#mata najwa
Explore tagged Tumblr posts
Text
Bacapres Anies Baswedan Termiskin dan Masih Kredit Rumah, Bukti Pemimpin Tidak Korupsi
YOGYAKARTA | KBA – Beredar viral pernyataan Bacapres Anies Baswedan tentang harta kekayaannya paling kecil dibanding dua kandidat lainnya. Anies juga mengaku kekayaan yang dimiliki Rp 11 miliar sebagian berupa utang. Pasalnya, Anies hingga kini masih mengangsur rumah yang ditempati karena kredit. “Dari 11 miliar itu mayoritas bentuknya utang, karena saya masih kredit rumah sampai sekarang,” kata…
View On WordPress
0 notes
Text
Setangkai Bunga Cinta Sejati
Malam ini hujan turun dengan lebat, menikmati suara rintikan sembari menatap layar kotak berisi video narasi mba Najwa shihab, rasa-rasanya cukup nikmat. Tapi bukan itu yg ingin saya bahas. Ada 1 puisi Alm. Pak Bj. Habibie untuk ibu ainun yang membuat hati saya tergetar dan merinding. Puisi tsb berisi kata2 indah yang berbunyi "Cinta adl anugrah Ilahi yang harus dijaga dan dipelihara kemurniannya sehingga tumbuh dan kekal selamanya. Tak akan lekang karena panas, tak lapuk pula karena hujan, tak akan pupus termakan usia. Hakekat cinta sejati lahir dari hati untuk saling menyayangi dan mengasihi, kekasih hati karena cinta menjadi pengobat rindu, pelipur lara, penyejuk hati, dan penenang dalam kegembiraan. Ungkapan cintanya Habibie kep kekasih hatinya, Ainun "Pada suatu ketika aku janji padamu aku akan menjadi suami terbaik buatmu ". Ungkapan cintanya ainun kep habibie "jika aku punya kesempatan untuk hidup lagi aku akan tetap memilihmu". Bagi Habibie, Ainun adl mata untuk melihat hidupnya, Ainun adl segalanya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi punya batas. Nikmatilah indahnya cinta dalam keabadian, jadilah engkau bidadari surgaku, tunggu aku di babul jannah. Kubawakan engkau setangkai bunga cinta sejati. (Pare pare 28 agustus 2014).
7 notes
·
View notes
Text
Bacapres Bicara Gagasan : Jadi Inget Kisah Dzulqarnain
Kemarin malam nonton mata najwa edisi Bacapres Bicara Gagasan. Seru parah di segmen awal. Refleksi yang beliau lakukan juga mengharukan. Runut dan logis apa yang dipaparkan. Tidak merasa gentar dengan pertanyaan yang berdatangan
Segmen kedua mulai rada-rada banyak yang di skip karena ga seseru yang pertama. Segmen ketiga seru lagi karena Panji Pragiwaksono kuasai panggung. Segmen terakhir banyak yang diskip lagi karena mikir, eh apa si ini wkwkwk.
Dan setelah menyimak para bacapres membawakan gagasannya masing-masing selama 10 menit jadi teringat sama tadabbur Kisah Dzulqarnain di surat Al Kahfi.
Adalah surat Al Kahfi dibaca setiap jumat sebagai sebuah sunnah yang memiliki banyak pelajaran di dalamnya. Ketika di RQ, Umi Afni memberi tahu bahwa 4 kisah itu adalah refleksi ujian di akhir zaman.
Ujian Tauhid. Ujian Harta. Ujian Ilmu. Ujian Kekuasaan
Kisah yang bertemakan Ujian Kekuasaan ini diperankan oleh Dzulqarnain. Seorang penguasa beriman yang memiliki daerah kekuasaan dari barat dan timur. Dijuluki Dzulqarnain karena memiliki kekuasaan meliputi dua arah mata angin. Barat dan Timur.
Dari tadabbur yang coba pemikiran rendahku ini pikirkan. Secara umum, gagasan yang sukses dipraktikkan secara konkret oleh Dzulqarnain ialah :
Penegakan Hukum, Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Pengadaan Lapangan Kerja, Kebebasan Berpendapat bagi Masyarakat, Pemberian Fasilitas Negara yang Berkualitas. Keamanan Negara.
Dzulqarnain juga tipe Pemimpin yang memiliki kompeten, berintegritas, disukai oleh masyarakat, mampu berkomunikasi secara efektif dan memahami rakyat, mampu mengenali potensi rakyatnya dan cerdas mengelola tim.
Wah parah si, ada satu diantara para bacapres itu yang runut gagasannya mirip mirip dengan sosok penguasa besar ini. Tapi tentu saja banyak sekali penjegalan yang dialami olehnya.
Buat teman-teman yang udah punya hak pilih, tonton Mata Najwa Bacapres Bicara Gagasan ya! 6 jam durasinya. Ya jangan dipantengin semua wkwk. Skip aja bagian entertainnya atau pas lagi jeda, atau pas dirasa udah ga pas sama pembawaan narasi dari Bacapresnya.
Juri lomba kalau filter karya tulis juga menilainya dari paragraf awal, apakah karya ini layak untuk dilanjutkan baca atau langsung di skip saja. Tapi kalau mau siap-siap sediakan waktu 6 jam nggapapa 🙂
7 notes
·
View notes
Text
Catatan Harian 7
SUDAH sekitar tiga bulan ini, Surabaya begitu panas; suhu mencapai 36°-37° celcius. Empat hari lalu, sempat mendung dan gerimis. Namun, angin segar itu tidak bertahan lama, sebelum kemudian kota ini menjadi panas lagi. Warkop Moro Seneng di Ketintang, memasang kipas angin tambahan agar tidak semakin banyak keringat yang membasahi baju.
Aku ingin mengatakan: kondisi bumi sedang kacau. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang sarat konflik kepentingan; membantu Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden RI Joko Widodo, agar lolos menjadi Cawapers 2024. Megawati menghina pekerjaan tukang bakso, diikuti petugas partai PDIP Ganjar Pranowo menghina profesi jurnalis di interview Mata Najwa, hingga konflik pembangunan Bendungan Bener di Jawa Tengah yang menjadi borok.
