Tumgik
#teriakan bintang
piwwa · 4 months
Text
Morphine
04/06/2024
Perayaan Mati Rasa
Tentang rasa yang tak lagi terasa, tentang bahagia yang tak lagi menyenangkan, tentang sedih yang tak lagi memilukan. Ternyata mati rasa itu ada.
Hari ini langit sore berwarna biru orange, persis seperti warna langit favoritmu. Hanya ada satu bintang redup tertutup awan abu. Saat menulis ini, aku di atas rooftop kos sahabatku, menikmati angin malam dan sautan adzan isya. Tuhan sangat baik, menyambut malam dengan sapaan ke seluruh mahkluk-Nya. 
“Kamu mau tau ga salah satu mimpi aku yang belum terwujud?”
“Belum tau, apa memangnya?”
“Aku ingin sekali mandi hujan di malam hari. sepertinya seru dan tenang kan?!”
“Boleh saja. Tapi beresiko, nanti pusing dan sakit kepala”
“Yahh sekali saja tidak apa-apa kan? hehe”
“Oke, besok kalo hujan malam aku jemput, kita hujan-hujanan, asalkan jangan sampai sakit”
“Yeayy!! okee!”
Malam bukanlah hal yang menakutkan. Bukan juga hal yang harusnya dihindari. Kebanyakan kita menganggap malam adalah waktu yang menyeramkan dan mencekam, tapi tidak dengan orang yang mencari ketenangan di malam hari. Malam bukan lagi tentang tenang dan sunyi, tetapi lebih dari itu, tempat kembali. Kembali mengingat kejadian hari ini. Kembali merenung takdir diri. Kembali istirahat dengan hati dan kepala yang penuh terisi. Tempat kembali setelah berusaha mencari jati diri namun hampir mati. 
Hujan juga bukan sekedar berjuta kubik air dari langit. Hujan tak selamanya pedih. Hujan akan menjadi tempat kembali untuk jiwa yang tak mau terlihat rapuh. Menyembunyikan tangis dibalik derai hujan. Menyamarkan teriakan ditengah rintik agar tak terdengar sekitar. Memang terdengar sedikit dramatis, namun benar-benar tragis. 
Lalu bagaimana pedih dan hancurnya jiwa yang mencari hujan di malam hari? 
Aku yakin, ia hanya ingin malam menghilangkan ingatannya dan hujan menghapus lukanya.
                                                                       ~
Mencintai bukan perkara kebal. Bukan perkara sekedar menemani. Mencintai adalah pengorbanan dan kehilangan. Seberapa banyak pengorbanan yang mengatas namakan cinta? Sudah berapa banyak kehilangan yang disebabkan oleh cinta?.
Setelah mengenal cinta, pilihanmu hanya dua. Perjuangkan atau kehilangan. 
Masih teringat jelas desir ombak malam itu. Angin malam di tepi pantai menemani dua jiwa yang berkelahi dengan pikiran mereka tentang arti cinta. Keduanya sama-sama terbunuh oleh masa lalu yang pilu. 
“ Menurutmu kenapa orang takut memulai hubungan dengan orang baru ya setelah putus? apa patah hati membuat orang benar-benar tidak percaya lagi dengan cinta?” tanyaku dengan penuh harap mendapat jawaban yang ku inginkan.
“ Tidak juga. Cinta tak pernah habis, hanya saja butuh waktu untuk memulai kisah dan pandangan baru mengenai cinta. Tak perlu buru-buru, cinta tumbuh dengan sendirinya”. jawabnya jujur, dengan pandangan lurus kedepan menatap cahaya bulan di ujung pantai.
Aku tersenyum canggung mendengar jawabannya. Dalam hatiku berkata masih ada keraguan dalam dirinya. Namun di sisi lain aku masih bisa menerima jawabannya, karena aku pernah merasakan fase seperti itu. Tapi semenjak itu, selalu timbul dalam benakku “Kalau dia ragu, kenapa dia mendekatiku? aneh”.
~
I love watching the sunset, but it would be much prettier if I saw it from the reflection of your eyes.
“kamu suka lihat sunset warna apa?” 
“aku suka langitnya yang warna biru orange gitu sih”
Mendengar jawabnya aku sedikit kecewa. Ternyata kesukaan warna sunset kita berbeda. Aku suka warna sunset saat berwarna ungu dan pink. Namun, saat mendengar itu darinya, sepertinya aku mulai suka warna itu. Bukan karena tertarik, hanya saja akan lebih cantik jika aku melihat dari refleksi bola matanya. 
Untuk pertama kali, pantai menjelang malam terasa sangat menenangkan, bahkan hingga pertegahan malamnya. Untuk pertama kali, duduk di tepi pantai beralaskan pasir lembab dan langit gelap terasa sangat menyenangkan. Untuk pertama kali, duduk berjam-jam dengan angin pantai di malam hari tak terasa menakutkan. Hanya karena, Dia. 
Sudah lama sekali perasaan ini tidak menggebu-gebu. Sudah lama sekali perasaan ini tidak diyakinkan. sampai akhirnya, Dia datang dengan beribu alasan untuk tetap tinggal. Sejak saat itu, semua terasa mudah dan indah. Aku kembali jatuh hati. 
Aku ceritakan saja singkatnya, dunia harus tau Dia ada. 
~
Aku menyebutnya Morphine. Tak banyak yang tau, bahkan dia sendiri tak bertanya apa itu Morphine. Dan mengapa aku meyebut dirinya Morphine. Sederhana, dia sakit yang candu.
Aku mengenalnya di salah satu organisasi kampus kita. Tak sengaja, namun aku tau itu pertanda. Dia salah satu yang aktif di organisasi kampus. Suatu hari aku pernah bertanya “Apa kamu tidak lelah terlalu banyak kegiatan?” dan jawabnya “Anggap saja ini hobi”. Ah, yang benar saja, orang mana yang menjadikan organisasi hobi? Dia-lah salah satunya. 
Aku adalah salah satu orang yang percaya cinta itu tumbuh karna terbiasa. Terbiasa bersama, terbiasa menerima, terbiasa bercerita, terbiasa melihat, bahkan terbiasa mendengar. Aku terbiasa mendengar dia bercerita, terbiasa melihat dia tersenyum, dan terbiasa menerima kebaikan darinya. 
Masih terasa bagaimana canggungnya saat Dia membelikan nasi goreng pertamanya untukku saat kegiatan organisasi kami. Masih terasa degup jantungku saat pertama kali memberanikan diri menatap matanya. Tenang. Hanya itu yang ku rasakan. Tanpa adanya pikiran Dia yang akan menjadi alasan mati rasa ini dirayakan. 
“Kamu kenapa bisa suka sama aku?”. Tanyaku padanya di atas motor saat kita keliling kota malam itu. 
“Karena kamu cantik dan baik”. Jawabnya sambil tersenyum tipis. Aku bisa melihatnya dari spion motor.
“Ah klasik! Jawab yang bener dari hati kamu.” Ujarku kesal mendengar jawabannya yang tidak berpendirian itu. 
“Sederhana, hanya karna aku menjadi diriku sendiri kalau sama kamu”. Jelasnya sambil mengelus tanganku yang dingin terkena angin malam. 
Jujur saja, aku tersenyum malu saat itu, tapi aku menyembunyikannya dan membuang muka ke jalanan agar tak terlihat senyum dari spion. Haha, gengsi sekali. Sepanjang perjalanan kami mengobrol tentang banyak hal, perasaan maupun pengalaman. Entah mengapa, perjalanan itu terasa sangat singkat, padahal kami menelusuri puluhan kilometer. 
Jika kamu tau perpisahan adalah akhir dari ceritamu, apakah kamu akan melepaskan disaat semua masih terasa indah?  
~
”Kamu tau ga aku ibaratkan kamu seperti apa?” tanyaku padanya.
“Apa memangnya?” jawabnya penasaran. 
“Aku ibaratkan kamu seperti tengah malam.” Aku yakin dia sangat penasaran menunggu penjelasanku selanjutnya.
“Tengah malam?”
“Kamu seperti tengah malam yang tenang, namun mencekam. Kepala kamu berisik  tapi tidak mengusik. Orang menganggap malam itu menakutkan, tapi di malam hari ada bintang, ada bulan dan ada tenang. Hanya orang yang berani terjaga yang bisa merasakannya.” Jelasku berharap ia mengerti arti yang tersirat di dalam kalimat itu. 
