#Rambu Solo'
Explore tagged Tumblr posts
Text
DARI SURABAYA, WA 081234-00-8982 Jasa Papan Rambu Lalu Lintas Solo
PRODUSEN LANGSUNG, WA 081234-00-8982 Jasa Papan Rambu Lalu Lintas Solo
Dikirim dari Surabaya, Siap Kirim Ke Seluruh Indonesia.
Kami Melayani
Neon Box Akrilik.
2. Papan Nama Akrilik.
3. Acrylic Akrilik.
4. Tulisan Akrilik
5. Neon Flexible.
Keunggulan Kami:
1. Produsen Langsung, Harga Pasti Terbaik.
2. Siap Kirim Ke Seluruh Indonesia.
3. Gratis Konsultasi.
4. Transoaransi Kualitas dan Harga.
5. Menggunakan Akrilik Tebal dan Lampu LED
Jasa Neon Box Surabaya
WA 081234-00-8982
Jl. Petemon Barat no 23 Surabaya
Jasa Papan Rambu Lalu Lintas Solo
#JasaPapanRambuLaluLintasSolo
0 notes
Text
The Torajan people, an ethnic group indigenous to the highlands of Sulawesi in Indonesia, are renowned for their elaborate and deeply spiritual death rituals. For the Torajans, death is not viewed as the end of life but as a significant transition that involves complex and lengthy ceremonies. These rituals reflect the community's beliefs about the afterlife and underscore the importance of honoring ancestors.
Central to Torajan death rituals is the concept of "Rambu Solo", which encompasses the traditional funeral rites and the entire process of honouring the deceased. When a person dies, they are typically kept in the family home for an extended period, sometimes months or even years, while the family prepares for the funeral. This prolonged mourning period allows for the accumulation of the necessary resources and for the family to arrange an elaborate ceremony. The deceased is treated with great respect and is often dressed in fine clothing, awaiting the final rites.
The funeral itself is a grand affair involving multiple stages. One of the most striking elements of Torajan funerals is the "Ma'nene" or "The Ceremony of Cleaning the Corpses," where the family exhumed deceased relatives from their graves to clean and redress them in new clothes. The Ma'nene ceremony can be a festive occasion, characterized by singing, dancing, and feasting.
Photograph credit: Garry Lotulung
179 notes
·
View notes
Text
DM 2 Solo
Pertama, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada para BPH, Pengurus, kader, dan peserta yang telah menyukseskan agenda DM 2 Solo. Sungguh tidak mudah memegang amanah pengkaderan besar ini, atas izin Allah semua berjalan lancar.
Kedua, teruntuk para peserta, Prof. Rhenald Kasali telah memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan dunia. Dakwah kampus yang terasa "jumud" itu perlu segera disikapi dengan bijak tanpa mengurangi esensi dakwah.
Dari buku "Menuju Kemenangan Dakwah Kampus" kita disadarkan mengenai pentingnya makna kemenangan, bukan sekadar menduduki jabatan strategis seperti BEM, namun kebermanfaatan yang dapat kita berikan bagi mahasiswa dan masyarakat.
Bagian penting dari buku ini adalah seruan untuk kembali ke Ashalah Dakwah Kampus, memahami kembali makna Islam, pentingnya tarbiyah untuk manusia, pentingnya dakwah sebagai seruan kebaikan, dan yang pasti fiqih dakwah sebagai rambu dasar yang dilengkapi oleh manhaj dakwah. ADK perlu paham itu.
Masuk ke bab metode, setelah memahami Ashalah Dakwah Kampus, kita perlu membaca perubahan pemuda saat ini. Bagaimana memahami diri sendiri, memahami orang lain, selanjutnya memberi pembebanan yang tepat dalam setiap amanah yang diberikan.
Kita para aktivis dakwah, berangkat dengan mimpi, ekspektasi, dan juga pengalaman spiritual yang berbeda. Jangan menganggap sama, jangan menuntut banyak hal sebelum memberi pemahaman, jangan mematikan mimpi mereka! Jangan berlindung dengan term "ini amanah dakwah."
Mengutip dari buku "Di Kekinian Dakwah" dalam proses tarbiyah, terkadang para aktivis banyak melupakan proses pemahaman dari perangkat-perangkat dan rukun-rukun ukhuwah. Apabila 2 step ini dilupakan, dakwah akan runtuh dari dalam.
