#Apa itu Webinar
Explore tagged Tumblr posts
Text
Cerita Ramadan
Curhatan Anak di Bawah Tekanan
Salah satu siswa SD kelas 5 bercerita tentang dirinya yang selalu dimarahi ibunya di rumah. Dia dituntut menjadi anak yang sempurna dalam segala hal. Jika sedikit saja malas belajar, ibunya selalu memarahinya dengan teriakan dan bahasa yang kurang pantas. Di semester kemarin, dia juga sempat dimarahi karena rangking dua. Padahal rangking dua sudah sangat hebat menurutku. Tapi bagi ibunya itu masih kurang, karena seharusnya anaknya rangking 1.
Mendengar ceritanya dan gaya dia menirukan teriakan ibunya membuat aku meringis ngilu. Selain itu, yang membuatku ikut sedih adalah saat dia bercerita kalau dirinya selalu dibanding-bandingkan dengan anak-anak teman ibunya yang lebih baik dalam segala hal. Pasti tidak mudah baginya menjalani hari-hari di bawah tuntutan orang tua. Apalagi selalu dibanding-bandingkan. Perasaan itu membuat dirinya merasa tidak berharga. Padahal tidak ada dari kita yang mau dibandingkan bahkan dengan saudara kembar sekali pun.
Pernah suatu ketika dia menceritakan bahwa ibunya sangat ingin dia lahir pada tanggal cantik, hanya agar mendapat hadiah dari kantor tempat bapaknya bekerja. Ya salaam... Aku sampai tak habis pikir. Mengapa ada orang tua yang menjadikan anaknya sebagai alat beradu gengsi. Meskipun mungkin maksud orang tuanya itu baik. Tapi itu membuat anaknya tertekan. Si anak bilang, dia tidak berani membantah ibunya, tapi dia sendiri merasa lelah dengan segala tuntutan yang ditujukan padanya.
Aku memang belum menjadi orang tua, tetapi sedikit demi sedikit aku mulai belajar parenting lewat webinar, buku-buku, juga dari apa yang aku dengar dan saksikan langsung melalui orang-orang sekitar, termasuk cerita-cerita murid-muridku yang curhat. Mendengar cerita-cerita mereka membuat aku berpikir tentang bagaimana nanti aku menjadi orang tua, meskipun aku tidak tahu apakah akan sampai pada masa itu atau tidak.
Guruku pernah bilang, "Saat kau menjadi guru, jangan meminta murid untuk memahamimu. Karena mereka belum pernah menjadi guru. Saat kau menjadi orang tua, jangan pernah meminta anak untuk memahamimu karena mereka belum pernah menjadi orang tua. Karena tidaklah seseorang dapat memahami kita, kecuali mereka pernah ada di posisi yang sama sebelumnya." Kurang lebih begitulah yang dikatakan beliau. Kata-kata itu membuatku merenung. Betapa seringkali aku sebagai guru menuntut dipahami oleh murid. Mungkin begitu pun orang tua yang ingin dipahami oleh anak. Padahal benar, anak-anak itu belum pernah berada di posisi kita.
Saat ini meskipun aku belum menikah, aku selalu berdoa semoga jika aku menikah dan menjadi orang tua, Allah menjadikanku istri dan ibu yang sholihah, mushlihah, dan bijaksana. Betapa aku ingin menjadi istri yang baik bagi suamiku kelak, juga ibu yang mampu mendidik anaknya dengan baik.
19 notes
·
View notes
Text
Menjalani Hidup Semampu Kita
Bulan ini, aku ikut 3 kelas penulisan intensif. Satu kelas full pake model & diskusi grup, dua kelasnya lagi webinar satu hari.
Semenjak bukuku terbit, "pressure" untuk bisa menjadi penulis yang lebih baik lagi membuatku memutuskan untuk melatih skill nulisku ini dengan rutin mengikuti berbagai perlatihan atau kelas. Entah itu yang gratis maupun berbayar. Selain karena itu, beberapa waktu belakangan ini, aku mulai memikirkan untuk berganti pekerjaan menjadi freelancer writer setidaknya beberapa tahun lagi. Makanya aku berusaha untuk menyiapkannya dari sekarang.
Dari tiga kelas itu, ada salah satu mentornya yang membagikan kepada kami bagaimana habit beliau dalam belajar menulis. Beliau bercerita kalau dia belajar nulis itu sama seperti lagi kuliah. Jadi beliau membagi 15 keterampilan menulis yang dia ingin pelajari dalam waktu per dua hari selama sebulan. Jadi satu skill nulis itu beliau pelajari 2 hari, dan begitu terus selama bertahun-tahun. Kebiasaan tersebut mengantarkan beliau menjadi seorang penulis lepas di berbagai platform, menerima berbagai perhargaan dan mendapatkan klien hingga dari luar negeri.
Aku yang bercita-cita pengen kayak beliau, mencoba untuk mengikuti kebiasaan belajar nulis yang dia lakukan.
Hasilnya?
Benar. Aku nggak sanggup wkwk.
Alasannya? Kita punya kesibukan yang berbeda. Aku kerja Senin-Jumat, dari jam 7 sampai 4 sore. Pulang kerja— karena aku tinggal sendiri jadi gak ada yang bisa diandelin untuk mengurus pekerjaan rumah seperti beres-beres, nyuci, dan masak buat makan malam—jadi aku kerjain semuanya sendiri. Bisa dibayangin, kelar itu semua udah secape apa aku. Wkwk.
Sedangkan dia hari-hari emang full nulis. Energi dia ke pake full untuk nulis.
Di mana ada kemauan, pasti ada jalan.
Yah. Terkesan banyak alasan sebenarnya. Tapi mau gimana? Kita punya kesibukan yang berbeda-beda. Jadi prioritasnya pun pasti beda. Capeknya juga jadi beda.
Jujur, aku sempat paksa diriku untuk bisa. Untuk mampu kayak dia. Aku sempat merasa diriku membuat teralu banyak alasan, berpikir kenapa aku teralu lemah, atau mungkin karena aku seseorang yang malas berusaha saja.
Tapi pada akhirnya aku mengaku kalah. Aku gak bisa mengikuti cara belajar dia. Karena aku tipikal orang yang gak bisa maksa belajar dalam keadaan aku capek. Mau seberapa keras pun aku memaksa untuk bisa memahami apa yang sedang aku pelajari, kalau tubuh aku menolak, dan meminta untuk istirahat. Yah, percuma.
Sehingga cara belajarku selama ini adalah aku hanya bisa belajar dalam keadaan yang sudah terkondisikan; jauh dari distraksi, dan dalam kondisi tubuh yang nyaman.
Jadi alih-alih memaksakan diri, aku lebih suka untuk pergi tidur saat ngantuk, atau ambil istirahat sebentar terus lanjut belajar lagi saat aku udah merasa lebih baik.
Dari sini aku belajar kalau ternyata kita gak perlu untuk selalu memaksa diri untuk bisa kaya orang lain. Untuk mengaplikasikan apa yang orang lain lakukan. Untuk 'mencontek' cara orang lain. Ataupun menelan mentah-mentah tips yang diberikan.
Karena faktanya, apa yang berhasil di orang lain. Belum tentu akan berhasil di kita.
Kita bisa saja mengambil cara orang lain dalam melakukan sesuatu sebagai insipirasi. Tapi jangan menjadikan itu sebagai patokan satu-satunya cara untuk bisa mendapatkan hal yang sama seperti dia. Alias, coba mulai adaptasi dengan melakukan perubahan. Cari cara atau jalan yang membuat kita nyaman sehingga tidak perlu mengabaikan hak-hak tubuh kita yang lain, istirahat misalnya.
Dulu, aku selalu merasa bangga saat aku tidur larut malam karena belajar ataupun bekerja. Karena di otakku tertanam sebuah pemikiran bahwa orang yang sedikit tidurnya itu adalah calon orang-orang yang sukses. Dan aku mau menjadi bagian dari 'calon orang-orang sukses itu'.
