#diberi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Langkah Mudah Memasang Ring Basket di Dinding dari KFI Sport
Langkah Mudah Memasang Ring Basket di Dinding. Jika Anda Tertarik Bisa WA ke https://wa.me/6281318883437.
Ingin menikmati permainan basket di rumah tanpa repot ke lapangan umum? Ring basket dinding dari KFI Sport bisa menjadi pilihan terbaik. Dengan spesifikasi unggulan dan pemasangan praktis, ring basket ini cocok untuk keluarga maupun penggemar olahraga. Mari simak panduan lengkapnya agar Anda dapat memasang ring basket dengan mudah dan aman!
Bermain basket tidak harus selalu di lapangan umum. Kini, Anda bisa memasang ring basket dinding di rumah sebagai solusi praktis untuk berolahraga. Dengan ring ini, Anda dan keluarga dapat melatih skill kapan saja tanpa perlu keluar rumah. Jadi, siapa bilang latihan basket hanya bisa dilakukan di lapangan profesional?
Mengapa Memilih Ring Basket Dinding?
Apa keuntungan memiliki ring basket dinding di rumah? Banyak!
Hemat Waktu dan Tenaga: Tidak perlu pergi ke lapangan. Latihan Kapan Saja: Anda bisa berlatih setiap hari tanpa batasan. Cocok untuk Anak-Anak: Mereka bisa bermain sambil mengasah keterampilan motorik. Bayangkan rumah Anda menjadi tempat favorit untuk olahraga. Ini seperti memiliki lapangan basket mini yang selalu siap digunakan kapan saja!
Spesifikasi Ring Basket KFI Sport
KFI Sport menawarkan ring basket dengan spesifikasi unggulan. Berikut detailnya:
Papan Pantul: Akrilik 12mm yang tahan benturan. Ukuran Papan: 105cm x 80cm, ideal untuk latihan di rumah. Rangka: Besi hollow 3x3 dan besi siku 3cm untuk kekuatan maksimal. Tambahan: Busa dan kulit sintetis untuk keamanan. Ring Basket: Besi padat 10mm dengan double per, cocok untuk slam dunk hingga 70 kg. Ring ini bukan sekadar aksesoris, tetapi investasi untuk kenyamanan dan kualitas permainan Anda di rumah.
Kelebihan Material Akrilik dan Besi
Akrilik digunakan karena ringan namun kuat, serta tahan cuaca. Sementara itu, besi padat dan hollow memastikan ring tidak mudah rusak meskipun sering digunakan untuk dunk. Kombinasi material ini membuat ring basket KFI Sport dapat digunakan baik di dalam maupun di luar ruangan.
Persiapan Alat dan Lokasi
Sebelum memasang ring basket, pastikan Anda sudah menyiapkan alat dan memilih lokasi yang tepat.
Alat yang Dibutuhkan: Bor listrik Sekrup dan mur Tangga Penggaris atau meteran Lokasi Ideal:
Dinding kokoh seperti beton atau tembok bata. Area luas yang tidak mengganggu aktivitas lain, seperti garasi atau halaman belakang.
Langkah-Langkah Memasang Ring Basket di Dinding
Berikut ini cara mudah memasang ring basket di dinding:
Tentukan Titik Pemasangan: Tandai titik di dinding setinggi 3 meter atau sesuai keinginan. Bor Lubang pada Dinding: Pastikan lubang sesuai dengan ukuran sekrup. Pasang Papan Pantul: Gunakan besi siku agar papan terpasang dengan kokoh. Pasang Ring Basket: Pastikan ring sejajar dan tidak miring. Cek Stabilitas: Uji pemasangan dengan menggantungkan beban.
Tips Memastikan Pemasangan Aman
Periksa Kekuatan Dinding: Pastikan dinding cukup kuat untuk menahan beban. Gunakan Alat Berkualitas: Pilih sekrup dan mur terbaik untuk memastikan ring tidak mudah lepas. Uji Sebelum Digunakan: Selalu cek kekokohan ring sebelum digunakan, terutama untuk dunk.
Harga dan Gratis Pemasangan di Jabodetabek
Harga ring basket dinding KFI Sport adalah Rp 8.500.000 per unit. Bagi Anda yang berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, kami menawarkan pemasangan gratis!
Target Market Ring Basket Dinding
Ring basket ini cocok untuk dua kelompok utama:
Keluarga dengan Anak-Anak: Ring basket membantu anak-anak tetap aktif sambil bersenang-senang. Ini juga dapat meningkatkan keterampilan motorik mereka.
Individu Penggemar Olahraga: Penggemar basket bisa berlatih di rumah kapan saja tanpa perlu pergi ke lapangan umum.
Proyek Terbaru: Rumah di Cipayung
Salah satu proyek terbaru kami di tahun 2024 adalah pemasangan ring basket di Jl. Gempol No. 88, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Ini menunjukkan bahwa ring basket dinding dapat dipasang di berbagai jenis hunian, baik di area indoor maupun outdoor.
Kesimpulan
Memasang ring basket dinding adalah solusi tepat bagi Anda yang ingin bermain basket di rumah. Dengan spesifikasi unggulan dan pemasangan yang mudah, ring basket dari KFI Sport menjamin pengalaman bermain yang menyenangkan. Tunggu apa lagi? Segera hubungi KFI Sport dan pasang ring basket dinding di rumah Anda!
FAQ tentang Ring Basket Dinding
Berapa harga ring basket dinding KFI Sport? Harga ring basket ini adalah Rp 8.500.000 per unit.
Apakah tersedia layanan pemasangan gratis? Ya, pemasangan gratis berlaku untuk wilayah Jabodetabek.
Apakah ring basket ini bisa digunakan untuk slam dunk? Tentu! Ring ini mampu menahan beban hingga 70 kg.
Apakah material akrilik tahan lama untuk penggunaan outdoor? Ya, akrilik tahan terhadap cuaca dan cocok untuk penggunaan di luar ruangan.
Bagaimana cara memesan ring basket ini? Anda bisa langsung menghubungi KFI Sport melalui WA ini.
Dengan panduan ini, Anda siap memasang ring basket dinding di rumah dan menikmati permainan kapan saja!
#warna ring basket Diberi warna oranye#ring basket dewasa#ring basket double per#cara memasang ring basket di dinding#harga ring basket dewasa#ring basket tembok#ring basket ukuran#ring basket murah
0 notes
Text
Hadirkan Ebod Jaya, Mahasiswa UMNU Kebumen Diberi Tips Jadi Pengusaha Sukses
KEBUMEN, Kebumen24.com – Untuk memberikan pembekalan skill kewirausahaan, UMNU Kebumen menggelar Edu Preneur. Acara menghadirkan H. Mahfud Sulaiman atau akrab disapa Ebod Jaya, selaku Pengusaha sukses asal Prembun Kebumen, yang telah berhasil mengembangkan bisnisya di Bandung. Continue reading Hadirkan Ebod Jaya, Mahasiswa UMNU Kebumen Diberi Tips Jadi Pengusaha Sukses
View On WordPress
0 notes
Text
Halo Petani Kaya
Apa jadinya tanaman tanpa diberi pupuk? Selain kekurangan nutrisi, tanaman akan tumbuh dengan berbagai masalah. Simak manfaat pupuk tubban dengan senyawa salpuramin berikut ini! ✅Hasil panen memuaskan ✅Mempercepat pertumbuhan ✅Terbebas dari hama tanaman ✅Menjaga tingkat kesuburan Share pendapatmu di komentar ya.
Jangan lupa like, follow, dan share ke petani lainnya.
INFORMASI LEBIH LENGKAP DAN LAYANAN GRATIS KONSULTASI : 082132192377 atau klik link https://wa.me/6282132192377 Website : https://kayaintubban.com
Instagram : https://instagram.com/kayain_tubban?igshid=YmMyMTA2M2Y=
TikTok : https://www.tiktok.com/@pupukkayaintubban?_t=8YYHFox3faE
Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCeRY739Jc9ImZr_Ywz73FNg
#Halo Petani Kaya#Apa jadinya tanaman tanpa diberi pupuk? Selain kekurangan nutrisi#tanaman akan tumbuh dengan berbagai masalah. Simak manfaat pupuk tubban dengan senyawa salpuramin berikut ini!#✅Hasil panen memuaskan#✅Mempercepat pertumbuhan#✅Terbebas dari hama tanaman#✅Menjaga tingkat kesuburan#Share pendapatmu di komentar ya.#Jangan lupa like#follow#dan share ke petani lainnya.#INFORMASI LEBIH LENGKAP DAN LAYANAN GRATIS KONSULTASI :#082132192377 atau klik link https://wa.me/6282132192377#¬Website : https://kayaintubban.com#Instagram : https://instagram.com/kayain_tubban?igshid=YmMyMTA2M2Y=#TikTok : https://www.tiktok.com/@pupukkayaintubban?_t=8YYHFox3faE#Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCeRY739Jc9ImZr_Ywz73FNg
0 notes
Text
KENANGAN SEKOLAH MENENGAH
Teringat i masa zaman sekolah menengah dulu. Duduk sekolah asrama campur lelaki perempuan, berlakon seperti seorang hijabi yang malu-malu dengan lelaki.
Tetapi apabila i menjadi senior, i mula berubah, i lebih terbuka dengan pergaulan i. I merapatkan diri dengan bebudak lelaki sebaya dengan umur i, berdua-duaan di tempat sunyi sepi di blok akademik. Sentuh menyentuh merupakan perkara biasa buat I.
Oleh sebab kelakuan I, I menjadi terkenal di kalangan bebudak tingkatan sama dengan I. Ramai yang mahu menjadi teman lelaki I, namun I enggan menjadi teman wanita sesiapa. Sebaliknya, I lebih selesa bermain dengan mana-mana bebudak lelaki yang I mahukan tanpa apa-apa perhubungan.
Selain dari itu, I pulak dapat beberapa kawan perempuan yang sama kelakuan seperti I. Kami membentuk satu kumpulan dimana kami menukar informasi tentang bebudak lelaki yang meluangkan masa dengan kami.
Akibat bosan dengan bebudak lelaki seumur dengan I, I pun mulalah membuka nafsu I kepada bebudak junior. Kebanyakkan macam innocent betul, tak tahu apa, setakat tengok video lucah lepas tu cakap besar. Bila datang ke benda yang betul, kaku tak tahu nak buat apa.
I rasa seronok bila tengok bebudak junior merengek macam perempuan tak pernah disentuh. Ada jugak yang baru kali pertama memancut. Seronok tengok mereka tercungap-cungap keletihan selepas memancut. Kekadang i main ringan-ringan pun dah terpancut, baru tolong melancap pun dah terpancut.
Yang paling I ingat adalah waktu dimana kawan-kawan I dan I berkumpul dan rev*rse g**gb**g sorang junior tu. Kawan I umpan dia datang blok akademik waktu malam dalam pukul 10. Si junior pulak tak perasan yang dia sedang dibawa ke hujung blok akademik sebab terlalu fokus dekat kawan I. Dekat hujung blok akademik ada sebuah makmal dimana kunci pintu makmal tersebut telah kami rosakkan dan boleh dibuka bila-bila masa.
Sebaik sahaja si junior tu diumpan masuk makmal, habis terkejut dia tengok kami semua tunggu dia. Terus kami semua kepung dia dan tak sampai seminit dibogelkan. Dia mula menjerit meminta tolong, tapi sebab kawasan makmal dekat hujung dan pak guard takkan datang meronda, jeritannya hanya sia-sia. Sambil-sambil mengepung Si junior, kami pun mula membogelkan diri kami.
Si junior dikerumuni kami semua seperti semut mengerumuni gula. Ada yang mula mencium mulut si junior, ada yang menjilat tubuh badan si junior, dan ada yang meraba si junior. Kami kemudian membaringkan si junior dan mula melancapkan si junior menggunakan mulut kami.
Setiap seorang diberi seminit untuk melancapkan Si junior, dan kami mengambil giliran dalam melancapnya. Namun seperti biasa, Si junior tak dapat tahan lama, dalam minit ketiga dia terpancut dan kawan I dapat minum keseluruhan air mani Si junior.
Selepas terpancut, kami mengubah posisi dan strategi kami. Kami mula menunggang muka Si junior. Tak kisah kalau si junior pandai menjilat atau tidak, kami semua mengambil giliran untuk menunggang Si junior. Keseluruhan malam muka Si junior dijadikan pemuas nafsu kami. Seorang daripada kami akan menunggang Si junior dan yang lain akan menyambung menjilat, meraba dan mencium setiap lekak lekuk tubuh Si junior.
Semasa giliran I, Si junior dah mula tercungap-cungap, namun, I endahkan dan tunggang mukanya. Seronok juga menunggang muka, kehangatan nafas Si junior dan mukanya yang basah akibat klimaks kawan-kawan I yang lain menyebabkan I berair dengan cepat. I dapat rasakan kelentit i diraba sedikit demi sedikit oleh hidung Si junior. I pun menungganglah sehingga I klimaks di muka Si junior. Selepas I kawan-kawan i yang lain meneruskan tunggangan kami, ada yang terkencing di muka Si junior semasa klimaks. Si junior pulak hanya mampu menadah mukanya untuk dijadikan bahan kepuasan kami. Batangnya pun telah kami ratah sebanyak tiga kali sehingga batangnya tidak menegang walapun di lancap berkali-kali. Selepas kami semua puas, kami pun menemani Si junior membersihkan dirinya dan menemaninya pulang ke asramanya. Baru sahaja kami hendak tidur, tetapi telah masuk waktu Subuh. Tertawa I teringat yang i tak cukup tidur untuk keseluruhan hari tersebut
#hot malay#lucah melayu#malay hijab#malaygirl#malaysia#melayu sedap#melayuboleh#melayucantik#melayugersang#melayumantap#melayu hot#melayu tudung#melayunakal#melayusundal#minah melayu#modal melayu#gadishijab#gadismelayu#modal lancap#modallancap#modalpancut#hijab nakal#lancap#tudung lancap#bahan lancap#melayu lancap#bahanlancap#melayusangap#pancut muka#pancut tudung
4K notes
·
View notes
Text
Kak noor suka berzina
Petang itu aku duduk termenung di sebuah bangku di Tasik Titiwangsa. Kerja pejabatku yang bertimbun membuat aku rungsing. Boss hanya memberi masa dua hari saja bagi menyelesaikan kerja yang menjadi tanggungjawabku. Seperti biasa bulan Januari, PA yang telah setahun bertugas denganku menghantar setimbun borang Laporan Penilaian Prestasi untuk aku nilai sebagai Pegawai Penilai Pertama. Untuk memberi markah kepada kakitangan inilah yang selalu memberi masalah kepadaku.
“En. Azman jangan lupa. Boss nak borang ni dua hari lagi.” Terngiang pesanan PAku sebelum meninggalkan bilikku.
Sambil aku termangu-mangu tiba-tiba terlintas seorang gadis di hadapanku. Dengan tracksuit biru dia berjalan pantas di hadapanku. Aku sempat melihat wajah ayu gadis tadi dan tiba-tiba saja peristiwa 13 tahun lalu terpampang di mindaku. Paras rupa gadis itu seiras dengan wajah Kak Noor.
Sewaktu usiaku 15 tahun aku tinggal bersama keluargaku di sebuah perkampungan terpencil. Pak Hamid yang bertugas sebagai penghulu adalah orang terbilang dan dihormati oleh semua penduduk. Pak Hamid yang kaya raya mempunyai tanah yang amat luas. Ada kebun dan ada dusun. Sungguhpun kaya Pak Hamid tidak sombong. Dialah tempat orang kampung meminta pertolongan.
Satu hari kampung kami didatangi oleh seorang lelaki separuh baya. Aku kira umurnya lewat lima puluhan. Dia meminta pertolongan Pak Hamid agar memberi tempat berteduh kepadanya. Lelaki yang dikenali sebagai Pak Abu itu kelihatan baik orangnya. Terkenal dengan sifat penolongnya maka Pak Hamid membenarkan Pak Abu tinggal di pondok di dalam dusun buah-buahannya. Memang menjadi kebiasaan orang kampung membina pondok kecil di dusun masing-masing. Tapi pondok Pak Hamid lebih besar daripada rumah keluargaku.
Pak Abu diamanahkan menjaga kebun dan dusun Pak Hamid. Segala keperluan Pak Abu ditanggung Pak Hamid dan bila musim buah-buahan Pak Abu diberi saguhani secukupnya.
Pak Abu rajin orangnya. Siang hari dia menjaga dusun Pak Hamid. Segala semak samun dibersihkannya dan pokok-pokok buah-buahan dibubuh baja. Pada malam hari Pak Abu secara sukarela menjadi siak di surau kampung kami. Orang kampung menyukai Pak Abu kerana dia ringan tulang dan rajin membantu orang kampung. Di mana ada kenduri kendara, di situ ada Pak Abu yang membantu tuan rumah mengurus majlis.
Pak Hamid ada seorang anak perempuan yang biasa aku panggil Kak Noor. Nama sebenarnya ialah Puteri Noorhidayah Elyana. Kak Noor cantik orangnya dan berumur 18 tahun. Selepas habis SPM Kak Noor tak bekerja. Dia tinggal dikampung membantu keluarganya. Aku yang berumur 15 tahun waktu itu jatuh cinta kepada Kak Noor yang cantik. Biasalah cinta sebelah pihak, cinta monyet. Aku sentiasa memerhati gerak geri Kak Noor. Aku cemburu dan sakit hati bila Kak Noor berbual dengan lelaki lain.
Tiap kesempatan aku akan ke rumah Kak Noor. Pura-pura berkawan dengan adik Kak Noor yang sebaya denganku padahal aku ingin berdekatan dengan Kak Noor. Pernah aku mencuri seluar dalam Kak Noor yang dijemur diampaian dan aku akan melancap sambil memegang seluar dalam Kak Noor dan membayangkan wajah cantik Kak Noor.
Pada hari-hari tertentu aku melihat Kak Noor membawa makanan dan lauk ke rumah Pak Abu. Kadang-kadang aku menemani Kak Noor ke rumah Pak Abu yang agak jauh di tengah dusun. Pak Hamid dan isterinya menyukai Pak Abu yang baik dan rajin kerana itu bila mereka memasak maka selalulah di hantar ke pondok Pak Abu yang tinggal bersendirian itu. Biasanya Kak Noor memberi langsung kepada Pak Abu atau ditinggalkan di hadapan pondok kalau Pak Abu tiada di pondok.
Petang itu aku sedang memancing di anak sungai tak jauh dari pondok Pak Abu. Dari jauh aku melihat kelibat Kak Noor sedang menjinjing mangkuk tingkat menuju ke rumah Pak Abu. Bila sampai di pondok Kak Noor memanggil Pak Abu. Dari jauh aku melihat Pak Abu yang hanya memakai kain pelikat tanpa baju membuka pintu. Kak Noor menapak anak tangga dan naik ke atas pondok. Pintu pondok tiba-tiba tertutup. Aku hanya memerhati dan selepas beberapa minit Kak Noor tidak juga keluar. Biasanya Kak Noor tak pernah masuk ke dalam pondok.
Aku jadi penasaran. Perlahan-lahan aku bergerak mendekati pondok Pak Abu. Aku ingin melihat apa yang berlaku dalam pondok. Dengan langkah berhati-hati aku mendekati pondok berdinding papan itu dan mencari lubang yang boleh aku intip. Kebetulan ada bahagian papan yang telah reput dan terbentuk lubang kecil.
Aku merapatkan mataku ke lubang dinding. Tersirap darahku bila melihat Pak Abu sedang merangkul tubuh genit Kak Noor di dalam pondok. Kak Noor pula membalas pelukan itu sambil Pak Abu meramas-ramas punggung Kak Noor yang selama ini menjadi idamanku. Mereka lalu berkucupan penuh nafsu, lidah bertemu lidah berkulum-kuluman. Selepas puas melumat bibir Kak Noor, bibir Pak Abu berlabuh pula di pipi dan leher gadis pujaanku.
Dua makhluk berlainan jenis itu berpelukan erat. Lelaki separuh baya berkulit hitam tapi masih kekar sementara gadis sunti berkulit putih bersih dan cantik. Kak Noor mengeliat kegelian bila dilayan penuh pengalaman oleh Pak Abu. Kak Noor kelihatan membalas tindakan Pak Abu. Tangannya mula meraba kain pelikat yang dipakai Pak Abu. Diraba-raba paha Pak Abu mencari tongkat sakti Pak Abu.
Kak Noor membuka gulungan kain pelikat yang membelit pinggang Pak Abu. Bila terurai Kak Noor melondehkan kain yang dipakai Pak Abu dan pantas memegang batang pelir Pak Abu. Terpaku aku melihat batang pelir Pak Abu sungguh besar dan panjang. Kepalanya bulat dan batangnya berurat-urat. Batang pelir Pak Abu sungguh hitam seperti batang keropok lekor. Pak Abu membiarkan Kak Noor mengocok-ngocok batang pelirnya.