“Keren. Aku tidak pernah terpikirkan filosofi itu sebelumnya”. Ujarnya. 
Aku bukan tanpa alasan mengibaratkan Dia sebagai tengah malam. Dia lebih tenang dari malam. Aku pernah duduk di taman kampus, memperhatikannya dari jauh. Aku tau dia sedang tidak baik-baik saja. Di sebrang sana,  dia duduk dengan tenang, bahkan sorot matanya tidak menunjukkan sedikitpun keresahan. Aku iri. Aku iri bagaimana bisa Dia terlihat tenang saat pikirannya berantakan? Bagaimana bisa saat Dia hancur, Dia selalu menghibur?
Aku selalu suka mendengar dia bercerita, aku selalu menjadi rumah untuknya, begitupun sebaliknya. Aku tau beban yang ia pikul, walaupun dia tak bercerita jika Dia bisa menyelesaikannya sendiri. Baik sekali, tak mau membebani pikiran wanitanya. 
Aku pernah beberapi kali menangis hanya karna melihat pundaknya. Ya, pundak yang penuh beban itu. Aku selalu mencium pundaknya di atas motor, sebagai doa agar Dia dikuatkan. Tak mudah memang menemani masa sulit seseorang, namun aku bertekad menemaninya sampai saatnya aku atau dia yang memilih pergi. 
Dia adalah orang yang selalu mengusahakan kebahagiaanku, entah dengan cara apapun itu. Dia selalu takut dan berpikir aku tak bahagia bersamanya, hanya karna cara dia mencintaiku sederhana. Menurutnya itu sederhana, tapi bagiku adalah segalanya.  
Dia pernah bilang “Aku lebih takut kamu tidak bahagia bersamaku daripada kehilangan kamu”. Pertama kali aku mendengar kalimat itu, aku menganggap Dia egois. Mengapa dia tak takut kehilanganku? Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya aku mengerti.  
Kita gagal memahami bahwa kebahagiaan dalam hubungan itu diciptakan, bukan dicari.
~
Aku dan dia adalah dua orang berkepala batu. Dia dengan egonya yang tinggi dan aku dengan emosi yang tidak stabil. Kami sering berbeda pendapat, namun lebih sering memgungkapkan pendapat. Awalnya, aku mengira komunikasi adalah kunci dari hubungan, ternyata salah, saling mengerti adalah jawaban yang tepat. Komunikasi akan sia-sia jika tak mengerti satu sama lain. Apa yang akan kamu komunikasikan jika tidak bisa mengerti maksud satu sama lain? 
Kami terbiasa menyelesaikan masalah dengan bertemu. Kami rasa, dengan bertemu kami lebih mengerti dan lebih leluasa menyalurkan pikiran. Aku selalu kagum dengan cara Dia berpikir, selalu bisa meyakinkan hal yang meragukan. Aku selalu jatuh cinta dengan cara dia menyampaikan pendapatnya tanpa melukai hati sedikitpun. Aku selalu suka saat kami mengakhiri perdebatan dengan pelukan panjang. Aku rasa,  selagi ada dia, aku akan baik-baik saja. 
Setiap pagi aku akan tersenyum melihat pesannya mengucapkan selamat pagi. Di kampus, kami sering bertemu dan duduk di taman atau kursi panjang. Jika luang, kami selalu makan bareng di warung belakang kampus. Aku suka rutinitas itu, kami tak pernah ragu dan tak pernah berpikir akan bertemu hari itu. Hari di mana kampus terasa mencekam untuk pertama kalinya. 
Mencintai bukan sekedar memberikan cinta, mencintai juga menerima. Menerima kenyataan bahwa hanya karena kamu tidak dicintai dengan cara yang kamu inginkan, bukan berarti dia tidak mencintaimu.  
Mencintai juga perkara cukup. Itu yang gagal kami pahami. Aku dan Dia. 
Aku bahagia, tak pernah sebahagia ini. Being love by someone that you love.
Setiap sudut kampus adalah kita, setiap sudut kota adalah kita. Masih terbayang sambaran kilat saat kita terjebak hujan sehabis dari pantai. Kita duduk menikmati mie ayam grobakan sembari menunggu hujan yang tak kunjung reda. 
“Hujannya ga akan reda, udah malem banget, mau trobos aja?” tanya dia sembari masih memperhatikan hujan.
“Aku kan suka hujan ayo trobos aja!” jawabku bersemangat. 
“Oke kita trobos tapi kamu harus pakai jas hujan, tidak ada penolakan.” Tegasnya sambil memasangkan jas hujannya di badanku. 
Aku tak bisa menolak, perintah dari dia akan selalu aku turuti. Kami pun menerobos hujan lebat ditengah-tengah kota. Dia basah kuyup karena tidak memakai jas hujan. Tapi kita masih bisa mengobrol dan bernyanyi sepanjang jalan. 
jApakah penjual di pantai yang sering kita kunjungi heran kenapa kita tidak pernah ke pantai lagi? Apakah pak de penjual mie ayam langganan kita tidak menunggu kita datang lagi setiap tanggal 22?. Aku yakin mereka rindu. Aku juga begitu. 
~
Menyerah bukan perkara mudah. Ada banyak alasan untuk tetap bertahan, tapi akan kalah dengan satu alasan, masa yang habis. Menyerah pada orang yang kamu cintai adalah seburuk-buruknya rasa. Di mana kamu akan tau semuanya akan berakhir, bukan karna kamu ingin, tapi karna kamu harus. Tak ada yang lebih menyakitkan dari saling melepaskan karena tak bisa saling menguatkan.  Tak ada yang lebih menyedihkan dari pelukan dan ciuman terakhir sebelum benar-benar merelakan. 
Malam itu, tak pernah ada di bayanganku, aku rasa dibayangannya pun tak ada. Malam di mana aku adalah aku dan kamu adalah kamu yang sebenarnya. Selama ini kita hanya sembunyi di balik kata cinta, tanpa kita sadari kita hanyalah dua orang yang  saling menyakiti. 
Permintaan terakhirku ke pantai bukan tanpa alasan. Aku ingin perpisahan kita juga indah seperti bagaimana kita memulainya. Meski saat itu, untuk pertama kalinya aku benci mendengar suara ombak. Untuk pertama kalinya pantai tidak menenangkan. Dan untuk pertama kalinya aku menatap lautan dengan tatapan pasrah. 
Aku tidak memandang perpisahan itu buruk, tak membenci alasan kami berpisah. Aku hanya bertanya mengapa masa kita hanya sementara? 
Setiap hari aku meyakinkan diriku bahwa aku bisa bahagia, seperti katamu. Aku percaya itu, karna kamu yang mengatakannya. Aku akan tetap menjadi aku yang dulu, selalu pesan es teh, selalu cemil es batu, selalu suka Taehyung, dan selalu menangisi video tiktok sedih yang  aku kirim ke kamu .
300 hari bukan waktu yang sebentar. Bukan waktu yang mudah untuk melupakan. 
Aku dan Dia bukan sekedar hubungan, tapi perjalanan.  
Aku tak masalah Dia bukan milikku lagi, asalkan dia masih di Bumi. 
Perihal  mati rasa ini, biarlah aku sendiri yang merayakan. 
Pulanglah suatu hari nanti, bawa kabar baik tentang mimpi-mimpi yang kamu ceritakan dulu. Kembali bercerita di tepi pantai. Walaupun tidak sebagai sepasang kekasih lagi, tapi kenanglah kita pernah saling mengisi. 
My prayers are with you every step of the way. The time you need my hug, turn around, I'm right behind you.
H
7 notes · View notes
alunancerita · 5 months
Text
Tumblr media
Hidup sebagai seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja dengan dua anak adalah seperti menjelajahi petualangan yang tak terduga setiap harinya! Setiap pagi dimulai dengan kekacauan yang lucu, dan setiap malam diakhiri dengan pelukan hangat yang memenuhi hati dengan sukacita. Mari kita jelajahi kisah yang menyenangkan ini bersama!
Bayangkan kamu terbangun dengan alarm yang berdentang di sudut kamar, menandakan bahwa petualangan hari ini telah dimulai. Kamu melemparkan selimut dari atas kepala, dan di sanalah mereka, dua bungsu yang lucu dan penuh energi, siap untuk menaklukkan dunia. Kamu tersenyum pada pemandangan mereka yang menyegarkan dan bersiap-siap untuk melangkah ke dalam hari yang penuh dengan keajaiban dan tantangan.