Tapii, aku mulai rasa pemikiran itu keliru dan mulai menyesal saat aku sadar bahwa bisa istirahat dan tidur nyenyak adalah sebuah kesuksesan yang tidak semua orang dapatkan. Lagian, misalnya kelak nanti aku jadi orang sukses tapi dengan tubuh yang sakit-sakitan. Yah apa gunanya? Sebab yang namanya kesehatan itu gak akan bisa kebeli mau seberapa banyak pun uang yang kita punya.
Tak hanya soal cara belajar—dalam banyak hal apa pun itu. Sepertinya kita gak bisa menelan mentah-mentah alias mengikuti semua cara yang orang lain lakukan. Misalnya dalam menggapai sebuah kesuksesan.
Karena jangankan dari segi cara mendapatkannya. 'Definisi' sukses itu sendiri saja kita gak harus sama dengan orang lain.
yah intinya sih semua cara dalam mendapatkan sesuatu yang berhasil di orang lain ya itu karena mereka udah melakukan trial dan error . Alias mereka udah mencoba banyak cara hingga mendapatkan cara yang paling pas dengan mereka. Tentunya dibarengi dengan pemahaman akan diri dan tujuan yang mereka ingin capai.
Sehingga nggak papa kok, kalau kita gak mau mengikuti cara orang lain. Kalau kita mau membuat 'jalan' kita masing-masing.
Karena menjalani hidup semampu kita bukanlah sebuah kesalahan. Karena mengusahakan sesuatu sesuai kesanggupan kita bukanlah sebuah kelemahan. Karena memiliki hidup yang gak sesuai standar kebanyakan orang bukanlah sebuah kegagalan.
21 notes
·
View notes
Text
Strawberry Shortcake
"Sekarang rasanya gimana? Berarti udah lebih lega?" Temanku bertanya ketika aku sedang menceritakan kisah hidup yang sama dengan episode yang berulang ini. "Kalo dibilang lega, ada leganya, sih. Ngga keliatan dan kerasa persis, tapi dari perilaku yang sudah mulai bisa menerima seseorang untuk mencoba masuk ke hidupku, ya walau gagal, kayanya itu salah satu respon dari kelegaan ini."
Ngga ada yang bilang mudah hidup jadi generasi roti lapis. Menopang kaki sendiri aja susah, ditambah harus menopang yang lain apa tidak megap-megap?! Terperangkap pada kata berbakti padahal ikhlas belum sampai masuk ke hati. Ditambah topping-topping trauma, yg bikin hidup kaya semboyan Chitato, life is never flat.
Beberapa minggu lalu aku mengenali diriku lebih dalam setelah mengikuti salah satu webinar psikologi. Anak perempuan pertama, apalagi si roti lapis, mempunyai peluang lebih besar takut akan pernikahan. Sebabnya adalah ia terlalu banyak hidup dalam mode survival. Ia melihat pernikahan seperti sebuah arena baru yang ia tidak tau akan ada ancaman apa di dalamnya. Arena yang ia jalani saja sudah cukup sulit, bagaimana ditambah harus berpetualang di arena yang lain? Hidupnya jarang berada pada mode aman, maka wajar jika ia memiliki kemampuan memecahkan masalah, memimpin kelompok, juga keberanian yang cukup besar. Karakter-karakter yang wajib dimiliki para survivor. Minusnya, ia tumpuk semua masalah sendirian. Tidak ingin terlihat lemah, bukan karena si paling kuat, tetapi tempat bersandar tak boleh mudah goyah. Jika terus begini, akan berbahaya bukan hanya untuk dirinya, tetapi bisa jadi untuk orang lain. Seperti sebuah balon yang terus-terusan diberikan tekanan udara terus-menerus.
Strawberry shortcake. Istilah yang temanku berikan untuk para generasi roti lapis. Katanya, biar berlapis tapi manis. Mari meyakini kembali bahwa tidak ada perjuangan yang berakhir sia-sia. Tidak ada secuil bagian hidup pun yang tidak mengandung hikmah. Akan selalu ada alasan mengapa hal ini dan itu terjadi. Nggapapa, yakin itu kadang yakin banget, yakin aja, kadang malah yakin ngga ya? Kalau sudah mulai bertanya-tanya, afirmasi lagi dari awal, langitkan lagi doa-doa untuk melapangkan hati dan menjernihkan pikiran. Hidup ini memang isinya bertahan-berjuang-bertahan-repeat.
3 notes
·
View notes
Text
Pelajaran (1)
Di Rumah Sakit (lagi)
Pekan pekan ini cukup melelahkan. Cukup menguras energi karena ada beberapa santri yang perlu dirawat inap di rumah sakit. Sampai sampai keinginan terbesar yang paling sederhana yaitu bisa rebahan di kasur ketika libur wkwk..
Namun kembali lagi, aku menemukan pelajaran berharga untuk kesekian kalinya.
Ada salah satu santriwati yang mengeluhkan sakit di lambung, perut, sampai ke bagian paha hingga susah untuk berjalan. Beberapa kali pusing dan disertai demam. Kalau di pondok biasa ada yang berpura pura sakit, aku tahu santri ini berbeda. Rasa sakit yang dirasanya sungguhan. Beberapa kali juga sudah dibawa ke rumah sakit, di cek darah dan USG. Hasilnya ? Gaada apa². Semuanya normal dan baik. Bahkan sepagi tadi, aku sampai dipanggil dokter secara khusus untuk membicarakan kondisinya yang secara medis terbilang sangat baik.
Ah ? Beberapa hari yang lalu aku baru saja mengikuti webinar tentang psikomatis. Tentang dampak emosional terhadap kesehatan. Ternyata banyak kejadian orang yang sakit tapi ketika diperiksa dokter tidak apa apa. Apa mungkin santri ini psikomatis juga ya ? Tapi kenapa ? Apa dia tertekan ? Ada beban pikiran apa ?
Benar saja. Dengan nada bicara yang penuh keraguan dia menanyakan kepadaku
" Ustadzah, pekan ini ana jadwal telpon. Boleh ngga ana nelpon sekarang ?"
" iya boleh. Berarti pakai telegram ya ? Kalau di Jeddah sekarang jam berapa ? Orang tuanya bisa ya nelpon sekarang ?"
" iya. Bisa ustadzah"
Akhirnya, aku berikan ponselku untuk menjembatani menghubungi keluarganya yang berada di Jeddah.
Selama mendengarnya menelpon, aku yang di sampingnya hanya bisa menggigit bibir, berusaha mengalihkan supaya tidak terlihat mendengar percakapannya -padahal aku jelas jelas mendengar semuanya-. Aku tahu betul perasaannya. Yang diharapkan seorang anak ketika menelpon adalah perhatian -terlebih ketika sedang sakit- entah sekedar menanyakan kabar atau sesuatu yang tengah dirasa. Tapi tidak. Santri itu justru mendapatkan hal sebaliknya. Dengan nada yang tinggi dan terkesan marah, suara orang tua yang terhubung dari telepon, pekak memenuhi ruangan. Santri itu hanya terdiam dan sesekali membantah, namun tetap saja kalah. Lalu menangis tersedu setelahnya.
Aku tak bisa berbuat banyak. Setelahnya hanya kutawari sesuatu apa yang ingin untuk dibeli. Mau es krim katanya. Yasudah tanpa pikir panjang kuiyakan dan kubelikan saja.
Singkat cerita, kita berhasil deep talk berdua. Ternyata benar, komunikasi dengan orangtuanya tidak cukup baik. Bahkan dia tidak merasa disayang. Dia tidak berani mengungkapkan apa yang ia rasa, seperti ada ketakutan tersendiri -dari yang ku perhatikan- . Pantas saja dampak emosi yang dipendamnya, berimbas pada kesehatannya. Secara lahir mungkin sehat, namun mentalnya berantakan.
