#kembang sore
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pesugihan Nikah Jin Solusi Keuangan Aman dan Berkah
Kami menawarkan solusi keuangan kpd anda dengan cara yang aman tidak pakai tumbal hewan apalagi manusia, kami nikahkan anda (laki2 / perempuan) dengan jin dari golongan yang baik, jin tersebut selain memberikan uang cash secara terus menerus kpd anda bisa juga anda mintai pertolongan dalam bentuk lain spt mengobati orang sakit / memajukan dagangan anda / menjaga anda dari serangan ilmu hitam lainnya, dll, seperti layak nya paranormal..
RITUAL WAJIB DATANG LANGSUNG KE TEMPAT KAMI, anda akan kami pertemukan langsung dan berbicara langsung dengan jin tsb jadi bukan lwt mimpi / dengan memasukkan jin tsb ke raga orang lain / anda Cuma bisa mendengar suaranya saja,.jin tersebut nantinya bisa anda sentuh dan ajak komunikasi, BEBAS AGAMA, SUKU & RAS,.
JALUR CEPAT RITUAL MAXIMAL 2 JAM SELESAI, BERTEMU GAIB !! BERGARANSI PENUH
TIDAK MELAYANI MANUSIA YG MALAS BACA & MALAS MEMPELAJARI WEBSITE KAMI !! info detail : https://pesugihan666.com/nikah-jin/
nocturnal0666 - 2307'24
youtube
#nikah jin#pesugihan nikah jin#kawin jin#pesugihan kawin jin#pesugihan gunung salak#nikah jin gunung salak#abah anom gunung salak#pesugihan nyai puspo cempoko#pesugihan kembang sore#pesugihan kencono wungu#Pesugihan Dewi Nawang Wulan#Youtube
0 notes
Text
Mau Kaya? Berikut Tempat Pesugihan nikah jin Paling Terkenal - persetubuhan jin - kawin jin
Untuk anda Laki2 / perempuan yang menginginkan kekayaan TUNAI secara terus menerus,tnp tumbal dan aman untuk keluarga, kami siap menikahkan anda dengan jin putih dari golongan baik yang cantik / ganteng melebihi manusia, anda dpt lihat, sentuh & berbicara langsung,
BKN SBG JIN PENGLARIS YANG CUMA MENDONGKRAK REJEKI ANDA BEBAS AGAMA, SUKU & RAS DATANG LANGSUNG KE TEMPAT KAMI TUK RITUAL - TIDAK JARAK JAUH JALUR CEPAT 2 JAM SELESAI - BERGARANSI PENUH
TIDAK MELAYANI MANUSIA YG MALAS BACA & MALAS MEMPELAJARI WEBSITE KAMI !!
info detail : https://pesugihan666.com/nikah-jin/
youtube
#nikah jin #kawin jin #pesugihan nikah jin #pesugihan kawin jin #abah anom gunung salak #yusuf kabir gunung salak #pesugihan gunung salak #nikah jin ratu kidul #nikah jin pantai selatan #nikah jin dewi lanjar #nikah jin pantai utara #nikah jin nyai blorong #nikah jin nyi blorong #pesugihan pantai utara #pesugihan pantai selatan #pesugihan nyai puspo cempoko #pesugihan kembang sore #Pesugihan Dewi Nawang Wulan #pesugihan kencono wungu
#pesugihan nikah jin#pesugihan kawin jin#nikah jn#kawin jin#pesugihan gunung salak#pesugihan pantai selatan#pesugihan pantau utara#tempat pesugihan#ritual pesugihan#pesugihan nyai puspo cempoko#pesugihan kembang sore#pesugihan kencono wungu#pesugihan pulau seprapat#Youtube
1 note
·
View note
Text
Cerita di penghujung tahun (part 2)
Sabtu pagi tgl 30 des, sepupunya suami mampir dulu kerumah buat belanja utk grill2an tahun baru. Meanwhile aku dirumah packing, order gofud, beberes rumah mau ditinggal. Habis magrib baru kita otw sumedang. Dijalan ngebubur dulu lanjut jalan via tol cisumdawu lewatin terowongannya, baru pertama kali lewat malem2 terang bgttt kaya dimanaaa gitu haha.
Alhamdulillah sampe di sumedang sekitar jam 21.00, istirahatlah kami lalu bersiap tidur. Esoknya, msh prepare bahan2 pergrillan yg kurang, kita belanja aja ke griya mayan jauh soalnya rumah bibi jauh dr kota, griya nya ya ada di kota dong. Jam 11an kayanya kita pergi cuaca super panas, hareudang weh~ katanya belom ada hujan lama kesini. Pantesan..
Cuy, akhir tahun dan prepare tahun baruan griya penuh bgt. Belanja satset secukupnya yg kurang2, ehh malah nyangkut di tmpt diskonan baju, disc nya gede2 suami lg nyari chino dapet deh tapi yg pendek mayan jd murceu bgt haha.
Lanjut pengen ngopi cenah, sepupu suami blg ada tmpt ngopi enak, aku blg gosah mikirin tmptnya yg penting enak kopinya. Di Maja coffee katanya deket bgt dr alun-alun kota sumedang, gasslah kesana
Begini suasananya sehabis hujan badai, gede bgt wkt kita msh di griya tadi. Sekitaran jam2an kita disana. Sumedang berubah seketika jadi dingin bgt, fresh, seger. Ini msh agak deras hujannya, di rumah bibi malah msh hujan besar.
Lagi santai ngobrol, tiba2 ada guncangan kenceng.. Sama beberapa kepanikan pengunjung, teriakan jg ada. Gempa ya Allah.. Kaget bgt, mau lari agak keluar udah slesei gempanya. Kami lsg buru2 ngecek bmkg ternyata titiknya ngga jauh dr posisi kami di sumedang kota 4,1 skala richter. Mayan gede itu bikin geumpeur. Ngga skali, ditambah ada gempa2 kecil.
Pulang2 sore, prepare buat grill2an tahun baru ya simple aja sih makanannya mah gini aja.
Pas lagi ngumpul di teras tiba2 ada gempa lg dan lebih besar, kaget dan panik semuanya. Pas di cek bmkg, sebesar ini huhu.
Shock yg td sore aja masih, ketambah malam malah lebih besar. Lsg teu pararuguh, makan jg ngga nafsu. Maunya cpt bobo aja. Sekitaran rumah yg asalnya rame jd sepi dan mendadak semuanya ngaji dan berdoa. Petasan, kembang api jg ngga ada. Kedengeran tp kaya jauh bgt. Beberapa org tidur di teras takut ada gempa susulan. Aku sama nemo tidur dikamar tp ttp kebangun2 malah sampe kemimpiin gempa, ya Allah..
Tgl 1 januari 2024 akhirnya tiba, disambut dgn mencekam semalam. Lsg melamun knp pergantian tahun ini harus diawali dgn bencana dan kepanikan. Ya Allah lindungilah kami, jangan sampe ada gempa2 lagi..
Planningnya plg hari ini, batal karena bibi nahan kita supaya extend sehari. Menjalani tgl 1 sambil ttp waswas dan melamun, hari berasa sangat panjang. Sampe tiba malam hari, org2 ngumpul di teras, aku yg gakuat ngangin mutusin menghangatkan diri dikamar sampe ketiduran. Dan di jam yg sama kaya kemarin guncangan gempa datang lg, aku yg tidur nyenyak sampe kegeser nabrak lemari sebelah kasur. Msh stengah sadar aku lari keluar kamar sambil pabeulit sama selimut, hp ngga aku bawa kaya bodo amat yg penting lari dulu aja. Gemeteran, kaki lemes, lagi2 dibikin shock therapy berkali2. Besar juga guncangannya pas di cek 4,5 dan pusatnya msh di daerah kota. Akibat gempa dari kemarin, RSUD, SMAN 1 smd bangunan2nya belah2 dan retak. Itu posisinya di kota bgt, kemarin ngelewat dan aku blg ke suami, "oh ini RSUD nya? Baru liat", trus jalan lg "itu SMAN 1 smd? Bagus amat bangunannya, besar pula" taunya skrg belah2, malah depan RSUD bikin tenda darurat bencana.
Menjalani malam hari msh belom tenang, bibi ikut ngaji ke sebelah. Beberapa org tidur lg di teras, nemo panik gamau masuk kamar hampir tidur diluar, serba salah kalo diikutin maunya, dia punya alergi gamungkin aku biarin. Dibujuk akhirnya tidur di dpn tv, dan akhirnya diangkut sama ayahnya ke kamar biar lebih anget.
2 harian ini kami tidur dgn resah, sambil berdoa ngga ada gempa susulan yg besar lg. Tibalah kami harus pulang, ninggalin kelg kita di smd, sedih sih knp berpisahnya harus susasanya tegang dan waswas kaya gini. Ya Allah, jagalah kami semua, lindungilah kami dari marabahaya dmnpun kami berada. Hanya Engkau satunya penolong kami. Mudah2an Kau izinkan kami untuk hidup ngga penuh ancaman bencana lg. Aamiinn
4 notes
·
View notes
Text
Mengenal Diri Sendiri.
"Saya pernah lebam oleh pengkhianatan. Gairah mencintai terjeda hingga sewindu setelahnya. Menyebalkan memang karena kesalahan dan tanggung jawab tidak selalu berjalan berdampingan. Bertanggung jawab atas kesalahan yang bukan kita pelakunya; pulih dari trauma misalnya."
———
Tembung - Mandala By Pass via Garuda Raya 2021 silam, sinar matahari sore yang hangat, riding motor, obrolan sepanjang jalan yang hanya berjeda jika dia (teman baik saya) sedang mendahului pengendara lain. Tentu saja, saya selalu menjadi pihak yang duduk di belakang.
