#printilan
Explore tagged Tumblr posts
salwanada · 2 months ago
Text
Satu bulan di Taipei
Setelah harusnya berangkat Februari, di kasih worst case jd ikut Joint degree gak, pusing dan minta pertimbangan sana-sini. Here me now, sudah sebulan hidup di Taipei.
Kampus yang aku ketahui ketika tahun kedua kuliah, TMU. Salah satu kampus yg masuk wishlist sekolah selain unimelb dan unsw *yaa mimpi aja dulu kali yaa.. meskipun S2-ku di kampus yg sama lagi dan cukup butuh waktu berdamai buat acceptance krn pertimbangan byk hal, salah satunya kesehatan.
Beneran! Kejadian belum se-bulan tinggal di Taipei, udah periksa ke obsgyn TMU Hospital buat check endometriosis krn haid. Worry harusnya udh minum obat hormon ga haid, tp semenjak sakit DBD sblm berangkat haid lagi. Ternyata its okay dan di resepin anti perdarahan.
Keluarga dan teman-teman asli pasti khawatir ttg kesehatanku terutama disini. Entah kenapa semenjak sekolah lagi, di uji yg namanya "sehat" bolak-balik ke obsgyn, impaksi 4 gigi, DBD, dokter sp.kk, alergi kulit h-1 uts. Wkwk cukup challenging.
Sebulan adaptasi byk hal yg bikin kageet
Beli apapun disini jgn dirupiahin beda jauhh harganya, kemana-mana bawa botol kosong untuk cebok krn ga ada bidet, kuat jalan 10.000-20.000 langkah perhari hal yg biasa, air isi ulang di kampus dan mrt adaa, transumnya oke bgt dan tertata tepat waktu, buang sampah pake jam sesuai kedatangan truck sampah dan hrs pake plastik berlogo bisa dibeli di sevel, kartu id card ajaib yg bisa dipake naik transum, bayar sevel, boba, akses ke perpus dan kampus. Perpusnyaa buka sampai malam dan sabtu minggu buka, setiap sore di kampus beragam olahragaa ada, ga ada uts uas adanya tugas presentasi dan paper. Setiap minggu sekali ada lab meeting sm Prof brsm anak" yg sebimbingan. Dosen disini dari segi memuji dan memberi apresiasi baguss banget sampai takjub kalo sering di bilang "Good Job" bener" membimbing dgn baik.
Sebulan disini byk pertolongan dari org" yg kutemui entah bestian sama mba"tkw di belanjain ke pasar, di kasih gorengan sm ibu tkw tetangga apartement, di gratisin print sm akung", di buangin sampah sama kakek", di anter ke apartemen sm Ibu baik hati, ibu kost yg baikk pernah hujan2 anterin kunci krn kunciku ketinggalan di kamar. Ke Px mart di bawain belanjaan ke dalam pas hujan sm mas kasirnya biar ak bisa belanja. Di Shuang Ho dianterin pak satpam ke kelas dan selalu di sapa. Pengen udang hbs itu bbrp hari dpt nasi sayur gudangan lauk udang. Pengen pepayaa, bbrp hari dikasih mbak samping kamar pepaya. Dpt lungsuran barang" mbak kos sebelumnya jd ndak perlu beli printilan. Dpt lungsuran alat makan juga dari Mb Vivii. Anak PPI TMU yg helpfull dan baik hatii. Di cariin dan dianterin beli laptop sm Amir dan Eva krn lepiku udh udzur wkwk. Staf perpus yg membantu install dan tanya ini itu dibantu. Di tawarin ikut course JCI sm Prof management health. Ketemuu berbagai kalangan yg bener" bisa jd panutan dan inspirasi. Ga sengaja waktu maem bekal ngobrol sm Pak Wartawan yg lagi Ph.D beliau insightfull sekalii di komporin buat sekolah S3 aamiin Ya Allah. Begitupun hari ini ketemu Prof.Roro beliau jg ngendika seperti itu "saya suka liat anak yg suka sekolah". Ibu bangeet pokoknyaa.
Meskipun hari-hari selalu mikir mau maem apa atau masak apa ya hari ini, ga ada dapur jd masaknya pake magic jar dan panci listrik. Proudd of me bisa survive krn bantuan 2 benda tersebut😂
Terimakasih untuk Abah Mama yg sudah ridho dan support memfasilitasi anaknya yg banyak mau dan hobinya sekolah ini. Terimakasih joint degree UGM TMU yg bikin program ini jd selain bisa ikut course Nursing, bisa ikut course Global health/public health & management health 2 jurusan yg aku tertarik sblm ambil nursing😂Terimakasih beasiswa TMU boleh ya sekolah disini sampai Ph.D (?) Hehee aamiin Ya Allah. Terimakasih Ya Allah udah ridho juga buat ngasih kesempatan sekolah disini, semoga dpt ilmu yg barokah dan bermanfaat untuk diriku sendiri dan banyak orang aamiin aamiin Ya Allah.
14 notes · View notes
manifestasi-rasa · 1 year ago
Text
Pekan pertama semester lima terlewati. Agak takjub juga sama ritme hidupku sepekan ini (dan bakal lanjut selama satu semester ke depan). Kuliahku cuma tiga hari, dan di tiga hari itu aku selalu berangkat pagi, pulang rumah malam karena abis kuliah bablas ngajar/rapat/janjian sama orang. And it's almost everyday. Kemarin paling ewh sih, aku berangkat jam 7 pagi, balik jam 10 malem dan masih ngerjain printilan lainnya. Sering dapet pertanyaan "kamu ga cape apaaa?!" Wow cape sekali aslinya wkwk. Tapi yaa udah, capek tapi kerjaan belum kelar ya gimana. Aku lebih bisa menahan capek daripada nahan ngantuk. Udh capek tapi blm ngantuk mah yaa masih gass aja. Tapi masalahnya adalah aku ngantukan 😂 kecuali kalo ngopi wkwk.
Bismillah, Allah yang nguatin ya, Ai.