Pak Abu kemudian menyelak t-shirt Kak Noor lalu meramas-ramas dan mengusap tetek Kak Noor. Tetek Kak Noor yang putih bersih itu tidaklah besar sangat tapi bentuknya amat tegang. Di puncak gunung kembar itu terdapat puting sebesar kelingking warna merah muda. Pak Abu kelihatan geram dengan gunung kembar Kak Noor lalu diuli dan dipicit-picit lembut dan penuh mesra. Tangan kasarnya melekat erat di payudara gadis pujaanku.
Tidak puas dengan itu, Pak Abu terus menjilat dan menghisap puting tetek Kak Noor silih berganti. Kak Noor mendesis kecil lalu memaut rapat kepala Pak Abu ke dadanya. Gayanya seolah-olah menyuruh Pak Abu menelan keseluruhan teteknya. Genggaman tangan Kak Noor pada batang pelir Pak Abu semakin erat dan Kak Noor semakin melajukan tangannya melancap batang pelir Pak Abu.
Selepas beberapa ketika, Pak Abu berhenti menghisap tetek Kak Noor dan kembali mengucup bibir kekasihku itu. Kak Noor menjadi semakin tidak keruan. Dia melepaskan tangannya dari batang pelir dan memeluk Pak Abu dengan eratnya. Agak lama juga mereka berkucupan sambil berdiri. Pak Abu melepaskan kucupan dan dengan cekapnya menarik kain yang dipakai Kak Noor. Terburai kain batik Kak Noor dan tubuh indah Kak Noor yang menjadi idamanku terdedah tanpa ditutupi seurat benang. Sungguh indah tubuh Kak Noor yang putih melepak dan bayangan hitam terlihat di celah pahanya. Bulu-bulu hitam yang jarang-jarang menghiasi taman rahsianya yang menjadi igauan aku selama ini.
Bahagian inilah yang selalu aku bayangkan bila aku melancap. Aku membayangkan mencium tundun indah Kak Noor dan kelentit merahnya aku gigit mesra. Aroma burit Kak Noor aku sedut sepuas-puasnya. Lurah Kak Noor yang merekah merah aku jilat dan lubang sempitnya yang basah aku benamkan batang pelirku yang teramat keras. Semakin aku bayangkan Kak Noor makin laju pergerakan tanganku dan beberapa ketika kemudian terpancutlah maniku. Aku terduduk kepuasan.
Pak Abu kembali merangkul Kak Noor. Kali ini dipeluk dari belakang. Pak Abu merapatkan tubuhnya dan menggesel-geselkan batang pelirnya pada belahan punggung Kak Noor yang tak berbungkus. Pak Abu mengeselkan batangnya turun naik sambil menjilat dan mengucup tengkuk dan telinga Kak Noor. Kak Noor mengeliat kenikmatan. Punggungnya yang sedia tonggek itu semakin menonggek kebelakang menekan batang pelir Pak Abu lebih rapat sambil membiarkan tangan Pak Abu melingkari tubuh dan meramas-ramas teteknya.
Tangan Pak Abu kemudian turun ke pinggul Kak Noor. Pak Abu meramas-ramas sambil menariknya kebelakang membuatkan punggung Kak Noor semakin rapat menekan batang pelirnya. Pak Abu pula yang semakin tidak keruan dengan reaksi punggung Kak Noor itu. Daging punggung kenyal yang dua ketul itu menimbulkan rasa geram kepada Pak Abu. Pak Abu terus melutut dan merapatkan mukanya pada belahan punggung Kak Noor. Pak Abu terus menjulurkan lidahnya bermain-main di celah kelangkang Kak Noor. Layanan Pak Abu tersebut membuat Kak Noor seperti terbang di kayangan. Matanya terpejam dan kepalanya terdongak ke atas.
Semakin lama Pak Abu menjilat kelangkang Kak Noor semakin membuatkan Kak Noor bertambah tidak keruan. Kedua-dua tangannya mencapai kepala Pak Abu dan terus menariknya supaya makin rapat sambil tubuhnya dilentikkan. Perlakuan Kak Noor itu menambahkan ghairah Pak Abu. Dia lalu bangun dan menghunuskan batang pelirnya kecelah lurah pada belahan punggung Kak Noor. Pak Abu menggeselkan kepala pelirnya berulang-ulang. Aksi Pak Abu pada celahan pantat Kak Noor membuatkan gadis yang menjadi pujaanku itu semakin kuat mengerang.
Pak Abu memegang batang pelirnya dan kepala bulat diarah ke lurah Kak Noor mencari lubang yang berdenyut-denyut. Dengan terampil Pak Abu menyumbatkan batang pelirnya ke dalam lubang pantat Kak Noor. Batang pelir Pak Abu yang hitam berkilat itu semakin dalam menjunam ditelan belahan pantat Kak Noor. Kak Noor berterusan mendesah kenikmatan. Tanpa membuang masa lagi Pak Abu mulai menghayun batang pelirnya keluar masuk sambil Kak Noor yang masih berdiri itu semakin melentikkan tubuhnya memudahkan batang pelir Pak Abu keluar masuk dari belakang.
Tiba-tiba tubuh Kak Noor mengejang dan menggigil. Kak Noor menarik tangan Pak Abu supaya memeluknya dari belakang. Pak Abu memberhentikan hayunan tetapi menekan rapat batang pelirnya supaya masuk lebih dalam sambil memeluk Kak Noor. Pak Abu sengaja menyeksa Kak Noor dengan merendam batang kerasnya berlama-lama. Suara rengekan dan erangan Kak Noor makin kuat.
Beberapa ketika kemudian Pak Abu merangkul tubuh genit Kak Noor lalu membaringkan terlentang ke atas lantai beralas tikar mengkuang. Jaraknya hanya beberapa kaki saja dari tempatku mengintip. Bila Kak Noor membukakan pahanya aku tercium bau buritnya yang merah itu. Bau tersebut membuat batang pelirku yang telah keras sejak tadi menjadi lebih keras. Kalau boleh aku ingin menerkam dan menghidu lurah Kak Noor yang merekah basah. Aku dapat melihat dengan jelas gayanya yang sangat mengghairahkan itu.
Sambil melutut Pak Abu celapak ke celah kelangkang Kak Noor yang sudah terkangkang luas. Jelas di hadapanku batang pelir Pak Abu terhangguk-hangguk menunggu untuk menyelam dalam lurah sempit gadis sunti. Kemudian Pak Abu memasukan kembali batang pelirnya yang masih berlendiran kedalam lubang pantat Kak Noor yang sedia basah lalu terus menghayun keluar masuk.
Agak lama juga Pak Abu menghenjut lubang pantat Kak Noor yang terus mengerang menahan asakan berahi Pak Abu itu. Henjutan Pak Abu semakin laju dan diselang selikan dengan hentakan padu. Akhirnya sekali lagi tubuh Kak Noor menggigil dan mengejang. Dipeluknya tubuh Pak Abu rapat-rapat. Pak Abu mencium dan menjilat leher serta cuping telinga Kak Noor berkali-kali membuatkan Kak Noor bertambah kuat memeluk Pak Abu disertakan suara erangan yang kuat dan tidak terkawal. Agak lama juga tubuh Kak Noor mengejang hinggalah keadaan agak reda sedikit, barulah dia melonggarkan pelukannya.
Pak Abu belum mengalah. Batang pelirnya didayung makin laju keluar masuk lubang burit gadis remaja yang sedang berkembang. Lelaki tua tersebut amat berbangga dapat menikmati anak gadis tok penghulu yang muda belia. Kak Noor pula seronok dilayan Pak Abu yang banyak pengalaman. Beberapa ketika kemudian terlihat badan Pak Abu menggigil dan dihentak kuat lubang burit Kak Noor. Kak Noor menjerit dan matanya terbeliak. Benih-benih Pak Abu terpancut menyirami rahim Kak Noor yang tengah subur.
Pak Abu terkulai lemas di sebelah Kak Noor yang juga terkulai layu. Dua tubuh hitam putih itu terbaring dengan mata terpejam menikmati kelazatan berhubungan kelamin.
Selepas peristiwa itu aku sentiasa mencari peluang mengintip pasangan kekasih itu memadu asmara. Bila aku melihat Kak Noor membawa bekalan makanan ke pondok maka secara diam-diam aku mengekori Kak Noor. Dan peristiwa semalam berulang kembali. Aku hanya memerhati dan melancap batang pelirku hingga air maniku terpancut. Pak Abu dan Kak Noor menikmati bersama sementara aku menikmatinya bersendirian.
Tiga bulan kemudian kampung kami gempar. Sudah dua hari Pak Abu tak datang ke surau. Beberapa penduduk berkunjung ke pondok Pak Abu dan dapati pondok tersebut kosong. Dua minggu selepas itu Pak Hamid telah mengadakan kenduri kahwin Kak Noor dengan seorang pemuda di kampung kami. Dari cakap-cakap orang pemuda tersebut telah mendapat habuan tujuh ribu ringgit kerana sudi mengahwini Kak Noor. Bisik-bisik orang mengatakan pemuda tersebut dibayar untuk menjadi pak sanggup. Enam bulan kemudian Pak Hamid mendapat seorang cucu lelaki dan wajah bayi tersebut mirip wajah Pak Abu.
***********************************************
Sudah dua tahun Kak Noor dikahwinkan oleh Pak Hamid dengan seorang pemuda di kampung kami. Kak Noor dari awal memang tidak menyukai pemuda ini tapi dia terpaksa menurut arahan Pak Hamid bagi menutup malu. Sekarang anak lelakinya itu sudah pun berusia setahun lebih dan sudah pandai berjalan.
Kak Noor sebenarnya tidak pernah disentuh oleh suaminya sejak malam pertama. Tidak tahu dimana silapnya. Masing-masing tidak mempunyai nafsu sungguhpun mereka tidur sekatil. Sebagai wanita muda berusia 20 tahun nafsu Kak Noor kekal membara tetapi bila bersama suaminya dia tidak pernah meminta agar nafsunya dipuasi.
Sudah seperti tanggungjawabnya mengurus dusun berhampiran rumah mereka, Kak Noor hampir setiap hari meninjau dusun yang sedang berbuah lebat. Durian, cempedak dan beberapa tanaman lain tumbuh subur. Durian yang berbuah lebat telah gugur buahnya. Seperti biasa peraih dari bandar akan datang memungut buah-buah durian untuk dibawa ke bandar sebagai juadah penghuni kota.
Hari itu Pak Lazim datang lagi. Dengan lori tiga tan lelaki berusia 45 tahun itu datang seorang diri. Dan seperti dijanjikan Kak Noor sudah berada di pondok kecil dalam dusun itu menanti Pak Lazim. Di tepi pondok berpuluh-puluh biji buah durian dilonggokkan di atas tanah.
Pak Lazim menghentikan lorinya di tepi pondok durian. Dengan pantas dia mengangkat buah-buah tersebut ke dalam lorinya. Oleh kerana hari itu cuacanya panas maka Pak Lazim membuka baju yang dipakainya. Kak Noor yang duduk di muka pintu pondok memerhatikan sahaja kerja-kerja Pak Lazim.
Akhirnya semua buah durian telah berpindah ke perut lori. Berpeluh-peluh tubuh Pak Lazim selepas bertungkus-lumus mengangkat buah-buah berduri tersebut. Kak Noor memerhatikan saja tubuh Pak Lazim yang kekar berotot itu dibasahi peluh. Tubuh hitam yang basah itu berkilat-kilat bila tekena cahaya matahari.
Melihat tubuh kekar berotot-otot itu perasaan Kak Noor terhibau kembali peristiwa dua tahun lalu. Tubuh hitam seperti itulah yang memberi kenikmatan kepadanya dulu. Terbayang Pak Abu membelai tubuhnya. Terkenang kembali batang zakar Pak Abu yang berurat-urat dengan selesa keluar masuk lubang buritnya. Kak Noor terjerit nikmat bila Pak Abu memancutkan benih-benih ke dalam rahimnya. Kak Noor terkapar lesu kepuasan selepas penat bertarung.
Kak Noor tersenyum dan terasa cairan panas membasahi lurah nikmatnya. Kak Noor meraba-raba buah dadanya yang membusung dan tangan yang satu lagi meraba-raba celah kelangkangnya. Matanya terpejam bila membayangkan peristiwa dua tahun lalu.
Pak Lazim memerhati tingkah Kak Noor di pintu pondok. Pak Lazim yang berdiri di tanah berhampiran Kak Noor amat arif dengan perlakuan Kak Noor itu. Sebagai lelaki yang berpengalaman Pak Lazim faham tingkah laku wanita muda beranak satu itu. Ini peluang aku, fikir Pak Lazim. Kalau kena gayanya perempuan muda yang cantik ini akan jatuh ke tangannya. Pak Lazim tersenyum.
“Noor, Noor mengantuk ke?” Pak Lazim pura-pura bertanya.
“Aaapa Pak Lazim?” Kak Noor terkapa-kapa seperti baru bangun tidur.
“Pak Lazim tanya, Noor mengantuk ke?”
“Tak… Pak Lazim,” jawab Kak Noor tersipu-sipu. “Kalau Pak Lazim penat naiklah dulu ke pondok ni.”
“Memang penat, banyak durian hari ni.”
Kak Noor masuk ke dalam pondok dan diikuti oleh Pak Lazim. Pak Lazim pura-pura terjatuh dan badannya menghempap Kak Noor yang masih berdiri. Kedua makhluk tersebut terbaring ke lantai pondok. Pak Lazim pantas mengambil kesempatan memeluk dan mencium pipi Kak Noor.
“Maaf Noor, Pak Lazim tersandung tadi.”
“Tak apa, pondok ni memang gelap.”
Kak Noor rasa seronok bila dipeluk oleh Pak Lazim. Sudah dua tahun dia tidak dipeluk oleh seorang lelaki. Ghairahnya mula mendidih. Malah dia relah kalau Pak Lazim memeluknya lebih lama. Bau keringat di badan Pak Lazim membangkitkan nafsunya.
“Noor tak marah ke kalau Pak Lazim mencium Noor.”
“Gatallah Pak Lazim.” Kak Noor menjawab sambil tersipu malu.
Bagaikan mendapat lampu hijau Pak Lazim yang duduk berlunjur bersandar ke dinding pondok menarik Kak Noor dan merebahkan Kak Noor berbantalkan pahanya.
Tangan Pak Lazim mula merayap-rayap ke dalam baju T yang dipakai Kak Noor. Tapak tangan berkulit kasar itu meramas-ramas tetek yang agak bulat dan berisi. Kak Noor hanya memejamkan matanya sambil menikmati tindakan Pak Lazim itu.
Tangan Pak Lazim mula merayap ke dalam baju T Kak Noor. Seperti selalu Kak Noor tidak memakai baju dalam. Rimas katanya. Pak Lazim tersenyum riang. Kerja tangannya menjadi mudah. Tompokan daging kenyal itu diurut-urut dan dipicit-picit. Kak Noor terpejam penuh nikmat. Selepas beberapa minit baju T telah ditanggalkan. Kak Noor membantu memudahkan kerja Pak Lazim. Tubuh indah putih gebu itu terdedah.
Pak Lazim tersenyum riang. Kini tangannya mengosok-gosok perut dan terus merayap ke celah kelengkang Kak Noor yang masih tertutup kain batik. Kain batik itupun kemudiannya terburai. Bukit kecil berbulu hitam jarang-jarang menjadi habuan mata tua Pak Lazim. Kini jari-jarinya bermain di lurah lembah Kak Noor membuatkan Kak Noor makin terangsang. Suhu ransangan makin meningkat bila tindakan di lurah madu berlaku serentak dengan ramasan-ramasan lembut di bukut kembar. Kak Noor mengeliat kesenangan.
Pak Lazim berindak penuh pengalaman. Kini Kak Noor sudah hampir memenuhi hajat Pak Lazim kerana gelodak nafsunya bagaikan empangan yang akan pecah kerana tak dapat menahan limpahan aliran air yang deras. Begitulah rangsangan yang sedang Kak Noor hadapi dek permainan Pak Lazim yang begitu berdiplomasi. Kak Noor dibaringkan dengan cermat dan pipinya dicium mesra penuh nafsu. Pak Lazim mengunakan segala pengalaman yang ada dengan sebaik mungkin, kerana dia mahu Kak Noor benar-benar terangsang dan merelakan. Pak Lazim menepuk-nepuk penuh mesra sejalur lurah yang indah yang menjadi kegemaran pengembara seks.
Pak Lazim memainkan jari-jarinya di tebing lurah yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Kak Noor kegelian dengan meluaskan kangkangnya. Puas dengan jari-jarinya, Pak Lazim merebahkan diri dan dengan terampil mengunakan lidah kesatnya untuk meneroka lurah Kak Noor yang kini sudah mulai becak. Pak Lazim senyum dengan respons yang diberikan oleh Kak Noor. Cairan lendir yang licin dan masin itu dijilat dan ditelan penuh nafsu. Pak Lazim akan menyeksa nafsu Kak Noor biar Kak Noor merayu-rayu padanya untuk tindakan penamat.
“Pak Lazim, sedap. Lagi Pak Lazim.”
Kak Noor menendang-nendang angin. Badannya bergetar bila Pak Lazim makin gencar meneroka lurah merkah dan daging kecil di sudut alur. Kelentit Kak Noor Pak Lazim sedut macam menyedut siput gulai lemak.
Tangan Kak Noor menerawang. Badan dan paha Pak Lazim di raba-raba. Pak Lazim faham reaksi Kak Noor. Seluar panjang yang melekat di tubunya dilondeh. Batang hitam berurat bagaikan keropok lekor itu tegak bagai tiang bendera. Kak Noor dengan pantas menangkap batang besar dan dilurut-lurutnya. Ditarik rapat ke arahnya dan Pak Lazim menurut saja.
Pak Lazim bergerak rapat ke badan Kak Noor. Pantas Kak Noor merentap keropok lekor itu dan kepala bulat hitam mengkilat dijilat dan dikulum. Masin di lidah Kak Noor. Peluh Pak Lazim yang mengalir ke batang berurat itu di telan bernafsu. Beberapa minit kemudian Pak Lazim dapat merasakan cairan mazinya mula merembes keluar dari hujung kotenya.
“Cepat Pak Lazim, saya tak tahan,” Kak Noor merengek meminta-minta. Pak Lazim tersenyum. Akan kulanyak kau sehabis-habisnya, fikir Pak Lazim. Sudah lama Pak Lazim tidak mengadakan hubungan seks sejak isterinya menopause.
Pak Lazim memeluk tubuh comel Kak Noor. Sebagai salam permulaan Pak Lazim mengucup kedua bibir Kak Noor yang comel. Mereka bertukar kuluman dan hisapan lidah. Kepala bulat Pak Lazim mula menujah-nujah kearah alur lembah Kak Noor secara lembut dan perlahan. Kak Noor makin meluaskan kelangkangnya.
Pak Lazim sengaja berlama-lama di lurah basah. Pak Lazim mahu Kak Noor sendiri yang meminta agar permainan yang penuh nikmat diteruskan. Selepas menunggu lama akhirnya Kak Noor mengalah dengan merengek-rengek meminta Pak Lazim membajak lurahnya yang sudah lama banjir. Terkemut-kemut muara nikmat menunggu kepala bulat menyelaminya. Mata kuyu Kak Noor terpejam. Mulutnya terbuka sedikit. Nafasnya terengah-engah. Jantungnya berdegup kencang. Nafsunya minta dipuasi.
“Boleh Pak Lazim teruskan?” bisik lelaki tua yang penuh pengalaman itu.
“Masuklah Pak Lazim, saya dah tak tahan,” Kak Noor bersuara dengan nada benar-benar mengharap.
“Terima kasih Noor. Pak Lazim akam memberi kepuasan.”
Pak Lazim membetulkan kepala torpedonya. Ditekan kepala bulat itu sedikit demi sedikit. Kepala bulat mula tenggelam.
“Pelan-pelan Pak Lazim. Butuh Pak Lazim besar.” Kak Noor berbisik sambil merangkul badan Pak Lazim.
Pak Lazim berhenti seketika. Kepala torpedo masih di pintu gua. Ditekan lembut kepala berbentuk cendawan itu. Kak Noor bersuara manja semasa kepala pelir Pak Lazim yang kembang berkilat menyelam lebih dalam. Kak Noor mengetap bibir semasa Pak Lazim sedang membenamkan keropok lekornya sedikit demi sedikit. Pak Lazim senyum puas setelah tongkat saktinya berjaya masuk makin dalam. Badan Kak Noor bergegar kuat. Pahanya terketar-ketar. Kemutan demi kemutan makin pantas.
Kak Noor merasai kenikmatan tak terhingga. Dua tahun dulu perasaan inilah yang dinikmatinya. Kak Noor membuka mata sambil melemparkan satu senyuman manja kepada Pak Lazim. Pak Lazim menyambut senyuman Kak Noor dengan mengucup kedua-dua bibir sebelum menyonyot tetek Kak Noor yang berisi. Bibir lebam itu berlegar-legar di pangkal tetek. Kak Noor sudah hilang pertimbangan dengan melajukan pergerakan punggungnya. Diayak kiri kanan. Pak Lazim faham dan melajukan tujahannya agar Kak Noor mencapai kepuasan dengan sempurna. Pak Lazim dapat rasakan muara Kak Noor makin bertambah banjir.