"Jika suatu hari pacarmu selingkuh, kau mending tahu atau gak tahu?." "Aku mending tahu, sih." "Walaupun sakit?." "Iya, walaupun sakit."
Mungkin saya overconfident saat itu, sehingga sekali lagi semesta membiarkan saya mengalaminya untuk menguji apakah benar saya akan sedemikian tegarnya?
Saya pun terkejut saat menemukan diri sendiri. Entah karena saya memang telah belajar dari pengalaman sebelumnya sehingga kapasitas itu bertumbuh kembang di dalam saya, saya memilih memaafkan dan memberinya kesempatan di saat banyak orang mengamini bahwa tidak setia itu adalah sifat, lahiriyah, dan tidak bisa diubah.
Ketidakpastian adalah perkara yang paling pasti di kehidupan ini. Jika berpegang pada itu, jauh lebih mudah bagi saya memaklumi bila sewaktu-waktu mereka yang saya sayangi menjadi ingkar. Dan, perkara lain yang tidak terlihat prosesnya pada tubuh manusia: sifat, pikiran, dan perasaan yang merupakan teritorial dari privasi mental — itu kendali penuh pemilik tubuh. Jadi, tidak masalah jika memang sifat cenderung tak setia itu ada, selama mereka sadar. Kesadaran itulah yang akan membuat mereka mampu membentuk sikap sebelum bertindak (menahan diri atau mendua).
Juga pilihan yang kemudian saya putuskan. Selama saya sadar, kesadaran itu akan membantu saya memahami konsekuensi dari sikap/pilihan yang saya buat (memaafkan dan memberi kesempatan atau meninggalkan).
Ini kapasitas saya. Saya hanya mencoba dan berusaha dari garis keterpurukan dan pengalaman saya. Kamu boleh tidak setuju dan menilai kapasitasmu dari garis dan pengalamanmu sendiri.
2 notes
·
View notes
Text
Wadasmalang, demokrasi dan sentuhan sederhana
Sore ini, tak seperti sore kemarin yang mendung. Kendaraan ramai berlalu lalang. Lampu-lampu kendaraan mulai di nyalakan. Orang-orang bergegas pulang menemui diri mereka yang lain di rumah. Si tukang sekoteng berhenti sejenak untuk menemui Tuhannya lantaran suara adzan menggema saat ia tiba bersama gerobaknya di depan masjid. Tetangga berkumpul bercengkrama merayakan perjumpaan.
Saya mengambil laptop. Duduk didepan teras kos.
Sengaja, saya memasang musik. Ini play list dari youtube. Judulnya “musik klasik untuk menulis”.
Cuaca cukup segar. Angin sepoi-sepoi menyentuh wajah dan tubuh saya. Angin segar dan suara piano menemani sore kali ini.
Jari-jari mulai menyentuh papan keyboard. Saya menulis.
Beberapa pekan lalu, tepat tiga hari setelah semesta menerbitkan kelender baru di bumi tercinta ini. Hari ke-tiga usai pesta kembang api mewarnai refleksi panjang sebuah perjalanan di awal tahun ini. Saya mengikuti kegiatan yang di adakan oleh salah satu lembaga survey di salah satu desa di Kebumen, Jawa Tengah. Lagi-lagi mewawancarai masyarakat seputar pemilu. Menelusuri elektabilitas para pemimpin, yang katanya merakyat itu.
Berbekalkan pengalaman KKN, mengikuti kegiatan dari lembaga survey beberapa waktu lalu, dan juga rasa ingin tahu soal kondisi sosial, geografis dan ekonomi suatu daerah, saya cukup berani untuk pergi menjelajah dan berinteraksi dengan masyarakat di sebuah desa yang sangat asing bagi saya. Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung.
Sebuah cerita diawal menginjakan kaki desa ini, sangat begitu mendebarkan. Saya terjebak malam dan hujan yang begitu lebat. Handphone lowbath. Tak ada jaringan. Listrik padam. Tak ada warung makan. Apalagi di tempat yang cukup jauh dari kota. Kondisi jalanan rawan longsor. Tak ada sesiapa yang di kenal. Tak punya apa-apa kecuali keberanian.
Saya memberanikan diri mengetuk rumah-rumah warga di tengah situasi itu. Sangat bersyukur karena saya di bantu dan diantarkan ke rumah pak RT. Dan diterima dengan begitu baik. Pada akhirnya saya menginap di tempat pak RT selama menjalankan tugas di wilayah itu.
Kurang lebih selama empat hari saya menikmati suasana desa yang nyaris berbanding terbalik dengan hiruk pikuknya kota. Suguhan teh panas di pagi-pagi buta. Keripik singkong hasil buatan buk RT. Candaan pak RT yang membuat suasana sangat asik. Masyarakat yang sangat ramah. Pengetahuan tentang filsafat jawa dari beberapa tetangga yang membuat kami ngobrol hingga larut malam. Hal-hal sederhana itu adalah suatu kemewahan yang tak pernah bisa di beli dengan uang sekalipun. Ini hanya soal bagaimana cara memandang segala sesuatu.
Dalam dimensi demokrasi. Masyarakat sangat sehat. Maksudnya, sangat demokratis. Tak ada sekat sosial lantaran beda pilihan. Bahkan dijadikan bahan candaan antar pendukung paslon yang satu dengan yang lain di sela-sela aktivitas. Kebebasan berekpresi sangat terasa. Ini menunjukan bahwa pemilu justru memperkuat konstruksi sosial di tempat ini. Sebagaimana apa yang menjadi tujuan etis dari pembentukan KPU di era reformasi yaitu mencerdaskan kehidupan demokrasi, benar-benar terwujud di tempat ini.
Kondisi seperti ini yang di rindukan di banyak tempat. Yang nyaris terpecah belah hanya karena berbedah pilihan. Ironisnya yang saya temui di beberapa tempat lainnya, kebebasan berekspresi hilang. Masyarakat takut untuk secara terang-terangan menunjukan pilihannya. Berbicarapun takut. Ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru di benak. Misalnya, kenapa berbeda? Apa yang membuatnya berbeda? Apa karena kondisi sosial? Atau geografis? Ataukah kondisi ekonomi? Dan seterusnya. Kondisi demokrasi menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan yang baru. Memantik untuk terus mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tumbuh lainnya. Apapun itu, Wadasmalang menjadi sebuah contoh kongkrit yang utuh dalam penerapan kehidupan berdemokrasi.
Di sisi lain, kehidupan sosial masyarakat memungkinkan cinta itu tumbuh. Tumbuh karena sentuhan sederhana. Ada kasih yang hadir di setiap percakapan bersama masyarakat. Ada keramatamahan. Ada suguhan sederhana. Ada kepedulian. Ada 5S yang di pelajari di pendidikan dasar. Sangat mengakar. Situasi seperti ini yang perlahan hilang di kikis zaman, di telan kota, di bunuh oleh yang katanya berpendidikan.
Secara ekonomi tergolong sederhana. Di tengah kapitalisme mendobrak masuk di sendi-sendi kehidupan, mereka punya cara pandang yang lain tentang kehidupan. Itu yang memungkinkan untuk mereka hidup otentik sesuai versi mereka. Dan karena itu, humanisme sungguh ada dan sangat terawat disini.
Saya selalu yakin dan percaya apa kata Eyang Khi Hajar Dewantara bahwa “setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru”, itu memungkinkan untuk terus belajar banyak hal. Desa Wadasmalang dan orang-orangnya, mereka mangajarkan untuk tumbuh menjadi manusia sewajarnya.
Dalam suasana asik menulis. Musik pun berhenti, suara adzan sekali lagi menggema. Yang menandakan pukul tujuh malam. Saya masih di teras kos. Tukang nasi goreng lewat. Saya mematikan laptop dan memanggilnya...........
Yogyakarta, Januari 2024
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Sebuah Latar
"Coba aku baca ceritamu," ucap Sumi sore itu. Kami sedang bersantai di sebuah saung yang tegak berdiri di lingkungan fakultas kami.
Sebelumnya.
Saya sendirian, tapi beberapa menit lalu anak perempuan yang mempunyai gigi putih yang kecil-kecil rapi tersusun itu, dengan pupil matanya yang besar, mengenakan setelan olahraga dan kerudung langsung warna hitam (ternyata ia batal latihan tari hari ini) memaksa untuk menemani saya – begitulah—anak ini sangat pemaksa.
"cuma sendirian?" tanyanya tadi. Lewat sambungan telepon saya mengiyakan. Iya sendiri, jawab saya. Ia kembali mempertanyakan hal yang sama, kali ini dengan nada kasihan. saya tak menjawabnya karena malu, selang beberapa detik ia kembali bersuara: Oke aku temenin ya. Hmm yaudah terserah, saya mengalah.
Dan sekarang.
"Udah bagus sih," komentarnya. Saat ini saya menatapnya tajam sekali. Saya benci respon yang hanya terdengar basa-basi. Bahkan jika boleh memilih, saya lebih suka di kritik dibandingkan mendapat pujian sepintas lalu semacam ini.
"Baiklah aku akan sedikit jujur"
"Banyak juga gak apa-apa," balas saya tak mau kalah. Ia tersenyum tipis, manis sekali. Saya bahkan tak bisa mendapatkan kesimpulan atas senyum itu. Tapi—
Lupakan senyumnya. Kira-kira beginilah kritik yang dia berikan kepada saya. Meski tidak terdengar seperti nyatanya tapi beginilah saya memahami kritikannya:
Latar dalam cerita itu ibarat komponen di wajahmu. Seperti mata, hidung, rambut, mulut dan sebagainya. Nah, setelah aku baca... Ceritamu persis seperti wajah kosong datar, yang kamu kuatkan cuma karakternya dan minim sekali latar.
