#pinggiran
Explore tagged Tumblr posts
supplierpavingblockmerah · 21 days ago
Text
Paving Block Topi Uskup untuk Taman Lebih Indah dan Tahan Lama
Tumblr media
ORDER https://wa.me/6282186148884 , Paving Untuk Taman, Pelita Mas Paving Block, Pengunci Paving, Pengunci Paving Block, Pinggiran Paving.
"Menghadirkan kanstin jalan yang tak hanya kuat, tetapi juga estetis adalah langkah cerdas untuk mempercantik dan menjaga ketahanan jalur jalan di sekitar rumah atau area publik Anda. Paving Block Pelita Mas hadir dengan kanstin jalan berkualitas tinggi yang akan memastikan kenyamanan, keamanan, dan daya tahan di setiap sudut jalan Anda. Kami melayani pengiriman ke area Kota Malang dan Kota Batu. Kami Juga melayani Berbagai Macam Pemesanan Genteng Beton dan Paving Block dalam jumlah Besar untuk keperluan Perumahan, Perkantoran, Villa, Gedung, Pembangunan Kampus, Masjid, dan lainnya. Produk UD. Pelita Mas yang kami tawarkan diantaranya Genteng Beton, Wuwung, Lisplang, Ujung Jurai, Paving Block, Paving Block, Paving Grassblock (Taman), Corso 50x50, Kanstin, Topi Uskup, dan Pagar Panel. Untuk informasi lebih lanjut serta pemesanan, hubungi : Pabrik Genteng Beton dan Paving Pelita Mas Jl Raya Tlogowaru No 41, Tajinan, Kedungkandang, Malang Hub kami via whatsapp https://wa.me/6282186148884
Lokasi Pabrik kami https://maps.app.goo.gl/bmDrQ87yF6gQvHnf8"
0 notes
apexiao · 8 months ago
Text
Ganging fangs vamp v and reptilians CNN
0 notes
galfian90 · 1 year ago
Text
Dancok!
Tidak ada yang lebih fasih mengumpat daripada dia. Setiap umpatan yang keluar berhamburan dari mulutnya selalu memiliki artikulasi yang sangat jelas. Bagaimana dia mengucapkan bunyi konsonan D yang dibuka oleh vokal A dan ditutup kembali dengan konsonan N di suku kata pertama benar-benar menandakan sebuah kefasihan yang tiada tara. Tidak sampai di situ, suku kata pertama yang belum jelas apa…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
indahhome3 · 1 year ago
Text
Tumblr media
(AGEN TERPERCAYA), CALL 0895-4154-69536, jual rumah pinggiran jakarta murah Rumah Minimalis Dekat Stasiun Langsung KLIK WA http://wa.me/62895415469536 , rumah cicilan tanpa bank, rumah cicilan tanpa bank, Rumah cicilan angsuran variatif, rumah cicilan 1 jutaan tangerang, rumah murah tanpa riba tangerang, rumah cicilan tanpa bank, rumah murah daerah tangerang selatan, jual rumah tanpa bi checking, kredit rumah tanpa bi checking di bogor
Rumah CLUSTER Harga 185.000.000 saja
Rumah murah Rp 185 Juta saja.
MENTAS GEMILANG RESIDENCE Akad : - Tanpa Bi checking - Tanpa Batas Usia- Tanpa Bunga : Dicari yang serius!
Rumah type 36/75. 1 kamar mandi, 2 kamar tidur, 1 dapur, -Air bersih - Dekat stasiun - Lokasi strategis -Jalan COR.
Langsung saja wa sebelum kehabisan…..! WA : 0895-4154-69536
Atau Klik Link https://wa.me/62895415469536
0 notes
harisatiman-blog · 2 years ago
Text
Ini Dia Penginapan Murah di Hongkong
MENCARI penginapan murah di Hongkong bisa menjadi tantangan, karena negara bagian Tiongkok ini dikenal sebagai salah satu kota termahal di dunia. Tapi Regina Pesik dari Backpacker International membagikan cerita penginapan murah Hongkong, di daerah Kowloon, tepatnya di Yau Ma Tei, selama 3 malam. Namanya: Homy Residence. Penginapannya memiliki dapur lengkap dengan alat masaknya seperti piring,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
langitdanlaut · 11 months ago
Text
Serenidade
Tumblr media
Hanya karena tak bisa berenang, jangan memaksaku berhenti menyukai Lautan. Aku bisa melihatnya, aku bisa menyentuh lembut ia di pinggiran dengan liukan jemari, ia pun membalas sentuhan dengan lebih bingar.
Kakiku bisa mencium pasir-pasir yang lembut. Jauh dari lautan dalam, aku sudah tenggelam oleh kerinduan di rengkuh alam. Tanpa harus berenang aku bisa menikmati senja, melumat sinarnya yang jatuh di bibirku yang membeku.
Bagaimana aku tak jatuh dengan pesonanya, sedang ia merayu-rayu dengan aroma angin mendayu syahdu mencumbuku.
131 notes · View notes
vanilachocolate · 2 months ago
Text
Interview ...
