#Tulisan Persepsi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Perilaku Anak yang Dipengaruhi oleh Kekerasan Dalam Keluarga di Lingkungan Sekolah PAUD
Oleh: Sri Rawanti, S.Pd., M.Pd., Farah Anggraini, Nahara R. Yamudu, Juwita Moodumbi, Sri Putri Enjelita MASA anak usia dini merupakan suatu fase emas perkembangan anak. Dimana pada masa ini anak memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Anak usia dini juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, anak usia dini akan…
#Farah Anggraini#Juwita Moodumbi#Nahara R. Yamudu#Persepsi#Sri Putri Enjelita#Sri Rawanti#Tulisan Persepsi
0 notes
Text
Hati yang Bersih
Mengutip tulisan seseorang yang pernah diterjemah ulang oleh dr. Raehanul Bahrain,
Tuhanku, jika ada seseorang yang tidak suka melihatku bahagia, karuniakanlah ia kebahagiaan yang dapat membuatnya melupakan kebahagiaanku
Sebuah doa yang bagus sekali, masyaAllah. Untuk manusia yang terkadang hatinya masih ada kerikil hingga bongkahan rasa iri atau dengki terhadap saudaranya
Padahal, setiap manusia tentu diberi rasa bahagia dan ujiannya masing-masing. Tak usah membandingkan proses diri dengan orang lain; tak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain; juga tak perlu sinis melihat kehidupan orang lain
Padahal, muara bahagia itu hanya dengan cara bersyukur, mensyukuri hal-hal kecil; mensyukuri hal yang mungkin sering tidak kita sadari. Bersyukur, atas hal apapun yang kita jalani sampai hari ini
Bahagia itu soal persepsi. Yang terlihat tenang, belum tentu sepenuhnya senang, bisa jadi mereka menutupi rasa sedih atas ujian-ujian hidupnya, lalu menjalaninya dengan lapang
Maka, berbahagialah dengan cara ikut menyemangati dan memberi apresiasi teman-teman kita yang mencapai hal-hal kecil, hingga besar. Berbahagialah melihat teman-teman kita yang sedang berbahagia saat berada dalam fase-fase kehidupannya
Namun begitulah terkadang syaithan menembakkan panah-panah penyakit hati diantara umat-umat Muslim. Menjadikan manusia saling memandang benci saat melihat saudaranya meraih capaiannya; menjadikan manusia memandang tidak suka melihat saudaranya bahagia
Rasa iri, dengki, hasad bisa menghapus amal-amal kebaikan pelakunya. Sungguh sayang sekali, mungkin akan lebih baik, kita saling mendoakan yang baik-baik
Semoga Allah jauhkan kita dari penyakit-penyakit hati, yang sejatinya bisa menggerogoti jiwa kita sendiri
Semoga Allah karuniakan kita hati yang bersih, yang mudah bersyukur; yang tidak mudah iri, dengki maupun membenci
Buntok, 6 Januari 2023 | Pena Imaji
238 notes
·
View notes
Text
Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah : Mukadimah
Setiap zaman memiliki tantanganya dan setiap zaman pula ada generasi yang hadir untuk menyelesaikanya.
Sedikit ingin mereview buku yang berjudul "Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah" yang ditulis oleh Ustadz Fathi Yakan.
Kalau diingat-ingat, pernah satu kali kita mengikuti forum dauroh yang diakhir acara pasti ada sesi Baiat. Dimulai dengan syahadat, berkomitmen di jalan dakwah, dan di akhir sesi ada kalimat yang berbunyi "Allah SWT menjadi saksi atas apa yang kami ucapkan."
Pertanyaan selanjutnya, berapa orang yang hadir disitu masih berada di jalan dakwah?
Pertanyaan selanjutnya, sejauh mana ikhtiar kita menjaga saudara kita dalam jalan dakwah?