Di dapur, kamu beraksi seperti seorang chef profesional, menciptakan sarapan lezat sambil menjaga agar tidak ada ceretan selai yang terbang di sekitar. Anak-anakmu tertawa-tawa dan menyebutkan rencana mereka untuk menangkap bintang di langit atau menjelajahi hutan belakang rumah. Kamu tersenyum pada impian-impian kecil mereka dan berjanji untuk mendukung mereka dalam setiap petualangan yang mereka pilih.
Setelah sarapan, saatnya untuk berpakaian dan bersiap-siap untuk hari yang menantang. Kamu menemukan dirimu menjadi seorang manajer waktu yang ulung, mengatur jadwal rapat sambil menjaga agar tidak ada tumpukan cucian yang menanti di laundry. Pekerjaanmu tidak pernah berhenti, tetapi kamu menemukan kebahagiaan dalam kemampuanmu untuk menyeimbangkan semua peranmu dengan cinta dan ketelitian.
Ketika tiba waktunya untuk bekerja, kamu menyelinap ke ruang kerjamu dengan laptop di tangan dan mimpi besar di hati. Meskipun berada di rumah, kamu tetap fokus dan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dalam setiap tugas yang kamu emban. Anak-anakmu kadang-kadang meramaikan panggilan Zoommu dengan pertanyaan yang tak terduga atau teriakan kecil dari ruang sebelah, tetapi kamu tidak mengeluh. Bagimu, momen-momen ini adalah bagian dari pesona menjadi ibu yang berusaha menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.
Saat malam tiba, kamu merasa lega karena telah melewati hari yang penuh dengan tawa dan canda. Meskipun ada kelelahan di tubuhmu, hatimu dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta karena melihat anak-anakmu tidur dengan nyenyak di tempat tidur mereka. Kamu merenung tentang semua momen kecil yang membuat hari ini begitu istimewa, dan kamu bersyukur atas kesempatan untuk menjadi bagian dari petualangan yang mengasyikkan ini.
Sebagai seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja dengan dua anak, setiap hari adalah kesempatan untuk merayakan cinta, kebahagiaan, dan petualangan. Kamu mungkin akan menghadapi tantangan dan kelelahan di sepanjang jalan, tetapi kamu tahu bahwa semua itu layak untuk diperjuangkan demi melihat senyum cerah di wajah anak-anakmu. Jadi, mari kita bersama-sama merangkul keajaiban dari kehidupan ini dan menikmati setiap momen bersama!
3 notes · View notes
zulfazzakiyah · 4 months
Text
Awal Pekan tak Biasa
Mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Beberapa tetes embun nampak menghiasi jendela. Pada griya menawan di ujung belokan sana. Kehidupan baru pada semesta akan dimulai dengan segera. Ditandai dengan terdengarnya teriakan seorang wanita. Tak pernah berubah kebiasaan itu, meski sudah tiga dasawarsa.
Tak seperti biasanya pagi ini. Tiada terdengar tawa dan cerita yang terbagi. Tidak ada duduk bersama untuk menikmati secangkir teh dan kopi. Lantaran terburu-burunya pergi sang lelaki. Sembari menahan sedikit pegal hati. Tersebab terbukanya mata yang kurang dini.
Mentari pun mulai menampakan panas teriknya di siang hari. Pukul dua belas tepat, tatkala sang wanita sedang menggoreng ikan dua biji. Minyak pada wajan bersibaran tak terkendali. Menyebabkan tangannya amat nyeri. Tumpah tak karuan air mata di pipi. Seraya bibir mengemu dengan raut muka menahan keki.
Senja telah tiba dengan rembulan mulai menyapa. Puluhan bintang menghiasi luasnya angkasa. Menambah cantik dan indahnya penutup masa. Akhir waktu yang selalu istimewa. Namun tak nampak pada kedua insan pada griya. Raut muka penuh kesal menyelimuti paras keduanya. Tak ada senyuman, bahkan kecupan seperti biasa. Masing-masing saling bermasam muka. Akhirnya satu tugasku telah terselesaikan dengan sempurna.
Hari yang selama ini aku nantikan tibalah juga. Meski harus menunggu selama puluhan purnama. Inginku sesekali hadir menyapanya. Lantaran pasangan ini selalu tenang dan mesra. Rupanya aku bisa berkunjung seketika. Pada griya yang selalu bahagia. Sebagai salah satu yang jarang mereka rasa. Menjadi emosi membara, pada awal pekan istimewa.
3 notes · View notes
shikanou · 2 years
Text
--Dream of Fall; Leviathan.
Tumblr media
Bisa kau rasakan embusan angin menerpa kulit pipimu yang tak terlindungi apa pun. Dingin. Dinginnya hampir menyerupai udara di pertengahan musim dingin.
Kau juga bisa merasakan tubuh yang sepenuhnya ringan dan tanpa beban. Serupa bulu burung yang bergoyang-goyang tertiup angin tanpa peganga. Hela-helai rambut melambai-lambai ke arah yang berlawanan dengan gravitasi.
Di saat yang sama, kau mendapati sekitarmu yang gelap, tapi juga terang oleh gemerlap bintang.
Matamu masih terpaku pada butiran kelap-kelip itu, setengah terjaga menyadari beberapa dari mereka--yang ada di atas kepalamu--tertangkap mata bergerak. Cepat. Serupa bintang jatuh. Atau meteor? Bintang-bintang itu terus melaju mendekat ke arahmu.
Semakin dekat, cahaya itu justru semakin meredup. Bintang itu bukan lagi bintang. Kau yakin. Benda itu berwujud sesuatu.
Seseorang.
"TIDAK!"
Kau tersadar sepenuhnya, karena suara lantang yang terbawa angin tak jauh dari tempatmu melayang. Sosok diselimuti kegelapan itu terus berteriak. Mengerang. Suaranya pecah dan serak. Terdengar getir dan sesak.
Kata tidak terus menyerang gendang telinga. Sementara matamu kini membeliak lebar menyadari lelaki berambut ungu penuh luka yang begitu kau kenalilah yang tengah terjun bebas menuju entah-daratan-apa di bawah sana.
"Le-Levi ...!?"
"TIDAK! BUKAN INI AKHIR YANG AKU INGINKAN!" Tangan Levi turulur, seakan tengah berusaha keras menggapai-gapai sesuatu tak kasat mata. Sesuatu di atas sana, yang sudah sangat-sangat-sangat jauh dari tempatnya sekarang.
Mungkin sebuah cahaya.
Mungkin sebuah tempat di balik gumpalan-gumpalan awan selembut kapas yang penuh keindahan dan kedamaian.
Atau mungkin dirinya sendiri.
Halo yang semula masih bertengger di atas kepala, kini telah sepenuhnya hilang. Berganti sepasang tanduk bercabang mencuat semena-mena di antara rambut yang bergerak-gerak liar oleh angin. Helai kain putih lenyap dimakan warna hitam yang sekarang membalut sekujur badan. Kau juga melihat bagaimana ekor panjang yang biasa merangkulmu hangat, sekarang kemunculannya menghasilkan jerit penuh rasa sakit dari sang lelaki.
"LEVI!" Kau ingin sekali meneriakkan namanya sekencang mungkin. Menghentikan lajunya dengan sihir, atau sekedar bergerak mengejarnya dan merangkulkan diri agar wajah frustasi penuh amarah itu hilang.
Tapi, lidahmu kelu. Tenggorokan tercekat Bak tak memiliki pita suara untuk menghasilkan sedikit pun getaran suara dari sana. Kau hanya bisa mengap-mengap dengan tubuh membeku di tempat.
Selagi, Leviathan terus bergerak menembus dunia di bawah kakimu yang gelap pekat.
"TIDAK!"
"LEVI!"
"Aku tidak pernah mau datang ...
... ke tempat SEPERTI INI!"
"LEVIATHAAN!!!"
Kau membuka mata lebar-lebar. Terasa dahi basah oleh keringat dingin sampai ke leher. Dadamu masih naik turun dengan napas terengah-engah. Tenggorokan juga masih sama keringnya seperti yang kau rasakan tadi.
Sekarang, pemandangan di depan mata telah sepenuhnya berganti. Tak ada lagi langit malam dan bintang, melainkan langit-langit kamar bernuansa biru dari lampu ubur-ubur yang menggantung. Tidak ada pula suara teriakan, selain riak air dari akuarium besar di balik punggung dan dengkuran halus dari seseorang.
