#laraku
Explore tagged Tumblr posts
zombie-ru · 10 months ago
Text
Hari ini, langit sedang memintal kelam. Ia sengaja menjatuhkan rinai, membasahi daratan yang tandus. Namun ia lupa, ada pula tangis yang ikut terjun bersamanya.
Aku berdiri di atas tanah basah, menggenggam setangkai kembang yang memiliki banyak rupa. Warna-warni kelopak indahnya tak pula mengikis duka yang sedang merajalela di tiap pundak manusia.
Berpuluh kepala menunduk, menahan setetes bening dari pelupuk mata. Bibirnya bergetar menghantarkan rapal-rapal yang ia bisa.
Hari ini, di langit yang memintal kelam, aku menghadiri sebuah pemakaman. Pemakaman yang menjadi akhir dari perjalan logika dan perasaan. Hanya memuat lubang dalam yang ditimbun oleh sesal. Tangisan itu bersautan, menjadi bukti bahwa keabadian hanya sebuah guyonan semata.
Tumblr media
Sumber gambar: pinterest
Satu-satu persatu tungkai itu menjauh dari upacara pemakaman. Bergantian mengucapkan belasungkawa atas rasa bersalah yang sudah telat datangnya.
Hanya ada aku yang meratapi kesendirian dalam diam, bersama nisan yang kukenal. Kau terbaring begitu tenang, seolah liang lahat adalah akhir dari latar yang kau impikan. Sudah banyak ketidakadilan serta kepercayaan yang terinjak, kau bawa bersama di dalam peti matimu. Kau jadikan ganjalan kepala di pembaringan.
Kau tidur dengan sangat nyenyak. Membiarkan luka-luka dalam likumu terbungkus kafan. Yang putih jadi kucal, itu yang kulihat. Mati adalah pilihanmu, agar jiwamu tetap hidup dalam segumpal bintang.
Waktuku sudah habis. Aku pamit, aku pergi, meninggalkanmu di bawah gundukan yang sepi.
Beristirahatlah dengan tenang, mendiang jiwaku yang lapuk. Yang sudah hancur ditikam busuknya prasangka dunia. Pergilah, cicipi nirwana yang sedang terbuka gerbangnya menantimu pulang. Sudah banyak lapisan kecewamu yang menjadi alas kakiku. Biarkan aku membawa selembar harapan untuk membungkus bintang itu kepadamu, sebagai bukti pengabdian laraku.
30/01/24
8 notes · View notes
temusukma · 1 year ago
Text
Menjadi Seperti yang Kau Inginkan
Aku ingin tertawa, saat mengingat betapa lucunya diriku bertahun-tahun kebelakang hingga sekarang, yang selalu berusaha mengejarmu dengan menutupi keaslian. Beribu cara, trik, dan tips serupa berusaha kupelajari hanya untuk mendapatkan perhatian.
Rupanya cukup melelahkan, saat diri harus berpura-pura menjadi apa yang orang lain inginkan. Mungkin hanya sesaat kebahagiaan bisa kudapat, tapi tidak benar-benar dapat kudekap. Sesekali aku membayangkan, bahwa kau juga menginginkanku meski hanya sebatas rasa yang samar.
Sebab kau begitu indah, laksana mawar yang sedikitpun tak mempunyai celah. Ingin rasanya tangan ini dapat menggenggammu. Tidak peduli duri-duri yang menjadi simbol pembatas itu melukaiku. Sebab dengan senyum itu, mata teduh itu, sedikit saja kau berikan padaku itu sudah cukup meredakan laraku. Namun enggan rasanya jika tekad ini harus melukaimu juga.
Kusadari memang sepertinya semua hanya akan sia-sia. Karna bukan tentang cara dan perlakuan yang kau inginkan, tapi seseorang yang telah hatimu tentukan untuk menjadi pilihan. Dan mungkin memang bukan aku orangnya. Semua upaya dan ketidakmungkinan yang dipaksakan hanya akan menjadi racun di hari kemudian.
