#bumiwali
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Keris Tilam Upih Pamor Jung Isi Dunyo Akhodiyat Meteor Sepuh Kuno CS. 0812 2927 7711 Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Tilam Upih Pamor (motif lipatan besi) : Jung Isi Donya Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram Abad ke 17 Masehi Panjang Bilah : 35 cm Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Timoho Kuno Handle / Gagang : Kayu Timoho Kuno Pendok : Blewah Surakarta Mamas Kuno Mendak : Kuningan Ukir Kode : PK277. 38 Tilam Upih – The Mother Of Kris Keris Tilam Upih merupakan simbol harapan akan hidup yang berkecukupan, tak heran jika keris ini sebagai keris keluarga yang diwariskan turun-temurun kepada anak-cucunya. Keris Tilam Upih juga disebut Ibu dari semua Keris “The Mother of Kris”. Menurut kisah dahulu kala Sunan Kalijaga pernah menyarankan kepada pengikut – pengikutnya bahwa keris yang pertama harus dimiliki adalah Keris Tilam Upih. Jung Isi Dunyo – Pamor Langka Keris dengan trap pamor langka yang mapan dan sangat jelas. Jung Isi Dunyo adalah salah satu gambaran pamor yang tergolong pamor mlumah (terlentang). Pamor ini bisa terletak dimana saja. Bisa di sor-soran (bawah), tengah, atau pucuk. Bentuk gambarannya berupa beberapa lingkaran atau bulatan-bulatan kecil berlapis, dikelilingi oleh Iingkaran yang besar. Gambaran pamor ini bisa diejawantahkan sebagai sebuah hal kecil namun ketika itu disyukuri akan bisa membawa berkah yang besar. Kadang-kadang pamor Jung lsi Dunya terselip di antara pamor Wos Wutah atau Ngulit Semangka, tetapi seringkali pula pamor ini berdiri sendiri. Tuah pamor ini bagi yang percaya, adalah untuk membantu mencari kekayaan dan rejeki. #keris #tosanaji #pusaka #pusakakeris #pamorkeris #juragankeris #kolektor #kerisjawa #kerisbali #kalimantan #kerisnusantara #indonesia #nusantara #bumiwali #mojokerto #mohopahit # https://www.instagram.com/p/B_Hv8SFFj6m/?igshid=cnhhk61xuyun
#keris#tosanaji#pusaka#pusakakeris#pamorkeris#juragankeris#kolektor#kerisjawa#kerisbali#kalimantan#kerisnusantara#indonesia#nusantara#bumiwali#mojokerto#mohopahit
0 notes
Photo
I love my Tuban city . @exploretuban @beritatuban @tuban_gram @ilovetuban #tubancity #tuban #masjidagung #masjidagungtuban #masjid #mosque #biggesmosque #bigmosque #phoyograph #photography #photooftheday #photo #foto #instagood #📷photo #tubambumiwali #bumiwali #walisongo #tuanntoak #masjidtuban #kotatuban
#foto#masjidtuban#tubambumiwali#walisongo#masjidagung#photography#📷photo#mosque#photooftheday#biggesmosque#kotatuban#instagood#masjid#tuban#photo#tuanntoak#bumiwali#phoyograph#tubancity#masjidagungtuban#bigmosque
0 notes
Text
Konsekwensi Mengiringi Setiap Pilihan Kita
Sebenarnya banyak sekali hal yang telah mampu menyadarkan saya bahwa sesungguhnya pilihan saya tiga tahun yang lalu yang diamini semesta dan diridhoi Allah untuk pidah ke Bumi Wali ini adalah pilihan dan keputusan terbaik yang pernah saya ambil, walaupun sejatinya entah karena apa hati dan jiwa saya sampai saat ini masih gumantung dengan Tanah Dhaha yang subur dan indah itu, saya biasa menyebutnya dengan kalimat “percikan keindahan surga benar-benar ada di tempat ini” dan entah karena apa hingga kini saya masih rindu dengan Tanah Dhaha yang indah itu dan juga karena orang-orangnya yang selalu ramah dan selalu merespon pada siapapun meskipun pada saya yang bukan siapa-siapa ini.