Di sana, di dalam bathup yang sama denganmu, terbaring Leviathan yang terlelap. Tidur menyamping menghadapmu. Tiada luka maupun air mata. Tak ada jerit kepedihan dan erang kesakitan. Hanya kedamaian dari sosok yang tengah tenggelam di alam mimpinya.
Dengan tangan yang masih lemas dan sedikit gemetar, kau mengelus pelan pipi Leviathan.
Hangat.
"Mm ... MC ...? Kau bangun?" tanya Levi, setengah membuka mata.
"...um," jawabmu, masih terus mengusap pipi lelaki itu. Kemudian, pucuk kepalanya. Menggosok-gosok helaian rambut yang hampir menutupi mata Leviathan.
Heran, bercampur sipu malu dengan perlakuanmu, lelaki itu memutuskan untuk membuka mata dan mempertanyakan maksud dari perbuatanmu.
Namun, niatnya tak jadi dilakukan, sebab air mata yang telah jatuh membasahi pipimu justru menggantikan protes tersebut dengan kepanikan. Leviathan bangun duduk sambil berseru, "E-Eh!? MC! Ada apa!? Kau tidak apa-apa? Ke-Kenapa menangis--"
Kau turut bangun. Tanpa menjawab dan berkata apa-apa, langsung menghamburkan diri pada Leviathan. Memeluknya erat. Membenamkan wajah pada dada bidangnya, tapi tetap berusaha keras menahan isak yang justru membuat pundaknya semakin bergetar hebat.
"Tidak apa .... Tidak apa, sekarang ada aku yang selalu di sini bersamamu."
"M-MC ...?"
Kau mengencangkan dekapan. "Kumohon, jangan lagi menangis. Kau bisa menceritakan semua rasa sakitmu, semua kepedihanmu, semua lukamu, padaku. Berjanjilah untuk tidak lagi berduka. Karena ada aku di sini."
Hening.
"Berjanjilah, Levi."
Sepasang lengan kemudian terasa melingkari badanmu. Membalas pelukan yang membawa kalian semakin erat. Menghapus sisa-sisa jarak yang ada dan saling berbagi kehangatan tubuh masing-masing.
Dengan suara lembut dan pelan, Leviathan akhirnya membalas, "Aku berjanji, MC."
Tumblr media
Inspired by the new Obey Me! Nightbringer website. And this translated line from Japanese ver.
9 notes · View notes
melodirinai · 11 months
Text
Langit Di Kala Itu
Siapa yang dulu gemar memandangi langit dengan awan yang bergerak kesana-kemari sebagai penghiasnya.
Siapa yang dulu gemar membalas teriakan elang yang terbang melayang-layang diatasnya.
Siapa yang dulu yang dengan wajah cerah mengangkat tinggi tangannya ke angkasa, seraya melafalkan kata-kata bahwa suatu hari ia akan terbang tinggi bersama impiannya.
Ah… sosok kecil yang telah melakukan semua itu kini mengurung diri dalam sepi yang menyertai hari-harinya.
Kegagalan demi kegagalan yang dialaminya, memporak-porandakan setiap helaian bulu tak lama setelah ia rentangkan sayap kepercayaan dirinya.
Terperosok dalam jurang ketidakmampuannya, lantunan rasa bersalah dan penyesalan yang menggema berhasil sepenuhnya mengacaukan isi kepalanya.
Kini dengan rasa rendah diri yang menyertainya, ia mematai-matai langit lewat kaca berdebu di sudut kamar kecilnya, tak lagi berani dengan lantang melemparkan bintang-bintang harapan pada tingginya atap dunia.
—@melodirinai
Kabut Resah | October 29, 2023.
2 notes · View notes
bbluebbleriss · 2 years
Text
My Old Family
Di malam yang indah bersama bulan dan bintang yang bersinar terang, aku sedang membaca buku novel sebelum tidur. Tak lama kemudian terdengar suara pecahan piring dan suara teriakan, aku yang sedang membaca buku pun spontan kaget. Suara apa itu dan berasal dari mana?
Aku ingin keluar kamar dan mengecek suara apa itu, tapi aku urungkan niat ku untuk keluar kamar. Ternyata suara itu berasal dari ruang keluarga di rumah ku, dan yang berteriak sambil melemparkan piring ke lantai itu mama ku. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tak lama papa juga membentak mama. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Aku menguping di balik pintu dan mendengar percakapan mereka "aku sudah muak dengan mu Kaindra, jika memang kau memilih nya silahkan. Kita ke pengadilan agama besok pagi dan cerai".
"Baik, sekarang kau angkat kaki dari sini dan bawa Naura pergi dari sini". Aku yang mendengar hal itu tidak kuat menahan isak tanggis. Papa mengusir kami dari rumah? Mengapa? Apa salah ku? Dan sampai sekarang aku masih belum mengerti apa yang salah. Terdengar suara langkah kaki berjalan menuju kamar ku, aku takut itu papa yang datang dan menyeret ku keluar rumah. Karena saat papa menyebut nama ku dia seperti marah besar kepada ku.
Suara langkah kaki itu semakin dekat dan dekat, aku pun berlari menuju kasur dan ber pura pura tidur sambil kututupi muka ku dengar selimut. Aku mendengar suara pintu di buka dari balik selimut, dia membelai rambut ku dan memanggil nama ku. "Naura sayang, bangun yuk nak, mama mau ngomong sebentar sama kamu".
Aku pun merasa lega karena itu mama. Aku membuka selimut ku yang tadi nya menutupi muka ku dangan muka ala bangun tidur. "Ya ma, ada apa?" Sebenar nya aku sudah tau apa yang ingin mama sampai kan kepada ku, tapi aku lebih memilih diam saja.
"Ikut mama yu sayang, kamu kemas baju kamu mama kemas baju mama, kita pergi malam ini juga". Aku tidak tahu ingin membuat ekspresi apa di wajah ku, entah sedih karena sudah tahu semuanya atau senang karena ingin pergi. "Kita mau kemana ma?" Tanya ku sok polos
"Kita akan pergi ke kota yang belum pernah kamu datangi, walau belum pernah kamu datangi tapi mama yakin kamu pasti akan suka" ucap mama menenang kan ku.
"Berapa lama kita akan pergi?" Jawab ku sambil mengubah posisi tiduran menjadi duduk. "Mungkin selamanya sayang, sudah cepat kemas barang mu dan kita segera berangkat. Tidak usah banyak tanya lagi".
Apa? Selamanya? Berarti aku harus pindah sekolah juga begitu? Aku tidak ingin melakukan hal itu. Bagaimana semua sahabat ku di sekolah? Aku tidak ingin berpisah dengan mereka semua.
Dengan malas aku bangun dari kasur dan mengemas semua barang ku. Satu jam kemudian mama datang kembali ke kamar ku. "Sudah semua?" Tanya mama dengan baju yang lumayan rapi untuk jam setengah 1 malam.
"Sudah ma" jawab ku dengan malas. "Cepat ganti baju mu dan kita akan lekas pergi" ucap mama sambil berjalan meninggalkan kamar ku. "Bagaimana dengan sekolah ku, aku saja belum selesai mengerjakan pr minggu lalu ma. Dan mengapa sangat dadakan?" Teriak ku.
"Akan mama jelaskan nanti" jawab mama. Aku langsung ganti baju dan sedang mencari papa. "Papa mana ma?" Tanya ku pada mama. "Tidak usah mencari papa, kita pergi sekarang" jawab mama singkat
"Apakah papa tidak ikut? Dan mengapa kita pergi malam malam begini? Untuk apa ma?" Tanya ku dengan rasa penasaran. "Kamu bisa diam? Mama sudah bilang akan mama jelaskan nanti" jawab mama dengan nada agak tinggi.
Aku terdiam tak bisa menjawab, tak biasa nya mama seperti ini. Apalagi papa, dari aku kecil aku sudah dekat dengan papa, tetapi mengapa papa malah mengusir ku?.
Mama sedang memasukan semua barang ke dalam mobil, aku pun ikut masuk ke dalam mobil. Tanpa berpamitan pada papa, mama pun bergegas meninggalkan rumah ini. Sepanjang perjalanan mama hanya diam, aku takut untuk menanyakan hal tadi. Aku hanya takut mama makin marah kepadaku.
Bersambung.