20 notes · View notes
gladiollsusi · 8 months ago
Text
Mari kita apresiasi diri sendiri dengan mengingat kembali hal-hal yang rasanya dulu gak bakalan pernah dilalui tapi ternyata berhasil dilalui juga ☺️. Apalagi setelah tinggal merantau, jauh dari keluarga.
Setelah akhirnya bisa nyetir sendiri, maka ku harus berhadapan dengan printilan printilan terkait dengan hal tersebut.
Mulai dari urusan servis dan ganti oli. Ngurusin pajak dan asuransi.
Hingga akhirnya bolak balik bengkel untuk urusan,
“kok ada bunyi bunyi yang asing ya”
“Ini starter nya kok agak lemah ya”
“Lampu depan udah gak berfungsi lagi”
Tentu kalau semisal punya sandaran untuk membantu mengajarkan itu semua mungkin rasanya akan lebih mudah.
Tapi sebagai mbak-mbak yang harus mengurus dirinya sendiri, tentu mau gak mau harus setrong. Harus bisa. Pokoknya harus bisa.
Masih ingat banget bagaimana aku datang ke bengkel dengan selow dan santai tanpa ambil booking antrian. Imbasnya, ku harus nunggu lama seharian di bengkel 🙂. Ya kan, dulu aku gak paham harus booking antrian terlebih dahulu.
Perasaan bingung dan bengong ketika pihak bengkel laporin hasil service dan hal hal yang perlu diganti 🙂
Bingung banget ketika ditanya pendapat sama orang bengkelnya. Karena ku benar benar buta urusan bengkel.
Juga perasaan deg-deg cemas dengan estimasi biaya saat berurusan dengan perbengkelan 🥹
Ohh iya peraaan takut dan lemes setelah mobil mengalami accident di jalan. Trus yang nabrak malah kabur. Bagian depan mobil sampai penyot, pintu driver susah dibuka. Waktu itu, meski dengan tangan dan kaki yang sudah gemetaran, beruntung aku bisa sampai di tempat tujuan dan menenangkan diri. Setelah momen nangis nangis shock, baru deh mulai mikir untuk klaim asuransi ke bengkel.
Dan ternyata si Mbak-Mbak ini mampu melalui itu semua. Meski pada proses nya penuh dengan keluhan, nangis nangis, dan always mengeluh.
Huhuhu bangga sama diri sendiri. Kalau dipikir-pikir ternyata cukup tangguh juga mbak mbak kecik ini 💪
Gak apa apa. Mari tetap mengeluh kalau memang itu salah satu cara untuk tetap waras dan tangguh.
Tentu dalam proses itu semua ada bantuan dari teman teman sekitar.
Ada kalanya lagi di bengkel, ku nelpon teman kerja untuk tanya tanya.
Dan yang pasti ngerepotin Adek untuk bicara langsung sama pihak bengkel nya via telepon karena ku bingung 😜😂
Tentu menyenangkan jika ada yang bisa kita andalkan
Tapi sering sekali tidak ada yang bisa kita andalkan selain diri sendiri.
Semangat ya kita semua
Semoga kita tetap tangguh dan sehat mental nya ❤️
9 notes · View notes
jemarimenari93 · 2 months ago
Text
Tumblr media
Kalau pergi ke tempat berbelanja bawa uang sedikit/ secukupnya saja, beli apa yang butuh dibeli...
Karena terkadang seseorang yang niatnya mau beli satu baju, tapi keluar dari pasar dapat baju, celana, underwear, tas dan printilan lain-lain 😅😅😅
Jangan ya dek ya.....
Happy Weekend
4 notes · View notes
nawangrizky · 1 year ago
Text
Cinta Papa
Halo sayang,
Biar kumulai tulisan ini dengan sebuah cerita.
Sebuah hari di perjalanan kami menuju kencan makan malam, jika aku tidak salah mengingat. Di Jalan Lurah menuju pertigaan Gandawijaya yang sedang macet, laki-laki yang saat itu masih jadi pacarku tiba-tiba bicara banyak soal isi pikiran dan hatinya. Sesuatu yang jarang ia lakukan. Aku tak ingat awal percakapannya, yang kuingat ia bilang bahwa saat ini ia bekerja keras agar anak-anaknya nanti tidak mengalami kesulitan seperti yang dulu ia alami.
Termasuk keputusan memilihku menjadi ibu bagi anak-anaknya nanti.
Karena, katanya, ia yakin anak-anaknya akan bahagia jika punya ibu seperti aku.
Kalimat itu tercetus dengan lancar. Ditambah sapuan tatapan sebentar ke arahku. Tidak ada senyum gombal atau bercanda. Ia serius seperti sedang bicara sesuatu yang semua orang sudah tahu. Padahal aku tidak. Itu pertama kalinya ia bicara soal anak-anak, itu pertama kalinya ia bicara soal aku yang punya potensi jadi ibu (dan istrinya, berarti). Beruntung hanya ada sorot lampu jalan dan kendaraan remang-remang sehingga aku bisa menyembunyikan efek butterfly in my belly pada wajahku. Ia tidak pernah semanis itu.
Seingatku, baru beberapa minggu kemudian laki-laki itu tiba-tiba memintaku menyiapkan hal-hal yang kami perlukan untuk menikah. Di kesempatan yang berbeda, di akhir kencan makan malam kami di bebek slamet. Seingatku aku tak banyak bicara dan berekspresi juga waktu ia mengajakku menikah, siapa yang menyangka ajakan makan bebek goreng berakhir dengan sodoran segepok uang serta perintah agar aku membuat daftar, mulai tanggal baik, seserahan, jumlah undangan, hingga printilan pelaminan. Aku masih bengong sampai ia mengantarku pulang, juga setelah ganti baju dan cuci muka, bahkan setelah terbaring di kasurku menatap langit-langit. Hingga tiba-tiba ia mengirimiku kabar sudah tiba di rumah dan pesan berisi tautan Youtube, lagu John Mayer - You’re Gonna Live Forever in Me dan sepenggal kalimat bahwa ia cinta aku.
