Tumgik
storigregorius · 5 years
Text
Hari Keduapuluhdua: Independensi
Saya sudah bergelut cukup lama di media kampus. Sejak awal masuk, saya sudah menjadi kru sebuah media kampus televisi. Dua tahun perjalanan, saya sudah mengalami jatuh bangun dan akhirnya memilih untuk berhenti serta tidak melanjutkan kepengurusan di generasi selanjutnya. Di luar itu, saya melihat banyak isu yang menjadi perbincangan dalam internal media kampus: independensi.
Sudah sejak lama, saya merasa ada yang tidak beres dari kepengurusan media kampus. Ternyata, sudah lama dana tidak pernah turun kepada beberapa media kampus yang sebenarnya berada di bawah naungan kampus. Namun, karena tidak mau bergabung dalam satu kesatuan payung yang dibentuk kampus, media-media ini tidak dapat memiliki jatah dana dari kampus. Ujung-ujungnya media ini pun harus berjalan dengan modal pas-pasan yang berasal dari pendanaan mandiri. Miris? Ya. Tapi itulah kenyataan pers mahasiswa.
Ada yang bilang, ini merupakan bentuk pengekangan kebebasan berekspresi yang dilakukan kampus kepada media. Selama ini pun saya memiliki pendapat yang sama. Namun, saya juga berusaha berpikir jernih. Saat kampus diberitakan secara buruk, yang berarti juga mengeksposnya kepada publik luas, berita ini akan dibaca oleh para calon mahasiswa beserta keluarganya. Jika saja berita ini sangat buruk, tentu para calon mahasiswa ini akan menjadi goyah untuk masuk ke dalam lingkungan ini. Alhasil, jumlah mahasiswa baru akan turun, dan kampus pun mengalami pertumbuhan yang stagnan atau bahkan minus. Bahaya untuk menjadi mahasiswa yang masih bertahan di kampusnya sendiri jika melihat kampus mengalami demikian. Namun, di satu sisi, apa yang dikritik ini sebenarnya menunjukkan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungannya dan sebagai bentuk kontrol sosial terhadap lembaga petinggi.
Hari ini saya membaca unggahan seseorang di media sosial yang menyebutkan soal cinta almamater. Cinta almamater menurutnya, juga dapat menahan diri untuk tidak mengekspos hal-hal yang dapat merusak nama kampus kepada publik. Beberapa petinggi kampus juga selalu mengatakan, “Jika ada masalah, jangan ragu sampaikan secara langsung, bukan melalui media sosial.” Apa yang saya baca itu menjadi suatu perspektif baru bagi saya. Saya memang tidak sepenuhnya mencintai almamater, dan barangkali membutuhkan proses. Tapi saya menjadi setuju akan perkataan itu. Di samping cara kerja media publik dan media kampus berbeda, saya melihat ada perpektif soal kebaikan yang ingin coba dibagi. Apa yang saya ekspos ke luar tanpa memperhitungkan dampaknya, tentu akan menjadi suatu gambling bagi diri sendiri, termasuk soal kritik terhadap kampus sendiri. Penyampaian opini dan kritik ini memang harus secara objektif dan bijak, dan kampus perlu benar-benar merespons dengan baik. Barangkali munculnya kritik melalui media sosial ini direfleksikan dari ketidakkondusifan respons pihak kampus terhadap isu-isu yang dibahas. Intinya -- semua pihak perlu merefleksikan dan mendiskusikan bersama-sama duduk perkara masalah ini -- yang tak pernah kunjung usai.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Keduapuluhsatu: Tua
Dalam suatu hari, tiga angkatan jurnalistik di kampus saya bisa berkumpul dan diterangkan mengenai prospek akademik yang ada di depan mata. Tak sadar, saya pun sudah menjadi angkatan tertua yang ada dalam ruangan itu bersama teman-teman 2016 lainnya. Semester ini akan menjadi semester terakhir saya secara reguler menghadiri kelas-kelas perkuliahan di hari-hari biasa. Semester tujuh, saya akan mulai merintis magang dan mengambil kelas seminar proposal. Bukan semester yang main-main lagi.
Mengingat bagaimana pentingnya semester tujuh ini ada di depan mata, saya pun sedang merefleksikan kesiapan saya baik secara teknis dan mental. Saya dihadapkan pada persiapan teknis seperti kecukupan SKS untuk bisa menjalani skripsi. Setelah dihitung-hitung, saya masih belum bisa memastikan apakah saya sudah menjalani 144, atau 146 SKS dikarenakan perubahan kurikulum yang membuat saya menjadi angkatan pertama yang berada di prodi Jurnalistik kampus ini. Meski demikian, saya yakin SKS ini sudah berjalan sebagaimana mestinya.
Semester enam ini terasa cukup berat karena selama kuliah, saya dan teman-teman sudah digerus selama lima kali semester untuk mata-mata kuliah yang mematikan. Di semester ini, semuanya tetap mematikan. Saya harus benar-benar tetap on track agar saya dapat menepati komitmen untuk lulus tepat waktu dan berkualitas (bukan hanya yang penting lulus). Saya sebenarnya sangat ingin bisa lulus 3,5 tahun, tetapi apa boleh buat, kampus memiliki mekanisme yang seakan-akan ‘memaksa’ perkuliahan di 4 tahun (yang bisa bertambah jika menunggu wisuda). Padahal, jurusan lain ada yang bisa menjurus di 3,5 tahun saja. Tapi tak apa, semua ada hikmahnya (said no one). Ya, yang penting semester ini belajar berkomitmen karena kesuksesan harus dipupuk sejak dini. Semester tua, I’m coming!
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Keduapuluh: Jubir
Hari kedua di setiap minggunya, saya bertemu dengan mata kuliah Digital Media Management. Melalui matkul tersebut, saya belajar untuk mengatur dan mendalami bagaimana keberlangsungan suatu media secara bisnis dan segala aspeknya. Pada pertemuan kali ini, dosen saya mengajak kelas berdiskusi mengenai bisnis media yang baru saja muncul populer belakangan ini, setelah munculnya inisiatifnews.com rintisan Mahfud MD. Dalam keterangannya, kanal tersebut didirikannya sebagai bentuk kritik dan menjadi media alternatif yang tidak memotong-motong pernyataan Mahfud MD.
Dilihat dari aspek tujuan, sebenarnya inisiatifnews.com memiliki aspek tujuan yang baik agar media tidak mengalami degradasi makna saat memberitakan suatu peristiwa. Namun, fokus pemberitaan terlihat hanya difokuskan pada Mahfud MD seorang diri -- sebagai seorang pendiri -- dan hal ini membuat saya bertanya-tanya, “Lantas apa bedanya media dan jubir?”
Seperti yang kita tahu, media dibentuk atas dasar objektivitas, aktualitas, dan faktualitas. Kita tahu sendiri bahwa media harus menjadi pihak yang meng-cover both sides dalam pemberitaannya. Media memang harus netral, tetapi media harus berpihak kepada rakyat -- hajat orang banyak. Untuk itu, media memiliki peranan penting dalam mengedukasi dan menjadi penyambung lidah rakyat. Media sering kali menjalankan framing dan penentuan agenda sebagai fokus pemberitaannya, tetapi akan baik adanya jika dilakukan untuk kebaikan rakyat. Apa yang dilakukan inisiatifnews.com -- yang kemungkinan redaksinya masih belum lengkap dan bekerja sebagaimana redaksi media besar -- menitikberatkan tujuan medianya sebagai media ‘alternatif’ yang berangkat dari pandangan seorang Mahfud MD. Meski beliau adalah seorang tokoh dan profesor, tidak ada seorang pun yang bisa menjadi subjek dan tokoh yang diagung-agungkan media. Dalam praktik jurnalistik, media bukanlah juru bicara apalagi alat promosi. Jika bingung soal ini, Anda bisa lihat bagaimana inisiatifnews.com membuat pemberitaan yang seringkali mengutip pernyataan sang pendiri, atau bahkan membuat prioritas pemberitaan yang bersangkutan dengan sang pendiri.