Kak Noor menjerit nikmat. Badannya menggigil dan tindakannya mengendur. Pak Lazim faham bahawa Kak Noor telah selesai pertarungannya. Pak Lazim meneruskan henjutannya walaupun Kak Noor telah menyerah. Pak Lazim tahu bahawa orang perempuan akan bangkit semula nafsunya bila terus diusik. Pak Lazim masih meneruskan pertarungan sudah hampir 30 minit. Berkali-kali Kak Noor menikmati kepuasan. Melihatkan Kak Noor sudah keletihan tidak bermaya, Pak Lazim melajukan tujahannya dan akhirnya Pak Lazim melepaskan satu ledakan padu dan menembakkan peluru airnya ke pangkal rahim Kak Noor. Berdas-das dilepaskan peluru nikmatnya. Badan Kak Noor dirangkul kemas. Kak Noor terkapar kepuasan.
Kegersangan selama dua tahun telah diairi. Kak Noor puas bagaikan pengembara haus di padang pasir mendapat air minuman. Kak Noor merayu supaya Pak Lazim bertarung satu pusingan lagi sebelum pulang. Pak Lazim dengan rela hati memenuhi kehendak Kak Noor. Kedua makhluk berlainan jantina ini puas sepuasnya.
Masih ada hari esok, bisik Pak Lazim di telinga Kak Noor. Kak Noor tersenyum manis menunggu matahari naik di ufuk timur esok hari….
****************************************************
Sudah seperti tanggungjawabnya mengurus dusun berhampiran rumah mereka, Kak Noor hampir setiap hari meninjau dusun yang sedang berbuah lebat. Durian, cempedak dan beberapa tanaman lain tumbuh subur. Durian yang berbuah lebat telah gugur buahnya. Seperti biasa peraih dari bandar akan datang memungut buah-buah durian untuk dibawa ke bandar sebagai juadah penghuni kota.
Hari masih pagi, pukul sepuluh pagi. Kak Noor telah mengumpulkan durian yang luruh malam tadi. Durian tersebut dilonggok di tepi pondok. Kak Noor menunggu kedatangan Pak Lazim. Dia terkenang peristiwa minggu lalu, peristiwa yang membuat jiwanya benar-benar puas. Dan jasmaninya juga puas dilayan dengan baik oleh Pak Lazim. Bila membayangkan itu tiba-tiba saja ada cairan hangat mengalir keluar dari rongga kemaluan Kak Noor.
Bila terkenang Pak Lazim, Kak Noor terbayang peristiwa dua tahun lalu ketika dia pertama kali mengenali nikmatnya seks. Tubuh kekar hitam berotot kepunyaan Pak Abu telah memberi kenikmatan kepadanya dulu. Terbayang Pak Abu membelai tubuhnya. Terkenang kembali batang zakar Pak Abu yang berurat-urat dengan selesa keluar masuk lubang buritnya. Pada mulanya terasa sakit tapi bertukar sedap kemudiannya. Kak Noor terjerit nikmat bila Pak Abu memancutkan benih-benih ke dalam rahimnya. Kak Noor terkapar lesu kepuasan selepas penat bertarung.
Kak Noor tersenyum dan terasa cairan panas membasahi lurah nikmatnya. Kak Noor meraba-raba buah dadanya yang membusung dan tangan yang satu lagi meraba-raba celah kelangkangnya. Matanya terpejam bila membayangkan peristiwa dua tahun lalu.
Adegan demi adegan terlintas di layar ingatan Kak Noor. Seperti terasa-rasa bila Pak Lazim memainkan jari-jarinya di tebing lurah yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Kak Noor kegelian dengan meluaskan kangkangnya. Puas dengan jari-jarinya, Pak Lazim merebahkan diri dan dengan terampil mengunakan lidah kesatnya untuk meneroka lurah Kak Noor yang kini sudah mulai becak. Pak Lazim senyum dengan respons yang diberikan oleh Kak Noor. Cairan lendir yang licin dan masin itu dijilat dan ditelan penuh nafsu. Nafsu Kak Noor rasa terseksa dilayan seperti itu oleh Pak Lazim.
Kak Noor masih ingat bila dia hilang sabar ketika merentap keropok lekor kepunyaan Pak Lazim dan kepala bulat hitam mengkilat dijilat dan dikulum. Masin di lidah Kak Noor. Peluh Pak Lazim yang mengalir ke batang berurat itu di telan bernafsu. Kak Noor dapat merasai cairan mazi Pak Lazim mula merembes keluar dari hujung kotenya.
Kak Noor mengelus tundunnya. Terasa basah di celah kangkangnya. Jelas terbayang bila Pak Lazim menekan lembut kepala berbentuk cendawan itu. Kak Noor bersuara manja semasa kepala pelir Pak Lazim yang kembang berkilat menyelam lebih dalam. Kak Noor mengetap bibir semasa Pak Lazim sedang membenamkan keropok lekornya sedikit demi sedikit. Kak Noor dapat melihat Pak Lazim tersenyum puas setelah tongkat saktinya berjaya masuk makin dalam. Badan Kak Noor bergegar kuat. Pahanya terketar-ketar. Kemutan demi kemutan makin pantas.
Kak Noor merasai kenikmatan tak terhingga. Dua tahun dulu perasaan inilah yang dinikmatinya. Kak Noor membuka mata sambil melemparkan satu senyuman manja kepada Pak Lazim. Pak Lazim menyambut senyuman Kak Noor dengan mengucup kedua-dua bibir sebelum menyonyot tetek Kak Noor yang berisi. Bibir lebam itu berlegar-legar di pangkal tetek. Kak Noor sudah hilang pertimbangan dengan melajukan pergerakan punggungnya. Diayak kiri kanan. Pak Lazim faham dan melajukan tujahannya agar Kak Noor mencapai kepuasan dengan sempurna. Pak Lazim dapat rasakan muara Kak Noor makin bertambah banjir. Akhirnya badan Kak Noor mengejang dan cairan kepuasan terpancut dari rongga buritnya.
Kak Noor seperti tak sabar menunggu kedatangan Pak Lazim. Kak Noor tersenyum bila dia mendengar bunyi lori dan jelas terlihat lori berkepala merah itu bergerak menghampiri pondoknya. Lori kepala merah berhenti betul-betul di sisi pondok Kak Noor. Kak Noor tersenyum saja melihat lori tersebut tapi dia tiba-tiba terkaku dan kecewa bila yang turun dari lori tersebut bukan Pak Lazim tetapi seorang lelaki india. Angan-angan Kak Noor musnah. Lain yang diharap lain pula yang tiba.
“Noor, Pak Lazim tak dapat datang. Dia suruh saya ganti,” lelaki india itu bersuara agak fasih.
Kak Noor melihat lelaki india tersebut. Dari mana dia tahu nama aku, fikir Kak Noor. Mungkin Pak Lazim memberitahunya. Direnung dan diamati lelaki di hadapannya itu. Perawakannya agak kurus tinggi dan masih muda, mungkin dalam lingkungan usia 25 tahun. Biasalah seperti orang india kebanyakan, kulitnya agak gelap.
“Kenapa Pak Lazim tak datang, dia sakit ke?” tanya Kak Noor.
“Dia tak sakit, isterinya yang sakit. Dia bawa isterinya ke hospital,” jawab lelaki india tersebut.
Tanpa disuruh lelaki india tersebut mula memuatkan durian yang telah terkumpul masuk ke dalam lorinya. Berpeluh-peluh badanya dan bajunya basah kuyup. Bila semua durian dimasukkan ke dalam lori lelaki india tersebut yang kemudiannya dikenali sebagai Kumar tercungap-cungap keletihan.
“Penatnya, Noor boleh minta segelas air.” Minta Kumar sambil membuka bajunya yang basah.
“Naiklah ke pondok, nanti saya ambil air,” jawab Noor sambil memandang badan Kumar yang dipenuhi bulu.
Kumar naik ke pondok dan mengibas-ngibas badannya yang berpeluh. Kak Noor menyerah gelas air kepada Kumar dan sekali teguk seluruh isi gelas mengalir melalui kerongkongnya. Kak Noor memerhati saja dan dia tercium bau peluh Kumar sungguh keras. Bau peluh lelaki india tersebut merangsang ghairah Kak Noor.
“Kumar, kamu dah kahwin?” tanya Kak Noor memulakan bicara.
“Sudah, baru saja mendapat anak pertama. Sekarang isteri saya dalam pantang.”
“Jadi kamupun sedang pantang lah?”
“Mana ada orang lelaki pantang.”
“Maksud saya kamu sekarang tengah puasalah.”
“Puasa? Mana ada orang india puasa.” Jawab Kumar tulus.
“Maksud saya puasa tak sentuh isteri.”
“Kalau yang itu sudah tiga bulan puasa.”
“Kamu tak mahu buka puasa?” tanya Kak Noor menggoda.
“Dengan awak ke?” tanya Kumar menduga.
“Yalah, siapa lagi.”
Kumar merenung Kak Noor. Perempuan melyu ini masih muda dan cantik orangnya. Berkulit putih halus dan berbibir merah basah. Ini satu tawaran yang amat bagus, fikir Kumar. Sudah lama dia teringin merasai perempuan melayu. Sekarang di tengah dusun durian ini tak terduga datangnya. Pucuk dicita ulam mendatang, fikir Kumar lagi. Tak salah rasanya menerima tawaran ini.
“Boleh saja, apa salahnya. Sudah lama saya tak bersama isteri.”
Kak Noor membayangkan tentu lelaki ini akan bertindak ganas kerana lama tak bersama perempuan. Tindakan kasar dan ganas seorang lelaki amat digemari Kak Noor. Dijeling dan tersenyum kepad Kumar seperti memberi lampu hijau. Kumar mendekati Kak Noor dan badan perempuan cantik itu dirangkulnya. Kumar kemudian menjilat leher Kak Noor sambil tangannya mengusap punggung padat isteri muda yang tak pernah disentuh oleh suaminya. Kak Noor berasa geli-geli bila Kumar meramas lembut buah dadanya. Kemudian Kak Noor rasa tangan Kumar mengusap-ngusap cipap Kak Noor. Kak Noor rasa stim kata orang-orang muda. Cipap Kak Noor terasa basah. Lepas tu Kumar menyingkap kain batik Kak Noor sampai paras dada. Sebahagian aurat Kak Noor mula terdedah.
Kumar memegang lembut kedua paha Kak Noor. Kumar kemudian menguak kedua paha tersebut hingga Kak Noor terkangkang. Kumar kemudiannya meletakkan mukanya ke celah kelangkang Kak Noor. Terasa benda lembut menjilat-jilat cipap Kak Noor. Geli-geli bertambah liar. Kak Noor kangkang makin luas kerana keenakan dan Kumar nampaknya makin ganas di celah kelangkang Kak Noor…Aduhhh syoknya. Kak Noor tak pernah rasa begitu enak. Kumar jilat cipap Kak Noor. Burit merah dengan bibir tebal itu membakar keinginan Kumar. Nafsunya bertambah hangat.
Lepas tu Kumar bangun, Kak Noor rasa macam tak sudah. Kumar membuka seluar yang melekat di badannya. Tersembullah senjata Kumar. Besar betul dan panjang pula. Hitam legam macam kepunyaan Pak Abu dan Pak Lazim juga. Kak Noor rasa kepunyaan Kumar lebih panjang dari Pak Abu maupun Pak Lazim. Tapi yang sungguh jelas perbezaannya ialah butuh Kumar ada kulup. Lelaki india ini tak sunat rupanya, fikir Kak Noor. Tiba-tiba saja Kak Noor terasa ingin mencuba senjata yang tak bersunat pula.
Kak Noor melihat senjata Kumar telah tegang terpacak dan kembang macam ular tedung. Kumar menyuakan senjatanya pada Kak Noor. Kepala senjatanya macam kepala kura-kura menjenguk keluar dari kulit kulup. Kak Noor pegang dan ramas-ramas batang hitam tersebut. Terasa berdenyut-denyut dalam gemgamannya. Dilurut-lurut dan dilancap-lancap batang kulup tersebut sehingga kepala hitam yang berkilat keluar masuk sarung kulupnya. Kak Noor bermain-main dengan kulit kulup dan menggulung-gulungnya macam memggulung ketayap di bulan puasa. Ketayap bulan puasa warna hijau muda kerana pewarna air daun pandan tapi yang ini ketayap hitam. Kak Noor tersenyum dengan tindakannya tersebut.
Kumar pula seperti tak sabar ingin merasai kehangatan bibir dan mulut wanita muda tersebut. Dia lantas memegang kepala Kak Noor lalu menyuakan senjatanya ke dalam mulut Kak Noor. Kak Noor menjilat dan mengulum batang hitam kenyal tersebut. Kumar dapat merasai mulut Kak Noor sungguh suam. Kepala pelirnya yang terloceh itu terasa hangat. Kumar geli dan enak. Terasa sungguh nikmat bila wanita melayu bermulut comel sedang membelai batang hitamnya. Dari dulu lagi Kumar berangan-angan ingin merasai perempuan melayu. Dia sungguh bahagia bila angan-angannya menjadi kenyataan.
Kumar tak mampu bertahan lebih lama. Kepala pelirnya yang sensitif itu teramat geli dan jika berlama-lama maninya pasti terpancut dalam mulut Kak Noor. Kumar tak mahu ini berlaku kerana dia ingin merasai burit perempuan melayu. Sehingga usia 25 tahun dia hanya merasai satu burit saja iaitu burit Rajakumari, bininya. Kumar mengeluarkan senjatanya dari mulut Kak Noor. Kumar merebahkan Kak Noor ke atas tikar mengkuang di dalam pondok tersebut. Dia menjilat-jilat dan meramas-ramas tubuh Kak Noor. Kak Noor balas merangkul badan Kumar. Kak Noor raba belakang badan Kumar. Kak Noor seronok sebab badan Kumar berbulu dan senjatanya besar.
Kak Noor mula membayangkan kalaulah senjata ini masuk ke cipap Kak Noor, alangkah sedapnya. Kak Noor memegang senjata Kumar dengan tangan kanan. Memang besar, segenggam rasanya. Cipap Kak Noor dah lenjun rasanya. Kumar masih lagi meramas-ramas, menjilat serta mencium ke seluruh badan Kak Noor.
Kumar kemudian memcelapak ke celah kangkang Kak Noor. Lepas tu Kak Noor rasa ada benda menusuk cipapnya. Sikit demi sikit senjata Kumar memasuki cipap Kak Noor. Kira-kira sebahagiannya masuk, Kumar berhenti kemudian menarik keluar senjatanya. Kak Noor tak sabar menunggu senjata besar panjang itu menyelam sepenuhnya ke dalam rongga buritnya. Kak Noor memegang punggung Kumar dan ditarik ke bawah. Kumar terus menusuk cipap Kak Noor perlahan-lahan sehingga santak. Kumar berhenti sekejap merendamkan senjatanya sambil meramas budah dada Kak Noor. Kak Noor paut punggung Kumar kuat-kuat. Kemudian Kumar menarik keluar senjatanya sehingga separuh jalan lalu menusuknya kembali. Dua tiga kali diulang-ulang. Kak Noor macam orang mabuk, mabuk cinta. Kak Noor goyang-goyangkan punggung, diayak kiri kanan.
Lepas tu Kumar keluarkan terus senjatanya dan bangun. Terkapai-kapai Kak Noor sebab belum puas. Kak Noor merayu supaya Kumar meneruskan. Kumar membalikkan badan Kak Noor. Kak Noor dah tertiarap di atas tikar. Kemudia Kumar meniarap atas belakang Kak Noor. Terasa senjata Kumar merayap-rayap kat punggung Kak Noor. Kedua-kedua tangan Kumar merasa-ramas buah dada Kak Noor dengan agak kuat. Sekali-sekali jarinya menggentel puting Kak Noor. Mulut Kumar pulak menjilat-jilat belakang tengkuk Kak Noor. Kak Noor rasa sungguh enak dan macam nak pitam rasanya.
Lepas itu Kumar memegang punngung Kak Noor sambil menarik ke atas menyebabkan Kak Noor tertonggeng. Lepas tu terasa senjata Kumar yang besar dan berkulup tu memasuki cipap Kak Noor dari arang belakang. Sampai separuh senjatanya masuk, Kak Noor menyondolkan punggungnya ke belakang. Lepas tu Kumar menyorong tarik senjatanya sambil dia memegang punggung Kak Noor. Di selang-seli pulak dengan Kumar meramas-ramas buah dada Kak Noor. Adoii seronok dan nikmat betul. Kak Noor tak pernah rasa sebegini seronok. Batang berkulup yang besar panjang itu keluar masuk dengan lancar. Kumar dapat merasai lubang Kak Noor sungguh ketat.
Kumar melajukan lagi sorong tariknya. Kumar mula mengeluarkan bunyi macam kerbau nak kena sembelih. Kak Noor juga kemutkan buritnya dengan kuat. Makin laju disorong-tarik Kak Noor makin seronok. Kak Noor gorangkan punggung sambil mengemut. Lepas tu Kumar berhenti sorong tarik dan dia baringkan pulak Kak Noor telentang. Kumar ambil satu bantal di tepi dinding dan meletakkannya di bawah punggung Kak Noor. Kak Noor tengok senjata Kumar hitam berkilat dan kembang, keras macam batang kayu. Kulupnya tersingkap banyak. Kak Noor rasa bertuah kerana dapat merasai senjata berkulup lelaki india yang besar dan panjang.
Kumar kembali menusuk cipap Kak Noor dan tanpa berlengah lagi menyorong tarik dengan lajunya…Dia mengerang keenakan. Kak Noor juga berpaut kuat pada punggung Kumar setiap kali Kumar tarik keluar senjatanya Kak Noor tarik punggung dia ke bawah. Kak Noor lonjakkan pulak punggung Kak Noor ke atas. Kak Noor kemut dan jugak gorang-goyangkan punggungnya. Di luar hujan mula turun mencurah-curah. Kak Noor rasa selamat kerana tak akan ada orang yang datang. Kumar sorong tarik makin laju. Kak Noor juga dah tak tahan rasanya dan dia mula mengerang dan menjerit keenakan.
Kak Noor makin kuat mengemut dan menggoyangkan punggung. Kak Noor rasa nak meletup. Tiba-tiba Kak Noor terasa kejang. Kedua-dua kaki Kak Noor pautkan ke pinggang Kumar, tangan pula Kak Noor pautkan pada bahu Kumar. Kak Noor tak sedar Kak Noor tergigit dada Kumar. Kak Noor tak boleh kawal langsung. Hampir setengah minit Kak Noor terasa meletup. Rupanya Kumar pun kejang jugak. Dia bercakap macam merapu bunyinya.
“Aku dah tak tahan, pancut luar atau dalam?” Suara Kumar bergetar di telinga Kak Noor.
“Pancut dalam, saya nak hamil anak kamu,” Kak Noor menjawab penuh nafsu.
Belum habis jawapan Kak Noor, Kumar melepaskan berdas-das peluru air dari muncung pelirnya. Dalam cipap yang terasa panas Kumar memancutkan maninya yang juga panas. Kak Noor dapat merasai pangkal rahimnya disirami benih-benih india yang sudah lama berpuasa. Kak Noor menggigil kelazatan bila benih-benih Kumar yang hangat menyembur pangkal rahimnya. Terbeliak matanya bila sperma Kumar berlumba-lumba menerpa ke dalam rahim mencari ovum untuk dibuahi. Sungguh banyak mani Kumar memenuhi rahim wanita melayu tersebut. Kak Noor harap benih hindu itu akan tumbuh subur dalam rahimnya.
Akhirnya kedua manusia tersebut terdampar keletihan di atas tikar. Kak Noor rasa betul-betul puas. Lebih nikmat dan lebih puas bila dia bersama Pak Lazim minggu lepas. Handal sekali Kumar ni. Kak Noor berterus terang dan memuji kehandalan Kumar. Kak Noor memberitahu Kumar dia ingin mengulanginya lagi. Dia ingin merasai butuh Kumar yang berkulup itu. Kak Noor mula membandingkan kehebatan Pak Abu dan Pak Lazim. Bagi Kak Noor butuh kulup lelaki india ini memang handal. Dia membayangkan bagaimana rasanya kulup benggali, cina dan mat saleh. Malah kalau boleh Kak Noor ingin merasai kulup negro..
Kak Noor bagaikan terasa-rasa batang besar keluar masuk lubang buritnya. Batang Pak Lazim yang berurat-urat dengan kepala besar seperti menggaru-garu dinding terowong nikmatnya. Batang Kumar yang hitam legam dan tak bersunat itupun gagah membenam lubang sempitnya. Bila terkenang batang-batang besar dan panjang kepunyaan Pak Lazim dan Kumar membuat lubang burit Kak Noor terkemut-kemut. Butuh melayu bersunat dan butuh hindu berkulup sama-sama hebat bagi Kak Noor.
Kak Noor yang sedang menunggu di pondok durian seperti tak sabar menanti ketibaan lelaki-lelaki tersebut. Kak Noor tak kisah siapa saja yang datang. Pak Lazim boleh, Kumar pun boleh. Bagi Kak Noor dia amat mengharapkan batang besar dapat meredakan gatal dan miang di lubang buritnya. Kak Noor terlonjak riang bila mendengar bunyi lori mendekati pondok duriannya. Dari bayangan di cermin hadapan lori Kak Noor percaya yang datang kali ini adalah Pak Lazim. Lelaki separuh baya yang masih gagah dan amat berpengalaman. Kak Noor masih ingat dia mengerang sakan bila dia dibuli dan diacah-acah oleh Pak Lazim.