Jika kelak kamu bertanya-tanya bagaimana mama dan papamu bisa menikah, begitulah. Tak ada candle light dinner, bunga mawar, atau sematan cincin berlian. Hanya ajakan makan bebek goreng di restoran yang tidak fancy, dindingnya hijau dan rontok di beberapa bagian, ada lilin, tapi untuk mengusir lalat, dan bukan cincin berlian yang ia sodorkan, tapi uang segepok. Dalam artian sebenarnya. Seperti ia habis merampok bank atau apa. Hasil menabung dan usahanya selama ini. Tak ada janji-janji kampanye akan membahagiakanku selamanya, yang ada hanya perintah agar aku menyiapkan apa-apa yang perlu.
Si paling romantis, emang.
Tapi, bahagia, Nak, tidak pernah senyata itu.
Begitulah papamu, dia tidak pernah panjang lebar mengucap janji. Mencetuskan kalimat manis pun menunggu setahun sekali. Jika kelak kau mewarisi bahasa cintaku, lalu kau tak paham kenapa papamu tak pernah bermanis-manis bicara, kau tatap saja matanya. Laki-laki itu pandai menyembunyikan emosi, tapi matanya tak pandai berbohong. Yang kutahu pasti, usaha dan perjuangannya untuk membuktikan apa-apa yang baginya penting lebih lantang dari segalanya. Kita hanya perlu yakin dan percaya, ia mencintai kita dengan usaha yang tak pernah surut.
Tumblr media
Aku selalu membayangkan di tangannya ada banyak bola yang perlu ia jaga: waktu yang terbatas, pekerjaannya yang padat, lelahnya, cita-citanya, keinginannya belanja, dan beban tanggung jawab. Namun, di atas segalanya, ia selalu punya ruang untuk menggenggam tanganku, memastikan aku bahagia dan baik-baik saja. Aku yakin, ia juga akan selalu punya ruang untukmu, Nak, menjadikanmu nomor satu apa pun keadaannya.
Aku melihatnya sendiri, bukti pernyataannya pada awal ceritaku ini. Ia selalu menemaniku kontrol ke dokter demi melihat perkembanganmu. Meski lelah, ia selalu punya waktu untuk menyapa dan mengajakmu bicara, gembira saat ia kautendang kencang. Ia menguras tabungannya agar kami punya rumah sendiri, yang toiletnya duduk dan tak punya tangga, demi aku nyaman membawamu yang makin hari makin besar. Katanya, tubuhnya juga membesar demi aku tidak insecure menatap tubuhku yang juga makin besar. Tiap malam ia bertanya apa yang belum kami punya, hal-hal yang kamu perlukan. Ia yang memilih sendiri bajumu. Ia yang mencari car seat dan stroller terbaik buatmu. Membelanjakan uang hasil kerja kerasnya untukmu, makhluk yang ia cintai sepenuh hati, selalu membuat mata cokelatnya berbinar-binar bahagia.
Mata yang kuyakin akan kauwarisi.
Semoga cinta dan bahagia kami juga ya, Nak.
10 November 2023, @nawangrizky
Semalam, saat tak henti mengajakmu mengobrol dan menciumimu yang masih di perutku, ia bertanya apa aku akan cemburu jika kelak ada kamu. Jawabannya pasti, tapi aku senang ia menyayangimu melebihi sayangnya padaku karena kamu adalah dunia kami selanjutnya.
Tapi barangkali, kelak akan ada hari-hari ketika aku perlu mengingatkanmu bahwa sebelum jadi papamu, dia pacarku dan suamiku lebih dulu.
See you soon, sayang. Mama papa loves you already.
7 notes · View notes
atifadhilah · 2 years ago
Text
Quarantine day 7.
Alhamdulillaah, udah melewati 7 hari isoman, tinggal 3 hari lagi, rasanya huft lumayan jenuh, kadang suka uring uringan bahkan nangis sendiri, dari yang tadinya hampir setiap hari berjibaku dengan kerja shifting, terus dikasih Allaah istirahat blas gabisa kemana kemana, alhamdulillaahnya masih ada orangtua yang sehat dan bantu ngurus soal makanan dan kebutuhan lainnya :")
Tumblr media
Waktu waktu ini mengantarku pada berbagai kontemplasi dalam hidup, mengurus printilan printilan kecil hingga menghitung hitung kebutuhan dan keinginan yang tak berkesudahan.
Kayak, pada suatu waktu aku berpikir, ya Rabb, ternyata menjemput rizki-Mu kadang harus seberjuang itu yaa, tapi kenapa pada beberapa hal, mengeluarkan simpanan dalam jumlah besar rasanya harus ringan sekali, harus lapang hatinya, kenapa ada oranglain yang dengan tampak lebih mudahnya menerima rezeki lebih banyak tanpa usaha yang tak sesungguh itu, pandangku yang polos tak tahu perjuangan dibalik itu.
Padahal Allaah Maha Adil, kita saja yang tak tahu, diberikannya waktu untuk kita mengoptimalkan sisa hidup. Ahh, sesalku.
Bismillaah yuk, sehat sehat!
18 notes · View notes
bungajurang · 1 year ago
Text
Bertemu kawan baik di Jakarta
Ia menempuh perjalanan selama 40 menit ke tempatku menginap. Ia mengendarai Yamaha Mio yang sama dengan yang ia gunakan di Jogja. Wajah yang familiar. Senyum dan mata yang sama. Terakhir kali kami bertemu di Jogja tahun 2020–tidak lama kemudian pandemi. Lalu kami menjalani hidup masing-masing. Jarang bertukar kabar, hanya sesekali mengomentari unggahan di Instagram Story atau WhatsApp Status, terkadang kami bertukar Reels kucing lucu.
Aku tidak merasa canggung sama sekali, meski sudah (hampir) 4 tahun tidak bertemu. Rasanya seperti hanya tidak ketemu selama beberapa minggu saja. Hal pertama yang ia tanyakan padaku adalah agendaku di Jakarta. Lalu ia menanyakan soal pekerjaan secara singkat. Lalu ia membuka aplikasi Google Maps dan mengetik tujuan kami. Earphone ia pakai di kedua telinganya. Duduk di bangku belakang mengenakan helm yang kacanya sudah kendor, membonceng orang Jakarta yang memiliki mindset naik motor ‘yang penting segera sampai tujuan’, aku sempat bingung mau pegangan apa. Pegangan pinggangnya tidak mungkin karena pasti canggung; akhirnya tiap ia mengerem mendadak aku berpegangan pada behel motornya, dan jaketnya.  
