl. Bukitduri Tanjakan No. 46 RT/RW 011/008Bukitduri, Tebet, Jakarta Selatan, 12840https://goo.gl/maps/cudy2Gski7k9DafC7Telp Center 021-8309292
Langsung Owner 0899-7757-295
Informasi Lainnya:https://dhans.id/rshc
https://wa.me/628997757295"
0 notes
Link
Liputanredaksi.Com - Liputan Berita Tercepat | Liputan Hari Ini | Liputan Update | Liputan Populer | Liputan Terkini
0 notes
Text
Discover Lombok: Indonesia's Unspoiled Island Paradise
If you're seeking an island paradise that combines pristine beaches, vibrant local markets, rich cultural heritage, and adventure-filled activities without the overwhelming crowds, look no further than Lombok. This lesser-known gem of Indonesia, often compared to Bali before the tourism boom, boasts an array of attractions for every kind of traveler. The Ideal Time to Pack Your Bags With its tropical climate, Lombok can be visited any time throughout the year. Nevertheless, the best time to experience its full grandeur is during the dry months between May and October. Although the remaining months are wetter, occasional showers often offer a refreshing respite in the humid climate. Embarking on Your Island Adventure Lombok International Airport serves as the primary entry point to the island. Conveniently, numerous airlines operate daily flights from Jakarta and other cities within Indonesia. For those seeking a scenic route, ferry rides offer a leisurely alternative from Bali. Your Island Home Accommodation on the island ranges from high-end resorts to budget-friendly guesthouses, catering to all tastes and budgets. The areas of Senggigi and Kuta Beach are home to luxurious beachfront resorts offering breathtaking views and world-class amenities. Mataram City, on the other hand, offers affordable stays for budget-conscious travelers. Thriving on Adventure Lombok's varied landscape is a playground for adventure seekers. Challenge both your physical and mental stamina with a rewarding hike up Mount Rinjani, Indonesia's second highest volcano. For water sports enthusiasts, the waves at Gerupuk Bay are perfect for surfing, while the crystal-clear waters surrounding the Gili Islands offer incredible snorkeling experiences. Explore Lombok's cultural heart by visiting the traditional Sasak village, where you can learn about the locals' way of life straight from its source. Immersing in Sasak Culture The Sasak people, forming the majority of Lombok's population, are known for their warm hospitality and rich cultural heritage. Get a first-hand experience of their traditional weaving and pottery techniques, and lose yourself in the rhythm of Sasak music, which forms an integral part of their daily life. The Island on a Plate Lombok's food scene is a culinary adventure in itself. The spicy Ayam Taliwang, grilled chicken slathered in a fiery sambal sauce, is a must-try. Other local delicacies include Pelecing Kangkung, a water spinach dish topped with a spicy tomato sauce, and Pisang Goreng (banana fritters) for a sweet ending. While Senggigi and Mataram City host a good selection of restaurants, do not miss the street food stalls for an authentic taste of the island. Visual Wonders of Lombok Lombok’s natural beauty and historic landmarks form its main attractions. Commune with nature at Sendang Gile Waterfall, relax on the unique pink sands of Tangsi Beach, or immerse yourself in the tranquillity of the ancient Pura Lingsar temple, a symbol of religious harmony on the island. Guided Explorations Numerous tour operators offer a variety of group and private tours. These tours range from trekking, snorkeling, cultural tours, to local cooking classes, ensuring you get the most out of your visit to the island. Nightlife Despite its tranquil reputation, Lombok's night scene is lively yet laid-back. Senggigi is the nightlife hub, with beach bars, cozy venues with live music, and nightclubs. For those seeking a quieter evening, the pubs in Kuta offer a relaxed atmosphere. Navigating the Island You have several transportation options in Lombok. From public vans known as bemos to private taxis and motorbike rentals, moving around the island is easy and convenient. Treasure Hunting Don't leave Lombok without getting your hands on its famous pearls and intricately hand-woven textiles as souvenirs. Ampenan Old Town and Mataram Mall are the go-to shopping destinations. Essential Information The official currency of Indonesia, the Rupiah, is accepted on the island. ATMs are easily accessible in major towns and credit cards are widely accepted. The locals speak Sasak but you’ll find English spoken in most tourist areas. It is crucial to respect local customs, particularly when visiting religious sites. Finally, be sure to venture off the beaten path - that's where Lombok's true beauty lies. Lombok's allure lies in its untouched natural beauty and the simplicity of its way of life. It's a slice of paradise where you can slow down, unwind, and fully savor the beauty of island living. Whether you're an adrenaline junkie, a culture vulture, or a peace seeker, Lombok is a destination that delivers unforgettable memories. Read the full article
0 notes
Text
Why Are Lombok Famous Tourists Destinations?
Lombok's quieter, more untamed mountainous environment rivals Bali's natural beauty. Get away from the crowd and discover Sasak culture while discovering Lombok's way of life. Here are ten reasons Lombok is a worthwhile destination to visit on your next vacation if you need help deciding between a trip to Bali or Lombok.
Reason To Visit Lombok
Nearby The Gili Islands:
The Gili Islands, which are frequently misidentified as being a part of Bali, are located just one km from Lombok. The three islands are a trio of idyllic tropical islands with gorgeous beaches, nightlife, and outdoor activities. The islands are easily accessible from Lombok; it takes 20 minutes to get there by boat from the northwest.
Lombok Offers Less Tourist Traffic And A More Genuine Experience:
Lombok is frequently contrasted with what Bali used to be before its tourism industry took off. Beautiful ancient villages and peaceful beaches may be found on the island. Lombok Travel offers a lovely retreat for a quiet and calm experience while teaching visitors about the local way of life.