Hal ini bukan berarti saya menjelekkan suatu pribadi, tetapi murni kritik dan masukan terhadap bagaimana media seharusnya menaruh posisinya. Jangan sampai publik memiliki persepsi yang salah akan arti sebenarnya ‘media’ itu sendiri.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Kesembilanbelas: LPJ
Semakin dekat dengan akhir dari kepengurusan UMN TV Gen 4. Untuk itu, sekretaris sudah meminta para kepala visual untuk membuat LPJ tiap departemen. Saya dan kadep lain pun membuat LPJ yang berisi rencana sekaligus evaluasi saya selama setahun ini menjalankan visual yang cukup menjadi jatuh bangun.
Desain Mastervisual UMN TV Gen 4
Departemen Visual khususnya Visual Marketing membuat desain mastervisual yang menjadi citra visual UMN TV Gen 4. Berbeda dengan generasi sebelumnya, desain Gen 4 menonjolkan kesan minimalis dan penggunaan warna gradasi yang mewakilkan keanggotaan UMN TV yang semakin beragam. Desain ini juga semakin menekankan dan mengeksplorasi elemen visual dari logo UMN TV seperti huruf “t” dan “v”. Desain ini juga nantinya dipakai dalam membuat materi-materi desain dalam Visual Redaksi dalam membuat desain untuk keperluan redaksi seperti bumper teaser, thumbnail youtube, materi post setiap episode dll. Visual Marketing membuat dan menyusun seluruh elemen visual yang ada, dengan perpaduan warna hijau, biru, ungu, dan pink. Warna ini pula yang menjadi dasar pada atribut. Logo UMN TV juga lebih dieksplorasi. Visual Redaksi mengikuti gradasi warna yang telah dipilih untuk masing-masing program, dan menjadikannya warna icon untuk setiap program.
Atribut UMN TV Gen 4
Setelah melakukan desain mastervisual, Visual Marketing juga mendesain lanyard dan kartu ID press seluruh anggota UMN TV. Bekerja sama dengan tim Teknis, kartu ID ini menggunakan foto masing-masing anggota yang telah difoto sebelumnya. Seluruh desain menggunakan elemen mastervisual yang telah disiapkan sebelumnya. Lanyard yang dibuat berwarna hitam dan ID card didominasi warna putih. Baik lanyard dan ID press, keduanya dibuat saling bersinergi secara visual.
Desain Bumper dan Promosi Program
Membantu Visual Redaksi, Visual Marketing membantu membuat bumper dan teaser untuk tiap program. Bumper menggunakan motion graphic yang kemudian menggunakan elemen dan penyesuaian terhadap tiap program.
Promosi program dibuat dengan bumper dan teaser dengan masing-masing durasi 30 detik dan 15 detik, dengan penyesuaian gambar serta foto tiap host. Pada season kedua, Visual Redaksi melaksanakan program kerja ini. Pada season 1 bentuk buper dan promosi mengikuti materi Visual Marketing yang banyak menampilkan warna putih diikuti warna biru, namun pada season 2 diganti dengan warna ikon dari setiap program yang ada.
Desain Konten Instagram Story & Post
Bekerja sama dengan Departemen Marketing, pembuatan template ini dibagi menjadi template feeds dan story tiap program, #UMNTVMARTAHU, #UMNTVMENGOECAPKAN, #UMNTVMEMPERINGATI, dan #UMNTVFLAZH. Tiap template ini menggunakan color palette yang berbeda-beda. Sedangkan Visual Redaksi membuat materi setiap episode untuk di post setiap hari untuk mempromosikan program tersebut.
Pada season pertama, desain feeds dan story memiliki warna background putih, yang kemudian berubah menjadi pattern dengan warna broken white pada season kedua. Untuk #UMNTVMENGOECAPKAN dan #UMNTVMEMPERINGATI, tiap desain diisi elemen bulat (menandakan logo UMN TV yang memiliki bulatan) dan sebuah gambar di tiap-tiap event yang diseimbangkan dengan bulatannya. Untuk story, rencana program kerja yang berupa konten bingo masih belum berhasil dan tidak dibuat secara rutin. Sedangkan untuk program juga ada perubahan pada warna background saja untuk post feeds instagram. Sedangkan untuk story ada perbedaan dari season 1 dan 2 berupa perubahan tampilan template setiap program, dengan model setiap program yang berbeda dari season 1 dan 2.
Masalah yang Terjadi dan Solusi
Pada akhir kepengurusan, konten story di Instagram mengalami penurunan secara kualitas dan kuantitas, hingga akhirnya Instagram UMN TV tidak pernah menaikkan konten kreatif seperti biasanya. Ini disebabkan sibuknya individu-individu yang berperan dalam pembuatan (Visual dan Marketing). Pada akhir generasi 4, terjadi juga kesalahpahaman dalam koordinasi pembuatan visual open recruitment Gen 5. Masalah ini akhirnya dapat dikomunikasikan dengan baik lewat koordinasi langsung kepada tim terkait: Marketing, Redaksi, dan Visual Gen 4 dan Gen 5.
Hal yang sama juga terjadi pada pembuatan visual redaksi. Pada saat proses, banyak dari anggota crew program yang tidak tepat waktu dalam memberikan materi program setiap episodenya, akibatnya terkadang Visual Redaksi terlambat untuk menyelesaikan hasilnya. Namun solusinya bagi program yang terlambat akan diberikan teguran dan kemudian SP jika masih diulangi.
Saran untuk Kepengurusan Selanjutnya
Semoga dalam kepengurusan selanjutnya, tim visual dapat lebih maju lagi dengan konsep-konsep visual serta konten visual yang lebih menarik dan interaktif. Juga dapat lebih ketat lagi dalam menegakan aturan deadline terhadap pihak-pihak terkait yang meminta desain dan publikasi. Perlu diteruskannya juga arsip aset visual tiap generasi agar dapat menjadi data yang baik serta dapat digunakan tim lainnya.
Untuk mengatasi agenda publikasi yang tidak terunggah atau terbengkalai, konten sudah harus dibuat sejak jauh-jauh hari dan langsung disimpan di Google Drive sehingga saat hari H agenda, konten dapat langsung terpublikasi tanpa harus berkoordinasi secara tergesa-gesa.
Selain itu, perlu koordinasi yang benar-benar efektif dan intens, terutama antara tim Marketing, Visual, dan Redaksi. Terakhir, para kepala perlu mengoordinasikan dan mendistribusikan tugas secara seimbang dan tidak memegang seluruh jobdesc-nya sendiri sehingga anggota tetap dapat bekerja.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Kedelapanbelas: Dokumenter
Analisis Dokumenter Favorit.
Dokumenter yang saya pilih adalah “Propaganda Over Pyongyang” yang diproduksi oleh VICE News dan diunggah di kanal YouTube VICE. Dokumenter yang dibuat sekitar tahun 2015 ini bertepatan dengan menghangatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan terhadap Korea Utara. Salah satu picuannya adalah dirilisnya sebuah film antipemerintahan Korea Utara buatan Amerika Serikat, The Interview. Film ini lebih jauh berisi skenario pembunuhan pemimping tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un dan cercaan terhadap rezim-rezim sebelumnya.