Baru setelah kami sampai di warung makan dan duduk tenang, kami bertukar kabar satu sama lain.
"Gimana kabarmu?" tanyanya.
"Ya begini." jawabku sambil membentuk huruf V di bawah dagu dengan kedua tanganku. "Kami gimana?"
"Ya begini-begini aja." jawabnya. Lalu kami tertawa.
Ia mengajakku makan soto betawi. Ia baru pertama kali ke sini, dan katanya banyak yang bilang soto di sini enak. “Aku mau ngajak kamu makan sesuatu yang nggak bisa kamu temui di Jogja.” katanya. DAN, soto betawinya enak. Banget. Kuahnya kental, rasanya gurih dan pas. Tomatnya enak, kentangnya enak. DAGINGnya enak, lembut dan banyak. Harganya 31 ribu.... belum termasuk nasi. Worth it!
Dari warung makan, kami pergi ke kawasan Blok M. Kami parkir di salah satu penyedia parkir (saat akan pulang, waktu menunjukkan pukul 12.15 WIB, dan Kang Parkir bilang, “10 ribu bang. Udah lewat jam 12 soalnya). Kami jalan kaki memutari taman Blok M. Sayang sekali, lampu di area kolam tidak nyala. Kami jadi tidak bisa melihat kolam. Lalu kami jalan di blok Little Tokyo yang penuh dengan restoran dan kafe bertema Jepang. 
Kami mampir beli rokok–aku beli rokok yang sama dengannya, Esse. Kami berniat nongkrong di tempat duduk warung itu, namun ternyata sudah mau tutup. “Bang, sorry ya dah mau tutup nih. Kursi sama mejanya mau dirantai, biar gak ilang.” kata penjualnya. Bingung juga aku; tadi di area taman kami diusir dua kali karena sudah malam, duduk di salah satu sudut pertokoan tidak nyaman karena kena lampu sorot yang menyilaukan. Akhirnya kami jalan kaki lagi, dan memutuskan duduk di trotoar, sambil mengamati orang-orang. Ia ahli mengamati orang. Mungkin itu kebiasaannya, mungkin itu adalah kebiasaan yang terbentuk selama kuliah antropologi, mungkin itu adalah karakternya.
Kami mengingat-ingat saat akhir tahun 2019 lalu pergi ke Solo. Naik motorku, Yamaha Mio-GT. Kalau diingat lagi, perjalanan waktu itu termasuk sebagai kemewahan, apalagi buat kami yang masih mahasiswa. Uang bensin, lalu makan tengkleng, beli printilan seperti masker dan rokok, lalu malamnya makan bebek goreng di Klaten. Senangnya, kami bergantian membawa motor. Waktu aku gantian di depan, hari sudah sore dan langit berubah menjadi oranye dan ungu. Aku berkali-kali bilang, “Langitnya cantik!” dan ia menimpali dengan, “Iya tahu, berisik!” Lalu kami tertawa. 
“Apa first impression-mu ke aku?” tanyaku. “Cewek pinter.” katanya. “Waw. Kalau aku dulu melihatmu sebagai orang yang brilian; mungkin dari sorot matamu dan caramu ngomong, sih.” kataku.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB lebih. Lama sekali kami mengobrol; soal kabar, soal pekerjaan, soal isu gerakan lingkungan, soal isu agraria, soal bagaimana ia sangat bangga dengan ruang terbuka dan transportasi publik di Jakarta–Jogja mana punya ruang terbuka kaya gini, ujarnya–meski ia ke mana-mana masih naik motor karena menurutnya lebih ekonomis dan efisien, soal sampah, soal hubungan romansa masing-masing, soal ketakutan akan masa depan, soal betapa pahitnya realita pasca kuliah, soal kabar teman-teman yang kami kenal.
Dalam perjalanan pulang, ia tanya apakah aku menganggapnya sebagai teman. Kujawab dengan sebal, "Ya iyalah. Kalau enggak buat apa aku mau ketemu!" Sambil memukul bahunya. Dia lalu lanjut bertanya, memangnya apa kriteria teman bagimu. Kujawab begini. Yang pasti aku tidak melihat kuantitas seperti frekuensi bertemu, hal-hal material seperti memberi hadiah atau mentraktir, sebagai ukuran pertemanan yang dekat. Aku memandang pertemanan melalui kualitasnya. Meski jarang bertemu atau berinteraksi di dunia maya, aku merasa lebih dekat dengan beberapa temanku karena ketika bertemu, rasanya tidak asing, tidak canggung dan tidak merasa seperti bertemu orang asing. Sementara ada beberapa orang yang sering aku jumpai, atau hanya sesekali juga, namun tiap bertemu aku merasa asing.
“Oooh gitu.” jawabnya. Aku lupa bertanya balik padanya, apakah ia juga menganggapku sebagai teman? Aku menjawab sendiri pertanyaanku dengan asumsi. Ya. Kalau tidak dianggap teman, sepertinya ia tidak akan menempuh hampir 2 jam pergi-pulang untuk menjemputku, mentraktir makan dan mengajak keliling jalan kaki. Ah, ya, jalan kaki–hal yang ia sukai. 
Obrolan yang hangat. Sehat-sehat selalu. Sampai ketemu lagi, Han.
Jakarta, 16-17 Desember 2023
2 notes · View notes
yasmijn · 2 years ago
Text
Romanticizing pieces of NL
Tadi pagi mendung di Jakarta Barat (mepet Selatan). Langit abu-abu penuh awan, sedikit rintik, dan hawa tidak panas. Sebenarnya suasananya muram, tapi waktu aku naik ojek ke kantor sambil lihat langit, aku kayak lagi lihat langit familiar di Belanda. Negara dengan cuaca labil (kadang mereka sendiri suka bilang kalau di Belanda itu you’ll experience four seasons in a day). Tapi sering tiba-tiba berawan, berangin. Ya kayak langit tadi pagi. Rasanya jadi pengen ngecek Buienradar.