7 notes · View notes
hayyinyahya · 1 year
Text
Tentang Rasa Syukur
Sejak lahirnya, bahkan sejak sebelum bayi menyuarakan teriakan pertama setelah keluar dari perut ibunya, mustahil bagi manusia untuk menjalankan hidup tanpa nikmat pemberianNya. Di pagi hari sampai sorenya, siang hingga malamnya, manusia pasti selalu hidup dalam balutan nikmat Allah yang harus senantiasa disyukuri olehnya. Di banyak ayat dalam alquran, Allah mengingatkan kita semua dengan tegas bahwa Dia telah memberikan nikmat yang begitu banyak, meliputi—tetapi tidak terbatas pada—hangatnya mentari, teduhnya rembulan, indahnya bintang gemintang, lembutnya awan-awan, hewan-hewan yang dapat dijadikan makan maupun tunggangan, pepohonan, laut yang dapat dilintasi kapal, bahkan sampai tersedianya air untuk minuman dan menjadi sumber kehidupan. Semua itu telah Allah tundukkan bagi kita, manusia, agar dapat dimanfaatkan, digunakan, dan dinikmati sepuas hati.
Sayangnya, setelah semua nikmat ini, masih belum semua manusia yang beriman. Banyak yang mengingkari nikmat pemberian Tuhan tersebut, bahkan dengan blundernya mendebat akan keesaan, kekuasaan, serta aturan Allah atas seluruh makhlukNya. Padahal manusia tidak akan bisa mencari pembenaran, karena hanya bisa mengandalkan nafsu—tanpa ilmu, tanpa hujjah, tanpa dasar yang kuat dan sahih—dalam argumentasinya untuk menentangNya, baik yang terjadi di alam pikiran sendiri maupun yang dilontarkan dalam diskursus sosial. Betapa kurang ajarnya mereka yang membalas nikmat-nikmat yang telah diterima secara cuma-cuma dengan kekufuran, keingkaran, dan pemberontakan. Padahal, seandainya mereka tahu, nikmat (نعمة) yang tidak disyukuri akan berubah jadi niqmah (نقمة)/ancaman akan siksa yang sangat dahsyat.
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS Luqman: 20)
Para ulama terdahulu telah memberikan definisi yang jelas tentang apa itu syukur. Ibn Manzhur contohnya, mengatakan bahwa syukur itu sesimpel mengetahui, mengenali, menyadari, dan mengakui kebaikan serta menyebarkannya (kebaikan tersebut). Adapun Ibnul Qayyim mendefinisikan syukur dengan tampaknya bekas/pengaruh nikmat Allah dalam lisan hambaNya (berupa pujian dan pengakuan), dalam hatinya (berupa kesaksian dan cinta), serta dalam anggota badan (berupa kepatuhan dan ketaatan). Saking pentingnya nilai dan agungnya kedudukan rasa syukur ini, Ibnul Qayyim bahkan menyebutkan bahwa pondasi agama terdiri dari dua hal: dzikir dan syukur. Coba ingat-ingat lagi, bukankah Allah telah berfirman “Maka ingatlah (dzikir) kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS Al Baqarah: 152)?
Pendapat Ibnul Qayyim bahwa syukur merupakan satu dari dua pondasi utama agama sangat masuk akal mengingat banyaknya ayat alquran yang berbicara tentang tingginya keutamaan hal tersebut. Di surat An-Nisaa’ ayat 147, Allah menyandingkan syukur dengan keimanan (مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا). Hal ini menunjukkan bahwa syukur sama pentingnya dengan keimanan dan/atau merupakan unsur utama pembentuk iman; orang beriman pasti bersyukur dan iman tidak akan ada jika rasa syukur nihil darinya. Selain sebagai pembentuk iman, syukur juga merupakan indikator utama baik atau tidaknya ibadah kita. Hal ini ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 172 dan An-Nahl ayat 114, (وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ dan وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ). Lebih tingginya lagi, bisa dikatakan bahwa tujuan kita dilahirkan adalah untuk bersyukur padaNya sebagaimana yang diterangkan dalam surat An-Nahl ayat 78 (وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ). Oleh sebab itu, tidak heran apabila syukur dijadikan syarat agar kita mendapatkan ridho Allah, sebagaimana yang tercantum dalam Az-Zumar ayat 7 (وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ). Sungguh betapa istimewanya syukur ini dan tentu istimewa juga pelakunya karena hanya sedikit saja yang bisa di antara seluruh hambaNya (وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ).
Masih menurut Ibnul Qayyim, disebutkan bahwa terdapat lima kaidah/asas yang harus terpenuhi untuk bisa membangun rasa syukur. Pertama, خُضُوعُ الشَّاكِرِ لِلْمَشْكُورِ. Orang yang bersyukur/berterima kasih harus rendah hati dan/atau tunduk terhadap pihak yang disyukuri/diterima kasihi. Bagaimana mungkin seorang pasien bersikap angkuh terhadap dokter yang telah membantunya untuk sehat bukan? Tidak mungkin juga seorang tunawisma bersikap sombong terhadap orang yang memberinya makan bukan? Apatah lagi kepada Allah, tidak ada alasan sekecil apapun bagi manusia bersikap pongah terhadap Allah yang telah menciptakan dan memberinya nikmat yang tak terhingga. Kedua, وَحُبُّهُ لَهُ. Cinta terhadap yang disyukuri. Semakin kita banyak bersyukur kepada Allah, seharusnya semakin tebal rasa cinta kita terhadapNya. Sama halnya dengan sepasang suami istri yang mensyukuri kehadiran belahan jiwanya, semakin mereka mensyukuri satu sama lain, semakin suburlah cinta yang tumbuh di antara keduanya. Begitu pula sebaliknya, semakin tidak bersyukur, jangan harap cinta akan bertambah.
Ketiga, وَاعْتِرَافُهُ بِنِعْمَتِهِ. Pengakuan terhadap nikmatNya. Tidak dikatakan seseorang itu bersyukur apabila ianya sendiri bahkan selalu menafikan dan tidak mengakui berbagai nikmat dan kebaikan yang telah ia terima. “aku tidak pernah mendapat kebaikanMu”, “mengapa Engkau tidak menyayangi hamba”, “lebih baik aku tanpaMu kalau denganMu aku masih hidup seperti ini”, “aku bisa bahagia dan sukses karena aku sendiri, tak ada andil sama sekali dariMu” dan lain sebagainya adalah contoh perkataan-perkataan tidak tahu diri seorang hamba terhadap TuhanNya yang telah mencurahkan begitu banyak nikmat padanya. Keempat, وَثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ. Memuji yang disyukuri. Sudah selayaknya bagi kita untuk memuji dan memuja Allah sebab memang Dia layak dan patut untuk dipuji. Bahkan jika seandainya—walaupun mustahil—Dia tidak memberi nikmat pada kita pun, Dia tetap harus dipuji karena berhak atas itu. Kemudian yang terakhir, وَأَن ْلَا يَسْتَعْمِلَهَا فِيمَا يَكْرَهُ. Tidak menggunakannya (kenikmatan/kebaikan) untuk hal-hal yang tidak disukai oleh pemberinya. Don’t take Allah’s grace and mercy for granted. Kalau dikasih kenikmatan dan kebaikan, ya lakukanlah apa yang Allah ridhoi. Jangan malah susu dibalas dengan tuba.
Persoalan selanjutnya yang sering luput dari masyarakat zaman sekarang adalah bahwa rasa syukur tersebut tidak lengkap jika kita tidak pandai berterima kasih pada sesama manusia. Dalam sebuah hadis sahih, disebutkan bahwa nabi ﷺ bersabda, من لا يشكر الناس لا يشكر الله, siapa yang tidak berterima kasih pada manusia, ia tidak berterima kasih pada Allah. Sungguh betapa mahalnya rasa syukur itu, ya? Di bulan Ramadhan ini, semoga Allah melembutkan hati kita supaya mampu selalu bersyukur akan setiap kebaikan yang kita terima, walau sekecil apapun. Sebab itulah faktor utama kebahagiaan hidup kita. Selain karena kita akan selalu merasa cukup, Allah pun akan menambahkan kenikmatan kepada kita. Adapun jika kita tidak bersyukur, siap-siap saja Allah cabut kebahagiaan yang sudah kita dapatkan karena kita sendiri yang mencampakkannya. لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد (QS Ibrahim: 7)
4 notes · View notes
imbicille · 28 days
Text
Jubilee Year / Jobel Year
Tumblr media
Percaya kah anda akan Sang Pencipta, Ilahi, Yang Maha Esa, Allah, Adonai, Elohim, dan begitu banyak bahasa yang memujinya dan menyembahnya, melalui nabi nabi dan rasul yang sudah menurunkan firmannya agar kita semakin mengenal kasihnya saat dia menciptakan dunia ini bumi ini agar kita saling menjaga perdamaian dan kasih sayang dengan cinta dan kemurnian, bukan karena terpaksa ataupun meminta imbalan.
