Tumgik
#sempoyongan
hime-arts · 11 hours
Text
ZZZ
Gara-gara sebotol minuman
dia jalan sempoyongan~ 🎤
Tumblr media
6 notes · View notes
bersuara · 4 months
Text
Tumblr media
Sebenarnya tidak mau men-share foto ini di sini. Tetapi, karena menurutku cerita dibalik foto ini cukup lucu, maka aku tetap akan men-share foto ini hahaha.
Sekarang, kami sekeluarga sesekali kewalahan dalam mengawasi Syaki dalam bermain. Energinya seakan tidak pernah habis, rasanya ada saja sesuatu yang dia lakukan. Jalan terkadang masih sempoyongan, tetapi tidak menyusutkan semangat Syaki untuk mengeksplore isi rumah.
Foto di atas adalah foto ketika Syaki sedang berusaha memasukkan kunci ke dalam laci meja di klinik ibunnya. Lalu apakah berhasil? ternyata belum berhasil setelah mencoba berusaha dalam kurun waktu lima menit.
Fokus Syaki harus terus di latih, terlebih ketika memasukkan kunci ke dalam lubang kunci yang memang memerlukan ketelitian extra. Syaki sudah mulai menstimulus sensori motoriknya untuk belajar fokus.
Lalu, apa yang dilakukan Syaki setelah gagal dalam usahanya memasukkan kunci ke laci meja? Syaki masih melanjutkan misinya untuk mengeksplore klinik Ibun nya. Kali ini, fokus Syaki adalah ke tensimeter yang disimpan di atas meja. Kaki mungilnya yang berjinjit, Syaki berusaha menggapai tensimeter dan setelahnya memainkan karet pompa tensimeter dengan ekspresi bingung dan tertawa.
Setelah ku rasa cukup, Syaki akhirnya aku gendong dan ku bawa masuk kembali ke dalam rumah. Kalau dibiarkan lebih lama, bukan hanya meja klinik saja yang akan berantakan, tetapi etalase obat pun akan ikut berantakan karena tangan mungil Syaki akan mengeluarkan obat-obat yang sudah tersusun rapih.
- 28 Mei 2024
4 notes · View notes
teguhherla · 5 months
Text
Aku sedang perjalanan menggapai puncak
Tapi..... Ceritanya baru saja dimulai
"Belum sampai kepada titik tertinggi dalam keadaan lelah, aku mendapat gangguan ya itulah memang rintangan dan resikonya jika kita mendaki gunung menjelajah hutan
Seketika badai datang bergemuruh menerpaku, aku bersembunyi dibalik batu besar tapi aku tidak kuat menahannya, jatuhlah lah ke dalam jurang
Bersyukur masih selamat karena tuhan masih mengizinkanku hidup meski penuh dengan luka
Dengan darah yg terus mengucur, luka disekujur badan, hanya harapan untuk terus hidup yg menolongku
Ku obati lukaku sendiri, dan alam membantuku menyediakan dirinya sebagai obat alami
Nafasku tersendat-sendat, berjalan sempoyongan mencari jalan pulang sebab tersesat tak tau arah
Pikiranku kacau karena sendirian, tapi aku mencoba untuk tetap tenang
Lagi-lagi harapan yg membuatku bertahan
Waktu yg berjalan lambat membawaku ke tempat aliran sungai, aku butuh minum dan istirahat sebentar
Tapi kau tau? Saat perjalanan menuju sungai itu aku tergelincir lagi, hanyut ke dalam sungai deras itu
Aku berusaha tenang jika tidak maka aku akan tenggelam
Mencoba berenang dan ketika ada batu-batu aku mencoba menggapainya dengan tangan tapi tetap aku terseret arus itu
Hanya berharap aku masih diberikan keberuntungan
Aku harus melawan ketakutan ini berusaha sebaik mungkin untuk ketepian
Sampai akhirnya perlawanan yg hebat ini berubah menjadi kepasrahan
Tuhan jika ini memang sudah waktunya untukku maka berilah aku senyumanmu agar aku bisa pergi dengan tenang
Tapi kau tahu? Setelah kupasrahkan hidupku aku tersadar, bahwa pasrah bukan berarti menyerah
Aku berusaha menggapai ketepian lagi meski terbelenggu keadaan, terus dan terus sampai pada akhirnya aku hilang ditelan arus itu".
Kesimpulannya.... Aku akhirnya mati dalam keadaan berjuang, dan itu sebuah kebanggaan diri yg harus diterima sebagai seorang petualang
Aku memang hilang, tapi aku akan tetap abadi dalam jiwa dan kenangan orang yg mengenangku dengan tulus
Terima kasih sayang
Ini cerita yg harusnya tidak terjadi dalam hidup kita tapi kita harus menerimanya dengan cinta yg terelakan takdir
3 notes · View notes
lamyaasfaraini · 6 months
Text
Lari akhir bulan..