Ustadz Fathi Yakan dalam Mukadimahnya menjelaskan berguguran di jalan dakwah dalam artian umum merupakan hal yang berulang dalam sejarah namun tak boleh diwajarkan.
Diantara mereka, ada yang meninggalkan dakwah, namun tidak meninggalkan Islam. Lainya, ada yang meninggalkan Islam dan Dakwah sekaligus. Bahkan, ada yang meninggalkan jamaah, membuat jamaah baru atau bergabung dengan jamaah lain.
Dari masa ke masa hal seperti itu memiliki pola yang sama dengan kompleksitas masalahnya sendiri. Ustadz Fathi Yakan menyebut fenomena ini dengan Insilakh 'melepaskan diri dari dakwah' dan tasaqut 'berguguran di jalan dakwah'
Fenomena seperti ini banyak terjadi pada generasi awal atau bahkan barisan terdepan dalam dakwah sekalipun. Ada beberapa dampak buruk yang menjadi catatan beliau atas fenomena tersebut :
Terkurasnya energi dan waktu dalam gerakan.
Tersebarnya fitnah, prasangka, hingga membentuk persepsi miring untuk orang yang akan masuk kedalam barisan.
Terbongkarnya rahasia dakwah.
Melemahnya barisan sampai memicu datangnya musuh.
Menjauhnya kaum muslimin dari gerakan Islam, melemahkan kepercayaan dan mengurangi produktifitas dakwah.
Fenomena ini haruslah menjadi pemahaman bersama bagaimana pentingnya menjaga ukhwuah dan kontrol akan sistem gerakan.
Lantas apa faktor-faktor yang membuat hal ini terjadi dan seharusnya bagaimana kita menyikapi fenomena tersebut?
InsyaAllah akan bersambung dalam tulisan berikutnya.
36 notes
·
View notes
Text
Fakta atau Persepsi Belaka?
Sudah pekan kedua aku beradaptasi di lingkungan pendidikan yang baru. Masa adaptasi ini diisi dengan berkenalan dengan para guru yang sebagian sudah kukenal sebelumnya. Selain itu, kegiatan baruku yang terbilang seru adalah menjadi pengamat. Kegiatan wajar yang dilakukan oleh seseorang dalam masa adaptasinya. Di mana pun itu. Namun, kegiatan mengamati-ku ini lebih menarik dari yang sudah-sudah. Kenapa begitu?
Biasanya pukul 06.30 para guru sudah berdatangan. Beberapa siswa ada juga yang sudah datang. Terhitung sangat pagi memang. Seperti biasa, aku duduk di kursi yang terbuat dari semen yang ada di depan kelas. Di depanku tepat pemandangan taman pasir dengan dua ayunan dalamnya. Kuperhatikan satu anak yang sudah datang sebelumku. Terlihat wajah anak ini sangat ceria. Ia menyapaku dan bercerita tentang botol minum baru yang dibawanya. Kemudian ia berlari menuju ayunan yang sebelumnya ia tinggal untuk bersalaman denganku, khawatir ayunannya dipakai orang lain.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.50. Anak-anak lainnya mulai berdatangan. Taman pasir itu mulai ramai. Seiring dengan ramainya tempat itu, raut wajah si anak mulai berubah gelisah. Mulai mondar mandir sana sini dengan diikuti sang adik yang berusaha mengajak kakaknya bermain. Aku mulai mendekat dan duduk di kursi batang kayu di ujung taman pasir. Kupanggil sekali untuk kuajak main ayunan. Namun, ia hanya menggeleng lemas dan kembali berjalan mengelilingi taman tanpa tujuan. Air matanya mulai menetes. Segera ia lap matanya yang basah dengan ujung kerah bajunya. Mungkin niat hati menutupi tangisan dari siapa pun, tapi sayangnya aku melihatmu, Nak.