Dalam dokumenter ini, beberapa pihak berperan penting dalam usaha menerbangkan balon ke daerah Korea Utara. Balon ini berisi dokumen film The Interview, permen, korek, makanan sembako, hingga konten pornografi. Harapannya, balon ini dapat menjangkau warga sipil Korea Utara dan ‘tersadar’ akan kekejaman rezim pemerintah Jong-un. Usaha yang digagas oleh Pembela Kemerdekaan Korea Utara (Fighter for a Free North Korea) ini dipimpin oleh pembelot Korea Utara yang kini sudah menjadi warga Korea Selatan, Park Sang-hak. Ada pula lembaga swadaya masyarakat Yayasan Hak Asasi Manusia (HRF) yang ikut menyokong kegiatan ini. Namun, Park Sang-hak sendiri mendapat penolakan pula dari sejumlah warga sipil dan organisasi di Korea Selatan, yang menyebutnya sebagai pihak yang justru membuat keadaan semakin memanas dan memantik pertempuran darah. Mereka juga menuduh Park hanya ingin memoroti uang dari Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang paling ikut berperan dalam konflik ini. Peluncuran ini sudah dilakukan berkali-kali dan kadang dihentikan oleh pemerintah Korea Selatan sendiri. Lim Young-sun adalah seorang militer pembelot Korea Utara yang kemudian menjadi pekerja garmen di Korea Selatan. Lim mendirikan sebuah usaha garmen yang seluruh pekerjanya merupakan pembelot/pengungsi dari Korea Utara. Ia menjadi salah satu personil militer yang ikut membuat skenario pembunuhan Kim Il-sung dan Kim Jong-il pada 1991, tetapi berakhir gagal dan satu persatu personil terungkap serta dieksekusi. Dirinya berhasil menyelamatkan diri dan kabur ke Tiongkok. Ia juga menceritakan bagaimana dirinya menjadi salah satu tentara yang harus menembak jatuh balon-balon yang diterbangkan, dan tetap mengambil beberapa permen serta gambar erotis. Bagi para tentara dan warga sipil, konten pornografi dilarang beredar, tetapi konten inilah yang ditunggu-tunggu dan sering dinikmati militer Korea Utara sendiri. Seringkali inilah yang membuat kondisi ketegangan mencair. Lim juga dengan sengaja menyiarkan siaran televisi Korea Utara – yang hanya berisi satu kanal dan seluruhnya berisi ‘pencucian otak’ – meski melanggar aturan yang ada di Korea Selatan. Tujuannya adalah tak lain untuk mengekspos bagaimana warga Korea Utara dicekoki propaganda pemerintahnya kepada publik Korea Selatan. Lim ingin konflik ini selesai secara damai, tetapi jika dihadapkan pada kemungkinan terburuk, Ia berani untuk bertempur ke medan perang.
Pergerakan lainnya adalah Choi Jung-Hoon dari Front Pembebasan Korea Utara (North Korea Liberation Front) yang tergabung dalam Radio Pembebasan Korea Utara (Free North Korea Radio). Serupa dengan Lim, Ia juga merupakan pembelot Korea Utara. Radio yang dipimpinnya juga menyiarkan konten antipropaganda pemerintahan Jong-un kepada warga sipil Korea Utara. Menurutnya, agar dapat menumbangkan rezim Korea Utara itu, publik harus mengenal Korea Utara lebih dalam. Namun, hal ini tentu memiliki risiko ditangkap dan dieksekusi. Choi kemudian menunjukkan video eksekusi seseorang yang didapat dari warga sipil yang merekam secara diam-diam. Warga tersebut dieksekusi diduga karena memiliki dan menikmati sebuah tayangan teater atau mencuri instalasi listrik. Hal ini menunjukkan bagaimana memiliki informasi dapat berdampak pada kematian. Untuk itu, dokumenter ini bergelut pada kesimpulan bahwa informasi sangatlah terbatas dan dijaga sirkulasinya oleh pemerintah Jong-un. Hal ini untuk mencegah masyarakatnya terdampak budaya luar yang ditakutkan dapat menumbangkan rezim keluarga Kim. Di era informasi yang sangat bebas ini, Korea Utara justru membatasi dirinya dan menjadi salah satu negara yang mendiskreditkan keberadaan informasi.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Ketujuhbelas: Refreshing
Setelah sekian lama tidak bersantai, hari ini saya melepas seluruh kepenatan saya di minggu kemarin dengan pergi bersama teman-teman MAXIMA 2018. Kepergian ini sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari tetapi perginya juga tak jauh-jauh: Kemang. Ya, Kemang yang ada di Jakarta Selatan.
Di sana, saya dan teman-teman menginap di hostel modern bernama Nomad Hostels. Hostel ini cukup unik karena bentuk bangunan, fasilitas, hingga arsitekturnya yang sangat keanakmudaan. Ada biliar, lounge, TV, kolam renang kecil, area merokok, hingga pods untuk tidur yang didesain sangat nyaman dan minimalis. Saya pun terkagum dengan fasilitas yang ditawarkan meski hanya dibanderol 120 ribu rupiah saja per pods. Di dalam satu kamar, terdapat sekitar 10-15 pods. Kamar mandi dan WC-nya pun tersedia per lantai dengan kondisi yang bersih dan higienis.
Selama di sana, saya bercengkerama dengan teman-teman saya. Bermain billiard, board game, hingga bermain kartu remi. Kami juga mengobrol banyak hal, mulai dari semester akhir, magang, hingga penerus kami di kepanitiaan MAXIMA 2019. Meski demikian, saya tetap berusaha untuk tetap melayani teman-teman saya by chat karena saya tetap harus memantau kepanitiaan lainnya yang sedang saya pegang. Saya tak boleh slow response, karena setiap harinya akan ada banyak koordinasi yang dilakukan menjelang hari H acara.
Kebersamaan ini sebenarnya sangat saya kenang. Dahulu saya dan teman-teman dalam kepanitiaan ini belum benar-benar kenal dengan baik, bahkan masih canggung dalam rapat perdana. Setelah berpuluh kali rapat, hingga akhirnya acara berlangsung dan dibubarkan September tahun lalu, kami dapat menyelesaikan kepanitiaan dengan berhasil. Acara hari ini pun adalah bentuk apresiasi terhadap badan pengurus harian dan koordinator yang telah berjuang dengan sekeras tenaga selama hampir 9 bulan tahun lalu. Semoga kebersamaan ini terus dijalani dan kenyamanan ini terus terjalin.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Keenambelas: Ketinggalan
Baru saja hari ini. Saya hampir kehilangan kamera saya. Pertama kalinya dalam sejarah saya melupakan keberadaan kamera saya di mana. Saya awalnya sangat panik setengah mati karena saat kakak tingkat saya menanyakan barangnya yang tertinggal di tas kamera saya, tas tersebut tidak ada di kamar saya. Saat saya coba ingat-ingat, terakhir saya pegang hari Senin. Itu pun saya lupa bagaimana orang yang meminjam kamera saya itu mengembalikan kameranya kepada saya. Semuanya terasa begitu cepat.
Saya lalu berusaha mencari tahu keberadaan kamera saya itu. Pertama, saya coba cari ke Student Lounge, tempat kamera tersebut terakhir saya rasa terakhir memegang. Hasilnya nihil. Memang, tak mungkin barang seperti itu bisa ditinggal dan tidak diambil orang lain selama berhari-hari. Saya lalu coba cek ke satpam yang ada di gedung B lantai 5. Voila, menurut catatannya, ditemukan kamera beserta tasnya di Student Lounge Selasa pukul 07.30. Itu artinya, kamera saya sempat saya tinggal selama semalam tanpa adanya orang yang menyadari. Saya kemudian diarahkan menuju satpam gedung C untuk menanyakan kondisi kamera saya di mana. Setelah saya tanya, saya diminta datang ke kantor Building Management yang menyimpan barang-barang Lost and Found. Tapi sebelumnya, teman saya bilang bahwa mengambil barang yang tertinggal dapat dikenakan sanksi berupa surat peringatan. Saya menjadi bertanya-tanya, bagaimana bisa orang sedang terkena musibah tapi dikenakan surat peringatan? Apakah sebuah shock therapy agar tidak mengulangi kesalahan yang sama?