Hari Minggu kemarin main ke IKEA Kota Baru Parahyangan sama Mama. Waktu mulai masuk area display, aku kayak lagi ada di IKEA Olof Palmestraat. Tempatku nyari kotak bekel - karena jadi mahasiswa duit ngepas maka tiap hari harus banget bawa makanan sendiri ke kampus untuk nanti di-microwave. Tempat aku dan teman-teman bela-belain naik sepeda di hari Minggu pagi hari karena waktu dulu masih ada 1 euro breakfast yang isinya telur, croissant, butter, dan hot drink. Tempat melipir ketika mulai berganti musim karena harus beli printilan ini dan itu.
Waktu pertama kali mampir ke McD Joglo dan nyobain mesen pake mesin self service, ya rasanya sama aja kayak lagi mesen McD di Eropa. Pencet-pencet menu sendiri, bayar sendiri (ya walau kartunya harus dicolokin ke card reader dan nggak bisa dipindai doang kayak kalau pake kartu debit Belanda), ambil nomor dan nunggu makanannya jadi. Bedanya kalau disini ya sampah makanannya gausah dibuang sendiri juga gak papa.
Untuk berpindah antar gedung kantorku, disediakan sepeda. Jaraknya deket sih mungkin cuma puluhan-dua ratusan meter aja. Tapi ya itu udah cukup banget untuk bikin aku mengingat, entah, mungkin ribuan kilometer jarak yang udah kutempuh dengan sepeda yang kubeli 60 euro aja (tapi abis itu harus aku benerin remnya sih). Nggak lupa tentunya untuk kasih sen dengan tangan sebelum belok-belok. Ya walau kalau sepedaan di jalan raya aku nggak berani sih. Takut keserempet truk atau bis. Mengerikan banget padatnya jalan di Jakarta. 
Naik bis, angkot, dan kereta (ya public transport in general) juga jadi pengingat untuk masa dimana, saking nggak pernah naik mobilnya pas di Eropa (kecuali pas road trip), waktu pertama kali pulang ke Indonesia dan naik mobil di kursi penumpang aku sampe mabuk darat dan mual😭😭😭 Apalagi kalau duduknya di kursi belakang. Hiks. 
Memang perlu banget nih kemampuan meromantisasi hal-hal kecil agar supaya hidup yang sebenernya begini-begini aja selalu dipenuhi dengan kesenangan-kesenangan kecil, kenangan-kenangan manis, menyenangkan, dan penuh rasa yang akan muncul kembali ketika kita melihat hal-hal yang kita asosiasikan dengan momen tertentu. Hal yang membuat bahagia itu ada dimana-mana.      
16 notes · View notes
innnnna · 2 years ago
Text
Waktu beberes tadi sehabis masak-masak wadaan temennya temen — kakak tingkat deng hehe, saya dan salah satu senior bergumam , yaa serius juga dan sebagai doa, " semoga besok suami saya ga cuman pinter, cerdas secara akademis, sosial, ide dan eksekusinya. Tapi dibarengin dengan kepekaan dia terhadap tugas printilan-printilan rumah tangga."
Contohnya nih, " udah dek tinggalin aja, biar aku cuci piringnya." Atau " sini aku aja yang ngepel, kamu kerjain yg lain atau istirahat." Iyaa perempuan akan lebih senang jika teman hidupnya nanti akan sama sama saling memahami jika pekerjaan itu bukan yang harus diselesaikan oleh dia saja karena dia perempuan. Im not big deal with this opinion and stigma. Jangan ditawarin, tapi langsung bantuin, saya yakin dengan hal2 sekecil ini rumah akan selalu hidup, biidznillah.
Yaa, namanya juga celetukan siapa tau jadi doa dan ikut diijabah malaikat , we dont know.
9 notes · View notes
ameliazahara · 1 year ago
Text
Gue belum kaya: dari takaran apapun.
Hanya selalu berusaha menjalani hari dengan syukur.
Dan alhamdulillah segalanya terpenuhi.
Walau sabar-sabar dulu, dan pelan-pelan dulu.
Satu hal yang benar-benar gue sadari perihal rejeki adalah: jangan pesimis apalagi sampai takut akan kekurangan, jangan menurunkan standar akan kebutuhan, tentukan nyaman diri di batas tingkatannya. Insya Allah rejekinya akan mencukupi sesuai standar diri yang ditetapkan.
Allah akan cukupkan segala kebutuhan hidup sesuai standar bahagia agar hambanya tersebut bisa selalu bersyukur pada-Nya pada hidup yang dijalaninya. Hanya saja di luar konsep nafsu manusia.
Semisal, bulan ini alhamdulillah cukup untuk ke drg., dua kali:’) sesuatu yang terjadi di luar perencanaan. Alhamdulillah bisa terbayar segala tagihan-tagihan TO, bisa beli printilan-printilan yang diinginkan. Gue bisa beli kacamata baru, bisa beli sepatu, compact powder, dan alhamdulillah printilan-printilan kecil sudah aman terepenuhi.
Walau ditentang sama emak: karena beliau inginnya hasil jerih payah itu digunakan untuk sesuatu yang tampak di luar. Dan gue bukan yang tipikal demikian. Bahkan motivasi gue kerja hanya agar bisa cukup untuk kontrol ke drg., tiap bulan dengan upaya sendiri:’) sesederhana itu.
Gue percaya rejeki akan selalu ada, pelan-pelan, dengan semisal, gajian masih sepuluh hari lagi:’)
Gajian bulan depan gue harus merencanakan pengeluaran, perihal keuangan dengan baik. Sepertinya bulan depan ingin ke arah tampilan luar. Karena urusan printilan kecil-kecilan sudah terpenuhi. Walau gue belum tau akan beli apa wkwkw
Apapun itu, bulan depan sepertinya akan penuh kejutan. Sehat selalu duhai diri.