Amazing Hikes:
In the north of Lombok, Mount Rinjani, the second-highest mountain in Indonesia, offers several beautiful treks. The mountain's elevation is 3,726 meters above sea level, and it will take two days to trek to its summit. Incredible waterfalls and a verdant, wildlife-filled national park can be seen along the way.
Lombok Gives Visitors A Genuine Sense Of Indonesia:
Lombok more clearly demonstrates authentic Indonesian culture. During your tour, learn about the nation's culture, Sasak customs, and handcrafting methods.
Pink Beach:
Tangsi Beach, popularly known as Pink Beach Lombok, is the location of this unusual pink beach. Separated from the tourist regions, it is still today a spotless sanctuary with gorgeous scenery, crystal-clear water, and weather.
Culture Of Shosasak:
More than 85% of the people on the island of Travel Camps are from the stunning Indigenous culture. The Sasak people make woven things by hand, speak their language, and practice Islam. During your stay, visit a local Sasak village to learn about weaving and other handicrafts passed down through the years.
Beautiful Waterfalls:
Many beautiful waterfalls on Lombok are worth exploring. Tiu Kelep, Benang Kelambu, and Sendang Gile are just a handful of the communities surrounding Mount Rinjani!
Zero Traffic:
The slower pace of Lombok is reflected in its traffic. Since there is plenty of space between beaches, tourists may easily rent a car or motorcycle and easily tour the island.
Beautiful Surroundings And Rice Fields:
From above, the Lombok Tour Package is a patchwork quilt made of dense jungle and rice fields, similar to Bali. Visit Tetebatu, a peaceful area surrounded by beautiful nature, rather than Bali's Ubud.
Discover The Mosques:
Due to the island's Islamic heritage, there are a lot of beautiful mosques on Lombok. Discover how religion is crucial in daily life while admiring the breathtaking views from the mosques' various outstanding spots.
0 notes
Text
Terseret Ombak saat Mandi Bersama 4 Teman, Bocah Kelas 1 SD Hilang Tenggelam di Pantai Padang
INGATLAH.COM – Seorang bocah laki-laki hilang akibat dihantam ombak besar saat mandi-mandi bersama temannya di objek wisata Pantai Padang, Jalan Samudra, tepatnya di seberang lapangan minisoccer samping Taman Budaya, Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Senin (16/9) sekitar pukul 18.15 WIB. Sebelum hilang terseret ombak ke tengah laut, korban bernama Fadhil (6) yang merupakan…
0 notes
Text
0812-6236-7407 Dapoer Rumah AK, Jual Nasi Liwet Bakul Pangkalan MansyurLangsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6281262367407 , Jual Nasi Liwet Bakul Pangkalan Mansyur, Jual Nasi Briyani Mix Mangga, Jual Nasi Tumpeng Tangsi, Jual Nasi Tumpeng Bhakti Karya, Jual Nasi Tumpeng Binjai Estate, Jual Nasi Tumpeng Pujidadi, Jual Nasi Tumpeng Rambung Barat, Jual Nasi Tumpeng Rambung Dalam, Jual Nasi Tumpeng Rambung TimurKami adalah produsen briyani, kebuli, mandhi, Nasi Liwet Bakul, nasi tumpeng yang siap kirim ke seluruh kota Medan dan sekitarnya, bagi Anda yang ingin order silahkan menghubungi kami di WA/Telp 0812-6236-7407#JualNasiLiwetBakulPangkalanMansyur, #JualNasiBriyaniMixMangga, #JualNasiTumpengTangsi, #JualNasiTumpengBhaktiKarya, #JualNasiTumpengBinjaiEstate, #JualNasiTumpengPujidadi, #JualNasiTumpengRambungBarat, #JualNasiTumpengRambungDalam, #JualNasiTumpengRambungTimur
0 notes
Text
Kiprah Herman Willem Daendels di Bandung
Kabupaten Ukur lahir melalui piagam Sultan agung Mataram 20 April 1641 isinya memberikan kuasa kpd Ki Astamanggala menjadi mantri agung di tatar ukur dgn gelar Tumenggung Wirangun angin (Bupati ke-1 Bandung 1641--1681)
@Tgl 5 Juni 1806 Republik Batavia tamat. Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte kemudian mendirikan "Kingdom of Holland" (Koninklijk Holland) & menunjuk adiknya Louis Napoleon Bonaparte sebagai raja.
Kerajaan Belanda diresmikan thn 1806 dgn rajanya LODEWIJK NAPOLEON (atas perintah kakaknya yg berkuasa mengangkat daendels yg enerjik, pemberani yg saat itu sbg gubernur di provinsi oost friesland sbg orng yg paling cocok utk memperfahankan sisa sisa kekayaan di HB hrs di prioritaskan)
Atas rekomendasi Napoleon Bonaparte makan Herman Willem Daendels ditunjuk menjadi Gubernur Hindia Belanda (1808-1811). Daendels tiba di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808. Daendels ditugaskan untuk memperkuat pertahanan di Jawa guna menghadapi Inggris yang berpusat di India.
@Thn 1808-1811 di bangun jl. Raya pos anyer panarukan di jawa sbg: bagian dari SARANA PERTAHANAN thd serangan inggris & sarana PERHUBUNGAN WILAYAH BARAT TIMUR
DJOKO MARIHANDONO (disertasi)--STEVEN LO bhw motif rencana pembangunan jl.Raya pos tsb tdk diketahui persis demikian halnya dgn kondisi lahan--> pembangunan jl. tsb menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah) karena di satu pihak DIPUJI pembangunan tsb tapi dilain pihak DICACI MAKI krn mengorbankan banyak nyawa manusia +_ 30.000 jiwa korban. Jalan tsb awalnya sdh ada, daendels hanya melakukan PERBAIKAN -memperpanjang, memperlebar ketika melakukan perjalanan di jawa, Mei 1808 Rencananya membangun jalan dari bogor ke karangsambung di cirebon-->MENGHUBUNGKAN BARAT & TIMUR JAWA ,ANYER PANARUKAN dgn cara jalan desa yg sdh ada diPERBAIKI & DIHUBUNGKAN dgn jalur jalan raya ini.