Hebat betul analoginya, wajah adalah karakter dan elemen pelengkapnya adalah latar cerita. Saya mengiyakan. Tapi di dalam hati masih ada yang mengganjal.
Ini memang pertama kali saya memperlihatkan tulisan saya kepadanya. Selama ini kami memang hanya bertukar cerita hidup satu sama lain. Mengintip visi dan nilai kehidupan masing-masing dan saling menunjukkan ketertarikan. Ya, mungkin sebetulnya cuma saya yang merasakan hal itu.
"Oh begitu ya?" tanya saya balik, ia nampaknya menangkap ketidakpuasan. Kini ia beringsut dekat, merapatkan jarak diantara kami. Saya seperti bisa mencium aroma strawberry dari dirinya. Mungkin parfum atau bau mulutnya? ah tidak-tidak, saya mikir apa coba. Tapi saya malah mencuri pandang ke arah bibirnya. Terlihat adanya balutan bewarna pink cerah menghiasi. Sejujurnya dengan jarak sedekat ini dada saya sudah kembang kempis, perut saya mual dan irama jantung saya bertambah cepat. Ah, saya memang tidak biasa di posisi semacam ini. Maklum jomblo.
Astaga kenapa jadi curhat dan mikir yang enggak-enggak?
"Sebetulnya..." ujar saya memulai. Anak ini kemudian mengalihkan pandangan dari laptop yang bertengger di pangkuan saya. Pupilnya nampak makin membesar, bahunya terangkat dan gerak tubuhnya nampak tertarik.
Pupil matanya sesekali berkedip kini. Entah karena penasaran atau mungkin karena tersapu angin.
Kami memang punya banyak perbedaan, sering berdebat dan tak sekali dua kali bertengkar. Tapi nampaknya itu yang membuat pertemanan kami tetap hidup. Iya, pertemanan. Bagi saya itu sudah cukup.
"sebetulnya?" Tanyanya balik.
"Sebetulnya aku memang jarang bahkan mengharamkan latar yang kentara di dalam ceritaku,"
"Kenapa?" tanyanya penasaran.
Kemudian saya menjelaskan kepadanya. Bahwa betapa latar waktu dan tempat itu membunuh imajinasi.
Saya seringkali hanya mengandalkan indra dan suasana seperti: aku saat ini bersamamu, berdampingan di sebuah saung yang atapnya pelepah rumbio, menghabiskan sisa senja dengan siluet orang-orang yang hilir mudik menuju parkiran. Dan beberapa dedauan menjatuhkan diri, seakan sedang jatuh cinta pada bumi.
Ketimbang: aku saat ini sedang berduaan dengan seorang gadis di saung, tepatnya disamping gedung L Fakultas Bisnis dan gadis itu bernama Sumi, ia terlihat cantik. Tapi bukan itu alasanku jatuh cinta padanya.
Buat apa sih saya harus memaksakan latar saung di Fakultas Bisnis. Jika dengan penggambaran sedemikian samarnya. Orang-orang akan punya bayangan tersendiri. Mungkin tentang sebuah saung di lokasi wisata, bersama istri yang ia cintai atau kenangan masa kecilnya ketika dedaunan jatuh menimpa kepalanya saat akan memakirkan motor dan kebetulan saat itu ada dua orang yang lagi kasmaran. Mungkin saja bukan?
Sudah kuduga, Sumi kelihatan tak puas. Ia berkilah, katanya latar itu harus spesifik. Kalau tidak begitu buat apa kamu capek-capek riset kemaren coba?
Oh dia benar, saya kemaren memang mengajaknya melakukan observasi ke sebuah daerah pesisir pantai yang terkenal dengan banjir rob dan tambak ikannya. Kebetulan ia sangat suka motret dan saya butuh riset untuk cerita yang baru saja dia baca.
Tapi saya tak menulis nama tempat itu dengan jelas dalam cerita. Btw, itu memang sifat alamiah saya yang tidak suka berterus terang.
"Terus kenapa di tulisan ini kamu menambahkan kota Semarang? Bukannya lebih bagus nama daerah pantai itu saja sekalian?" Sumi kembali bertanya.
"Ya, itu karena karakternya sama-sama membicarakan lumpia dan berbicara dengan logat Jawa," jelas saya.
Ia masih menatap saya dengan pandangan minta kejelasan.
Sebelumnya saya pikir saya akan gugup menjelaskannya. Karena jarak kami cukup dekat bukan? Karena mata jernihnya terpaku menatap saya. Tapi entah mengapa saya begitu tenang. Seakan ia tengah mrngenggam tangan saya, memberi saya ketenangan.
Padahal sebetulnya kedua tangan kami terpisah, sejauh 30 cm. iya sejauh itu. Meski sebetulnya amat dekat.
Tapi apa gunanya jarak sedekat 30 cm jika saya terus menerus berpikir "bukan hak saya mengenggamnya, menggandengnya atau bahkan mencium punggung tangannya".
Satu menit telah berlalu tapi rasanya jam sudah berdetak seratus kali.
"Ih, kamu nyebelin" ujarnya. Kami sama-sama membuang muka dan terdiam satu sama lain.
Saya kelagapan. Saya suka keheningan, membuat saya lebih mendengarkan isi kepala saya yang cukup berisik, sesekali si isi kepala bahkan menjerit loh. Tapi diam kali ini terasa canggung. Saya tidak suka.
"Yah, kalau misalnya di daerah pantai itu semua masyarakatnya berkelamin lelaki atau ada wanita secantik kamu tinggal disana. Mungkin saya akan menuliskan jelas nama daerahnya. Tapi itu cuma pesisir yang biasa saja dan memprihatinkan," cerocos saya membunuh situasi diam sore itu.
"Ya, gaya tulisannya gak jauh beda sama orangnya. Gak pernah ngasih kejelasan"
Sumi bicara sambil menatap ke arah taman di depan sana. Mungkin ia tengah menyaksikan serangga yang beterbangan, sampah plastik yang tersapu angin atau sejoli yang sedang pacaran?
Saya tercekat.
Entah darimana keberanian itu muncul. "Its possible are we?" tanya saya.
"We never now until we try"
Saya mengusap wajah saya yang mulai mengeras dan kaku, dari ujung matanya Sumi mungkin sedang memperhatikan saya.
Saya akhirnya membuat keputusan.
Tangan saya terangkat, mencoba menggenggam tangan anak itu dengan hati-hati. Tapi tangan mungil Sumi dengan kuteks cokelatnya tidak lagi ada disana. Rupanya tangannya sudah menggenggam sebuah tas, mengemas barang dan—
"a-aku pulang dulu ya, udah mau sore nih. Kamu jangan lupa Maghrib di masjid ya!"
"Okedeh, makasih nona cumi-cumi"
"Ih apa sih"
Sumi mengenggam pipinya, nampaknya ia masih kesal. Saya dapat melihat kedua pipinya bersemu merah, seperti cumi-cumi. Tapi lagi-lagi keberanian saya menjatuhkan diri, satu-persatu. Seperti halnya langkah Sumi yang semakin menjauh.
Dan begitulah cerita ini berakhir.
13 notes
·
View notes
Text
Kembang; Bagimu Kota Bagiku Kita
Di jalanan ini kukenakan senyummu, seperti perempatan yang mengumpulkan kisah-kisah; bass beradu cash, lampu jalan bertemu sajam dan swasembada yang kehilangan nilai akan ruang lingkup kemasyarakatannya.
Itu cinta tentang kota.
Dalam hembusan angin sore ini, seperti kata-kata yang bebas, dosa ketamakan berpikir ini mengalir deras menjadi daya yang tumbuh sebagai syair yang gelap, sebagai upaya yang memerah; hati ini menjadi bara untuk kita yang tak terhentikan, tak terkendali, bahkan tak terucapkan.
Itu cinta tentang kita.
Karena di dalam kegelapan, suara-suara itu mulai bersatu; menjadi arus yang mengalir dalam puitika ketidakadilan, dari kisah kasih tentang perjuangan dalam bait-baitnya, seperti hentakan kaki yang penuh impian akan tekad yang mencoba tulus, pengetahuan yang lepas, kemarahan akan kelalaian menjelma kalimat-kalimat yang tajam.
Maka di depan/sekitaran pintu makam ini, kusebutkan dengan lantang, kita adalah perjalanan tanpa akhir, perang yang tampak mustahil dimenangkan, cinta yang menjelma irama tak kenal lelah apa lagi gentar, dan setelahnya, sisa sia tinggal abu dalam ketidak-siapan ilmu biasanya.
Maka di tengah khalayak ini, izinkan puisi ini kubakar hingga tuntas. Agar kata tidak hanya seonggok terberangusnya kita dalam keinginan-keinginan selewat; dalam pertikaian yang selalu disembunyikan. Kita taruk lebam, menghitam dengan sendirinya.
Maka demi segala perayaan yang kita agungkan, aku ucapkan selamat, be-reinkarnasi, wahai lautan api!
4 notes
·
View notes
Text
Berjuang Bersama
Hai, lama banget egk menulis ya. Hmmmm karena kesibukan ku sekarang menjadi seorang ibu mengurus seorang anak yang super lucu dan bikin gemaaass.
Aku memutuskan untuk menulis dan semoga konsisten dengan apa yang aku tulis sekarang. Anak ku berusia 16 bulan dan hampir 17 bulan, sebagai seorang ibu tentu saja aku selalu memperhatikan tumbuh kembang anak ku. Aku pun memutuskan resign karena anak dan memang suamiku kerja pindah ke luar kota.
Entah apa yang menjadi pilihan ku sampai aku benar-benar bisa melakukan hal ini sendirian. Berawal dari orang-orang sekitar dan orang-orang terdekat yang mempermasalahkan dengan anak ku yang belum bisa bicara. Sebenarnya bukan sekedar bicara panjang tpi lebih belum bisa menirukan ketika aku mengucapkan kata tertentu.