Pas nih masih libur, udah rencana lari jg kan dari 2 hari lalu. Masih semangat lari dlm keadaan puasa wlpn kuatnya cuma 30 menit sekitar 4k lah itu. Tadi bangun agak siang, start lari jam 6.30 matahari udah tinggi jg. Lsg ke paskal aja deh, udah lama ngga kesana, ada sebulanan kali yah wkwk.
Selama lari ngos2an bgt, ngga enjoy, cpt lelah.. HR 150-160an kata suamiku max di umurku HR gaboleh melebihi 185. Masih aman wlpn hampir mendekati batas max. 4k berasa lama bgt haaaa.. Knp ya? Faktor kurang tidur gt yah, apa puasa ini ngaruh bgt. Yaudahlah yg penting gerak, finished 4k dgn sempoyongan.
30 min, 4k as usual. Long time no see, paskal 23!
Tumblr media Tumblr media
Btw di paskal ternyata ngga begitu rame. Yg lari bisa keitung jari padahal udah siang bgt. Sepuh2 yg jalan kaki jg jarang.. Lagi libur keagamaan gt yah..
Udah syncing di strava, gps bagus tapi kepotong setengahnya. Ada aja deh ih..
Tumblr media
Hari terakhir bulan maret dan udah kuprediksi pencapaian bakalan menurun karena bulan puasa ini.. Ya gpp dong yaa santai aja~ bulan april gmn nih? Awal bulan kayanya aku bakalan mens, iyak betul awal dan akhir puasa bgt sad kaaan. Prediksi di kalender sih 3 harian lg, let's see lah.. Lari yaa gpp msh 2 hari sekali aja, kalo udah plg ke rumah ortu bisa lari treadmill lg, puasa mah ternyata lebih enak lari di treadmill euyyy. Pacenya jg meni stabil atuh wlpn cm 4k hehe. Bulan april kepotong mudik jg kayanya yaa, jd kita liat aja gmn nanti atur2 jdwl larinya.. Sebelum tgl 22 april nemo masuk sekolah lagi, jdwl lari kembali normal dong yaa.
3 notes · View notes
plume-lune · 9 months
Text
belok kiri eden
aku sempoyongan..
aku tidak hilang arah,
soalnya ada google maps.
ada segelintir jantung yang
dibalut kulit.
ada mesin-mesin penghancur
batasan ruang, lalu
ada aku dan beberapa lainnya.
aku diminta untuk merapihkan
gawai, bukan bekal surga
tapi aku sembah.
bukan kepada tuhan
tapi aku tuhankan.
aku menggigil dan mulai melantur,
“ada kepala tanpa tubuh yang
percakapannya mampu memenggal
kepala-mu.”
pula, “ada tubuh yang asing terpasung
dan aku tidak ingin menyentuhnya.
karna aku pesuruhnya.”
aku merakit kata-kata dari lidah
lalu menjahit lidah-lidah dengan
benang dari urat segar yang aku
temui
di jalan-jalan yang aku lalui
hasil perintah google maps
untuk si tuan. si tuhan. si bahan.
si setan.
3 notes · View notes
serintikan · 10 months
Text
perihal kumis isagi.
dan rin yang suka?!
☆⋆。𖦹°‧★
ngomongin soal isagi kumisan. tau gak kalo yang ngebantu isagi cukuran, tuh, selalu rin?
dulu, sih, enggak ya. bahkan rin pun gak pernah kepikiran kalau ada kemungkinan kumis dan jenggot isagi bisa tumbuh. sangking kulit wajah isagi selalu bersih dari rambut tipis dari para kumis dan jenggot.
sampai akhirnya ada kondisi yang menyeret isagi buat mau-tidak mau menumbuhkan rambut-rambut tipis itu.
sewaktu tim futsal sekolahnya kalah ngelawan sekolah lain, taruhan kali itu membuat mereka gak boleh cukur kumis atau jenggot sampai sebelum UAS, yang artinya isagi harus tahan buat gak cukur sekitar empat (4) bulan.
untuk aiku, teman seangkatan sae, yang selalu bermimpi untuk memanjangkan kumisnya setelah lulus, taruhan itu bukan suatu mala petaka. lain halnya untuk isagi yang selalu langsung menyukur rambut tipisnya sesaat setelah ia melihat mereka muncul setiap ia bercermin.
kala itu, hubungan isagi dan rin semakin dekat dengan pernyataan cinta yang belum kunjung diucapkan, tapi isagi bercerita soal taruhan itu dan rin mulai menunggu dengan penuh harap.
rin tahu itu hanya rasa penasarannya saja karena pikiran soal lelaki berkumis sebagai tipenya tak pernah terlewat di benaknya. namun bayangan tentang isagi dengan rambut-rambut tipis di antara hidung juga bibirnya sempat membuat jantung rin berdegup kencang. rasa penasaran ‘kah? atau murni karena itu isagi?
dan waktu yang ditunggu pun telah tiba. saat rin menangkap ada segaris kumis halus yang muncul di wajah isagi, matanya bingung harus fokus ke garis tipis itu atau bibir—
“rin?”
empunya nama akhirnya melihat lawan bicaranya kembali. “kenapa? gak denger.”