Januari thn 1807 Daendels diangkat sbg Gubjen di asia (anugerah pangkat marsekal negeri belanda oleh Lodewijk napoleon). Akibat kekuatan inggris dilaut hampir 1 thn daendels tiba dgn kapal amerika di batavia (perjalanan panjang melalui perancis, spanyol,afrika utara,pulau kanari) Instruksi Raja Lodewijk napoleon sebelum daendels berangkat & ketika audensi pd kaisar napoleon adalah utk MEMPERTAHANKAN jawa dgn segala upaya thd invasi inggris.
Tiba di batavia dibangun pusat perkantoran baru, tempat tinggal (Weltreveden, sebelah selatan kota tua) & peralatan militer lengkap :benteng, lembaga artileri, RS & tangsi -->dicari calon prajurit pribumi (madura) sejak thn 1803 prajurit eropa sdh tdk digunakan --Maka berdiri pasukan negara kekuatan 20 rb orng
Di masa2 krisis VOC, Belanda terkalahkan oleh Prancis & wilayah kolonialisasinya jatuh ke tangan Prancis.
Raja Louis Napoleon selaku Raja Prancis, mengirimkan Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia (Jakarta) dijadikan Gubjen di HB, Daendels tiba di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808. Daendels ditugaskan untuk memperkuat pertahanan di Jawa guna menghadapi Inggris yang berpusat di India.
Setelah bangkrutnya VOC thn 1799 dikarenakan korupsi & pemborosan anggaran maka aset2 VOC di HB di serahkan kepada pemerintahan Belanda sehingga mulai saat itu seorang Gubernur Jendral menjadi wakil dari pemerintahan Belanda.
Januari 1799 (Bangkrut bubar) VOC menyerahkan priangan ke pemerintahan Republik Bataafsche belanda (1795--1808) Tahun 1808 Gubjen ke-36 H.W. Daendels membagi priangan dalam 5 kabupaten: sumedang, ukur, cianjur, karawang & parakanmuncang -->PREANGER REGENTSCHAPPEN
Akibat runtuhnya VOC menimbulkan keheranan-->Begitu besar akibat tindakan Daendels memerintah begitu keras--dikenal & diberi julukan marsekal besi (maars chaalk) seorang figur penting dlm politik di negeri Belanda --Lahir thn 1762 anak lelaki penduduk terhormat di Hattem (kota kecil Provinsi Gelder)
--Thn 1787 sbg patriot muda yg melarikan diri ke perancis --Thn 1795 sbg jenderal pasukan pichegru kembali ke negeri belanda-->pangkat Letjen pemimpin pasukan republik batavian. Dalam fungsi ini thn 1799 Daendels hrs menanggung kekalahan dlm perang inggris--rusia (september 1799 mendarat di noord holland, provinsi ibukota amsterdam). Pengakuan Daendels bhw tidak tahu sebelumnya ttg invasi ini hingga tdk dpt dicegah --> dilecehkan orng hingga bbrp thn dia mengundurkan diri dari masyarakat
Daendels dlm melaksanakan misinya dibantu oleh: --Luitenant DU BUS Raja Belanda, Willem I akhirnya menuruti desakan tersebut dengan memberi kuasa kepada komisaris jenderal DU BUS DE GISIGNIES (Pembantu utama H.W. Daendels dlm pembuatan Groote postweg) untuk merundingkan pembentukan bank di Jawa. Untuk mempersiapkan modal bank sirkulasi, saham sebanyak 8.000 lembar dengan harga perlembarnya 500 gulden dilempar ke pasaran.
--dr.Andres de Wilde Dokter bedah chirurg, pengawas perkebunan di tarogong garut, tuan tanah ➡️Tgl 25 April 1808 Jalan Buitenzorg cisarua bogor --cirebon (150 km) jalan sulit menembus gunung tinggi (pengerjaan Mei 1808) dikerahkan 1.100 tenaga kerja paksa (PRAMUDYA ANANTA TOER) tapi menurut Djoko marihandono pekerjaan pembuatan jalan raya bogor--cirebon atas dasar kerja upah krn Dirjen keuangan VAN IJSSELDIJK telah menyiapkan dana utk upah pekerja & mandor peralatan & konsumsi/ransum--> dana 30.000 Ringgit + uang kertas yg begitu besar (pemberian upah didasarkan pada beratnya lokasi yg ditempuh ex: batu cadas, hutan lebat, lereng bukit/gunung pekerja dpt upah + beraa + garam
"SISTEM PEMBAYARAN" Pemerintah HB memberikan dana kepada para prefek/penguasa lokal (jabatan setingkat residen)lalu di bayarkan ke para bupati (bukti ada) sedangkan dari para bupatib kepada para pekerja tidak ada bukti kuitansi (jadi bukan kerja paksa tapi ada upahnya)
➡️Agt 1808 Daendels ketika ke surabaya "perlu diperpanjang ke timur tujuannya: @EKONOMI: (angkut komoditi) --Wilayah ujung timur (Oosthoek) daerah potensial utk produk tanaman tropis selain kopi (cocok utk gula & nila) --Panarukan dekat daerah lumbung gula di besuki & tanah partikelir-->produk tropis penting
@POLITIK:Militer --Perairan di di sekitar selat madura memberikan peluang bagi pendaratan pasukan inggris-->F.ROTHENBUHLER (Pemegang kuasa/gesoghebber) ujung timur sbg penanggung jawab pembangunan jln surabaya s/d ujung timur (Sept 1808)-->titik akhir panarukan (tdk sampai banyuwangi krn tdk miliki potensi sbg pelabuhan ekspor)