Baru kali ini pulang interview sampai nangis di jalan. Siang hari. Karena se-sesak itu. (But ya, i'm sorry kalau setelah kamu baca ini ternyata emang akunya aja yang terlalu sensitif dan mungkin hal lainnya).
Jadi, akhirnya hari ini abis interview user di salah satu pabrik maklon kosmetik. Wah, kosmetik nih. Sama kaya pengalaman 3 tahun terakhir. Prosesnya lumayan cepet. 2 minggu lalu, tawaran dari HRnya dateng lewat pesan linkedin, setelah ternyata aku sempat memperkenalkan diri lewat DM pas bulan april. Terus udah interview HR 2 kali dan ngerjain beberapa tes dan tentu ada tes psikologinya. Terus akhirnya di jadwalin interview user hari ini.
Setelah cek di maps dan ngedatengin langsung kemarin sama mas, aku ya mikir aja kalau maybe sanggup kok sekitar 50 menit perjalanan dari rumah. Toh di Bandung kita berdua masih ngontrak juga. Jadi masih fleksibel kalau mau pindah biar ngga gitu berat (kalau diterima).
Hampir sampe pabriknya, ternyata kebanjiran. Hampir 1 km kurang lebih panjang banjirnya. Walau area banjirnya kepotong-potong. Awalnya cuma banjir gitu aja. Terus makin ke depan, banjirnya makin dalem. Motorku yang mio soul gt tuh banjirnya sampe ngerendem dipijakan kaki. Pas kakiku mau ngga mau turun, banjirnya sampe setengah tulang kering. Mantep. Interview dengan sepatu basah.
Sekitar 300an meter dari pabriknya, aku baru minggir, buat ngabarin ke HRnya. Minta maaf karena kejebak macet banjir dan sepatuku basah. HRnya bilang nggak apa-apa dan minta maaf juga karena lupa ngabarin kalau daerahnya emang banjir. Aku minggir di depan ruko-ruko kosong gitu. Terus pas mau ke jalan lagi, motorku masuk ke banjir yang lumayan ambles karena bawahnya tanah. Aku takut mau maju. Terus minta tolong sama aa aa yang dibelakangku kebetulan, buat narik motor aku dan akhirnya bisa melipir ke pinggiran yang jalannya di cor.
Sebenernya ya gpp banjir. Karena pas di kawasan industri dulu juga banjir. Dengan tinggi yang lumayan sama. Cuma pas di kawasan industri aku tenang aja karena jalannya cukup bagus. Jadi ngga khawatir. Dan ya, motorku lumayan tinggi juga. Kalau tadi ya karena baru mau interview terus aku takut pas di jalan ngelewatin banjir, takut jatuh dan kecemplung. Soalnya pinggirnya rawa dan sempet diawal-awal yang jalan banjir itu, motorku kaya yang mau kepleset.
Fast forward ke interview user. Usernya cowo, masih muda ketimbang aku. Masalah ngga? Ya aku pas tau dia lebih muda ya aku biasa aja. Karena buatku ya pengalaman kerja sama sikap kerja yang penting sih. Umur bisa nyusul.
Awal basa-basi. Tanya-tanya singkat. Kaya naik apa, berangkat jam berapa. Terus kan udah tau umurnya maksimal 28 dan pendidikan s1, kenapa tetep ngelamar juga. Ya kalau masalah ini ku jawab aja karena ya aku berpengalaman, dan aku pun baru 29 masih baru bulan lalu. Selain itu yaa, HRnya yang nawarin. Dan udah ngobrolin masalah umur ini. Ngga masalah. Jadi kenapa harus mundur? (Yang bagian ditawarin HR sampe akhir aku ngga bilang. Cuma dalam hati aja).
Terus dibilang kalau disitu (pabrik) itu tuh kaya ngalamin 3 musim. Kalau hujan, depan bakal banjir banget. (Dan iya, aku udah interview beberapa jam, cuaca cerah dan pas balik banjirnya masih dalem). Kalau lagi panas, yaa bakaal panas banget. Dan yang terakhir kemungkinan bakal kena puting beliung. Kaya pas awal tahun (katanya, aku juga ga inget beritanya) pas rancaekek kena puting beliung, pabriknya juga kena dampak (entah apa).
Sebelumnya disuruh ngisi 40 soal. Kaya soal TKP. Terus dijadiin pertanyaan buat interview. Terus ya tanya-tanya pekerjaan aku sebelumnya, jobdesknya gimana. Cerita gitulah.
Sampe akhirnya ...
Kan tadi aku udah bilang ya, ada tes psikologi.
"Disini katanya kamu lebih suka menyendiri ya?"
"Hmm, ya memang. Tapi kalau untuk bekerja ya saya bakal ikut bergabung dengan yang lain. Dan tentu kalau perlu mengerjakan tugas saya sendiri dan perlu fokus, saya menyendiri. Dengan mengiformasikan kepada yang lain."
"Kamu sukunya jawa dong ya?"
"Jawa sunda (sih), campuran."
"Oh iya. Saya juga campuran sih. Tau ngga bedanya suku jawa sama sunda tuh apa? Kalau jawa kan kalau kita menyendiri orang akan memaklumi ya, oh mungkin dia lagi ada masalah sendiri. Tapi kalau sunda ya ngga kaya gitu. Kalau menyendiri malah jadi pertanyaan. Mungkin kamu ga suka sama orangnya, atau ya ngga bisa buat kerja sama."