Voila! Kamera saya benar-benar ada dan disimpan dengan baik. Saya lalu diingatkan agar bisa menjaga barang dengan baik. Ya...... belakangan ini sedang lupa banyak hal dan jadi sesuatu yang berbahaya. Nyatanya saya pun tak dikenakan peringatan apapun. Lagi-lagi bersyukur dan Tuhan menyelamatkan saya lagi. Gak boleh sering lupa-lupa lagi, deh.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Kelimabelas: Beyonce
Datang dari keluarga dengan ayah yang bekerja sebagai manajer sales dan ibu sebagai penata rambut. Lolos dan ditarik menjadi salah satu anggota grup girlband dengan album dan lagu yang dinominasikan dalam ajang bergengsi Grammy Awards. Meniti perjalanan sebagai artis solo dan dinikahi produser serta rapper ternama. Merilis enam abum yang seluruhnya pernah menduduki nomor satu tangga musik Billboard. Menjadi salah satu tokoh “Person of the Year” majalah populer TIME. Ya, itu semua adalah perjalanan – barangkali bisa juga disebut pencapaian – yang pernah didapat oleh penyanyi multitalenta Beyoncé.
Prestasi dan perjalanan publiknya tak ayal membuatnya disebut sebagai sang “Ratu”. Layaknya ratu lebah yang memiliki peran penting dalam reproduksi lebah, Beyoncé yang sering dipanggil “Queen B” – tak lain merupakan inisial namanya, seringkali diplesetkan menjadi “Queen Bee” – menjadi tokoh penting dalam perjalanan musik dunia lewat dampak karya-karyanya.
Beyoncé Giselle Knowles lahir dari keluarga yang tidak begitu mapan. Ia lahir pada 4 September 1981 di Houston, Texas, Amerika Serikat. Saat kecil, wanita keturunan Afrika-Amerika dan Prancis-Native American itu pertama kali diketahui memiliki bakat menyanyi saat melanjutkan instruktur tarinya, bahkan hingga menyentuh nada tinggi. Bakat tersebut membuat dirinya direkrut ke dalam grup girlband Destiny’s Child yang sempat mengalami kekalahan dalam ajang pencarian bakat di Houston. Video kekalahan tersebut masih terarsip baik di YouTube. Namun, siapa sangka, girlband tersebut justru melangkah lebih jauh dengan penandatanganan kontrak bersama salah satu label ternama, Columbia Records. Pada 1997, Destiny’s Child resmi memulai debut perdananya dengan meluncurkan album dan beberapa single. Dunia pop serta R&B saat itu pun didominasi oleh Beyoncé dan kawan-kawan dengan pencapaian single “Bills, Bills, Bills” serta “Say My Name” yang menduduki tangga musik nomor satu. Sambil menyelam minum air, Beyoncé pun mencoba peruntungannya dalam dunia seni peran. Wanita yang juga memiliki adik perempuan – Solange Knowles yang juga tergabung dalam Destiny’s Child – berhasil membintangi film musikal MTV “Carmen: A Hip Hopera” dan “Austin Powers”.
Tahun pun berganti. Pada 2002, tak begitu lama setelah debutnya Destiny’s Child, Beyoncé memilih untuk meniti karier solonya. Album solo pertamanya, Dangerously In Love, dirilis pada 2003 dan berhasil masuk ke pasar musik. Tak hanya di Amerika sendiri, lagu-lagu dari albumnya seperti “Crazy in Love” yang berkolaborasi dengan rapper Jay-Z – yang juga menikah lima tahun kemudian – berhasil mendapat respons yang baik secara global. Tak ayal, dalam karier solo awalnya, Ia menyabet lima penghargaan Grammy Awards yang semuanya berasal dari album solo pertamanya. Di tahun yang sama, Ia juga melaksanakan tur di Amerika Utara. Prestasinya bertambah saat Ia dipercayakan menyanyikan lagu kebangsaan Amerika Serikat, “The Star-Spangled Banner” pada ajang olahraga tertinggi di Amerika, The Super Bowl. Tak banyak yang sukses menyanyikan lagu yang memiliki jenjang 12 not tersebut, tetapi Beyoncé berhasil membuat publik Amerika terkesima karena penampilannya.
Apa kabar dengan Destiny’s Child yang ditinggalkannya? Sebenarnya, Destiny’s Child belum resmi bubar saat ia resmi meniti karier solo. Namun, Beyoncé dan kawan-kawan lalu merilis album terakhir mereka, Destiny Fulfilled pada 2004 dan resmi bubar pada tahun berikutnya. Perempuan yang sempat dirumorkan dekat dengan rapper Jay-Z saat itu pun melanjutkan kariernya dengan merilis album kedua pada 2006: B’Day. Beberapa lagu seperti “Irreplaceable” dan “Deja Vu” pun berhasil menjadi hits yang dikenal dunia. Rumor kedekatan Beyoncé dan rapper yang sebelumnya disebut dekat dengannya pun dikonfirmasi dengan pernikahan keduanya pada 2008 yang disaksikan keluarga dan kerabatnya. Ia pun lanjut menjadi pembicaraan publik saat merilis album ketiganya, I am … Sasha Fierce dengan beberapa single termashyurnya, “Single Ladies (Put a Ring on It)” dan “If I Were a Boy”. Secara terhormat, Ia juga mendapat kehormatan untuk melantunkan “At Last” secara istimewa untuk Presiden Obama serta Ibu Negara Michelle Obama pada pesta pelantikan presiden pada Januari 2009.
Kesuksesannya selama tiga album ke belakang membuatnya merilis merek pakaian House of Dereon bersama ibunya serta merek parfum Heat pada 2010. Ia pun didapuk menjadi duta serta juru bicara brand ternama L’Oreal dan Tommy Hilfiger. Selama 9 bulan lamanya sejak Januari 2010, Ia pun resmi hiatus dari dunia musik. Pada malam tahun baru 2010, Beyoncé tampil dalam konser tertutup yang diadakan anak dari pemimpin otoriter Libya saat itu, Muammar al-Qaddafi. Berita ini menjadi buah bibir dan publik mempertanyakan bagaimana uang ‘blood money’ hasil perang menjadi bayaran untuk Beyoncé. Lepas dari kontroversi itu, Beyoncé kemudian mendonasikan bayaran dari konser tersebut kepada korban gempa Haiti dan kemudian memecat ayahnya sebagai manajer pada Maret 2011.
Lama tidak meluncurkan album, Ia muncul kembali ke publik dengan album terbarunya, 4 yang fenomenal dengan lagu-lagu seperti “Run The World (Girls)” yang menjadi spirit feminisme yang diusungnya. Tak lama setelahnya, Ia tampil dalam MTV Video Music Awards 2011 membawakan “Love On Top” dan mengumumkan kehamilan anak pertamanya secara mengejutkan. Ia pun sempat rehat untuk kelahiran anaknya, Blue Ivy, pada 2012. Satu tahun setelahnya, tepatnya Januari 2013, salah satu penyanyi perempuan dengan Grammys terbanyak sepanjang sejarah ini mendapat kritik karena penampilan lip sync-nya saat menyanyikan lagu kebangsaan AS saat pelantikan kembali Presiden Obama. Kontroversi tersebut pun kemudian tenggelam lewat pengumuman Beyoncé yang akan mengisi penampilan half-time Super Bowl XLVII. Publik kemudian semakin dikagetkan dengan kehadiran anggota lain Destiny’s Child yang tampil bersama Beyoncé. Pada penghujung tahun yang sama, wanita yang kini berumur 37 tahun ini merilis album visual – album yang seluruhnya berisi video musik – tanpa pengumuman apapun. Meski demikian, album ini sukses meraih tangga musik nomor satu dan menjadi landmark terbaru musik. Setelahnya, Beyoncé sibuk mengisi jadwal tur di Amerika dan Eropa. Ia juga mendapat gelar Michael Jackson Vanguard Award pada MTV VMA 2014 setelah tampil selama hampir 20 menit di akhir acara.