—Temusukma
10 notes · View notes
viviaramie · 2 years ago
Text
Tumblr media
Bu, aku melihat diriku sendiri diantara sesak yang memenuhi ruangan tua ini.
Seperti asap yang tak mengerti cara pergi, lama-lama menjadi gelap, lalu pengap.
Tak ada yang tersisa selain deru nafasku yang tak mampu kudiamkan.
Seperti pepohonan dimusim semi, saat ini; wajah ibulah tempat paling teduh yang kuingini.
Agar segala laraku mereda, segala dukaku tiada.
Sajak ke - 2
43 notes · View notes
naufalhafizh · 1 year ago
Text
Tumblr media
menunggu
#draft
untaian dingin menelusuk rongga-ronggaku, terasa aneh tentu saja, hening sang pembuat gigil segenap kujur tubuh hadir dikala semestinya hari ini begitu memanggang. aku, salah satu yang kedinginan, dimana tiap lapisan kulit sedang meronta ingin berkemul dibalik kain wol hangat itu, namun pikirku diam seribu makna. terkulai bisu menggantung harapan pada tiap kata yang terlontar dari suara diujung frekuensi sinyal. 
ya, itu suaranya. suara yang dihasilkan atas sejuta pemaklumannya atasku yang begitu sentimentil. suara yang indah tentu saja, bak malaikat meniupkan hawa surgawi padaku, begitu harmoni. 
#
haloo, separuhku yang lain :) senang sekali tentu saja, dapat mendengar alunan sonar itu terus berbincang.
#
mamun, kupikir kali ini sedikit rumit. entah mengapa, disamping bahagiaku mendengarnya, ada getar pada jiwa ini. aku terenyuh mendengar jawabmu yang singkat, mencipta resonansi yang kian dingin, bersekutu dengan peliknya cuaca sore ini. 
tapi tenang, aku tidak sekecewa itu kok, aku bukanlah laki-laki yang dengan mudahnya hilang kepercayaan. untuk bisa dititik ini saja, percayaku sudah begitu banyak berkorban. namun, diantara sejuta pemakluman ku atas situasi yang terjadi, bolehkah lantas aku tersungkur menangisi luka ini?
ya, luka yang datang untuk kedua kalinya. setelah sekitar sebulan yang lalu, dimana kita terjerembab atas gemuruh semesta yang mengagetkan. sebuah peringatan besar akan murka tuhan melihat kami mendayung bahtera keromantisan tanpa ada pertalian yang sah diantara kami. kali ini, peringatan kedua, dimana jauh lebih mengejutkan, secara binasa kami terjatuh kedalam badai-kemelut rasa cemas, takut, kami terpisah satu sama lain. bahtera kami terombang-ambing tanpa kemudi.
#
jujur, aku bosan dengan perumpamaan yang begitu jauh, menjadikan kisah laraku sebagai fiksi yang tak berpremis. karena sebenarnya, semua lebih rumit dari kelihatannya.
#
aku sedang terluka, sebab situasi yang kian memberi kita arti dari berjarak. aku tak kuat menahannya, aku meringis kesakitan. aku tak siap atas hatiku yang tersayat olehnya. bukan, bukan kamu, tapi semesta. 
jawabmu yang dingin mencipta nelangsa atas nuraniku yang perih, aku menutup sambungan dengan berat seberat-beratnya dipikulku. aku menahannya, berharap kau tak keberatan menerima kondisi yang tuhan berikan atas kita. aku tahu, kala kau mendengarku sore itu, kau bingung, kesal, sedih, murka, takut, sama sepertiku. aku tak menepikan amarahmu, jika lantas kau terjatuh pula suatu saat. tapi, kali ini, nampaknya akulah yang pertama tersungkur.
aku menangis dipenghujung malamnya, seketika aku menyesal telah memulai percakapan sore itu. aku terbangun di sepertiga malam-Nya, untuk pertama kali setelah sekian lama, aku kembali merasa terpanggil oleh-Nya. dialog antara aku dengan Allah terjadi dengan tajuk Qiyamul Lail. 