Lagi-lagi aku belajar, meskipun kini belum menjadi orang tua -dan aku belum tahu betapa sulitnya menjadi orangtua- tapi aku ingin menjadi orangtua yang baik untuk anak² ku kelak. Menjadi rumah bagi anak-anak ku pulang. Menjadi tempat teduh bagi mereka berbagi cerita. Menjadi mentari pagi di kala mereka butuh kehangatan dari dinginnya dunia yang mereka hadapi.
Lagi-lagi aku belajar, bahwa semua anak itu anugerah. Semua anak itu hadiah. Jangan hancurkan mereka dengan membebankan ambisi kita terhadapnya.
Maka, Ya Allah mampukan hamba ini menjadi orangtua yang baik untuk anak anak hamba kelak. Mampukan hamba yang faqir ilmu ini, mengenalkan segala tentang Mu kepada keturunan hamba. Mampukan hamba yang kerap jauh dari Mu ini, mendidik generasi yang akan membela agama Mu. Hamba sadar, hamba belum sholih, namun hamba akan terus belajar untuk men sholih kan diri yaa Rabb.. Robbi habli minassholihin 🤲
4 notes
·
View notes
Text
Cerita MPASI
Dari ketika aku merasakan bahwa menyusui bukan hal yang mudah, selalu coba ku sempatkan menyelipkan doa untuk Dea "Ya Allah semoga dea dilancarkan minum susunya, makan mpasi hingga menu keluarga, seluruh fase tumbuh kembangnya dea". Alhamdulillah sejauh ini selama 19 Hari Dea mulai makan sangat-amat-teramat dibantu oleh Allah dan makan dengan baik.
Dea seharusnya mpasi sesuai tanggal lahir tapi karena mamak gak mau kehilangan moment suapan pertama soalnya Dea akan masuk daycare saat itu, jadilah dipercepat beberapa hari. si @sitirizkyramdhana sebagai suhu dengan anak dua selalu wanti-wanti lower your expectations, anak mau makan syukur, kalau gak coba lagi. Aku sangat mencoba memahami itu, pasti sulit jadi Dea dari yang biasa minum cair menjadi semi padat, yang biasanya gleg gleg harus belajar menelan.
dan aku coba menerapakn feeding rules yang kisi-kisinya udah dikasih dari @indrisukmawati, feeding rulesnya si Indri kece banget menurutku (sekarang pokoknya semua ibuk yang punya anak terlihat sangat kece dan aku masih sangat-sangat tertatih) dan sepertinya rules ini banyak dianut ibu-ibu lain :
makan di kursi makan/dipangku. Tidak sambil digendong berdiri, tidak sambil jalan, dan tidak di depan TV yang sedang menyala
Tidak ada distraksi tontonan TV, gadget, atau mainan di atas kursi makan, supaya fokus ke makanan
Durasi makan maksimal 30 menit, boleh dikasih jeda 10-15 menit, nanti coba lagi. Tapi masih dalam rentang waktu 30 menit sejak awal makan
Suapan pertama sampai kelima dikasih setengah sendok saja, sambil dilihat reaksinya
Tidak me-lap sisa makanan di sekitar mulut saat makan, bersihkan di akhir sesi makan saja sebagai tanda makannya sudah selesai.
Sebelum mempercepat Mpasi saya sempat ikut beberapa webinar sebagai bekal, dan kemudian baca-baca juga ama rekap resep yang kira-kira dapat diterapkan. Akhirnya referensi yang saya gunakan adalah sebagai berikut :
Dr. Tan terus baca resep disini dan disini
Resep Mpasi dan aku juga pemakai bumboo
Resep Mpasi dari bunaryugaaa
saya juga telemedicine dengan Dr. Shane yang diberikan beberapa wejangan sebagai berikut :
menu lengkap lgsg, gaa menu tunggal lg skrg, krn ga kekejar nanti ketertinggalan nutrisinyaa
nanti pas nyuapin sendoknya biarin didlm mulut jd dedek kyk ngisep sendok gt utk meminimalisir nyembur ngelepeh
di chiller tahan 1-2 hari, jadi boleh buat stok seharian di malam sebelumnya dan bisa dihangatkan
anak boleh makan apa saja, perhatikan reaksi alergi kalau ada riwayat keluarga (kl ada riwayat bapak ibunya, makan boleh 3 hari jenisnya sama utk mantau gejala). Jangan dikasih mentah/setengah matang, msg, pengawet, pewarna, pemanis
mau latihan oromotor pas makan bisa pakai jagung, paha ayam, iga…biji mangga, tebu dan bonggol nanas di waktu snack
untuk keju mpasi, keju yg komposisi nya hanya : susu sapi, enzim rennet, bakteri dan garam
https://www.instagram.com/reel/C1zBzGHpTx3/?igsh=enRiMTFtOHN2bTZi resep ini boleh diaplikasikan kalau mau traveling
fortifikasi atau instan boleh tapi kalau bisa tetap dengan realfood dulu untuk memperkenalkan lebih banyak varian makanan. Kalau utk snack biskuit2 gpp tp kl bs ditmabh lemak misal keju atau selai kacang soalnya kalori biscuit rendah
Menu mpasi deana adalah bubur daging, karena saat itu dirumah si Dhana lagi masak sop jadi minta disisihkan, Saat itu memberi porsi alakadar dari sekali masa 30gr nasi dibagi untuk 3x makan dan aku hanya memberikan 1 kali buah pisang sebagai cemilan dan 1 kali bubur daging sebagai makuta. Alhamdulillah Deana lahap dan lucunya bahkan ketika besok di daycare dia kelaperan jadi makan bubur temannya, jadilah Deana yang baru hari kedua Mpasi berhasil dengan porsi menjadi 3x makuta dan 1x cemilan. Perlu diketahui bersama....saya dan dapur itu bukan teman akrab, bisa dihitung jari selama 30 tahun hidup beberapa kali saya masak selain indomie dan olahan telur. Hari minggu dibela-belain abis suamik ke Pasar melakuan food prep ala-ala dengan memotong wortel, buncis, brokoli (yang ternyata harus direndam air garam dulu), sedangankan untuk protein hewani memasrahkan pengolahannya ke suamik. Hari itu juga buat kaldu ceker, tapi ya memang bukan pakar masak alhasil hanya untuk food preparation dan masak itu dari jam 10.00-15.00 haha rasanya lelah sekali, yang awalnya idealis "harus bisa masak sendiri buat anak" menjadi menerima bantuan suami dan kakak, kalau tidak mungkin bisa kelar besok 😂
Sampai hari ini mamak masih belajar masak, Suami dan Kakak menjadi orang yang paling sabar aku tanya "ini jahee bukaan?" atau "serehnya seberapa panjaang?" atau pertanyaan paling sering "ini nasiknyaa udah pecaah belum?", walau yah sampai hari ini skill mamak masih pakai bumtik ya 1 siung bawang merah dan putih aja, kalau pakai ghee 1,2 sdm, kaldu bubuk wajib haha. Tulisan ini untuk mengenang selain menu bayi pada umumnya, mama sudah berhasil dan dea lahap makan soto lele, opor tuna, uduk udang
Sampai hari ini mamak masih belajar mengenali respon dea dengan masakan mamak dan jangan cepat panik. Alhamdulilah sejauh ini belum ada penolakan, walau ada kejadian lucu makan malam Dea nangis, melenting duduknya, dan mulutnya segaris. Kirain makannya gak enak, ternyata dia ngantuk soalnya tiba-tiba ditengah suapan dia tertidur di kursi 😂 Terimakasih Ya ALLAH untuk pendampingan yang tak pernah henti diproses mengasuh Dea baik secara langsung atau melalui perpanjangan makhluknya seperti Papa Dea, Aunti Dhana, temen-temen mama dan orang sekitar dengan berbagai wejangan (bahkan dari bapak rujak penjual buah potong mama jadi tahu kalau mangga buat bayi itu bagusnya mangga arum manis yang lebih lembut), semoga tahap MPASI hingga menuju menu keluarga ini berjalan lancar. 😄
3 notes
·
View notes
Text
Hallo Patra Friend’s! ✨ Patra Statistika proudly present Online Webinar #2 Introduction to Data Visualization With Power BI ! ✨ 🗣 : Dian Maharani S.Pd, M.Si. S2 Matematika Universitas Indonesia ⏰ : 09.00 - selesai 📆 : Sabtu, 22 Juni 2024 🔗 : bit.ly/WebinarPatraPowerBI HTM Early Bird : Rp. 20.000,- Fasilitas yang didapatkan apa aja mintra? Dengan harga tersebut kamu sudah mendapatkan e-sertifikat, e-modul, dan rekaman zoom lhoo! Yuk segera daftarkan dirimu sebelum tanggal 31 Mei, karena setelah itu harganya kembali ke normal yaa 🥰 See You! 😍
3 notes
·
View notes
Text
Bertemu Pak Andika
Beberapa hari yang lalu saat ikut webinar tentang Arsitektur Bali, aku teringat Pak Andika, dosen yang sangat aku kagumi yang wafat pada awal tahun 2023 lalu. Selain ada beberapa istilah dalam Arsitektur Bali, logat si pembicara juga mengingatkanku pada dosen favoritku itu. Pak Andika adalah orang Jawa yang lahir dan dibesarkan di Bali, jadi seperti tidak ada bedanya beliau dengan orang Bali secara logat dan gaya bahasa.