Bisa terdampar di Tanah Dhaha selama dua tahun merupakan hadiah terindah yang pernah Allah berikan dalam kehidupan saya untuk melihat langsung kebesaranNya dan mensyukuri keindahan ciptaanNya yang luar biasa. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar yang Allah berikan pada saya untuk menikmati setiap jengkal kehidupan di Tanah Dhaha. Selama dua tahun disana saya hidup sebatang kara, benar-benar sebatang kara karena tak ada satupun sanak famili disana dan hal itu membuatku terpaku bahwa Allah selalu dan selalu menemani saya dimanapun saya berada. Allah selalu ada, Allah selalu hadir dalam setiap tarikan nafas kita, Allah selalu menemani di negeri antah-berantah manapun kita berada.
Dulu saya tidak pernah bermimpi bisa menginjakkan kaki di tanah surga itu dan dulu saya juga tidak pernah tahu bahwa ada negeri seelok itu. Mungkin bagi orang lain Tanah Dhaha adalah sebuah negeri yang sudah biasa dan begitu-begitu saja, namun bagi saya pribadi yang pernah merasakan sendiri selama dua tahun hidup disana, saya benar-benar berterimakasih atas kesempatan yang Allah berikan kepada saya. Pengalaman selama dua tahun berada di Tanah Dhaha itu tak akan mudah terlupakan begitu saja, banyak pelajaran dalam hari-hari yang saya lalui disana, belajar sabar, belajar mandiri, belajar tangguh menghadapi situasi apapun, belajar mendewasakan diri, belajar bertanggungjawab pada diri sendiri dan juga pekerjaan, belajar mengatur waktu agar lebih baik lagi, belajar mengisi hari dengan menyibukkan pada banyak hal positif dan bermanfaat baik bagi diri saya sendiri maupun orang lain.
Saat awal-awal berada di Tanah Dhaha sebagai anak kos yang terbilang memiliki banyak waktu luang menyebabkan saya kebingungan dan mulai stres menghadapi hari-hari yang berlalu tanpa kesibukan berarti usai kerja, sehingga yang biasa saya lakukan adalah menghabiskan bensin dengan mengelilingi Tanah Dhaha seorang diri tanpa tujuan yang jelas dan itu saya lakukan hampir setiap minggu sekali, bahkan seringkali berhari-hari saya melakukannya. Saat itu yang ada di benak saya hanya ingin keluar dari area kos dengan menghirup udara yang damai nan sejuk menyegarkan. Sampai akhirnya saya mulai bosan menghabiskan bensin di jalanan tanpa tujuan yang jelas tersebut.
Sebagai anak kos tulen yang telah singgah dari satu kos ke kos yang lain selama bertahun-tahun membuat saya akrab dengan radio asli maupun yang memancar dari handphone yang saya nyalakan, seringkali membuat ide-ide saya muncul dari adanya informasi berita yang saya dengarkan. Berkat siaran radio di Tanah Dhaha tersebut khususnya dari pemancar stasiun Andika FM saya jadi tahu bahwa ada pengajian rutin setiap ahad pagi yang diadakan oleh IKADI di Masjid Baiturrahman Semampir Tanah Dhaha dan mulai dari sana saya aktif mengikuti pengajian ahad pagi tersebut jika tidak pulang kampung. Banyak hal yang saya dapat disana, suasana adem yang mengaliri jiwa saya sampai perasaan adem berada ditengah-tengah jamaah pengajian tersebut. Walaupun tak ada satupun yang saya kenal dari pengajian ahad pagi tersebut tapi saya pribadi sangat bersyukur dan berterimakasih pernah menjadi bagian dari jamaah pengajian ahad pagi di masjid itu.
Selain pengajian ahad pagi, saya juga mengikuti senam aerobik yang ada di tempat senam dekat kos seminggu sekali bahkan bisa sebulan sekali karena berbenturan dengan biaya, hehehee, maklum anak kos :-D Jadwal senam aerobik yang saya pilih adalah pada waktu sore, saya tertarik mengikuti senam aerobik ini atas rekomendasi dari teman kos sekaligus teman kerja saya, sebut saja namanya Lita, saya biasa memanggilnya Mbak Lita, dia sosok teman perempuan penuh enerjik yang pernah saya temui, sekali dua kali saya bersama Mbak Lita mengikuti senam aerobik. Saya yang notabene orang yang tertutup dan tabu akan dunia luar serta baru pertama kali itu masuk mengikuti langsung senam aerobik di tempat senam, saya tergagap dan tak henti-hentinya menahan tawa malu saat pertama kali mengikuti senam aerobik, bagaimana tidak, kebanyakan ibu-ibu yang mengikuti aerobik menggunakan pakaian yang sangat minim dan terbuka, sedangkan saya menggunakan kaos oblong lengan panjang, celana trining kedodoran dan mengenakan jilbab, saat itu saya benar-benar syok, heheheheee, walaupun tempat senamnya tertutup tapi saya tetap merasa risih berada disekitar Ibu-Ibu yang memperlihatkan lekuk tubuh mereka. Ibu-ibu anggota aerobik itu benar-benar percaya diri sekali, padahal pelatihnya adalah seorang laki-laki yang keperempuan-perempuanan, saya hanya bisa bernafas panjang kala itu. Saya mengikuti senam aerobik di tempat itu hanya dapat dihitung jari, itupun dengan waktu yang tidak runut, karena mikir-mikir lagi soal biayanya, sehingga hanya berpuas diri saja dengan aktif mengikuti senam tiap hari Jum’at pagi di kantor.