Rabu, 25 Januari 2023
Aku mengajak anak ku ke Puskemas terdekat, niat awal untuk mencari informasi fisioterapi sekaligus konsultasi masalah wicara. Fisioterapi awalnya untuk pijet agar tidak terlalu capek, sedangkan wicara karena memang sudah 1 bulan aku udh mulai gelisah dan kepikiran dengan perkembangan wicara anak ku.
Selesai sarapan, aku langsung menuju Puskemas terdekat dan mulai konsultasi dengan dokter disana. Setelah sesi wawancara seputar perkembangan anak ku akhirnya dapat rujukan ke rumah sakit yang awalnya dekat, tetapi dengan beberapa pertimbangan dari dokter Puskesmas akhirnya dirujuk ke rumah sakit yang lumayan jauh di pinggir kota, dengan alasan dulu pernah ada kasus yang serupa.
Rencana sih pengen langsung kesana setelah dari Puskesmas tpi aku urungkan, cuaca yang egk mendukung dan jarak yang lumayan jauh apalgi hanya berkendara dengan sepeda motor sendirian. Oh iya aku masih LDM dengan suami dan suami pulang 1 minggu sekali.
akhirnya aku menghubungi adek untuk menemani ke rumah sakit esoknya.
Kamis, 26 Januari 2023
Selesai sarapan langsung mempersiapkan untuk pergi ke Rumah sakit. Aku mampir dulu ke rumah ku karena memang lebih dekat tpi kalau dihitung biaya nya memang lebih boros karena 2x transport.
Jam 08.00 akhirnya baru mendapatkan mobil dan sampai rumah jam 08.30. Sesampai di rumah langsung pesan mobil dan langsung berangkat ke rumah sakit, jam 09.00 sampai RS.
Ternyata poli anak sudah tutup pendaftarannya dan akhirnya tetap diarahkan ke bagian pendaftaran siapa tau bisa bikin booking buat hari esok. Setelah mengantri akhirnya dari petugas loket pendaftaran mengatakan kalau poli anak sudah tutup dan dibookingkan buat besok.
okelah, perjuangan awal memang berat jalani dan semangat ya 🥳
Jumat, 27 Januari 2023
Dengan ditemani saudara akhirnya jumat sore sudah reservasi dan berangkat 1 jam lebih awal, dapet antrian nomer 1.
Setelah menunggu sekitar 1 jam, akhirnya aku bisa bertemu dengan dokter anak dan setelah ditanya berbagai macam disarankan untuk memakai BPJS saja. Karena belum ada BPJS jadi belum bisa diperiksa soalnya untuk mengetahui anak ku mengalami keterlambatan bicara belum diketahui. Perlu proses screening dulu baru diarahkan ke terapi wicara.
aku ijin ke suami untuk menginap 2 minggu di rumah ku sekalian ngurus BPJS.
Senin, 30 Januari 2023
Senin pagi akupun mempersiapkan sarapan lebih awal karena mau datang ke kantor BPJS sekitar jam 07.00. Sarapan sedikit kemudian bawa bekal sarapan untuk disana. Berangkat jam 06.30 dan berangkat berdua bersama anak ku. Kupeluk erat anak ku, ini perjuangan ibu mu, aku hanya bisa berusaha dengan kemampuan ku dan berdoa dengan ikhtiar yang aku ambil ini.
Sesampai di kantor ternyata masih sepi dan aku pun sambil menyuapi anak ku melanjutkan sarapan. Setelah menunggu hampir 1,5 jam akhirnya kantor pun buka. Dan ternyata bisa dilakukan secara online tanpa harus datang ke kantor, huuuuffft 🥹 okelah egk p2
Setelah membaca semua persyaratan akhirnya akupun pulang dan istirahat sebentar dan hari itu juga mau ke bank untuk mengurus rekening koran dan bikin mobile banking.
Menidurkan anak ku dulu soalnya memang mengantuk, setelah 30 menit tidur akhirnya berangkat jam 09.30.
Akupun berpikir nanti lumayan lama jadi aku mengajak anak ku kesana dan egk mungkin juga aku tinggal sama simbah kakung, soalnya bapak ku sudah tidak bisa terlalu capek selain itu juga aku tipe orang egak mau membebani orang tua ku dengan mengurus cucunya. Sedangkan kalau sama Tantenya dia masih molor takutnya nnti kerepotan karena anak ku rewel.
Sampai di bank, aku menyampaikan maksud tujuan ku dan ternyata untuk cetak rekening koran tidak perlu antri ke teller, tinggal cetak saja di mesin cetak khusus dan tidak sampai 15 menit sudah jadi. Syukur alhamdulillah
intinya kemudahan sedikitpun tetap aku syukuri dan setiap ada kesulitan datang tetap aku jalani. Setelah selesai setor uang di atm dan cetak rekening koran akhirnya antri ke customer servis untuk bikin mobile banking.
yah selama menunggu 10 antrian dengan kehebohan anak ku dan kerewelan anak ku akhirnya bisa aku lewati juga 😘
untung customer servisnya sabar dengan segala kerepotan ku membawa anak kecil yang sangat super ini 😆
Selesai dengan urusan perbankan sekitar jam 11.30 sebelum Dzuhur. Sesampai di rumah akhirnya ada perasaan lega dan terharu dengan diriku sendiri "selesai juga urusan ini". Oh iya belum sempet input data via whatsapp soalnya jam kerja hanya sampai jam 15.00 sedangkan aku masih sibuk berkutat dengan menyuapi anak ku yang sekarang kudu pake effort buat makan 😝
Rampung makan siang jam 13.30 dan aku pengen istirahat. Kebetulan tante2 egk bisa ngajak anak ku karena baru sibuk masak menu makanan buat simbah kakung. Akhirnya jam 14.00 aku menidurkan anak dan aku ikutan tidur, huhuhu yah mungkin karena capek juga dan bangun jam 15.00 pas adzan Ashar. Otomatis jam pelayanan onlinenya sudah selesai.
Terima kasih untuk hari ini dan orang-orang terdekat yang memberikan support dengan usaha ku ini 🫶
Bantul jam 23.09
9 notes
·
View notes
Text
Kepada Kesendirian
Langit kala itu segelap katun berkeabuan. Dedaunan berhasil jatuh dari ranting tertinggi pada setiap pohon, angin dalam beberapa detik enggan untuk berlaju lebih lamban. Di setiap jalan sempit yang susah untuk dihampiri, kucing-kucing lebih dulu mengetahui aroma apa yang mereka cium sehingga lebih dulu mengerti untuk apa-apa yang mereka akan lakukan sebelum hujan terlepas. Aku pulang lebih awal dari rentetan hari dimana penuh dengan perkuliahan dan turunanya, sebab jembatan runtuh dan lampu merah di setiap perempatan terdengar memanggilku berulang-ulang. Mendapatkan kabar bahwa nenek beberapa waktu kedepan mungkin tidak tertolong dengan bantuan konvensional.
Untuk setiap jalan yang aku laju dengan sedikit perhatian, aku melihat di sekitar bahwa setengah matahari tidak sepenuhnya terang, kabut menyelimuti sekitar dan beberapa bagian membuat aku membayangi kalau matahari semacam ini sama halnya saat nenek berada di dermaga, berpelukan hangat dalam seperkian menit untuk memberikan pesan bahwa perjalanan laut akan lebih dingin kepada ibuku. Aku menyaksikan tanpa pandangan yang cukup mengerti, mengapa mereka terbaring lama dengan tatapan yang tidak kabur satu sama lain dan selebihnya Ibuku pudar dari pandangan untuk tahun – tahun yang berat.
Rumah dipehuni kepala yang menunduk, berisikan ucapan baik semacam do’a dan pujian untuk nenek. Aku melihat, mata nenek masih memandangi sekitar dalam waktu yang singkat setiba aku datang. Entah dengan baik atau tidak, aku tidak tau persis kalau saja nenek akan menuju padang gurun, menembus langit yang aku tidak meyakini kalau batasnya lebih dari ku kira, dan menukik tajam pada halaman Valhalla atau tampias air dari Firdaus? Yang membuat aku lebih yakin sebentar lagi bahwa ibu akan mengajak nenek untuk tidak lagi melihat purnama yang cukup benderang seperti tadi malam, mereka satu sama lain akan bercengkerama lebih lama, mengusap raut pipi yang sama mudanya dan menggelar tiker di dekat telaga kausar.
Sementara itu aku tengah mengerjakan ukiran pada papan kayu kasar yang sedikit kehujanan dibersamai dengan gemuruh para tetangga yang hadir untuk mengucapkan istirja secara bersamaan. Sesuai pesan nenek: Hari akan hadir dalam rencana yang tidak akan terselesaikan, dimana setiap jiwa akan berlabuh untuk terakhir kalinya pada sandaran, kendaraan yang kita persiapkan akan jauh membawamu lebih mudah pada tempat yang kita selalu ceritakan. Kemudian, petir sama pecahnya pada ruangan yang bergejolak itu, tetesan air pipi semakin melesat berjatuhan, aku menghela nafas panjang lalu bersandar pada tembok bata yang tidak berhasil diselesaikan dengan cat dinding.
Petir jatuh menghantam langit dan menghasilkan bising yang menggema seperkian detik di lengang alam. Aku memikirkan bagaimana ucapan yang tepat untuk menghangatkanya. Sementara, bibir dan jari – jemarinya membiru serta kelopak mata semakin kencang itu mulai perlahan menutup dua bola mata yang masih sayu sedikit terbelalak. Jantungnya tidak berdetak lagi. Hadirnya mendadak padam untuk pertama kalinya.