Serta, fenomena bunuh diri atau suicide siswa SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang ditemukan di banyak daerah di Indonesia; Unnes, Unair, dan lain-lain. Mengenai korupsi Base Transceiver Station (BTS) yang melibatkan rombongan pejabat, KPK sebagai lembaga independen yang mulai melemah, kasus-kasus pelanggaran HAM Berat yang tidak diusut tuntas, serta nihilnya keadilan atas 135 korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. Ditambah, kabar mengenai 24 orang meninggal akibat kelaparan di Papua.
Di sisi lain, Represi terhadap jurnalis masih mengerikan. Berbagai media mengabarkan sekitar 36 jurnalis telah gugur di Palestina dalam kurun 1 bulan terakhir. Sebagian jurnalis kehilangan anggota keluarga mereka, rumahnya ambruk dihantam bom milik Israel. PBB dan NATO justru memasok dukungan untuk Israel dalam bentuk kebijakan yang memiliki standar ganda, hingga menyediakan anggaran/peralatan perang untuk meratakan Palestina.
Lebih baru, Trio Pakel terkena vonis 5,5 tahun penjara akibat membela ruang hidupnya yang dirampas perkebunan skala besar, yaitu PT. Bumi Sari di Banyuwangi. Di tempat lain, kasus Rempang menyakiti ribuan warga yang tinggal puluhan tahun di sana, lahan mereka direbut dengan dalih-dalih pembangunan Rempang Eco City. Semua itu, untuk memudahkan investor China membangun usahanya di sini.
Terbang ke isu-isu Pemilihan Umum (Pemilu). Menurut temuan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terdapat 3.002 pelanggaran yang terjadi di Jawa Timur pada Pemilu tahun 2019. Sekitar 11 kasus terkait politik uang atau money politic, dari kasus itu tidak ada yang diproses ke jalur hukum atau Gakkumdu Provinsi. Hingga pada suatu tahap, kita melihat berbagai kebusukan penguasa terpampang jelas di depan mata! Namun, kita tidak bisa berbuat apa-apa selain melawan dengan berujung kekalahan. (*)
3 notes
·
View notes
Text
Sebelum ke Belgia
Ada satu lagi temanku yang mau melanjutkan sekolahnya S2. Yang kali ini ke Belgia, dengan support beasiswa super prestisius menurutku, erasmus mundus:" Masyaallah keren banget aku terharu dan bangga dan campur aduk lah pokoknya.
Seneng juga kemarin Risti nyempetin ke Jogja tentu saja untuk berjumpa dengan kawan-kawan yang bisa ditemui. Aku tentu saja akan menyempatkan waktu untuk bertemu. Ada banyak hal yang bikin aku terenyuh, dan ingin kutulis di sini untuk dibaca kembali nanti-nanti.
Kutulis dengan model wawancara ala-ala mba Najwa Shihab yang lagi wawancara mata najwa itu yekan wkwk (tapi ini jawabannya kutulis versi aku dengan pov aku juga based ngobrol dengan Risti)
Proses apa yang paling sulit dilakukan selama mendaftar beasiswa ini?
Bukan persiapan berkas, bukan wawancara. Tapi proses yang paling menguras energi adalah mengenali diri sendiri.
Aku jadi mengevaluasi diriku. Aku jadi melihat diriku. Apakah aku sudah kenal dengan baik? Apakah aku sudah tau apa yang aku mau dan aku butuhkan?
Karena S2 menurutku nggak semudah S1 tentu saja. Apa yang ditempuh nanti akan sangat berpengaruh pada hidupmu setelah selesai sekolah. Lalu setelah selesai tingkat master, kamu mau apa? Apa yang akan dilakukan?
Kebingungan-kebingungan pasti ada. Ngobrol sama diri sendiri ternyata menjadi hal penting yang harus dilakukan berulang-ulang. Ini juga sih yang dibilang sama psikolog aku, kalau proses mengenal diri sendiri itu nggak cuma dilakukan sekali. Dan nggak ada kata terlambat buat mengenal diri. Take a not, journaling, write, and have a reflection.
Aku jadi terinspirasi buat kembali ngobrol dan menjumpai diriku di masa lalu. Saat masa-masa SD aku punya cita-cita jadi ini-itu. Saat masa-masa itu aku merasakan berbagai rasa, menjumpai berbagai peristiwa, dan membayangkan masa depan akan menjadi apa. Sebenarnya apa yang aku inginkan? Apa benang merah setiap step-step yang aku lalui? Apa hubungan mereka dengan value yang aku punya saat ini? Apa yang sebenarnya jadi keinginanku saat ini? Apa yang bisa aku kasih dan lakukan dalam hidupku?
Dan tujuan hidup itu rupanya sederhana saja. Tidak perlu muluk-muluk, ingin jadi ini itu. Ingin membuat ini itu. Bukan berarti aku menyangsikan keduanya. Tapi kebanyakan dari kita terlanjur dipengaruhi framing masyarakat atau role model kita sekalipun, bahwa menjadi ini itu dulu baru bisa memberikan arti. Atau mungkin, ini cuma berlaku buat diriku sendiri.
Hal spiritual apa yang kamu dapatkan selama proses ini?
Allah itu baik banget. Sebaik itu ke hambaNya. Allah ngasih ke kita sesuatu yang kita butuhkan, di saat aku udah nggak berharap apapun. Kata Risti gitu.
Sebelumnya Risti memang sudah mendaftar ke beberapa beasiswa ke luar negeri. Ada banyak, pokoknya. Tapi belum lolos semua. Waktu masa-masa itu, dia udah membayangkan banyak hal. Kayak rasanya udah keterima gitu, terus membayangkan kuliah di Korea misalnya. Membayangkan hidup di sana, suasana di sana. Pokoknya rasanya kayak udah pasti keterima.
Tapi masyaallah ternyata belum rezeki. Dan buat erasmus ini, sama sekali dia ngga mengharap apapun, ngga membayangkan apapun, ngga ada pikiran apapun di kepala. Ngga ada bayangan suasana kuliah di eropa, ngga ada bayangan hidup di sana. Justru Allah kasih di saat-saat itu. Di saat-saat kepala sedang 'kosong' akan bayangan apapun tentang kuliah di luar negeri dengan beasiswa prestisius ini.