Bel berbunyi. Si anak berpisah dengan adiknya karena ia harus masuk kelas, sedangkan si adik berlari semangat menuju gedung TK. Kegiatan pembuka pun dimulai. Air matanya semakin mantap menetes dan semakin kuat juga ia menyekanya dengan baju. Akhirnya anak itu diminta untuk memisahkan diri di luar barisan. "Kalau sudah siap bergabung, bicara ya." Tidak lama setelah itu, mungkin sekitar 3 menit, ia bicara kalau ia siap untuk bergabung bersama teman-temannya. Kemudian kegiatan pembelajaran berlanjut hingga siang. Rupanya setelah diberi waktu dan diajak bicara, si anak kembali tertawa dan tersenyum, bahkan sudah mulai berteriak dan bercanda bersama teman-temannya.
Kembali ke awal ceritaku. Dua paragraf di atas tercipta dari adanya kegiatan mengamati terhadap salah satu anak di kelasku. Usut punya usut, latar belakang dia bersedih adalah kekhawatirannya terhadap suatu masalah di rumah. Tersebab sehari sebelumnya ia juga bersedih dan menangis, bunda guru di kelasku pun menanyakan terkait hal itu kepada orang tuanya. Akhirnya ditemukanlah akar masalah penyebab kesedihannya dua hari ini.
Benang kusut dalam otakku mulai terurai dengan sendirinya setelah aku mengetahui fakta tentang si anak. Sebelum aku mengetahui hal tersebut, banyak sekali persepsi yang muncul. Bisa jadi si anak menangis karena kesal selalu diikuti adiknya. Bisa jadi si anak menangis karena ayunannya dipakai orang lain. Bisa jadi si anak menangis karena.. Ah, banyak hal. Dugaan demi dugaan muncul sebelum ada fakta yang diketahui.
Begitulah seringnya orang dewasa bersikap kepada anak. Seakan selalu tau isi hati dan pikirannya. Akhirnya kita bertindak sesuai kehendak. Padahal anak punya alasan atas setiap perbuatannya. Dan seringnya kita tidak mengetahui bahwa ia memang sedang berada di tahapan anak seusianya, sehingga kita merespon tidak sesuai dengan kondisi anak. Cukuplah kita mendahulukan persepsi di atas fakta. Lebih baik lelah sedikit untuk bicara dan mencari fakta daripada kita dengan sengaja kita menghalangi proses berkembang mereka.
Begitulah cerita pertama tentang anak-anak kelasku yang bisa kubagikan. Ngomon-ngomong, tulisan di atas juga hasil yang kudapat dari mengamati para guru hebat yang lebih dulu belajar dan paham tentang hal ini. Aku semakin menantikan hari-hari ke depan. Kira-kira kegiatan mengamati ini akan menghasilkan ide tulisan apa lagi?
"Cek fakta sebelum percaya pada persepsi belaka."
Tangerang, 25 Juli 2024
2 notes
·
View notes
Text
Melihat kampanye capres dari sisi “Marketing”
kali ini kita bahas paslon 02 karena yang paling mencolok dan viral
• Branding : Gemoy.
branding ini berhasil membuat visualisasi Pak Prabowo lebih terkesan ramah dan lucu, sehingga orang jadi lupa kalau dia sebenarnya seumuran dengan kakek kita (beliau saat ini 72 tahun), namun wajahnya memang awet muda. Branding “gemoy” juga membuat beliau lebih merakyat sehingga menghilangkan kesan dari masa lalunya sebagai jenderal tegas dan kasus terdahulu. Untuk maskot yang dibuatpun berupa ilustrasi atau kartun sehingga visualisasinya lebih ramah.
•Gaya Kampanye
Gaya kampanyenya lebih mudah diterima di masyarakat, terutama “joget”, kebanyakan masyarakat lebih suka bersenang-senang. nggak semua orang suka kalau disuruh berpikir kritis seperti gaya kampanye Desak Anies atau MalminGan Ganjar (lah disuruh baca aja banyak yang masih males kok apalagi suruh mikir keras). Sehingga gaya kampanye seperti ini memiliki target masyarakat yang lebih banyak dan memiliki daya tarik kebanyakan masyarakat karena lebih ringan dan menyenangkan.