Ingat kembali klasifikasi basis dakwah, mana basis pendukung, mana para penggerak, mana ideolog gerakan. Saat berada di fase penggerak, sudah sepantasnya sadar akan peran, pun saat hilang arah tujuan, bukan sibuk mencari kesalahan atau pembenaran, namun kembali lagi ke 2 poin atas, harus saling memahami dan menguatkan ukhuwahnya.
Kita sudah sama-sama membaca umat ini. Kita familiar dengan kalimat dakwah tak butuh kita, namun kita yang butuh dakwah. Namun dalam tulisan ini, saya tegaskan bahwa hari ini dakwah butuh kita semua! orang-orang dipersimpangan jalan itu butuh kita, orang-orang terzalimi butuh kita, saudara seperjuangan pun butuh kita, jangan sampai mengecap manisnya iman sendirian namun kita tutup mata di luar sana.
Manhaj kita menuntun manusia untuk menuju kemuliaan, melepaskan diri dari perdebatan khilafiyah, dan yang paling penting mengupayakan persatuan umat.
"kita adalah dai sebelum apapun"
"Sampaikan walau satu ayat"
bukanlah menjadi pembenaran untuk kita tidak menambah ilmu. Cari majelis ilmu, carilah guru, jagalah adab dengan guru, orang tua, dan saudara sesama muslim. Carilah bekal sebanyak-banyaknya, tenangkan hatimu, sucikan hatimu dari niat-niat untuk pujian, harta, dan dunia dan segala isinya.
Tempat kita berdiri saat ini, Solo, bumi yang diridhai oleh Allah memiliki jenama "The Spirit Of Java." namun menurut Ustadz Syihabuddin Al-Hafizh, Solo ini bukan hanya jawa semata, tapi "Spirit Of The World"
Peranakan china di pasar gede, peranakan Arab di Pasar Kliwon, India di Laweyan dan jawa sebagai etnis mayoritas berkumpul di kota ini.
Tak cukup dari itu, di kota ini juga ada bekas Kraton Kerajaan Mataram Islam yang besar di Kartasura, Kraton Mangkunegaran pimpinan Pangeran Sambernyawa dan Kasunanan pimpinan PB X yang gigih melawan belanda, lalu munculnya SDI yang memicu pembentukan SI sebagai perlawanan oligarki kolonial di Laweyan.
Di zaman ini, ormas dan kelompok Islam meliputi : MTA yang besar di Karangayar, LDII Sukoharjo sekitarnya, Hidayatullah di Mojosongo, DSKS dan laskar Islam di Ngruki, Muhammadiyah di Sukoharjo, dan Para Habaib tarekat yang besar di Pasar Kliwon.
Faktor historis dan landscape ormas ini menjadi bukti bawah Islam adalah pemersatu bangsa, sebuah spirit yang harus kita bawa sembari menyerukan moralitas kepada peradaban barat yang rapuh itu.
Maka, saat berkumpul kembali kelak, kita sepakat untuk mengesampingkan perbedaan pendapat dalam suatu perkara, kita berfokus merangkai persatuan antar umat, sesuai dengan prinsip kita, persaudaran adalah watak muamalah KAMMI.
Terakhir, dimasa yang penuh fitnah ini, kita harus membangun optimisme akan kejayaan umat. Bukan toxic positivity, namun berputus asa dan berpangku tangan itu bukanlah karakter seorang muslim.
Selayaknya Bilal bin Rabbah dengan ketauhidanya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam saat memukul batu di Parit Khandaq, Umar bin Abdul Aziz dengan reformasi birokrasi Umayyah, Imam Ghazali, Nuruddin Zanki, Shalahuddin Al-Ayyubi sebagai aktor Islah dalam menaklukan Al-Quds, Muhammad Al-Fatih yang menaklukan Konstantinopel, dan kita semua para aktivis dakwah kampus yang tengah mempersiapkan diri untuk kejayaan Islam.
Semoga dimudahkan dan dikuatkan!
"Kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok" - Imam Hasan Al-Banna
30 notes
·
View notes
Text
The Torajan people, an ethnic group indigenous to the highlands of Sulawesi in Indonesia, are renowned for their elaborate and deeply spiritual death rituals. For the Torajans, death is not viewed as the end of life but as a significant transition that involves complex and lengthy ceremonies. These rituals reflect the community’s beliefs about the afterlife and underscore the importance of honoring ancestors.
Central to Torajan death rituals is the concept of “Rambu Solo”, which encompasses the traditional funeral rites and the entire process of honouring the deceased. When a person dies, they are typically kept in the family home for an extended period, sometimes months or even years, while the family prepares for the funeral. This prolonged mourning period allows for the accumulation of the necessary resources and for the family to arrange an elaborate ceremony. The deceased is treated with great respect and is often dressed in fine clothing, awaiting the final rites.
3 notes
·
View notes
Note
Oh speaking of Hadestown! I stumbled upon an OC animatic with the song “Wait for me” and “Doubt comes in” and the way I was still HOPING
“They are practically by the door already… surely they won’t turn around, right?” JUST AUGH
The way I can still feel betrayed, knowing full well what song it was, I AM STILL HOPING WHY
(Oh the video was by Rambu on yt, it was really good tbh, def recommend)
Thanks for the rec~ IT IS SO INSANE!! I will never forget the first time I watched the show, and how I didn't even THINK he might NOT turn around. The story is so well done, the songs so well written, that you really really see the way the world could be in spite of the way that it is, so when he turned around I felt like I was slapped. It still sometimes happens, if I get really really invested in listening I get totally blindsided by the ending. Putting that passionate, hopeful Eurydice solo right at the end, showing us how much she's changed as a person and how hopeful and happy she has become, and then SLICING IT!!! AT THE LAST WORD OF THE LAST LINE!!!! AND NO ONE IS YELLING IT IS SILENT AND THEY ARE JUST WHISPERING TO EACH OTHER. Genius. Absolute genius.
26 notes
·
View notes
Text
Rambu Solo’
Upacara Rambu Solo’ dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan, diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tahun 2017. Upacara ini adalah sebuah ritual pemakaman yang sangat kompleks dan kaya simbolisme yang dilakukan untuk menghormati orang yang telah meninggal. Ritual ini melibatkan serangkaian upacara yang melibatkan komunitas, termasuk pembantaian kerbau, tarian, dan perayaan yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan sosial masyarakat Toraja.
𝐁𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 : Klik disin
0 notes
Text
Pakaian Adat Toraja – (Sulawesi Selatan)
Pakaian adat Toraja untuk pria disebut Seppa Tallung Buku yang merupakan celana pendek, dipadukan dengan kain panjang yang dililit di pinggang. Sementara itu, wanita Toraja mengenakan pakaian yang disebut Pokko berupa baju lengan pendek dengan hiasan manik-manik khas. Pakaian adat ini dipakai dalam upacara adat seperti Rambu Solo (upacara kematian).
0 notes
Text
Sekda Jufri Rahman Dorong Tana Toraja Jadi Destinasi Pariwisata Kelas Dunia
Sekda Jufri Rahman Dorong Tana Toraja Jadi Destinasi Pariwisata Kelas Dunia
BERITA.NEWS,Makassar- Sekda Provinsi Sulsel, Jufri Rahman, mendorong Tana Toraja menjadi ikon pariwisata kelas dunia. Warisan budaya seperti upacara Rambu Solo, Ma’nene, dan Rumah Adat Tongkonan tidak hanya menjadi simbol identitas, tetapi juga menunjukkan betapa kuatnya komIitmen masyarakat Toraja dalam merawat tradisi yang sudah turun-temurun. “Tradisi yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan…
0 notes
Text
Exploring Indonesia's Rich Culture Famous Traditions You Should Know
Indonesia, an archipelago of over 17,000 islands, is a melting pot of cultures, traditions, and histories. Each island, and even each region, has its own unique customs and practices that make Indonesia a captivating destination for cultural enthusiasts .Look at some of the most famous traditions you should know before exploring this rich and diverse country.
1. Batik: The Art of Fabric Dyeing
Batik is a traditional Indonesian fabric-dyeing technique that involves drawing patterns with wax on cloth and then dyeing the fabric. This intricate process results in stunningly beautiful and unique designs. Batik is recognized by UNESCO as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Visitors can learn about this craft in places like Yogyakarta and Solo, where batik-making workshops are popular.