Aku terenyuh sendiri waktu ngobrol soal spiritualitas ini. Aku betul-betul terharu waktu part ngobrol soal rezeki dan takdir Allah dan ketetapan Allah dan kebaikan Allah. Dan part tentang ketidakpastian (lagi-lagi).
Tapi dari semua yang kita obrolkan, kusimpulkan kalau Allah akan memberikan sesuatu kepada kita, ketika kita udah bener-bener siap dan memang pantas menerimanya. Risti juga cerita gimana selama setelah lulus S1 dia masih belum mantep buat lanjut sekolah lagi. Sampai dia memutuskan buat mendaftar beasiswa keluar, dan memutuskan buat mendaftar ITB. Iya, Risti udah sempet kuliah di ITB satu semester kemarin.
Meskipun begitu sebenarnya dia juga sudah merencanakan dan sudah ada cita-cita buat daftar erasmus sejak lama. Rasanya menurutku kayak, udah tertanam di alam bawah sadar kalau suatu hari pasti akan dapet erasmus dan kayaknya itu jadi doa harian, yah. Secara nggak sadar diaminkan dalam hati dan setiap saat malaikat selalu ikut mengamini.
Kata Risti juga, di tengah-tengah suasana dia tidak berharap tidak membayangkan tidak memikirkan apapun soal erasmus, dia bilang, mungkin yang saat ini didapatkan adalah juga doa-doa masa lalu yang sudah lupa bahkan.
Nggak kerasa mataku berkaca-kaca karena super terharu dengan ceritanya. Masyaallah. Masyaallah.
Mungkin ini nasehat lama, tapi memang Allah akan memberikan sesuatu kepada kita saat kita dirasa oleh Allah sudah siap menerimanya. Cuma Allah yang tau kapan kita siap, kapan kita pantas. Kadang kita merasa diri kita sudah siap, tapi yah itu cuma sangkaan kita aja. Menurut Allah belum.
Ini bikin aku jadi mikir, kalau segala hal cuma Allah yang tau.
Mungkin kita juga perlu berdoa sama Allah, untuk dikasih kesiapan dan kepantasan. Supaya pada muaranya nanti akan dikasih apa yang kita impikan dan cita-citakan.
Nggak ada tempat bergantung dan meminta yang paling baik, kecuali Allah.
Terus kemudian tidak lupa juga perihal sabar dan syukur. Dua hal yang semoga selalu kita ingat setiap saat setiap waktu. Selalu dilakukan setiap saat setiap waktu. Mungkin kita selalu ingat untuk bersabar saat kondisi kita sedang di titik rendah. Tapi lupa untuk bersyukur saat mendapat apapun, saat mengalami apapun. Tapi yang terutama saat kita diberi kenikmatan dan kebahagiaan.
Karena yang senang-senang kadang juga jadi cobaan, kan. Dan yang sedih-sedih kadang membawa kebaikan jadi tetap harus disyukuri juga.
_____
Sesi ngobrol kemarin tu rasanya terharu banget. Nggak tau ya, terharu karena Risti mau pergi jauh, atau karena refleksi dia dari prosesnya selama ini, atau karena hal lain yang nggak aku sadari.
Meskipun aku sama Risti nggak begitu dekat pas di Muallimaat. Tapi ada satu moment yang gara-gara dia bikin aku mikir, kalau pertemanan di Muallimaat kadang nggak melihat jarak kedekatan. Waktu Isna mau nikah, dia ngirim undangan ke grup angkatan. Itu berarti Isna mempersilahkan siapapun anak angkatan yang mau datang, kan. Tapi waktu aku buka undangannya waktu itu aku udah mikir nggak akan dateng. Alasannya simpel, aku jarang berinteraksi sama Isna. Tapi pengen dateng. Tapi kayak takut Isna mikir, 'hah siapa nih' wkwk lebay sih.
Sampai Risti yang jauh-jauh dateng dari Bandung waktu itu, tiba-tiba ngechat aku. Nanyain apakah aku akan datang ke nikahan Isna. Singkat kujawab, "Kayaknya enggak Ris. Aku jarang berinteraksi sama Isna apakah nggakpapa dateng wkwkw. Tapi pengen dateng sih."
Terus dia bilang, "Ih dateng aja. Kan temen kita."
Apa yah rasanya. Aku nggak bisa mendeskripsikan selain terharu. (mohon maaff emang kedengeran lebay kayanya yah tapi emang anaknya cengeng wkwk)
Dua kali ke Bandung kemarin juga ngerepotin Risti. Senang dan bersyukur dan terharu. Terima kasih sudah membawa berkeliling Bandung, dan yang terakhir kemarin menemani sarapan sebelum aku ke Jakarta:"
2 notes
·
View notes
Text
Kuliah itu Penting
Pernahkah kalian berpikir kenapa IQ rata-rata orang-orang di Indonesia berada di angka 78,49 (70-79 merupakan Borderline, batas fungsi intelektual) ?
Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya karena pendidikan. Coba deh telaah, di keluarga kamu, kamu generasi ke berapa yang sudah sarjana? Keluargaku aja, Aku baru generasi kedua yang sarjana. Kakek nenekku tamatan SD dan paling banter tamatan SMA. Kalau kamu baru generasi pertama, kedua, atau ketiga yang berkuliah, tetap semangat buat nyelesaiin sampai sarjana yaa.
Kuliah itu privilege. Di Indonesia sendiri, hanya 10,15% penduduk usia 15 tahun ke atas yang menamatkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Negara kita masih butuh sarjana.
Tahu nggak, di negara barat, mereka udah generasi ke berapa yang sarjana? Mungkin lebih dari 10 generasi! Kakek dari kakek kakek kakek kakek kakek mereka udah sarjana. Hal itulah yang menjadi salah satu penopang inteligensia negara-negara mereka itu tinggi, karena pendidikan itu sudah mendarah daging. Tantangan buat kita yang masih generasi awal adalah, berusaha buat menanamkan semangat belajar ke generasi selanjutnya dengan memberikan contoh kuliah sampai sarjana. Gender juga tidak menjadi batasan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Terlepas dari pemikiran orang-orang terkenal yang berpikir 'kuliah itu tidak penting', kita nggak boleh telan mentah-mentah pernyataan itu. Ada banyak perspektif mengapa mereka sampai membuat pernyataan seperti itu.