#
semua tumpah ruah, air mata nyatanya telah jatuh merayap dipipiku kala ku tengadahkan kedua tangan ini. 
#
aku merindukanmu # aku takut kehilanganmu. 
aku takut kau pergi # aku takut kau tak lagi menerimaku.
###
maaf bila lantas aku membuatmu menunggu dengan lebih menyakitkan. maaf bila kau harus bersabar lebih kuat. maaf bila selama kita mendayung bahtera itu, aku terlampau khilaf, yang mana lantas Allah murka pada kita. 
#
maaf ya? karena setelah ini, akan ada jeda yang sangat panjang atas dialog-dialog yang larut diantara kita. maaf bila mengharuskanmu membatasi intensitas bicara, karena secara gamblang kuakui, aku takut akan akhir yang tak kuharapkan bila kita menerabas nafsu kita saat ini. 
#
maaf bila secara tak langsung, aku membuatmu menangis. dan maaf juga ya? karena menyayangimu dengan sangat, adalah alasanku menangis di tiap malamnya.
#
tentu juga tak mudah bagiku untuk kemudian kembali menjadikanmu selayaknya seorang teman wanita biasa. begitu sulit menahan tanya yang hanya akan menghadirkan obrolan-obrolan tak penting. begitu berat bagiku, untuk tak lagi mengucap dan mendengar pamit dipenghujung obrolan kita.
##
terima kasih ya? sudah setia mempercayaiku untuk bertahan. terima kasih sudah mempercayai jiwa ini untuk berjuang menghadapinya.
janjiku takkan berubah, duhai nashiraku
#
untuk selalu menjagamu dalam doa, untuk selalu menjadi pendengar setiamu kala kau butuh pendengar yang baik.
dan tentu saja, untuk menjabat tangan ayahmu, dan menjadikanmu sebagai seorang ibu dari anak-anak kita kelak.
#
kuharap, kau pun begitu ya? kita berjuang dengan ikhtiar kita masing-masing. berusaha memperbaiki diri dan mengembangkan diri kita sendiri. mempersiapkan segalanya, hingga pada waktu yang tepat, kita bertemu kembali dengan versi terbaik diri kita, dengan perasaan yang masih bertahan, satu sama lain.
##
kupikir aneh rasanya bila hanya kau yang mengatakannya. maka izinkan aku mengatakan hal yang sama..
#
kumohon, jangan sedih berlarut-larut juga yaa? aku tetap disini kok, akan selalu ada bila kau butuh teman dengar, insyaallah.
#
selamat tidur, uca. aku mencintaimu karena Allah
###
3 notes · View notes
syifamaulviii · 2 years ago
Text
Sekali lagi Allah mematahkan hatiku. Untuk kali ini patahnya lebih parah dari sebelumnya. Jika sebelumnya lukanya bisa hilang dan lupa dalam beberapa purna waktu.
Kesedihan kali ini aku mampatkan dalam 1 malam. Bersujud untuk meminta rengkuhan kasih Allah, meminta maaf karena aku sangat berdosa sehingga tidak pantas bersanding dengannya yang dicintai Allah. Sekali lagi, mencintai hambanya dan mengagungi hambanya yg sangat mencintai Allah. Tetapi harus dipatah lagi.
Aku memang terlalu berdosa, terlalu pandai menyimpan maksiat dan terlalu lihai menutupi dosa. Sehingga rasa-rasanya selalu tidak pernah disandingkan dengan orang yang sangat mencintai Allah. Ya Allah, aku selalu jatuh hati dengan orang yg mencintaimu, melihat mereka mencintaimu membuatku jatuh hati pada mereka. Tapi nyatanya aku tak sesuci itu untuk mendapatkan kembali cinta mereka.
Aku tak tau lagi setelah ini harus bagaimana, dan harus mencari yang seperti apa. Aku tidak suka orang yg tidak mencintai dan menghargaimu, tp aku merasa tidak pernah engkau restui untuk bersanding dengan mereka yg mencintaimu.