Apa jadinya jiwa ini tanpa Sang Pencipta, Tuhan, Sang Ilahi yang memberikan kita tanaman, tumbuhan, matahari, bintang, air, laut, pegunungan dan banyak hal agar kita semakin mengenal kasihnya yang ada agar kita sebagai manusia bisa memahami betapa tulusnya allah mencintai kita dan alam semesta agar kita semakin mengenal dan memahami arti kehidupan, agar kita menyayangi alam, agar kita menyayangi sesama. namun sekarang ini semakin banyak terjadi peperangan di berbagai negara yang sudah terjadi semenjak PD 1 dan PD 2 akibat gerusan politik ataupun tanah.
Jubilee merupakan tahun yang ada agar kita memuliakan kembali dunia ini, agar kita kembali membersihkan diri dari segala negatifitas dan meluruskan jalan kita, agar kita teringat hari dimana Allah membuat dunia dan alam semesta nya yang di mana kita akan menempatinya di dunia "Bumi" dimana kita menghormati dan melestarikan hari ke 7 untuk beristirahat dan beribadat menurut kepercayaan kita masing masing yang sudah di sampaikan melalui nabi dan rasul yang ada. menyucikan diri serta menjaga keindahan alam sesama.
Semua akan kembali kepada diri sendiri agar kita semakin menjaga firman firmannya yang ada dan membantu sesama bukan menjatuhkan, karena begitu banyak nubuat yang sudah Tuhan berikan dan perlihatkan agar kita kembali kepada firmannya bukan untuk menduakannya, sekarang ini planet yang ada dalam tata surya kita kembali menyinari hari hari kita dengan kesejajaran dan terlihat dengan jelas. apa arti semua ini ? agar kita kembali tersadar bahwa hidup kita berasal dari TUHAN, agar kita kembali menegakkan Firmannya / Hukumnya, jangan kita menjadi dosa yang ada dan merusak tatanan dunia yang ada.
Layaknya Bayi yang baru di lahirkan, kita masih mencari dan belum melihat dengan jelas. teriakan kita layaknya bayi yang terlahir, belajar untuk berjalan, berbicara, makan, minum dan banyak hal lainnya. semua itu proses namun apakah kita sudah membuka gelambir diri kita "balok selumbar kita" agar kita bisa membantu sesama dan mengingatkan sesama ? jangan takut akan kehidupan karena kehidupan itu indah, peperangan yang menakutkan serta banyaknya perkembangan zaman yang merupakan sebuah pelanggaran etika yang ada menyebabkan diri kita semakin meninggalkan "Kasih", kita menukarkan kasih kita hanya kepada Materi / Uang.
"You shall hallow the fiftieth year and proclaim the liberty throughout the land, to all its inhabitants; it shall be a jubilee for you when each of you shall return to his property and each of you shall return to his family. This fiftieth year is to be a jubilee year for you: you will not sow, you will not harvest the un-gathered corn, you will not gather the untrimmed vine. The jubilee is to be a holy thing to you, you will eat what comes from the fields."(The Book of Leviticus 25, 10-14) The trumpet with which this particular year was announced was a goat's horn called Yobel in Hebrew, and the origin of the word jubilee. The celebration of this year also included the restitution of land to the original owners, the remission of debts, the liberation of slaves and the land was left fallow. In the New Testament, Jesus presents himself as the One who brings the old Jubilee to completion, because he has come to "preach the year of the Lord's favour" (Isaiah 61: 1-2).
Karena Sang Pencipta, Allah bukan lah patung yang tidak bernyawa ataupun dibandingkan apa pun di dunia bahkan alam semesta ini, ia adalah yang tunggal dan esa, maukah kita mengenalnya dengan baik agar semakin diri kita mengetahui maksud dan tujuan hidup kita di dunia. hanya dialah satu satunya dzat yang ada di alam semesta ini tak berkelamin dan tak beranak namun ialah sang pencipta.
7 Hari bukan lah hari biasa, namun kita maknai sebagai waktu yang ada agar kita berkerja dan memberikan yang terbaik di dunia ini selagi kita bernafas dan melayani sesama.
"According to biblical law, the Jubilee is only observed when all twelve tribes of the Jewish nation are living in Israel, as is derived from the verse,1 “And you shall sanctify the fiftieth year, and proclaim freedom throughout the land for all who live on it,” which implies that the Jubilee is only sanctified when “all who live on it”—meaning, all who are meant to be living there—are in the Land of Israel. Furthermore, the Jubilee is only observed when every tribe is living in the specific part of the land which it was allotted when the Land of Israel was divided. However, some are of the opinion that the Jubilee is observed as long as there is a partial representation of each tribe, even if most of the tribe is not in Israel."
Salam sejahtera, LORD Bless
Shalom Aleichem שָׁלוֹם עֲלֵיכֶם ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ
PS : Perhitungan tahun yang benar di lihat pada calendar bulan / bukan gregorian agar kita semakin mengerti pelajari kembali Kitab Jobel, Ennoch, Dan Yashar
Adam and Eve - Muhammad SAW
0 notes
aksara25 · 7 months
Text
ETERNAL DANCE
Of dreams weaved in moonlight's glow,
Where whispers dance and secrets flow,
In realms of magic, stars aglow,
A tapestry of wonder to bestow.
Through misty woods and silver streams,
Where echoes linger, lost in dreams,
In twilight's embrace, reality teems,
A symphony of life, in silent screams.
Where shadows fade and colors blend,
Infinite horizons, without an end,
Where souls entwine, hearts transcend,
In this eternal dance, we comprehend.
#bahasaindonesia
TARIAN KEABADIAN
Di antara mimpi yang teranyam dalam cahaya rembulan,
Di mana bisikan menari dan rahasia mengalir,
Di alam ajaib, bintang-bintang bersinar,
Sebuah kain tenun keajaiban untuk diberikan.
Melalui hutan berkabut dan sungai perak,
Di mana pantulan tetap terdengar, terbuai dalam mimpi,
Dalam dekapan senja, realitas bergemuruh,
Sebuah simfoni kehidupan, dalam teriakan bisu.
Di mana bayangan memudar dan warna menyatu,
Horison tak terbatas, tanpa akhir,
Di mana jiwa bersatu, hati melampaui batas,
Dalam tarian abadi ini, kita memahami.
1 note · View note
der-ican · 9 months
Text
Angkasa Raya
Pernah kamu merasa bingung, hanya bingung dan tak ada yang lain? Hanya ada kamu dan segala kesendirian yang menyelimuti, seolah semua yang ada di sekelilingmu tak berarti. Seperti berusaha melepaskan sekaligus menggenggam sesuatu yang sunyata. Lalu, ditengah kesunyian yang memekakkan itu kamu mengingat kembali pecahan-pecahan kenangan yang mulai kabur dari kesadaran.
Ketika kamu mengabarkan orang-orang bahwa kamu akan pergi jauh mengejar cita-cita, yang konon, setinggi langit
"Ke mana?" tanya mereka.
"Tentu saja ke langit, hanya itu petunjuknya(Nya)," jawabmu.
Then off you go.. menaiki sebuah roket ulang-alik menuju angkasa tak berbatas. Riang gembira orang-orang mengantarmu, tak ada sedu sedan karena tak seorangpun mengerti kekosongan yang akan kamu hadapi. Begitu pula kamu, segala keraguan yang mengikat kau lepaskan demi mimpi yang tiada bertepi. Di antara langit dan bumi, kamu menengok kembali tanah yang menjadi taman bermainmu dan menyadari bahwa tak ada jalan kembali menjadi manusia yang sama seperti saat di bumi. Dengan hati yang gontai kau beralih dan tak mau menengok lagi, terbuang sudah harapan untuk terjun kembali menghidupi bumi.
Sesampainya di langit pertama kau takjub dengan segala keindahan dan kengerian yang ditawarkan angkasa raya. Mimpi-mimpimu menjelma gemintang yang tak henti-hentinya berkedip silih berganti, merayu untuk disinggahi. Sesaat kemudian kau menyadari bahwa ada bintang lain yang terus muncul bukan dari kesadaranmu, melainkan harapan orang-orang terhadapmu.