Hiduplah setiap hari dengan alasan-alasan kecil sekalipun.
3 notes · View notes
nadyagifary · 11 months ago
Text
Ujian
Kau tau, ujian apa kiranya yang luar biasa besar itu?
Ujian tentang waktu
Sebagai anak yang ndak suka main sosmed sejak SD SMP SMA, aku beranggapan bahwa sosmed hanya akan menghabiskan waktu ku. Buku tidak terbaca. Waktu istirahat berkurang. Belajar terganggu sama ingatan video lucu atau sekedar video kucing the cat. Maka, aku berencana, tidak akan memiliki sosmed terkhusus IG sewaktu duduk di bangku sekolah. Iya, aku baru memilki IG waktu kuliah. Itu pun karena tugas ospek 2019 dulu.
Adaa beberapa alasan :
1. Menurutku, memiliki IG adalah suatu keputusan yang membutuhkan kedewasaan. Iya. Kenapa?
Karena bagiku, aplikasi seperti ini akan terus berkembang untuk membuat pemakai nya menjadi kecanduan. Dulu nya hanya IG story, skrng ada live IG. Dulu adanya feeds video, sejarang ada reels, yang kalau dipikir semakin membuat kita 'terjebak' dalam IG. Aku melihat betul bagaimana teman teman ku bermain IG pada saat pertama kali IG diluncurkan waktu dulu kelas 8 SMP atau 2014. Namanya juga SMP 1 Solo, tidak mungkin se terbelakang itu untuk mendapatkan update terbaru ttg apa yang menjadi tren saat itu.
Dan satu satunya anak yang bertahan untuk tidak membuat akun adalah.... Nadya Gifary :) Kelas 8A hehe
Alasannya, sibuk. Tapi bukan sibuk organisasi atau masuk dalam OSIS atau Pramuka (Dewan Galang). Sibuk belajar, karena pada saat itu, Nadya punya target membawa 3 piala dalam tiap satu semester. Ambis banget jujur. Juga mempertahankan ranking kelas maupun pararel (ampuni hamba yang dulu mungkin pernah sombong yaAllah). Tapi pada saat itu, insyaAllah niat nya hanya satu, membuat mama ayah bangga.
Lanjut, SMA. Di tengah hingar binar SMA N 1 Solo atau orang menyebutnya sebagai sekolah negeri paling elit (padahal engga) se Solo, Nadya tetap teguh pendirian. Ndak pernah main, ndak main sosmed, kalau ada acara yang kurang jelas dan bercampur baur (misal suporter DBL, class meeting yang harus ke sana kemari, berdesak desakan dll), Nadya pilih lari dan mlipir ke UNS buat kajian (sok sokan mahasiswa ; bahkan dulu dah hafal mapping UNS wkwk), ke Goro Assalam (buat cari printilan muslimah), ke Masjid Muchlisin buat sekedar sholat dan kajian pagi, ke Togamas (srkng kata temen2 dah nda ada), ke Arpusda, ke Gramed (Slamet Riyadi yuhu), atau sekedar membaca sejarah di MonPers. Agak lain, tapi juga bukan yang paling baik. Memang sedikit untuk bisa menemukan teman yang se frekuensi. Di tengah semua orang memainkan hp untuk sosmed nya, untuk share story, untuk buat feeds, Nadya tetep teguh pada buku yang ia temui di Arpusda wkwkw. Tapi jeleknya, ya ndak tau apa yang sedang terjadi skrng. Berita-berita terbaru, kabar SMANSA yang viral di IG, atau sekedar melihat apa yang sedang dibicarakan anak².
Tapi rasanya betul juga, "memang tidak semua hal perlu kita ketahui dalam hidup". Coba deh dilihat, ndak semua berita di IG itu sifatnya penting dan mendesak. Lalu untuk apa berlama lama untuk scroll video dan post yang nda akan pernah habis ? >> Ini pemikrian ku waktu SMA.
Mending waktunya dibuat baca buku di perpus, diskusi sejarah atau ndak research materi debat.
Dimana letak kedewasaannya?
Iyah! Aku juga bingung dimana. Tapi menurutku untuk bisa menetukan mana yang penting untuk saat itu, mana yang ndak darurat, mana yang mendesak, mana yang tidak, rasanya sudah bisa tau kalau sosmed itu ndak berguna (untuk saat itu, karena memang tidak ada kepentingan). Hanya membuat lelah, capek, menghabiskan waktu dan kuota (juga saku), dan akhirnya tugas yang lebih penting akan terbengkalai ; belajar.
2. Buku Tidak Tersentuh
Lanjut, ujiannya sekarang ada pada bangku kuliah. Pada saat 2019, atau maba, akhirnya sudah memberikan diri menyematkan simbol "Cukup dewasa buat punya IG", terlebih ada kepentingan berupa tugas upload twibbon dan video edukasi cuci tangan. Kalau nda ada dua tugas itu, kayaknya sampe skrng akan bertahan ndak punya IG deh hehe.
Awal awal, menurutku begitu mudah untuk bisa membatasi. Ndak terbawa, ndak terngiang2 atau tidak terdistraksi. Biasa aja gitu rasanya punya IG. Ndak ada yang perlu diupload selain tugas ospek hehe.
Lambat laun, satu semester, dua semester, tiga semester, ternyata aku kecolongan. Banyak hal yang terasa berubah. Intensitas main hp naik tinggi. Buku ditinggalin. Kajian mager. Ke pondok buat ngaji, mager karena alasan ngantuk, capek, ada tugas praktikum, tugas TM, tugas tutorial dll.