Bibi ku masih menutup wajah dengan lengan, tangan kirinya mengusap kepala anaknya yang tidak tau apa yang dirasakan oleh ibunya. Ia gundah, suaminya masih terjebak kemacetan di jalan pulang selepas izin untuk lebih awal meninggalkan pekerjaan. Ku dapat sesekali air matanya tidak metes lagi, wajah merahnya tidak lagi bertambah dan derajat letak kakinya yang duduk sila pun perlahan mulai miring menunduk. Tidak butuh waktu lama, jenazah segera dikhidmatkan.
Hujan masih menderu kencang. Kilat petir datang berhamburan, aku mendengar gelak suara tangis orang salih bersahut-sahutan serupa ilalang di tengah lapang yang diterpa badai topan menyeluruh. Sore yang mendung ini adalah waktu yang baik memandikan sang mayit dengan gugur daun yang tumbuh kembang menutupi perkarangan halaman rumah kami. Sementara, teman-teman sebaya nenek mulai menerka waktu yang barangkali akan terjadi dalam waktu dekat tiap harinya. Mereka menorehkan kedua telapak tanganya melakukan sama persis seperti para tamu yang hadir, ucapan-ucapan sejuk mengalir dari rongga mulut dan terjatuh ke samping.
Satu hari sebelum dimandikan, nenek bangun dalam lelapku, genggam lentera di tangan yang sebelumnya gelap. Ia sadar sekelibat dari koma. Aku terpekur memandangi mata yang kian dipenuhi kesulitan melihat. Di ruangan yang penuh dengan cairan-cairan pembantu peredah rasa nyeri, aku benar-benar menangkap bahwa yakinku nenek terbangun di tengah malam saat aku bergantian untuk menjaga sebelum derai takdir yang tidak berpihak datang untuk mengganti rencana-rencana yang telah ku susun.
Di malam panjang yang kau bisikan kesepian, aku akan berhasil menyelesaikan pusaramu dengan keriuhan yang telah kau buat. Biarkan aku tetap menelusuri disetiap celah-celah jemari dinginmu dan melengkapkan rasa derita dan perih untuk mengetahui bagimana cara mengajari bahwa meratapi kesendirian adalah kematian itu sendiri.
4 notes
·
View notes
Text
Berpindah tempat
Sejenak membuka Twitter dan menemukan berita bahwa McD di Kayutangan-Malang akan ditutup dan dipindah. Kenangan tentang masa kecilku di sekitar tempat itu bermunculan kembali. Aku yang hafal betul bagaimana senangnya berbalanja di Toko AVIA hanya untuk mendapatkan es krim petit rasa anggur atau permen kapas koala. Ramainya lalu-lalang di depan RSU Saiful Anwar, atau menunggu lampu merah saat akan menyebrang di depan AVIA sepulang dari TK. Maklum karena saat itu aku tinggal bersama nenekku dan keluarga besarnya di sekitar sana sejak usia tiga sampai kurang lebih lima tahun. Asrama polisi yang kami tinggal terletak di depan RSU Saiful Anwar, yang sekarang sudah menjadi kantor Polresta Malang sejak tahun 1999-2000. Tinggal di tengah kota yang tidak pernah sepi, bahkan suara lalu lalang kendaraan yang masih terdengar saat aku tidur. Bagaimana rukunnya orang-orang yang ada di gang-gang rumah. Ramainya anak-anak kecil yang bermain dari sore hingga malam. Kamar mandi, bilik wc, dan tempat mencuci bersama yang selalu ramai tiap pagi dan sore dimana orang mengantri dan bergantian memakainya. Kamar mandi disana tidak ada di setiap rumah, jadi kami harus mengantre untuk mandi, buang air dan mencuci. Tapi dengan kondisiku yang masih kecil saat itu, aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Kalau diingat-ingat sekarang, kondisi tersebut sungguh tidak layak dan mempunyai kamar mandi di dalam rumah adalah sebuah hal yang mewah. Orang-orang menyebut daerah tersebut Asrama Polisi Celaket. Tapi ditengah semua kekurangan itu, orang-orang saling membantu, aku bisa belajar naik sepeda roda dua disana. Walaupun meminjam jalanan di depan Sekolah Frateran tiap hari minggu untuk berlatih bersama orang tuaku. Melihat perjuangan orang tuaku membesarkanku dengan kondisi yang sulit sampai di titik sekarang, rasanya kurang pantas jika aku tidak bisa memaafkan mereka atas kesalahan yang meraka lakukan dalam pengasuhan. Mereka tidak tumbuh di lingkungan yang ideal. Ada himpitan masalah sandwich generation dan ekonomi yang membuat mereka terus mementingkan pekerjaan daripada bisa membersamai tumbuh kembang anaknya secara langsung. Tapi aku yakin mereka berusaha, dan berdoa untuk anak-anaknya. Terutama soal pendidikan, dan bagaimana cara orang tuaku membesarkanku untuk masuk sekolah-sekolah favorit yang awalnya kukira hanya untuk memenuhi gengsi mereka. Ternyata setelah lama aku mencoba berdamai dan mencari alasannya, mungkin mereka hanya ingin anak-anaknya mendapatkan lingkungan pendidikan yang terbaik. Aku setuju jika sekolah tidak menjamin kesuksesan karir kita, tapi pendidikan akan membukakan banyak pintu-pintu kebaikan, kematangan berpikir, wawasan yang luas, dan lingkungan yang membangun. Bagaimana mereka berusaha untuk memenuhi biaya sekolah bahkan masih memberi kami uang saku pula ditengah kondisi ekonomi yang pas-pasan. Tidak pernah terpikirkan, barangkali semua usaha mereka mengantarkan anaknya ini ke banyak tempat, bertemu berbagai macam manusia dengan beragam pola pikir. Kadang aku merasa tersesat ketika harus pergi ke tempat-tempat yang jauh. Kehilangan arah dan jati diri ketika berkali-kali tinggal di tempat baru untuk beradaptasi kembali. Masih belum mengetahui hakikat bahwa sejatinya sejauh apapun kita pergi, hakikatnya adalah untuk berpulang. Jika orang tuaku tahu bahwa anak yang dulu mereka besarkan sambil dibawa berbelanja ke Pasar Oro-oro Dowo, berjalan bersama untuk ikut bekerja bersama pagi-siang-sore, nantinya akan pergi jauh sekali ke banyak tempat meninggalkan mereka. Ayah dan ibuku pergi memberi les sepulang mereka mengajar. Kadang aku harus pulang terlambat karena sama-sama ikut les di tempat lain, atau menunggu mereka selesai memberi les dan pulang berjalan bersama ibuku mencari angkot jika ayah tidak bisa menjemput kami karena mengajar. Ternyata perjalanan ke banyak tempat itu hanya untuk mencari hikmah bahwa dimanapun kita pergi, ilmu Allah itu sungguh luas, dan keberagaman dunia membuat kita semakin yakin akan kebenaran ilmu-Nya. Dua atau tiga bulan lagi insyaAllah akan berpindah tempat tinggal lagi, ke benua jauh yang belum pernah kudatangi. Tidak pernah terpikirkan bahwa akan pergi ke negara ini, tapi begitulah takdir Allah yang harus dijalani. Jauh-jauh hari sudah menyiapkan barang-barang yang aka dibawa.Terbiasa berpindah-pindah tempat tinggal membuatku semakin mengerti untuk meninggalkan kemelakatan, dan rasa memiliki terhadap apa-apa yang kita anggap milik kita. Pada akhirnya kita hanya bisa membawa pengetahuan, kesiapan mental dan bekal-bekal seadanya yang bisa bermanfaat untuk diri dan orang-orang disekitar kita. Sekaligus membuatku berpikir bahwa perjalanan dunia saja sudah membuat kita bersiap menyiapkan banyak bekal, bagaimana dengan perjalanan kita menuju alam selanjutnya? Sesungguhnya kita itu cuma berpindah pindah fase dan tempat, entah kapan kita akan berangkat. Tidak melekatkan diri dengan hal-hal di dunia adalah cara terbaik menghindari rasa sakit karena harus meninggalkan dunia ini nantinya. Sudahkah kita menyiapkan bekal terbaik kita untuk berangkat ke tempat yang lebih jauh ?