“gue nanya, aneh gak, sih, kumisnya? gatal banget gue mau cukur, tapi masih sebulan lagi.”
“gatal? emang gatal ya kalo tumbuh kumis?”
“enggak juga. maksudnya, gue gak kebiasa aja numbuhin kumis—aneh gak? kok gue ngerasa aneh ya.”
rin mengalihkan pandangannya sesaat setelah isagi kembali menatap wajahnya di cermin kecil yang ia bawa dari dalam kamar. minggu sore itu mereka habiskan dengan bercengkerama di teras lantai dua rumah isagi. banyaknya angin sempoyongan bertiup ke arah mereka tapi kenapa rin malah merasa panas?
“gak aneh. mungkin lo gak kebiasa aja ngeliat kumis gitu di muka lo.”
“iya, kali ya,” ujar isagi, tidak ada kepekaan sedikit pun dengan apa yang rin rasakan saat itu. “kalo gak aneh, menurut lo cocok gak?”
“hah?”
“gue cocok gak kumisan gini?”
isagi menoleh ke arah rin. mata mereka bertemu tatap. isagi yang masih saja tidak peka akan tingkah rin dengan sabar menunggu rin untuk menjawabnya. rin meneguk ludahnya sebelum berucap pelan, “cocok aja.”
“cocok?”
“iya.”
suara pelan rin tetap ditangkap oleh isagi walaupun surai hijau itu membuang mukanya lagi setelah sadar seberapa dekat wajah kakak kelasnya itu dengannya. isagi pun terikut sadar mengapa mata rin tidak kuat berlama-lama bertatapan dengannya dan senyum jahil mulai muncul.
“lo suka ya?”
sontak rin menoleh kesal ke arah isagi. “apaan? enggak. ngaco mulu.”
“bilang aja iya.”
“enggak.”
“iyaa.”
“enggak, anjing. stop.”
“suka ‘kan?”
“enggak?! diam gak lo.”
“aku tau kamu suka.”
“enggak, isa. anjing. nyebelin lo. ngomong sekali lagi, gue cukur tuh kumis.”
“cukur aja,” ujar isagi semakin usil dengan memiringkan wajahnya agar rin bisa melihatnya dengan jelas. “tapi cobain dulu sebelum lu cukur.”
“cobain gimana—gak usah aneh-aneh lo, isagi?!”
“aneh-aneh apaan sihhh.”
isagi duduk tegak kali ini dengan telapaknya yang ia buka ke arah rin. “pinjam tangan, dong.”
“mau ngapain…”
“pinjam bentar. gak aneh-aneh. janji.”
rin bolak-balik melirik telapak tangan itu dan raut wajah isagi yang tenang. ia tahu ia akan dijahili lagi tapi di sisi lain rasa penasaran yang ia miliki berhasil melawan rasa kesalnya itu. maka ditaruhnya lah tangannya untuk isagi genggam dan membiarkan isagi menariknya pelan untuk menangkup pipi si surai biru.
perhatian rin terlalu fokus pada bagaimana isagi tetap menggenggamnya dan mengelus lembut punggung telapaknya sebelum ia merasa ibu jarinya didorong halus bersapuan dengan garis tipis kumis isagi.
“nih, coba.” isagi menyenderkan pipinya lebih relaks ke tangkupan rin seraya membiarkan rin yang pelan-pelan mulai mengusap kumis juga bibir isagi dengan ibu jarinya. “gitu rasanya.”
“rasa apaan, sih?”
“ya, gitu.” senyuman jahil lainnya nampak pada bibir isagi. ia menatap rin yang terlihat terlalu fokus pada apa yang ia lakukan. isagi juga tidak pernah menebak tentang rin dan rasa penasarannya itu, namun usut punya usut, ternyata rin gampang sekali ia tebak. dan muncul lah pikiran usil lainnya di kepala isagi yang langsung ia laksanakan: ditolehkan wajahnya sedikit untuk ia kecup sekilas telapak tangan rin yang masih ia genggam.
semburat merah di pipi rin terpampang jelas setelah itu dan menarik tawa kecil dari mulut isagi yang menyaksikannya. celoteh amarah rin keluarkan tapi tidak ada tanda-tanda ia ingin menarik tangannya. alih-alih ia tangkup kedua pipi isagi untuk dicubitnya gemas wajah itu. kesal, katanya. namun merah pipinya berkata lain.
☆⋆。𖦹°‧★
habis itu, karena isagi gak berhenti ketawa geli sehabis ngebuat rin mau meledak layaknya gunung berapi, rin beranjak masuk ke kamar mandi dan mengambil krim juga cukuran.
hari minggu itu, pertama kali rin belajar cara mencukur rambut-rambut tipis di wajah isagi dengan benar, yang akhirnya menjadi kebiasaan karena si kakak malah jadi ngelunjak dan manja—gak mau cukur kalo bukan rin yang cukurin.
dan isagi yang kena hukuman lainnya karena kumisnya udah dicukur sebelum waktu yang telah ditentukan.