2. Wayang Kulit: Shadow Puppet Theatre
Wayang Kulit is a traditional form of shadow puppet theatre that tells ancient stories from Hindu epics like the Mahabharata and Ramayana. The puppets are intricately carved from leather and manipulated behind a screen, with a light source casting shadows. This art form is not only entertaining but also a significant cultural and educational tool, especially in Java and Bali.
3. Gamelan: Traditional Indonesian Music
Gamelan is a traditional ensemble music of Indonesia, typically featuring a variety of instruments such as metallophones, xylophones, drums, and gongs. The music is an integral part of many cultural ceremonies and performances. The hypnotic sounds of Gamelan are a must-experience for anyone visiting Bali, Java, or other parts of Indonesia.
4. Pencak Silat: Indonesian Martial Arts
Pencak Silat is an Indonesian martial art that combines physical training with self-discipline and spiritual development. It’s not just about combat; it also includes traditional music, dance, and rituals. Watching a Pencak Silat demonstration can give you insight into the physical prowess and cultural significance of this practice.
5. Rituals and Ceremonies
Indonesia is home to many ethnic groups, each with its own rituals and ceremonies. In Bali, the Ngaben (cremation ceremony) is an elaborate event that is both solemn and celebratory, symbolizing the soul’s journey to the afterlife. In Tana Toraja, South Sulawesi, the Rambu Solo funeral ceremony is an elaborate and costly event that reflects the deceased’s social status and the family's devotion.
6. Traditional Dance
Indonesian traditional dance is as diverse as its culture. The Legong dance of Bali is known for its intricate finger movements, complicated footwork, and expressive gestures. The Saman dance from Aceh is a fast-paced group dance that involves rhythmic clapping and synchronised movements. Watching these performances provides a window into Indonesia’s rich cultural heritage.
7. Cuisine
Indonesian cuisine is a reflection of its diverse culture. Each region has its own specialties. From the fiery dishes of Padang to the sweet and savory snacks of Java, there is something for every palate. Don’t miss trying Nasi Goreng (fried rice), Satay (grilled skewers), and Rendang (spicy beef stew).
Final Thoughts
Indonesia’s rich cultural heritage is a tapestry woven from the threads of countless traditions, each adding its own unique hue to the nation’s identity. Exploring these traditions provides a deeper understanding of the people and their way of life, making your journey through Indonesia a truly enriching experience.
📸 Don’t forget to capture these cultural moments and share them with
#adventure#travel#exploretheworld#culture#wanderlust#explore#bali tour package#baliindonesia#balitravel#bali
0 notes
Text
TURISIAN.com – Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin menikmati liburan Hari Raya Idul Adha, PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali mengoperasikan KA Mutiara Timur. Kereta ini akan melayani relasi Surabaya Pasar Turi - Ketapang pp untuk long weekend yakni mulai tanggal 15 sampai 18 Juni 2024. Dan untuk relasi Ketapang - Surabaya Pasar Turi dan tanggal 16 s.d 19 Juni 2024 untuk relasi Surabaya Pasar Turi - Ketapang. “Beroperasinya kembali KA Mutiara Timur untuk mengantisipasi tingginya animo pelanggan pada momen liburan Hari Raya Idul Adha,” kata VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam keterangan persnya, hati ini, Sabtu 15 Juni 2024. BACA JUGA: Ada Banyak Diskon Menarik dari PT KA di Jakarta Fair Kemayoran, Apa Saja? Menurut Joni, selain Idul Adha KA Mutiara Timur juga disiapkan tuntuk pelanggan yang ingin melanjutkan perjalanan. Khususnya. ke Pulau Bali menggunakan kereta api hingga Ketapang, Kab. Banyuwangi. Selama libur long weekend tersebut, KA Mutiara Timur akan beroperasi dengan rangkaian 2 kereta kelas eksekutif. New generation Dan 5 kereta kelas ekonomi new generation versi modifikasi dengan total kapasitas sebanyak 456 tempat duduk. Berdasarkan pantauan pada Sabtu (15/6), KAI mencatat total tiket kereta api yang terjual pada Kamis (13/6) s.d Selasa (18/6) yaitu sebanyak 810.579 tiket. BACA JUGA: PT KAI Kembali Mencatat Lonjakan Penumpang di Libur Panjang Hari Raya Waisak Atau 87,8 persen dari total keseluruhan tiket kereta api yang dijual sebanyak 923.503 tiket. Angka penjualan tiket ini masih akan terus bergerak seiring dengan berlangsungnya masa long weekend. “KAI berharap masyarakat yang telah merencanakan bepergian pada periode long weekend libur hari raya Idul Adha. Dan belum memiliki tiket dapat segera untuk