"Tak apa. Akan kukunjungi bintang itu suatu saat nanti," pikirmu sendiri, karena memang tak ada orang sejauh mata memandang.
Selayang pandang kemudian, kau mulai menyadari bahwa bahan bakarmu takkan pernah cukup untuk mengelilingi semesta mimpi ini. Namun, bumi sudah menjadi titik kecil yang kadang bercahaya kadang tidak. Tinggal kau sendiri, sendiri, dan hanya sendiri, bersama suara yang tak bisa kau keluarkan dari dalam diri.
Jangankan teriakan, bisik pun kau tak punya.
Lalu, dengan memantul-mantulnya suara dalam kepalamu, mengambang pula jiwamu di dalam kehampaan dan kekacauan yang tiada seorangpun mampu memahami. Kau terjebak di dalam mimpi yang kau ciptakan sendiri, di tengah perjalanan yang kau rencanakan demi mencari arti.
0 notes
realita-lampung · 10 months
Text
Kasat Reskrim Polres Tanggamus Identifikasi Kebakaran Posko Adat
Tumblr media
Peristiwa kebakaran terjadi posko di perbatasan lahan HGU dan HGB PT Tanggamus Indah yang berlokasi di Dusun IV RT 07 Pekon Tanjung Anom Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus, Senin 11 Desember 2023. Atas insiden tersebut, Kasat Reskrim Polres Tanggamus Iptu Hendra Safuan, S.H., M.H langsung memimpin identifikasi bersama Inafis dan Unit Reskrim Polsek Kota Agung dibackup Sat Intelkam serta Sat Samapta. Kasat Reskrim Iptu Hendra Safuan mengungkapkan, identifikasi dilakukan dengan pemeriksaan area titik pertama kebakaran sesuai keterangan saksi-saksi hingga area sumber kelistrikan di posko tersebut. "Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan TKP oleh Inafis, dugaan api berasal dari korsleting listrik," ungkap Iptu Hendra Safuan mewakili Kapolres Tanggamus AKBP Siswara Hadi Chandra, S.I.K. Kasat membeberkan, dalam pemeriksaan itu juga ditemukan jalur kabel listrik illegal yang tersambung pada kabel induk saluran listrik diatas rumah warga bernama Yulius Suwanto, yang rumahnya berdekatan dengan Posko. Titik bakar kabel listrik juga ditemukan pada beberapa tempat yakni pada kabel titik posko, kabel menuju ke gardu serta titik utama pada kabel saluran diatas rumah Yulius Susanto. Adapun kabel yang digunakan merupakan kabel telkom dengan tembaga kecil dan di Posko yang terbakar tidak menggunakan KWH Meter . "Dari pemeriksaan kabel, diduga pengambilan arus listrik dilakukan secara illegal, bahkan menggunakan kabel yang tidak sesuai," bebernya. Kasat menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi Yulius Suwarto selaku tetangga posko adat marga buway belunguh, sekitar pukul 00.30 WIB ia mendengar ada teriakan kebakaran. Saksi langsung keluar dan melihat kejadian kebakaran tersebut diduga dari arus listrik yang berada di dalam kamar yang terkunci. Bersamaan saat kejadian kabel yang menyambung ke kabel saluran pokok sebelum KWH milik Yulius juga turut meledak dan terputus sendirinya. "Akibat kejadian tersebut, rumah posko adat ludes terbakar dengan kerugian sebesar Rp10 juta," jelasnya. Kasat menyebut, dari lokasi pihaknya mengamankan sejumlah barang bukti dan kedepannya akan melakukan pemanggilan kepada pemasang listrik di lokasi tersebut. "Untuk identitas pemasang kabel sudah diketahui identitasnya, sehingga akan dilakukan pemanggilan terhadapnya," ujarnya. Kasat menambahkan, berdasarkan keterangan para penghuni Posko Adat, mereka kebanyakan penderes karet yang berasal dari Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. (*) Read the full article
0 notes
mejakerani · 11 months
Text
Kelahiran Seorang Pembunuh
angin berkumpul. ini langit hanya menambah pekik kegetiran.
suara batang tubuh luruh ke lantai ubin. siapa harus terbangun, sebelum sempat jatuh tertidur?
kematian dalam kerumun arus. semuanya dicabik kebisuan pisau batu. salam perpisahan tak sempat diajarkan.
kau bertanya, “berapa harga sebongkah nama?”
di epitaf, yang terpahat kemudian hanya baris-baris dendam.
hujan, dan kau tak bertanya ketika mendung tampias melapis segenggam pribadi. kau berharap kilat mengabadikan doa yang bergema dari retakan ingatan di telapak kaki.
tangan menggapai keluar dari dalam kubur; kaki menggapai-gapai ke dasar lumpur; wajah tugur bersedih di muka danau; tubrukan bintang-bintang jatuh: ledakan cahaya.
alea iacta est, carpe diem* …
ada alasan mengapa pembunuh harus memelihara ketenangan. di lorong-lorong panjang, para hantu menyamarkan tawa sebagai gema langkah kaki. dan ketika ia berjalan sepanjang malam menuju arah matahari pagi, angin lucuti teriakan-teriakan yang ia panen dengan mata puisi.
seorang pembunuh harus pandai-pandai memelihara ketenangan. geram dari lebam di jantung memental ke kerongkongan para korban sebelum datang rupa kematian.
wajah tugur menyembul di muka danau, dengan mata yang aten membaca gelagat dersik pohon-pohon dari arah hutan. duh, ini hati menggenggam daftar nama.
utang nyawa siapakah yang harus dituntaskan puisi terlebih dulu?
Banjar, Juli 2022
*) Latin: dadu sudah digulirkan, hiduplah ….
1 note · View note
zulfazzakiyah · 9 months
Text
Perantara Menuju Semesta
Menjadi yang pertama kali tahu adanya kehidupan. Sebagai tempat berlindung dan berkembang dengan keutuhan. Tak peduli bagaimana sekitar lingkungan. Menjaga dan merawat hingga siap untuk hadir telah menjadi kewajiban. Meski tak jarang ada sedikit orang yang tak mempedulikan. Namun, tugasku nomor satu adalah melindunginya hingga cukup untuk menjalani kehidupan.
Malam ini langit begitu kelabu. Setitik bintang pun enggan menyapa barang sewaktu. Semilir angin sepoi jua tak ada bertamu. Seketika menambah suasana menjadi haru. Namun, tak akan kubiarkan ia merasakan pilu. Sebab amat besar pengaruhku. Semoga esok pagi tak kujumpa kembali hari yang layu.
Tanpa terasa sembilan purnama sudah kami bersama. Tiba waktunya ia untuk melihat dunia. Seperti komitmen yang di ucap di awal jumpa. Bahwa ia menetap tak akan lama. Sebab aku hanyalah tempat sementara. Meski begitu cepat, tetapi amat berbekas kurasa. Karena janji yang ia ucap begitu sempurna.
Mentari belum menampakkan sinarnya kala sepasang tuan dan puan bergegas pergi. Sayup-sayup kudengar waktunya telah mulai. Rintihan dan teriakan sesekali kudengar dengan ngeri. Berkecumik doa melayang tanpa henti. Berharap semesta turut serta memberkati. Tanpa terasa sudah terlewati waktu setengah hari. Hingga akhirnya datanglah yang di nanti. Suka cita penuh menyelimuti. Selesai sudah tugas mulia ini.
Berada dan tersembunyi di dalam tubuh sedari dulu. Dengan ukuran yang amat mini, nyatanya aku bisa melebar seiring waktu. Meskipun tak semua puan merasakan perubahanku. Namun, tak sedikit yang menerima perubahan itu. Aku adalah sepasang rahim, yang menyimpan sejuta cerita haru. Dengan adanya aku, lantas tercipta panggilan ibu. Selamat hari ibu, untukmu wanita hebatku.