Apa imanku tidak cukup untuk menjadi seperti mereka? Apa doaku tak cukup menghantarkan rasa ini? Apa penjagaan dan penantianku selama ini tidak juga dapat meluluhkan Hati-Mu ya Allah untuk memberikanku sedikit kebahagiaan dicintai oleh hamba-Mu yg engkau cintai?
Aku harus apa ya Allah. Aku sangat ingin merasakan hangatnya pelukan-Mu dan mendengar nasihatmu agar aku tidak berlarut dalam kesedihan. Agar mataku berhenti mengeluarkan tangis, dan agar sepiku terisi oleh-Mu. Ya Allah, jika sakit hati dan rasa tidak dicintai oleh orang yang kucintai sesakit ini, aku minta untuk dicukupkan saja rasanya. Aku gamau merasakan patah hati sebesar ini lagi
Aku kangen Allah. Aku mau bercerita panjang lebar tentang hariku dan segala gundahku. Aku ingin dirangkul oleh-Mu ya Allah. Aku tak ingin sedihku menjadi laraku yang tidak kau ridhoi. Aku cinta pada-Mu ya Allah, aku benci dipatahkan hatinya oleh Hamba-Mu
Ya Allah, apa hikmah dari semua ini? Apa aku masih bisa berharap pada dirinya yang sudah jelas sangat tidak menginginkanku? Padanya yang sering menghembuskan rasa sepi dalam dadaku? Yang seringkali hadirnya membuatku tersipu malu. Dan padanya yang mampu membimbingku untuk percaya kembali bahwa rahmatmu masih mau memelukku dengan cintanya?
Ya Allah aku rindu sangat dengan Hambamu yang itu. Tak bisakah engkau memberikannya untukku? Tak bisakah engkau luluhkan hatinya padaku? Tak bisakah engkau berikan kepadanya rasa cinta yg besar untukku? Apa memang, penantianku terlampau sangat lama hingga rasanya, mencari seseorang yang bisa mencintaiku teramatlah sulit.
Allah, engkau yang maha agung dan maha pemilik cinta di langit dan bumi. Bagaimana caraku untuk bisa mendapatkan Cinta-Mu? Dan bagaimana caraku untuk mendapatkan cinta dari hamba yang engkau Cintai pula?
Peluk Aku ya Allah. Peluk aku yang erat malam ini agar aku bisa merasakan hangatnya Cinta-Mu tanpa harap cinta dari manusia.
2 notes · View notes
aayseninarik · 2 years ago
Text
"Praduga"
tak jarang aku menemukan sebuah hal yang tidak ku duga-duga sebelumnya.
aku sadar, sejak awal. bahwa ternyata luka itu tempat nya suka tersembunyi ya? atau lebih tepatnya lara itu disembunyikan oleh sang puan pemilik luka.
aku pikir bahkan hidupnya lebih layak dari hidupku yang naas
aku pikir selama ini, semua baik
aku pikir, ukiran lara nya tak separah laraku.
aku pikir.
sampai pikiran pikiran itu lenyap ntah kemana. sampai pada akhirnya aku kembali disadarkan bahwa
- manusia adalah sosok manipulatif paling handal.