Di sela-sela kebingungan saya di kos karena tidak banyak yang dapat saya lakukan, saya aktif di sosial media seperti facebook dan dari situ saya mendapat informasi acara bedah buku yang diadakan oleh Komunitas Pasak (Komunitasnya arek-arek pecinta sejarah, red). Awalnya saya kira acaranya bakalan seperti seminar yang dihadiri oleh banyak orang dari kalangan umum, namun ternyata acaranya dihadiri oleh kalangan pelajar setingkat SMA, dan wow hanya saya sendiri yang notabene paserta paling tua dari kalangan umum pekerja, bukan dari kalangan pendidikan seperti guru. Saya sempat merasa lucu berada di tengah-tengah acara tersebut bersama para pelajar dan panitia yang masih mahasiswa, ternyata komunitas ini adalah wadah bagi mahasiswa jurusan sejarah di kampusnya. Mengikuti acara tersebut membuat saya merasa ajaib karena bisa bertemu langsung dengan penulis buku yang berjudul “Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe” yang notabene adalah orang Belanda tulen yang sering berada di Indonesia karena riset sejarah. Lagi-lagi saya terbelalak menyadari bahwa penulis buku dengan judul tersebut adalah orang Belanda, ada perasaan miris, sedih, marah, geram dan perasaan lainnya yang berkecamuk di dada saya kala itu, jujur saya malu, malu pada diri saya sendiri, malu pada bangsa ini, malu pada penulis buku itu, sebut saja namanya Olivier, namun para panitia itu memanggilnya Mr. Oli dan ada juga yang memanggilnya Mr. Oliv. Bahasa Indonesia Mr. Oliv cukup bagus untuk tataran warga asing yang mengucapkannya, namun logat dan khasnya tetap beda sehingga lumayan sulit untuk saya cerna karena campuran antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Lihat betapa orang asing itu peduli dengan sejarah dan budaya kita, namun kitanya sendiri yang sebagai warga negara Indonesia asli malah tidak peduli dan mengabaikannya. Disitu saya benar-benar tertohok. Saya malu ternyata selama ini saya begitu miskin ilmu dan terlalu cupet dalam berpikir, saya malu, apa yang sudah saya berikan untuk Bangsa ini?.
Titik lain dimana Tanah Dhaha berhasil memberikan saya keluarga adalah saat salah seorang teman saya asal Negeri Bantar Angin yang berdomisili di Tanah Dhaha mengabari saya bahwa jika saya berkenan ada lowongan untuk mengajar ngaji pada dua orang anak perempuan dari satu keluarga. Tak telak lagi, ada aliran bening yang merembes di ulu hati, bahwa Allah begitu pemurah, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, bahwa Allah selalu menemani setiap detik hembusan nafas kita. Saya yang waktu itu dirundung kebosanan tingkat tinggi akhirnya bisa sedikit bernafas lega dengan aktifitas baru setiap seminggu dua kali usai shalat Maghrib dengan berbagi sedikit ilmu mengaji kepada dua adik kecil polos (Sebut saja Dek Dina-SMP dan Dek Dinda-SD) yang tiap kali saya mengajar selalu berhasil menimbulkan keharuan bagi saya, terutama ketika Dek Dinda yang saat awal mengaji tidak mau menggunakan kerudung akhirnya lambat laun mau menggunakan kerudung saat mengaji. Berada di tengah-tengah keluarga itu (Keluarganya Bu Ratna) saya menjadi hangat dan merasa seperti memiliki sebuah keluarga baru di Tanah Dhaha kala itu. Namun sayang saya berada di tengah-tengah keluarga itu hanya sekitar tiga bulan saja karena usulan mutasi kerja saya kepada pimpinan pada pertengahan tahun 2013 akhirnya di ACC dan pada bulan April 2014 saya akhirnya pindah ke Tuban.