Atas dasar memori itu jadilah aku membuat pesan status WhatsApp yang hanya bisa dilihat oleh beberapa temanku saja. Inti dari pesan status itu adalah bahwa aku teramat sangat ingin berdiskusi lagi dengan almarhum Pak Andika, karena rasanya dulu belum puas berbicara dan bergurau banyak hal. Rencananya, setelah lulus aku ingin bercerita banyak hal dengan beliau. Tentang bagaimana meniti karir di dunia arsitektur, tentang kesulitan-kesulitan yang aku hadapi saat magang dan meng-handle beberapa project, tentang kegelisahan saat menemui desain yang kacau, tentang filsafat, tentang bagaimana membangun sebuah kehidupan dengan arsitektur, tentang bagaimana membangun peradaban Islam dari arsitektur masjid, dan masih banyak tentang-tentang yang lainnya. Tapi semua itu tidak bisa lagi terwujud. Setidaknya aku berharap Allah akan mempertemukan dengan seseorang yang bisa menggantikan peran Pak Andika.
Namun semalam sepertinya Allah memberi sedikit penawar atas kerinduanku. Aku bertemu Pak Andika dalam mimpi.
"Pak Andika nggih?", sapaku. "Hehe iya Lang", jawab beliau. "Kok jenengan ada di sini Pak?", tanyaku pada beliau dengan kaget. "Iya, saya ndak apa-apa kok", katanya. Walau kulihat badannya terlihat tidak sehat.
"Lang, minta tolong antarkan saya kesana ya. Saya dituntun pelan-pelan", beliau menunjuk ke sebuah pendopo luas. "Siap pak", kataku.
Sembari menuntun pelan Pak Andika menuju pendopo, aku memberanikan diri bercerita kepada beliau.
"Pak, sejujurnya saya rindu jenengan. Rasa-rasanya kok saya hilang arah harus bagaimana menjadi seorang arsitek setelah lulus ini. Berpraktik sebagai seorang profesional arsitek ternyata sangat rumit, membentuk biro konsultan sendiri juga tak semudah yang dibayangkan, menjadi akademisi juga bebannya sangat berat. Dulu saya pernah menyampaikan ke bapak, kalau saya bercita-cita magang di studionya Pak Yusing dan Pak Andy kan? Tapi saya gagal pak. Belum saya mencoba mendaftar lagi, karena sepertinya idealisme saya mulai luntur. Soal idealisme arsitektur profetik yang dulu jenengan sampaikan di perkuliahan tugas akhir, yang memuat transformasi peradaban dan emansipasi membela kaum lemah, itu mulai pudar dan hilang. Karena ternyata realitas dunia selalu menggerus idealisme saya pak. Saya benar-benar bingung harus bersikap bagaimana. Di saat titik itu tiba, sebenarnya saya berharap Pak Andika bisa memberi banyak wejangan, nasehat, dan arahan." Tanpa berkata sepatah kata pun, beliau hanya membalas dengan senyuman.
Selesai aku bicara, kami sudah sampai di depan pendopo itu. Entah ada apa di sana, tapi sepertinya sedang ada semacam perkuliahan atau majlis ilmu. Akupun melepas tangan beliau dan mengucap salam perpisahan. Beliau tak lupa mengucap terimakasih dan melambaikan tangan.
Ya. Bahkan dalam mimpi pun Pak Andika tergambarkan sebagai seorang pecinta ilmu yang bijaksana. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu
2 notes
·
View notes
Text
The Alpha Muslimah, Alpha Female dari Sisi Islamic Worldview
Menarik! Satu kata yang aku lihat dari buku ini walaupun hanya melihat cover juga membaca review-review di instagram. Apa yang ada di gambar di atas adalah 2-3 konsep yang ku pelajari dan tanamkan pada diri selama ini dan kucoba untuk menghubungkannya dengan buku cetakan Rene Islam ini. Memang belum membaca buku di atas tapi semoga Allah mudahkan untuk menabung. Tidak perlu tergesa-gesa, lagipula kalau bisa divisualisasikan, antrian Nadya's book whishlist masih sangat panjang.
Kebetulan tadi malam setelah jaga IGD sore, Allah beri kesempatan untuk mengikuti webinar launching buku ini dengan mendatangkan sang penulis. Cukup puas dengan penjelasannya, walaupun tidak bisa mengikuti sampai akhir karena ada jadwal ilmiah online.
Dari apa yang aku lihat dan baca sekarang (walaupun belum baca wkwk), rasa - rasanya, buku ini cukup penting untuk kita; muslimah di era sekarang. Dimana banyak krisis fitrah; krisis peran; dan tuntunan - tuntutan yang dilayangkan atas nama kesetaraan gender atau kesetaraan HAM. Sehingga, yang banyak terjadi adalah penyimpangan fitrah yang berujung pada perceraian, merasa tidak cukup, merasa hak nya dirampas dan sebaginya. Padahal, fitrah itu begitu mulia yang justru menjadikan keistimewaan baginya. Perempuan dan keistimewaannya, bukti tanda cinta Allah.
Mohon doa nya untuk segara bisa meminang buku ini (walaupun harus meminang buku antrian yang lain dulu wkwk). Mohon doa nya juga agar Allah senantiasa memampukan diri untuk dapat membaca diri, membaca buku, membaca sejarah (sirah), membaca dalil dan sunnah, membaca lingkungan juga membaca kebesaranNya.
Menjadi muslimah shalihah, cerdas, dan bervalue dengan Islamic World-view
Btw, bicara soal muslimah dan dinamika juga keilmuan nya adalah sebuah hal yang sangat kompleks. Apalagi perempuan adalah tonggak sebuah peradaban. Alasan ini yang menjadikan ku terdorong untuk selalu bertahan di Departemen Kemuslimahan. Cukup lama, dari mulai rohis SMP N 1 Solo sampai dengan FULDFK Wilayah maupun Pusat wkwk. Semoga dapat menjadikan dorongan untuk terus memperbaiki juga menyiarkan dakwah baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang tentunya, masih banyak perlu belajar.
Coba deh liat series satu ini dan ambil pelajarannya karena sebaik baik fitrah adalah sebaik baik ketetapan untuk kita, muslimah. Selamat mengambil pelajaran!
youtube
4 notes
·
View notes
Text
Connected
Kemarin lewat di timeline instagram, potongan video soal parenting dari bu Elly Risman. Di potongan video itu, pembahasannya menarik. Belum pernah aku temukan di info-info parenting manapun. Terus aku carilah video lengkapnya di youtube. Akhirnya ketemu di sini.