Buat yang masih ragu untuk lanjut kuliah lagi ngerasain perjuangan kuliah yang nyesek sampai hampir nyerah, kamu nggak sendiri kok. Nonton aja video Mata Najwa : Kenapa Perlu Kuliah ala Maudy,Amanda,Andhika di youtube
6 notes
·
View notes
Text
Wanita dan nilainya
"gue udah semandiri itu, senerima itu dan sepengertian itu kok masih ditinggal?"
Beberapa kutipan Denial beberapa wanita yang ngerasa punya value tapi masih dinilai "kurang" oleh pasangannya. Sebenernya balik lagi deh, mau Lo secantik Ariel Tatum,sepintar Najwa Shihab, sekaya Nagita Slavina pun kalau pasangan lu gak mau "dipertahanin" ya percuma. Ini bukan perihal kurang atau engga, tapi mau atau engga. Udah sifat alami manusia ngerasa gak pernah cukup, tapi kalau perihal berpasangan, bukannya kita berdua yang nentuin kadar cukupnya ya?kalau memang udah kaya gitu. Berarti emang gak sejalan aja.
Yosh, terberkati untuk pasangan pasangan diluar sana yang lagi dalam tahap mempertanyakan value masing masing, atau bahkan masih tahap Denial gak terima kalau nyatanya kita keliatan "kurang" di mata pasangan kita atau bahkan mantan. Hehehe
Sthappp!! You worth more than anything! Seperti kata Miley Cyrus "i can buy my self flower, write my name in a sand" do it girls. Sedikit kesepian memang, tapi Its totally too much better rather than you be with the wrong guy. God bless!!!
-egg
3 notes
·
View notes
Text
୭ ॱ˖ Prelude
For a heart that unfolds unceasing tenderness as light as a dove’s feather lithely floating through an abode of freedom, even if it lost glides and drifts into unsparing shadow, a stance like an eternal embers inside of phoenix made a soul remain steadfast.
˖ ࣪ ،̲،̲ Chapter I : Heart of Ode
Aletheia Jane, or Aletha, the name one commonly remembers in getting to know her. To be addressed by other nicknames that one desires would delight her as well, even an old alias to those who perhaps have been living with her from the past. For an extra fact, the name Aletheia is derived from the Greek which means truth that she as well values.
Bornt in the flashing bars of July, late of the month, in which her astrology placements are Leo sun, Scorpio moon, and Pisces rising. Has reached her legal age (around 20s). Moving on to personality, several platform where she has taken the test consistently resulted her as an INTP. Her strong determination and pragmatic self are one of that sorted her to be in Slytherin as her hogwarts house in wizzarding test.
˖ ࣪ ،̲،̲ Chapter II : Symphony of Joy
Life is not always sheltered with clear azure daylight, the rage of wild ocean tides can sometimes startle the sunshine within a bundle of one’s emotions. However, any treasured things shall be suffice to preserve solace inside, despite the downpour flooded.
Same to many hurdles that she has to jump through in life, yet stores enough things where she devotes her heart to which as well always hearten her.
✿ Books
To define her life is quoted from the French expression, “without literature, life is hell.” Suffice to conclude that she devotes her heart to books. Some of her favourite reads are historical-fiction, non-fiction, self-improvement, law & politic, fantasy, greek mythology, any kind of fictions (exclude horror since I’m not a fan of).
Specific titles : Dune, Isolation, Circe, Notasi, Harry Potter all series, Filosofi Teras, Babel, Almond, Laut Bercerita, Catatan Seorang Demonstran and other So Hok Gie series, Jingga Jenaka, Love For Imperfect Things, Dear Tomorrow, Nicola Yoon’s books, and the list go on as I probably discover more that would fit to my liking.
✿ Feminism
She places high belief in social, economic, education, and political equality of both sexes. To achieve the same rights shall not be limited by any sort of indicator, including gender. For her, it’s crucial to recognize for equal rights, opportunities, and treatment for all genders, quiting the archaic stereotypes that affect woman’s self esteem and vice versa.
✿ Law and politics
Though it’s beyond her capacity nor even her field to speak about it, she always fonds of every possible discussion studying the system that governs human behavior, ensuring order, justice, and protection of individual rights and analyzing the activities, actions, and policies related to governance and decision-making within a society. Simply such as watching Mata Najwa or another debate and brainstorm.
✿ Movies & Series
Frank to tell, she barely keeps herself updated either with movies or series considered to lack of spare time. Hence, to exchange your knowing about great movies or series will be highly anticipated by her.
However, she some specifics that delight her, such as : Dune, Mamma Mia, Grease, Harry Potter all movies, Maze Runner The Series, Hunger Games The Series, Don’t Worry Darling, F4 Thailand, Ada Apa Dengan Cinta, Tenet, Soe Hok Gie, Shadow and Bone, Little Women.
✿ Music
Discussing about taste in music, she doesn’t have specific preference like the prior ones. Her likings are based on her emotional state in a day, which is tentative.
Howevers, there are some of her personal favourites : ABBA, The Weeknd, Chase Atlantic, Artic Monkeys, EDM like Yellow Claw, 5 Seconds of Summer, One Direction, Louis Tomlinson, Zayn, Sabrina Carpenter, Olivia Rodrigo, Maliq & D'essentials.
˖ ࣪ ،̲،̲ Chapter III : Serenading Memory
If you mayhaps get stray in the memory of how we once happened to bound in the same page of story, here is a little map to lead you and fleet from the blurry remembrance. I was also a writer of Gen-RP, with Yeji and Charlotte Sine as my muse. If anything tickles your curiosity, her Retrospring is always friendly welcomed.
Love and softness are two essence to maintain tranquility in one’s sphere as she honors her space with an attempt of preserving it, while staying true still to her honest judgment and behaviour. Any form that’s showing disrespect, causing drama, and cyberbullying strictly can’t be tolerated here.
୭ ॱ˖ Epilogue
Lovely but deadly, soothe though undefeated, delicate yet unbending, inconceived and also determined, adjustable however still remains authentic. To either savour her thoughtful love or unsparing venom, one’s faithful heart or deceitful hand will subsequently tell.