“Pak Lazim, naiklah dulu.”
Kak Noor memanggil Pak Lazim yang baru saja mematikan enjin lorinya di tepi pondok Kak Noor. Di tepi pondok Pak Lazim nampak ada longgokan durian. Dia berhasrat untuk memasukkan buah-buah tersebut ke dalam lorinya terlebih dulu tapi dia menangguhkan niatnya bila dia dipanggil Kak Noor. Pak Lazim berjalan pelan dan melangkah masuk ke pondok. Tiba-tiba satu kucupan hinggap di bibir Pak Lazim. Pak Lazim terkejut tetapi membiarkannya. Kak Noor ulangi lagi mencium bibir Pak Lazim sambil memeluk erat badan Pak Lazim. Tindakan drastik Kak Noor membuatkan Pak Lazim terkapai-kapai dan terhoyong-hoyong di lantai pondok.
Pak Lazim dapat merasakan buah dada Kak Noor menghempap dadanya. Pejal rasanya. Badan Kak Noor menindih tubuh Pak Lazim. Pak Lazim dapat rasakan nafas Kak Noor yang panas di mukanya. Tundun pantat Kak Noor mengosok-gosok batangnya yang masih lembik di dalam seluar. Segala-galanya berlaku dengan pantas. Walaupun fikiranya ingin menolak Kak Noor dari atas badan, hatinya berkata sebaliknya, malah batangnya juga seolah-olah menarik tundun pantat tembam Kak Noor untuk terus melekat di situ. Ciuman bertalu di muka Pak Lazim membuatkan Pak Lazim lemas. Serangan lidah Kak Noor ke dalam mulut Pak Lazim menbangkitkan ghairahnya.
“Eh Noor, kenapa ni?” Pak Lazim bertanya kehairanan dengan tindakan spontan Kak Noor itu.
“Saya perlu ini Pak Lazim,” Kak Noor menjawab sambil meraba-raba batang kemaluan Pak Lazim.
Kak Noor mengucup dan membelai dada Pak Lazim. Pak Lazim menggelinjang kegelian bila lidah Kak Noor mencuit dan menjalar di dadanya. Pak Lazim faham bahawa Kak Noor sekarang sedang miang dan mengharap belaian seorang lelaki.
Pak Lazim spontan mengucup jari Kak Noor. Batang Pak Lazim terangguk-angguk menyetujui tindakannya dan menahan gelora yang membakar tubuh. Pak Lazim kulum jari Kak Noor sambil Kak Noor berterusan mengulum puting kecil dan membelai dada Pak Lazim. Kak Noor tahu di situ kelemahan Pak Lazim. Pak Lazim tidak mampu lagi melawan rangsangan Kak Noor.
Semakin lama, semakin ke bawah lidah Kak Noor turun bermain-main di pusat. Pak Lazim kegelian bercampur nikmat. Tangan Kak Noor merungkai tali pinggang dan seluar Pak Lazim dan menolak ke bawah dan mengelus lembut paha Pak Lazim. Pak Lazim memejamkan matanya. Pak Lazim biarkan. Pak Lazim tak peduli lagi. Pak Lazim dibuai kenikmatan bila tangan Kak Noor begitu mengasyikan membelai dan mengusap batangnya yang keras dan berdenyut-denyut itu. Terutamanya apabila Kak Noor menyentuh kepala cendawan yang mengembang itu.
Baru kini Kak Noor dapat melihat dari dekat, batang 7 inci Pak Lazim yang besar, gemuk serta kepala batang macam cendawan. Kak Noor genggam dan mainkan dipipi dan dagunya. Kak Noor semakin yakin, Pak Lazim tidak akan menolak lagi. Kak Noor yakin kepala cendawan itu akan dapat menyirami kegersangan pantatnya. Kak Noor tahu dan yakin kerana tangan Pak Lazim turut menggapai dan turun ke buah dadanya.
“Aaaahhh….Noor.” Satu keluhan panjang terbit dari mulut Pak Lazim sebaik sahaja lidah Kak Noor mencuit kepala batang Pak Lazim.
Kak Noor dah ada pengalaman. Sejak dia pertama kali menjilat dan mengisap batang butuh berkulup kepunyaan Kumar maka dia jadi gian untuk mengulum batang lelaki. Sekarang batang coklat gelap kepunyaan Pak Lazim telah berada di hadapannya. Kak Noor jelirkan lidahnya menyentuh kepala batang Pak Lazim. Tangannya mengurut batang Pak Lazim dengan lembut. Lidah Kak Noor menjalar ke batang dan kerandut telur menambahkan lagi denyutan batang Pak Lazim yang telah keras.
Akhirnya tangan Pak Lazim berjaya menyentuh buah dada Kak Noor. Pak Lazim selak t-shirt Kak Noor dari bawah. Pak Lazim elus buah dada kiri dengan tangan kanan sehingga putingnya membesar dan keras. Tak cukup tangan Pak Lazim membelainya. Berhadapan dengan wanita muda dan cantik di hadapannya itu membuat semangat Pak Lazim kembali muda. Benjolan daging kenyal digenggam dan diramas dengan geramnya.
Kak Noor tak menunggu lebih lama. Kak Noor masukkan batang Pak Lazim ke dalam mulutnya sampai ke tekak. Tangan kanan Kak Noor membelai dan mengusap manja kerandut telur. Kuluman mulutnya pada batang Pak Lazim membuatkan kaki Pak Lazim semakin mengangkang. Kak Noor sedut dan kemam batang Pak Lazim kemas-kemas. Kak Noor kulum sambil lidahnya menbuat jilatan keseluruhan batang Pak Lazim.
“Urgghhhh…Noor, sedapnya Noor,” keluh Pak Lazim sambil meramas-raman buah dada Kak Noor yang tegang dan besar itu.
Terlalu nikmat Pak Lazim rasakan. Telah lama Pak Lazim tidak mendapat nikmat batangnya dikulum begitu hebat. Luar biasa Pak Lazim rasakan kuluman Kak Noor. Geli campur nikmat bila lidah Kak Noor menjilat kepala batangnya. Pak Lazim dapat rasakan batangnya mengembang dalam mulut Kak Noor dan semakin bertambah besar.
Pak Lazim tak mahu menunggu lebih lama. KakNoor dirangkul dan dibaringkan di lantai atas tikar mengkuang. Tangan Pak Lazim beralih arah. Pak Lazim cuit punggung Kak Noor. Pak Lazim tak boleh biarkan Kak Noor mengganyang dirinya saja. Tangan kanan Pak Lazim menyentuh betis Kak Noor dan Kak Noor turut membantu mengengsot makin rapat dengan Pak Lazim. Kak Noor dapat rasakan tangan Pak Lazim menjalar masuk ke dalam kain batiknya. Dia tahu hala tuju tangan Pak Lazim. Kak Noor buka sedikit kangkangannya memudahkan pergerakan tangan Pak Lazim. Sememangnya dia tidak memakai seluar dalam apabila berada di rumah ataupun di pondok durian.
Punggungnya dirapatkan ke badan Pak Lazim. Pak Lazim terkejut mendapat punggung Kak Noor sememangnya terdedah. Bukan itu, malah alur pantat temban itu juga tidak berbungkus kecuali kain batik sahaja. Usapan tangan Pak Lazim bermain-main di alur punggung. Pantat Kak Noor terkemut-kemut menahan nikmat dan semakin basah.
Jari telunjuk Pak Lazim menyentuh bulatan muka pintu bontot Kak Noor. Lubang bontot Kak Noor mengemut bila tersentuh jari Pak Lazim. Jari Pak Lazim turun lagi menyentuh alur pantat licin bercukur yang telah basah dan terbuka. Sentuhan jari Pak Lazim di kelentit Kak Noor menyebabkan Kak Noor terpejam mata meratah batang Pak Lazim.
“Pak Lazim… aahhh… “ keluh Kak Noor perlahan.
Apabila jari Pak Lazim dibasahi lendir pantat Kak Noor, jari Pak Lazim naik semula dan membuat pusaran di lubang bontot Kak Noor. Pak Lazim main-mainkan jari telunjuk di situsebelum mula mencucuk masuk. Kak Noor kemut kuat. Pak Lazim ulangi lagi, Kak Noor kemut lagi. Pak Lazim buat berulangkali sehingga akhirnya jari Pak Lazim terbenam dalam lubang bontot Kak Noor yang panas. Kak Noor meneruskan kuluman di batang Pak Lazim yang keras macam besi. Panas batang Pak Lazim di dalam mulut Kak Noor. Air mazi bercampur dengan air liur Kak Noor di telannya.
Pak Lazim merungkai ikatan kain batik Kak Noor dan menariknya keluar. Kak Noor membantu sambil mulutnya terus mengulum batang Pak Lazim. Terserlah pantat tembam basah lencun di depan muka Pak Lazim. Bau pantat yang merangsang itu menambahkan gelora nafsu Pak Lazim. Pak Lazim mengangkat punggung Kak Noor dan lidahnya mencecah alur pantat yang lencun terus ke lubang yang terkemut-kemut itu. Tersentak Kak Noor bila hujung lidah itu menjulur masuk ke dalam lubang pantatnya dan berpusing-pusing di situ. Mulut Pak Lazim pantas menbuat sedutan di lubang sambil bibirnya mengemam kelentit yang tegang itu.
Tangan Pak Lazim meramas-ramas buah dada bengkak Kak Noor yang masih ditutup dengan t-shirt tanpa coli. Kak Noor keenakkan mengoyang-goyangkan dan menonyohkan pantatnya ke muka Pak Lazim manakala mulutnya makin pantas mengulum dan lidahnya menjilat-jilat batang Pak Lazim sehingga punggung Pak Lazim terangkat-angkat.
Sedutan ke atas kelentit dan mainan ibujari Pak Lazim ke atas biji kelentit Kak Noor membuat Kak Noor makin tak tertahan kesedapan. Kak Noor makin lemas, nafasnya makin kencang sehingga dia menggigit manja batang keras Pak Lazim kerana kesedapan yang amat sangat.
“Pak Lazim, Noor dah tak tahan…” rayu Kak Noor.
Pak Lazim berhenti dan masih dalam keadaan terlentang dengan batang tegaknya digenggam kemas Kak Noor. Mata Kak Noor bersinar-sinar keghairahan. Kak Noor segera mengadap Pak Lazim dan menanggalkan t-shirtnya. Terserlahlah selambak buah dada Kak Noor di depan mata Pak Lazim. Buah dada yang masih mengkal, besar dengan putingnya hitam mencuat ke atas, besar. Buah dada yang selalu menjadi perhatian lelaki termasuklah Pak Lazim sendiri. Batang Pak Lazim tambah berdenyut-denyut melihat pemandangan yang indah itu. Pantat Kak Noor yang tembam dan basah itu licin bersih menambahkan keindahan tubuh Kak Noor.
Kak Noor dengan tidak sabar-sabar lagi mengangkang di atas badan Pak Lazim, menurunkan perlahan-lahan badannya ke bawah sambil tangan kanannya memegang batang tegak Pak Lazim mengarahkannya ke lubang pantatnya yang terbuka itu sehingga menyentuh kepala cendawan yang berkilat itu. Kepala cendawan itu di gosok-gosokkan sekeliling lubang pantatnya dan menyentuh kelentit yang tegang menyebabkan Kak Noor mendengus perlahan. Kemudian secara tiba-tiba Kak Noor menhempapkan punggungnya menyebabkan batang keras Pak Lazim menjunam ke lubang pantat Kak Noor masuk kesemuanya sampai ke pangkal.
“Argghhh….besarnya… Unghh…panjangnya..,” Keluh Kak Noor sebaik sahaja batang Pak Lazim terendam di dalam lubang pantatnya yang hangat itu dan kepala cendawan itu menyentuh batu meriyan sehingga kepala Kak Noor terdongak ke belakang kesedapan.
Pak Lazim turut merasakan kehangatan lubang pantat Kak Noor yang sedang mencengkam keliling batangnya. Pak Lazim diamkan diri. Mulutnya pantas mencekup dan melahap buah dada Kak Noor yang tergantung tegang itu. Lidahnya bermain-main dengan puting tegang sambil mulutnya terus menyonyot buah dada seolah-olah seperti kanak-kanak kecil yang dahagakan susu. Kedua-dua tangan Pak Lazim meramas-ramas bontot bulat Kak Noor yang menjadi kegeramannya itu. Pak Lazim menahan Kak Noor dari membuat sebarang gerakan kerana ingin terus merasa kehangatan lubang pantat itu dan kemutan dinding rahim ke atas batang dan kepala cendawannya. Sememangnya lubang pantat yang basah dan hangat sentiasa membuatkan lelaki akan ketagihan. Tambahan pula dengan makanan tambahan seperti jamu menambahkan lagi keenakan kepada batang lelaki yang terendam itu.
Tangan Pak Lazim beralih meramas-ramas buah dada Kak Noor sambil mulutnya berganti-ganti menghisap kedua buah dada itu. Pak Lazim menguli-uli, meramas-ramas diselangselikan dengan jilatan dan hisapan ke atas puting serta sedutan yang agak kuat sekali sekala ke atas buah dada Kak Noor sehingga Kak Noor mendesis dan mendakap kepala Pak Lazim rapat ke dadanya. Kerana merasakan sensasi kesedapan putingnya dihisap sampai ke dalam lubang pantatnya yang padat dengan batang keras itu membuatkannya terkemut-kemut dan berdenyut-denyut. Sememang nikmat persetubuhan kalau tak disertakan dengan hisapan dan mainan mulut ke atas buah dada umpama makan tanpa minum air.. tak puas..
Kak Noor makin mengelinjang mendesis kesedapan apabila batang Pak Lazim mula keluar masuk perlahan-lahan. Gerakan perlahan Pak Lazim menujah keluar masuk membuatkan Kak Noor semakin tidak tertahan kesedapan yang amat sangat.
“Pak Lazim, sedapnya…laju lagi Pak Lazim, laju…..”
Rayu Kak Noor yang mengemut-gemut batang Pak Lazim dengan kerap memberikan rasa sensasi yang lebih kepada lubang pantatnya dan batang Pak Lazim.
“Sempitlah lubang Noor, sedap… kemut Noor, kemut….,” Pak Lazim juga mendesah kesedapan.
Pak Lazim ikut rentak Kak Noor. Dari bawah Pak Lazim hayun punggung ke atas. Dari atas Kak Noor menekan ke bawah sehingga santak ke pangkal batang Pak Lazim yang lecah lencun itu. Batang Pak Lazim lencun dengan air mazi Kak Noor. Pantat Kak Noor becak di tujah oleh batang besar Pak Lazim. Berdecup, decup bunyi irama alu bertemu lesung.
Kak Noor semakin tak tertahan dengan kenikmatan yang di terima. Kak Noor mencium seluruh muka Pak Lazim, meremang batang leher Pak Lazim. Hentakan punggung Kak Noor makin laju bersama ayakan gaya gerudi menyebabkan Pak Lazim mendesis-desis kesedapan. Nafas Kak Noor makin kencang. Gerakan Kak Noor makin tak teratur. Pak Lazim memegang punggung dan pinggang Kak Noor untuk megawal gerakan punggung Kak Noor yang makin laju dengan tubuhnya yang meliuk-liuk. Mata Kak Noor terpejam menikmati kesedapan yang amat sangat. Lubang pantatnya berdenyut-denyut dan terkemut-kemut. Hentakannya makin laju…
“Nor dah nak sampai, aahhh…”
Kak Noor tak mampu berkata-kata lagi bila gerakan terakhirnya menghentak sekuat hatinya batang Pak Lazim sampai ke pangkal sambil mengemut kuat sehingga terasa air maninya keluar mencurah membasahi batang Pak Lazim seperti terkencing. Akhirnya Kak Noor rebah keletihan di atas dada bidang Pak Lazim. Mulutnya menyonyot kecil puting Pak Lazim. Pak Lazim tak perlu mempelbagaikan posisi mendatangi Kak Noor. Kak Noor memang selesa bermain di atas kerana dapat mengawal mainannya. Batang keras Pak Lazim masih terbenam di dalam lubang pantat sempit Kak Noor. Kak Noor membiarkan batang itu berdenyut-denyut sambil dia terus membuat kemutan demi kemutan ke atas batang yang masih keras itu.
Pak Lazim merangkul Kak Noor dan menelentangkannya pula. Kini giliran Pak Lazim mencari kepuasan total bagi dirinya dan batangnya yang gersang itu. Dia menarik bantal kepala yang leper dan meletakkan dibawah pinggang Kak Noor sehingga tundun dan pantat Kak Noor yang sememangnya tembam makin tinggi. Namun begitu batang kerasnya tetap terendam di dalam lubang hangat yang berdenyut-denyut kecil itu.
Pak Lazim merapatkan kaki Kak Noor dan meletakkan ke atas bahunya. Terasa bertambah sempit lubang pantat Kak Noor. Perlahan-lahan Pak Lazim menarik batangnya keluar sehingga tinggal kepala cendawan di muka pintu dan menujah dengan pantas sehingga terbeliak mata Kak Noor menerima tujahan itu. Dibuatnya berulang kali tujahan laju dan tarikan perlahan. Kak Noor yang telah mendapat klimak tadi mula merasakan keghairahan baru di dalam diri dan pantatnya. Lubang pantatnya mula berdenyut-denyut menerima tujaha demi tujahan. Tangannya mememgang lengan Pak Lazim. Keadaan tikar mengkuang menjadi kusut masai. Pondok kecil itu penuh dengan bau air mani namun ia menambahkan nafsu keduanya. Tujahan Pak Lazim makin laju, nafas Kak Noor makin kencang.. “Uuhhh.. aahhh…kuat lagi Pak Lazim. Sedapnya….”
Kak Noor makin meracau. Kemutan ke atas batang Pak Lazim makin laju. Tangan Kak Noor mengawang-gawang seolah-olah mencari tempat berpegang. Kakinya yang tersandar di bahu Pak Lazim kini mengepit pinggang dan punggung Pak Lazim. Seolah-olah lubang pantatnya enggan melepaskan batang Pak Lazim. Nafas keduanya makin pantas. Pak Lazim melipat kaki Kak Noor sehingga menyentuh buah dadanya dan terus menhenjut dengan gerakan yang lebih pantas lagi menyebabkan pondok kayu itu bergoyang kuat mengikut goyangan badan Kak Noor dan hentakan Pak Lazim. Kak Noor mengeleng-geleng kepala kesedapan. Mulutnya berdesis-desis. Tangannya mencengkam lengan Pak Lazim sehingga kukunya membenam kulit lengan Pak Lazim.
Kepala batang Pak Lazim makin berdenyut-denyut seiring dengan hentakan padu yang semakin kuat. Kaki Kak Noor dilepaskan. Hentakannya makin laju dan tak teratur. Air makin banyak bertakung di pangkal batang Pak Lazim. Terlalu nikmat. Tangannya kemas memeluk tubuh badan Kak Noor. Tangan Kak Noor memeluk belakang Pak Lazim sambil badannya dilentingkan ke atas mengikut irama tusukan laju batang Pak Lazim. Tujahan semakin laju dan kuat, berdecap-decap bunyinya..
“Ahhh..ahhh Arghhhhhh…,” akhirnya Pak Lazim tidak mampu menahan diri dan terus melepaskan pancutan sedalam-dalamnya dalam lubang pantat Kak Noor yang mengemut-gemut batang sambil air maninya juga memancut membasahi batang Pak Lazim. “Sedap Pak Lazim, sedap….” “Sedap Noor, sedap…. Kedua insan itu terkulai lemah, terbaring dengan nafas tak teratur. Masing-masing menikmati kelazatan tiada tara. Air yang bertakung sekian lama telah dilepaskan, bagaikan pintu empangan yang dibuka. Air memancut deras menuju haluan. Lubuk yang gersang telah diairi. Gurun tandus telah disirami. Kedua makhluk telah sampai ke garis penamat. Kedua-duanya puas
1K notes
·
View notes
Text
Ustazah Dayana (Duo)
Yess Leman... Ummphh... Sedapnya batang Leman... Ahhh... Ahhh...” Erang Ustazah Dayana kesedapan. Jika sebelum ini mereka hanya melunaskan nafsu di hotel hotel, namun kali ini mereka semakin berani melampiaskan nafsu di universiti. Seperti mana Ustazah Dayana dengan Azmir dahulu.
Hari ini Ustazah Dayana ditonggeng Leman di dalam biliknya. Pintu ditutup rapat dan erang Ustazah Dayana secuba mungkin ditahan, namun pastinya dengan setiap hentak dari batang muda Leman itu, mengeluarkan sekurangnya erang halus dari bibir Ustazah Dayana.
Hari ini Ustazah Dayana memakai baju kurung. Kain dah terjelepuk di hadapan pintu, hanya berbaju yang diselak ke atas daging punggung. Tangan Leman kemas memegang pinggang Ustazah Dayana dengan setiap dayung menikmati melodi indah dari bibir pensyarahnya itu, dan kemut balas basah yang tidak pernah difikirkannya sesedap itu walau dialam fantasi.