Beneraann, ternyata menarik isinya. Sayur banget deh pokoknya (biasanya orang-orang bilang isi materinya daging banget. Tapi karena aku nggak terlalu suka daging, jadi pake sayur aja wkwk). Ada banyak hal-hal baru yang aku dapetin dari sana. Banyak hal yang disampaikan beliau tuh, belum pernah aku dapetin dari buku, diskusi, webinar, apapun sumber-sumber lain yang membicarakan soal parenting. Di sini kutemukan prinsip-prinsip baru soal parenting.
Tapi yang paling membekas dan 'nyes' banget buat aku tuh di bagian akhir-akhir video. Soal apa yang kita (sebagai anak) dapat saat ini, apa yang kita alami saat ini. Kesuksesan dan keberhasilan kita sepenuhnya bukan cuma karena usaha dan doa diri sendiri aja. Di balik keberhasilan-keberhasilan itu, mungkin ada pengaruh dari sedekah kakek, nenek yang suka bantu orang, ibu yang suka bagi-bagi makanan, apapun yang keluarga kita lakukan. Kebaikan-kebaikan mereka ternyata punya pengaruh buat hidup kita.
Kalau kata Manifest, "It's all connected". Semuanya terhubung. Terutama keluarga yah, mungkin. Seluruh anggota keluarga punya keterkaitan satu sama lain. Selain doa-doa dari mereka, perbuatan dan sikap yang dilakukan ternyata punya kontribusi juga untuk kondisi dan keadaan kita. Punya kontribusi dan pengaruh buat keturunan-keturunannya.
Terus juga perihal 'anak adalah amanah Allah' yang punya makna sangaattt dalam (menurutku). Namanya 'amanah', jadi harus gimana sih menyikapinya? Memperlakukannya? Kalau bisa memahami ini dengan baik, tentu anak-anak akan diperlakukan dan diberikan hak-haknya dengan utuh. Terutama hak pendidikan, yang menurutku, di dalamnya termasuk juga dipahamkan akan agama.
Jadi orang tua emang ndak ada sekolahnya, ya. Tapi alhamdulillah di zaman yang serba mudah ini banyak tersebar kelas-kelas dan ilmu soal bagaimana menjadi orangtua yang seharusnya.
Untuk anak-anakku. Semoga ibu (dan ayahmu) bisa menjadi sebaik-baiknya orangtua untuk kalian:)
Ditulis dan diabadikan di sini, untuk menjadi pengingat di masa depan.
10 notes
·
View notes
Text
Mengapa Seorang Wanita Harus Berilmu?
Ilmu secara garis besar adalah sesuatu yg paling mulia di muka bumi ini. Dan dari sekian banyak amal kebaikan, ilmu berada diposisi yg paling atas. Sebab ilmu adalah satu-satunya yang dapat menunjukkan mana yg baik dan mana yg tidak baik untuk kita.
Sama halnya seperti imam, ilmu merupakan penuntun dalam segala hal kebaikan.
“Untuk soal halal dan haram, seorang wanita dilarang menggunakan ilmu perasaan”
Maka seorang wanita diharuskan untuk mengaji dan berguru, supaya dirinya tahu bahwa beramal tanpa berilmu maka amalan itu akan tertolak.
Dengan seorang wanita berilmu, dia bisa menjaga dirinya dan menjaga kemuliaannya. Karena secara fitrah, wanita lebih suka mengedepankan perasaan. Dan kalau sudah perasaan seorang wanita bermain, dia akan lupa akan akalnya dan cenderung melakukan hal-hal diluar fitrah mereka.
Islam itu sebenarnya urusan perasaan. Dan apabila perasaan wanita itu diasah dengan ilmu agama, maka dia akan menjaga kemuliaannya dan sanggup menjaga dirinya untuk keturunannya dan untuk suaminya.
Semua wanita di dunia ini berakal, namun sedikit perempuan yang masih mengedepankan akalnya daripada perasaanya.
Perempuan itu kalau berilmu, dia akan bijak menyikapi kehidupan. Sebab ilmu itulah yang akan menjadi kompas bagi kehidupannya, dan yang dapat mengarahkannya menjadi anak yang baik, istri yang baik, ibu yang baik, serta dapat membantunya mengatasi masalah-masalah yang ada dalam hidupnya.
Hidup nyaman itu bukan dengan menjadi diri kita sendiri, sebab dalam diri kita ini masih terdapat hawa nafsu. Namun hidup nyaman adalah dengan mengikuti tuntunan Sang Pencipta.
Wanita berilmu juga untuk keluarga.
“Rasulullah ﷺ membenci sifat wanita yang jika mereka keluar rumah, lalu mereka berkumpul dengan orang, namun mereka malah mencurhatkan masalah keluarganya atau mengeluhkan masalah suaminya”
Semakin baik ilmu seorang wanita, maka semakin besar peluang mereka menjadi ibu dan istri yang baik.
Restu orang tua atau suami dalam kita menuntut ilmu itu penting. Jika mencari ilmu yang wajib, itu sebenarnya tidak perlu izin tidak apa-apa. Namun alangkah lebih baiknya, di musyawarahkan.
Wanita mencari ilmu bukan untuk memenuhi persepsi siapapun. Wanita mencari ilmu untuk patuh dengan Allah dan mencari ridho dari Allah. Maka jadilah kamu wanita yang berprinsip. Karena selama kita memiliki ilmu, kita tidak akan terpengaruh oleh apapun.
Jika kita merasa ilmu kita belum banyak, maka sharinglah ilmu secukupnya, jangan dilebih-lebihkan dan jangan ditunda-tunda dengan alasan apapun. Rasulullah ﷺ sudah berpesan, menyampaikan ilmu itu wajib hukumnya bagi seluruh umat muslim. Jangan sampai insecure menyebabkan kita menunda atau bahkan gagal dalam menyebarkan kebaikan.
📝 Resume Webinar Spesial Milad Ke-2 Taklim Santai, disampaikan oleh Lora Ismael Al Khalilie – 16 Rabi'ul Akhir 1445 H
5 notes
·
View notes
Text
Ulasan: Menghalau Insecure, Aku Bisa Apa?
By @kurniawangunadi
Satu kata untuk webinar AOH bersama mas Gun semalam, AMAZING!
Ini kali pertama aku join di @careerclass.id dan merasakan positive vibes semangatnya tuh nular. Boleh jadi karena environmentku yang selama ini cuma berjibaku di rumah bersama ketiga bocahku jadinya pas nemu kelas ini berasa muda lagi.
Flash back ke jaman kuliah dulu yang bisa mobile kemana-mana, ikut event sana-sini, diskusi dan tukar pikiran ma banyak orang. Dan di CC rasanya aku menemukan itu kembali...
Bersyukur banget bisa bergabung semalam dikelilingi orang-orang yang punya semangat untuk berbenah, bisa nambal ilmu lagi, diberikan kesempatan buat recharge diri lagi.
Benar-benar nggak nyangka materinya seluar biasa itu. Serasa benar-benar deep talk ma diri sendiri. Apalagi pematerinya, jujurly selalu suka sama tulisan mas gun di tumblr. Ngikutin beliau dari tahun 2015 di tumblr sampai punya anak 2 dan malam tadi bisa kenal lebih dekat perjalanan hidupnya terutama value of lifenya dalam urusan karir.
Kalau orang sekelas mas Gun aja ternyata pernah merasa kecil, pernah merasa bukan siapa-siapa. Tapi bisa melewati masa insecurenya. Cara mas Gun bawain materi tuh santai banget tapi isinya amat bergizi untuk asupan otak Emak tiga bocah yang selalu overthingking ini.
Tapi nggak ada yang kalah heboh sih, participantsnya itu yang hampir menyentuh angka 500-an. Wow. Sekeren ini yak @careerclass.id. Sempat membatin. Duh, kemana aja selama ini? Kenapa nggak dari dulu gabung CC.
Materinya dari awal insightfull semua.