Lama tak terdengar, tiga tahun setelahnya, album keenamnya Lemonade diluncurkan dan kembali naik ke tangga musik. Publik menyambut dengan respons sangat positif. Banyak yang berspekulasi bahwa album ini merupakan bentuk kekecewaan Beyoncé terhadap suaminya, Jay-Z, yang sempat selingkuh. Namun, Beyoncé menampik bahwa album ini berisi lagu-lagu yang bertemakan pengampunan terhadap suaminya. Ia pun tampil di Super Bowl pada 2016 untuk kedua kalinya bersama Bruno Mars dan Chris Martin. Setahun setelahnya, Beyoncé pun melahirkan anak kembar yang kemudian menjadi perhatian publik.
Pada 2018, Beyoncé kembali meluncurkan musik terbaru bersama suaminya dengan grup bernama “The Carters”. Album ini menuai kesuksesan dengan merilis video musik yang diambil di salah satu museum terbesar di dunia, Museum Louvre, Paris, Prancis. Perempuan yang populer dipanggil “Queen B/Queen Bee” atau “Ratu Lebah” ini juga menjadi bintang utama festival musik Coachella 2018 dan mencatat sejarah dengan video siaran langsung Coachella yang paling banyak dilihat. Kehadiran Beyoncé juga membuat peningkatan kunjungan di Coachella hingga munculnya istilah “Beychella”. Publik pun kini menunggu karya selanjutnya dari Beyoncé setelah hampir tiga tahun lamanya belum meluncurkan album solo kembali.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Keempatbelas: Ambassador
Selama hampir 3 bulan lamanya, saya telah menjadi duta mahasiswa (student ambassador) untuk sebuah perusahaan fintech yang sedang naik daun. Bagi mereka yang mencari uang, pasti akan bertanya, “Dapet duit berapa? Digaji? Gede gak?” dan lain-lainnya.
Jawabannya: Ndak. Jangan mengharapkan uang dari sana. Tapi, kalau memang punya passion dan soft skill di bidang Marketing serta Keuangan, kesempatan ini sangat akan berguna untuk menambah penghasilan pula. Sejak dulu, diri saya memang tak pandai dalam memasarkan suatu barang secara menjanjikan, atau bahkan sekadar broadcast suatu barang. Rasanya sangat bukan diri saya. Padahal perusahaan fintech itu mengadakan kontes yang intinya memasarkan produk sebanyak-banyaknya. Mereka yang terbanyak memasarkan ataupun membagikan akan mendapat komisi tambahan yang nominalnya lumayan besar. Namun, tetap saja saya tidak begitu tertarik dengan usaha yang harus dilakukan.
Kesempatan ini awalnya saya ambil berkat kabar dari seorang teman saya yang telah terlebih dahulu menjadi ambassador. Dari pengalamannya terdengar menarik. Saya pun akhirnya mendaftar dan bisa diterima di perusahaan tersebut, meski pada awal-awalnya saya masih merasa canggung dan kebingungan sana-sini. Setelah menjalani hampir tiga bulan ini, banyak evaluasi yang saya miliki terhadap diri saya sendiri dalam melaksanakan tugas sebagai ambassador. Saya seringkali skip membaca konten yang dibagikan hingga tak pernah membagikannya secara konsisten. Saya hanya seringkali merasa konten akun pribadi saya sudah cukup dibombardir dengan konten komersial lainnya sebagai salah satu konsekuensi mendaftar kepanitiaan. Namun, bagaimanapun, saya tetap harus berpegang pada komitmen saya. Apa yang dirasa kurang, harus terus saya perbaiki dan tidak menggunakan alasan konyol untuk tidak melakukan sesuatu yang sebenarya berguna. Tahun ini saya harus bisa lebih mengeksplorasi kemampuan dan kemauan diri saya sendiri.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Ketigabelas: Mojo
Hari ini saya membuat analisis mengenai sebuah situs mojo untuk project yang sedang saya rintis bersama beberapa teman. Project ini juga dimonitori oleh Fakultas Ilmu Komunikasi. Berikut analisisnya.
Mobile Journalism Manual adalah sebuah situs yang berisi panduan dan penjelasan lebih jauh mengenai teori serta praktik pengembangan jurnalisme ponsel. Situs ini ditulis oleh seorang ahli dalam bidang jurnalisme ponsel -- selanjutnya disebut “mojo” -- bernama Corinne Podger. Beberapa konten dalam situs tersebut juga merupakan hasil produksi dan pengembangan beberapa pelatih dan jurnalis yang didukung Konrad-Adenauer-Stiftung’s Media Programme Asia. Dua orang editor bernama Astrid Scuraji asal Jerman dan Laura Marsch juga turut menyusun panduan ini.
Dalam situs yang bisa diakses melalui tautan mojo-manual.org, terdapat delapan menu utama yang berisi penjelasan lebih jauh mengenai “mojo”: Introduction (pengantar), Apps and equipment (Aplikasi dan peralatan), Visual storytelling (Penceritaan visual), Filming (Mengambil gambar), Editing (Menyunting gambar), Social videos (Video sosial), Going live (Penyiaran langsung), dan Learning more (Pelajari lebih lanjut). Kedelapan menu tersebut memiliki konten yang berbeda-beda dan membahas dimensi yang ada dalam “mojo”. Penjelasan mengenai pembuat situs dan media sosialnya berada di samping kanan tubuh halaman situs.
Secara garis besar, situs ini memiliki konten yang sangat memadai mengenai “mojo”, mulai dari pengantar, aplikasi dan peralatan yang menunjang, hingga bagaimana cara efektif melakukan siaran langsung menggunakan ponsel. Bagi awam yang baru pertama kali bersentuhan dengan jurnalisme, konten di dalamnya menggunakan bahasa yang lugas dan penjelasan yang jelas mengenai pengantar “mojo”. Dalam beberapa bahasannya, situs ini juga menampilkan multimedia berbasis video dan audio dengan bantuan situs YouTube dan SoundCloud. Hal ini jelas membuat pembaca dapat mengerti lebih jelas menggunakan contoh-contoh yang ada. Selain itu, beberapa pengetahuan mengenai kreativitas serta marketing dalam menggaet penonton juga dibahas secara tersirat.
Meski demikian, situs ini memang belum memiliki terjemahan dalam bahasa lainnya, selain bahasa utama yakni bahasa Inggris. Untuk itu, bagi awam yang belum menguasai bahasa Inggris dengan fasih, beberapa konten akan lebih sulit untuk dipahami. Secara konten, pembahasan situs ini pun masih belum memberikan penjelasan secara eksplisit mengenai distribusi konten “mojo” itu sendiri, di samping cara-cara untuk menjaga fokus audiens.
Secara keseluruhan, situs ini memiliki konten yang sangat lengkap dan dikemas secara multimedia, sehingga sangat cocok menjadi panduan bagi jurnalis maupun awam dalam memahami “mojo”. Beberapa materi konten seperti kelengkapan contoh karya “mojo” dan di balik layar (behind the scenes) juga menambah kelengkapan materi sehingga audiens dapat mengetahui secara langsung praktik “mojo” di lapangan. Konten-konten seperti ini menjadi salah satu masukan dan inspirasi dalam pembuatan materi situs yang akan disusun. Selain itu, pendekatan materi yang mencakup segala aspek juga sangat hangat, multimedia, dan komprehensif, sehingga menjadi salah satu pendekatan serta materi yang juga disematkan dalam situs yang akan dibuat, tentunya dengan pembagian halaman, konten, dan tampilan situs yang berbeda.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Keduabelas: KP
Setelah melalui serangkaian kegiatan di minggu lalu, kini Senin menjadi hari pertama dengan agenda yang cukup padat di minggu ini. Hari ini saya harus membuat sebuah dokumen presentasi untuk rapat pleno kepanitiaan saya. Di samping itu, saya memang bertugas sebagai sekretaris sehingga seluruh perizinan panitia saya pegang (seperti yang saya ceritakan kemarin).