Written wholeheartedly,
𝒜 ❤︎
3 notes
·
View notes
Text
Ruben Onsu
Ruben Onsu adalah seorang pelawak, pembawa acara (host), aktor, dan pengusaha asal Indonesia yang dikenal luas di dunia hiburan. Lahir pada 15 Agustus 1983 di Jakarta, Ruben Onsu telah berkarier di industri hiburan Indonesia selama lebih dari dua dekade, dengan berbagai peran sebagai komedian, presenter, dan aktor.
1. Karier di Dunia Hiburan
Awal Karier: Ruben Onsu memulai kariernya di dunia hiburan Indonesia sebagai seorang pelawak dan komedian di acara televisi. Ia pertama kali dikenal melalui program-program komedi, di mana ia sering berkolaborasi dengan banyak komedian ternama lainnya. Salah satu momen penting dalam kariernya adalah saat bergabung dengan acara "Opera Van Java" (OVJ) yang sangat populer di Indonesia, di mana ia sering tampil dengan gaya komedi yang khas dan segar.
Pembawa Acara (Host): Selain dikenal sebagai pelawak, Ruben juga sukses menjadi pembawa acara di berbagai program televisi. Ia dikenal sebagai host yang enerjik dan humoris, dan beberapa acara yang pernah dipandunya antara lain "The Onsu Family", "Ruben Onsu's Family Show", serta acara "Mata Najwa" dan "Ruben Onsu Ngobrol Santai" yang cukup digemari. Gaya membawakan acara yang ringan, penuh tawa, dan mudah diterima penonton membuatnya menjadi salah satu host yang paling dicintai di Indonesia.
0 notes
Text
Kunci Kulit Glowing dan Bibir Sehat dengan Bundling Moringa Essence Cushion dan Moringa Lip Matte Fabil Natural, WA/Call 0878-8544-9886
KLIK https://wa.me/6287885449886
Ingin tampil cantik dan sehat dengan perlindungan maksimal untuk kulit dan bibir? Kini hadir Fabil Bundle Radiant Duo: kombinasi sempurna dari Moringa Essence Cushion dan Moringa Lip Matte untuk tampilan kulit glowing alami dan bibir lembut memikat.
Moringa Essence Cushion 3-in-1 Cushion Foundation dengan kandungan 5x skin-essence yang menyatukan foundation medium-to-full coverage, serta perlindungan UV optimal dalam satu kemasan praktis. Teksturnya yang silky memberikan hasil akhir kulit sehat bercahaya namun tetap natural, seolah seperti kulit kedua.
Varian Warna: 01 Ivory (untuk kulit fair to light) dan 02 Nude (untuk kulit light to medium).
Keunggulan:
5x Skin-Essence Infused: Membantu kulit tetap lembap, ternutrisi, dan sehat.
Wudhu-friendly & Breathable Formula: Super ringan dan non-waterproof, air masih bisa meresap ke kulit.
Healthy Skin Look: Tampilan satin yang memancarkan kilau sehat.
SPF 50 PA+++: Proteksi maksimal dari efek buruk sinar UV.
Non-Oxidized Formula: Tidak membuat kulit kusam sepanjang hari.
Cara Pemakaian:
Tepuk puff ke cushion, aplikasikan ke seluruh wajah hingga merata.
Ulangi hingga tingkat coverage yang diinginkan.
Biarkan produk menyatu dengan kulit untuk tampilan sempurna.
Moringa Lip Matte Lipcream multifungsi dengan hasil akhir soft-matte, minim transfer, dan sangat pigmented, cukup satu oles untuk menutup warna asli bibir. Diperkaya dengan bahan yang melembapkan, menutrisi, serta melindungi bibir dari sinar UV dan Blue Light, membuat bibir tetap sehat dan terlindungi.
Varian Warna: 01 Hana -> Pink Mauve 02 Balqis -> Orange Brown 03 Humaira -> Red Brick 04 Jasmin -> Coral Pink 05 Misha -> Orange Red 06 Najwa -> Baby Pink 07 Shireen -> Red Maroon
Keunggulan:
3-in-1 Product: Dapat digunakan sebagai lip cream, blush, dan eyeshadow.
Hydrating & Nourishing: Diperkaya dengan skin-caring ingredients untuk bibir lembap dan sehat.
UV & Blue Light Protection: Melindungi bibir dari paparan sinar UV dan perangkat elektronik.
Soft-Matte Finish: Menghaluskan garis bibir dan memberikan hasil yang tahan lama tanpa membuat bibir kering.
Cara Pemakaian:
Lip Cream: Aplikasikan dengan aplikator ke seluruh bibir.
Blush: Buat 2-3 titik di pipi dan ratakan dengan jari atau brush.
Eyeshadow: Aplikasikan 1-2 titik di kelopak mata dan ratakan.
Duo Power for a Radiant Look! Satu paket lengkap untuk kamu yang ingin merawat kulit dan bibir dengan cara yang mudah dan praktis. Dapatkan kulit bercahaya, bibir terhidrasi, serta perlindungan maksimal dari sinar UV hanya dalam satu paket Fabil Bundle Radiant Duo.
FABIL NATURAL Jl.Sholeh Iskandar №3. Kedungbadak, kec. Tanah sereal, RT.02/RW.11, Kota Bogor, Jawa Barat 16164 Temukan Kami di Google Maps https://maps.app.goo.gl/A1LBEY2GVeHd9iGJ7 (Sebelah Rafita’s Cake) FAST RESPON WA/Call 0878–8544–9886 Kunjungi Juga: https://fabil.co.id/ https://shopee.co.id/fabilofficialstore/ https://www.tokopedia.com/fabilofficialstore/ https://www.instagram.com/fabilnaturalofficial/ https://www.facebook.com/fabilskinstore/ https://www.tiktok.com/@fabilnaturalofficial/
#cushion#makeup#spf50#cushionspf50#cuahion#makeupcushion#cushi#cushionmakeup#cushionglowing#cushionoilyskin#cushionshine#cushionbpom#bbcushionwaterproof#cushionglowfinish#cushiontahanlamadanglowing#cushionglowingtahanlamaplusspf#cushionbeauty#cushionbb#cushiontanskin#cushionviral#cushionbbcream#cushionbpomwaterproof#cushiondryskin#cushionnatural#bbcoushion#cushionskin#cushionterbagus#cushionpekanbaru#cushionforoilyskin#bbchusion
0 notes
Text
Sikapi Tudingan Demokrat, Anies: Perlu Kematangan dalam Mengelola Perbedaan dan Perasaan
JAKARTA | KBA – Capres Anies Rasyid Baswedan dan cawapres Ahmad Muhaimin Iskandar tampil di depan publik melalui acara bertajuk “Blak-blakan Anies-Muhaimin” di Mata Najwa, Senin malam, 4 September 2023. Keduanya membawa cerita fakta untuk menjernihkan keadaan dan mendinginkan suasana. Pada bagian penutup acara, Anies memberikan kuliah berharga dalam mengelola dinamika. “Kita akan sering ketemu…
View On WordPress
0 notes
Text
Bersuaralah, kamu gabakal dipenjara
Banyak dari kita warga indo yang takut buat berpendapat di sosial media tentang pandangan politik pribadi. Tapi jangan khawatir, bersuaralah sekarang karena inilah waktu paling tepat untuk tidak dipenjara akibat berpendapat politik di sosial media haha. Kenapa? Mari kita bahas.