"Oooh iya.." (masa sih? Seumur-umur aku selalu berpindah jawa sunda buat sekolah dan di tangerang buat kerja, kok kayaknya aku ga pernah denger penilaian macam kaya gitu).
"Ini lulus s2 2 tahun 11 bulan ya? kok lama? kenapa?"
"Ya, waktu itu lagi covid. Ada peraturan di lab kalau cuma boleh ngelab sampe jam 15.30. Jadi semua kerja lab ditingga dan dilanjutin besok. Selain itu ya harus ikut seminar internasional dan publikasi di jurnal terindeks scopus."
"Oh, saya juga S2. Saya farmasi. Saya juga sekolah waktu covid. Di Lab mikrobiologi. Jadi selama wiken, 2 hari saya ngelab mikro dari pagi sampe jam 11 malam..."
Ya terus why? Why???
"Dari skala 1 sampe 10, berapa level ketegasan kamu? Kamu people pleaser ya? skala berapa menurut kamu?"
"Yaa mungkin di 8 ketegasan. People pleser 6-7."
"Tapi hasil tes kamu lebih menunjukkan kalau kamu people pleaser dan kurang tegas. Bahkan ya masukan untuk kamu aja dari hasil ini adalah kamu harus lebih tegas lagi."
"Menurut saya, saya cukup tegas kok. Selama saya menjadi QC, saya tegas dengan standar yang ada. Saya tidak pernah melepaskan produk untuk langsung release walau itu permintaan dari departemen lain yang katanya urgent dan akan segera dipasarkan...."
"Tes MBTI mu apa terakhir?"
"INFJ kalau tidak salah."
"Hasil mbtimu yang ini ESFJ. Cukup berbeda ya. Tapi menurutmu kamu introvert? masa sih?"
"Ya, karena yaa saya lebih suka menyendiri atau cepat pulang setelah kerja kalau cape. Orang lain mungkin masih memiliki waktu untuk main bersama yang lain. Tapi kalau saya, jika tidak perlu yaa saya lebih memilih untuk pulang."
"Tapi kalau kamu diajak kegiatan sama yang lain setelah kerja, mau?"
"Kalau sesekali, dengan didiukung kesehatan saya, saya tidak ada agenda dan tentunya suami saya mengizinkan ya kenapa tidak."
Terus beberapa pertanyaan lagi yang formal, ceunah dia tuh. Terus pas menurut dia pertanyaan formal udah abis, dia mau tanya yang informal.
"Kenapa ngga mau jadi dosen aja?" Daang! denger ini lagi. Dari orang yang bahkan baru ketemu sekali. Muak banget ngga sih?
"Yaa untuk jadi dosen sih, sejujurnya itu urutan terakhir. Saya lebih suka di lab di lapangan, jadi yaa riset langsung, analisa langsung. Lagi pula, menurut saya pekerjaan dosen apalagi di indo masih banyak yang administratif. Belum lagi senioritas.... Hal-hal yang saya amati waktu s2 dan yang saya dengar dari pembimbing yaa membuat saya mempertimbangkan kenapa saya tidak memilh jadi dosen (aja).
Tapi tau ngga kenapa aku juga muak selalu disuruh jadi dosen aja dan malah ngincer banget balik ke industri? Selain aku bilang diawal kalau aku udah jatuh cinta duluan di Qc, aku ngerasa happy aja pas kerja jadi QC. QC yang kata orang mah ngga ada kerjaan, aku kerjaannya banyak. Beragam. Seru. Kesana sini. Kadang berantem seru sama departemen lain karena kita terlalu strick sama standar dan kualitas tapi yaa aku seneng jalaninnya. Aku pingin ngejalanin hal yang aku pikir itu itu seseneng itu pas dikerjain. Setelah 4 tahun terkahir hidup aku tuh cuma berusaha buat bertahan hidup karena udah tanggung masuk s2, udah bayar mahal buat s2, nggak mau bikin mas sedih (walau pernah hampir) tapi aku rasa semua itu kebanyakan karena alasannya ya buat orang lain. Kali ini, aku mau buat aku sendiri. Ada hal dalam hari aku tuh, aku kerjain karena buat aku sendiri. Sebelum nanti, siapa tau bakal punya anak, maybe. Yang mana yaa, cwe kalau udah punya anak pertimbangannya juga banyak. Dan mungkin banyak juga yang perlu dikorbanin, dan juga mungkin dirinya sendiri. Paham ga? Makanya kenapa kok ngejar industri itu aku usahain banget. Apalagi QC. Kosmetik lagi ya bagus, kalau industri lain juga gpp. Aku cuma mau kerja buat kesenengan diri aku sendiri aja buat saat ini.