5 notes
·
View notes
Text
TURISIAN.com - Bandung, Jawa Barat selalu menjadi magnet bagi para pecinta kuliner daging. Terutama bagi mereka yang menggemari steak. Dengan pilihan tempat makan yang semakin beragam, Kota Kembang ini kini menawarkan beragam tempat wisata kuliner steak. Sebuah kuliner yang menggabungkan kualitas daging terbaik, suasana nyaman, dan harga yang bersahabat. Berikut ini adalah rekomendasi tempat makan steak terjangkau di Bandung yang bisa jadi pilihan bagi para penikmat kuliner daging panggang tanpa perlu merogoh kocek terlalu dalam. 1. Warung Steak Si Mantan Di kawasan Lengkong, Warung Steak Si Mantan telah menjadi ikon baru bagi para pencinta steak di Bandung. Bertempat di pinggir jalan dengan tenda besar. Tempat ini selalu dipenuhi pengunjung yang rela antre untuk menikmati beragam pilihan menu, mulai dari Chicken Steak, Tenderloin, Striploin, T-Bone, hingga Tomahawk. Di sini, steak bukan sekadar hidangan—ia menjadi pengalaman, dengan harga yang ramah di kantong, mulai Rp 25 ribu hingga Rp 85 ribu. 2. Steak Warjo Tak jauh dari hiruk pikuk Jalan Karapitan No. 11A, Warung Steak Warjo menyajikan dua menu andalan: Chicken Steak dan Beef Steak. Dibanderol dengan harga mulai Rp 20 ribuan, hidangan disajikan di atas hot plate yang menggoda dengan tambahan kentang wedges dan sayuran rebus. Warung steak sederhana ini mengusung konsep steak kaki lima, namun menyuguhkan cita rasa yang jauh dari biasa. BACA JUGA: Kalian Suka Es Krim? Cobian Menu Baru dari Waroeng Steak and Shake Ini Sentuhan Jepang yang eksotis 3. Gokimura Di Jalan Lengkong, Gokimura menawarkan sajian steak dengan sentuhan Jepang yang eksotis. Andalan utamanya adalah wagyu steak dengan pilihan daging premium. Seperti degumakku, saikoro, sirloin, tenderloin, dan ribeye. Di sini, pengunjung dapat memilih empat jenis lauk pendamping—spaghetti, potato wedges, kentang goreng. Atau mashed potato—dan lima varian saus, mulai dari creamy mentai hingga sesame. Untuk menikmati menu berkualitas ini, harga per porsi berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 99 ribu. 4. Steak Ranjang Sejak 2011, Steak Ranjang telah menjadi destinasi kuliner steak murah di Bandung. Dengan pilihan menu beefsteak dan sirloin panggang yang dapat disesuaikan tingkat kepedasannya. Tempat ini menempatkan diri sebagai pelopor steak harga bersahabat. Restoran yang memiliki beberapa cabang di Bandung ini. Termasuk di Jalan Dipatiukur dan Lengkong Kecil. Menawarkan sensasi rasa steak dengan harga Rp 29 ribu per porsi dan variasi saus, seperti BBQ, brown, blackpepper, dan keju. 5. Garelaa Steak Terletak di Jalan H. Hasan No. 19, Garelaa Steak hadir sebagai pilihan steak lezat yang buka mulai sore hari. Menu Lavonte Steak dan Corpulento Steak menjadi primadona di sini. Dengan porsi besar dan harga mulai Rp 28 ribu. Kelezatan hidangan ini membuat Garelaa Steak selalu ramai dikunjungi. Terutama oleh kawula muda yang ingin mencicipi steak tanpa menguras dompet. Bagi Anda yang menginginkan sajian steak atau pecinta kuliner daging berkualitas dengan harga terjangkau, kelima tempat ini adalah opsi yang tidak bisa dilewatkan. Selamat mencicipi!
0 notes
Text
𝓐𝒏𝒂𝒊𝒔 𝓓𝒂𝒚’𝒔 𝓞𝒖𝒕: 𝑴𝒊𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊 𝑰𝒎𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒆𝒖𝒏𝒈
Anais, yang dikenal sebagai pekerja sukarela di sebuah kebun warga, menjalani hari-harinya sebagai tukang kebun yang dibayar secara sukarela oleh warga sekitar. Dengan kegigihan serta pengetahuannya terhadap tumbuh kembang tanaman, ia dipercaya warga untuk memimpin mereka mengurus satu kebun yang berada di sekitar hutan.
Seperti hari-hari biasanya, hari ini pun ia datang lebih awal dibanding yang lainnya. Karena sudah memasuki masa musim penghujan, ia harus kerja lebih ekstra lagi untuk merawat tanaman-tanaman yang ada, mengingat beberapa dapat tahan dengan banyaknya air yang didapat, namun beberapa juga tidak tahan dengan banyak air. Maka dari itu ia menghubungi kenalanannya, 𝐍𝐚𝐫𝐚 𝐊𝐚𝐳𝐮𝐤𝐢, seorang pawang hujan ternama yang tinggal di sebuah hutan di desa tetangga. Menurutnya, intensitas hujan yang akan datang belum begitu banyak, jadi Anais dapat lebih tenang sedikit. Tapi tetap saja ia memindahkan tanaman-tanaman yang tidak kuat menerima banyak air ke tempat yang lebih teduh lagi.
Baru saja Anais memindahkan beberapa tanaman menuju tempat yang teduh, ia dikejutkan datangnya seorang gadis dengan seragam SMA-nya dengan wajah bingungㅡtampak takut juga.
"Mau kemana, neng?" sapanya pada wajah asing tersebut. Gadis itu bertatap muka dengan Anais, ia pun berjalan mendekat.
"Kak, katanya di sini hutannya angker, ya?" tanyanya tiba-tiba. Anais mengerutkan keningnya.
"Alah, kamu kebanyakan nonton film horor aja itu." jawabnya dengan logat medoknya itu.
"Lho, beneran, Kak! Kata temen-temenku, di daerah sini tuh angker banget. Apalagi di rumahku, katanya gitu. Makanya aku nggak mau pulang." jelas gadis itu yang membuat Anais menganggukkan kepalanya.
"Emang rumahmu di desa ini?"
"Iya.. Rumahku di sana, di depan jalan masuk hutan." Jawaban gadis itu membuat Anais mengerutkan keningnya.
"Lho, namamu siapa sih?"
"𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥, Kak.."
"Anaknya Pak Sugeng, tah?" tanyanya lagi yang dibalas anggukan dari gadis itu.
"Ya kalau kamu akamsi mah nggak usah takut, dong." balasnya kemudian.
"Tapi kan aku baru tau, Kak. Biasanya juga nggak ada apa-apa."
"Nah, nggak ada apa-apa, kan?"
"Ihh, ada, Kak!" gadis itu masih tidak bisa terbantahkan. Akhirnya yang lebih tua mengalah, menjanjikannya untuk bertemu dengan peramal desa untul mengetahui kebenarannya.
Di sore yang sejuk dengan angin yang berhembus pelan dari ujung jalan, Anais dan 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 pergi menuju rumah peramal desa yang berada di hutan dekat sumur tua. Perjalanan mereka untuk tiba di sana masih sangat lancar karena hari masih terang. Meskipun begitu, cerita angker yang ia dengar dari gadis di sampingnya cukup membuatnya sedikit bergedik ngeri.
Tak lama, mereka pun sampai di sebuah gubuk tua yang berada dekat dengan sumur tua tempat mata air berada. Di sanalah peramal desa 𝐆𝐮𝐦𝐚𝐫𝐚 yang akrab disapa 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦 tinggal. Belum sempat mereka mengetuk pintu atau sekedar memberikan salam, sosok 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦 sudah keluar dari dalam gubuk itu.
"Apa, mau cari tahu apa?" tanyanya sedikit ketus dengan raut wajahnya yang keras itu. Kedua gadis itu saling bersikut untuk mengatakan tujuannya. Anais yang lebih tua pun mengalah.
"Itu lho, Mbah.."
"Mbah udah tahu. Terus kalian mau apa?" potong 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦 yang membuat kedua gadis itu melongo. Namun itu artinya 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦 benar-benar seorang peramal.
"Ya.. aku kepo, Mbah, kata temen-temenku gitu. Makanya mereka nggak mau main ke rumahku lagi kalau aku ajak." ujar 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 yang kemudian tampak sedih.
"Dimana-mana yang namanya setan tuh ya ada, tergantung kamu bersikapnya gimana. Tapi kalau nggak mau di rumahmu ya.. harusnya kamu tanya Ayahmu." balas 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦 yang membuat kedua gadis itu bertatapan.
"Tanya Ayah?" tanya 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 yang cukup heran, kenapa ia malah diminta untuk tanya pada Ayahnya? Namun 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦 mengangukkan kepalanya.
"Ayahmu tahu, kok. Sudah sana, Mbah lagi sibuk." usir 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦 yang langsung meninggalkan mereka dengan penuh tanya.
Anais yang masih setia menemani 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 pun memilih mengikuti kata 𝐌𝐛𝐚𝐡 𝐆𝐮𝐦, mereka berdua pergi ke kediaman Pak Sugeng yang juga Ayah dari 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 untuk menanyakan kepastiannya.
Setelah berbincang sedikit perihal keresahan hati 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥, Pak Sugeng terdiam sejenak, seakan mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan anaknya. Beliau pun menghela napas beberapa saat kemudian.
"Iya, ada." jawabnya yang membuat Anais dan 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 bertatapan.
"Ada.. maksudnya?" tanya Anais yang jadi ikut kepo dengan semua yang tampak janggal ini.
"Ada di sini, saya yang pelihara." tambah Pak Sugeng kemudian. Beliau pun meraih toples yang berada di rak yang ada di ruang tamu tersebut. Sebuah toples bening yang sudah tampak usang seperti tidak pernah dicuci.
"Ini tempatnya."
"Tapi nggak ada apa-apa, Yah." balas 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 yang diikuti anggukan oleh Anais.
"Ada, sosoknya peri kecil. Makanya Ayah panggil dengan nama 𝐏𝐞𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐀𝐲𝐚𝐡." jawab Pak Sugeng lagi.
"Jadi itu jahat ya, Pak?"
"Iya, itu yang buat takut, Yah?"
"Ya, kalau lagi marah ya serem." Anais mendekatkan tubuhnya sedikit ke arah 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 untuk berbisik.
"Kayaknya Ayahmu ini perlu diobatin deh." 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 sendiri menganggukkan kepalanya.
"Kita panggil tabib aja kali ya, Kak? Aku takut.." Anais menganggukkan kepalanya, menepuk punggung yang lebih muda untuk menenangkannya.
Anais dan 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 pun segera menghubungi 𝐓𝐚𝐛𝐢𝐛 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐬𝐞 untuk meminta bantuannya. Setelah menjelaskan panjang lebar serta melakukan sedikit pemeriksaan, 𝐓𝐚𝐛𝐢𝐛 berkata tidak ada yang salah dengan kesehatan Pak Sugeng, tapi 𝐓𝐚𝐛𝐢𝐛 juga tidak dapat membenarkan perkataan beliau secara medis.