Hal yang paling mendasari saya untuk memutuskan pilihan mengajukan mutasi kerja dari Tanah Dhaha ke Bumi Wali adalah karena saat itu Ibuk saya sakit parah sampai tidak bisa berdiri, sehingga shalat harus dengan duduk. Perasaan berat saya pada kedua Ibu Bapak saya yang kian waktu kian menua dan sakit-sakitan seiring waktu yang terlewati, sedangkan adik lelaki semata wayang saya kala itu masih duduk di bangku SD. Walaupun sejujurnya saya sangat cinta dan gumantung pada Tanah Dhaha tanpa tahu disebabkan oleh apa, namun dari Negeri itu saya menemukan kebahagiaan saya, ketenangan hati, ketentraman batin, namun saya harus rela mengorbankan kebahagiaan ego saya tersebut demi dekat dengan Ibu Bapak saya sehingga saya dapat menjaga dan terus memantau Ibu Bapak saya yang sering sakit-sakitan serta dapat memikul tanggungjawab yang telah lama membebani Ibu Bapak saya dalam membesarkan saya dan adik saya. Saya lebih rela membakar diri saya demi kebahagiaan Ibu Bapak saya, saya lebih rela jika harus mematikan ego dan mimpi-mimpi saya demi kebahagiaan Ibu Bapak saya, karena tanpa mereka saya ini bukan siapa-siapa, saya sangat menyayangi Ibu Bapak saya. Walaupun seringkali Ibu Bapak saya tidak menghargai perngorbanan yang saya lakukan, tapi saya dengan semua yang ada dalam diri saya akan selalu berusaha untuk membahagiakan Ibu Bapak saya.
Bahkan kini saat Ibu saya sakit beberapa hari yang lalu saya benar-benar bersyukur pernah mengambil pilihan yang tepat kala itu dengan memutuskan pindah ke Bumi Wali. Tidak pernah dapat saya bayangkan andai saya tetap bertahan di Tanah Dhaha dengan segala keegoan memuaskan nafsu membahagiakan diri saya seorang diri. Ibu Bapak saya yang kian menua dan sakit-sakitan menyadarkan saya betapa ambisi hanyalah nafsu yang membutakan yang harus kita kelola dengan sebaik mungkin dan yakinlah bahwa Allah memiliki rencana lain yang jauh lebih istimewa untuk kebaikan kita. Karena sesungguhnya apa-apa yang kita sukai belum tentu baik menurut Allah dan apa-apa yang tidak kita sukai belum tentu tidak baik menurut Allah. Yakinlah bahwa jalan yang sudah kita pilih merupakan pilihan terbaik yang akan selalu mengajarkan kita untuk bersyukur setiap waktu.
Sejak saya pindah ke Bumi Wali hingga saat ini, akhir pekan kemarin adalah merupakan hari-hari yang membuat saya benar-benar merasa kaku karena Ibu saya jatuh sakit dan paling parah dari sebelum-sebelumnya karena kesulitan bernafas. Tak banyak kata-kata yang mampu saya ungkapkan betapa disitu saya merasa kosong tanpa penyangga, hingga hari ini masih terbayang bagaimana Ibu saya terlihat sangat kesakitan karena kesulitan bernafas, ingin rasanya saya menggantikan penderitaan yang beliau alami, rasanya saya tidak sanggup memperhatikan beliau saat sedang tidur dalam pernafasan sesak yang sedemikian rupa. Satu hal yang pasti, keputusan saya memilih pindah ke Bumi wali sehingga bisa dekat dan selalu membersamai Ibu Bapak adalah memang pilihan terbaik yang pernah Allah berikan pada saya. Lantunan doa dan tasbih selalu teriring semoga Ibu Bapak saya dijauhkan dari penyakit, diganti dengan kesehatan serta diberikan umur yang panjang, Aamiin Aamiin Ya Robbal Aalamiin...
0 notes
Photo
g kalah ama tugu kota lain #bumiwali #kotakelahiran (at Tuban Jawa Timur)
0 notes