Setelah beberapa obrolan informal lainnnya, akhirnya si user bilang cerita
"Waktu itu juga saya recruitment buat QA. Ternyata ngga cocok buat manejemen. Saya sarankan buat masuk ke Pabrik kosmetik S. Tau ngga? (Iya, tau). Terus ternyata diterima. Direkturnya itu kenal sama saya. Menurut saya kamu lebih cocok buat jadi dosen aja. Kalau misal disini ngga keterima, saya mungkin bisa ngenalin ke kaprodi kampus X. Saya juga puna kerja sampingan jadi dosen kalau lagi ngga kerja di Kampus X itu. Kayaknya deket sih dari rumah kamu. 30 menitan. Kampus X itu banyak yang dari golongan anak ga mampu. Walau banyak yang dapet beasiswa tapi ya mereka kan pas lulus SMA/K ada harapan dari ortunya buat membantu mereka ya. Saya sih cuma pingin mereka (si mahasiswa) ini buat bisa dapet pendidikan yang baik. Dan lagi kan kamu bilangnya suka riset ya. Di kampus lebih banyak risetnya. Ngga cuma kaya yang kamu gambarkan. Bahkan menurut saya JADI DOSEN ITU LEBIH BAGUS BUAT PEREMPUAN. LEBIH FLEKSIBEL. JADI MASIH BISA KERJA DAN JUGA URUS KELUARGA."
"Emang kenapa kok menurut kakak saya lebih cocok buat jadi dosen?"
"Karena kamu ngga ada pengalaman buat memimpin di industri. Beberapa tugas teknis juga kamu ngga tau. Terus menurut saya kamu lebih sistematis ketimbang teknis. Jadi lebih cocok buat di dosen. Jadi dosen ngga harus pinter. yang penting bisa menyampaikan dengan jelas dan bisa dipahami. Bahkan harusnya ya gpp kalau dosennya kalah pinter sama mahasiswanya ... Kemampuan buat bisa jadi dosen itu anugrah tau. Ngga semua orang cocok jadi dosen. Ada kan yang dosen ngajar ngga bisa dipahami? Karena ya mungkin mereka ngga punya kemampuan buat jadi dosen sebenernya. Tapi terjebak aja."
Denger itu tuh kaya, kalau kamu nyarinya punya pengalaman mimpin di industri, kenapa harus diproses? Kalau ngga ada pengalaman dan ngga dikasih kesempatan gimana orang punya pengalaman? Kamu ngga tau kenapa aku mengesampingkan jadi dosen, kenapa ngomong panjang lebar diawal aku cocok jadi dosen? Ini ngga aku minta. Kamu baik emang. Menawarkan bantuan. Tapi ntah kenapa denger kalimat yang lainnya tuh bikin sedih aku. Bikin rasanya aku semakin jauh sama dream job aku balik jadi anak QC industri yang mungkin itu akan bikin aku happy ngerjainnya karena emang aku mau. Kata-katamu tuh rasanya kaya ngehancurin harapan aku yang kecil. Yang di bandung industrinya ngga sebanyak tangerang, selain garmen. apalagi jauh-jauh. Ngehancurin harapan aku, ngehancurin rasa aku mampu buat balik ke industri dan mimpin orang setelah pengalaman kerja dan pengalaman leadership aku walau bukan di industri. Dan rasanya tuh nyeseg banget gitu.
Tugas teknis yang aku gtw tuh juga karena jujur emang clueless. Aku cuma tau beberapa kerjaan QA yang emang beririsan sama QC. Karena ya kita dulu kan yang disuruh bantuin aja. Belum lagi ruangan QA yang terpisah sama QC. Aku ngga cukup tau banyak juga emang. Tapi, bukannya kamu bilang nyarinya QC bukan QA?
Dosen ngga harus pinter? Mohon maaf. Standarku buat jadi dosen emang ketinggian. Standarku siapa? Dosbing S2 ku sendiri. Walau emang rasanya masih jauh banget sekeren beliau, tapi ya aku merasa aku belum semampu itu. Belum seyakin dan semampu itu buat mencerdaskan kehidupan bangsa yang mana aku sendiri aja ngerasa ngga cerdas.
Apa ngga sinting, dosen tuh ngga harus pinter? Kamu tau ngga sekeren apa dosbing aku? Beliau kuliah IPKnya 4. Dari S1-S3. Beliau tuh bahkan bisa dibilang gugel berjalan. Tanya kebeliau apa aja. tentang kuliah atau penelitian yang bahkan bukan bidangnya beliau tuh, tetep bakal selalu dapet jawaban yang bikin aha moment dan ngga buntu lagi.
Aku mau jadi yang kaya gitu. Tapi entah kapan. Nanti dulu. Aku mau bikin seneng dan bikin puas diri aku sendiri dulu. Setelah tahun-tahun kemarin. Aku tau aku ngga akan sekeren beliau kalau ngga memulai. Tapi ngga dulu. Boleh ngga?
Terus karena ini tadi sepanjang jalan, berusaha mikir yang baik, makasih sama si user baik ini tapi tetep aja aku nangis. Bahkan ngetik ini juga nangis banjir. duet sama hujan deres di luar.
Maaf ya, aku.
10 notes · View notes
onglai · 1 year ago
Text
Rudy doesn't (seem to) go to school
Tumblr media
So, during their Arena tournament in season 3, we got to see the junior agents wearing their school uniforms. Other than finding out that most of the agents are at secondary school level or higher, there is one tiny detail that I've only realized when I thought back to Rudy's backstory; he was from Pinggiran.