Kepala Ustazah Dayana jelas melentik lentik dengan setiap klimaks. Kaki Ustazah Dayana juga melentik mengejang, walau semakin penat, pantat Ustazah Dayana masih setia mengemut memerah batang anak muda itu.
“Hmmph!! Hmmph!! Ustazahhh... S... Saya nak pancut dalam ustazah hari ni... Ahh... B... B...Boleh?” dengus Leman meminta izin. Ustazah Dayana mengangguk laju. Mengira laju cycle haid di dalam kepala.
“Yess... Pancut dalam ustazah Leman... Ahhh... Bagi ustazah benih kamu tuu... Ummphh~ Ahh!!” Ustazah Dayana mengemut lebih ketat, klimaks sekali lagi. Leman mendengus geram sambil mendayung sekuat kuat dan sedalam dalamnya sehinggalah Leman melepaskan air maninya ke dalam pantat Ustazah Dayana itu.
“Ahhhh Ustazahhhhh....” dengus Leman kesedapan, menikmati setiap kemut Ustazah Dayana memerah batangnya. Ustazah Dayana juga tersenyum puas dengan wajah keibuan penuh sundal itu, sebelum mengerang lembut apabila Leman menarik batangnya keluar.
Ustazah Dayana perlahan menolak tubuhnya bangun lalu bersandar ke meja. Masih mengejar nafas kesedapan. Batang Leman nampak sedikit layu namun Ustazah Dayana tahu, kalau diberi sedikit ransangan, pasti bangkit semula.
Sayangnya dia dan Leman masing masing ada kelas hari ini.
“Ustazah... N... NeEmirt jumpa... Saya nak request something boleh?” soal Leman sopan. Ustazah Dayana mengangguk walau belum tahu apa yang hendak diminta Leman itu. “Nak request apa?”
****************
“Kau dengan siapa doh sekarang?” soal Emir buat entah berapa kali. Leman mendengus sambil memasukkan mi goreng mamak ke dalam mulut. Dikunyah sebelum telan. “Mana ada dengan sesiapa” menjawab malas.
“Habistu... Kau asyik hilang je. Kadang kadang balik longlai. Nak kata bersukan ke, aktiviti kokurikulum ke, takde. Aku bagi kau last warning. Kalau tak, bila aku dah tau, aku hebohkan. Sekarang ni zaman viral tau” ugut Emir bersungguh.
Leman meletakkan sudunya. “Kalau aku bagitahu, kau janji kau simpan sorang je?”
Emir mengangguk laju dengan senyum terukir. Niat nak membawa keluar vape perisa anggur tadi dibatalkan demi fokus dengan apa yang hendak diberitahu Leman ini.
Leman sekali lagi berfikir, sebelum melihat keliling, lalu kepala dibawa sedikit tunduk membisik. “Kau kenal... Ustazah Dayana?”
Emir mengangguk perlahan. “Macam kenal... Dia agak baru kan? Tapi aku tak pernah class dengan dia. Kau... Kau dengan dia ke?” Leman mengangguk perlahan. Jujur, sedikit bangga melihat mata bulat Emir itu. “Uish, aku tak percaya la. Kau ada bukti? Gambar? Video?”
Leman menggeleng. “Aku bukan macam tu... Ustazah Dayana pun tak rasa dia bagi... Kalau kau nak bukti...” Leman mengambil keluar phone dari poket lalu membuka perbualan whatsapp dengan Ustazah Dayana lalu diberikan kepada Emir. Tiada yang terlalu lucah, namun cukup untuk membuatkan Emir yakin yang Leman dan Ustazah Dayana memang ada hubungan lebih dari pelajar dan pensyarah.
Phone tadi dihulurkan kembali.
“Fuck... Aku tak sangka pulak kau... Boleh dapat ustazah... MILF... Dia dah kahwin beranak kan?” soal Emir. Leman mengangguk. “Anak 2, sorang study, sorang lagi lepasan SPM aku rasa.” Emir tersandar tidak percaya. Vape tadi dibawa keluar lalu dihisap menenangkan dada.
Mamak yang lalu membawa pesanan menegur membuatkan Emir menyimpan kembali vape sambil menyumpah seranah di bawah nafas. “Fuck... Aku pulak selama ni dapat cikaro cikaro je... Macam mana boleh lekat dengan kau ni?”
Leman menarik nafas dalam sebelum mula bercerita. Dan selesai sahaja cerita, EMIR dengan nekad meminta. “Aku nak rasa jugak. Please. Kau nak siapa? Syada? Maziah? Farah? Aku boleh kautim”
Kening Leman terangkat mendengar tawaran EMIR itu. Namun Leman tahu yang ini bukan keputusan dia seorang. Lagipun, dia tak pasti apa reaksi Ustazah Dayana kalau Ustazah tahu rahsia mereka dah diketahui pihak ketiga.
Walau Leman yakin yang dirinya bukanlah ‘skandal’ pertama Ustazah Dayana, Leman tidak mahu merisikokan hubungannya dengan Ustazah Dayana. Leman menggeleng memberi jawapan.
“Sekarang kau dah tau, kau senyap. Dah janji kan tadi” kata Leman sambil menhabiskan mi goreng di dalam pinggan.
Emir mendengus sambil bersandar kembali. Dirinya hanya pernah bertemu dengan Ustazah Dayana itu sekali dua. Tidak perasan pula bagaimana bentuk tubuh wanita itu. Mungkin kerana memakai pakaian longgar cukup litup. Yang dia ingat, cuma wajah bersih, ayu dan keibuan itu. Tak pernah pula terlintas yang Ustazah Dayana itu mempunyai skandal, pelajarnya sendiri. Dan itu sudah cukup membuatkan kompas nafsunya kini mengarah ke Ustazah Dayana.
Emir merenung wajah Leman, berfikir di balik kepala bagaimana hendak merasa Ustazah Dayana itu.
************************
Ustazah Dayana menyenduk nasi lemak yang dimasaknya ke dalam mangkuk besar, dengan jubah dan longgar dan tudung matching kosong. Sambal, dan hidangan sampingan dah tersedia di atas meja. Tiba
tiba sepasang tangan meramas buah dadanya dari belakang, hampir membuatkan Ustazah Dayana terlepas mangkuk nasi lemak itu.
“Eish... Ana! Buat apa?” soal Ustazah Dayana sedikit terkejut. Syazana meramas sedikit sebelum menarik tangannya. “Nak makan nasi lemak la ummi. Hehe” usik Syazana sambil menyambut mangkuk nasi itu lalu dibawa ke meja makan. Ustazah Dayana menggeleng dengan anak gadisnya itu. Tahu yang hubungan mereka juga kini telah melepasi batas ibu dan anak. Walau tidak seketagih dengan Fadzril, Ustazah Dayana tahu, tempoh hari bukanlah kali terakhir.
“So... Ummi cantik cantik ni, harini ummi balik lambat ke?” soal Syazana nakal. Ustazah Dayana meletakkan jari ke bibirnya sendiri menyuruh senyap. Si abi masih di atas bersiap.
“Tak lambat sangat kot. Ana tu. Jangan seronok sangat dengan abi” usik Ustazah Dayana nakal. Syazana ketawa kecil menjelir lidah, sempat itu abi menapak turun mematikan perbualan nakal mereka, diganti dengan perbualan biasa.
**************************
Di balik jubah biru yang longgar itu, Ustazah Dayana menunaikan hajat yang diminta Leman tempoh hari. Apabila pintu sahaja ditutup di belakang Leman, terus Ustazah Dayana mengangkat sedikit jubah biru itu, mendedahkan stoking nipis matching biru itu membalut bukan sahaja buku lali, bukan sahaja betis, namun mencapai sehingga ke paras peha, dengan lace bunga di hujung.
Nafas Leman mendengus melihat Ustazah Dayana menggodanya begitu. Ustazah Dayana ketawa kecil antara segan dan bangga. Kali ini diselak pula lengan jubah, menunjukkan handsocks yang dipakai bukan dicipta untuk menutup aurat. Membalut sehingga ke atas siku, sebelum dibiar lepas menutup kembali.
“Macam mana minggu ni? Leman boleh fokus dalam kelas tak?” soal Ustazah Dayana. Leman mengangguk. “Tapi kalau harini Ustazah tak... Urm... Tolong... Mungkin saya tak boleh fokus buat assignment weekend ni...”
Ustazah Dayana senyum nakal sambil melangkah menghampiri Leman di tengah bilik itu. Jemari tangan kanan perlahan menyelak baju melayu putih yang dipakai Leman sedikit, sebelum diraba bonjol keras di luar fabrik lembut. Membuatkan pantat Ustazah Dayana berdenyut sedikit. Mudah dan hanya dengan sebelah tangan, Ustazah Dayana membuka butang seluar Leman, dan zip, sebelum dibiar lucut.
“Ummm.... Tahu... Dahla assignment ustazah minggu ni... Susah sikit... Kan?” soal Ustazah Dayana nakal sambil satu lagi tangan menyentuh dada Leman. Leman perlahan memeluk pinggang Ustazah Dayana itu lalu mengucupnya perlahan.
“Mmm... Tadi rasa macam susah... Ni rasa macam... Makin senang...” jawab Leman. Ustazah Dayana senyum nakal sebelum bibir mereka bertaut. Nafas mereka juga saling bertemu sebelum lidah dan erang basah saling bertukar. Tangan Leman juga semakin galak meramas, cuba membayangkan panties dan bra dipakai Ustazah Dayana itu.
:Ummm.... Meh ustazah nak makin senangkan kamu...” Ustazah Dayana perlahan melutut lalu menarik seluar dalam Leman ke bawah, membuatkan batang Leman mengeras menegak di bawah baju melayu itu.
Dengan senyum nakal, Ustazah Dayana menyelak baju melayu Leman lalu kepala dibawa ke bawah, lalu batang Leman itu dihisap perlahan.
“Ahhh.... Ustazah....” Leman mendengus kesedapan merasa hisap lembut namun cukup lahap. Lidahnya menjilat jilat batang Leman, merasa setiap timbul urat melawan lidahnya, sambil tangan meraba peha dan perut Leman dari dalam baju melayu.
“Srrpph... Ummphh.... Srppphhh....” erang Ustazah Dayana kesedapan. Baru sahaja Ustazah Dayana hendak menolak batang Leman lebih dalam, tiba tiba pintu Ustazah Dayana dibuka seseoang. Cepat cepat Ustazah Dayana menarik kepalanya keluar dari baju melayu Leman dan Leman juga jelas terkejut, menarik baju melayunya menutup batang yang mengeras.
“Fuck... So betul la??” Emir. Emir masuk tanpa dipelawa lalu ditutup dan dikunci pintu bilik Ustazah Dayana. Ustazah Dayana terpinga pinga. Betul lah? Siapa ni? Habislah... Pelbagai fikiran melimpah ke dalam kepala Ustazah Dayana, namun melihat reaksi Leman, Ustazah Dayana dapat meneka.
“Leman bagitahu orang lain? Dah janji kan!?” Ustazah Dayana menepuk lengan Leman kecewa. Leman menggigit bibir bawah. “M... Maaf ustazah... Dia ni dah lama sibuk sibuk. Tanya siapa awek saya. Saya tak tahu nak tipu apa dah, ustazah...”
Ustazah Dayana menggeleng kecewa. Meliha rakan Leman. “Siapa ni?”
“Saya roomate Leman, ustazah.... Fuh... Tak sangka eh ustazah muka ayu litup macam ni eh rupanya...” dengus Emir. Ustazah Dayana menutup muka malu dengan sebelah tangan sambil menggeleng.
“Kau buat apa dekat sini? Blah la” dengus Leman jelas tidak selesa juga. Emir ketawa kecil menggeleng. “Aku nak join.”
Leman menggeleng sebelum melihat wajah Ustazah Dayana, meminta pendapat. Ustazah Dayana menarik nafas dalam. “Hmm... Kalau saya tak bagi?” Emir senyum menunjukkan skrin phone, gambar Ustazah Dayana masuk ke dalam baju Leman. “Maaf ustazah...”
Ustazah Dayana menggeleng. “Saya faham.... Hmm... Baiklah... Kalau dari saya, saya izinkan... Tapi awak kena minta izin Leman juga” kata Ustazah Dayana. Memberi ‘kunci’ kepada Leman. Ustazah Dayana sebenarnya tidak mahu perkara ini semakin buruk. Lebih baik diberikan apa yang Emir mahu. Walau dirinya tidak seberapa rela, namun Ustazah Dayana jujur sedikit terangsang.
Leman menarik nafas dalam. “Hmm... Kalau ustazah dah cakap macam tu... Tapi... Kau kena tengok je dulu... Bila aku dah cakap boleh join, baru boleh.” kata Leman. Emir mendengus namun itu sudah cukup baik. Selamba dibawa duduk ke atas sofa melihat mereka berdua. Ustazah Dayana menggigit bibir bawah. “Saya sambung ya?” Leman mengangguk.
Ustazah Dayana melutut kembali sebelum mula mengucup kepala batang Leman, lalu perlahan memasukkan seinci demi seinci batang Leman kembali, sebelum mula menghisap dan mendayung kepalanya. Sesekali menjeling ke arah Emir, rasanya ini pertama kali dia di posisi begini, seseorang dengan jelas menonton aksinya dengan lelaki lain.
Kali ini Leman memegang baju melayunya, memastikan Emir dapat melihat batang kerasnya keluar masuk dari mulut Ustazah Dayana itu. Emir jelas tidak sabar. Namun Leman tidak mahu mudah memberikan Ustazah Dayana kepada Emir. Ustazah Dayana perlahan menutup mata, lalu melajukan dayung. Kulit wajahnya yang cerah kemerahan itu sedikit kontra dengan batang Leman yang sedikit gelap. Namun bibir pink lembut Ustazah Dayana seolah menyatukan mereka dengan sempurna.
Emir membawa phonenya ke atas mahu merakam, namun cepat Leman menegah. “Kalau kau record ke, ambil gambar ke, jangan harap” kata Leman. Emir mengeluh sambil meletakkan phone ke tepi. Biasanya dirinya yang ‘alpha’ jika dengan gadis gadis murahannya itu. Tak sangka, Leman rooom matenya yang sopan, rupanya lebih alpha darinya. Lebih lebih lagi berjaya menundukkan seorang isteri, ibu, dan ustazah!
Ustazah Dayana sedar apa yang berlaku. Pastinya Emir yang berlagak hebat itu terkejut dengan sikap Leman di belakang pintu. Menyebelahi Leman, Ustazah Dayana mahu membuatkan Emir lebih kagum dengan Leman. Ustazah Dayana mula mendayung kepalanya ke hadapan belakang semakin laju dan semakin dalam. Kini hampir setiap dayungan bibir Ustazah Dayana menyentuh dasar batang Leman.
“Ummphh~! Srrlpphhh!! Ummphhh!!!” Ustazah Dayana mengerang kesedapan sambil menghisap rakus. Sesekali dijeling Emir disebelah dan terasa bangga melihat wajah tidak percaya Emir itu. Leman juga mendengus kesedapan, sesekali mata mereka bertemu nakal.
Puas, Leman menarik batangnya keluar. Emir senyum lebar. “Aku pulak?” Leman menggeleng sambil membantu Ustazah Dayana bangun. Dibisikkan sesuatu kepada Ustazah Dayana membuatkan Ustazah Dayana menggigit bibir bawah, namun mengangguk.
Leman mengambil duduk di atas sofa solo. Ustazah Dayana kemudian menapak menghadap Leman, sebelum tangan masuk ke dalam tudung labuhnya lalu satu persatu butang dibuka, dan dibiarkan jubah longgarnya itu melurut jatuh ke lantai. Mata Emir membulat dan rahang Emir jatuh hampir ke lantai.
Tudung labuh dipakai Ustazah Dayana menutup sehingga ke pinggang, dan sehingga ke perut dihadapan. Selain dari itu, lingerie biru itu sempurna memeluk tubuh Ustazah Dayana yang baginya bak pornstar MILF. Dengan peha sedikit tebal, punggung montok tonggek dibalut dengan panties nipis lace biru matching, dan apabila Ustazah Dayana menyelak tudung labuhnya sedikit, bra biru bercorak lace lingerie memegang buah dada montok Ustazah Dayana.
Emir mendengus, tanpa meminta izin, perlahan menarik keluar batangnya. Ustazah Dayana menggigit bibir bawah, melihat batang Emir yang mengeras namun tidak sebesar Leman itu. Seperti diminta Leman, Ustazah Dayana sengaja melentikkan tubuhnya, menggelek memberikan Leman dan Emir pertunjukan nakal itu. Sesekali jemari yang masih tersarung cincin nikah meramas buah dadanya di atas tudung labuh, sesekali dibawa ke daging punggung dan diramas daging punggungnya, sesekali dibawa lalu pehanya meraba.
Darah Leman juga semakin berderau melihat Ustazah Dayana menunjukkan tubuhnya sebegitu. Emir walaupun hanya melihat dari tepi, juga kagum. Menelan air liur sambil mula mengurut batangnya.
Perlahan, Ustazah Dayana duduk di atas Leman menghadapnya. Berpelukan sebelum berkucupan penuh nafsu. Kedua dua bibir mereka membalas kucup dan hisap lidah, sambil melepaskan erang kesedapan masing masing. Tubuh Ustazah Dayana juga mula bergerak dayung melawan keras batang Leman dibawahnya. Terasa hangat batang walau berlapik panties nipis itu.
“Ummmph.... Ahmmph... Ahhhhh....” Ustazah Dayana mengerang di antara kucupan. Leman juga mendengus sambil tangan meramas daging punggung Ustazah Dayana, lalu menepuk kuat.
PAPP!!
“Fuckk Leman... Aku nak join... Bukan nak tengok je hanat” dengus Emir. Ustazah Dayana menarik wajahnya melihat Emir. Leman juga tersenyum mendengar. “Okay... Tapi kan aku cakap. Tunggu aku
panggil... Kau yang nak menyebuk... So tunggu...” kata Leman tegas. Dan entah mengapa, Emir diam menurut.
Ustazah Dayana senyum kagum dengan Leman lalu mengucupnya dengan lebih berahi. Tubuhnya mendayung lebih terdesak, menggesel tembam pantatnya ke batang Leman, sebelum Ustazah Dayana meminta izin dari pelajarnya itu. “Ustazah nak masukkan batang Leman dalam Ustazah boleh?”
Leman senyum mengangguk. “Boleh ustazah....”
Ustazah Dayana mengerang kesedapan, dan tanpa turun dari tubuh Leman, Ustazah Dayana menyelak pantiesnya ke tepi, lalu memegang batang Leman, dan memasukkan batang Leman ke dalam pantatnya, sambil tubuhnya menurun dan menonggek, memastikan Emir nampak jelas batang Leman apabila Ustazah Dayana bergerak ke atas ke bawah.
“Ahhh~~ Ummph~~ Lemanrr... Sedapnya Lemanrr... Ahhmph.... Ahhhh.... Ahhh....” Ustazah Dayana merengek kesedapan sambil menggerakkan tubuhnya. Mendayung ke atas ke bawah membawa batang Leman sedalam dalamnya disaksikan mata Emir.
Emir mendengus, mengenggam batangnya keras sambil melihat bibir pantat Ustazah Dayana disumbat sumbat batang roommatenya itu. Sudahlah Ustazah Dayana yang mengawal ritma. “Leman.... Please...” Rayu Emir.
Leman tidak menghiraukan rayuan Leman, malah bibir Ustazah Dayana kembali dikucupnya sambil tangan meramas ramas daging punggung Ustazah Dayana. Diramas geram sambil Ustazah Dayana merengek rengek kesedapan. Perasaan ditonton rasmi oleh Emir seolah memberi pengalaman nikmat baru kepada Ustazah Dayana.
Jujur, selepas berapa banyak batasan telah dirinya langgar, tidak pernah terfikir yang akan ada jenis nikmat baru yang boleh dinikmatinya.
“Ummphhh~~ Lemanrrr Emiiiirrrr!!” Ustazah Dayana mengerang kesedapan sebelum mencapai klimaks dengan batang Leman mencanak sedalam dalamnya. Tubuh Ustazah Dayana melentik dengan jari mengenggam bahu Leman.
Setelah puas, Leman mengarah Ustazah Dayana bangun. “Umm... Pergilah dekat Emir tu. Kesian pulak...” kata Leman. Ustazah Dayana ketawa kecil. “Jahatlah Leman ni.” Ketika Ustazah Dayana melangkah ke arah Emir, Leman melangkah ke arm rest sofa. “Ustazah menonggeng, bagi dia main sambil Ustazah hisap saya” arah Leman.
“Urgh... Tak boleh kiss kiss, ramas ramas ke?” soal Emir tidak berpuas hati. Namun bangun memberi laluan kepada Ustazah Dayana memanjat sofa dan menonggeng. Leman tidak menjawab, hanya menghala kepala batangnya yang masih basah likat dengan air pantat Ustazah Dayana itu. Ustazah Dayana pula tanpa sebarang jawab terus menghisap batang Leman tanpa soal, sambil sengaja menonggengkan punggungnya dan digelek sedikit menjemput Emir.