membelinya baik melalui aplikasi Access by KAI, website kai.id, ataupun chanel lainnya yang bekerja sama dengan KAI,” kata Joni. BACA JUGA: Ada Diskon Tiket KA yang Cukup Menarik di Booth KAI, Buruan Pesen Jika tiket yang diinginkan sudah habis, pelanggan dapat memilih tanggal dan rute alternatif. Atau memanfaatkan fitur Connecting Train di aplikasi Access by KAI. Cara ini, akan membantu memberikan opsi perjalanan dengan mengombinasikan jadwal kereta yang bersifat persambungan. Sejauh ini rute favorit masyarakat pada periode long weekend tersebut adalah Jakarta - Surabaya pp, Jakarta - Solo pp, Jakarta - Malang pp, Yogyakarta - Banyuwangi pp, Blitar - Bandung pp, dan relasi lainnya. BACA JUGA: PT KAI Luncurkan KA Tambahan Relasi Gambir-Yogyakarta, Ini Jadwal Keberangkatannya Joni menambahkan, saat periode long weekend terdapat peningkatan frekuensi KA dan kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, KAI mengimbau kepada masyarakat untuk waspada saat akan melewati perlintasan sebidang. “KAI mengimbau masyarakat untuk berhati-hati saat akan melintasi perlintasan sebidang jalan raya dengan jalur kereta api. Pastikan jalur yang akan dilalui sudah aman, tengok kanan-kiri, serta patuhi rambu-rambu yang ada,” tutup Joni.
0 notes
Text
Care: Funerary Rituals in Tana Toraja
if you wanna talk about a really striking, and quite loving ritual. We’ll talk of the Torajan mourning process. Famous for cohabiting with the dead for years after their passing, and having an ostentatious second burial, as well as their particular perspective on death as a process.
When a person dies, they are kept inside the homes of their family for months or years to come. During this time, the deceased isn't believed to be dead but referred to as to makula' — a sick person. They are given food and water regularly and are still very much a part of their family's daily life.
"We do this because we love him and respect him so much," a Torajan man named Yokke explains
In the time between a person's death and their burial, verses from the Bible are read daily, while the corpse is preserved — and eventually mummified — with a solution of formaldehyde and water. It is not unusual to see people smoking cigars with their dead grandfathers or teenagers taking selfies with their grandmas
After Rambu Solo, the body is taken to its resting place, which is typically a tomb carved into a cliff or an ancestral funeral tower. These tombs may be as high as 100 feet above the ground!
Atop of the tombs, they are also “wooden effigies of those buried (called tau tau) that are also placed in shallower windows carved into the cliff, sitting side by side, arms outstretched“, as one traveler put it. The passage of time can also be patently felt and observed in the area, as the same traveler put it, “In some cases the coffin had come apart and bones were visible within; in another skulls had been placed on top of the coffin, in a neat row.” If the mourned happens to be a baby that has died before he or she began teething, they'll be placed in a hollowed-out portion of a tree. These "baby trees" are believed to absorb the spirit of the child when they regrow.
And that’s not all! They also conduct an additional ritual called ma’nene where they clean and reclothe the mummified bodies in August, every one to three years.
What a package deal. Death is the driving force of this culture, and the focal point of their philosophy. Being a culture that practices the second burial, they reject the idea of instantaneous death and embrace death as a process, with an intermediary period in which the relationship between the dead and the alive is transformed, but not extinguished. Now that the person is not present that relationship is turned vulnerable. Therefore, they feel the need to strengthen that relationship and lavish the person with care, and love. And they see life as a thread with a definitive length, that should not be cut too short or stretched beyond its length. Although the practices, admittedly, can be seen as very macabre and foreign, as the anthropologist Kelli Swazey points out, that transitionary period is pretty reflective of the universal mourning process. There is a period of grief, where your mind is forced to reckon with the absence of the person you loved. This immediate change between dead and alive, this clash between “I saw them last week” and “I will never see them again”, is what causes intense mourning, what makes us pass through the five stages of grief. The function of this extended intermediary period is to ease that transition, to give the brain time to process that loss in a safer way.