Seperti merasa stuck sama kehidupan sama karir karena diri kita yang nggak kita pacu buat bergerak. Kata-kata seperti aku nggak bisa apa-apa. Padahal kalau ada hal yang aku nggak bisa, itu kan bisa dipelajari. Padahal kita belum nemu aja sama strengh diri kita. Dan orang lain seperti teman, mereka lebih bisa melihat kemampuan dan keunggulan diri kita ketimbang diri kita sendiri.
Jadi ini sebenarnya seperti perjalanan menemukan kembali diri kita. Kita disuruh mengenali diri kita lebih jauh. Assesment sama diri sendiri. Kita tuh dulu aktivitas produktif yang kita sukai dan rela menghabiskan waktu itu untuk apa? Benar-benar materinya huhuhu cem mana ya. Kalau sudah berbicara sama diri sendiri rasanya mau mewek. Hiiks.
Tapi ketimbang tetap memilih memelihara insecure. Jatohnya nggak enak. Nggak cuma pusing tapi kita juga membuat banyak kesalahan. Seperti kehilangan kesempatan, kehilangan relasi, dan harganya tuh mahal banget. Jadi untuk apa insecure terus?
Daripada sibuk dengan hal-hal yang membuat kita nggak yakin sama diri sendiri, menarik diri dari lingkungan dan merasa rendah, kenapa kita tidak fokus dengan kejadian yang membuat kita percaya diri, diterima dan merasa berharga.
Kalau sudah nemu sisa nyari amunisi buat meraihnya. Tentunya selalu ada harga yang harus dibayar. Boleh jadi kita harus strugle dan nambah effort dua kali lipat lebih dari biasanya. Kita harus ngorbanin sesuatu. Memang nggak mudah tapi bukan berarti nggak mungkin.
Aku setuju sama mantra mas Gun. Yap, lakukan apa saja apapun resikonya. Mencoba hal baru. Nggak nyaman sama satu pekerjaan, nggak bahagia sama pilihan sekarang bisa explore yang lain selama dua hal ini ada. Kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari semua diskusi itu ada satu hal yang paling berkesan buatku.
Kalau ada orang lain yang bisa, berarti kita juga bisa sebab ada yang sudah sampai. Sisa kita menemukan jalannya saja. Dan pilihlah yang menyenangkan, pilihlah yang membuatmu bahagia walaupun harus capek banget yang luar biasa sebab itu akan kamu jalaninya seumur hidup.
Semoga disisa waktu ini kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki. Memilih yang benar-benar nyaman untuk kita jalani. Sesuatu yang membuat kita bahagia.
No insecure anymore!
Masya Allah... Thanks mas Gun, kak Alia dan team CC untuk diskusinya malam tadi. Jadi penasaran seperti apa kelas berikutnya😍.... Can't wait to join the next class with kak Al... @alia.aryo.
Makassar, 9 Mei 2023 | Terkantuk ngelonin bocah.
@dianesstari
8 notes
·
View notes
Text
Journaling ala @aisharizqy
Slide 1: Afirmasi dan reminder kalau lagi butuh semangat😌🤚🏻 #motivatordirisendiri
Slide 2: To Do List — segala hal yang pengen dilakuin di hari itu. Banyak yang gak keceklis, tapi gapapa insya Allah masih ada hari esok💖
Slide 3: Daily/Weekly/Monthly Self Reflection — banyak kejadian yang terjadi dan pelajaran yang bisa diambil. Refleksi ini ngebantu aku untuk lebih ngehargain proses, ambil pelajarannya, dan evaluasi untuk kedepannya📈
Slide 4: Brainstorming — kalau lagi ngestuck, solusinya emang doa ke Allah sambil tuangin semuanya ke kertas biar lebih konkret⚡️
Slide 5: Brain Dump — otak penuh solusinya apa? nulis > bikin action plan. Kalau ada ide, pemikiran, atau apapun itu dituangkan semuanya~ ((jangan perfeksionis dulu!)) 🧠
Slide 6: Learnings — hasil diskusi sama temen, webinar, kelas, dan segala pembelajaran yang aku dapat; aku tulis kembali pakai bahasa sendiri ke dalam journalku📖
Slide 7: Goals & Habits — target yang mau dicapai, sistem yang dibangun, dan rutinitas. Sekarang pas baca ulang, ternyata ada beberapa yang udah tercapai🥹 alhamdulillah...
Slide 8: Pouring Your Heart — intinya, gak ada aturan khusus untuk bikin jurnal. Apapun itu, isi pikiran dan perasaan kamu bisa dituangin kok🫶🏻
2 notes
·
View notes
Text
Growth Mindset dan Playing Victim
Ada satu materi menarik dalam forum diskusi Edufic beberapa waktu lalu. Webinar malam itu membahas tentang Peran Ayah dalam Keluarga Islam. Namun, ada satu topik menarik yang saya tangkap dalam forum tersebut, seperti pada judul di atas.
Mungkin kita tidak akan bisa memilih di keluarga mana kita dilahirkan. Orang tua bisa jadi bukanlah sosok yang sempurna. Terkadang, ada luka di masa lalu yang membuat seorang anak jadi punya trauma dengan pengasuhan mereka (innerchild).
Kalau dari sini kita memandang, kita telah menjadi korban (playing victim) dari luka yang sudah digoreskan orang tua, selamanya akan susah untuk menyembuhkan luka di dalam diri ini. “Ya apapun yang terjadi di masa depan, ini salah orang tuaku. Mereka yang sudah membuatku begini.” Yes! mindset inilah yang sangat merusak. Kita akan stagnan tanpa ada perubahan yang berarti di masa depan karena merasa selalu menjadi korban.
Lain halnya dengan growth mindset. Memang luka itu masih tetap ada, tapi cara pandang kita adalah berusaha untuk memahami ketidaksempurnaan orang tua, mencoba memaafkan, dan mencoba untuk tidak melakukan hal yang sama ketika menjadi orang tua nanti. “Kita ingin menjadi sosok seperti apa yang akan dikenang di hati orang-orang tercinta.” Keinginan ini yang akan menggiring kita menjalankan sebaik-baik peran yang kita pilih tersebut.
Dua mindset di atas tinggal kita memilih mau yang mana. Growth mindset dan playing victim ini dapat diterapkan juga dalam banyak “cases” bukan hanya tentang menyembuhkan luka innerchild.
Semoga kita disembuhkan dari luka-luka masa lalu dan berdamai dengan diri sendiri tentang hal ini. Semoga selalu bahagia ya kamu :)
27 Februari 2023 @martinamuliadewi
10 notes
·
View notes
Text
Terkadang apa yang terlintas di pikiran itu yang jadi bahan overthinking misalnya kita scroll Sosmed terus ada yg ngomong gini “orang tua tuh ngga butuh uang kamu, tapi dia butuh orang yang bisa jaga kamu disana yang bisa nuntun kamu ke jalan yang benar (Allah SWT)”
Ini ngedeep banget yaah itu yang aku lakuin aku memilih merantau jauh dari keluarga, bukan berarti aku tidak bisa menjaga diri aku sendiri aku bisa ngelakuin apapun sendiri lantas kepikiran apa orang tua aku juga kepikiran gitu yah? Belum berani nanya “kalian khawatir ngga kalo aku pergi kemana mana sendiri?” Lagian udh terbiasa sendiri ini apakah aku pantas juga nanya gitu
Perihal apapun konsumsi yang bakal jadi bahan overthinking itu aku alihin ke hal positif yang menyibukkan diri yaa misalnya nyari nyari webinar, baca buku, nonton film dan kerja. Apapun yang aku lakuin selagi wajar dan aku mampu akan aku lakukan. Kenapa kamu produktif sekali pertanyaan kawanku? Kenapa? Karena aku meminimalisir Scroll sosmed dan itu ngaruh banget buat pikiran aku.