•Viral di media sosial
Menguasai FYP masyarakat, influencer-influencer besar sampai mikro-nano banyak terjun mengkampanyekan paslon ini dengan “soft selling” menggunakan narasi-narasi yang lebih menggunakan perasaan karena lebih mudah diterima dan mudah dipancing. Paslon lain juga banyak bertebaran di FYP, namun paslon 02 lebih banyak dan menguasai beranda tiktok jika dilihat dari jumlah hastag di tiktok.
____
Disclaimer tulisan ini dibuat dari persepsi “marketing” dan justru menghargai keberhasilan marketing politik mereka karena berhasil merangkul target terbanyak.
Pilihlah secara rasional jangan asal ikut-ikutan, lihat prestasinya, rekam jejaknya, dan lebih open-minded dalam melihat fakta dan mengambil keputusan karena jika hati sudah ditutupi suatu kefanatikan ataupun kebencian maka akan sulit menerima kebenaran. Stop makan berita hoax dan mudah terpancing oleh opini, carilah dulu kebenarannya karena fitnah bertebaran dimana-mana.
Jangan sampai harga dirimu ditukar oleh serangan fajar untuk lima tahun kedepan.
#indonesia#pemilu#capres#prabowo#gibran#prabowo gibran#amin#anies muhaimin#anies#anies baswedan#ganjar mahfud#ganjar pranowo#pemilu 2024#caleg#calon presiden
4 notes
·
View notes
Text
Buku "Filofosi Teras"
Pesimisme defensif: memikirkan risiko-risiko kegagalan justru membantu orang utk mengantisipasi faktor penyebabnya.
Zeno sering mengajar filosofi di teras (stoa).
Penganut stoa: Epictetus (budak yg akhirnya dimerdekakan), Zeno (pedagang), Seneca (politikus), Marcus Aurelius (kaisar Roma).
Paradoks Socrates: tdk ada perbuatan jahat krn semua org pasti mengambil keputusan yg plg menguntungkan bg dirinya. Contoh: maling yg mencuri utk berjudi adl perbuatan baik bg si pelaku krn baginya berjudi menyenangkan.
Seneca: Sukacita terdalam adalah yang berasal dari diri sendiri (inner joys). Tujuan kebahagiaan adl hidup dlm tenang, bebas dr emosi negatif. Bagi saya, kebahagiaan dari dalam sendiri ttp harus memiliki stimulus. Org tdk bisa menjalani hidup yg biasa2 saja setiap hari tanpa merasa bosan. Bosan adl sifat alami manusia yg membuat kita terus menambah kualitas sendiri. Kebahagiaan dr diri sendiri adl ketika saya berhasil menguasai konsep baru, memenangkan lomba menulis, membuat tulisan dll. Semua sumber kebahagiaan tsb memang tdk murni dr dlm diri sendiri, tp setidaknya saya tdk menggantungkan kebahagiaan pd variabel yg sepenuhnya di luar kendali. Misal: mendpt warisan milyaran, mendpt mutasi bagus, mendpt atasan yg enak, ingin dipuji, dll.
Konsepnya adl hidup selaras dg alam (in accordance with nature), artinya harus hidup nalar dan membedakannya dg binatang. Artinya dlm keadaan emosi, nalar dan rasio harus didahulukan agar tdk membuat keputusan keliru krn menuruti ego.
Butterfly effect: kepakan kupu-kupu di Brazil dpt mengakibatkan tornado di Texas. Semua yg telah terjadi timbul dr suatu rangkaian kejadian. Tidak ada gunanya melawan "kehendak alam".
Epictetus: "Hal-hal yg ada di bawah kendali bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal yg tdk di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat, dan milik org lain."