Pagi hari, saya sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Seperti biasanya, saya mengecek media sosial saya terlebih dahulu, termasuk LINE. Terkejut bukan main saat ternyata kelas pukul 11 di KP-kan, karena dosen yang bersangkutan berhalangan hadir. Saya pun merasa cukup bersyukur karena memiliki waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan kepanitiaan yang saya miliki. Perlu diingat, saya juga memiliki deadline dua tugas kuliah di esok hari, yakni membuat profil artis untuk mata kuliah Entertainment Journalism, dan membuat analisis digital media berdasarkan film The Devil Wears Prada (2006). Saya mendahulukan pembuatan dokumen presentasi yang akan ditampilkan sore ini pukul 5, baru membuat tugas-tugas kuliah tersebut sesudah itu.
Mungkin saya bisa masukkan juga, bagaimana manajemen media dalam film The Devil Wears Prada (2006):
ANALISIS THE DEVIL WEARS PRADA (2006)
The Devil Wears Prada merupakan sebuah film yang dibuat pada tahun 2006 oleh David Frankel. Film ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama karangan Lauren Weisberger. Diawali dengan seorang perempuan yang melamar kerja pada sebuah perusahaan majalah fashion bernama Runway, cerita ini menceritakan perjalanan Andrea, seorang perempuan yang bercita-cita untuk menjadi jurnalis. Ia melamar kerja menjadi asisten kedua dari sang pemimpin perusahaan bernama Miranda Priestly. Andrea meyakini melalui pekerjaan ini, ia bisa menjadikan posisi ini sebagai batu loncatan ke dunia jurnalistik.
Miranda, sebagai pemimpin majalah Runway, merupakan seorang yang sangat keras dan cenderung diktator. Ia mempunyai banyak karyawan, namun ia tidak pernah mendengarkan dan peduli dengan yang karyawannya katakan. Apapun yang dikatakan oleh Miranda adalah mutlak dan tidak dapat diubah oleh siapapun, bahkan dengan orang-orang yang bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Dominannya Miranda dapat dilihat pada suatu scene  saat Miranda, Andrea, Nigel, dan beberapa staf melihat koleksi terbaru dan Miranda justru tidak senang. Nigel pun berkata bahwa pendapat Miranda adalah “what really matters”; yang terpenting dan segalanya bagi Runway. Hal ini dilakukan karena Miranda berorientasi pada tujuan dan sifat kepemimpinannya yang bergaya maskulin.
Maksud dari gaya maskulin di sini bukan berarti sifat ini hanya dimiliki oleh laki-laki saja. Dengan sifat kepemimpinan maskulin, mereka akan mementingkan target yang akan dicapai ke depannya. Gaya kepemimpinan ini akan jauh lebih agresif dan kompetitif, juga akan lebih banyak mengontrol, dalam arti komunikasi biasanya dilakukan satu arah, yaitu dari pemimpin ke bawahan. Hal inilah yang dilakukan Miranda sebagai pemimpin. Dalam satu film penuh, Miranda selalu menyuruh Andrea melakukan ini dan itu. Bila hasil kerjanya tidak sesuai dengan ekspektasinya, maka pemecatanlah yang akan menjadi konsekuensinya.
Namun, walaupun demikian, nyatanya khalayak massa tidak mengetahui kekacauan yang dialami oleh sisi internal Runway. Yang publik ketahui hanyalah majalah fashion Runway selalu menghasilkan majalah yang memuaskan dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam majalah Runway, seberapa besar perjuangan seorang asisten untuk memenuhi kemauan pimpinannya. Untuk bisa menaiki jabatan dan tetap hidup, Andrea pun harus menyesuaikan dengan lingkungan Runway yang sangat mementingkan penampilan high fashion dan kerja cekatan. Dalam beberapa kondisi, Miranda dan beberapa editor juga terlihat mengadakan rapat bersama yang menandakan bahwa tahap perencanaan juga dilalui oleh media tersebut. Andrea juga sering kali mendapat arahan terlebih dahulu dalam melayani Miranda, dan pada akhirnya mendapatkan promosi jabatan dengan keberangkatannya ke Paris. Itu merupakan salah satu bentuk pengarahan yang dilakukan dalam manajemen media. Bagaimana proses Miranda yang memilih asisten tak berpengalaman seperti Andrea juga didasarkan pada proses evaluasi pada setiap kebijakan yang diambil. Ini juga tak terkecuali pada keputusan awal yang ingin menggantikan Miranda dengan Jacqueline Follet tetapi gagal terealisasi. Dan itulah yang menarik dari sebuah manajemen media.
Banyak berspekulasi bahwa tokoh Miranda Priestly di sini adalah Anna Wintour, pemimpin redaksi majalah fashion terkemuka di dunia VOGUE. Ini dilandaskan pada kenyataan bahwa sang penulis novel merupakan mantan asisten Anna Wintour. Hingga kini, Wintour tetap memegang kendali redaksi VOGUE dan keterkaitan film ini dengan Wintour juga sering dibantah oleh beberapa pemain film.
Manajemen media bukan hanya mengatur bagaimana cara semua media menuju tujuan utamanya, tetapi juga bagaimana media ini keluar dan menciptakan image yang baik di mata para khalayak. Apapun yang terjadi di balik sebuah media terbuat, tidak ada yang perlu diketahui oleh orang luar media tersebut, apalagi khalayak publik. Hal ini lah yang membuat Runway di film tersebut tetap berdiri tegak, walaupun bila melihat ke dalam internal, perusahaan ini tidak bisa dibilang sebuah tempat kerja yang sehat. Banyak hal yang Andrea korbankan sebagai seorang wanita yang telah memiliki pasangan. Waktu dan kehidupan pribadinya dikorbankan  demi mengikuti keinginan sang pemimpin.
#KP
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Kesebelas: PACUAN
Tidur tidak larut malam nyatanya tetap membawa saya untuk bangun siang. Saya baru membuka mata di atas pukul 9. Ada banyak agenda yang harus saya urus hari ini, mulai dari kepanitiaan hingga urusan pekerjaan. Di umur yang semakin tua di kampus, saya memang ingin segera menyelesaikan urusan kepanitiaan dan memulai untuk fokus dalam pekerjaan dan tugas akhir. Memang masalah prioritas.
Sejak terbangun pagi hari, saya tak terpikirkan untuk makan ataupun mandi. Yang saya kerjakan hanyalah mengurus administrasi dan perizinan rapat pleno yang cukup banyak, dengan banyaknya anggota baru dari kepanitiaan tersebut. Saya sendiri baru sempat makan pukul 1 siang. Setelah makan, saya lanjut mengerjakan administrasi itu lagi dengan membalas satu persatu anggota panitia yang izin dan lainnya. Tak lupa, saya juga sedang dalam projek mendesain logo salah satu teman saya. Projek ini sudah lama saya kerjakan sejak akhir tahun lalu, tetapi entah mengapa tidak selesai tepat waktu dan malah tertutup oleh prioritas pekerjaan lain. Dengan komitmen untuk menyelesaikannya, saya pun dapat mengurusnya dan memberi umpan balik yang positif kepada kawan baik saya tersebut. Ia memang partner saya sejak lama. Ia pun mengaku sangat puas dengan karya logo yang saya buat. Saya jujur sangat senang jika klien pun senang, dan ini menjadi penyemangat saya untuk berkarya lebih. Namun, saya tidak boleh cepat puas diri.
Saya pun membuat daftar pekerjaan yang cukup banyak dan harus selesai secara bertahap dalam tiga hari ke depan:
URUS LANYARD + LAYOUTIN STICKER DAN BUKU
BIKIN PPT RAPAT
TUGAS DIGIMED - DEVIL WEARS PRADA
TUGAS ENTERTAIN - PROFIL ARTIS
ANALISIS SITUS MOJO
TUGAS MRM - RESEARCH
TUGAS MEDIA STUDIES - RANGKUM BUKU
Wah, cukup, atau lebih dari cukup. Saya harus bergerak cepat dan menyelesaikan semua ini dengan segera atau hasilnya akan terburu-terburu karena sistem kebut semalam. Motivasi saya untuk bekerja lebih keras di semester ini pun harus saya taruh di dalam lubuk hati terdalam dan mencambuk diri saya untuk lebih terpacu. Awal minggu yang harus semangat!