0 notes
Text
Parade Budaya Indonesia yang Menarik
Hai sob, selamat datang di blog mimin! Hari ini, kita akan membahas tentang parade budaya Indonesia yang benar-benar menarik. Indonesia, sebagai negeri dengan keanekaragaman suku, agama, dan budaya, memiliki beragam festival dan perayaan yang menggambarkan kekayaan budayanya. Nah, mari kita jalan-jalan virtual dan mengeksplorasi parade budaya yang pasti bikin mata sobat terpana.
1. Festival Wayang Kulit
Jika sobat pernah mendengar tentang wayang kulit, pasti tahu betapa kerennya seni tradisional ini. Setiap tahun, di berbagai daerah di Indonesia, diadakan festival wayang kulit yang memukau. Parade budaya ini biasanya diisi dengan pertunjukan wayang kulit, tarian, dan musik gamelan. Sobat bisa melihat karakter-karakter legendaris seperti Arjuna, Bima, dan Gatotkaca beraksi di atas panggung layar kulit. Jangan lupa mencicipi makanan khas setempat saat sobat mengunjungi festival ini.
2. Upacara Kecak di Bali
Bali, pulau surgawi dengan budayanya yang khas, tidak hanya terkenal dengan pantainya yang memikat. Salah satu parade budaya yang sangat menarik di Bali adalah upacara kecak. Sobat bisa melihat puluhan pria berjejer, mengenakan kain sarung, dan bersama-sama menciptakan suara "cak" yang mengiringi tarian tradisional. Pemandangan ini sangat memukau dan memberikan pengalaman budaya yang mendalam.
3. Festival Panen di Toraja
Di wilayah Toraja, Sulawesi Selatan, terdapat tradisi unik yang disebut "Rambu Solo". Tradisi ini merupakan festival panen yang merayakan hasil pertanian. Acara ini dilengkapi dengan pesta tari dan musik tradisional, serta upacara pemakaman unik yang melibatkan prosesi penguburan yang berbeda dari budaya lainnya. Festival panen di Toraja adalah salah satu cara terbaik untuk merasakan budaya lokal yang berbeda di Indonesia.
4. Pasar Malam di Yogyakarta
Yogyakarta, kota seni dan budaya, terkenal dengan pasar malamnya yang hidup. Sobat bisa menemukan berbagai barang kerajinan tangan, pakaian, makanan lezat, dan hiburan tradisional di sini. Pasar malam ini biasanya dihiasi dengan booth tenda penjual dan lampu-lampu warna-warni dan menawarkan suasana yang penuh semangat. Jangan lupa mencicipi makanan khas Yogyakarta seperti gudeg dan bakpia.
5. Festival Danau Toba
Danau Toba di Sumatera Utara adalah salah satu danau vulkanik terbesar di dunia, dan setiap tahunnya, diadakan Festival Danau Toba yang menakjubkan. Parade budaya ini mencakup tarian tradisional, musik Batak, dan lomba perahu tradisional. Pemandangan danau yang indah menambah keajaiban festival ini.
Sobat, parade budaya Indonesia sungguh menarik, bukan? Dari wayang kulit hingga upacara kecak, dari festival panen di Toraja hingga pasar malam di Yogyakarta, dan dari Festival Danau Toba di Sumatera Utara, Indonesia memiliki begitu banyak warisan budaya yang sayang untuk dilewatkan. Jadi, jika sobat punya kesempatan, jangan ragu untuk menjelajahi kekayaan budaya Indonesia ini. Terima kasih sudah mampir ke blog mimin, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!