2 notes · View notes
nishabila · 2 years ago
Text
Sunyi
Aku berada dalam dunia, yang sunyi. Tak ada kehidupan dua arah. Hidupku hanya berteman dengan dinding. Tak ada telinga untuk sekedar mendengar tawa laraku. Sepi sekali, aku ingin keluar dari tempat yang seharusnya menjadi rumah ini. Nafasaku sesak, semua orang memiliki hidupnya, sedang aku tidak. Aku hanya dijadikan pelampiasan emosi sesaat. Emosi kesal, dari kerjaan. Aku hanyalah sebuah dinding pelampiasan amarah. Aku tidak hidup, dan juga mati. Aku tak bisa merasakan apapun, selain sesak yang terus berlanjut. Aku berteman dengan udara yang begitu hampa, tak bisa kuhirup aroma bahagia. Hanya ada polusi yang mengitari raga. Menusuk dalam ke relung hati. Sukmaku tak lagi berteriak, karena ia sudah lama terlupakan dan juga terabaikan. Enyah menjauh dari keramaian. Menarik diri, mengutuk, membatu, dan terdiam. Suara bising tak lagi terdengar, tak ada lagi gurauan kecil. Bahkan saat aku terbaring, justru aku dan lagi lagi aku yang mendapat pelampiasan emosi sesaat karena hal hal kecil. Aku rasa tak ada lagi hubungan darah yang hangat. Kuingin teriak, namun keheningan ini terlalu mencekik suara hatiku. Aku terjebak dalam koma, dan menjadikanku gersang tak tahu arah. Tak ada air yang menyiramiku. Jika aku adalah pohon, maka tak ada satupun daun yang menemaniku saat ini. Mereka sudah gugur, karena cuaca terlalu dingin. Dinginnya melebihi sikap dingin itu, yang selalu tertuju padaku. Tanpa adanya perantara kata, namun tetap saja tatapan menjelaskan segala hal. Aku, yang sedang rapuh~
3 notes · View notes
penhwar · 1 month ago
Text
Aku bukan pemain peran, yang sembunyi dibalik tirai pentas dikeramaian siang. aku bukan pula pembual memakai topeng seolah tak apa-apa. bukan tak butuh cerita. hanya saja, laraku tak pantas dipertontonkan.
0 notes
nothinkbich · 2 months ago
Text
A Letter For I.A.R
Dear I.A.R,
Kamu yang saat ini sedang memenuhiku.
Yang membuatku tersenyum dan berdebar di saat menerima pesan darimu.
Sampai saat ini ku tulis ini, aku masih belum bisa melihat kepastian bagaimana hubungan kita ke depannya, bisa berhasil maupun gagal.
Apakah aku siap untuk kegagalan? Rasanya itu sudah harus kupersiapkan semenjak awal perkenalan denganmu. Namun aku sama sekali tidak bisa berjanji aku akan siap menghadapinya jika itu terjadi suatu saat nanti, baik itu cepat atau lambat, namun ku harap itu tidak akan terjadi secepat itu, atau bahkan kalau boleh berharap, itu terjadi setelah bertahun-tahun nanti.
Membayangkan nantinya aku harus melewati hari-hari dengan berjuang untuk melupakan atau menghilangkan perasaan yang saat ini tidak pernah berkurang.
Sejak pertama aku mengenalmu dan kita mulai berbincang, aku tak lagi berhubungan dengan orang-orang yang saat itu sedang dekat juga denganku. Walaupun kita tidak ada hubungan apa-apa selain masih menjadi teman, tetapi rasanya jika aku masih berhubungan dengan mereka, aku seperti berkhianat di belakangmu. Jangan tanyakan mengapa aku mempunyai pikiran seperti itu, karena jawaban pastinya pun aku tak tahu, namun setelah mengetahui cerita bagaimana hubunganmu dengan masa lalumu berakhir, aku merasa jika aku masih berhubungan dengan orang lain, aku melakukan yang sama dengan apa yang masa lalumu lakukan, dan aku tidak ingin menjadi orang yang sama seperti dia.
Aku terlalu sering berasumsi kepadamu, dimana aku sama sekali tidak bisa memastikan asumsi-asumsiku itu. Aku selalu berusaha untuk tetap berpikiran baik tentangmu dalam segala apapun yang terjadi. Namun, keresahanku mengenai perasaanmu yang masih menginginkan masa lalumu tidak bisa aku bendung. Hal itu terus berputar di kepalaku.
Aku adalah manusia yang jauh dari kata sempurna, bahkan membayangkan aku bisa bersamamu saja aku merasa tidak pantas. Di mataku, kamu begitu sempurna dari pelbagai sisi yang bisa aku lihat. Namun, bukan berarti aku enggan berjuang. Aku akan tetap berjuang dengan cara-caraku dan dengan usaha yang maksimal, terlepas apapun hasilnya.