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Kesepuluh: SIAL
Setelah tidur cukup malam, di hari akhir minggu ini saya memilih untuk bangun siang. Padahal, hari ini saya memiliki agenda untuk bertemu dengan kawan asisten laboratorium di kampus pukul satu siang. Tepat di jam yang sama, saya baru benar-benar membuka mata.
Tanpa menunggu lama, saya segera mandi dan pergi menuju kampus dengan mengendarakan motor. Kali ini saya berangkat cukup jauh karena harus menginap di BSD, sehingga perjalanan bisa mencapai 30 menit, atau 20 menit jika saya ngebut.
Saya pun melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi di sepanjang jalan. Seperti biasa, saya juga menaruh ponsel saya di bagasi depan motor. Di jalan kawasan depan Pradita Institute, saya selalu melaju dengan cepat meskipun terdapat polisi tidur kecil tetapi berentet. Namun, akibat kecepatan tinggi tersebut, motor saya sempat melunjak dan ponsel saya terguncang keluar serta terjatuh ke jalanan. Kejadiannya memang sangat cepat, tetapi saya melihat betul bagaimana ponsel saya terbang dan terjatuh ke jalanan. Saya pun harus memutar balik dan mengambil ponsel saya yang nyatanya terpisah dari casing-nya. Ponsel yang baru saya miliki sekitar 3 bulan ini lewat pembelian kakak saya pun malah saya rusak hanya dengan kesalahan bodoh -- atau barangkali bisa disebut konyol -- dengan kondisi yang babak belur. Namun, saya masih mengambil hikmah bahwa Tuhan ingin mengingatkan saya untuk menaruh barang berharga di bagasi motor serta tidak melaju dengan kecepatan tinggi setiap melewati polisi tidur berentet tersebut. Saya sangat sayang dengan barang-barang keseharian saya, tetapi saya malah seringkali menyia-nyiakannya dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Inilah harga yang harus dibayar. Namun, kembali lagi, saya melihat ini sebagai pembelajaran hidup dan pengingat untuk tidak ceroboh. Hidupmu bergantung pada sudut pandangmu.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Kesembilan: BISNIS (lagi)
Topik ini lagi-lagi dibahas di hari ini. Hari yang sama di minggu lalu terulang di hari ini. Meski cukup banyak perjalanan kelas, pertemuan, hingga waktu-waktu kesendirian dari pagi hingga petang, saya menyempatkan waktu untuk bertemu kawan lama yang sudah sekian tahun tak berkumpul bersama.
‘Reuni’ kecil-kecilan ini memang diadakan dadakan. Kami memutuskan untuk makan malam bersama di sebuah pasar malam dekat kampus. Di situ, setelah makan, kami bertukar cerita yang sudah lama dipendam. Salah satu teman saya yang sudah ditunggu-tunggu untuk bisa bertemu adalah seorang kakak tingkat yang sudah mulai bekerja sejak tahun lalu. Saya ingat betul, awal tahun lalu, Ia masih bekerja sebagai desainer grafis di salah satu start up unicorn di Indonesia. Namun, entah mengapa, saat saya menghubunginya kembali, Ia mengatakan dirinya sedang menganggur dan mencari-cari tempat bekerja lagi. Hingga akhirnya dalam beberapa unggahan di media sosialnya, terkuak bahwa dirinya mulai berkarier di sebuah perusahaan bank ternama di Indonesia. Namun, saya belum tahu posisinya betul.
Dalam cerita yang sudah lama saya tunggu-tunggu, Ia menjelaskan bahwa dirinya memang keluar dari start up. Entah mengapa, Ia merasa dirinya sangat tertutup di lingkungan start up yang justru lebih terbuka dan modern. Ia pun bahkan sempat dipanggil oleh supervisinya untuk menjelaskan kinerjanya yang dianggap menurun. Karena ketidakpuasan dan ketidakcocokan yang dirasakannya, Ia pun memilih mundur dan mencari perusahaan lain hingga diterima di sebuah bank. Posisinya pun di bidang marketing, dan itu sangat mengejutkan karena sangat berbeda dengan profesi sebelumnya. Posisinya saat ini, dikatakannya, adalah salah satu caranya untuk mematahkan kelemahannya dan mencoba untuk berpikir realistis. Bahkan keputusannya untuk mundur dari start up, kini berbuah pemikiran materialis dan ekonomis. Ia bercerita bahwa sekarang dirinya sangat-sangat menyesal tak pernah mendalami ilmu ekonomi dan bisnis, yang sebenarnya sangat berguna di era sekarang. Maklum, katanya milenial akan kesulitan memiliki rumah di masa depan karena harga properti yang semakin melambung.
Berangkat dari cerita tersebut, lagi-lagi saya terketuk. Apa yang sudah saya lakukan selama 21 tahun hidup? Sudah masuk kepala dua, sudah waktunya berpikir untuk masa depan. Kuliah tetap harus didalami sambil menyusun strategi dan hitung-hitung usia serta target penghasilan serta pengeluaran di masa depan. Memang katanya bisnis harus dicoba jika ingin membuka peluang menjadi orang yang berani akan tantangan serta sukses ke depannya. We’ll see.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Kedelapan: EGO
Sudah hari baru lagi dan hari ini akan jadi hari yang panjang. Harus menghadapi Media Studies dan Media Research & Methods berturut-turut. Di jam-jam pertama, Media Studies cukup membuat otak kusut. Tidak apa-apa, ini hanya mengulang teori Marxisme yang sudah saya tulis panjang-panjang kemarin. Bedanya, hari ini jadi lebih jelas karena dinarasikan langsung oleh dosen. Belajar tentang teori-teori seperti ini memang sangat membuka pandangan dan memperkaya wawasan, sih. 
Di hari-hari seperti ini, pasti saya harus menahan diri untuk sarapan dan makan siang karena jam kelas yang sangat mepet dan memaksa untuk menyesuaikannya. Dilema anak rantau yang tak memiliki cukup modal dan waktu untuk mempersiapkan makanan bekal. Jam pertama dan kedua yang sebenarnya akan menyerap energi serta otak pun saya pastikan dapat dilalui.