☆⋆。𖦹°‧★
juga aiku yang keterusan gak cukur kumis & jenggotnya. jadinya di hari pertama UAS, dia ikut susulan karena gak boleh masuk kelas.
(selain kebersihan, jaga kerapian juga, ya, kak!)
6 notes · View notes
diamdisini · 2 years
Text
Kini, Saya Tahu Alasannya
Dulu semasa kami kecil, ketika mamah sakit kami selalu bilang agar mamah istirahat, pun hingga kami telah berkeluarga sekarang pun permintaan kami tetap sama. "Mah, istirahatlah kalau sakit. Jangan sibuk ngurus rumah terus, kasian badan mamah". Biasanya mamah hanya membalas dengan senyuman atau sekadar bilang "Gapapa, mamah masih kuat. Doain aja mamah sehat terus".
Kalau dipikir-pikir lagi, tidak mudah membesarkan lima orang anak dengan satu raga. Semua harus diurusi, semua harus dipenuhi, semua harus dikerjakan. Sangat tidak mudah, saya sadari mamah pasti sangat lelah. Bahkan saat malam pun, ditengah lelahnya beliau masih menyempatkan waktunya untuk menanyakan bagaimana kami hari ini? Apa saja yang dilakukan? Apa ada cerita?.
Padahal, sebenarnya mamah lah yang mungkin lebih pantas untuk ditanya bagaimana perasaannya? apa yang dia mau? Apakah ada hal yang sangat ingin dia lakukan? Sekadar berjalan keluar rumah atau makan makanan yang dia suka. Mamah lah orang yang butuh dikuatkan, setelah menjalani hari-hari yang melelahkan.
Beliau terus menjadi selembar kertas bagi cerita anak-anaknya. Tanpa ia sadari, ia pun bisa menjadi bagian dari lembaran cerita-cerita yang ada. Sayangnya, beliau tidak pernah melihat dirinya sendiri. Baginya, anak-anak adalah bahagianya.
Mah, dirimu sangat HEBAT!
Dan kini, setelah saya resmi menjadi seorang ibu. Saya tau mengapa mamah begitu HEBAT mengurus kami, membesarkan kami yang dengan berbeda-beda sifat. Mungkin mamah juga harus belajar untuk memahami kami satu persatu, sulit tapi beliau bisa dan mampu. Saya tau kini alasannya mengapa ketika sakit, beliau tetap mengurus kami. Beliau tak perdulikan sakitnya, selalu berkata "kuat" meskipun jalannya sempoyongan.
Beliau selalu menjadi malaikat di hari-hari buruk anaknya, selalu sediakan pelukan saat air mata sulit untuk ditahan, selalu menjadi rumah saat kami kehilangan arah.
Itu semua karena "Ibu adalah jantung bagi sebuah keluarga, jika jantung itu berhenti maka berhenti pula kehidupan dalam keluarga". Begitu kira-kira saya simpulkan.
Menjadi seorang ibu itu tidaklah mudah. Kamu akan tau semua jawaban mengapa ibu begini, begitu. Setelah kamu juga menjadi seorang ibu.
Untuk mamahku,
Panjang umur dan sehat selalu. Tuhan selalu memelukmu dalam semua hari dan situasi. Kami semua sayang mamah.
Tangerang, 22 Februari 2023
Sherla.
9 notes · View notes
biruu-langit · 1 year
Text
Cerita mudik (sabar)
Saat orang orang sudah pulang, tanggal 19 jam 14.00 masih masak pindang telur di kost, buat bekel kalau jadi mudik.
Posisi masih didepok
Tapi mau pulang lewat ciputat..
Sedangkan keberangkatan biasanya jam 4/jam 5 sore.
Sebenernya bukan ngejar berangkatnya karena pasti molor,tp tiketnya..
Orang orang sudah pada beli tiket 1 minggu sebelumnya
Tp aku gak mikirin samasekali
Gak terlalu berharap si,jadi pasrah aja sama Allah,kalau ndak jadi mudik
Mau nginep dirumah ka putri dpamulang
Biar deket sama P.o sinarjaya
Nah singkat cerita waktu masak pindang hati kepikiran yaudalah pulang hari ini aja.jadi langsung ku pesan grab buat otw ciputat..
Jam 14.10 abang grab dateng
Tp maaa syaa Allah..ini jalannya pelan bgt sambil istighfar berkali kali,krn dulu suka motoraan depok ciputat cuma 30menit kalau macet 45 an
aku sampai pengen gantiin bawa motor abang grabnya kkkkk
Hampir 2 jam perjalanan nyampai ciputat jam 4,ditambah hujan deras banget..
Diloket udah full orang,bahkan ndak ada celah buat masuk.yang penting koper sama tas aman..
Aku langsung lari ke tempat tiket
Qadarulloh ada mba2 yang baru mau beli tiket ciputat - bobotsari untuk 2 kursi.