“Urgh...” Emir mendengus. Tangan dibawa ramas daging punggung Ustazah Dayana itu, lalu ditarik turun panties sehingga ke peha, sebelum kepala batang dibawa main di alur punggung sekali dua, lalu ditolak masuk mudah ke dalam pantat Ustazah Dayana itu.
“Ummmphhh fuckkk sedapnya pantatt Ustazah kau niii....” dengus Emir. Ustazah Dayana senyum bangga dengan batang Leman di dalam mulutnya. Lalu dihisap semahunya sambil menerima tujahan Emir yang jelas tiada skill itu. Hanya mendayung melampiaskan nafsunya.
“Ummph~ Ummphh~~ Ummphhh...” Ustazah Dayana mengerang kesedapan sambil bertentang mata dengan Leman. Leman faham yang walau sesekali wajah Ustazah Dayana berkerut, namun nikmat dengan Emir tidak senikmat dengan Leman. Tangan Leman meraba kepala Ustazah Dayana sambil melawan dayung.
Ustazah Dayana mengerang kesedapan. Rasanya sudah lama sangat dia tidak disumbat lebih dari 1 batang serentak. Ustazah Dayana menghisap semahunya,membiarkan air liurnya meleleh ke dagu, dengan hentak Emir rakus dari belakang. Tangan meramas ramas daging buah dadanya dan sesekali menepuk nepuk kuat sehingga kemerahan daging punggung Ustazah Dayana.
PAPP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!!
“Ahhhmphh!! Ammph!! Ummph!! Srpph!! Ummphh!!!” Leman senyum kesedapan. Melihat EMIR menggunakan Ustazah Dayana dihujung yang satu lagi.
“Fuckkk sedap sialll... Ahhh Ahhhh” dengus Emir semakin kuat. Jelas semakin hampir. “Eh takkan nak pancut dah?” usik Leman. Emir mendengus. “Ahh jangan harap lah nak aku pancut cepat. Tapi... Ahhh sedap sialll... Ummphh!!!!!” Emir terus memancut mancutkan air maninya ke dalam pantat Ustazah Dayana. Ustazah Dayana sedikit terkejut lalu menarik batang Leman keluar dari mulut.
“Emir! Ahhh!! Ummph!!” Ustazah Dayana mengemut memerah batang Emir tidak rela. Namun sedapnya limpah air mani Emir memaksa fungsi biologinya memainkan peranan. Ustazah Dayana menggeleng namun benda dah jadi.
“Hmm... Patut ke kita halau dia ni Ustazah?” soal Leman mengusik. Ustazah Dayana menggeleng. “Umm... Biasalah.... First time... Hehe... Boleh keras balik ni... Kan?” usik Ustazah Dayana. Emir mengangguk sambil mengurut batangnya yang semakin lembik itu.
“Ummm... Duduk Leman...” arah Ustazah Dayana pula. Leman duduk di sebelah Emir dan Ustazah Dayana perlahan membawa tubuh ke atas tubuh Leman, kali ini membelakangi Leman. Batang Leman kembali dimasukkan ke dalam pantat Ustazah Dayana yang masih bertakung air mani Emir itu. Ustazah Dayana kemudian mencapai batang Emir, lalu diurut sambil tubuh dibawa gelek dan mendayung di atas batang pelajarnya itu.
“Ahhhhh Ummmph.... Yess Lemanrr... Ahhh.... Emir.... Kalau awak tak keras betul... Ummphh... Sebelum Leman pancut... Melepas tau...” usik Ustazah Dayana. Emir mendengus sambil meraba tubuh Ustazah Dayana yang mana capai. Buah dada yang berombak di bawah tudung juga kali ini sempat diramas, terkejut betapa besar dan pejalnya di dalam tangannya.
“Ummph... Ummph... Betull... Nasib baiklah aku tahan lama... Hehe...” usik Leman pula. Emir mendengus geram. Tahu yang dia biasanya tidak seawal itu jika dengan cikaro cikaro lain. Fuckk... Hati Emir berasa lega merasa batangnya semakin keras di dalam urutan tangan Ustazah Dayana itu.
“Ahhh Makin keras nii Leman... Ahhh.... Ahhh...” erang Ustazah Dayana.
“Ummmph.... Ustazah... Nak try anal boleh...?” soal Leman sambil tubuh Ustazah Dayana masih menghentak hentak di atas tubuhnya. Ustazah Dayana menggigit bibir bawah, walau lubang belakangnya itu tidak dara, namun tidak kerap digunakan.
“Ahh... B... Boleh Leman... Nak sekarang....?” Leman mengangguk. “Boleh Emir guna lubang pantat ustazah sambil saya guna lubang belakang... Hehe...”
Ustazah Dayana merengek kesedapan, jelas teruja dengan idea threesome itu. Ustazah Dayana menolak tubuhnya bangun sedikit sebelum mencapai batang Leman yang kini likat dengan bukan sahaja air klimaks pantatnya, namun juga air mani Emir. Perlahan, dibawa ke lubang anal dan tubuh dibawa turun memaksa.
“Ahhhhhh Lemanrrrr” Ustazah Dayana mengerang kesedapan namun sedikit pedih. Rasa penuh senak itu namun cukup memberikan rasa sedap kepada Ustazah Dayana, dan membuatkan Ustazah Dayana menjeling ke arah EMIR. “Ummph... Dah cukup keras kan Emir?” soal Ustazah Dayana sambil mengurut tembam pantatnya.
“S... Sekarang?” soal Emir. Mungkin tidak menyangka yang dia akan menyertai threesome. Pada hematnya, dia hanya mahu bergilir dengan Leman. Namun tidak menolak rezeki, terus Emir bangun lalu menghala batangnya ke arah bibir pantat Ustazah Dayana, dan disumbat masuk mudah dek licinnya pantat wanita itu.
Kaki Ustazah Dayana kini terangkat, dipegang Leman dan Emir, masing masing mula mendayung serentak, dan kali ini menghadap wajah Ustazah Dayana, Emir dengan rakus mengucup bibir dan menghisap lidah Ustazah Dayana itu, sambil cuba mengejar ritma dayungan Leman dari bawah.
“Ummph~!! Ummph!! Ahmmph!! Ahh!! Ummphhh!!”Ustazah Dayana mengerang kesedapan. Klimaks kecil terasa dengan setiap dayungan, membuatkan tubuh Ustazah Dayana melentik kesedapan, mengemut kedua dua batang itu serentak sambil masing masing terus mendayung serakusnya.
PAP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!!
“Fuckk fuckkk fuckk” dengus Emir.
“Ahhh Ustazahhh... Ahh... Maaf ustazahh... Kena kongsi pulak... Hehe... Ummphh...” dengus Leman. “Ahh... Ustazah kau macam suka je Leman kena kongsi... Ahh... Kan?” tambah Emir.
Ustazah Dayana senyum nakal mengangguk. “Ahh... S... Suka... T... Tapi... Saya Leman punyaa... Ahhh Ummphh!! Ahhhh” Ustazah Dayana mengerang sambil memeluk kepala Leman di belakang. Sambil kedua dua Leman dan Emir masing masing menghentak serentak, semakin hampir.
“Ummphhh... Nak pancut mana ustazah?” soal Emir.Ustazah Dayana mengerang kesedapan. “Ahh... T... Tanya Leman...” Leman senyum dengan ‘kuasa’ yang diberikan kepadanya itu.
“Ahhh.... Alang alang kau dah pancut dalam... Ahh... Kita panccut dalam je la... Ummph!! Ummph!! Ye Ustazah?” Ustazah Dayana mengerang mengangguk memberi izin. Tangan Leman meramas buah dadanya rakus dari belakang, dan Emir juga mendayung penuh rakus. Menahan klimaks.
“Ahhhhhh Lemanrrrr Lemanrrrr” Tubuh Ustazah Dayana melentik mengejang dahulu, klimaks. Diikuti dengan Emir, sebelum Leman memuntahkan air maninya pula ke dalam lubang anal Ustazah Dayana itu.
“Ahhhh... Ummph.... Fuckk...” dengus Emir. “Ohh... Ustazahh.... Ahh....” erang Leman.
Setelah ketiga tiga mereka puas, Emir akhirnya menarik batangnya keluar, diikuti dengan Leman. Emir membulat mata melihat pemandangan yang selama ini hanya dilihat di dalam filem lucah. Air maninya mengalir dari bibir pantat Ustazah Dayana, dan air mani Leman mengalir dari lubang anal, meleleh ke punggung dan batang Leman.
Ustazah Dayana bersandar nakal ke Leman sambil membelai lengannya.
“Umm... Kalau lepas ni, saya nak lagi? Nak sorang?” soal Emir. Ustazah Dayana memandang Leman. Leman senyum nakal.
“Kau kena minta izin aku dulu.”
*****************
4K notes
·
View notes
Text
CERITA SEKS: KESUBURAN PANTAT NADIA TERBUKTI…
Nadia baru saja melangsungkan perkahwinan dengan kekasihnya, Farid. Mereka berdua sudah lama bercinta, sejak dari sekolah menengah lagi. Nadia seorang setiausaha di sebuah syarikat swasta, mempunyai paras rupa yang amat jelita, dengan potongan badan yang amat memberahikankan, 36D-26-35. Manakala Farid pula seorang pegawai di sebuah bank di ibu negara. Farid juga tidak kurang segak dan kacak. Jika dilihat dari luaran, mereka berdua ibarat pinang dibelah dua.
Mereka berdua dibesarkan dengan cara kebaratan oleh ibu bapa mereka. Nama saja Melayu dan Islam, berdua tidak pernah solat dan puasa, cuma mereka tidak minum arak. Malah sejak mereka bercinta daripada tingkatan empat lagi, iaitu ketika mereka berusia 16 tahun, mereka sudah kerap menikmati persetubuhan. Farid bertuah dapat memiliki dan menikmati badan montok dan mantap Nadia yang menjadi rebutan ramai ketika di sekolah, universiti, mahupun di pejabat.
Nadia menyerahkan cipap tembam dan dubur ketatnya untuk dinikmati Farid atas dasar cinta. Malah dia rela jika Farid membuntingkannya kerana dia tahu Farid akan sentiasa bersamanya. Farid pula memang jarang membazirkan air maninya. Rugi rasanya jika dia tidak memancutkan benihnya ke dalam pantat Nadia yang amat tembam dan lembut itu. Pernah beberapa kali dia memancut di luar tapi rasanya kurang nikmat jika dibandingkan dengan memancut di dalam pantat Nadia.
Ramai lelaki yang geramkan badan Nadia. Dia berketinggian sederhana dan bertubuh berisi. Kulit Nadia putih dan gebu. Malah melihatkan paha dan betis dia saja membuat zakar mencanak. Bila Nadia memakai seluar berkain kapas lembut, kepadatan dan kelebaran bontot dia amat terserlah. Nadia juga mempunyai tundun pantat yang amat tembam sehingga bentuknya dapat dilihat dengan jelas jika seluar yang dipakainya agak ketat. Ramai lelaki melancap membayangkan Nadia.
Di sebalik perasaan cinta Farid pada Nadia, dia juga ketagih dengan keenakan tubuh isterinya itu. Walaupun dia tidak pernah mengawan dengan perempuan lain, dia pasti tidak ada yang lebih enak daripada Nadia. Malah, dia berasa amat bertuah dan bangga apabila rakan-rakannya memuji akan betapa ranum dan mantapnya tubuh Nadia. Zakar Farid tidaklah sebesar mana tapi disebabkan pantat Nadia yang sempit dan tembam, dia masih dapat merasa nikmat kemutan pantat Nadia.
Perkahwinan Nadia dan Farid diadakan secara besar-besaran kerana mereka mempunyai keluarga yang berada. Sehari selepas acara persandingan, mereka pergi berbulan madu di Eropah selama dua minggu. Dan kerana mereka sudah lama mengawan bersama, mereka tidak berniat untuk menangguhkan mendapat anak. Tidak seperti pasangan pengantin yang lain yang mahu menikmati kemanisan persetubuhan sepuas-puasnya sebelum komited membina sebuah keluarga.
Namun Nadia menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Selama ini, atas dasar cinta, dia rela membuntingkan anak Farid walaupun tanpa ikatan perkahwinan. Bagi Nadia, tubuhnya milik lelaki yang dicintainya dan mencintainya. Tapi, walaupun selama ini dia menyerahkan rahimnya dipancut dengan air mani Farid, dia tidak juga bunting. Malah, dia takut juga bahawa zakar Farid yang kecil dan pendek itu tidak mampu memancut banyak dan deras; tidak cukup untuk membuntingkannya.
Tetapi Nadia tidak cepat berputus asa. Secara sendirian dia pergi berjumpa doktor pakar, namun berita yang diterimanya menambah kerisauannya. Setelah menjalankan ujian ke atas Nadia, doktor itu mengesahkan bahawa dia sebenarnya sangat subur; dan jika hanya setitik benih masuk ke dalam pantatnya dia mampu mengandung. Malah doktor itu juga mengatakan bahawa walaupun tanpa ujian klinikal itu, cukup dengan melihat bentuk tubuh Nadia sudah tahu betapa suburnya tubuh dia.
Doktor muda itu menjalankan pemeriksaan di luar kelaziman ke atas Nadia. Walaupun dia terikat dengan deklarasi professionalisme kedoktoran, kemantapan badan Nadia tidak mahu disia-siakan. Dia menyuruh Nadia berbogel tanpa diberi baju sementara. Mencanak zakar doktor itu apabila buah dada Nadia yang bersaiz 36D yang putih dan bulat itu terdedah. Apatah lagi di celah kepitan paha montok dan gebu Nadia kelihatan cipap yang paling tembam dan paling comel pernah dilihatnya.
Disuruhnya Nadia berbaring di atas tilam dan diangkatnya paha Nadia ke atas. Terpampanglah kesuburan dan ketembaman vagina Nadia di depan matanya. Tidak cukup dengan itu, dia kemudian menyuruh Nadia berpusing dan menonggeng. Mendengus doktor muda itu dengan kepadatan dan kelebaran bontot Nadia. Dia juga menguak belahan bontot itu dan melihat betapa ranum dan bersih simpulan dubur Nadia. Banyak air mani dia terbazir melancapkan bayangan cipap dan dubur Nadia.
Hanya satu kesimpulan saja – Suaminya, Farid, adalah lelaki mandul. Nadia menangis di sepanjang perjalanan pulang daripada klinik tersebut. Punah harapannya untuk membuntingkan anak Farid. Punah harapannya untuk membina keluarga bahagia bersama Farid. Bagaimana harus dia memberitahu Farid keadaan ini? Farid tentu akan marah kerana ego lelakinya tercabar apabila diberitahu bahawa perempuan sesubur Nadia pun tak mampu dibuntingkannya. Silap haribulan, Farid akan meninggalkannya.
Sementara rumah baru disiapkan, Nadia bersetuju untuk tinggal sementara di rumah keluarga Farid. Lagipun, rumah besar itu hanya dihuni oleh ibu dan bapa Farid dan adik Farid bernama Fariz yang berusia 18 tahun. Farid mewarisi kecantikan ibunya manakala Fariz mewarisi kekacakan bapanya. Fizikal Farid sedikit feminine manakala tubuh Fariz memang maskulin. Sebab itulah Nadia jatuh cinta dengan Farid – Lelaki itu kacak dan baik. Dia juga tidak kasar dan lemah lembut.
Namun, akibat daripada pewarisan itu, Farid tidak mempunyai zakar yang benar-benar jantan. Alat pembiakan Farid itu kecil dan pendek. Fariz pula, kerana mewarisi daripada bapanya, mempunyai zakar yang luar biasa jantannya. Batang zakar Fariz panjang dan gemuk, manakala kantung telurnya besar dan berat. Pendek kata, Fariz sangat jantan. Nadia tidak pernah melihat zakar Fariz secara zahir tapi dia pernah terlihat bentuknya di sebalik seluar pendek yang selalu dipakai Fariz.
Pada awalnya, Nadia tidak kisah itu semua. Ini kerana pantat Nadia sangat tembam dan sempit, jadi ia tetap memberikan kenikmatan kepada dia dan Farid sewaktu bersetubuh. Lagi pula, seperti Farid, dia tidak pernah dijamah lelaki lain selain Farid. Kawan-kawan Nadia selalu bercerita tentang nikmat dirodok oleh zakar besar dan jumlah benih yang dipancutkan tapi Nadia tidak kisah itu semua kerana dia sangat cintakan Farid. Dia tidak sampai hati untuk berfikir tentang kejantanan lelaki lain.
Berbeza dengan abangnya, Fariz tidak pernah kekal dengan satu perempuan. Kejantanan yang dimilikinya tidak disia-siakan dan dia telah menikmati ramai perempuan; baik budak sekolah, pelajar universiti, tunang orang mahupun isteri orang. Dan akibat sifat kejantanan Fariz yang melampau itu, dia sentiasa akan membuktikan kejantanannya dengan meledakkan setiap pancutan air maninya yang sentiasa pekat dan subur ke dalam pantat pasangannya setiap kali dia mengawan.
Tapi sebenarnya ini bukanlah sifat asal Fariz. Dia mula bertukar menjadi kasanova selepas pertama kali bertemu dengan Nadia empat tahun lepas ketika dia berusia 14 tahun. Ketika itu Nadia dan Farid berusia 24 tahun. Walaupun Nadia dan Farid telah bersama lapan tahun sebelum itu, mereka berdua hanya mendedahkan percintaan masing-masing empat tahun lepas ketika mereka merancang untuk bercuti bersama di Bali. Atas arahan ibu bapa Farid, Fariz harus pergi bersama mereka.
Fariz tidak dapat melupakan bagaimana dia terlihat abangnya dan Nadia mengawan pada malam pertama di Bali. Farid terlupa mengunci pintu yang menghubungkan dua bilik itu dan ketika Fariz mahu mengambil telefonnya yang tertinggal di bilik Farid, dia terhenti di sebalik pintu dan menyaksikan dua insan sedang bersetubuh. Itulah pertama kali dia melihat seorang perempuan berbogel, dan dia terus jatuh cinta kepada Nadia yang 10 tahun lebih tua daripadanya.
Mata Fariz tidak berkedip menikmati keindahan tubuh badan Nadia. Dia sudah banyak kali melihat majalah dan menonton video lucah namun pada penglihatannya bentuk badan Nadia jauh lebih sempurna daripada semua model atau pelakon lucah. Dia lihat abangnya sedang bernafsu menetek buah dada Nadia yang bulat dan tegang. Dia lihat abangnya menongkah paha dan betis Nadia yang montok dan gebu itu. Dia juga lihat pantat Nadia yang bersih dan tembam itu dijolok abangnya.
Sejak daripada itu, Fariz sering berangankan menyetubuhi Nadia. Entah berapa banyak air maninya terbazir dengan bayangan tubuh Nadia. Dia juga sudah mula memikat dan menjamah tubuh gadis satu per satu. Niatnya cuma satu, dia mahu mencari yang bertubuh sesempurna Nadia dan jika dia berjumpa, gadis itulah yang bakal hidup bersamanya. Namun setiap gadis yang diratahnya tidak sama macam Nadia, ada saja yang kurang. Jadi dia teruskan usaha mencari tubuh idamannya.
Apabila Nadia sampai ke rumah keluarga Farid, tidak ada seorang pun di situ. Ibu bapa Farid mungkin sudah keluar, manakala Fariz memang jarang di rumah. Dia terus saja mandi dan ingin berehat dan tidur seketika untuk melupakan sementara rasa gundahnya. Selesai mandi, dia memakai seluar pendek berkain kapas yang selesa dan berbaju nipis tanpa memakai baju atau seluar dalam. Dia terus terlelap apabila merebahkan tubuhnya ke atas katil tanpa menutup pintu bilik.
Fariz pulang ke rumah dengan gembira. Dia baru saja berjaya mengayat seorang budak sekolah berusia 16 tahun. Dia yakin akan dapat menjamah tubuh muda itu esok. Dia berjalan melintasi bilik kelamin abangnya dan Nadia namun dia terhenti dan menjenguk melalui pintu bilik yang tidak tertutup rapat. Kelihatan wanita idamannya sedang tidur lena. Ketika itu Nadia tidur meniarap dengan hanya berseluar pendek ketat. Geram Fariz melihat kemontokan dan kegebuan bontot dan paha Nadia, satu-satu cinta hatinya.
“Peerghhh….peluang terbaeekkk ni…Bukan senang bak dapat tengok..” niat jahat Fariz mula timbul.cari burit cocoa collagen power plus 2015
Dia memberanikan dia mendekati tubuh ranum Nadia. Seluar pendek Nadia yang berkain nipis dan lembut itu menampakkan kepadatan bontot Nadia. Dengan berhati-hati dia menggunakan satu jari untuk menyelak bukaan seluar Nadia. Berderau darah muda Fariz apabila pantat Nadia yang amat tembam dan bersih itu mula kelihatan. Geram Fariz menjadi-jadi dan kalau diikutkan hatinya, mahu saja dia meramas dan menyonyot bibir pantat Nadia. Fariz sudah mula berfikir dengan zakarnya.