Awalnya aku menyangka, tapi ternyata IG lah biang keroknya huhuhu. Ternyata, sering banget main IG, bukuku ndak kesentuh. Buku selemari yang aku bawa dari Solo, akhirnya ndak tersentuh. Di situ aku sedih dan menanyakan, "dimana Nadya Gifary sih perpus berjalan itu pergi?" Kok, bukunya itu aja. Ndak ada upgrade, ndak ada kemajuan, bahkan tidak tersentuh :(
Akhirnya, 2020 akhir, aku membuat evaluasi dan resolusi baru untuk 2021. Apa? Iya. Membuat alur membaca buku dan membuat pengelompokkan jenis buku. Muslimah dengan Allah, muslimah dengan diri sendiri, muslimah dengan orangtuanya, muslimah dengan suaminya, muslimah dengan anak anaknya sampai pada ilmu keluarga. Terlalu dini sih untuk anak semester 4 untuk berfikir se kedapan itu. Tapi memang demikian. Aku merubah rencana hidup, yang dulunya waktu SD SMP SMA, hanya terfokus pada target lomba, sekarang mulai fokus belajar agama dan sedikit² mengenal dunia organisasi (menurutku ini hal baru), dan saat itu diberi amanah menjadi Kadep Kemuslimahan th 2021. Mulai sedikit² belajar wkwk telat banget yah. Dan yang terpenting adalah membatasi IG, dengan cara uninstall IG untuk waktu aktif setiap bloknya (Minggu 1 - Minggu 5) dan baru install lagi pada minggu pasif atau minggu libur (Minggu ke 6 atau setelah OSCE).
Sebegitu versus nya yah dengan IG, sangat musuhan wkwkw. Maka, jangan heran kalau sampe skrng pun, sering banget install - uninstall IG. Apalagi pada saat koass, rasanya waktu jauh lebih fleksibel mengikuti stase yang sedang ditempuh.
Semoga diberikan keistiqomahan selalu untuk mengatur ujian waktu nya dengan baik. Karena sungguh, ujian tentang waktu adalah perkara yang besar. Bisa jadi membuat terlena atau bahkan terlupakan.
Semangat
Tumblr media
Kalau yang dibawah ini adalah beberapa langkah kiat untuk menpasrahkan. Sungguh ujian ini begitu besar, begitu rumit, juga begitu menyesakkan. Bantu hamba yaAllah. Hamba serahkan kepadaMu ya Allah :)
1 note · View note
gladiollsusi · 1 year ago
Text
Seminggu ini rasanya capek sekali. Beberapa kali pulang dari kantor udah larut malam. Pagi-pagi sudah harus kembali lagi ngantor. Belum lagi printilan masalah hidup yang sedikit mengurasi emosi. Juga sempat ada episode radang tenggorokan yang menganggu.
Senang sekali akhirnya tadi sore bisa tidur nyenyak. Apalagi ditambah suasana hujan. Radang tenggorokan juga udah kelar.
Bangun-bangun langsung masak Indomie 😀
Deadline masih banyak. Masalah hidup juga masih banyak.
Tapi untuk hari ini mari merayakan hari dengan tenang tanpa grasak grusuk.
Besok kembali berusaha untuk mengupayakan 🧘‍♀️
10 notes · View notes
hepina · 1 year ago
Text
di saat orang² pada berat melangkah ke senin, aku justru dengan semangat 45 menyambut senin. kenapa? karena aku full ngajarnya di kamis-ahad, jadi struggling buat nyiapin ngajarnya justru di weekend. ketemu senin-rabu tuh feelnya dah kaya weekend bagi org pada umumnya, walau sebenernya dipikir² aku ttp ke sekolah juga buat ngurus ina inu.
jujur masi di tahap di mana aku ngerasa nyiapin ngajar lengkap dg printilan²nya itu berat, maklum ya baru setaun ngajar. mungkin 2 thn lagi aku udah autopilot ngajarnya, seperti halnya autopilotku skrg pas bikin kue aamiin aamiiin! dulu ampun²an suka stres krn gatau gimana caranya biar kue rapi, skrg dah kekumpul berkalikali pengalaman jadi lebih ringan buat ngerjainnya.
yah, pada akhirnya ini semua bakal berlalu, semua ada masanya, lengkap sama susah bahagia di setiap fasenya. cuma bisa berharappppp bgt semoga apa yg aku lakuin skrg manfaatnya bisa untuk jangka panjang, jangka panjang yang bener-bener panjang dan abadi...
5 notes · View notes
juundiii · 1 year ago
Text
Esensi
Menikah adalah ibadah, mulai dari situ dulu yang harus ditanamkan dalam benak dan pikiran. Oleh karena itu ibadah bukan untuk diburu-buru tapi disiapkan sebaik mungkin.
Apa yang disiapkan? Tentu bukan hanya mau menikah dengan siapa, mau menjalankan pernikahan yang bagaimana, serta persiapan acaranya saja, tapi tentang esensi pernikahan itu sendiri.
Seumur hidup.
Maka yang harus dipersiapkan adalah kehidupan seumur hidup dalam mengarungi bakhtera rumah tangga yang akan dibangun berdua. Mau berkiblat kemana? Tujuannya apa? Batasan-batasannya apa saja? Harus dibangun kesepakatan-kesepakatan bersama dengan pasangan.
Bagaimana membagi waktu untuk dua keluarga besar nantinya? Mau tinggal dimana? Pokoknya mulai dari hal besar yang bersifat pondasi, sampai hal-hal kecil printilan-printilan yang mungkin akan berpotensi menjadi sumber masalah.
Jadi gimana? Memangnya sudah siap? Jangan sampai, terlalu terburu-buru untuk menikah, bukan karena ingin bersegera ibadah tapi justru karena iri melihat teman-teman sebaya sudah melenggang ke pelaminan bersama pasangannya masing-masing.
Mudah-mudahan aku bisa kuat dan istiqomah dalam mempersiapkan diri menjadi versi terbaik, sebagai calon suami dan juga ayah, agar istriku di masa depan, nantinya tidak seperti membeli kucing dalam karung, yg mungkin luarnya tampak dibungkus dengan karung terbaik dan dihias seindah mungkin namun dalamnya adalah kucing kampung yang terlantar dan tidak terurus, bukan versi terbaik dari kucing yang diinginkan dan dibayangkannya.
Semoga, sambil mengusahakan menjadi yang terbaik, sambil Allah pertemukan dengan jodoh yang tepat dan terbaik.
Dan semoga itu kamu, seperti yang selalu aku sebut dalam doa-doa selepas shalatku.