"DAENDELS" -Pelopor sekolah di indonesia
Thn 1809 dibuat Dinas kereta Pos, lembaga 1 yg mengatur angkutan barang & penumpang (Batavia-bandung) -->jarak teratur tiap 7--9 (6 paal) km dibuatlah perhentian & tempat tukar kuda utk beristirahat/menginap bagi penumpang/kusir (Banceuy). Biaya pemeliharaan lembaga,jalan, & kuda yg disediakan utk dinas pos ditanggung sebagian besar para bupati setempat (otomatis dibebankan lagi pada bawahannya, kerja paksa punya peranan penting di sini) --Biaya dinas kereta pos tinggi & ketergantungan pd rakyat kabupaten
ALASAN IBUKOTA BANDUNG PINDAH: 1)Rentang kendali thd kabupaten bandung lbh mudah-->stlh selesainya jl ry pos & krapyak sering kebanjiran (Dede Mariana, LPPM Unpad) ibukota parakan muncang (cicalengka) digeser ke arah timur laut ke andawadak (tanjungsari) krn terlalu dekat dgn ibu kota kabupaten yg baru
Tahun 1810 dgn 200 ekor kuda dibeli & khusus digunakan utk mengangkut kiriman pos & penumpang di sepanjang jalur jalan raya pos-->TERSEDIA PENGINAPAN TEMPAT PENGGANTIAN KUDA 8,9-15 km (Banceuy) ditempat tsb dpt disewa juga awak kereta dgn syarat bayar dimuka. Zaman Thomas Stamford Raffles thn 1812-1813 sistem jalan terpisah utk pegawai pemerintahan & pribumi dilengkapi dgn jalan raya dari karawang-indramayu-cirebon (yg tdk dpt diwujudkan pada masa daendels)
--Thn 1810 banyak angkutan di bandung-->pemasokan produk wajib dilakukan cara dgn sebelumnya jalur yg dipakai dipikul kuli pesisir/perahu kecil via sungai citarum dibagian yg dpt dilalui--> praktek yg melelahkan makan waktu banyak (tdk efektif dan efisien & biaya tinggi sebagian ditanggung bupati & rakyatnya --Utk lalu lintas barang & penumpang Bupati bandung hrs sedia 200 orng (puluhan thn bagi penduduk GPW bukan keuntungan tapi beban)
Pemerintah Inggris (1811-1816) bdsrkn tgl 10 Agt 1815 menetapkan priangan sbg keresidenan dgn ibukota CIANJUR (Sumedang, bandong, cianjur, parakanmuncang. Kadipaten/Keresidenan Cianjur menyisakan banyak bangunan dengan pola arsitektur Caucasia, termasuk kompleks istana Cipanas. Kompleks ini tak ada kaitan dengan Belanda. Kompleks itu arsitektur Caucasia sebagaimana rumah lama di Cianjur.
Tahun 1819 Dr. Andres de Wilde mengajukan saran kepada Pemerintah HB agar ibukota keresidenan Priangan dipindahkan segera dari Cianjur ke Bandung utk mempermudah usaha pengembangan wilayah pedalaman Priangan.
Abad 19 perkembangan & kemajuan daerah Priangan amat lamban, Surat Perintah Gubjen G.A. Baron Van der capellen tgl 9 Januari 1821 "wilayah keresidenan Priangan tertutup bagi semua orang Eropa & cina"
Tgl 11 agustus 1852 keresidenan Priangan terbuka utk umum, residen Priangan Van Steinmetz. Tahun 1856 Gubjen Charles Ferdinand Pahud memindahkan ibukota keresidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung, namun perintah dpt dilaksanakan THN 1864 saat Residen Van der Moore menjabat juga tepat meletusnya Gunung gede.
DJOKO MARIHANDONO Pada masa periode thn 1853 diputuskan bhw TIDAK ADA pembangunan jalan terpisah yg digunakan utk sarana transportasi barang & manusia. Tahun 1857 pemerintah HB memutuskan rute jalan raya di buka utk seeua lalu lintas baik utk transportasi barang & manusia.
Di bawah kepemimpinan Daendels, Prancis berhasil mengibarkan benderanya di atas perahu dagang VOC & hal ini menandakan Prancis memulai penjajahannya di Nusantara. Pemerintahan Daendels kejam & diktator membuatnya mendapat berbagai kecaman, hingga pada akhirnya ia digantikan oleh Jan Willem Janssens.
Namun pada 18 September 1811, Janssens menyatakan kekalahannya atas Inggris & menandatangani perjanjian bahwa seluruh Pulau Jawa dikuasai dan diserahkan pada Inggris.
"Inggris (1811 - 1816)" Kalahnya Prancis di tangan Janssens menjadi awal bagi Inggris menguasai wilayah Pulau Jawa. Di bawah kepemimpinan Stamford Raffles, Indonesia mengalami banyak perubahan diantaranya:
menghapus monopoli & perbudakan serta
membagi pulau Jawa menjadi 16 Keresidenan.
Namun akibat konflik yang terjadi di Eropa antara Belanda & Inggris, mempengaruhi pula pemerintahan Pulau Jawa yg saat itu berada di tangan Inggris. Dari konflik ini, terbentuklah perjanjian bahwa Belanda secara resmi kembali menjajah & menguasai seluruh wilayah Nusantara.
Daendels dgn jalan pos Anyer-Panarukan tujuan diantaranya mengincar kekayaan emas Sumedang, Sumedang dalam bahasa Inggris artinya 'sprinkle' yang dapat diartikan semburan air. Larang itu kemilau atau berkilauan.