Hi Kamu, jika suatu saat nanti aku tak lagi bisa ada di hidupmu lagi, aku ingin kamu masih mengingatku dengan baik ya.
Kenangan apapun yang kita miliki, semoga tetap ada di ingatanmu, karena aku akan menjaga segala memori di antara kita di ingatanku dengan sebaik mungkin.
Mungkin, ini akan sampai kepadamu suatu saat nanti. Jika memang kamu sampai di sini, aku perlu tahu bahwa bisa mengenalmu adalah suatu moment terbaik dalam hidupku. Sebuah perkenalan yang bahkan tidak pernah ada di benakku. Aku sama sekali tidak mengetahuimu, bahkan kita tidak tinggal di kota yang sama.
Jika kamu bertanya bagaimana rasa ini bisa tumbuh, mungkin karena kamu hadir di saat aku sedang tidak baik-baik saja dan secara tidak sadar kamu menjadi pelipur laraku yang bahkan ceritanya juga tidak pernah kuceritakan ke kamu.
Jika suatu saat nanti kamu sudah menemukan seseorang, aku harap kamu bahagia, semoga orang tersebut bisa memperlakukan kamu dengan baik dan tidak akan pernah menyakitimu. Katakan padaku jika kamu bahagia nanti ya. Karena seperti kataku sedari awal ku katakan padamu, kebahagiaanmu adalah hal paling penting di antara aku dan kamu. Jangan sampai aku melihatmu sedih ya!
Kamu akan selalu ada dalam doaku. Kamu akan selalu ada di hatiku, di tempat yang kusediakan khusus untukmu. Aku menyayangimu untuk keseluruhan dirimu, baik dan buruknya dirimu, aku akan tetap menyayangimu.
I wish we were meant to be together, so I could ensure your happiness, but it's just a wish of mine :')
with love,
your loser man.
0 notes
letteraksara · 2 months ago
Text
Tuhan,
Duniaku hancur lagi
Hatiku tercabik -untuk ke-sekian kali
Laraku merintih -untuk ke-ribuan kali
Bolehkah aku mundur dari kehidupan yang Kau beri ini?
Jika lahir batinku belum kau izinkan untuk merangkai segala yang patah,
Kumohon terima permintaan matiku pada-Mu
1 note · View note
fitriahaha · 4 months ago
Text
Allah sehatkan badanku, panjangkan umurku. Jagoan kecilku masih butuh aku ibunya ini. Akupun mau terus hidup untuk mendampingi anakku, pelipur laraku, obat dari segala sakitku.
0 notes
untukhatiyangterluka · 5 months ago
Text
Cita-Cita
Sudah lama tidak bicara cita-cita. Sekarang, pak, buk, izinkan anakmu jadi jurnalis, ya.
Belum lama ini aku baru saja mengutarakan hal paling serius yang pernah kusampaikan pada kedua orangtuaku.
Hal serius tersebut terlampau serius buatku. Saking gugupnya, aku sampai harus menyiapkan note kalau-kalau aku lupa dengan apa yang mesti kubicarakan. Aku harus menata hati dan debar jantung yang begitu. Aku berkali-kali menyamankan dudukku. Begitu pula mengatur deru napas yang tiba-tiba menderu.
Sampai di kata pertama yang kuucap, aku tercekat. Air mata mengucur tak tentu arah seperti hujan yang terbawa angin. Tidak tertahankan bak air yang datang dari tanggul yang jebol.
Kata-kata yang sudah kusiapkan sebelumnya menguap begitu saja. Berganti menjadi tutur yang tidak jelas karena tercampur tangis. Tapi, aku yakin kedua orangtuaku sanggup menangkap kesungguhan itu.
Aku bilang bahwa aku tidak bisa melihat diriku di masa depan menjadi seseorang lain yang bukan jurnalis. Tolong, izinkan aku menjadi jurnalis.
Mereka tidak bereaksi banyak, kurasa mereka sudah tahu tanpa perlu kujelaskan.