0 notes
Text
Ma'Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun
0 notes
Text
Jambore Daerah 1 Honda ADV Indonesia Wilayah Bali Nusra Diwarnai dengan Kegiatan Sosial
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Jelang penutupan akhir tahun, Honda ADV Indonesia melakukan serangkaian kegiatan yang sekaligus menggelar acara ‘Jambore Daerah 1 Honda ADV wilayah Bali Nusra’. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (3/12/2022) diikuti 100 motor Honda ADV, yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, Lombok, Surabaya, Malang, Jogja, Solo, Jakarta, Tangerang. Mengambil titik kumpul di halaman Astra Cokroaminoto seluruh peserta mendapatkan refreshment safety riding sebelum touring digelar. Perjalanan touring di mulai dari Astra Motor Cokroaminoto, menuju, Desa Tenganan Pegringsingan, lalu ke Kintamani dan menuju Tegalalang, Ubud. Setibanya dilokasi kegiatan dilanjutkan dengan Charity berupa tempat sampah, rambu segitiga hati-hati untuk upacara adat dan ‘maturan punia’ (sumbangan dana) di Desa Tenganan, Karangasem. Turut Hadir dalam kegiatam ini adalah Ketua Umum Honda ADV Indonesia, Ali Abel, Sekretaris Jendral Honda ADV Indonesia, Aditya Dewangga, Ketua Region Honda ADV Indonesia Bali Nusra, Evellyne Rose, Ketua Honda ADV Indonesia Bali Chapter, Renja Sukmana Putra, Ketua Honda ADV Indonesia Lombok Chapter, Anggaranto, dan PIC Community Astra Motor Bali, Ngurah Iswahyudi Dalam sambutannya, Ngurah Iswahyudi mengungkapkan, sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Komunitas HAI. “Ajang ini sekaligus bisa digunakan untuk saling bertemu dan silaturahmi antar anggota berbagai wilayah. Semoga acara berjalan lancar dan berkesan selama di Bali,” ungkap Iswahyudi. Sementara itu, kekompakan diantara semua bikers terlihat sejak di titik kumpul Astra Motor yang semuanya berbaur saling bersapa dan berbagi pengalaman. Dan sepanjang touring pun seluruh peserta menikmati sekaligus menyusuri daerah pariwisata yang tujuannya sekaligus mempromosikan Bali.
Jambore Daerah 1 Honda ADV Indonesia Wilayah Bali Nusra Diwarnai dengan Kegiatan Sosial. Sumber Foto : Istimewa Ketua Regional Honda ADV Indonesia Bali Nusra, Evellyne Rose mengatakan, tentunya ingin seluruh peserta dapat happy serta sekaligus mewujudkan budaya safety riding oleh komunitas Honda dengan menunjukkan budaya santun dalam berkendara dijalanan. “Kami berterima kasih atas kunjungannya ke-Bali dan melaksanakan rangkaian kegiatannya diantaranya Pengukuhan Pengurus Daerah Honda ADV Indonesia Wilayah Bali Nusra periode 2022 – 2024 dan juga Pengukuhan Pengurus Chapter Honda ADV Indonesia Bali Chapter periode 2022-2024. Sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat Desa Tenganan Karangasem, kami juga menyerahkan bantuan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Harapannya kegiatan ini memberikan dampak positif untuk seluruh bikers dan berdampak positif untuk masyarakat,” ungkap Evellyne.(bpn) Read the full article
#AHM#AstraMotorBali#DesaTenganan#Honda#HondaADV#Jakarta#Jambore#JamboreDaerah1HondaADVIndonesia#Jogja#Karangasem#Kintamani#KomunitasHAI#Lombok#Malang#Pegringsingan#Solo#Surabaya#Tangerang#Tegalalang#Ubud
0 notes
Text
T O R A J A
Setahun lalu, waktu pergi ke Makassar sempet nanya-nanya ke driver sana gimana akses ke Toraja. Pulang dari sana, Toraja masuk ke daftar daerah yang harus didatengin, apalagi waktu ada Rambu Solo’. Beruntungnya, mimpi saya terkabul. I’m a lucky bastard!
Sama kaya Plebon Ubud yang pernah saya lihat, ritual pemakaman mereka jauh dari aura sedih. Mereka malah ketawa ketiwi, becanda, saling ngelempar lumpur. Kesamaan yang lain adalah kebersamaan antar warga dan saling bantu masih kentel.