➡️Kelemahan Daendels & latar belakang Groote postweg --Pertahanan pulau tidak ada pertahanan laut (mencegah pendaratan musuh + mengangkut para prajurit lewat pesisir jawa dgn cepat) maka thn 1808 Daendels membuat projek raksasa jalan GROOTE POST WEST 1.100 km, lebar 7,5 mtr (Hidrografer MELVILL VAN CARNBEE & topografer W.F. VERSTEEGH membuat peta jawa dan pita warna merah) kurang lebih sepanjang pulau jawa yg sebagian besar dikerjakan oleh penduduk pribumi (kerja paksa beres 1 thn 1808--1809) dgn korban 30 rb jiwa kurang lebih (jalan selesai awal thn 1810 & jln menjadi faktor penentu dlm perkembangan pembangunan kota & ekonomi bandung
➡️Jalan Raya Pos rampung ada 3 penambahan komponen di alun2:
--LOJI (Pos pengawasan/ktr dagang) --KANTOR POS --PENJARA Biasanya berhadapan dgn pendopo (Haryoto Kunto) Secara beraturan kota2 yg terletak disepanjang Jl.Ry pos masing12 dipisahkan oleh jarak tertentu mulai 7,9,15 km , umumnya 15 km, 30 km paling jauh 60 km (HK), pengaturan jarak ini tdk terlepas dari sistem kereta pos yg tiap jarak tertentu 8,9,15 km harus mengganti kudanya.
--Fungsi daendels memulai tugas secara keras, otoriter & sentralistis Awalnya Daendels tdk mengetahui/bersangkutan secara pribadi dgn kehidupan kolonial-->Tdk terpengaruh & mengabaikan kepentingan & lembaga2 yg sdh ada. Dalam waktu singkat --Pengadilan & pemerintahan mengalami reorganisi sesuai model prancis sentralistis (dlm waktu cepat) --Memperbaiki pertahanan Belanda di Pulau jawa dari serangan tentara inggris ( Raja Holland: Louis Napoleon)-->membangun jl Raya pos
GROOTE POSTWEG di buat melalui dataran tinggi bandung dipilih jalur jalan lebih ke utara -->bahaya banjir sepanjang citarum
Ibukota bandung krapyak letaknya agak eksentris (tempuran aliran citarum & cikapundung) -->Daendels tgl 25 mei 1810 menugasi para bupati memindahkan ibukota/dalemnya/istananya 10 km ke utara di sekitar perpotongan jln baru dgn cikapundung alasannya dipilih lokasi tsb BUKAN PADA KEPENTINGAN BANDUNG melainkan pd KEPENTINGAN Pada ALAT NEGARA yaitu: "Letak DK dan parakan muncang (andawadak/Tanjungsari) terlalu jauh dari jln itu sehingga kegiatan di jln besar akan tdk banyak-->keuntungan tambahan budaya yg ada juga akan ditingkatkan <>tapak ditempat utama sangat sesuai. Sebagai Rentang kendali thd kabupaten Bandung lebih mudah terutama setelah selesainya Jl. Raya pos, ibukofa kabupaten terlalu jauh di selatan jln raya pos--> Bupati ke-6 DK, Krapyak : Indradiredja (Adipati Wiranata Kusumah II) + seluruh isi DK + lembaga pindah ke bandung, pelaksanaan waktu lama (sampai bdng baru sungguh dpt terbentuk) tapi jaman pemerintahan inggris 1811--1816 tempat baru ini sdh digunakan
SK kepada bupati Bandung & parakan muncang agar memindahkan ibukotanya masing2 ke tepi jalan raya (Mr.Van der Chijs, Plakaatboek, jilid XV)
Utk mendapatkan gambaran yg lbh nyata & jelas perlu sekali melihat 10 thn kemudian ke sebuah peninggalan peta bandung paling tua, peta sekitar thn 1825 dgn nama "Rencana tempat tinggal Bandoeng" pd zaman PD II msh ada di ktr arsip negara jakarta.
Versi ini adalah reproduksi 1951 (diambil dari dr.L.van der Pijls, ahli botanis bandung & dataran tingginya) meskipun dgn penampang 2 km msh dpt dikenali RENCANA JALAN DI BAGIAN PUSAT KOTA SEKARANG juga rencana penempatan kegiatan sosial yg akan datang. Berkaitan dgn jalan yg disebut terakhir ada yg mencolok yaitu ciri GPW ARAH BARAT--TIMUR jelas memperlihatkan jalur pemisah antara bandung bagian pribumi di SELATAN beserta alun2. Mesjid agung, rumah bupati + rumah2 Pegawai penting dan di UTARA kota bagian orang eropa antara lain rumah asisten & penginapan pemerintah. Pemisahan ini ditenggarai oleh kesejahteraan penduduknya, bukan karena munculnya peraturan antara utara & selatan, sampai pemerintahan belanda berakhir & bahkan sampai saat ini (perbedaan status & kekayaan utara & selatan msh tetap kentara)
Keberadan jalan GPW berdampak menguntungkan kota bandung sbg ibukota, pusat pemerintahan & perekonomian kabupaten (dpt dicapai dgn mudah). Jalan daendels bukan mrpkn jl yg pertama, akhir abad ke-17 SUDAH ADA JALAN SEMPIT & SEBAGIAN BLOM LENGKAP menghubungkan bandung dgn batavia & cirebon.
--Bbrp ruas GPW bahkan mengikuti jl lama (ruas batavia bogor, cianjur bdng, sumedang cirebon). Ja.lan baru di priangan hanya BAGIAN ANTARA CISARUA & CIANJUR melalui puncakpass (sebelumnya sdh ada jl setapak) & jalan melintas Gunung di sumedang
--JALAN GPW TIDAK BOLEH DIGUNAKAN (jalan utamanya) utk angkutan barang (pedati rakyat), kereta berat (ban padat) yang boleh digunakan HANYA JALAN Cabang Yg BERLUMPUR. Pembangunan jalan ini memang terutama memperlebar & memperbaiki jalur2 yg sdh ada.