Apapun dan bagaimana cara kalian untuk mengatasi menghindari overthinking itu berbeda beda intinya lakukan apapun yang kamu suka, yang penting itu kegiatan yang postif 👍
2 notes
·
View notes
Text
Maybe this is the first time
2022 sudah berakhir dan karena padatnya agenda akhir tahun, aku tidak sempat menulis untuk tulisan akhir tahunku. Meski bulan terakhir di 2022 kulalui dengan banyak nangis, tapi 2022 juga adalah tahun paling amazing dalam hidupku, banyak tempat baru yang aku eksplor, banyak pengalaman baru yang dimulai dari nekat dan ‘yang penting coba dulu’. Maka di tulisan ini aku mau menulis beberapa hal hasil coba-coba di tahun lalu.
1. Karya Tulis Ilmiah Bersama Ruang Tumbuh
Awal tahun lalu pembelajaran mata kuliahku sebagian masih online, tapi aku sudah mengenal beberapa teman yang pada akhirnya menjadi teman-teman terdekatku hingga sekarang. Suatu ketika salah seorang temanku mengajak ikut lomba KTI dengan tiga orang sebagai timnya. Menulis mungkin emang udah hobi, tapi nulis ilmiah aku hampir ngga punya pengalaman. Dengan keyakinan ‘udah coba aja dulu’, akhirnya kami nyemplung. Saat itu kami adalah mahasiswa semester dua yang belum pernah masuk kuliah offline dan ikut lomba berbekal ‘bismillah’ hahah. Yang tidak kusangka kemudian adalah, dari sini ternyata awal mula petualangan kehidupan kampusku dimulai. Yang tidak pernah kubayangkan pula, kedua teman hasil KTI bersama ini adalah yang menjadi teman-teman dekatku di kampus. Ah, tapi yang paling menyenangkan dari pengalaman ini adalah bagaimana dinamika kami berdiskusi, adalah salah satu forum diskusi terbaik yang pernah kumiliki. Oh, yang paling mengejutkan tentu saat diumumkan bahwa kami meraih juara II, hahahha, ga pernah kebayang sih, soalnya pas ngerjain tuh kami sungguh merasa tidak tahu apa-apa. Tapi karena merasa tidak tahu itulah yang mendorong kami belajar, membaca, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain. Yes, saat itu adalah pertama kali sekaligus awal mula. Ais saat itu tentu tidak pernah menyangka bagaimana jalan hidupnya bergulir kemudian. Dan inilah kawan-kawanku, yang saat itu kami kemudian menamakan grup kami dengan nama ‘Ruang Tumbuh’. Waktu berlalu, salah satu temanku kini menjadi ketua salah satu UKM universitas, dan seorang lagi menjabat sekretaris umum UKM fakultas yg bergerak di bidang keilmuan. Dan aku adalah support system mereka, mweheheh.
2. Moderator Talkshow
Menjadi public speaker buatku barangkali sudah tidak asing, sejak kecil aku didorong ibunda untuk berani tampil di depan publik, dan semakin berkembang saat aku berseragam putih abu abu hingga menjadi mahasiswa kini. Saat kuliah masih online di semester 1, aku pernah menjadi sukarelawan untuk menjelaskan salah satu materi. Setelah itu banyak teman-temanku japri, “Ais publik speakingnya bagus banget, belajar di mana?” “Aaa enak banget jelasinnya” dll. Saat itu aku termenung, kupikir berbicara adalah skill yang semua orang memang bisa melakukannya, tapi ternyata tidak. Thanks to my mom atas dorongan-dorongannya. Suatu hari UKM ku hendak mengadakan webinar dengan konsep talkshow dan menarikku menjadi moderator. Well, menjadi moderator talkshow adalah hal baru bagiku, tentu berbeda dengan webinar ataupun seminar. Saat itu aku langsung mengiyakan, selain karena menantang, juga untuk menambah jam terbang. Pembicara saat itu adalah kakak tingkatku yang kemudian menjadi mahasiswa berprestasi dan maju hingga tingkat nasional. Yang tidak kusangka pula, pertemuanku dengan kating mapres ini adalah awal mula kemudian aku bertemu dan berteman dengan beliau, serta belajar banyak darinya. Karena kupikir sosoknya adalah sosok yang terlalu jauh untuk kugapai menjadi orang dekatku. Tapi Allah berkehendak lain, pada kemudian waktu kami justru menjadi puzzle yang saling melengkapi hidup masing-masing. Sayang sekali aku tidak menyimpan dokumentasinya~
Nah, kuberi gambar ini saja karena masih berkaitan dengan public speaking, xixixi. Suatu kali dalam mata kuliah Psikologi Komunikasi, dosen kami memberi tugas untuk memuat ppt yang akan dipresentasikan secara efektif. Di sela-sela konferma fakultas, aku membuat PPT tentang bagaimana orang denmark mendidik anak uang kuambil dr buku “The Danish Way of Parenting”, setelah mendapat beberapa slide, aku merasa kalau untuk menyelesaikan ini butuh waktu lama. Dan pada akhirnya aku mengumpulkan ppt yang pernah kugunakan untuk memberi materi public speaking di LDK Osis salah satu SMA. NAAAAH, kejutannya adalah, saat kuliah berlangsung dosenku memintaku untuk mempresentasikannya secara menyeluruh (meanwhile saat aku ngasih materi ini butuh waktu 1-1,5 jam). Dan pada akhirnya memang aku yang mengambil dua jam pelajaran awkwkw. Beliau bilang “Hari ini kamu gantikan saya mengajar, saya yang jadi moderator”. Juga bilang ke kelas saat itu “Ini materi penting yang aslinya mau saya sampaikan pekan depan, tapi teman kalian sudah bikin ini. Ini kalau di luar, kalian bayar buat dapet materi ini, tapi di sini kalian dapet gratis dari temen kalian” yaa, thanks to me atas workshop” Public Speaking yang pernah kujalani. Di akhir kuliah beliau menambahkan “Materi ini nanti akan saya upload sebagai referensi” yaa begitula ceritanya PPT saya masuk di schoology, platform belajar online kami.
Aku baru menulis dua cerita tapi sudh panjang banget ternyata wkwk. Udah dulu deh. Aslinya aku menulis ini tuh buat sugesti diri,
Dear Ai, sudah banyak proses dan hasil yang kamu lalui. Jangan menyerah, you’re doing great :)
Ternyata banyak kesempatan-kesempatan yang aku iyakan yang pada akhirnya membawaku ke banyak titik takdir kehidupan kini. Dan yang pertama memang seringkali dirasa berat, ya. Tapi bagaimana kita akan tahu jika kita tidak pernah mencoba, bukan?
8 notes
·
View notes
Text
Bekal Menjadi Ibu Teladan 🫧
catatan webinar sesi 2 (ahad, 22 dhulqo’dah 1444 H | 11 juni 2023)
bersama ustadzah Arfah ummu Faynan حفظها الله تعالى via zoom meeting
sebelumnya mohon maaf jika ada kesalahan karena keterbatasan dalam menyimak dan mencatat, mudah mudahan yang sedikit ini bisa bermanfaat :)
🫧untuk menjadi ibu teladan diperlukan menuntut ilmu🫧
pendidikan anak adalah tanggung jawab ayah dan ibu.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :
setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya.
seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.
seorang wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.