Beruntungnya lagi, saya datang ke Rambu Solo’ yang mevvah. Karena gak cuma puluhan kerbau dan babi, tapi juga ada rusa, kuda, kambing yang dikorbanin buat ritual ini. Gak tega ngeliatnya, main tebas aja. Tapi bisa kan ya perspektif mikirnya dipindah jadi ‘semua ini pengorbanan untuk mengantarnya ke Puya’.
Tujuh hari di sana, selain ngikutin tahapan ritual Rambu Solo’, saya sempet jalan-jalan di kota Rantepao. Ke pasar itu kewajiban ketika jalan-jalan di suatu daerah. Pasar Bolu namanya. Hari Selasa dan Sabtu merupakan hari pasar, dimana kita bisa liat babi-babi kecil, kerbau-kerbau dijual dari kampung-kampung sekitar.
Toraja ini adem. Masih banyak sawah, dimana-mana bukit. Kalau bisa datang ke sana lagi sih, gak akan ditolak.
Foto: Olympus LT1, Lomo 400, Bersoreria Drama 400
2 notes
·
View notes
Text
I’m currently watching some Rambu Solo (Toraja death rituals) videos and the comments are so painful to read. A bunch of Americans or Europeans calling the culture “wrong” and how it should be left behind and changed
Basic explanation of Rambu Solo; It’s a ritual held by the families of the dead in Toraja. The people of Toraja believes that there is life beyond death and that the dead are simply people who are alive but are asleep. For their spirits to be able to pass into the afterlife, they have to go through the Rambu Solo ceremony. The ceremony is big and expensive and festive with lots of people and animal sacrifice. Because it’s so expensive, some people couldn’t afford it and they can’t bury the body yet without the ritual so they keep the body in the family’s house and the dead is deemed “sick” and they’re treated as such; the family gives them food, drinks, their favourite things, etc.
Anyway, back to Rambu Solo. The celebration goes as follow; It's a mix of different emotions but one thing certain; it's loud. It's when the family experiences true grief as it was the time to finally let the spirit travel to the afterlife, it's also a happy occassion in some cases. The casket is carried by the male family members and shaken while they walk around to wake the body for their journey.
Then there were the animal sacrifices with pigs and mainly buffalos. These animals can cost up to billions of rupiahs depending on circumstances (which is like $300.000) and are believed to be the ones to accompany the spirit in their journey to heaven. The sacrifice is done in the middle of the audience where a live buffalo is tied to a post and its neck is stabbed and slitted, and then onto another buffalo and another and another as nearly every family members will bring a buffalo.
Now before you go on a rant saying how it's "animal abuse" or "pointless animal death", the buffalo isn't just thrown away, in fact, the meat is equally shared to everyone attending no matter if you're long distance family or just complete strangers, you will get parts of the meat to cook and eat. Same with the pigs but they just feed you on the spot and they make sure there's not a scrap left behind
It may look pointless or otherwise cruel from an outsider's perspective, but it's an ancient tradition of respecting the dead and remembering the family. Just because something looks weird or doesn't fit in your Western perspective and standards for some countries, it doesn't change the fact that it's a tradition that these people have the rights to do without being judged by someone who's never even been there
Now the question is; Why the fuck are so many Westerners mad about it and are trying so hard to say how it's a "bad and cruel tradition that needs to be left behind"? Like why are you trying to tell an entire ancient culture what’s right and wrong y’all don’t even go here 😐
#papas mistakeria special#indonesia#indonesian#toraja#rambu solo#culture#this is the problem with westernization#like you guys actually think we have to adapt to 'your standard' cause you established it as a norm and 'the right thing'#I kept seeing them compare it to dia de los muertos from Mexico and saying how the Mexicans 'respected the dead in the correct way'#there's no right or wrong in tradition. it's the matter of whether you respect it or not#don't you dare go around telling people what they can and can't do just cause it doesn't fit with your western views#and before you guys are like 'oh but what does OP know they're probably a white guy complaining about a culture they know nothing about'#I'm Indonesian who was born and raised in Makassar. Makassar is in the same region as Toraja but more city-like#80% of Makassar people are Torajans and Makassar and Toraja are 2 of the 4 biggest ethnic groups in South Sulawesi#so yes I have every right to criticize how these people handle experiencing new cultures#thank you for coming to my ted talk#tw; western slander#tw; rant#tw; vent#tw; animal sacrifice#tw; death
24 notes
·
View notes