Dengan begitu, 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥 serta Anais tidak mendapat jawaban apapun tentang rasa seram yang ditakutkan oleh 𝐒𝐚𝐛𝐫𝐢𝐞𝐥. Teman-temannya pun masih tidak mau bermain di rumahnya sebelum ia menemukan bukti kalau daerah rumahnya itu tidak seram. Mereka juga tidak tahu apakah rumah itu yang seram dengan keberadaan si 𝐏𝐞𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐀𝐲𝐚𝐡 itu, atau karena Hutan tempat mereka tinggal, atau mungkin hal yang lainnya lagi.
𝑺𝒕𝒂𝒓𝒓𝒊𝒏𝒈:
✰ Anais : @muonsua
✰ Sabriel : @Jsaebyi
✰ Pawang Hujan : @aprksungho
✰ Peramal : @ggunnwook
✰ Peri Kecil Ayah : @wuyovng
✰ Tabib : @hanwnni
0 notes
Link
0 notes
Text
Supplier Resmi, 0858-9587-9128 Pupuk Pencegah Buah Bunga Rontok Untuk Menumbuhkan Tunas Baru Anggur Batauga Pasuruan PRIMAXTER : PT PRIMA JAYA SEMESTA INTERNASIONAL
0858-9587-9128 DIJAMIN SUBUR!!!, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Ratawangi
Langsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6285895879128 , Jual Pupuk Organik Cair Palembang Ratawangi, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Hantara, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Karimunjawa, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Kedung, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Keling, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Kembang, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Mayong, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Mlonggo, Jual Pupuk Organik Cair Palembang Nalumsari
PRIMAXTER: Pupuk Organik Andalan untuk Hasil Panen Berlimpah
Tingkatkan Hasil Panen Anda dengan Pupuk Organik PRIMAXTER!
PRIMAXTER adalah pupuk organik yang diformulasikan khusus untuk meningkatkan hasil panen dan kualitas tanaman Anda. Dibuat dari bahan-bahan alami pilihan, PRIMAXTER kaya akan unsur hara yang essential bagi pertumbuhan tanaman.
Manfaat PRIMAXTER:
� Meningkatkan Hasil Panen: PRIMAXTER membantu tanaman menyerap nutrisi lebih optimal, sehingga menghasilkan panen yang lebih melimpah.
� Menambah Jumlah Anakan Padi: PRIMAXTER mendorong pertumbuhan anakan padi yang lebih banyak dan kuat, menghasilkan panen padi yang lebih maksimal.
� Meningkatkan Kualitas Hasil Panen: PRIMAXTER menghasilkan tanaman yang lebih sehat dan kuat, sehingga menghasilkan buah dan sayur yang lebih segar, berukuran besar, dan tahan lama.
� Mencegah Kerontokan Buah dan Bunga: PRIMAXTER membantu tanaman meminimalisir kerontokan buah dan bunga, sehingga meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen.
� Menjaga Kesehatan Tanaman: PRIMAXTER meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, sehingga tanaman tumbuh lebih sehat dan optimal.
PRIMAXTER Cocok untuk Berbagai Jenis Tanaman:
� Padi
� Jagung
� Sawit
� Kangkung
� Hidroponik Kangkung
� Hidroponik Sawi
� Melon Hidroponik
� Alpukat
� Buah Naga
� Cabe
� Mangga
� Belimbing
� Jeruk
� Anggur
� Durian
PRIMAXTER: Pupuk Organik Ramah Lingkungan
PRIMAXTER terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah terurai, sehingga aman bagi lingkungan dan tidak mencemari tanah.
Dapatkan PRIMAXTER Sekarang!
Hubungi Customer Service kami:
� Telepon: 0858-9587-9128 (Pak Rizki)
PRIMAXTER: Pupuk Organik Pilihan Tepat untuk Hasil Panen Berlimpah dan Berkualitas!
PT Prima Jaya Semesta Internasional
Alamat Pabrik: Bantul Yogyakarta
PRIMAXTER: Pupuk Organik Cair untuk Hasil Panen yang Berlimpah dan Berkualitas!
Jangan ragu untuk memesan PRIMAXTER sekarang dan rasakan manfaatnya pada tanaman Anda!
BONUS: Dapatkan GRATIS konsultasi dengan ahli pertanian kami untuk membantu Anda memilih pupuk yang tepat untuk tanaman Anda.
Jangan biarkan tanaman Anda kekurangan nutrisi! Gunakan PRIMAXTER dan rasakan hasil panen yang melimpah!
Cara Pemakaian Pupuk Organik Cair PRIMAXTER
Persiapan:
� Siapkan air bersih secukupnya.
� Siapkan wadah pencampur.
� Gunakan alat ukur takaran yang tepat.
Pencampuran:
Tuangkan air bersih ke dalam wadah pencampur.
2. Masukkan Pupuk Organik Cair PRIMAXTER sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
3. Aduk rata hingga larutan tercampur sempurna.
Dosis:
� Penyiraman:
o Campurkan 100 ml PRIMAXTER dengan 1 liter air.
o Gunakan larutan untuk menyiram tanaman secara merata.
o Lakukan penyiraman 2-3 kali seminggu.
� Penyemprotan:
o Campurkan 50 ml PRIMAXTER dengan 1 liter air.
o Semprotkan larutan pada daun, batang, dan seluruh bagian tanaman.
o Lakukan penyemprotan 2-3 kali seminggu.
Tips:
� Gunakan air yang bersih dan bebas dari klorin.
� Aduk larutan sebelum digunakan.
� Lakukan penyiraman atau penyemprotan pada pagi atau sore hari.
� Simpan pupuk di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung.
� Jauhkan pupuk dari jangkauan anak-anak.
Catatan:
� Dosis yang dianjurkan dapat disesuaikan dengan jenis tanaman dan kondisi tanah.
� Konsultasikan dengan ahli pertanian untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang penggunaan Pupuk Organik Cair PRIMAXTER.
Semoga informasi ini bermanfaat!
Jangan ragu untuk menghubungi kami jika Anda memiliki pertanyaan.
Telp: 0858-9587-9128 (Pak Rizki)
Website: https://rizkipahlawan.com
PRIMAXTER: Pupuk Organik Cair untuk Hasil Panen yang Berlimpah dan Berkualitas!
share
Edukasi Kadar Aman Pemakaian Pupuk Organik Cair PRIMAXTER
Pentingnya Memahami Kadar Aman Pemakaian Pupuk
Pupuk, termasuk Pupuk Organik Cair PRIMAXTER, mengandung nutrisi yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Namun, penggunaan pupuk yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman dan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk memahami kadar aman pemakaian pupuk agar mendapatkan hasil yang optimal tanpa membahayakan tanaman dan lingkungan.
Kadar Aman Pemakaian PRIMAXTER
Kadar aman pemakaian Pupuk Organik Cair PRIMAXTER tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
� Jenis tanaman: Setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan nutrisinya sendiri. Pastikan Anda membaca label produk PRIMAXTER untuk mengetahui dosis yang dianjurkan untuk jenis tanaman yang Anda tanam.
� Usia tanaman: Tanaman muda membutuhkan lebih sedikit pupuk dibandingkan dengan tanaman dewasa. Gunakan dosis yang lebih rendah untuk tanaman muda dan tingkatkan dosis secara bertahap seiring dengan pertumbuhan tanaman.
� Kondisi tanah: Jenis tanah dan tingkat kesuburan tanah juga mempengaruhi kebutuhan pupuk. Lakukan pengujian tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah sebelum menggunakan pupuk.
Berikut adalah panduan umum kadar aman pemakaian PRIMAXTER:
� Penyiraman:
o Campurkan 100 ml PRIMAXTER dengan 1 liter air untuk tanaman padi, jagung, sawi, kangkung, dan hidroponik.
o Campurkan 50 ml PRIMAXTER dengan 1 liter air untuk tanaman alpukat, buah naga, cabe, mangga, belimbing, jeruk, anggur, dan durian.
o Gunakan larutan untuk menyiram tanaman secara merata.
o Lakukan penyiraman 2-3 kali seminggu.
� Penyemprotan:
o Campurkan 50 ml PRIMAXTER dengan 1 liter air untuk semua jenis tanaman.
o Semprotkan larutan pada daun, batang, dan seluruh bagian tanaman.
o Lakukan penyemprotan 2-3 kali seminggu.
Tips untuk Menjaga Kadar Aman Pemakaian Pupuk:
� Selalu ikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada label produk.
� Jangan mencampur PRIMAXTER dengan pupuk kimia lainnya.
� Lakukan pengamatan terhadap tanaman setelah pemupukan. Jika tanaman menunjukkan tanda-tanda kelebihan pupuk, hentikan penggunaan pupuk dan siram tanaman dengan air bersih.
� Gunakan pupuk organik lain sebagai pupuk dasar untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi kebutuhan pupuk kimia.
Dampak Kelebihan dan Kekurangan Pemakaian Pupuk
Kelebihan Pemakaian Pupuk yang Tepat:
� Meningkatkan pertumbuhan tanaman
� Meningkatkan hasil panen
� Meningkatkan kualitas hasil panen
� Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit
� Memperbaiki struktur tanah
Kekurangan Pemakaian Pupuk Berlebihan:
� Merusak tanaman
� Membahayakan lingkungan
� Mencemari air tanah
� Menyebabkan hama dan penyakit tanaman
� Meningkatkan biaya produksi
Kesimpulan
Memahami kadar aman pemakaian pupuk sangat penting untuk mendapatkan hasil panen yang optimal tanpa membahayakan tanaman dan lingkungan. Gunakan Pupuk Organik Cair PRIMAXTER sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan ikuti tips-tips di atas untuk menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan.
Jangan ragu untuk menghubungi kami jika Anda memiliki pertanyaan.