Allaah تعالى berfirman :
”Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu & keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia & batu.” (surah at-tahrim ayat 6)
ketika kita bertanya siapa peran yg paling besar? maka jawabannya adalah tanggung jawab bersama.
akan tetapi kita dapati laki-laki begitu jarang bergaul bersama anak-anak karena waktunya sedikit, dia tidak dapat berpikir panjang lebar mengurusi anak-anaknya karena kelelahan bekerja.
jadi nampak jelas bahwa peran pendidikan anak adalah wanita (seorang ibu)
Hadits Jabir رضي الله عنه
dari Jabir bin Abdillah berkata : ”saya baru saja menikahi seorang wanita. kemudian saya menemui nabi صلى الله عليه وسلم, beliau bertanya : 'apakah kamu baru saja menikah wahai Jabir?' saya menjawab: 'Ya.' beliau bertanya : 'gadis atau janda.' saya menjawab : 'janda.' beliau bertanya : 'kenapa kamu tidak menikahi gadis saja. kamu bisa bermain-main dengannya. saya menjawab : 'wahai rasulullah, Abdullah telah meninggal dan meninggalkan anak-anak perempuan. aku tidak ingin menikahi wanita yang (masih muda) seperti saudari-saudariku, maka aku menikahi seorang wanita yang bisa mengurus mereka'. beliau berkata: semoga Allah memberkahimu”
pelajaran yang bisa di ambil dr hadits jabir adalah :
hadits ini menunjukkan bahwa wanita turut serta/ berpartisipasi dengan suaminya dalam mendidik anak, bahkan peran yang utama adalah peran wanita.
ketahuilah bahwa pendidikan anak adalah misi yg agung bagi seorang ibu :
tugasmu -wahai istri- dalam menjalankan misi yang agung ini membutuhkan pemahamanmu yang sempurna sehingga engkau dapat menunaikannya sebagaimana mestinya, pengasuhan & pendidikan anak dengan baik pasti membutuhkan pengetahuan berbagai sisi yang berkaitan dengan anak.
📋 berbagai sisi yg harus diperhatikan oleh orgtua :
🎀 sisi pertama - perhatian terhadap kesehatan anak
anak yang sakit & lemah tidak akan menjadi pribadi yang sempurna yang bermanfaat bagi ummat.
oleh karena itu, hal pertama yang harus diperhatikan oleh sang ibu adalah Kesehatan anaknya.
🫧 ibu yg teladan dan cerdas akan berusaha menjaga kesehatan anaknya.
di antara yg harus diperhatikan :
memperhatikan kesehatan wanita hamil, yang mana hal itu berarti memperhatikan kesehatan janin, melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan (periksa kehamilan, menjaga kandungan, dsb).
setelah wanita melahirkan, sang anak akan mengalami beberapa fase pertumbuhan, setiap fase pertumbuhan mempunyai keadaan khusus & perhatian kesehatan khusus.
pada bulan pertama, bayi sangat sensitive pada usia ini, seorang ibu harus mengetahui: mana hal-hal yang normal (bayi sehat), mana hal-hal yang tidak normal (bayi tidak sehat) pada masa ini, bagaimana cara memperlakukan bayi, tempat tidurnya yang sesuai, menyusui dengan baik, (memperhatikan) pakaian, dsb.
fase kedua (infant) fase dua tahun pertama, pada fase berikutnya yaitu dua tahun pertama pada masa menyusu, dan (biasanya) bayi mulai belajar berjalan pada fase itu, bayi mulai belajar berbicara, hendaknya sang ibu memperhatikan Kesehatan bayinya. Saat bayi belajar berjalan, jangan bebani dia di luar kemampuannya, tidak juga selalu dibantu unruk menolongnya berjalan, akan tetapi dibiarkan sesuai dengan kemampuannya.
fase ketiga, anak pra sekolah, usia pra-sekolah, seorang ibu mempersiapkan anaknya untuk sekolah, memperhatikan kemampuan anak, menjadikan sekolah & membaca sebagai hal yang disukai oleh anak (menyenangkan). -ini pilihan apakah seorang ibu memilih menyekolahkan atau home schooling tergantung kemampuannya dilihat keadaan masing2.
fase keempat (masa pra-baligh dan masa pubertas) Kemudian tibalah masa anak-anak pra-baligh, kemudian masa pubertas, yang mana upaya mendidik mereka menjadi lebih sulit daripada sebelumnya. upsya mendifik mereka lebih sulit (bukan bertti sulit dijalani)
🎀 sisi kedua - bermain
merupakan kebutuhan bagi anak, pentingnya bermain bagi anak
pentingnya bermain dalam kehidupan anak bukanlah hanya sekedar hiburan, bahkan bermain merupakan sarana untuk belajar & mengembangkan bakat.
pada setiap usia anak ada permainan yang sesuai dengan usianya, jika anak diberikan mainan yang lebih rendah dari level berpikirnya maka hal itu tidak menarik baginya. jika dia diberi mainan yang lebih tinggi dari level berpikirnya maka dia perlu usaha yang lebih di atas kemampuannya, bisa jadi mainan itu merusak anak, bahkan terdapat mainan yang membahayakan anak yang harus diwaspadai.
🎀 sisi ketiga - pendidikan akhlak
Kita berpindah kepada sisi lain yaitu sisi pendidikan anak secara akhlaq & membangun akhlaq dengan pembinaan yang baik, menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan menjauhkannya dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk, sehingga anak tumbuh menjadi anak shalih, menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tuanya.
🫧 bekal pengetahuan untuk mendidik anak 🫧
Orang yang mendidik anak harus mengetahui karakteristik anak sehingga dia bisa bergaul bersama anak di atas kejelasan, kemudian apa saja sarana-sarana yanq baik untuk pendidikan, hendaklah engkau mengetahui -wahai saudariku- bahwa setiap jenjang usia anak memiliki tabiat yang khusus, hendaklah memiliki sarana-sarana yang khusus, dan makalah-makalah dalam hal ini sangat banyak. Dan jika engkau yakin bahwa bagian ini penting & besarnya peranmu dalam mendidik keluarga, maka engkau harus memiliki pengetahuan yang memadai sehingga engkau bisa menjalankan misi yang agung.
📌intinya banyak-banyak belajar, banyak-banyak membaca, tidak cukup hanya satu dua kali pertemuan untuk bekal mendidik anak.
karakteristik anak
🫧 karakterisirik pertama - menerima
anak bagaikan kertas putih yang tidak mendalami perilaku atau pemikiran tertentu, dia menerima koreksi & bimbingan, seperti dahan lunak yang bisa dibentuk dengan bentuk apapun yang engkau inginkan, jadi hendaknya Wanita memahami perannya dalam hal ini.
🫧 karakteristik kedua - berfikir secara materi
maka seorang ibu tidak perlu khawatir jika anak belum mengerti beberapa hal, karena dia mengaitkan apa yang ada di hadapannya dengan berpikir secara materi.
jika engkau katakana kepada anak: 3+3= berapa? Anak belum faham, akan tetapi letakkan di hadapannya 3 pena lalu 3 pena berikutnya, anak akan berkata: (jumlahnya) 6, demikianlah seterusnya.
🫧 karakteristik ketiga - egois dan mau menang sendiri
anak memiliki sikap egois & mau menang sendiri, di sinilah pentingnya peran sang pendidik agar anak mau menghormati orang lain.
anak memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dia tidak bisa lepas darinya, jika dia tidak mendapatkannya maka akan menghambat perkembangannya atau tumbuh dengan perilaku yang buruk.
yang dibutuhkan seorang anak : dicintai dan diberi rasa aman.
🎀 parenting nabawi
Parenting Nabawi
🫧 kedudukan anak dalam islam
anak merupakan nikmat dan karunia (surat asyura ayat 49-50)
🫧 anak adalah perhiasan dunia
(surat al-kahfi ayat 46)
🫧 anak adalah ujian hidup
(surat at-thagabun ayat 15)
🫧 anak bisa melalaikan orgtua
(surat al-munafiqun ayat 9)
📌langkah awal dimulai dengan memperbaiki diri sendiri, dilakukan sejak sebelum menikah, Allaah berfirman dalam surat at-tahrim ayat 6 dan memilih calon pasangan yg baik surat ar-rum ayat 21.
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات selesai 🤍
semoga Allaah senantiasa memberikan kita pertolongan-Nya agar bisa mengamalkannya, karena sebanyak dan sebagus apapun teori yang telah kita pelajari tidak akan mudah untuk diamalkan jika bukan karena pertolongan-Nya..
@fitriaprin yg mendengar dan mencatat dgn segala keterbatasan.
5 notes
·
View notes