Tumblr media
Pinggiran is a slum, likely with no form of education to speak of if even the kids living there resorts to stealing to eat.
This means Rudy never went to school and the first form of education he received was one to become an agent. Maybe that's why he's so good that even Alicia complimented him back in season 2.
If we look back at the episode, we can see the only one with the same color scheme as his is Roza, but even her uniform has a badge on it.
Tumblr media
Rudy's "uniform" meanwhile doesn't have any sign that could be attributed to his school either on the front or the back.
Tumblr media Tumblr media
Now, you can argue that it could just be a jacket. Like, I go to my uni class in my black sweater all the time but that's a university and Rudy is of school age. But try zooming in the picture. You'll see him wearing only a T-shirt inside the jacket.
So is this really a school uniform or is it just his daily wear whenever he's in public?
Tumblr media
...okay, no, I lied
Tumblr media
Apparently it's just an animation error. This is him in the next episode.
I legit believed it tho. WAU animation scammed me 😌
43 notes · View notes
willowtalks · 8 months ago
Text
Makin hari bukan makin dewasa tapi makin rindu ibu dan masakan magis nya.
Makin hari bukan makin dewasa tapi makin rindu ayah dengan keahliannya pergi ke kantor
Makin hari bukan makin dewasa tapi makin rindu adik dengan debat debat kecilnya
Kejamnya pinggiran kota membuat kopi pagi selalu terasa dingin
Di sini matahari panas, bu bukan hangat
karena yang hangat hanya di dalam peluk mu.
14 notes · View notes
babblingpipit · 1 year ago
Text
Hikmah postdoc (dan PhD)
Akhir-akhir ini lagi banyak yang nanya dan minta saran PhD, jadi ku harus terpaksa mikir dan refleksi pros and consnya. Sebagai orang yang waktu itu menjadikan PhD sebagai tempat kabur dari kesuraman hidup korporat di Jakarta, I'd say it totally worth my time. Kalo ga PhD mungkin sekarang aku jadi middle management di suatu perusahaan, punya rumah kecil di pinggiran jakarta, pake sepatu Tory Burch dan tas coach plus mobil decentlah (ini melihat karir teman-teman seangkatan yang awal karirnya juga MT ya wk no shade at allll).
PhD bikin aku sadar betapa aku suka sekali fleksibilitas, kerja di korporat yang pake absen sidik jari tuh aku tersiksa banget, padahal perkara sepele ya. And I LOVE doing research. Love having flexibility to spend my time any way I want. BUT it is a lonely journey with lots of aspect you can't control. Kerja di korporat tuh banyak yang udah ada SOPnya, jelas kejarannya dan day to day activitynya udah defined. Research, at least in astronomy, is abstract. No one knows the definite answer so you have to really explore everything and the answer might not what you expected. 1 year project might turn into 3, 5 or even 10. Dan PhD tuh bikin kamu expert di suatu bidang yang niche banget yang di dunia ini yang ngerti banget bidang itu tuh bisa diitung jari, which again is very isolating because very little people can relate or help you.
How is life after PhD? Ga bohong menyelesaikan PhD change me a lottt. I became confidence that I got skills and can navigate my future career. Jelas ada safety cushion. Banyak opportunity yang sebelumnya ga kebayang jadi kebuka, kerja di luar negeri pun jadi relatif lebih mudah.
Doing postdoc is like doing another PhD but with 5x responsibilities. Helping students, helping PI, building your own research projects. Still very flexible, but still lonely. Benefit ok but not the best. Necessary to build more independent research skill and network if you want to stay in academia, or if you still care about the subject and it is still fun. Otherwise, not worth it. Sekarang lagi galau sih jujur mau stay di academia atau out, I still care about the subject and still want to be a professor though. Meskipun move ke industri financial benefitnya lebih banyak tapi trade offnya adalah ya gabisa riset sesuka kamu. Hmm.
24 notes · View notes
cahayaandalusi · 1 year ago
Text
Kalau ga di Bandung, aku mungkin ga akan melakukan apa yang aku lakukan saat ini. Jember cukup, tapi ternyata tidak cukup untuk membuat Nona ini berkembang. Pada akhirnya ternyata episode Bandung ini memang harus ada dalam takdir hidupnya untuk dia bisa tumbuh dan berkembang. Urusan akan menua dan punya rumah di pinggiran Lembang, itu perkara nanti. Siapa tau di Bandung cuma singgah? 🫣
Tapi sungguh Bandung menyaksikan banyak dramaku: mulai drama hampir mati sampai drama picisan.
Di Bandung, aku menjadi seorang Wirda yang merdeka, yang memutuskan banyak halnya sendiri, termasuk panik dan ke rumah sakit sendiri tahun lalu dan pengobatan sendiri 😂
Di Bandung, aku pertamakalinya kenal psikolog, orthodontist, personal trainer, dan banyak lainnya. Banyak hal pertama yang terjadi dalam hidupku, terjadi di Bandung.
Benar kata Pidi Baiq, bagiku Bandung bukan cuma urusan wilayah belaka, jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi.