"JULUKAN DAENDELS" @--Mas Galak (Ijzeren Maarschalk =Marsekal baja) diperoleh dari Napoleon dlm pertempuran dashyat daratan rusia @--Batavian Napoleon /napoleon ini zakformaat (sejarawan B.H.M. Vlekke, 1961) @--Tuan besar guntur (Drs.J.B.A.F Mayor Polak, 1962 "Serba serbi masa daendels)
--Sifat keras, sewenang2, terkadang kejam, sifat lomba, memegang pemerintahan masa sulit dgn tgn kuat + perbaikan2 penting di berbagai lapangan (Dr. P.C. Melhuysen & Prof.Dr. P.J. Blok " Niew Nederlandsch biografisch woodenboek, 1911)
"GROOTE POSTWEG" Groote = Great Post = Post Weg = Street (Jalan Raya Pos Besar)
Daendels kemudian memerintahkan membuat Jalan Raya Pos yang membentang dari Anyer--Panarukan sepanjang 600 Paal (1.100 Km) Pembangunan dilakukan pada tahun 1808 & mulai digunakan tahun 1809.
Sebagian jalur Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Daendels merupakan bagian dari jalan desa yang dirintis & ditempuh pasukan Sultan Agung saat menyerang Batavia tahun 1628 dan 1630.
Jalur Batavia, banten & bogor oleh VOC sdh dibangun dari pos satu ke pos penting, jalur tsb sulit ditempuh -->Tdk selalu dapat dilalui oleh orng & kuda (dibutuhkan 8 hari batavia-Cipanas gerobak sapi + naik kuda, STAPEL)
Jalan dimasa Daendels ada 2 tujuan: 1)MILITER 2)EKONOMI
Mengangkut komoditi kereta kuda pribadi & para pegawai pemerintahan dpt menggunakan jalur jalan tsb, namun penduduk pribumi biasa TIDAK diperkenankan memakai jalur jalan pos tsb hrs pakai jalur sendiri yg berada di samping jalur pos yg tdk dilapisi & tdk disediakan jembatan (HORN VAN MISPEN)--> Berkaitan dgn sistem yg digunan Daendels menerapkan metode di Prancis dgn menukar kuda yg tlh digunakan dgn kuda yg segar/baru. Sepanjang jalur pos yg dilalui thd stasiun utk penggantian kuda dgn jarak dari stasiun ke stasiun lainnya 8,9-15 km
Terkait Peta bertarikh 1818 yang memperlihatkan trase jalan di utara - padahal pembangunan jembatan Cikapundung di lokasi alun-alun Bandung sekarang ini sudah mulai dilakukan sejak 1810 sebagai penghubung bagi the "Grote Post Weg". Mungkin itu salinan peta survey lama?
Berdasarkan memori saya terhadap informasi/knowledge dari salah satu dosen saat kuliah dulu + sejumlah bacaan buku, artikel, dll yang beberapa saya sudah lupa persisnya, saya ingat bukunya alm.Haryoto Kunto, buku2 pak Sudarsono Katam dan pak Titi Bachtiar Titi Bachtiar Geo, tulisan PETER NEST dalam jurnalnya KITLV tentang efek sosial pembangunan jalan, & bukunya Robert P.G.A.Voskuil "Bandung Citra Sebuah Kota".. oh iya, ditambah penjelasan resmi Pemkot Bandung yang pernah saya baca di website salah satu instansi/OPDnya.
Jadi perkembangan wilayah Bandung sebagai kota ada kaitan dengan latar belakang Daendels merancang the Groote Post Weg dari Anyer sampai Panarukan..
i). Ide dasarnya adalah menyiapkan jaringan jalan penghubung untuk (1) kebutuhan militer dan (2) kebutuhan pengembangan ekonomi; Tahun 1808, H.W. Daendels dapat perintah dari Raja Lodewijk Napoleon (sodaranya Napoleon Bonaparte yang mahsyur itu) untuk memperkuat basis pertahanan di P.Jawa. Salah satu strateginya dengan mengembangkan jaringan jalan penghubung sepanjang P.Jawa.. targetnya: Anyer sampai Panarukan.
ii). Rupanya seiring waktu, Daendels lebih melihat aspek nomor dua (ekonomi) ini sebagai hal yang penting dikedepankan. Sehingga beliau mengarahkan pembangunan Jalan Raya Pos ini untuk dapat menghubungkan pusat-pusat permukiman warga (kampung/dusun yang menjadi pusat komoditas/penghasil produk pertanian/perkebunan) dengan pusat distribusi milik Pemerintah kolonial. Artinya, jalan-jalan dibangun sedekat mungkin dengan lokasi permukiman yang sudah ada jalur pedati (memanfaatkan trase jalan setapak / jalan kereta yang biasa dilalui warga lintas daerah - jadi Jalan Raya 'baru' ini sebetulnya lebih banyak memperlebar dan memberi perkerasan terhadap jalan setapak yang sudah ada, kecuali di beberapa lokasi yang dirasa sulit dilalui sehingga mereka membuat trase baru);
iii). Masuk wilayah Negorij Bandong (kota Bandungnya belum ada), seingat saya dalam salah satu artikel yg rasanya pernah dibahas di sini juga, target jalur yang dilalui adalah distrik oedjongbroeng dan terus ke distrik parakanmoentjang. Jadi rencana semula nampaknya memang mengambil jalur utara (kalau tidak salah, desa "Bandong" itu ada di utara, kalau lihat salah satu peta lama yang pernah dibahas pak Titi Bachtiar kayaknya posisinya mungkin di.. Dago…?)