Namun, justru karena itu lah pertemuan ini harus ada. Mereka tidak pernah berkata iya atau tidak untuk cita-cita terbesarku itu. Padahal aku tahu, mereka menyimpan banyak kekhawatiran.
Kuberi tahu kalau sedikit banyak aku memahami kekhawatiran mereka. Tentang pekerjaan jurnalis yang berisiko, hari libur yang tergadai, beban kerja yang berat, sampai anak perempuan mereka satu-satunya ini nantinya harus tinggal jauh dari rumah.
Oh, ibu tenang sudah Lekas seka air matamu
Saat itu, ibuku tidak menangis. Tapi, aku lebih dari tahu dia memang kerap menangis dalam diam. Dia hanya bilang, 'ya dicoba saja' dan pertanyaan-pertanyaan ringan lain.
Oh, ayah mengertilah Rindu ini tak terbelenggu Laraku setiap teringat peluknya
Lain lagi bapakku. Dia terlihat lebih tangguh dan yang paling aktif menanggapi setiap tuturku. Katanya, setiap pekerjaan punya risikonya masing-masing, tidak apa, teruskan saja.
Sebenarnya, aku tahu dukungan mereka lebih besar dari kekhawatirannya. Tapi, setipis apapun kekhawatiran itu tetap merisaukanku. Berulang kali, aku berusaha meyakinkan untuk jangan khawatir. Kuminta sama-sama berserah saja pada Yang Kuasa. Aku pun ingin terus percaya pada-Nya.
Dan jika suatu saat Buah hatiku, buah hatimu Untuk sementara waktu pergi Usahlah kau pertanyakan kemana kakinya 'kan melangkah Kita berdua tahu, dia pasti Pulang ke rumah
Dan terakhir kukatakan, kemanapun langkahku menjejak, mereka tetap tempatku pulang pada akhirnya.
Aku pasti pulang, pak, buk. Pasti.
Mereka tersenyum. Netra kami menolak untuk bertemu, takut makin sulit untuk merelakan. Tapi kuharap hatinya lebih ringan sekarang, sebab hatiku pun begitu.
0 notes
apriyuliyana · 5 months ago
Text
dengar laraku,
suara hati ini memanggil namamu.
0 notes
katarasaku · 7 months ago
Text
bahkan menulis saja jariku malu mengeja kata yang menggambarkan isi kepala
setelah ini , mungkin hanya dari pandangan mata segala laraku terbaca
0 notes
kidungrenjana · 9 months ago
Text
Karunia indah yang menyiksaku tapi sangat aku syukuri adalah Allah tidak pernah membuatku lupa apapun tentangmu. Semua hal tentangmu kian lekat saja. Semakin aku belajar menerima seolah Dia yang tidak ikhlas aku merelakanmu.
Aku masih sama seperti aku yang sebelumnya, bahwa kenangan tentangmu adalah bagian dari sumber kekuatanku.
Kenangan tentangmu adalah obat pelipur laraku.
Kenangan tentangmu adalah bagian dari nafasku bertahan hidup.
Aku sadar betul setelah ini mungkin akan semakin berat, doakan aku yaa...
Aarrgghh... Aku rasanya ingin berlari kepelukanmu hanya untuk sekedar re-charge tenagaku sebelum terkuras lagi.
Tolong doakan aku agar aku bisa mengakhiri ini semua dengan damai, tenang, aman dan sejahtera. Serta semoga Allah mudahkan dan lancarkan jalanku untuk memperoleh pekerjaan. Aamiin yaa Allah🤲🏼🥺
1 note · View note
hotlikehell · 10 months ago
Text
umur otw 24 iki berasa dagangan yo dimata mbakku. Apakah di umur 24 aku payu secara karir & jodoh atau tidak
Aku memutuskan, they're not my home again. I hope my future husband will be my home. Lelah aku
Lebih baik aku gk keluh kesah, gk nampakno sengsaraku, penyakitku nang keluarga. Biar mereka tau akhir dari chapter endingku. Jodoh atau kematian.
Ku bawa laraku bersama jasadku yg dikubur
0 notes