Bandung, 16 Oktober 2023
29 notes · View notes
ryqfaeh · 1 year ago
Text
Aliya's Last Moment
Tumblr media
youtube
Dr.Ghazali : This is the place where we went to the picnic when you were little. Here the picture I took before she got sick.
Ali : Woah, Mama looks so beautiful. And... she even smiles happily here.
Dr.Ghazali : Yeah, she's like an angel, isn't she? I wish I can spend more time with her before she's gone.
Ali : Me too, but Mama said she's happy spending time with us before her leaving us. Like she knew her time already.
Dr.Ghazali : And you, Ali... you got all her resemblance so much. Like her doppelganger but in a male version.
Ali : Well, that's what we called like mother like son.
Both giggle together.
ALIYA IS A GOOD MOTHER BUT LOST A CHANCE TO BE A MOM
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Aliya is one of my favourite female adult character apart from the character which is Dos, Jenny and Dayang. Her characteristic is already showed how great she is as a woman, sister (Bakar's big sister) and mother at the same time.
Since her childhood, she is a kind and strong girl who wants to be a good example to Bakar which made him to be a strong and confident person as now.
Until she meet Niki. She's still the same person who wants to give a hand to Niki to make her life becomes better. She may already be involved in crime along with Niki but, deep in her heart, she just wants to help the whole Pinggiran since no one cares about them.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
After being surrounded by MATA Leader Pillars, Aliya seems like beyond her control which is she ready to be caught by them. However, Dayang saw her potential to be an agent if Aliya joins MATA.
Is Aliya accepting Dayang's offer just to be escaped from punishment? Well, I guess she already knew that she was in her wrong path. Stealing and having a crime like in Ejen Ali the Movie even if she has a good intention. So, joining MATA is a good term to fix her life path and give her lesson how to help people in the proper way.
In the other hand, Niki seen Aliya as a traitor as she already hold a grudge toward Cyberaya, a developed and high-tech city unlike her own place, Pinggiran. Because of that, she put Aliya in her hatred list for years until she meet Ali. I believe Niki still loves and cares Aliya as much as she did but, her revengeance kept pushing her.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
During Aliya's override mode, Niki witnessed her pain while stopping the rocket but, she did nothing as she feels satisfied because of Aliya's betrayal. However, it isn't Niki's fault 100%. Aliya chosen to sacrifice herself in order to protect her own city because she has her family, (may) her husband and son who are living there.
Niki's emotionally unstable made Aliya realizes it's her fault in the first place. She shouldn't teach Niki to do something wrong. It could be better if they're just to do a right thing and helping together to build up Pinggiran. I think, after Aliya's joining MATA, she is no longer there and she can't visit Pinggiran anymore as she's busy doing mission.
It makes sense why is Pinggiran never change even after Ali visiting there as Aliya's son. Ali came as he found out Niki's earrings have a similar design as his mother's pendrive's design and knowing that later Niki is his mother's former friend.
In Niki's good perspective of Aliya, she described her as a good friend who helps Niki without judging her background or poor life. However, her other perspective with her hatred, Aliya is such a traitor who chosen a stupid organization over her and the whole Pinggiran.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ali shocked and ended up knowing his mother is actually an agent which is he always thought that his mother is a nurse. So, when the truth was revealed, Aliya isn't a traitor at all. She's joining MATA because she thought the more researches she did, the more things that she can help Pinggiran in the future as she becomes a Techno agent which is she really good at.
Tumblr media
The time Niki is going to use herself as a bomb, Ali unconsciously accessed Niki's IRIS Neo and there's Aliya's dimension appeared. Stopping Niki by her own hand from more wrongdoings with a regretful expression. It means, if she failed to stop her from real life world, at least she can stop her in IRIS Dimension. It's the least thing she can do to redeem herself.
ALI'S DECISION AFTER THE INCIDENT OF CYBERAYA
Tumblr media Tumblr media
So, how about Ali? Is he okay and ready to forgive Niki about the reason of his mother's death? For me, if Aliya is alive, she may feels it was her fault because she failed to fix everything that change Niki to be a bad person. Ali may takes his time to process everything and decide what he should do in the next step.
Could he continue to be an agent or resign from joining MATA? So, he won't repeat the same mistakes as his mother did in the past?
In the beginning of becoming an agent, Ali is always giving up on something when it's over his limit. However, after the incident of Cyberaya, he changed his mindset that he wants to be like his mother. Changing his life perspective, learn something new and do what he can do. So, he can help people who needs a help.
As conclusion, Ali started accepting his fate. His life is no longer unlucky or bad. He gains his own strength and intelligence in his own way. He's talented, gifted and brave. Everyone may have all of that. However, for Ali, it's more superior than that. He's literally Aliya's son.
Tumblr media Tumblr media
21 notes · View notes
ambuschool · 24 days ago
Text
Tumblr media
The beauty of Yarra River
Tadi menjelang sunset aku duduk di pinggiran Yarra River. Mencoba merenung apa yang kulakukan hari ini :
1. Mengantar anakku ke childcare
2. Mencari jam tangan
3. Mentoring
4. Training kerja jadi mbak-mbak indomaret
5. Dapet email dari SCO kok gak ambil full matkul semester depan
6. Dapet email dari capstone coordinator kalau aku better ambil non-riset capstone aja karena aku bakal ngos2an kalau ambil riset.