Trikotomi kendali: fokus pada proses yg bisa dikendalikan alih-alih pada hasil yg tdk bisa dikendalikan dan bergantung pada variabel eksternal.
Seneca: "Manusia yg menahan dirinya utk hidup dalam batas Alam, tidak akan merasakan miskin. Sebaliknya, manusia yg melewati batas-batas ini akan terus dikejar kemiskinan." Org yg ditentukan bergaji 10 juta/bulan tdk seharusnya mencari uang-uang sampingan yg melanggar sumpah jabatan sehingga bertentangan dg alam dan rasio. Org2 seperti ini tdk akan merasa kaya dan akan terus menjustifikasi perbuatannya krn perbuatannya bertentangan dg alam. "Jika kita hidup menuruti pendapat orang, kau tidak akan pernah kaya."
Suatu fenomena selalu bersifat objektif, akan tetapi persepsi subjektif kita yang membuatnya bernilai positif/negatif. Karena persepsi masuk dlm dikotomi internal, maka kita memiliki kekuatan utk mengubah persepsi kapan pun juga.
Langkah STAR ketika merasakan emosi negatif: Stop, Think & Assess, Respond.
Alasan kenapa tdk boleh lebay dlm menghadapi emosi negatif: 1. Emosi negatif adl hal yang berulang sepanjang sejarah manusia. Ditipu, kehilangan barang, kena marah? Itu adl fenomena yg berulang selama ribuan tahun sejarah manusia. Gak usah lebay! 2. Masalahmu itu sangat kecil dibanding kelaparan di Afrika, konflik di Palestina, ekonomi yg tdk merata, dll. Overview effect: perasaan astronot yang melihat dari ketinggian bahwa manusia saling terhubung (interconnected). 3. Semua akan terlupakan. 10 tahun lagi, saya tdk akan ingat punya memori memalukan, kecuali saya yg sengaja mengungkitnya. Lagi pula, org lain pasti tdk akan peduli.
Marcus Aurelius: "Pikiran yg tdk diganggu emosi berkecamuk dl sebuah benteng, tempat berlindung terkokoh bg manusia." --> The mind as inner citadel.
Senecea: "Kita lebih menderita dalam pikiran dibandingkan di kenyataan." --> 85% of What We Worry Never Happens.
Premiditatio malorum: mirip seperti imunisasi, bayangkan hal2 negatif yg mungkin terjadi untuk mempersiapkan "kekebalan mental". Tdk sampai di situ, tujuannya adl utk mempersiapkan kemungkinan terburuk.
Fokus pd solusi alih-alih emosi negatif.
Epictetus: "Kamu tdk bisa dihina, kecuali kamu yg menghina dirimu sendiri." Gunung tdk akan berkurang tingginya walau ia "diejek" pendek. Jangan balas hinaan dg hinaan --> bayangkan zombie yang menularkan "virus".
Introspeksi dulu sebelum menilai orang lain.
Marah menurut Seneca: kegilaan sementara (temporary madness).
3P berpikir destruktif yang harus dihindari: 1. Personalization: menjadikan musibah sbg kesalahan pribadi. 2. Pervasiveness: melabeli musibah di satu aspek tersebar ke seluruh aspek hidup. 3. Permanence: menganggap musibah terjadi selamanya.
Berlatih menderita (practice poverty) utk melawan hedonic adaptation --> setelah 18 bulan, pemenang lotre tdk lebih bahagia dr org biasa.
Epictetus: domba tdk memuntahkan rumput utk memperlihatkan brp byk rumput yg ia cerna. Alih-alih, domba yg produktif akan menghasilkan susu dan bulu.