Pemilu udah dekat, dan semua paslon sedang berusaha untuk mengambil simpati warga indonesia. Siapa yang tidak mau punya Presiden yang gapapa kalo dikritik? Semua orang mau. Inilah yang para paslon sedang usahakan, dan inilah alasan kenapa kritik2 atau pandangan politik yang "pedas" tidak akan dipermasalahkan oleh para paslon (pastikan kritikanmu bisa dipertanggung jawabkan yaa).
Beberapa waktu lalu, Pandji Pragiwaksono mengisi acara di Mata Najwa dan membawa set Stand Up yang isinya full mengkritik para mentri yang sedang menjabat. Poin2nya sangat tajam, mewakili keresahan warga indo, dan menurut saya sangat bisa dipertanggung jawabkan. Dan dia aman, tidak dipermasalahkan oleh siapapun. Kenapa? Karena tepat sehari sebelum show itu, internet sedang ramai soal bagaimana para paslon sangat gencar meng-kampanye-kan bahwa mereka tidak "antikritik".
Para paslon ingin menunjukkan bahwa mereka tidak "antikritik". Kita sebagai warga Indonesia harus memanfaatkan momen ini. Kalo ada pandaganmu yang menurutmu patut untuk dipertimbangkan, keluarkan saat ini juga di internet. Aku sendiri punya beberapa pandangan yang "pedas" tapi belum dikeluarkan karna masih pingin nulisnya bagus, dan kadang gada waktu juga. Tulisan inipun cuma tulisan spontan aja, tpi udah lama pengen ku publish.
Intinya, jangan takut untuk bersuara. Ini adalah saat yang tepat untuk mempengaruhi teman2mu tentang pilihan politiknya HAHA, goodluck.
0 notes
Text
On Presidential Debate, On Democracy, and On Ethics
Suatu hari di tahun 2018, salah satu dosen saya, Pak Luthfi, masuk kelas lalu berdiri sambil menyandarkan badannya ke meja, menghadap kami, lalu beliau misuh-misuh soal penyelenggaraan debat pilpres 2019:
“Ngapain debat pilpres ada iklan-iklan segala. Pembukaannya panjang banget. Debat pilpres itu harusnya satset. Bukan malah ajang dapetin sponsor dan iklan.”
Pak Luthfi lalu melanjutkannya dengan cerita debat pilpres di Amerika dan Inggris. Bagaimana penyelenggaraannya full non-stop 3 jam tanpa iklan, tanpa pembukaan bertele-tele, dan saling serang argumen. Saya mulai membayangkan juga seharusnya debat itu seperti apa.
Bagian 1: On Presidential Debate
Selalu, di kepala saya, debat itu seperti di dalam program Mata Najwa. Tidak kaku, saling bantah argumen, bahkan saling tunjuk-menunjuk. Memberikan posisi jelas dan memberikan logika hebat tentang kesalahan lawan. Moderator bukan hanya melempar pertanyaan, tapi ikut memanaskan suasana dengan berulang-ulang melakukan re-check, klarifikasi, bahkan bisa sampai memberikan bantahan kepada jawaban peserta. Bayangkan, bahkan moderator membawa data sendiri! Kenapa? karena, kita harus sama-sama setuju, bahwa fungsi debat adalah “menguji” argumen. Poin 1: Debat bukan hanya ajang kampanye. Kalau cuma ingin “menyampaikan gagasan”, di baliho saja cukup, satu arah. Tapi fungsi debat justru, yaa, debate.
Sampai debat 2024 ini, saya masih bingung untuk apa fungsi moderator debat. Saya membaca di salah satu komentar sosmed, “Kalau cuma bacain soal, tukang becak pun bisa.”. Mungkin ada yang bilang, fungsi moderator untuk menjadi pengatur suasana supaya tetap tertib. Betul, memang ada tata tertib acara. Betul juga, memang moderator berkali-kali menjadi penenang suasana, mengangkat tangan lalu bilang “tolong supporter untuk tetap tenang”. Tetapi saya bertanya, lalu apa? jika sudah ada tata tertib, lalu dilanggar, lalu apa? akan lebih “beneran” jika moderator sampai berkata “ok silakan anda yang baju hijau di pojok sebelah situ untuk meninggalkan ruangan ini karena saya anggap berisik dan mengganggu.”, walau saya yakin mustahil bagi moderator kita melakukan hal tersebut. Poin 2: Kalau moderator hanya membacakan pertanyaan, mending Mehdi Hairi saja, kawan saya yang juga seorang jurnalis. Saya juga setuju jika debat pilpres lebih baik tidak dihadiri penonton. Kehadiran penonton di lokasi debat bukan hanya mengganggu acara debat secara keseluruhan karena riuhnya dukungan (dan ejekan), tapi juga mengganggu capres karena, dengan sendirinya, para capres akan merespon kondisi debat sebagai “ajang pertunjukan”. Mereka berlagak seperti penari sirkus di bawah lampu sorot. Mereka akan menyadari bahwa gerak-gerik, dan bahasa mereka either membangkitkan semangat pendukung di lokasi, atau mengejek pendukung lawan. Acara ini jadi ajang seru-seruan untuk dapat riuh tepuk tangan pendukung, bukan lagi fokus gagasan. Sebagai juri demokrasi, kita seharusnya merasa dilecehkan dengan gelagat capres yang menjadikan debat sebagai panggung tari. Nasib hidup mati kita ada pada ide, visi, gagasan, dan janji mereka, sementara mereka beretorika dan bergoyang untuk mendapatkan tepuk tangan massa. Poin 3: Debat bukan acara sirkus.