Rasanya kaya nge-debrief diri sendiri pas tadi duduk sekitar setengah jam itu.
Rasanya seneng bgt bisa terlibat di program hibah buat temen2 NGO di Indonesia. Dengerin project2 mereka yang keren-keren dan mostly tntg kesehatan, aku ngerasa kaya catch up sama “dunia nyata” karena setahun ini bergelit sama paper-paper akademik. Kaya ngerasa “oh ada gunanya gue sekolah MPH, lol” 😂
Terus pas training kerja jadi mbak-mbak kasir, kepikiran kaya S1 mati2an belajar buat jadi perawat, kok skrg sayang bgt ilmunya gak dipake dan menguap begitu saja 😂 malah milih kerja jadi mbak-mbak kasir instead of kerja di Aged Care, misalkan, yang lebih nursing. Tapi kaya, yaudalah, pragmatis dulu kita butuh duit buat lunasin hutang, lol.
Dapet email dari capstone coordinator, rasanya ada rasa sedihnya, karena nilaiku sebenernya eligible, tapi karena sangat mepet, capstone coordinator-ku merasa aku akan terseok2 kalau memaksakan riset. Bener juga sih. Mungkin emang belum saatnya riset, dan jika emang harus pake master thesis untuk melangkah ke PhD, mungkin academia is not my path (at least for now). Jadi kayanya mau aku iyakan saran dari course coordinator-ku untuk aku mengambil public health in practice aja.
Mungkin ini juga doa-doaku ketika meminta petunjuk atas kegalauanku, Kerja dulu atau langsung lanjut PhD? Kalau jalannya kaya gini, kaya udh lumayan jelas kayanya gak akan bisa PhD dlm waktu dekat, instead, mendingan cari kerja di tempat yang bagus aja. Fyuh.. semoga..
Ternyata cari kerja juga gak mudah ya kan.. Kemarin iseng ngobrol sama Kak Ayen, kalau aku pengen apply kerja di Ashoka EU, karena mereka ada kerjasama dengan Bohringer tentang Social Innovation in health sector gitu. Tapi ya entahlah, hahaaha.
Jadi.. kayanya stop mencari wangsit tentang S3. Your path is not there (yet). Or at least, lo belum bs excel di path itu, untuk saat ini.
Oh, inhale exhale…. Semoga Allah mudahkan langkah2ku kedepan, termasuk dalam mendapatkan pekerjaan selama semester break ini hahahaha.
2 notes · View notes
bersuara · 11 months ago
Text
Tumblr media
Kemarin jogging di waduk. Setelah 3 kali memutari waduk, aku langsung mengistirahatkan diri, duduk dipinggiran waduk sambil lihatin sekitaran waduk. Sebelum duduk, aku sudah memperhatikan anak-anak kecil ini. Mereka sedang sibuk mencari kayu untuk mengambil sandal salah satu temannya yang terjatuh di waduk.
Awalnya aku perhatikan anak-anak kecil ini terlebih dahulu. Mereka membuat strategi, dua anak perempuan memegang kayu yang lumayan berat, lalu satu-satunya anak lelaki yang nantinya akan mengambil sandalnya ketika bisa digapai oleh tangan. Sudah 5 menit dalam usahanya, nampaknya mereka masih kesulitan mengambil sandal, sedang teman lainnya mencari kayu yang lebih panjang dan ringan di pinggiran waduk.
Akhirnya, setelah beberapa waktu aku sengaja hanya memperhatikan saja, aku beranjak menawarkan bantuan kepada mereka. (Sengaja karena ingin tahu sejauh mana kerjasama mereka antar teman).
Aku hampiri mereka dan bilang "Sudah bisa belum ambil sandalnya?" mereka yang kaget tiba-tiba ada orang dewasa bertanya, mereka menjawab "Belum teh, susah soalnya kayunya lumayan berat" dan ternyata kayunya memang berat karena bukan kayu sejenis ranting, tetapi kayu papan yang bobotnya lumayan berat.
Akhirnya dengan usahaku mengangkat kayu dan menarik sandal ke tepian waduk. Anak lelaki tadilah yang mengambil sandal ditepian waduk dengan salah satu tangannya dipegangi oleh beberapa temannya.
Sandal yang beberapa waktu lalu masih mengapung di waduk, bisa terselamatkan.
Anak-anak mengucapkan terimakasih, aku beranjak pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang, aku tersenyum "Ternyata, bahagia sesederhana itu".
- 26 Februari 2024
10 notes · View notes
mputraff · 2 years ago
Text
30
Kalau sudah melihat cahaya langit yang dipeluk oleh jingga, rasanya ingin menggenggam jari jemari yang entah milik siapa, lalu membawanya pergi. Bermain di tepi pinggiran danau menikmati mentari yang perlahan dilahap cakrawala. Mengambil satu buah batu pipih dan melemparnya secara bersamaan. Berlari berdua, mengejar angsa yang kehilangan induknya. Setelah itu berbincang di dalam lautan rumput liar yang tingginya sebatas lutut orang dewasa. Bercerita tentang awal kita berjumpa lalu menciptakan harsa tanpa adanya orang ketiga. Mirip seperti drama romantis yang bertema cinta. Sayangnya kau masih menjadi ilusi. Setidaknya sampai detik ini. Rancaekek, semangat buat kamu, semangat buat aku.