2 notes
·
View notes
Text
perjalanan hidup.
hhhmhhhh.... ku awali tulisan ini dengan tarikan nafas. Lama tak jumpa ya, sejak terakhir kali ku berbincang mengenai lika liku percintaan, kali ini ku menyapa dengan kisah kehidupan.
ya, di posisiku saat ini, yang semua orang menganggap hidupku enak. Menjadi seorang abdi negara yang di idamkan para calon mertua, nyatanya ya begini rasanya, nano - nano.
Tak munafik, ada segelintir kebahagiaan telah menjadi pemenang dari jutaan orang saat itu. Rasa haru, tidak menyangka karna yang ku ketahui, orang lain yang menginginkan posisiku, harus menjual tanah beratus ratus hektar. Penasaran, akhirnya ku ikuti alur demi alur hingga akhirnya berhasil sampai titik ini. Ternyata uang bukan alasan, melainkan kekuatan do'a ibu yang melangit setiap harinya.
Back to topic, ternyata defenisi bahagia bagiku bukanlah sebuah pencapaian karir, orang yang paling bahagia menurutku ialah orang yang memiliki rasa syukur atas apa yang ia miliki, menjadi apapun itu, hati tenang, dan bisa membuat orang terdekat nyaman dengan hadirnya kita adalah sebuah pencapaian yang menjadi tujuanku.
Lalu yang disayangkan ialah persepsi bahwa dengan karir bagus hidup menjadi bahagia. Semua orang mengira tak ada yang perlu di khawatirkan, padahal ada pundak yang penuh dengan beban, ada hati yang setiap harinya menginginkan ketenangan, ada air mata yang selalu menjadi pelampiasan.
ah sudahlah, aku yakin semua orang punya kisah perjuangan hebatnya, yang bisa kita lakukan hanyalah menjalani dengan rasa syukur, memikul beban dengan lapang, bermodalkan bismillah.
Satu tahun terlewati, hingga ku menemukan orang orang hebat ini. entah kebaikan apa yang kuperbuat hingga begitu bersyukur diberikan partner super baik seperti mereka. Layaknya keluarga, aku seperti memiliki seorang kaka yang selalu menjadi pelindung, pelipur lara, hingga menjadi pendengar setia atas segala hal yang menimpaku.
Kuperkenalkan, hijab hitam pakai kaca mata. Mbun cahya si paling perfect diantara kita, dia yang paling ga bisa meninggalkan pekerjaan, pantang pulang sebelum tanggung jawabnya terlaksanakan. Ibu anak satu yang pintar membagi waktu, mengurus anak tanpa seorang pengasuh, melayani suami tak pernah henti, dan melayani masyarakat tak kenal lelah. Baarakallah, semoga segala kebaikannya menjadi bekal di akhirat kelak.
Lanjut yang non hijab namanya kaka apri. Gadis si pekerja keras sejati, ia yang menjadi abdi negara sekaligus berkecimpung di dunia usaha. Baginya tidak ada hari libur, time is money nyata adanya hehe. Perbedaan agama tidak menjadi halangan kedekatan kami, justru ialah yang paling mengerti situasi. Kadang suka bijak, tapi kadang ia merengek ketika terjadi serangan pekerjaan, tetap di kerjakan walaupun banyak misuh misuhnya kaka ya hehe. Good job, terimakasih atas segala kebaikannya.
Tak terbayang jika partnerku bukanlah mereka :( begitu sulit menciptakan kenyamanan di lingkungan kerja. Berhadapan dengan segala masalah, perbedaan sifat, hingga perbedaan pendapat pasti terjadi. tidak apa, tinggal bagaimana caranya kita membangun koneksi, agar semua terlayani dengan prima. Bukan hanya ke pasien, tapi ke sesama rekan kerja.