iv). Salah satu alasan trasenya kemudian jadi melalui jalur yang sekarang kita kenal (cimahi/raya barat - alun-alun/cikapundung - ujung berung/raya timur) kemungkinan terkait pemilihan kemudahan untuk dikerjakan (kapungkur tos aya analisis Satuan Kemampuan Lahan/SKL oge panginten..?). Lokasi Cikapundung (alun-alun sekarang) itu lahannya bersifat hamparan dan nampak cukup subur. Satu-satunya penghambat hanya aliran S.Cikapundung yang dapat diatasi dengan membangun jembatan.
v). Saat Daendels tiba 1810 di posisi penyeberangan cikapundung (sekitar kawasan alun-alun sekarang), beliau melihat hamparan lahan yang kelihatannya bagus untuk pengembangan permukiman. Itu sebabnya ada cerita dia berjalan dan menancapkan tongkat di titik nol (sekarang depan kantor dinas BMPR-Jabar) sambil menginstruksikan untuk membangun 'kota' di wilayah tersebut. Instruksinya kemudian dibuat resmi tersurat kepada Bupati (residen) Bandung.
vi). NAAH, di sini mulai menariknya: ternyata Bupati sudah punya ide duluan untuk mencari tempat bermukim yang baru sejak 1808, mengingat rarasaan beliau itu ibukota di Karapyak (dayeuhkolot sekarang) kurang dapat dikembangkan karena ada limitasi fisik seperti luapan air sungai /Banjir kala hujan besar. Terlebih, ada kemungkinan beliau pun sudah mendengar adanya rencana trase jalan ke wilayah Cikapundung tengah (alun-alun sekarang).. Naah, ini yang menarik, soalnya ada catatan di.. kalau tidak salah bukunya pak Titi Bachtiar, bahwa bapak Bupati ini pernah melakukan survey ke daerah alun-alun sekarang dengan menggunakan perahu yang bentuknya 2 sampan berdampingan, dikenal sebagai "parahu bandung" asal usul kata bandung
vii). Kenyataannya, pak Bupati pernah memindahkan tempat tinggalnya ke wilayah Cipaganti dan Balubur (hence: kata 'Balubur' menurut tulisan pak T.Bachtiar menunjukkan lahan Bupati/kepala pribumi yang digarap oleh masyarakat atas perintah beliau dalam bentuk 'kerja bakti' (kalo yang merintah orang walanda namanya kerja paksa, eugh geningan..), sebelum kemudian ke kebon kawung (gedung pakuan sekarang), dan akhirnya membangun ibukota baru di Cikapundung (alun-alun sekarang) sesuai dengan arahan 'Mas Galak alias Daendels.
viii). Cerita selanjutnya kita sudah tahu… Soal residen sumedang pindah dari parakanmoentjang ke anawadak (yang kemudian berganti nama jadi Tanjungsari) memang masih berhubungan juga dengan cerita ini, tapi itu menjadi cerita tersendiri, mungkin nanti akan ada yang bersedia menuliskan.
jika lihat dipeta lama ada ujung berung. jika belok jalannya ke rute sekarang (jl.ahmad yani) lebih pendek dan menghubungkan jalan yg sudah ada dan mendatar dan irit biaya.Klo lewat atas jalurnya berkelok naik turun. di peta lama Bandung ada juga jalan Gegerkalong hilir tembus cimahi yg ada tanjakan curamnya. ada juga info bahwa lokasi awal Pendopo (kantor pemerintahan Bupati Bandung) r3ncana pindahnya ke daerah Cipaganti atas. ( di Belakang masjid cipaganti masih ada nama jalan Kaum cipaganti). Kaum merujuk pada adanya area perumahan bangsawan Sunda)
??QUESTION.. Kenapa jalan Groote PostWeg pada awalnya direncanakan posisi lebih ke utara Kota Bandung (tidak melewati kota Bandung) ?? Pertanyaan ini muncul setelah mendapatkan arsip peta:
[1] Kaart van het RYK van Bantam, Jacatra & Cheribon op Het Eiland Java | yang disusun Js van den Bosch, Generaal Majoor, Ridder der 3de. Klasse van de Militaire Willems Orde ; Landegent, scrlpt. ; J.C. Visser, sculpt.
s'Gravenhage en Amsterdam : Bij de Gebroeders van Cleef, tahun 1818 bersumber dari National Library of Australia, terlihat Groote PostWeg posisi ruas jalan lebih ke utara dari pusat kota Bandung, apakah mungkin ini merupakan hasil survey pengembangan jalan yang dipimpin oleh komandan pasukan zeni Kolonel von LUTZOF, 1808 (hatur nuhun info dari Pak Titi Bachtiar Geo) sebagai pembanding dengan teknik penggambaran peta yang sama dalam peta
[2] Kaart van het eiland Java, yang di susun C.W.M. van de Velde, Luitenant ter Zee Topographisch Bureau, tahun 1845 arsip Universitaire Bibliotheken Leiden. Jalan Groote PostWeg sudah terlihat sebagaimana sekarang, dimana ruas jalan berada dan melintas Kota Bandung.
Posisi 'Bandong' di peta 1818 itu kemungkinan sekitar Dayeuhkolot sekarang, dekat dg aliran sungai Citarum
Peta pertama itu menunjukkan bandung lama, Kalau dilihat titiknya dilalui aliran tjitaroem. Peta kedua memperlihatkan posisi bandungnya sudah pindah ke cikapundung (alun2). Terlihat di bagian selatan ada daerah bernama "bandong kollot", yaitu Dayeuhkolot
Sebenarnya ciri mendasar kenapa kita sebut lebih ke utara, trase terlihat melewati diantara punggungan bukit dan pegunungan sebelah utara, seperti percis peta Junghun, kemungkinan sebelah utara itu sesar lembang dan tangkuban perahu
Untuk wilayah Bandung, pembangunan jalan raya Pos diputuskan memperlebar jalan yg telah ada sebelumnya. Tentu saja hal ini dilakukan karena memperhitungkan segi waktu dan dana. Karena kalau ke utara berarti harus mengikis tebing gunung, karena kita ketahui Bandung dikelilingi gunung.