57 notes · View notes
parasitlajang · 2 months ago
Text
---
Bukan sebuah kebetulan, jika perjalanan-perjalanan itu membawanya pada beberapa kisah untuk direkam dalam tulisan. Bahkan, sebagian barangkali cukuplah saja mendekam dalam ingatan diam-diam.
Ia berkata lirih pada dirinya sendiri, "Ayo kita pulang, tersesat pada banyak perjalanan lagi."
Maka, ia bergegas mengemas pakaian ke dalam ransel hitam kesayangannya. Peralatan sabun mandi, kosmetik, krim siang krim malam, uang tunai, lengkap dengan baju tidur dan kaos kaki motif kucing kesayangannya. "Untuk beberapa hari saja, (lagi) aku ingin minggat dari kota yang membosankan ini," gumamnya.
Sudah terbayang di kepalanya perjalanan berjam-jam di kereta ekonomi tipe C ; hiruk pikuk orang-orang, bau keringat, bau pesing toilet kereta, bau nasi bekal penumpang di dalam tas kresek, suara mesin roda kereta; sementara dirinya sibuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Menatap kosong ke luar jendela: di depannya pemandangan gersang bukit-bukit, sawah-sawah hijau, rumah-rumah kayu mungil di pemukiman penduduk atau pinggiran rel kereta api, sambil membayangkan hal-hal jauh yang tak terpikirkan sebelumnya. Pikirannya larut melebur tenggelam dalam perjalanan yang panjang dan melelahkan itu. Dan kalau sudah bosan, dibacanya buku kesayangan untuk mengusir kebosanannya itu.
Dengan sebuah kebetulan yang dituliskannya juga, ia mengepak hari-hari bahagia tanpa dibayang-bayangi beban kerja; membunuh waktu sendirian di sebuah kota yang asing, yang dimana orangorang tak kenal dan bahkan tak tahu siapa namanya. Malam hari, ia akan tertidur tanpa perlu memikirkan apa-apa. Melupakan rasa sakit sebentar, ngilu-ngilu yang diciptakan oleh rasa kecewa pada keadaan, dan di pagi hari ia akan terbangun dengan semangat menyala-nyala; mencari sarapan enak di kedai kuliner yang disarankan orang-orang di internet, lalu setelahnya pulang ke penginapan dengan perut kenyang sambil memikirkan nanti mau makan malam di mana dan makan apa.
Perjalanan-perjalanan itu tentu membuatnya kecanduan. Tak pernah dipikirkannya bahwa bepergian sendirian sungguh seseru ini. Dulu ia hanyalah perempuan naif yang takut kemana-mana sendirian. Tak pernah dipikirkannya bahwa perjalanan-perjalanan ini justru bisa membantunya membunuh kesepian. Tak pernah disangkanya perjalanan-perjalanan ini justru memberinya keberanian baru. Ia seperti menemukan lagi gairah hidup dan dirinya yang baru. Tak pernah diduganya perjalanan-perjalanan ini akan membawanya pada pelarian dan penolakan sekaligus; keramaian yang kadang bikin mual tapi sepi yang asing, ia juga menikmatinya.
Perjalanan-perjalanan itu, telah memberi kejut-kejut baru dalam kehidupannya. Melintas laut; bertemu orang-orang asing di stasiun, di peron kereta, di warung-warung kopi yang ia singgahi. Dilipatnya rasa muaknya pada kehidupan, kecewanya pada orang-orang; kini ikut berpindah ke dalam ransel hitam di punggungnya. Ia bahkan tak sempat mencari persembunyian dalam jejak-jejak perjalanan, di tanah yang kering dan bau asap-asap bus kota yang memenuhi rongga paru-parunya.
Perjalanan ini akan membawanya ke banyak perjalanan-perjalanan yang lain lagi. Masih begitu banyak tempat yang ingin ia singgahi. Dengan sebuah kebetulan yang lain, yang juga dituliskannya. begitulah, janjinya. Ia akan menabung ingatan perasaan; pada seseorang yang pernah ditemuinya. Yang kepada sepasang bibirnya, ia mendaratkan ciuman yang kikuk dan sebentar-sebentar. Yang di hamparan dadanya, ia menawarkan setangkup dekapan di tengah-tengah percakapan yang hangat dan panjang. Yang kepada dirinya, ia memberikan buku sebagai kado manis awal perjumpaan.
Hingga demikianlah perjalanan itu akan menuliskan semua kebetulan-kebetulan ke dalam dirinya. Ia akan mengingat betapa canggungnya mengakhiri perjalanan tanpa pelukan-pelukan dan ciuman selamat tinggal.
"sebab aku akan kembali," desahnya, di dalam kereta kepulangan.
"Sebab aku akan kembali lagi mengecup sepasang bibir yang kikuk,itu lagi."
/2024
2 notes · View notes