3 notes · View notes
bersuara · 1 year ago
Text
Tumblr media
Kamis kemarin aku diajakin temanku buat temani dia beli kado untuk temannya yang baru lahiran. Kebetulan karena aku senggang, maka aku iyakan saja ajakan temanku. Pas sampai toko peralatan bayi, aku ikut bantu buat pilihin barang yang sekiranya bisa terpakai dengan baik untuk si bayi. Sambil nunggu temanku ke kasir buat bayar, aku lihatin barang barang printilan bayi karena semuanya lucu hahahaha. Sambil membatin, aku berpikir kalau aku esok hari dikasih amanah buat dikasih bayi yang lucu, sepertinya aku akan excited buat pilih barang-barang bayi yang semuanya lucu hahaha.
Setelah selesai beli kado, akhirnya kita berdua mampir makan bakso ditempat yang pernah direcomend temanku. Katanya bakso iganya enak dan ternyata beneran enak. Minusnya si ibunya terlalu banyak nuangin garam, alias asin hahaha. Makanya aku langsung minta nambah kuah bakso ke si ibu biar meminimalisir rasa asinnya.
Main di hari itu diakhiri dengan beli ice cream di mixue dan makan ditempatnya. Btw buat mas mas mixue yang diam diam merhatiin saya dan teman saya, saya tau loh masnya merhatiin kita terus. Sampe saya tatap kan matanya dan langsung menghindar hahaha. Sehat sehat ya masnya hahaha
- 20 Agustus 2023
3 notes · View notes
langitpemikiran · 2 years ago
Text
Boringarding School Life!
Setelah serangkaian tes dilalui dan packing-packing segala printilan barang yang harus dibawa, tibalah saatnya menjejaki sekolah berasrama atau boarding school dan siapa sangka akan jadi salah satu pengalaman yang berkesan dalam hidup
_
Yap, tema nulis hari ini adalah tentang boarding school semasa SMA dan jujur lumayan bingung mau mulai dari mana karena banyak yang pengen aku ceritain, kayanya kalau saat-saat itu boleh untuk bawa handphone highlights instagram-ku bakal penuh deh! Hal tersebut juga jadi salah satu alasan saat menentukan isi dari buku tahunan angkatan kami dengan tema seluruh rangkaian kegiatan saat di asrama dan sekolah juga segala hal yang berkaitan (saat itu aku diamanahi untuk menjadi bagian dari tim penyusun buku tahunan).
Tumblr media
Boarding School yang dikira akan boring ternyata tidak sama sekali, mulai dari menerobos jemuran mengejar waktu counting (hitungan) untuk pergi ke masjid agar tidak kena hukuman, menjadi runner di lima menit sebelum sekolah, ngobrol-ngobrol sambil nunggu antrian kamar mandi, diskusi hingga tengah malam, rapat atau menyelesaikan suatu project sambil sembunyi karena terlampau larut.
Iya kalian ga salah lihat, disini kami 24/7 bersama. Jadi mengerjakan project sampai 5 menit sebelum adzan subuh juga ga akan ditelpon dan disuruh pulang (tapi kalau ketahuan sih tentunya dimarahi dan disuruh bubar sama bunda-bunda asrama). Oiya, disini kita memang memanggil guru-guru kami yang perempuan dengan sebutan bunda :D
24/7 kami juga menghadirkan cerita-cerita baru salah satunya adalah work-life yang ga balance-balance amat tapi berkesan. Seperti rapat di tangga asrama, rapat pinjam kamar orang, rapat sambil gelap-gelapan bahkan ngerjain project mural festival sekolah pakai mode diam tapi ujung-ujungnya pasti disamperin karena sudah melewati batas waktu beraktifitas dan kayanya sih bagaimanapun kita so-so sembunyi kayaknya bakal tetep ketauan (Makasih bun kasih kesempatan beberapa menit lebih lama baru negur negur <3). Eits tapii, tegur menegur bunda yang piket inii ada pengecualian jika memang kegiatan yang lagi dijalani ga bisa ditunda lagi dan udah jelas kami dapat izin (bunda bapak guru kami sangat supportive asal jelas tujuannya hehe), contohnya kaya Laporan Pertanggung Jawaban yang akhirnya ketok palu untuk skorsing penambahan waktu di lima menit sebelum adzan subuh atau hari H pengumpulan Karya Tulis Ilmiah pada pagi hari yang jadi syarat kenaikan kelas 11, kami baru beres print bareng bunda pembimbing di kantor asrama (thank you bunda udah mau repot-repot nemenin anak-anak bimbingannya :’’).
Lagi-lagi aku katakan “boarding School yang dikira akan boring ternyata tidak sama sekali” ditambah dengan kegiatan baru ketika menjadi bagian dari badan eksekutif murid divisi IPTEK yang juga nyambi sebagai tukang jaga labkom, menjadi penyiar di radio asrama (alias toa-toa yang menghubungkan gedung asrama), masuk TV (Properti yang dibuat dari kayu) untuk menyiarkan berita terkini, tulis-tulis laporan acara kegiatan di website sekolah, desain-desain buletin dan banyak lagi.
Seru! disini aku lampirkan foto dalam scrapbook bersama keluarga IPTEK (minus bunda pembina divisi kami yang super duper baik! :D)
Tumblr media
Oiya, Scrapbook ini insyaaAllah akan dibahas di lain waktu!
Hal menarik dan berkesan lainnya adalah sepulang liburan semester, semua kamar disesaki makanan dan buah tangan dari berbagai daerah dan negara. Ya benar, Bhinneka Tunggal Ika disini bukan hanya sebatas teori dan cuap-cuap belaka. Berbagai kawan dari sumatera, Bali, Papua, Kalimantan, Jawa bahkan Thailand hingga Qatar ada dalam satu atap asrama.
Tumblr media
Segini dulu untuk cerita boarding school life versi aku dan cerita sekolah berasrama di masa peralihan remaja ini sepertinya akan menjadi salah satu cerita MVP di hidupku! :D
- salma wafa writing program, day 1 <3 -
10 notes · View notes