Daannn
"Habis mba" begitu kata penjaganya
Yah dalam hati...(pupus sudah pulang hari ini,tapi gapapa si.)
Tp penjaga yang satu bilang
"Sisa satu ni yg arah jompo,masukin mba yang itu" nunjuk aku
Waaaw alhamdulillah..jadi ni pulang
Tp belum berakhir disitu..
Info dari petugasnya , bus yang mau aku naiki posisinya masih di cikampek krn macet..
Harus nunggu sampai jam 1 pagi..yaudahlah ndak papa..
Sepertinya menunggu jadi keahlianku..bahahha
Banyak sabar yang sedang aku jalankan.jadi menunggu tapi sudah ada kepastian,bukan suatu hal yang sulit
Jam 00.39 bus datang,alhamdulillah sudah duduk di kursi no 37,posisi sebelah kaca.
Duduk sama bapak bapak.fyi gak memungkinkan minta tuker posisi krn harus duduk di kursi sesuai nomor tiket,biasanya aku minta duduk sama cewek biarrr aman,tp semua duduknya rata 2 lg sama keluarga
Kalau safar gda mahrom itu emang was was apalagi kita cewek,
Sebelum naik pokonya berdoa semoga yang duduk sebelah orangnya baik
Pas perjalanan gada yang aneh,krn pada capek jd tidur,tas aku pangku,dan posisi tidur tangan gak lepas dari dada
Sampai akhirnya di pemalang,awalnya ngrasa biasa aja,sikunya si bapak di taro diatas paha aku, oo mungkin gasengaja
Lamalama kok tangannya kayak meraba paha sama lutut aku,langsung kutepis
(Dalam hati sudah keluar kata kata mutiara,sambil banyak doa.)
Waah gabisa di biarin ni orang gila
Akhirnya aku gerakin tu kaki.biar dia ngrasa kita gak nyaman.gerakin yang kenceng,badan juga berontak yaa
Tunjukin ekspresi gasuka,gak nyaman.bikin dia gak nyaman juga sebelahan sama kita.kalau dia tetep gitu,teriaaakkk si
Rencana dalam otak begitu
Akhirnya doa aku dikabulin,ada yang keluar 1 penumpang dan sibapak akhirnya pindah .legaaaaa
Saat di pemalang ,rasanya perjalanan panjang bgt harus sebelahan sama orang gila
Badan udah capek banget,gak sampai sampai.
Jam 19.00 akhirnya sampai di bobotsari dengan wajah pucat sempoyongan dan muallllll.
Alhamdulillah
3 notes · View notes
staf · 1 year
Text
Tumblr saya yang tersayang,
Wow wow wow. Semua reaksi yang mengambang di udara dasbor ini membuat saya merasa agak sempoyongan. Mereka benar-benar hampir memabukkan!
Waktu saya memberi tahu Anda, saya diliputi oleh aroma manis kesuksesan... Anda tahu, saya biasanya bukan orang yang emosional. Saya datang dari silsilah panjang keluarga Bricks, dan kami bangga menjadi, yah, Bricks. Tapi ya ampun, bagaimana saya tidak bercucuran air mata melihat keindahan pelangi reaksi yang saya lihat di depan saya ini. Saya mungkin seharusnya menyertakan 🌈 sebagai reaksi!
Apakah hal itu bisa terjadi? Bahwa saya meluncurkan produk baru, dan tidak dihentikan dalam satu hari, mengirim saya terbang kembali ke pengasingan di Clawland di mana saya mendarat di tempat yang tidak bisa disebutkan dengan suara DEBAM yang keras?! Apakah ini adalah sesuatu yang bisa benar-benar saya banggakan?!??
Tuan dan Nyonya kepiting, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan...
Tapi saya tahu apa yang harus saya JUAL!
Dapatkan MERCHANDISE Reaksi Abstrak Anda di sini, di Emporium! Wakil saya yang setia, Roberd, telah mengeluarkan sekumpulan [lencana perca/stiker/pin] yang keren absolut berdasarkan rangkaian reaksi yang diakui memang belum lengkap, yang telah Anda nikmati sepanjang hari.
Hanya selama waktu terbatas, Anda bisa memberikan reaksi DI DUNIA NYATA! Jadi tunggu apa lagi? Terdapat tombol baru untuk diklik yang mengatakan BELI SEKARANG!
Salam penuh reaksi,
Brick Whartley Direktur Utama Reaksi Direktur Utama Perdagangan Barang dan Insinyur Fisik (Sedang Cuti)
3 notes · View notes
bersuara · 2 years
Text
Abahku sakit, karena takut emakku ikutan sakit, akhirnya beliau dirawat sama tanteku (adik dari abahku). Alhasil Sabtu kemarin aku memutuskan untuk pulang, karena aku tahu kalau emak dirumah pasti ngga ada yang ngurusin karena yang lain pasti sibuk buat rawat abahku. Alhamdulillah Abah sudah lepas infusin, tinggal pemulihan tapi belum bisa pulang ke rumah.