“Aduhaiiii…Kak Nadia..Kak Nadia..Kau betul-betul buat aku gerammmmm….” Fariz mula nekad membuat rancangan.
Apa nak jadi, jadilah. Dia tahu ibu bapanya hanya akan pulang petang nanti. Dia juga tahu Farid biasanya pulang malam. Satu demi satu pakaiannya ditanggalkan. Mulanya niat dia hanya untuk melancap sambil melihat badan gebu dan montok Nadia. Semakin dibelai semakin mencanak zakarnya. Dia juga perasan bahawa zakarnya kali ini mampu membesar lebih daripada biasa. Kalau biasanya zakarnya akan memanjang sebanyak 7 inci, tetapi hari ini zakarnya dapat memanjang sebanyak 8 inci, lebih 1 inci. Telurnya menegang dan batangnya membengkok akibat terlalu geram dan berahi dengan tubuh bogel di depannya itu.
“Ya allah…panjang giler batang aku dibuatnya…Ini semua pasal penangan Kak Nadia la ni…” Fariz sendiri terkejut dibuatnya.
Dengan tidak berfikir, Fariz naik ke atas katil. Berdegup-degup jantungnya ketika itu. Empat tahun dia menahan rasa. Dia harus bertindak cepat kalau tidak melepas. Dia tahu Nadia akan membantah jadi dia harus berada dalam tubuh Nadia secepat mungkin. Perlahan-lahan dia menyorot seluar pendek Nadia ke bawah. Meleleh air liurnya melihat betapa lebar dan padatnya bontot Nadia. Di sebalik belah bontot itu, dia juga melihat ketembaman dan kesegaran pantat Nadia. Fariz sudah tidak sabar.
Perlahan-lahan dia memanjat ke atas belakang Nadia yang sedang tidur lena meniarap dan membawa zakarnya rapat ke bibir pantat Nadia yang tertutup rapat. Dia meletak air liurnya ke keseluruhan zakarnya untuk pelinciran. Apabila kepala zakarnya menyentuh bibir pantat Nadia dia merasakan seperti satu renjatan dan dengan itu lepaslah takuk zakarnya ke dalam lubuk pantat wanita idamannya. Nadia mula menggeliat dalam lena apabila dia terasa seperti ada sesuatu di pantatnya. Lena betul dia terlelap kali ini.
Apabila Nadia mula menggeliat itu, secara semula jadi zakar Fariz semakin menyelinap ke dalam. Meremang bulu roma Fariz kerana dia merasa kenikmatan yang amat sangat. Separuh daripada zakarnya telah berada di dalam lubuk pembiakan Nadia. Fariz hilang sabar. Inilah saatnya. Sekali dia menarik nafas lalu dia menyantak keseluruhan zakarnya ke dalam pantat subur Nadia.
“Yeaarrghh….aarghhh….!!!” Fariz mengerang kuat sewaktu menyantak masuk batang zakarnya dengan kasar.
Nadia tersentak dengan santakan padu Fariz lalu terjaga daripada lenanya. Pantatnya kini terasa sendat.
“Oohh my god…Farizzz…apa kau buat nii…Lepaskan Kak Nadia..Ooohh godd!!” Nadia menjerit kecil.
Melalak Nadia apabila dia menyedari bahawa Fariz sedang meradak bontot padatnya. Apabila Nadia melalak, Fariz dengan rakus menyantak-nyantak pantat subur Nadia dengan padat dan dalam.
“Come on..Kak Nadia..aahh..aarghh…Kejap je…Fariz nak kejap je..” jawab Fariz berselang-seli dengan erangannya.
Apabila Nadia mula meronta, Fariz memeluk badan montok Nadia dengan erat supaya zakarnya tidak terlepas keluar. Tapi, mana mungkin zakar sepanjang dan segemuk itu boleh terkeluar kerana ia sedang berada jauh di dalam lubuk pembiakan Nadia yang sempit dan lembut itu. Dalam keadaan tertiarap, nafas Nadia mula sesak. Buah dada montoknya penyek tertekan dengan bebanan tubuh Fariz yang sedang menindih belakang tubuhnya
“Oouuhh…God…Don’t do this..Fariz…Oohhh..Shit..fuck..!..Arghh..Ya allah…oohh god..!” Nadia mula meronta-ronta sambil kakinya semakin terkangkang lebar…
Nadia berusaha menggelinjang dengan harapan untuk melepaskan diri namun tubuh Fariz yang tegap itu terlalu kuat untuknya. Malah, perbuatan Nadia itu membuatkan zakar Fariz semakin terperosok jauh ke dalam pantat tembamnya. Walaupun tuan badan tidak merelakan, namun pantat Nadia telah tewas dan mula mengeluarkan lendir nafsu yang pekat dan melekit. Pantat Nadia akur dengan kejantanan Fariz dan kakinya mula membuka luas untuk mengizinkan belalai jantan itu melapah lubuk subur wanita itu.
Fariz merasakan seperti berada di kayangan. Tak tercapai dek akal kelazatan badan Nadia. Dah berpuluh betina dia jamah dan pancut namun tidak ada yang selazat tubuh yang sedang dinikmatinya itu. Manalah dia akan cari tubuh yang sama seperti ini. Bontot debab Nadia terasa sangat empuk setiap kali dia menyantak padat ke dalam pantat yang maha tembam itu. Fariz merengek-rengek seperti budak kecil kerana menanggung kesedapan yang melampau. Cinta dia kepada Nadia tiada taranya.
“Aarghhh…fuck..! Fuck..damn..I love you Kak Nadia… You have got a tight pussy..!” Fariz mengeluh kesedapan.
“Aaahh..please Fariz..Jangan buat macam ni pada akak…please..Tolong jangannn…” Nadia masih berusaha merayu untuk kali terakhir.
Walaupun tanpa rela, seluruh tubuh Nadia tewas kepada kejantanan Fariz. Selepas hanya 10 minit tubuh bogel Nadia tersentak-sentak kekejangan. Dia merasakan puncak kenikmatan yang maha hebat. Tangannya mencengkam cadar dan bontotnya menonggeng tinggi akibat kepuasan yang amat sangat. Fariz memeluk tubuh montok Nadia erat sambil menyantak padat supaya cinta hatinya itu merasa kenikmatan semaksimum boleh. Sayu dia melihatkan Nadia dalam keadaan begitu.
“Ooohh..uuhh..shitt..stop…don’t..Fariz..don’t…Fariz..stop…God…Don’t…stop…DON”T STOP FARIZ..JANGAN BERHENTI…!!!..” akhirnya Nadia menjerit tidak tertahan….
Nadia telah tewas sepenuhnya. Dia tidak pernah merasakan kepuasan sebegitu rupanya walaupun sudah lama mengawan dengan Farid. Zakar Farid tak cukup jantan untuk memuaskan pantatnya sampai begitu sekali. Dua minit dia menikmati puncak kepuasan akibat ditebuk Fariz dengan ganas. Kejantanan Fariz memang hebat; dua kali lebih panjang dan dua kali lebih gemuk daripada zakar Farid. Nadia kini telah lembik dan tak bermaya untuk melawan lagi. Dia terpaksa menyerah kepada Fariz.
“That’s it Kak Nadia…I’m fucking you hard..! Macam tu la…sayang..Yeaahh..baby..!” Sorak Fariz gembira dengan penyerahan Nadia.
Setelah Nadia kembali tenang, Fariz kembali memeluk erat tubuh bogel bidadarinya. Disantaknya bontot Nadia padat-padat. Dia gigitnya tengkuk Nadia lembut-lembut. Semakin lama semakin padat, semakin padu jolokan Fariz ke dalam pantat tembam Nadia. Fariz masih remaja dan sudah tentu zakarnya sangat kuat. Kebiasaannya dia meratah perempuan selama sejam baru mahu memancut tetapi pantat Nadia lain macam sedapnya. Pantat bidadarinya sangat lembut dan sempit.
Cuma 20 minit berlalu dan kini kantung telur Fariz sudah selesai menghasilkan benih mani yang sangat subur dan sangat pekat. Fariz menyedari hal ini tapi sebenarnya dia belum bersedia untuk memancut. Dia mahu manjamah Nadia sekurang-kurangnya sejam. Tubuh seenak ini harus dinikmati selama boleh. Lagipun dia tidak tahu bila lagi dia akan menjamah Nadia. Namun, badan Nadia terlalu ranum dan lazat. Fariz juga akan tewas. Ini baru dikatakan buku bertemu ruas.
“Eeerghh…tahan Fariz..tahan…You can’t do it..Bertahan sikit lagi…eerrgghhh..aarkk..tahan…” Fariz sedaya-upaya cuba menahan klimaksnya…
Walaupun tanpa rela kerana mahu mengawan lebih lama, Fariz akur dengan kesuburan dan kelazatan lubuk betina Nadia. Dia tak berkuasa untuk menahan benih jantannya yang sudah memenuhi kantung telurnya sejak dari tadi. Dia kembali memeluk badan mantap Nadia yang tertiarap dengan erat; dia kembali menggigit tengkuk mulus Nadia dengan lembut. Dia menyantak-nyantak lubuk betina Nadia dengan padu sehingga paha gebu Nadia terangkat dan bontot padat Nadia tertonggeng.
Ketika itu meledaklah semburan air mani yang amat pekat dan putih daripada takuk zakar Fariz terus ke dalam rahim betina Nadia. Sekali lagi Nadia melalak dan meraung akibat tersentak dengan ledakan benih-benih Fariz yang deras dan banyak itu. Pantat tembam Nadia mengemam dan mengepam belalai Fariz supaya dia memancut dengan lebih banyak dan lebih deras. Nadia menggelupur dan menggeletek akibat dibenihkan dan dibuntingkan Fariz sedemikian rupa.
“Ooohh yearrgggghhh….Ohhh good god…..aahhkk…aarrgghh..BANYAKNYA AIR MANI AKUUU..!!!…” Fariz meraung-raung seperti orang tidak siuman…
Crot! Crot! Crot! Creettt! Benih jantan Fariz bukan saja memancut, tetapi sudah ditahap membuak akibat kelazatan yang tak tercapai dek akal. Dia terus melepaskan benih buntingnya tak henti-henti ke dalam pantat subur Nadia. Nadia terus menggelupur manakala Fariz menggigil melalui detik pembuntingan itu. Air mata Fariz pula menitis akibat perasaan cinta melampau kepada isteri abangnya dan juga akibat pancutan yang paling nikmat pernah dirasainya. Oh Nadia!!!
Entah berapa belas das pancutan dilepaskan Fariz ke dalam tubuh pasangan mengawannya. Tidak ada persoalan lagi. Nadia sudah pasti akan buntingkan anak Fariz. Seperti kata doktor, tubuh Nadia sangat subur, malah setitik air mani boleh membuntingkan Nadia. Inikan pula pancutan yang sepadu dan sebanyak pancutan Fariz tadi. Puas sudah Fariz membuktikan cintanya kepada Nadia. Dia telah membenihkan Nadia itu sebagai bukti perasaannya kepada perempuan ranum itu.
Selepas 10 minit membiarkan lelehan air mani sehingga ke titisan terakhir, dia menarik kejantanannya keluar dengan berhati-hati. Dilihatnya tidak ada setitik pun benihnya ikut keluar sekali. Fariz meletakkan bantal di bawah perut Nadia supaya saluran pantatnya condong ke atas bagi mengelakkan benihnya meleleh keluar. Dalam keadaan tertiarap dengan bontotnya yang tertonggeng tinggi Nadia masih teresak-esak namun dia sendiri pun membiarkan bontot tembamnya menadah ke atas. Dia juga tidak mahu benih Fariz yang subur itu terbazir.
Kesuburan pantat Nadia terbukti apabila 2 bulan kemudian dia terus bunting setelah kejadian itu. Farid sangat gembira kerana disangkanya benih dia yang dibiakkan oleh Nadia. Farid tidak tahu bahawa Nadia membuntingkan anak adiknya sendiri. Fariz pula semakin gilakan Nadia kerana betina bunting itu semakin mantap dan montok. Bontot Nadia semakin melebar dan cipap Nadia semakin menembam. Namun itu adalah rahsia mereka berdua. Nadia telah menjadi milik Fariz. Walaupun itulah kali pertama dan terakhir Fariz berzina dengan Nadia, dia berjaya meninggalkan pewaris dari air maninya. Zakar dan benih Fariz berjaya menghamilkan Nadia secara haram
(cara memancutkan air mani,cara orang hamil, amoybogel, main masa mengandung, ephyra inteemor, ketagih air mani
1K notes
·
View notes
Text
Memberi dan akan diberi (Amsal 11:24-25)
Amsal 11: 24-25 Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. 25 Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Allah memiliki sebuah sifat yang unik, yakni Allah suka menghamburkan berkat-Nya dengan berlimpah-limpah. Orang yang percaya kepada Tuhan, akan memiliki roh yang sama…
View On WordPress
0 notes
Text
Anak yang cengeng adalah anak yang memiliki bibit empati, tapi belum memiliki skill regulasi emosi. Anak yang sulit diberi tahu adalah anak yang berpendirian kuat, namun belum memiliki skill negosiasi. Anak yang peragu adalah anak yang mampu mempertimbangkan resiko, tapi belum memiliki skill problem solving. Anak yang berbicara nada tinggi adalah anak yang berani berpendapat, namun belum memiliki skill komunikasi.
Parents, jangan hilangkan bibit baiknya, tapi bangun skill yang tepat untuk mengasahnya.
-dr. Rina A. Sumantri
487 notes
·
View notes
Text
Menikahlah dengan dia yang takut kepada Allaah
Seorang laki-laki yang takut kepada Allaah, ketika dia menjadi seorang suami dia pasti akan takut mendzholimi istri, anak dan keluarganya. Begitupun seorang perempuan yang takut kepada Allaah, ketika dia menjadi seorang istri, dia akan takut mendzholimi suami, anak, dan keluarganya.
"Menikahlah dengan seseorang yang tidak akan pernah memaksamu untuk meminta hak-hakmu, yang rela memberikanmu seluruh hakmu karena mereka takut kepada Allah ﷻ"—Julaibib hafidzahullah on tumblr
Nasehat pernikahan di atas, adalah salah satu nasehat yang bisa kita jadikan salah satu tolak ukur dalam memilih pasangan, carilah dan mintalah diberi pasangan yang takut kepada Allaah, semoga kelak dia juga takut untuk mendzholimi diri kita.
Seseorang yang meniatkan menikah karenan ibadah, dia akan paham bahwa dalam menjalani kehidupan rumah tangga, tidak hanya cukup bermodalkan perasaan tertarik saja pada sisi-sisi kebaikan diri yang membuat kita kagum, namun ada yang lebih penting dari itu, yaitu ilmu tentang pernikahan, dan salah satu ilmu pernikahan adalah dia paham bahwa sebaik-baiknya seseorang adalah yang paling baik dengan keluarganya.
Semoga kelak, kita dipertemukan dengan seseorang yang benar-benar ingin menjalani ibadah terpanjang dengan kita, dengan membawa serta perasaan takut kepada Allaah dalam dirinya, sehingga tidak mudah mendzholimi kita sebagai pasangannya, justru dia paham bagaimana Islam mengajarkan cara memperlakukan pasangan dengan baik dan mulia, tanpa perlu ada hati yang terluka dan tersakiti.
Semoga Allaah karuniakan kita keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, dengan siapapun yang Allaah pilihkan untuk kita menjalani ibadah terpanjang. Aamiin Allaahumma Aamiin
452 notes
·
View notes
Text
Segala yang gagal bukan karena Allah tak sayang, melainkan karena memang kamu belum membutuhkan.
Allah tahu kapan do'a-do'amu harus diberi saat ini juga, diiyakan tapi nanti tunggu sebentar atau diganti dengan yang lebih indah dari yang kamu minta.
308 notes
·
View notes
Text
"Mas mengapa kita harus punya ilmu? Bukankah bebannya akan lebih berat? Karena akan dihisab?" Tanyamu suatu saat.
"Begini dik" saat itu kita sedang berada di pinggir pantai, menikmati angin sepoi-sepoi sekaligus deburan ombak
"Memang orang berilmu membawa beban yang lebih berat, karena dia sudah tahu, dan utamanya orang yang sudah tahu, mengamalkannya"
"Tapi justru dia juga akan lebih ringan dalam beramal, karena dia sudah tahu keutamaan sebuah amalan itu; atau minimal dia punya niat untuk beramal atas dasar keilmuannya itu"
"Lalu gimana, kalau orang yang berilmu tergelincir?" Pertanyaanmu yang menghujam diikuti deburan ombak yang menghantam batu-batu besar yang Allah ciptakan di sekitar pantai, sehingga ombak itu pecah dan tidak begitu besar ketika mencapai tepi pantai
"Semua manusia, pastilah memiliki potensi untuk tergelincir. Maka dari itu kita diminta berdoa agar supaya selalu dalam penjagaan hidayah Allah"
"Kalaupun tergelincir, semoga ilmunya menjadi pengingat bagi dirinya untuk kembali berbenah; jika pun tidak, cukuplah dia menjadi contoh orang berilmu saja bisa tergelincir, apalagi yang tidak berilmu"
Kamu menggangguk. Aku tersenyum. Semoga kita sama-sama diberi pemahaman yang baik terhadap ilmu, didekatkan juga dengan ilmu-ilmu yang benar serta bermanfaat.
Langit semakin terik, tidak baik berlama-lama di pinggir pantai. Kamu sudah memberik kode mengajak untuk segera bergegas. Namun, sebelum pergi ku pandang lagi, laut yang luas itu, sehingga teringatlah sebuah ayat yang begitu indah, mengenai perumpaan laut dan ilmuNya Allah
"Katakanlah (wahai Muhammad), “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). [al-Kahfi/18:109]"
139 notes
·
View notes
Text
DOKTOR SWASTA PT 1
"Encik, kami ada berita kurang baik," wanita disebalik telefon memberitahu ku sebaik sahaja selepas dia memperkenalkan diri dia.
"Isteri encik perlu ditidurkan buat sementara waktu. Ini kerana keadaan Isteri encik agak tenat sedikit," kata wanita tersebut. Aku terkejut dan terkedu. Minda ku bagaikan tepu dan tidak dapat berfikir apa-apa.
"Tapi encik jangan risau, kami sering memberikan isteri encik antibiotik, cuma akan mengambil masa beberapa hari untuk sembuh seperti sediakala," kata wanita tersebut. Sebaik sahaja wanita tersebut habis bercakap, aku terus meletakkan telefon dan bergegas ke hospital. Majikan aku dengan baik hatinya memahami perasaan aku dan memberikan aku seminggu cuti dan menyuruh ku bertenang.
Sebaik sahaja sampai di hospital, aku dibawa ke bilik VIP dimana isteriku sedang dirawat. Luluh hatiku apabila melihat isteriku terlantar dan bersambung dengan semua jenis mesin yang membantu kehidupannya.
"Salam encik, nama saya Dr Hani," kata seorang doktor wanita sambil menyapa ku. Doktor tersebut menerangkan panjang lebar tentang apa yang berlaku dan apa yang akan mereka lakukan serta pelan mereka jika ada kecemasan. Aku mendengar tapi hatiku dan mindaku tidak mampu untuk fokus dan hanya sedih melihat isteriku.
"Baik encik, antibiotik akan diberi 6 jam sekali ya, bermula dari 12 malam hari ini," kata doktor tersebut sambil meninggalkan ku bersama isteriku. Aku hanya mampu melihat dan membelai rambut isteriku sekali sekala sehinggalah aku tertidur.
"Encik, encik..," terdengar suara wanita mengejutkan ku. Terkebil-kebil aku bangun dan menyapa suara tersebut. Rupa-rupanya, Dr Hani datang untuk memberikan rawatan.
"Doktor, s..sekarang pukul 11, bukan doktor beritau rawatan mula pukul 12 malam?" tanya aku apabila Dr Hani memberitahu tentang rawatan antibiotik.
"Betul encik, tapi rawatan ni bersyarat sedikit," kata Dr Hani sambil menunjukkan picagari yang dipenuhi antibiotik.
"Saya tak faham," aku menanya.
"Beginilah encik, isteri encik ini perlukan rawatan antibiotik ni. Tapi encik kena ikut sepenuhnya cakap saya, kalau tak saya takkan beri rawatan kepada isteri encik," kata Dr Hani . Aku masih tidak faham akan apa yang Dr beritahu.
"Encik curanglah dengan saya kalau nak selamatkan isteri encik," bisik Dr Hani di telinga ku. Muka ku merah padam dan aku berasa sungguh marah dan menolak Dr Hani dari diriku dan bergegas keluar untuk memanggil jururawat lain. Apabila aku mengadu kepada jururawat, mereka hanya tertawa dengan aduan ku.
"Ala, Dr suruh curang je, takkan itu pun tak boleh. ke kau nak curang lepas bini kau mati," kata salah seorang jururawat. Terkejut aku mendengar gelak tawa dan ejekan jururawat-jururawat di situ.
"Encikkk, cepatla, nanti isteri encik tak dapat antibiotik ni," Dr Hani mengejek ku dari bilik VIP. Aku kehilangan arah dan amat kecewa. Aku berjalan kembali ke bilik dengan perlahan-lahan, semangatku makin rendah dan makin pudar.