Jam kedua adalah MRM. Meski sudah membaca beberapa materi mengenai paradigma, tetap saja ada yang belum terbaca karena butuh banyak fokus untuk benar-benar memahami bacaan-bacaan mengenai topik itu. Di kelas pun lagi-lagi membahas Marxisme, dan saat saya ingin mengutarakan soal teorinya, entahlah saya kehabisan kata-kata. Akhirnya, saya dianggap belum bisa menjelaskan sehingga belum memahami teorinya benar-benar. Ingin membalas dengan mengutarakan yang saya pahami melalui tulisan-tulisan saya, tetapi barangkali ada benarnya juga: saya memang belum paham betul Marxisme. Ya, baca-baca saja terus untuk memperkaya wawasan. Tak perlu ego tinggi untuk menunjukkan pencapaian dan pendapat. Tahan egonya.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Ketujuh: MARXISM
Hari ini belajar mengenai Marxisme. Sudah lama ingin mempelajari ini. Dalam bukunya, Pip Jones menjelaskan bagaimana pandangan Karl Marx dalam membentuk teori Marxisme. Marx sendiri mengutarakan bahwa pencapaian dan kebebasan individu yang seutuhnya berada pada masyarakat tanpa kelas. Menurut Marx, sejarah masyarakat dan cara memproduksi ini dapat dibagi dalam mode komunis primitif, kuno, feudal, kapitalisme, dan komunis. Komunis primitif merupakan bentuk awal produksi material dengan masyarakat yang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa adanya surplus. Kehadiran teknologi zaman besi kemudian membuat warga tertentu dapat mengembangkan cara produksi secara surplus. Mode pun beralih menjadi kuno dengan hadirnya dominasi kelas majikan terhadap kelas subordinat yakni budak. Namun, jauhnya wilayah jajahan dalam sistem perbudakan membuat lahirnya cara produksi secara lokal, yakni feudal. Mode ini menekankan bagaimana kelas pelayan harus menyewa lahan sekaligus membayar pajak berupa hasil pertanian kepada pemilik tanah yang biasanya adalah pejuang perang atau bangsawan lokal. Lahirnya monarki absolut, penyatuan sistem ekonomi antardaerah, dan Akta Pembatasan membuat kelas pelayan tanah harus menjadi pekerja berdasarkan tenaga. Mode ini merupakan awal mula kapitalisme, yang kemudian didorong dengan adanya revolusi industri sehingga mesin mulai menggantikan keterampilan manusia. Kelas dominannya dikenal sebagai borjuis yang sekarang kerap memiliki sarana produksi melalui kepemilkan saham atau simpanan. Adanya budaya populer seperti sastra dan musik, pendidikan, dan sosialisasi akan nilai kapitalis membuat mode ini kerap bertahan dan menyembunyikan fakta kapitalisme. Ciri khas kapitalisme adalah keinginan memperoleh hasil penjualan sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Pengecilan upah tenaga kerja sebagai kaum proletar atau kenaikan yang stagnan dapat berujung pada pengurangan demand kebutuhan, disebabkan kaum proletar yang juga sebenarnya adalah konsumen. Lama kelamaan, kesenjangan sosial dan ekonomi di tengah kepadatan penduduk meningkat sehingga kaum proletar menyadari posisinya. Ini menyebabkan lahirnya semangat menuju mode komunis yang mengusung kebebasan individu sebagai manusia. Perubahan ini menurut Marx, harus didasarkan pada perilaku dan cara produksi yang berkembang di masyarakat pada zamannya. Tak hanya itu, Marx juga melihat aktivitas ekonomi sebagai basis bagi aspek kehidupan lainnya yang disebut sebagai suprastruktur: institusi (keluarga dan pendidikan) serta ideologi. Namun, perkembangan waktu membawa Marxis memiliki interpretasinya sendiri terhadap Marxisme, seperti Marxisme humanis dan strukturalis. Hal ini juga dapat didasari pada ketidaksuksesan negara komunis dan gagalnya kaum proletar mengikuti idealisme Marx.
Aspek yang paling menarik dari bacaan ini adalah mengenai gagasan dari Lee dan Newby (1983) yang dikutip Jones pada halaman 99. Menurut Lee dan Newby, tak ada satu pun masyarakat kapitalis yang memiliki kaum proletar yang maju. Bangsa kapitalis terbesar di dunia seperti Amerika Serikat justru secara konsisten meningkatkan kesejahteraan hidup. Gagasan ini mengingatkan saya akan tumbangnya puluhan negara komunis dan pengonversian ideologi komunis ke dalam ideologi lainnya. Negara komunis terbesar sekalipun, Uni Soviet, tumbang dan terpecah ke dalam beberapa negara pada akhir 1991. Hanya terhitung beberapa negara dengan paham komunis yang masih bertahan, seperti Vietnam dan Korea Utara. China sekalipun, tidak menjalankan paham komunis dalam sistem ekonominya. Hal ini seolah menunjukkan ketidaksesuaian teori yang diciptakan Karl Marx dalam isu global. Marx yang melihat dari pergerakan masyarakat kelas Eropa, barangkali memiliki kesesuaian dengan masyarakat Eropa saat itu, tetapi pada akhirnya pergerakan komunis di Eropa pun tumbang karena dilanda krisis. Hal ini menunjukkan gagalnya pemahaman kaum proletar terhadap gagasan ideal Marx. Ini seakan menunjukkan bagaimana mode komunis belum dapat menghasilkan apa yang diharapkan Marx, terlepas dari bagaimana cara produksi dan paham komunis dijalankan oleh berbagai negara pada zamannya. Menurut saya, teori Marxisme sendiri memiliki pandangan dan tujuan yang baik dalam menciptakan masyarakat manusia yang bebas sebagai individu. Marx mengidealkan adanya keadilan dan hilangnya kesenjangan antarkelas dalam masyarakat. Seperti yang dicita-citakan Marx, sekiranya manusia tidak perlu menjadi petani, nelayan, atau moderator jika ingin bercocok tanam, mencari ikan, atau sekadar berdebat, karena semuanya dapat dilakukan dalam satu hari secara bebas. Namun, seperti yang pernah Cania Citta Irlanie gagaskan dalam blognya, saya melihat komunisme tidak membawa pendidikan terhadap jalannya roda kehidupan. Manusia sendiri harus belajar terhadap suatu kesalahan untuk bangun kembali merangkai kehidupannya. Dalam komunisme, masyarakat hadir tanpa kelas, sehingga seluruhnya dapat dijalani manusia dengan bebas, bisa saja tanpa tanggung jawab, sehingga mengurangi esensi pendidikan dan belajar itu sendiri. Secara analogi pun, pendidikan sekali pun membutuhkan tingkatan atau kelas untuk menunjukkan tingkatan pencapaian seorang individu dalam pembelajarannya. Saya melihat bahwa gagasan komunisme, pada dasarnya, lebih meletakkan idealisme kehidupan masyarakat yang adil dan setara, tetapi mengabaikan esensi kehidupan yang bertanggung jawab dan self-learning.
0 notes
storigregorius · 5 years
Text
Hari Keenam: SINCIAH!
Hari yang ditunggu-tunggu tiba! Gak terlalu ditunggu sih, sebenarnya. Namun, hari ini saya bisa berkumpul lagi bareng keluarga besar saya. Biasanya, saat Imlek ini, saya akan berkumpul dengan keluarga besar dari Mama.
Pagi hari, saya terbangun dengan kehadiran Kakak kedua saya di rumah beserta suami. Saya kaget, saya kira saya memang akan menjadi anak tunggal dalam perayaan Imlek kali ini. Apa yang terjadi hari ini nyatanya mematahkan pemikiran yang juga saya tuangkan dalam tulisan saya beberapa hari lalu. Ya, akhirnya bercengkerama dengan Kakak lagi.
Makan-makan Imlek hari ini diadakan di rumah Tante saya. Biasanya, saat Imlek, kami pasti berkumpul di rumah saya. Namun, mengingat rumah Tante saya ini rumah yang baru dan punya halaman serta ruangan yang luas, jadilah makan-makan diadakan di sana. Makan-makan Imlek ini sebenarnya bisa jadi cukup berbeda pada umumnya, karena keluarga saya kehadiran beberapa anggota keluarga non-Tionghoa. Jadi, perayaan Imlek saya pasti sangat berwarna. Kami pun sangat bertoleransi dan damai satu sama lain.
Kekagetan saya hari ini ternyata tidak cukup tadi pagi. Saat makan-makan di rumah Tante, saya bertemu dengan beberapa anggota keluarga besar lain yang sudah lama tidak saya temui: ada pengantin yang bulan ini akan menikah dan ada juga Om yang sudah lama tidak saya dengar kabarnya. Om ini memang dahulu ada beberapa catatan ‘abu-abu’. Namun syukurlah, kali ini berarti kondisinya sedang damai. Semoga bertahan dan terus awet.
Ada bagian terakhir yang saya tunggu-tunggu hari ini: angpao! Setelah memiliki banyak pengeluaran beberapa bulan belakangan ini, saya memutuskan untuk benar-benar menghemat dan menggunakan tabungan secara efektif. Kalau bisa, sih, tabungannya benar-benar dijaga dan tidak digunakan. Soalnya, belakangan ini, uang tabungan saya naik turun sejak awal masuk kuliah. Saya jadi merasa, apa gunanya nabung kalau ujung-ujungnya gak naik-naik?
Nominal yang lumayan dari angpao ini akan saya simpan baik-baik dalam tabungan saya. Ditambah, seperti yang saya ceritakan dalam beberapa renungan sebelumnya, saya memang ingin mencari nafkah semester ini. Ya, semoga tekad ini benar-benar saya jalani dengan maksimal. Harus.
0 notes