Tanggung jawab soal emak ada di tanganku. Akhirnya segala macam urusan beberes rumah+masak aku kerjain sendirian. Belum lagi kalau emakku rewel minta ini itu, alhasil aku kurang istirahat hahaha (plus beban mental ke aku karena butuh kesabaran ekstra buat ngurusin orang tua yang udah lansia).
Qodarulloh, selepas isya emakku mau ke kamar mandi buat ambil wudhu tapi jalannya sempoyongan, aku tuntun jalannya buat balik lagi ke kamar, ku bilang "nanti aja wudhunya, tiduran dulu" aku langsung bikinin susu karena beberapa hari ini nafsu makan emakku menurun, tiap kali ku siapin makan cuma dimakan sedikit. Ku tanya keluhannya sekarang, katanya pusing+badan lemes. Oke, nampaknya kesabaranku diuji lebih ekstra masyaa Allah. Aku langsung kasih minyak angin+mijitin kepala (karena sebelumnya udah minum obat, jadi ngga ku kasih obat lagi).
Aku nangis diam-diam hehehe, aku mikir kalau aku ngga sabar dan ikhlas, yang aku lakuin akan sia-sia. Mungkin Allah lagi ngasih ladang pahala buatku, sampai beberapa kali sugestiin diri sendiri kalau aku pasti mampu buat lewatinnya.
Nangis diam-diam karena badanku sama-sama ikutan rontok masyaa Allah :)
8 notes · View notes
walidahchoirun · 2 years
Text
Menikah dengan Orang yang Tepat
Tumblr media
Kehidupan pondok yang menyenangkan bagiku. Lantai atas yang menjadi saksi, bagaimana bahagianya aku ketika tak sengaja berpapasan dengan kakak senior itu. Mas Kaindra panggilannya. Ia merupakan hafidz “masyaAllah”. Memiliki postur tubuh yang ideal, kulit sawo matang, dan memiliki etika yang baik, hampir semua siswa putri tak ada yang tak mengenalinya. Kantin Soto Solo menjadi tempat favorit untuk memberi makan si lambung.
“Mitt pokoknya mengusahakannya lewat doa masih terus kulakukan”
“Hah gimanaa? Kamu masih mengaguminya sejak 4 tahun lalu?”
“Aku tidak paham bagaimana cinta ini bekerja, yang kutahu sebagai manusia aku hanya bisa berusaha dan berdoa; istiqoroh dan sholat tahajud sembari kuselipakan nama dalam doa yang kupanjatkan”
Tepat ditahun ke empat setelah lulus dari pondok, mas Kaindra dan rombongan keluarganya datang ke rumah untuk melamarku. Begitulah cara semesta bekerja, orang yang selama ini kukagumi ternyata menjadi jodohku.
Pernikahan ini baru berumur satu tahun, kalau anak – anak satu tahun jalannya masih sempoyongan. Aku memilih menikah ketika sudah mempunyai rasa cinta, dan visi misi yang selaras. Begitu baik dan lembut caranya memperlakukan isterinya.
“Bertemu denganmu dan keluargamu adalah salah satu hal yang kusyukuri mas”
@langitlangit.yk @careerclass @bentangpustaka-blog
3 notes · View notes
plume-lune · 2 years
Text
tengah malam, sekali lagi (1)
segenggam rautan kayu lapuk,
lalu dijadikan satu dengan kertas lusuh,
aku kembali bangun disela-sela malam
temaram dan tak tenang, mengerjap,
meraba, menghampiri kunang-kunang.
merasakan pusing dari batang sayang.
mengerjap;
aku menghindari dan menyusuri perasaan,
memaki keadaan, mencintai luka dalam,
memeluk tubuh lebam babak belur dihantam
kenyataan.
aku sedang di atas,
sempoyongan dan hilang akal.
ingin pergi ke alam khayangan,
minta makan dan validasi akan
dosa yang telah aku kaji.
hasil analisa yang membuatku hampir mati,
dengan daftar pustaka jurnal milik para
sastrawan dan seniman dan mereka yang
tak dihargai. milik para filsuf kehidupan haha hihi
maka jika aku ingin hidup lagi,
kan ku coba tidur sekali lagi.
3 notes · View notes
syncedforjune · 2 years
Text
The other side of the door.
Tumblr media
Narasena.
Sayup-sayup musik jazz terdengar mengalun menemani tidurku di atas kursi sofa ruang tamu sedari tadi. Musik itu berasal dari halaman belakang, sepertinya dad dan juga yang lain masih asyik menghabiskan waktunya bersama dengan berpesta ria. Maklum, kami adalah penghuni baru di rumah besar yang akhirnya selesai direnovasi sedemikian rupa agar mirip dengan style rumah lama kami; rumah dengan gaya Jepang modern.
Ibaratnya syukuran sambil bertukar sapa dengan saudara sendiri. Toh juga ini kali keempat kami sekeluarga bisa berkumpul di satu tempat akibat pekerjaan yang tak kunjung menemukan titik senggang. Walaupun tidak semuanya bisa berkumpul, tapi aku sudah merasa bahagia. Keasingan yang dulu aku rasakan sekarang sudah berubah menjadi kebahagiaan seutuhnya.