Sampai awal abad ke-19, Pelabuhan Cimanuk masih dinilai penting, sehingga Marsekal Gubernur Jenderal Daendels, pada awalnya rencana pembuatan jalan raya posnya hanya sampai di Karangsambung, seperti yang tertuang Surat Keputusan tanggal 5 Mei 1808.
Pembangunan jalan raya pos ini menyiratkan dua kepentingan utama, pertama karena nilai ekonomi di pedalaman yang belum terkelola dengan baik, dan kedua untuk pertahanan Negara.
Saat itu, dalam pandangan Daendels, tidak ada jalan yang baik, sehingga berdampak pada pemasukan Negara dan kerugian bagi penduduk. Dengan adanya jalan raya pos itu, maka hasil perkebunan dari Priangan dapat diangkut sampai Karangsambung, lalu dimuat ke dalam tongkang, mengalun ke hilir di aliran Ci Manuk menuju pelabuhan.
Demikian juga seperti yang ditulis oleh Thomas Stamford Raffles dalam bukunya "The History of Java"(edisi bahasa Indonesia, Narasi, 2008), menggambarkan kondisi jalan dan kendaraan di Pulau Jawa.
Barang yang tidak bisa diangkut melalui jalur sungai akan diangkut oleh manusia, kuda, dan kerbau. Jalan yang dibangun Raffles itu melanjutkan pembuatan jalan yang telah dibangun sebelumnya.
Sampai tahun 1811, jalan raya pos sudah menghubungkan Anyer – Tangerang – Jakarta – Bogor – Cisarua – Cianjur – Rajamandala – Bandung – Cadas Pangeran – Sumedang – Karangsambung.
Lokasi dermaga sungai di Karangsambung itu diperkirakan sedikit ke hilir dari ujung jalan raya pos yang berpotongan dengan Ci Manuk.
Di posisi itu saat ini berkembang Desa Tomo, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Dari sanalah hasil perkebunan seperti kopi dimuat ke dalam tongkang, mengikuti aliran Ci Manuk sejauh 70 km sampai di muaranya.
Yang meyakinkan bawa Pelabuhan Cimanuk pernah menjadi pelabuhan yang ramai dengan pengelolaan yang baik seperti digambarkan oleh Tom Pires, di sekitar muara sungai itu jejak peradaban pelabuhan terabadikan dalam toponimi.
Di sana terdapat nama geografi Pabean. Pabean itu kantor yang mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk dan bea keluar. Nama kantor ini menjadi penciri kawasan, kemudian menjadi nama geografi. Kini, lokasinya yang lebih ke hilir mendekati muara dinamai Desa Pabeanilir.
Pada masa Raffles, pembuatan jalan yang melalui dataran rendah dilanjutkan kembali pembangunannya. Inilah keadaan jaringan jalan pada tahun 1816, seperti ditulis oleh oleh Imam Gunarto (2012).
Jalan itu menghubungkan Batavia dengan Cirebon melalui Karawang – Ciasem – Pamanukan – Kandanghaur – Indramayu – Cirebon, yang dapat memperpendek jarak sejauh 50 mil bila dibandingkan melambung melalui Bandung. Berfungsinya jalan ini, akan berpengaruh pada bongkar muat di pelabuhan Cimanuk.
1 note
·
View note
Text
What Are the Best Things To Do During Your Stay In Lombok
While Bali has long dominated Indonesia's tourism industry, Lombok is swiftly catching up and is expected to overtake it as one of the most opulent travel destinations in South East Asia. Here are some of the top things to do in Lombok:
Trek Mount Rinjani:
The massive Mount Rinjani, also known as GunungRinjani in the local language, is the second-highest volcanic mountain in Indonesia, towering above the island of Lombok. The mountain, which towers over the entire island of Lombok and rises to a height of more than 3,700 metres above sea level, is one of the most well-known hikes in the entire globe.
Explore Gili Air:
The closest island to Lombok is Gili Air, one of Indonesia's three Gili Islands, and it offers the best of both worlds in terms of tranquil vacation or nightlife. The newest of the Gili islands has everything for everyone, from temples to waterfalls, seaside shacks to hidden surf areas, along with cosy cafes and nightlife hotspots.
Enjoy Snorkelling Tours:
Due to its exceptional underwater clarity and lush coral reefs, Lombok is well known for snorkelling excursions in the Indian Ocean. Snorkeling is a laid-back way to encounter colourful fish, amiable turtles, and rays in the clear, warm seas, making it ideal for families and adventurers. From April through July, Lombok's prime snorkelling spots include Medana Bay, Kuta Beach, and Tangsi Beach.
Unwind in Air Kalak Hot Springs:
Air Kalak Hot Springs, touted as the ideal location in Lombok to unwind and meditate. The intriguing spring, said to have therapeutic volcanic mineral characteristics.
Visit Narmada Water Park:
In 1727, early inhabitants in Lombok did something more to allow people to enjoy the water on the island by constructing the exquisite Narmada Water Park. This public park, designed to replicate Mount Rinjani's shape, contains exquisite gardens, a pool resembling Rinjani's lake, and historically significant temples devoted to Lord Shiva. In addition, there is a natural spring near the pool that is thought to be the Fountain of Youth, with the ability to prolong life.
Keeping all these tourist activities in mind, reliable Lombok villa investment could be an ideal option for investors looking for a high return. Many investors across the globe have shown interest in Lombok, but particularly those from Jakarta, Singapore, and Hong Kong who see the island's potential for growth into one of South East Asia's premier luxury travel destinations.Lombok is still a hidden treasure, and it's worth checking out for long-term, high-return investments in contrast to the fiercely competitive market of Bali.
1 note
·
View note