Sama seperti kebingungan saya kepada fungsi moderator, fungsi panelis pun membuat saya bingung. Dibacakannya setiap nama panelis. Saya kira nama besar mereka akan menjadi “penguji” atas besarnya gagasan para capres. Sayangnya mereka hanya dijadikan asisten sulap untuk mengambil bola undian saja. Betul, mereka yang membuat pertanyaan, namun pengujiannya di mana? disebut panelis bukannya justru untuk menguji? sangat disayangkan kita memiliki nama-nama besar sebagai panelis, namun “pengujiannya” hanya dilakukan di dalam hati masing-masing panelis. Kita tidak akan pernah tahu “jawaban ideal” yang ada di kepala para ahli tersebut sebagaimana mereka merumuskan pertanyaan untuk capres. Lagi-lagi, akhirnya panelis ini hanya menjadi asisten cantik pesulap yang tugasnya hanya menambah bumbu formalitas dan elegansi di panggung pertunjukan semata.
Bagian 2: On Democracy
Ini sudah menjadi keresahan saya sejak pilpres tahun 2019. Bahwa dari dulu, kita terjebak di dalam Procedural Democracy. Kita pikir, hanya dengan ajang pemilu setiap tahun menjadikan kita negara yang demokratis. Awalnya saya selalu berusaha memaklumi kondisi ini karena “kita adalah negara muda” jika dibandingkan dengan demokrasi Amerika Serikat yang sudah berumur lebih dari 200 tahun. Namun mungkin kali ini saya harus berhenti memakluminya. Karena, jangan-jangan, elit kita sudah bertransformasi untuk, justru, menjadikan “demokrasi” sebagai alat hegemoni agar bisa terus melanggengkan kekuasaan. Lihat saja bagaimana jawaban Prabowo ketika ditanya soal politik dinasti, “ya kita kembalikan ke rakyat, jika rakyat tidak setuju, tidak perlu pilih kami.”. Begitulah bagaimana demokrasi kita diolok-olok. Yang penting “rakyat yang memilih” itu satu-satunya tolak ukur demokrasi bagi mereka.
Sudah bosan juga saya memikirkan bagaimana pluralitas ide tidak berhasil tercermin dalam partai politik kita. Bagaimana antarsatu partai dengan partai yang lainnya, gagasannya sama-sama saja. Tahun 2019 saya pernah bertanya di acara forum bersama salah satu partai, mempertanyakan mengapa dari banyaknya partai politik kita, “ideologinya” hanya itu-itu saja, antara Nasionalisme atau Islamisme. padahal, makna demokrasi adalah kebebasan dalam bergagasan. Jika melihat politik di Amerika atau Inggris, kita akan menemukan bahwa antarpartai bukan hanya beda gagasan, namun juga beda pemahaman, sampai berbeda ideologi. Mereka yang ingin konservatif akan bertarung habis-habisan dengan progresif. Mereka yang ingin ideologi kristen habis-habisan bertarung dengan ideologi sekularisme. Mereka yang pro lingkungan akan bertarung habis-habisan dengan yang pro-industrialisme. Karena itu adalah substansi dari demokrasi. Demokrasi adalah “Arena”, bukan hanya prosedur. Dari Chantal Mouffe, ketika “arena perbedaan gagasan” itu tercipta dan berkontestasi, maka dengan sendirinya kita akan mencapai hasil terbaik. Senada dengan teori dialektika Hegel. Namun jika dari awal semuanya sudah homogen, sepakat, maka kita tidak akan bisa kemana-mana lagi. Saya masih tepok jidat dengan capres yang “saya setuju dengan pendapat anda”, lalu untuk apa saya harus memilih jika antarcapresnya memiliki ide yang sama.
Itulah mengapa, fenomena merapatnya Prabowo ke pemerintah pasca pilpres, berkoalisinya partai-partai yang dulu bersebrangan, menunjukan betapa buruknya kualitas demokrasi kita. Ini menunjukan bahwa mereka bukan membawa “gagasan”, tapi mereka berkompromi untuk mencapai kekuasaan. Karena jika memang betul membawa gagasan, mereka seharusnya berani mati untuk gagasan itu pula. Terdengar sangat idealis, namun cukuplah bagi kita untuk memaklumi semua omong-kosong soal politik yang fluid.
Bagian 3: On Ethics
Kita terlalu takut untuk berbeda. Mungkin ada yang berpendapat bahwa “lebih baik sama saja, lebih adem, lebih tentram.”, atau “kalau memang bagus, kenapa harus berbeda”. Saya kira ini adalah mentalitas kita saat ini. Terlihat “baik” karena memang budaya kita seperti ini. Maka harusnya kita jujur kepada diri kita sendiri, bahwa kita belum siap menjadi negara demokratis. Bagaimana bisa kita menamai diri kita demokratis tetapi alergi terhadap perbedaan. Lihat saja, betapa alerginya masyarakat kita terhadap “ideologi lain”. Padahal, dalam demokrasi, keterbukaan sebesar-besarnya atas perbedaan justru menjadi amunisi atas terciptanya dialog yang berkualitas. Kenapa? karena ketika kita membuka ruang perbedaan, justru di situ kita akan mampu memilih, berdebat, memutuskan, yang mengasah pola pikir individu kita agar lebih tajam dan kritis. Kita bisa melihat bagaimana FPI dilarang, buku karl marx diberangus, dan dialog-dialog mahasiswa dibubarkan. Sudah, jujur saja, memang kita secara sistemik (yang akhirnya memengaruhi pola pikir individual kita) menolak adanya perbedaan. (begini saja, jika dalam pikiran kita masih alergi ketika mendengar “komunisme”, maka kita masih anti terhadap perbedaan. Padahal dalam demokrasi, semua diperbolehkan memilih. Jika tidak setuju, silakan berdebat, pertajam data dan fakta, lalu tunjukan bahwa ideologi saya yang terbaik. selesai. bukan “komunisme”nya diberangus oleh aparat)
Dalam hal ini, saya sepakat dengan Tan Malaka dalam Madilognya. Harusnya kita menyampingkan terlebih dahulu nilai-nilai baik-buruk. Melainkan kita uji dengan dialog rasional-materialistik. Sudah cukup bagi kita menjadikan istilah “kita adalah masyarakat yang memiliki budaya timur” sebagai tameng atas ketidakmampuan kita berdialektika. Masyarakat yang maju bukan yang berdiam diri, tapi yang berani mengambil langkah progresif, menantang perbedaan dengan gagasan rasionalnya.