Rumah ini semula ditempati oleh Aunt Lily dan juga Uncle Jonas. Mereka bilang, rumah ini harus terus dikunjungi dan dipantau pengerjaan renovasinya agar tidak ditempati oleh makhluk-makhluk tak kasat mata. 
“Permisi….” 
Di tengah kedamaianku di atas kursi sofa yang empuk, tiba-tiba, terdengar lirihan suara panggilan dari pintu luar yang memang sengaja aku buka sedikit. Suaranya kecil dan halus. Aku terperanjat bangun dari kursi sofa dan tersadar kalau hari sudah berganti malam.
Aura rumah mendadak berubah drastis; jadi terasa dingin dan muram. Sekujur bulu kudukku juga mendadak berdiri, entah kenapa. Aku menelan ludah dengan susah payah karena pikiran mengerikan mulai merangkak ke seluruh tubuhku. Hanya aku yang ada di ruang tamu ini. Ruang tamu yang cukup hening dan redup.
Jangan bilang kalau itu lirihan suara hantu.
“Permisi….” Lirihan suara itu kembali terdengar. Mau tidak mau akhirnya aku beranjak berjalan menuju ke arah sumber suara. Pandanganku masih terasa kunang-kunang dan jalan pun sedikit sempoyongan. Kugisik kedua mataku menggunakan tangan lalu hadirlah sesosok gadis dengan rambut panjang sampai pinggang menunduk di hadapanku. 
Aku memekik hendak kabur namun sepatu milik Grissham membuatku tersandung lalu terjatuh. Gadis itu terkejut kemudian mengulurkan tangannya, menyeringai seperti hendak memakanku sekarang juga.
He? Atau mungkin tadi aku salah lihat.
“Ma-maaf!” serunya dengan cepat. Ternyata benar. Fyuh, aku memang sudah salah lihat. Buktinya kaki gadis itu masih menapak pada tanah, tidak melayang atau bahkan mengambang. Dia juga bukanlah sesosok hantu legenda berambut panjang yang terkenal dikalangan masyarakat Indonesia. Atau bahkan Sadako… bukan, dia hanyalah seorang gadis yang hendak berkunjung ke rumahku sembari membawa satu kotak entah apalah itu isinya.
Aku meraih tangannya yang dingin lalu kembali berdiri. Jarak antara tinggi badan kami cukup jauh. Dia… imut sekali. Bahkan aku harus menundukkan kepalaku sedikit agar bisa bertukar kontak mata dengannya. Aku rasa kami seumuran.
“Maaf kalau aku ngagetin kamu,” ucapnya seperti sedang merasa bersalah. Aku pun langsung menggeleng tidak masalah.
“Ma-maaf lagi. Aku tetangga di depan rumah kamu. Ini, ada sedikit hadiah dari keluargaku. Selamat datang di komplek ini. Eum… oh ya, ibu dan ayah bilang terima kasih untuk souvenirnya yang cantik. Maaf tadi kami semua memang enggak lagi ada di rumah,” ucapnya sedikit kaku dan tergagap-gagap sambil memberikan hadiah itu kepadaku. Wajahnya juga terlihat pucat, apa dia sedang sakit?
Aku pun menerima hadiahnya lalu membungkuk, mengucapkan kata 'terima kasih' dalam bahasa Jepang. Dia membeku, matanya tiba-tiba melirik ke arah tangan kananku. Seperti terkejut.
“E-eh... maaf kalau tangan kananku buat kamu takut,” refleksku lalu menyembunyikan tangan kananku ke dalam saku celana. Ah… selalu saja begini. Bekas dari luka bakar yang ada di sekujur tangan kananku ini selalu saja mengundang lirikkan yang tidak mengenakkan. Bekas luka yang sudah bertahun-tahun lamanya. Bekas yang selalu menghantuiku hingga kini.
“Lho? Enggak, bukan begitu! Aduh, kamu salah paham, aku cuma… lagi nervous aja. He… he… he….”
“I'm sorry,” sahutnya lagi lalu menunduk seperti sedang dihukum oleh guru galak yang ada di sekolah. Aku tertawa kecil. Ya ampun, dia ini memang suka sekali meminta maaf seperti itu ya jangan-jangan?  
“Gak apa-apa, nama kamu siapa? Boleh aku tahu?” Kini aku memberanikan diri, hendak mencairkan suasana. Aku pun mengulurkan tangan kananku lagi untuk berkenalan secara resmi dengannya.
“Namaku Shankara Jenaka, panggil aja aku—”
“Kara, gimana? Boleh aku panggil kamu Kara?” tanyaku lagi memotong ucapannya karena terlalu bersemangat dapat teman baru. 
“Hee… biasanya orang-orang manggil aku Shan atau Jenaka, sih. But Kara sounds good. Namamu sendiri siapa?” tanya balik gadis yang kini aku panggil dengan nama Kara.