Sebaik sahaja aku masuk bilik, Dr Hani menarik ku masuk dan mengunci pintu.Dengan pantas dia memaksa dirinya ke atas ku. Aku dicumbu tanpa persetujuan diriku. Makin lama Dr Hani bercumbu, makin agresif kelakuannya. Bajuku ditanggalkan, tubuh serta leherku dijilat, dicium dan digigit oleh Dr Hani. Tepat pada pukul 12 tengah malam, Dr Hani berhenti dan memberi antibiotik kepada isteriku. Aku ditinggalkan di bilik bersama isteriku yang masih lagi tidur. Aku berasa sungguh bersalah namun aku terpaksa dan tiada jalan lain untuk menyelamatkan isteriku. Selang beberapa lama, aku membaringkan diri aku di sofa didalam bilik VIP tersebut dan merehatkan diri.
5.00 Pagi
Aku terkejut bangun akibat merasa sesuatu basah di kawasan kemaluan ku. Yang lebih mengejutkan adalah seluarku ditanggalkan dan aku dibogelkan dari pusat ke bawah. Aku nampak kepala Dr Hani bergerak atas bawah, menjilat dan menghisap batang aku. Aku dengan segera menutup muka ku dan mula menangis sedikit. Aku berasa pilu kerana perkara ini sedang berlaku dihadapan isteriku yang ditidurkan. Batangku di hisap, dilancap, di jilat berulang kali dari separa tegang ke tegang sepenuhnya dan sehinggalah aku terpancut.
"Ala encik, air mata buaya ke tu. Dah sampai terpancut dah. Encik tak sayang pun bini encik ni kan. Kalau tak mengapa tegang dan terpancut encik," ejek Dr Hani, tertawa sambil merawat isteriku dan meninggalkan ku seperti biasa.
11 Pagi
"Encik, tanggalkan seluar dan masuk ke tandas ye," arah Dr Hani sebaik sahaja masuk ke dalam bilik. Aku dengan perlahan bangun dan menanggalkan seluar aku.
"Ala Encik, cepat la sikit, kita nak berseronok ni," kata Dr Hani sambil merentap dan menarik seluar ku sehingga tertanggal. Aku pun masuk ke dalam tandas dan menunggu untuk Dr Hani. Dr Hani memeluk ku dari belakang dan meraba-raba batang aku. Aku dapat rasakan ada cecair di tangan Dr Hani yang diratakan ke batang aku.
"Encik kita bubuh sabun sikit ye, baru seronok Encik," kata Dr Hani sambil mula melancap aku dengan kedua-dua tangannya. Walaupun aku berasa sedih dan hiba, namun batangku tetap memberi respon yang elok kepada lancapan Dr Hani.
"Encik ni lelaki yang tak guna tahu? Isteri encik sedang tenat, encik sedang curang didalam tandas bilik dia," bisik Dr Hani sambil melancap laju. Aku hampir menangis mendengar tomahan Dr Hani.
"Encik seronok kan macam ni. Encik harap isteri kesayangan encik tu tidur lama-lama kan, baru encik rasa kurang bersalah nak seronok macam ni," sambung Dr Hani sambil melancapku.
"T..Tak," kata aku dengan tergagap-gagap.
"Kalau tak, mengapa batang encik menegang macam ni? Tak malu ke menipu encik? Kalau isteri encik dengar, macamana perasaan dia," kata Dr Hani.
"Kalau isteri encik tengok encik kena lancap ni, agaknya dia sendiri nak ditidurkan," kata Dr Hani sambil tertawa sedikit. Aku hanya mampu menangis mendengar bisikan durjana Dr Hani. Dr Hani melajukan lancapannya dan batangku mula berdenyut-denyut. Aku cuba menahan seberapa banyak yang boleh tapi apakan daya, aku hanya lelaki biasa.
"Ha kan dah terpancut. Air mani lelaki tak guna macam encik ni memang patut disumbangkan ke dalam jamban," ejek Dr Hani sambil memerhatikan batang aku yang berdenyut memancut air mani ke dalam jamban. Selepas memerhati, aku sekali lagi ditinggalkan bersendirian dengan perasaan kecewa kepada diriku sendiri.
6 Petang
"Asyik encik saja yang melepas, sekarang encik kena puaskan saya pula," kata Dr Hani sambil memasuki bilik.
"Encik nak isteri kesayang encik ni selamatkan?" kata Dr Hani sambil duduk di atas katil pesakit dibahagian kaki isteriku sedang terbaring.
"Encik rasa saya lagi cantik atau isteri encik lagi cantik," kata Dr Hani sambil mengisyaratkan aku duduk di hadapannya.
"D..Doktor," aku jawab dengan nada rendah dengan harapan dapat memuaskan hati Dr Hani.
"Encik ni memang lelaki tak guna. Isteri hidup lagi dah memuji orang lain," kata Dr Hani sambil meletakkan kakinya di atas bahu ku. Kaki kirinya di bahu kananku dan kaki kanannya di bahu kiriku. Aku terdiam mendengar kata-kata Dr Hani.
"Takkan encik tak tahu nak buat apa," kata Dr Hani sambil tersenyum sinis melihatku. Aku melondehkan seluar dan seluar dalam Dr Hani.
"Waaah, encik memang keji betul. Encik nak jilat pantat saya sambil saya duduk disebelah isteri encik," kata Dr Hani tertawa sambil menarik kepala ku rapat ke cipapnya menggunakan kakinya.
Dengan rasa sedikit pilu, aku mula menjilat cipap Dr Hani. Lidahku berusaha bersungguh-sungguh untuk memuaskan nafsu Dr Hani. Teknik yang aku gunakan kepada isteriku, aku gunakan kepada Dr Hani. Dr Hani pulak sibuk menikmati jilatan aku sehingga dia klimaks dua kali dalam masa sejam.
Selepas puas, seperti biasa Dr Hani merawat isteriku dan meninggalkan aku sendirian.
11 Malam
"Malam-malam macam ni rasa sunyi pulak tanpa encik," kata Dr Hani sambil memasuki bilik. Dengan cepat Dr Hani menerkam aku dan menanggalkan pakaian aku. Aku dicumbu berkali-kali dan dibaringkan di atas sofa. Seluar dan baju ku dicampak ke atas lantai.
"Dah lama ke encik terpacak macam ni" ejek Dr Hani sambil menanggalkan seluarnya. Dengan cepat Dr Hani mula menunggang batang aku. Cipapnya mencengkam kuat batangku dan mula terkemut-kemut sebaik sahaja dia mula menunggang.
"Sedap tak encik, lagi sedap dari isteri encik tak?" kata Dr Hani tercungap-cungap sambil menunggang aku. Aku hanya dia dan cuba untuk tidak menikmati pengalaman ku. Namun, tunggangan Dr Hani memang sedap dan aku tidak dapat menahan perasaan aku.
"Muka encik seronok saja, tak ingat isteri ke," kata Dr Hani sambil melajukan tunggangannya. Aku mula merengek akibat berasa terlalu sedap. Aku mula hanyut dalam kesedapan cipap Dr Hani.
Sejam dihabiskan Dr Hani menunggang ku. Di penghujung sejam tersebut aku dan Dr Hani klimaks bersama-sama. Nikmatnya sungguh lain. Aku berasa sungguh bersalah kerana sanggup terlupa akan isteriku ketika ditunggangi Dr Hani. Dr Hani pulak mengejek-ejek aku dan meremehkan aku sambil merawat isteriku.
*Korang nak tak cerita ini disambung. I ada plan beberapa sambungan cerita, agak sadis di sambungan2 seterusnya, mungkin keterlaluan sikit tapi korang cakaplah nak sambung ke tak*
#hot malay#lucah melayu#malay hijab#malaygirl#malaysia#melayu sedap#melayuboleh#melayucantik#melayugersang#melayumantap#tudung melayu#melayu tudung#tudung lucah#tudung lancap#tudung hot#tudung mantap#melayu lancap#modal lancap#bahan lancap#budaknakal#modalpancut#modal melayu#modallancap#fantasi#isteri orang#bahanlancap#lancap#malay#minah melayu#melayu hot
3K notes
·
View notes
Text
Bergesernya Rasa Kagum
Sekarang, di dunia yang penuh dengan beragam pemikiran. Harus makin hati-hati sama ragam pemikiran yang diterima melalui media sosial, yang akhirnya kita konsumsi, dan menelusup ke dalam alam pikiran kita. Mungkin beberapa kali kita pernah mendapati pemikiran yang sesuai dan langsung menyetujuinya tanpa cross-check dasar pemikirannya.
Dan hari ini, kekagumanku yang dulu kuberikan kepada orang-orang yang menurutku keren pemikirannya kini bergeser menjadi lebih waspada. Mulai ngecek latar belakang orang yang menyampaikan pemikiran tersebut. Terus kalau hanya satu pemahaman yang kuterima, aku akan ngecek pemahaman2 lainnya yang dia miliki sehingga memiliki data komprehensif. Penilaianku menjadi makin kompleks, tapi aku suka.
Mungkin terkesan ribet. Tapi bagiku, ini sangat menyelamatkan. Aku tidak mengagumi orang yang salah. Ibarat ia memiliki 100 pemahaman, mungkin aku hanya melihat dan mendengar yang 1 aja dan aku sangat setuju, 99 lainnya harus diriset. Eh ternyata yang lainnya itu PRO LGBT, pernikahan beda agama, dan lain-lain. Pendapat-pendapat dari orang yang seperti ini yang berbeda value denganku, pasti tidak akan langsung menjadi pendapat utama yang akan kupertimbangkan apalagi kukagumi. Kekagumanku telah bergeser kepada para ahli ilmu dan ahli agama. Yang dasar pemikirannya selalu berdasarkan Al Quran dan Hadist. Ada alasan-alasan yang kuat mengapa sebuah pemikiran itu benar dan sesat. Bukan semata pada perasaan dan logika manusia. Tapi pemikiran yang langsung bersumber pada Maha Pencipta. Dan kita manusia, benar-benar seperti setitik debu dibandingkan dengan luasnya alam raya ini. Kita hanyalah tanah yang diberi nyawa.
Aku tahu ini mungkin sangat keras dan kaku. Tapi aku tidak peduli dengan apa kata orang atas prinsip hidup ini. Segala pemikiran yang akan kuadaptasi adalah pemikiran-pemikiran yang telat melewati filter-filter value khususnya keyakinan yang aku yakini dan imani. Dan itu menyeluruh.
Sebagaimana kita di sini, jika punya keyakinan yang sama. Tidak bisa memilih aturan mana yang mau kita pakai dan tidak dalam keyakinan ini, harus satu paket. Tidak boleh memilih-milih hukum berdasarkan perasaan dan pertimbangan akal kita sebagai manusia.
Di tumblr ini pun demikian, ada banyak sekali value yang bertebaran. Ada yang berseberangan, ada yang mirip, ada yang bertentangan, segala rupa. Kemampuan kritis kita dimasa perang pemikiran saat ini dibutuhkan. Terlebih kita mungkin akan mengalami bias antara mencari kebenaran dan mencari pembenaran.
Sebagai penutup. Mudah-mudahan, di zaman yang benar-benar sangat menantang ini. Pikiran kita terjaga, kita diberikan kemampuan untuk menganalisa dan kritis terhadap apa yang kita konsumsi, dan diberikan keteguhan atas iman yang saat ini benar apa kata hadist : Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api..
226 notes
·
View notes
Text
Tidak ada solusi yang paling baik bagi lelaki dan perempuan yang saling jatuh cinta, selain menikah.
Jika belum mampu, maka keduanya harus mengambil jarak, memutus komunikasi, tidak berinteraksi.
Sebab jika masih saling bersinggungan, membalut perasaan atas nama pertemanan, keduanya akan terus tergelincir. Lalu kemudian lupa perihal dosa maksiat yang mereka lakukan.
Lantas siapa yang paling berperan atas hal ini? Ketika virus merah jambu telah merebak di dalam hati?
Adalah lelaki. Lelaki yang paling berperan atas semua hal yang akan terjadi.
Jika komitmen dirinya adalah menjaga pandangan dan memelihara kemaluan, maka tidak akan pernah berat baginya untuk memutuskan semua rantai yang bisa menimbulkan fitnah di masyarakat.
Karena sampai kapan pun, lelaki selalu memiliki kontrol atas perasaan perempuan.
Karena selamanya perempuan akan menjadi makhluk yang senang diberi perhatian dan kejutan.
Untuk itulah laki-laki harus meretas perhatian itu. Membatasi setiap kejutan yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan benih-benih perasaan.
Karena kita tidak akan pernah bisa mematikan asumsi orang-orang terkait apa yang nampak di ruang publik.
Apa yang menjadi konsumsi banyak mata adalah sesuatu yang akan menimbulkan banyak prasangka. Maka salah satu jalan agar terhindar dari fitnah, tidak mendatangkan banyak prasangka adalah dengan berupaya menghindari pusat dari prasangka tersebut.
Tidaklah seseorang dikatakan gemar menghadiri konser musik, jikalau yang nampak dari kesehariannya adalah perihal panggung megah dengan penyanyi bak dewa. Juga dirinya yang ada di sana, seraya memamerkan semua aktivitas yang ia geluti.
Maka begitu pula dengan kedekatan seseorang.
Kamu tidak akan pernah diduga sedang menjalin sebuah hubungan dengan seseorang, sampai kamu berani berjalan dengannya di ruang publik, berdua, bersama. Terlebih jika kamu berdua tidak terikat hubungan pernikahan.
Maka jalan satu-satunya untuk mematikan asumsi orang lain adalah menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahan perspektif.
Kamu mungkin bisa mengelak, menampik semua persangkaan banyak orang. Tapi aktivitasmu, gerak tubuhmu adalah tanda baca. Membiarkan orang lain melihat berarti membiarkan orang lain menarik kesimpulan atas dirimu, gerakmu, aktivitasmu.
Karena sampai kapan pun, orang-orang akan selalu percaya.
Bahwa mustahil menjalin hubungan akrab dengan lawan jenis tanpa melibatkan perasaan.
07.00 p.m || 02 Juli 2024
Source : @ulvafdillah
#tulisan#ulvafdillah#cerita#tulisansepanjangtahun#puisi#puisiindonesia#sajak#prosa#daily poem#kisah#monolog#pemikiran#pertemanan#friendzone#islampost#quoteislamic
161 notes
·
View notes
Text
Mengawetkan Kenangan.
———
Tidak ada yang pernah benar-benar tahu, orang lain memandangku dengan begitu penuh dan sungguh pun tak akan pernah tahu, bahwa dalam sudut hati kecilku masih menyimpan secuil ingatan tentangmu, senyummu, tawamu, kedip matamu; apapun yang tentang kamu.
Apabila orang lain pun mengerti, mungkin ia hanya akan menghakimi, bahwa memang nyatanya kau pun tak bisa kumiliki, bahwa faktanya kau tak akan bisa ku genggam lagi.
Namun biarlah, biar kupendam semua ini sendirian saja, meski kegelisahan dan kesenduhan hatiku tak terhingga, tak mengapa. Asal engkau tetap abadi dalam semestaku selamanya.
@by-u
———
satu lagi, seseorang yang akhirnya harus berakhir menjadi pengisi ruang ingatan ini. seseorang yang senyumnya dan suaranya akan sangat kurindukan.
meski demikian, kali ini aku telah menemukan cara untuk mengabadikannya. sesuatu yang kelak akan membuatnya selalu hidup, meski ia telah membuat perasaan ini tak berbalas.
iya, seseorang itu akan tinggal dan hidup di dalam kenangan yang terselip di setiap tulisan-tulisanku.
@hardkryptoniteheart
———
Bila kutilik lagi masa keemasan kita, aku selalu tersenyum—entah pilu atau bahagia. Bermacam memori seperti film yang diputar khusus untukku untuk mengenang semuanya. Meskipun pada akhirnya kita tak membuat kenangan baru lagi, bukan berarti semuanya hancur semu. Selalu ada, apapun itu. Selalu nyata, masa-masa lalu itu.
Kuharap kita tidak lupa apa yang sudah kita alami, tidak benci dengan segala sepi, tidak jumawa dengan segala performa.
Wahai, bukankah kita selalu punya kesempatan? Bukankah kita selalu punya waktu? Bukankah kita selalu berkeinginan untuk bersatu?
Biarlah memori indah ini tersimpan dalam kepala dan hatiku. Suatu saat akan kubagi dengan semua yang kumau.
@rezticia
———
satu kisahku hari ini menjadi kenangan. aku sedang mengupayakan tempat terbaik untuk menyimpannya. apakah di laci atau kubiarkan ia berceceran di lantai, biar nanti disapu ketika petang tiba.
sebentar saja, biarkan aku merenungi lebih lama. di mana tempat paling tepat untuk kisah yang berakhir di titik awal?
@nonaabuabu
———
Aku masih mengingat dengan jelas semua hal tentangmu, mata yang terlihat tersenyum setiap memandangku, bibir kecil yang membicarakan hal-hal yang terkadang tak jelas, hidung yang selalu ku sentuh ketika dirimu terlihat menggemaskan.
Apakah harapan itu masih ada untuk kita?, Atau semua tersusun rapi menjadi kenangan yang tak pernah hilang?.
@dinata22
———
Dibalik dinding kelabu kutitipkan kepingan rindu ini menemui dirimu yang masih terpaut jauh disana.
Rindu yang kian menggebu tak akan pernah tahu bagaimana cara untuk mengakhirinya.
Karena penuhnya riuh dan sesak saat ini masih belum bisa untuk menuntaskannya kepadamu.
Karena dirimu adala potret nyata dibalik tiap pertemuan yang sering kita lakukan dahulu.
Andai tak ada batas ruang dan waktu ingin sekali rasanya kudekap engkau pada berbagai tempat.
Memelukmu dengan segenap hati dan rindu yang kian erat.
Sampai pada akhirnya rindu telah hilang dan hati telah redup karena lagi tak diberi arti.
@kevinsetyawan
———
Nyaris Sewindu
Kau sedang menonton ulang video berdurasi 2 menit 14 detik yang dua hari lalu kaukirimkan ke nomor WhatsApp seseorang. Berlatar Pantai Menganti menjelang gelap, video itulah satu-satunya file tentang kalian yang masih kausimpan.
Suara tawa, sesekali teriakan, deburan ombak, dan angin kencang jelas terdengar. Ketika kamera menyoroti wajahnya, kau tersenyum. Cantik sekali, pikirmu. Tepat setelah kautekan tombol kembali, masuk sebuah pesan balasan:
[12/28, 00:12] 083110232345: "Hahaha gak berasa udah 7 tahun, ya? Maaf baru balas, anakku 2 hari kemarin sakit. Apa kabar? Kudengar, kamu masih lajang?"
@narashit
———
Sorot mata teduh yang selalu jadi ingatan favoritku itu.
Seperti adegan reka ulang yang terputar dalam ingatan.
Sepersekian detik, namun rasanya seperti bertahun lamanya.
Rasanya otak ini ingin kusiram formalin saja, biar awet sekalian dengan ingatan yang ada di dalamnya.
Sayang sekali, yang bisa kusimpan hanya ini.
Tidak ada yang sempat terabadikan dengan lensa kamera.
Namun bila saja boleh mengulang sekali lagi.
Masih ada ruang yang tersisa kan untuk aku kembali?
@ceritadear
———
Di bangku kereta. Sebelum emosi saya menyusut menjadi cangkang kosong, saya sempat membayangkan diri saya terpojok, meraung-raung, memanggil namanya berkali-kali. Menangis sejadi-jadinya, orang malang sepenuhnya.
Tapi saat tiba di depannya, di keranda tidurnya, setelah dimandikan, tinggal dikafani tanpa diberi bedak dan disisir rambut. Saya hanya memeluknya sambil menahan air mata yang tetap saja jatuh.
Saat itu hati kecil saya menegaskan satu hal;
"Kita tidak perlu memanggil sesuatu yang memang tak pernah meninggalkan kita."
Apalagi meratapinya; Ia lebih pantas dirindukan dengan sebaik-baiknya.
@ihsnfkri
———
berlalu ditujuan yang sama akan membuatku merasa memilikimu secara perasaan namun perahu yang sama-sama kita naiki itu dapat berlabuh di dermaga pelukan lain. aku melihat punggungmu perlahan menjauhiku sedang aku masih memegang erat anak dayung dengan harap menunggumu berbalik menaiki perahu ini lagi.
aku menunggu dengan tatapan yang penuh warna melihat kamu telah melanjutkan hidupmu dan memiliki janin-janin selembaran berisi darah dan dagingmu. namun sepertinya hanya aku yang masih berdiri ditempat yang sama seperti saat kau meninggalkanku. aku menjalani hidup namun tidak bergerak kemana-mana.
dengan upaya aku bekerja lebih keras setiap hari, nyatanya setiap sudut kota ini yang kutemui hanya kau dan segala hal yang pernah kita lalui. bukankah sudah kubuang segala isi hati? rasanya aku seperti tahanan ingatan sendiri.
tentang kita memang abadi, tetapi hanya berakhir dalam diriku seorang diri.
@tuanpoetry
80 notes
·
View notes