1 note · View note
bidiktangsel · 1 year
Text
Hadir di Konsolidasi PBB, Muzani: Elite Politik Harus Pertontonkan Persatuan dan Kebersamaan
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menghadiri konsolidasi serta deklarasi dukungan dari Partai Bulan Bintang (PBB) kepada Prabowo Subianto di DBL Arena, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/9). Ribuan kader PBB dan Gerindra terlihat memadati tribun dan teriakan Prabowo presiden menggema. Continue reading Untitled
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
minusv · 2 years
Text
Plot Twist
Kau pasti pernah merasakan cemas, khawatir berlebihan, tiba-tiba merasa kosong, tidak tau harus berbuat apa, dan seakan melamun adalah satu-satunya hal yang bisa kau lakukan saat itu. Waktumu terasa terbuang percuma, yang seharusnya bisa kau gunakan untuk diisi dengan hal-hal yang lebih produktif, malah dihabiskan sia-sia demi kekosongan yang tak berarti. Lalu kau mencoba memutar sebuah musik yang dapat mengembalikan inspirasimu. Hasilnya? Sama saja. Kau masih mencoba menemukan tujuanmu, alasan sebenarnya kau ada, di dunia yang bahkan mungkin tak peduli jika kau hadir. Dunia yang sepertinya belum bisa menjamin kau akan sukses atau tidak. Menjebak memang, rasanya tidak adil mengetahui kau bisa begitu naif dengan mengatakan kau tidak berguna sama sekali tentang keberadaanmu di dunia ini. Lalu apa? Kau mempertanyakan hal yang paling tidak penting, seperti mengapa kau terjebak dengan situasi membingungkan nan aneh ini, paling tidak seharusnya kau perlu tahu alasanmu untuk berimajinasi ria. Lalu kau mencoba mencari kegiatan lain, mencuci? Atau mungkin memasak? Atau mungkin menjelajah? Tapi ke mana? Rasanya sedikit membosankan jika memikirkannya saja. Bagaimana dengan menghayalkan hal lainnya? Seperti pergi ke luar angkasa, menyentuh awan, menikmati hujan, menemukan bintang, melayang-layang seperti kapas yang tertiup angin, menjelajah angkasa, ah tidak. Terlalu jauh, bahkan untuk melihat ketinggian dari lantai 2 pun kau sudah merinding. Selanjutnya, masih terjebak ruang, berpikir kembali apa yang sama sekali belum kau lakukan saat ini. Resolusi tahun kemarin mungkin ada yang belum tercapai? Memiliki peliharaan, atau menanam tanaman? Olahraga, mencintai seseorang lalu menjadikannya salah satu pusat kehidupanmu, memiliki tempat merenung dan jalan sendiri, nongkrong dengan teman sebaya di salah satu kafe terkenal, ah, terlalu kasual. Masih bukan, bukan hal itu yang kau benar-benar perlukan. Kembali dengan pertanyaan kenapa kau bisa hidup, masih bertanya-tanya dengan keberadaanmu yang sebenarnya menakjubkan. Ketika kau mengingat beberapa prestasi yang kau buat, ketika kau membanggakan orang tuamu, membuat senyum mereka mekar mendengar dengan hal unik yang telah kau perbuat. Ya, kau mulai ingat saat-saat itu. Saat-saat di mana hidupmu bisa berharga, saat kau tahu itu baik untukmu dan orang di sekitarmu. Menempa hobi dan menambah akal, melatih otak lalu menggunakannya demi kepentingan bersama. Kau terhentak, ya, itu dia. Itu yang kau butuhkan, hal mendasar yang kadang lupa kau utarakan setelah menginjak usia keberapa. Oh, betapa nestapanya jika terkadang kau bisa melupakan mereka dengan mudah. Orang-orang dengan kemampuan yang kadang bisa membuatmu bertanya-tanya mengapa kau bisa terikat bersama mereka. Kemudian semua jadi sedikit jelas, hal paling kecil yang kau butuhkan mulai terlihat. Kejelasan hidupmu, sedikit demi sedikit terajut kembali. Bangkit dari lamunanmu, kau melangkahkan kaki dengan mantap ke salah satu sudut ruangan. Mencoba meraih asa kembali sembari menarik nafas.
“ Let’s move. “
Kau membuka mata, yang tadi hanya khayalan, sekarang kau dengan posisi terhempas menghadap ke bawah. Setengah meter sebelum menghantam tanah. Rupanya lantai 2 kemarin tidak berhasil, maka lantai 15 sudah cukup mewakili.
Brukk.. darah mengucur perlahan. Terdengar suara teriakan seorang wanita.
Selamat tinggal 🙂
- V
1 note · View note
splettering · 2 years
Text
Part of writing challenge from prompt number 2: about being yourself.
Note: I think it's true, when you're just being you, you'll attract more.
----------
"Bentar ya, Mar, bentar gue ganti baju bentar" Danu berjalan tergesa memasuki rumah sementara yang mengekor―alias Mario―ditinggal di belakang. Mario cuma tersenyum khasnya.
"Santai, Bang" kata Mario lalu, seperti biasa ketika ke rumah Danu, Mario duduk di serambi dan melihat pekarangan depan yang banyak ditanami tanaman. Rambutan, semak melati, anggrek gantung, nanas―oh nanasnya sudah tidak ada! Mario menaikkan alis menyadari itu.
Udah dipanen Bintang, batin Mario.
Bintang itu adik perempuan Danu dan iya, dari penjelasan Danu, nanas itu punya Bintang. Dihak-milik lebih tepatnya sebab Bintang merasa dia yang nanam berarti dia juga yang punya.
"Emosi banget gua"
Seloroh Danu tiap menyinggung Bintang. Menurut Danu adiknya itu menyebalkan karena ribetlah, pelitlah, nggak jelaslah. Sedangkan menurut Mario, entahlah. Mario tidak bisa melabeli Bintang se-frontal Danu sebab, selain Mario bukan siapa-siapa Bintang, interaksi Mario dan Bintang itu minim. Semacam menyapa ala kadarnya kalau papasan di rumah Danu atau Bintang baru pulang sekolah. Benar, Bintang masih sekolah. Tiga SMA dan kata Danu lagi ambis-ambisnya.
"Teknik mesin" jawab Danu ketika ditanya adiknya itu mau ambil jurusan apa. Mario mengangkat alis mendengar itu. Bukan apa-apa atau mendramatisir tapi yang Mario kira Bintang itu A ternyata bukan A means ada hal yang Mario witnessed dari Bintang yang  harusnya 'tidak Bintang' semacam Bintang itu petite tapi kalau jajan cilok minimal 7 ribu. Beneran, Mario nggak bohong sebab kalau sore Mario ke rumah Danu, Bintang pasti buru-buru keluar tiap ada teriakan:
"Neeenggg cilok gaaaakkk???"
"Iyaaaaaa"
Mario kira, berdasar Bintang yang lantang meneriaki balik abang ciloknya, adiknya Danu itu orang yang reckless. Yang you do you I do me pun karakter wajah Bintang mendukung. She has that kind of expression. Plain, uninterested, unbothered tapi nyatanya, dua minggu lalu waktu Mario mampir dari latihan softball―seperti hari ini―Mario kaget sampai loncat dari kursi waktu tahu-tahu Bintang pulang―entah dari mana―sambil grasak grusuk dan helm-nya jatuh dari spion tapi dia tidak peduli. Literally straight masuk ke rumah bahkan mungkin presensi Mario waktu itu tidak dia sadari. Nggak lama, Mario mendengar suara orang marah then weeping(?) entahlah, Mario juga tidak yakin sebab hanya samar-samar tapi turned out benar. Suara itu suara ribut Bintang ngadu ke Mama-nya kalau dia salah potong rambut. Menurut Bintang poninya jelek dan kata Danu, dengan drama dan pride delapan belas tahun, Bintang nggak mau masuk sekolah sampai mentalnya siap.
"Ya kali bolos cuma perkara gitu doang, balik lagi lah ke salonnya. Dirapiin"
Dan itu awal mula potongan rambut Haku milik Bintang. Mario diam-diam menamai potongan Bintang dengan potongan Haku sebab literally mirip Haku di spirited away: pendek dan berponi datar. Not bad, justru complimenting karakter wajah Bintang jadi... lucu(?) Entahlah, Mario tidak kepikiran padanan kata lain.
"Sorry, Mar, lama, adek gua tuh cari gara-gara. Orang charger bukan gua yang make" seloroh Danu setelah lima belas menit masuk ke rumah. Tampang menggerutunya kentara. Mario lagi-lagi mengulum senyum khasnya.
"Santai, Bang, gue suka kok" jawab Mario dan Danu mengerutkan alis.
"Suka? Suka apaan?" tanya Danu sambil lalu namun Mario mengulum bibir mendengarnya. Gesture-nya mendadak kaku pun Mario membuang muka.
"Bang,"
"Hm"
"...."
Danu mengerutkan alis kala Mario kelihatan mati gaya. "Apaan?"
"Nggg... Kalo―kalo gue izin deketin adek lo, boleh?"
0 notes