“Oh, namaku Narasena Shuichi. Panggil aja aku Sena, Shuichi juga boleh,” jawabku lalu dia mengangguk paham. Kami pun saling berjabat tangan.
Mendadak angin malam berhembus kencang yang membuat aku dan Kara refleks memeluk diri sendiri. Suasana juga kembali mendadak hening dan dingin. Kami membisu dalam rentetan helaan napas yang tercipta.
Sampai suatu kalimat yang masih menggantung terucap secara bersamaan, kecanggungan mulai menyeruak. Oh come on, I hate this situation. Benar-benar canggung sekali.
“Ladies first,” ucapku membiarkan Kara agar dia melanjutkan kalimatnya terlebih dahulu.
“Okay. Kalau gitu… aku pamit dulu. Udah malem, kamu juga pastinya harus istirahat. It was nice talking to you, Sena. Selamat malam,” pamitnya melanjutkan kalimat yang sempat menggantung tadi seperti enggan berlama-lama dekat denganku. Did I say something wrong to her…?
Ah, aku rasa tidak. Lagi pula Kara benar, ini sudah malam dan rasanya aku ingin segera melanjutkan tidurku yang sempat terpotong karena kehadirannya tersebut. Atau mungkin, dia hanya sedang mengalami gejala kecemasan ringan ketika sedang bertemu dengan orang baru. Sama seperti dirimu yang dulu, Narasena. 
“Oh? Oke deh. Catch you later, Ra.” 
Dia kemudian pergi dengan langkah yang terburu-buru, aku kembali menahan langkahnya dengan satu panggilan. Dia pun menoleh, raut wajahnya terlihat gugup setengah mati.
“Omong-omong, sankyu! Selamat malam!” teriakku sambil mengangkat kotak pemberian keluarganya—sebuah kotak yang berisi coklat Haigh's (coklat tertua yang berasal dari Australia). Kebetulan coklat ini adalah coklat kesukaan keluargaku juga.
Kara tersenyum hambar lalu mengangguk, melanjutkan langkahnya dan kemudian mulai hilang dari pandanganku. Dia sudah kembali masuk ke dalam rumahnya.
Aku melamun untuk beberapa saat. Angin kencang kembali mengacak-acak rambutku yang sudah mulai memanjang. Entah kenapa ada suatu hal yang membuatku jadi merasa penasaran dengannya. I feel like she's different, berbeda sekali dengan gadis-gadis yang pernah aku temui sebelumnya.
4 notes · View notes
pitribamboo · 2 years
Photo
Tumblr media
Sudah ya, sudah beribu langkah yang kita bawa. Terima kasih sudah mau berjuang sampai saat ini. Kau bawa langkah kakimu dengan sedikit sempoyongan, bahkan hampir jatuh dan terselungkup. Gapapa kok, itu prosesnya. Jangan langkahkan kaki karena keterpaksaan atau karena seseorang. Bawa ia melangkah karena kamu ingin melangkah. Kamu gak harus mengiyakan maunya orang, kebahagiaan orang bukan tanggung jawab kamu. Kamu sangat berhak untuk memilih jalanmu sendiri. Jangan bosan dan jangan pernah menyerah! Lelah boleh, istirahat boleh, tapi jangan hentikan langkahmu. _____ #30haribercerita #30hbc23 #30hbc2304 #pitribamboo #galerigewes #berkisahsejenak (di Papuma Beach, Jember - Jawa Timur) https://www.instagram.com/p/CnAEqfwvxze/?igshid=NGJjMDIxMWI=
3 notes · View notes
puspadwin · 2 years
Text
Insecurities
Lagi-lagi tentang air dan anginnya, Gelombang serta derunya, dan rasa sama derasnya.
Naik turun, kanan kiri, tak tertopang.  Dengarnya ia sempoyongan. Padahal yang melaju hanya bisikan.
Tak banyak yang dapat ditakar, Darinya memang tak sukar, Jenaka yang sederhana. Dekap hangat dingin malam misalnya.
Berbilang kecil dirinya indah. Tak lebih baik justru berdesir dekat. Bahkan pada jantungnya ia kalah. Menikam tiap jiwa yang berupaya.
Entah hingga kapan ia berdetak, Kemelut rasa tak nyenyak, Menyesap syukur dalam-dalam, Melumat utuh segenap sesal, Tak jelas asal pasal.
Gelayut rinai suburnya lahir, Dari kerontang panjang iman. Kelimpungan mencari tebas demi tebang, Berharap badai mengirim bantuan,
Diri ini tenggelam dalam bimbang, Tuhan.
2 notes · View notes
langit-teduh · 2 years
Text
Terimakasih karena masih berdiri tegak walau rada sempoyongan. Hidup memang ujian. Terimakasih masih suka senyum sambil nyembunyiin yang berdarah. Hidup memang tempatnya sandiwara. Terimakasih tidak menyerah meski berkali-kali goyah. Terimakasih. Tetaplah kuat ☀
-SA
5 notes · View notes