Berbicara tentang pilpres, dari dulu sampai sekarang, ya kita begini-begini saja. maka tidak aneh jika ada yang berpendapat “siapapun presidennya, hidup kita ya begini begini saja.” Karena, menurut saya, kita tidak berani mengambil langkah yang berbeda. Bahkan dari gagasan presiden, semuanya hampir sama-sama saja. yang membedakan adalah prioritasnya saja. Ketidakberanian kita melakukan bid pada perbedaan membuat kita tidak beranjak ke mana-mana. Coba kita lihat dari perbedaan Biden dan Trump. Bagaimana setelah banyaknya perang di zaman Obama, trump yang berseberangan dengan Obama langsung menyetop segala jenis perang fisik di luar Amerika. Ia menarik tentara-tentaranya di timur tengah setelah puluhan tahun berada di zona perang. Lalu memberikan gagasan kontroversial soal perbatasan Amerika-Mexico. Ketika Biden terpilih, yang juga kontras dengan Trump, Amerika kembali melakukan agresi militer. Konflik polandia-rusia, palestina-israel tidak terelakan. Lihatlah bagaimana perbedaan presiden membawa perbedaan yang sangat besar. Namun yang perlu kita lihat, keberanian melakukan Bid atas perbedaan itu justru membawa Amerika Serikat menjadi yang seperti sekarang kita lihat, leading. Selalu, High Risk-High Return. Jika kita masih menjadi negara yang bermain aman, selamanya kita hanya akan di sini-sini saja.
ps: perbedaan pandangan soal IKN pada pilpres perlu diapresiasi. itu yang sebenarnya ingin saya lihat dari capres kita. berani berbeda.
0 notes
Text
Hai tuan, setelah sekian lama setelah bertahun tahun aku merasakan lagi rasanya duduk di sampingmu dan menemani bekerja, masih ku ingat waktu itu aku menemanimu sambil menonton yotube mata najwa.
Kemaren, meski hanya beberapa jam, aku sudah cukup bahagia bisakah aku lebih lama duduk di sampingmu, sambil menatap mu bekerja di depan laptop silvermu. Apakah keberadaanku mengganggumu?, aku harap kau pun senang saat aku berada di sampingmu,
Aku tau, meskipun matamu tertuju hanya di dpn layar laptop, tapi kau ttp memperhatikanku yang berada di sampingmu.
Boleh kah aku cemburu pada laptop yang kau tatap dan selalu kau bawa kemana² itu? Atau cemburu pada wanita yang bisa melihat senyum mu dan mungkin menemanimu juga?
Mungkin ini terlalu berlebih, tp bisakah mengunjungiku lagi untuk tahun² selanjutnya. Saya masih sendiri, dan menunggu anda.
-BJB 2023
1 note
·
View note
Text
Apa yang Dipikirkan Tiga Cawapres Sebelum Tidur?
SERANG – Ketiga Calon Wakil Presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD menceritakan soal apa saja yang dipikirkan saat menjelang tidur setiap harinya. Ketiganya menyampaikan jawaban yang beragam. Pertanyaan ini dilontarkan oleh Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) dan disiarkan melalui kanal YouTube kepada…
View On WordPress
0 notes
Text
Celebrates Denny JA's long journey in the world of Indonesian publishing
In the world of Indonesian publishing, the name Denny JA has become one of the figures that cannot be ignored. Through his long journey, Denny JA has made an extraordinary contribution in the development of literacy and poetry of quality essays in Indonesia. Denny JA's journey in the publishing world began in 1982 when he founded Mizan Publisher. He believes that through publishing, he can spread knowledge and inspiration to the wider community. Denny Ja not only wants to publish useful essay poetry, but also creates essay poetry that inspires and changes the life of its readers. Denny Ja is not only a publisher, but also a productive writer. He has written many popular essay poems and become Bestseller in Indonesia. One of his famous works is the essay poem "Mata Najwa: 5 Years with Indonesian Leaders" who describe the interviews and stories behind the scenes of the famous television program he guided. This essay poem not only provides an interesting point of view, but also presents in -depth insights about leadership in Indonesia. In addition, Denny Ja is also active in various literacy and education activities in Indonesia. He is often invited as a speaker at seminars, workshops, and essay poetry festivals in various cities in Indonesia. Through this activity, Denny Ja shared his knowledge of publishing, writing, and fostering interest in reading among the community. In his journey in the publishing world, Denny Ja faced many challenges. However, with high perseverance and determination, he managed to overcome every obstacle he faced. He not only managed to maintain Mizan as one of the leading publishers in Indonesia, but also opened the way for young writers to publish their works. The role of Denny Ja in the world of publishing is also widely recognized. He has received a variety of prestigious awards, including Achmad Bakrie awards in the world of publishing, cultural honor awards from the Ministry of Education and Culture, and other awards that are evidence of recognition of their dedication and contribution. At this time, Denny Ja continues to develop himself in the public publishing world. He not only published useful essay poetry essays, but was also involved in social initiatives and community empowerment projects through literacy. He believes that literacy is the key to creating positive changes in society. Celebrating Denny Ja's long journey in the world of Indonesian publishing is an effort to respect and appreciate its extraordinary contribution. From the establishment of Mizan to being a figure that is recognized nationally and internationally, Denny Ja has proven that with enthusiasm and persistence, we can achieve success in whatever field we are in. Hopefully this article can provide a clear picture of Denny Ja's long journey in the world of Indonesian publishing, as well as inspires many people to follow his footsteps in increasing literacy in Indonesia.
Check more: Celebrate Denny JA's long journey in the world of Indonesian publishing
0 notes