Telp: 0858-9587-9128 (Pak Rizki)
#JualPupukOrganikCairPalembangRatawangi, #JualPupukOrganikCairPalembangHantara, #JualPupukOrganikCairPalembangKarimunjawa, #JualPupukOrganikCairPalembangKedung, #JualPupukOrganikCairPalembangKeling, #JualPupukOrganikCairPalembangKembang, #JualPupukOrganikCairPalembangMayong, #JualPupukOrganikCairPalembangMlonggo, #JualPupukOrganikCairPalembangNalumsari
#Supplier Resmi#0858-9587-9128 Pupuk Pencegah Buah Bunga Rontok Untuk Menumbuhkan Tunas Baru Anggur Batauga Pasuruan PRIMAXTER : PT PRIMA JAYA SEMESTA INTE
0 notes
Text
The Fireworks, Festie! ★
Page II, The Chapter.
Di sebuah tempat yang tersembunyi berada di kaki gunung, sedang diadakan sebuah festival unik yang disebut “Festival Topeng Malam.” Festival ini selalu dimulai ketika bulan purnama muncul tinggi di langit, menyinari tempat ini dengan cahaya peraknya yang misterius.
Mora dan Marseno menghadiri festival itu, Mora tiba dengan gaun malam yang megah, menyelimuti tubuhnya dengan anggun, dan topeng bermotif Bunganya itu, sementara Marseno mengenakan jas hitam yang membuatnya terlihat seperti seorang pangeran dan menggunakan topeng bermotif Venetian. Mereka berdua memasuki ruangan festival dengan langkah anggun, wajah mereka tersembunyi di balik topeng-topeng indah yang mereka kenakan.
Suasana festival dipenuhi dengan cahaya lilin yang lembut, musik klasik yang mengalun merdu, dan tarian para tamu yang menari dengan gemulai. Mora dan Marseno terlihat begitu menawan di tengah keramaian, menarik perhatian semua orang dengan pesona mereka. Semakin malam, dan semakin gelap, cahaya bulan purnama menyinari festival itu.
Suara kembang api bersahutan menyapa cakrawala. Garis rasi bintang seolah ikut memanjang seiring berputarnya jarum jam. Terlihat dari pantulan mata seseorang, bagaimana indahnya suasana langit malam temaram.
“Abang, kata abang, kenapa sesuatu yang mau berakhir itu malah baru kerasa maknanya?” Mora mengalihkan pandangannya, menatap sosok yang lebih tua disampingnya.
“Kenapa ya? Mungkin karena kita sadar waktunya udah gak lama lagi, jadi langsung sadar buat nikmatin moment atau waktu yang tersisa kali ya? Mora lagi ngerasain begitu kah?” Marseno melihat sekilas gadis yang menggunakan gaun berwarna Abu-abu disebelahnya.
“Iya ya abang, kalau waktu dinikmatin itu rasanya bener bener cepet bangeet. Kalo ga dinikmatin aja kerasanya lama bangeet. Iya abang, aku ngerasa kaya gitu. Abang ngerasa waktu cepet berlalu kan?” Sahutnya kembali
“Betul, tapi ya bisa aja waktu kerasa lama karena kita nungguin hari selanjutnya atau waktu selanjutnya, jadi mending jalanin aja biar nanti tiba-tiba udah umur 50 tahun aja. Iya, baru aja kemarin ketemu Mora, terus ini jadi last festival kita, soalnya besok-besok abang mau fokus jadi kucing aja.” Ucap Marseno sambil terkekeh pelan karena ucapannya sendiri
“Huaaa abang, aku gamau cepet cepet umur segitu. Aku mau ada di festival ini selamanya. Abang, jangan ya? Siapa tau bentar lagi ada keajaiban! Abang ngitung bintang deh biar bisa terkabulkan permintaan bisa festival abadi” Mohon Mora sembari sedikit bercanda.
“Kenapa gak mau? Kayaknya jadi tua seru, nanti tinggal kerjaannya mancing, ngerajut, sama liat cucu main layangan. Loh, nanti gak bisa pulang kasian keluargamu nyari, dikira abang culik karena terakhir pergi sama abang. Eh, tapi kalau di festivalnya sama Mora mah gapapa abadi juga. Wah, kayaknya kalau malam ini gak bisa dihitung karena langitnya penuh sama bintang. Kita ceria, langit pun ikut ceria” Tangan Marseno terangkat, menunjukkan jari telunjuknya ke langit
“Abang ah, masa iya kita tua enak. Tapi badan kita udah ga seoptimal dulu huhuhu. Kadang kalau tua mau balik ke masa muda. Abang, aku nanti diculik karena kejerat pinjol apa ya? Kalau sama abang, mau abadi 5 kali pun aku jabanin sampai kita rainkarnasi. Iya, gabisa diitung ya? Jadi festival kita harus berakhir disini” Kata yang awalnya penuh senyum, perlahan memudar seiring ucapannya menemui titik kenyataan. Mora melihat kepada Abang-nya, tersenyum nanar kemudian menghela nafas.
“Iya sih, nanti gak bisa dance lagi kalau tua. Masa pinjol, jelek banget dd itu gak keren sama sekali, yang agak sangar dikit dong. Mau reinkarnasi jadi apa dd? Kalau abang mau jadi singa biar sangar. Gapapa Mora, mending kita liat kembang api, sebentar lagi mau dinyalain, tunggu 5 menit lagi”
“Abang. Ga ya, aduh kita makin malem makin asbun ya? Ini kita harus stop nanti diliatin orang argh. Mauu! Abang ayo kita liat kembang api!”
“Ini nih karena efek ngantuk gak sih Mora? Biasanya abang jam 5 sore udah tidur. Bener, takut nanti dikira orang aneh sama yang lain” Marseno pun menutup percakapan, dan sudah siap menunggu untuk kembang api yang menyala.
Tepat pada tengah malam, ada kembang api yang dinyalakan untuk memeriahkan suasana festival dan langit malam yang gelap. Mora dan Marseno sangat menikmati pemandangan yang mereka lihat itu, banyak warna cantik yang muncul dari kembang api. Suara kembang api bersahutan menyapa cakrawala. Garis rasi bintang seolah ikut memanjang seiring berputarnya jarum jam. Terlihat dari pantulan mata seseorang, bagaimana indahnya suasana langit malam temaram.
Pesta topeng ini menjadi malam yang tak terlupakan bagi Mora dan Marseno, di mana mereka dapat merayakan bulan purnama dengan penuh keanggunan dan kekhidmatan. Semua orang yang hadir tidak bisa melupakan kehadiran dua sosok misterius ini, yang dengan keanggunan dan misteri mereka, berhasil menciptakan aura magis yang menghiasi malam pesta topeng tersebut.
0 notes
Text
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ長岡花火大会.
ㅤㅤㅤ⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ׄ ۪ 𓂃 ੭୧ 𓂃 ۪ ׄ
Sore itu di akhir musim panas, Micassa dan ketiga temannya sepakat untuk menghabiskan waktu liburannya dengan melihat kembang api yang diadakan di sungai Shinano. Itu adalah salah satu festival kembang api terbesar yang ada di Jepang yang selalu ada pada musim panas. Ia memang senang melihat letusan bunga api yang terlihat pada malam hari itu.
“kita akan kesana, ‘kan?” Micassa bertanya memastikan dengan kedua temannya. “tentu saja! Ayo segera siapkan outfit terbaikmu dari sekarang.” salah satu temannya menjawab dengan antusias dan mereka bergegas untuk mencari setelan yang cocok untuk melihat kembang api.
“oh- aku sudah menemukan setelan yang cocok, karena aku sudah mempersiapkan diri dari awal kita janjian untuk pergi hehe.” Micassa pergi mengambil setelan bajunya yang bergantung di lemari dan memperlihatkan kepada teman-temannya. “haha memang kamu yang paling antusias untuk ini!” temannya tertawa melihat Micassa yang selalu prepare untuk perjalanan kali ini. “karena aku suka sekali kembang api jadi aku sangat senang saat kalian mengajakku pergi melihatnya, lagipula outfit yang bagus dengan suasana yang menyenangkan bisa membuat mood ku jadi bahagia tau!” Micassa menjawab sambil mulai sibuk mengganti bajunya dan mereka pun mulai bersiap untuk jalan dari sore hari sebelum Festival dimulai.
Setelah berkeliling sampai matahari mulai terbenam mereka pun pergi ke pinggir sungai Shinano untuk menikmati festival itu, “wah disini banyak sekali orang yang datang!” Micassa terlihat antusias untuk menyaksikan kembang api diantara banyaknya orang yang ada, mereka berjalan mencari tempat duduk di tepi sungai yang tersedia sambil menunggu waktunya tiba. “aku tidak sabar untuk melihatnya! Tidak harus menunggu akhir tahun untuk melihat kembang api” ujar Micassa tidak sabaran.
Hari semakin malam dan tiba saatnya peluncuran kembang api untuk di letuskan ke langit, bunyi dentuman terdengar dan memperlihatkan warna-warna indah dari letusan itu membuat Micassa terpukau menatap langit penuh dengan puluhan kembang api bertebaran. “wah aku senang sekali, ini keren!” ucapnya kagum melihat hal itu. Cahaya lampu dari jembatan terdekat dan gedung-gedung tinggi juga berubah menjadi warna-warni menambah estetika festival kali ini. Micasaa menatap kagum semua kembang api itu, terpukau akan kilau cahaya yang dihasilkan ledakan itu. “ayo kita mengambil foto juga! Jangan lewatkan momen itu!” Ia dan ketiga temannya pun mengambil foto dengan latar kembang api yang bertebaran, sangat cantik untuk di jadikan momen spesial. Micassa sangat senang hari itu, untuk setiap hal yang dia lewatkan bersama temannya dan datang ke festival kembang api itu adalah hal yang menyenangkan dan tidak terlupakan.
0 notes