bismillah, laa haula walaa quwwata illa billah
kamis, 03 agustus 2023
5 notes
·
View notes
Text
-- 9/365 [14.20] --
Januari hectic di kasur "))
Alhamdulillah ala kulli hal. Ngilu dibahu masih menyerang tiap kali tangan digerakkan
Alhasil, pindah dari kursi ke kasur, kasur ke kursi :))
Jadilah bulak balik nyelem di Tumblr; ga tau pokonya candu dilaman itu tu; kek ibaratnya baca perasaan yang otak susah jabarin, hehe
Dan nemu lah tulisan; keren dari akun Kak @langitawaan (izin repost ya kak)
Bunyinya gini,
-- Kalau bahagia dan sedihmu harus bergantung karena kehadiran ada dan tiadanya seseorang, sebaiknya lekas direvisi. Kamu pun tahu, bahwa berharap kepada yang bukan selain-Nya hanyalah sumber dari segala kecewa.
Tersebab meletakkan sesuatu kepada manusia bukanlah kabar baik maka sebelum tahun benar berganti, mari bermuhasabah. Apalah arti kehadiran seseorang jika hadirnya pun hanyalah titipan yang kapan saja bisa pergi.
Gantilah. Letakkan harapan dan perasaanmu hanya kepada Sang Pencipta. Semoga dengan itu, jika kecewa datang hatimu lebih lapang dalam menerima pun ketika bahagia menghampiri kamu tidak mengekspresikan dengan cara berlebih lalu lupa mensyukuri.
Selamat terus bertumbuh duhai hati yang mendamba teduh 🌻. --
Terkhusus buat diriku, yu ubah persepsi, ganti opini, buat gebrakan revolusi tentang pada siapa dan apa bergantung. Tentang pada siapa harap dan cemas dilayangkan.
Makasih Kak @langitawaan; tulisannya jadi titik balik buat aku :))
7 notes
·
View notes
Text
Hidup Minimalis Ala Orang Jepang
Oke kenapa aku baru baca ini disaat aku sudah terjerumus dalam kata BOROS apalagi di iming-imingi self reward, kalo gak nemu buku ini dirak kayanya ga bakal sadar juga kalo selama aku dan finansial akan berantakan.
Kenapa aku selalu membeli barang dengan tidak bertanya dulu apa kegunaan barang yang aku beli? dimana aku akan menyimpannya? dan sebagian besar barang yang aku beli berawal dari "beli aja dulu masalah dipake mah nanti juga dipake" wahhh salah besar ini sekarang ubah mindset sebelum beli "apakah barang ini sangat dibutuhkan atau tidak".
By the way aku baru terbuka tentang hidup minimalis, dan aku menemukan insight yang bagus banget buat aku share lewat tulisan ini " ternyata barang yang kita punya dan ada di tempat tinggal kita, secara tidak sadar ternyata itu yang meningkatkan stress diri sendiri" jujur dengan kata kata ini aku belum cukup memahami. Menurut persepsi yang aku dapatkan adalah barang-barang yang ada disekitar kita itu secara langsung merupakan awal dari pemborosan, misalnya aku beli baju ataupun buku nahh apakah buku dan baju ini tidak membutuhkan tempat untuk penyimpanan? yahh butuhlah contohnya lemari rak buku atau gantungan baju. Nahh dari sini otak kita akan terus berpikir dan akan melahirkan barang-barang lain dari penglihatan mata didepan kita.
Soo, disini apakah ada yang udah baca buku ini? mari diskusi apa yang kamu dapatkan setelah baca buku ini?
#hidupminimalisalaorang jepang
#fumiosasaki
1 note
·
View note
Text
Anak yang Emosi dan Memiliki Sifat Sensitif Pada Anak Usia Dini
Oleh: Sri rawanti S.Pd, M.Pd, Salwa Afrilla Patilima, Safira Darmayanti, Isnawati Daintaw ANAK usia dini yang didefinisikan sebagai anak usia 0-8 tahun merupakan periode yang sangat penting dan periode ini akan membentuk kehidupan dewasa anak nantinya. Selain itu, ini juga mencakup semua perkembangan yang diperlukan untuk nutrisi, kesehatan, mental perkembangan dan perkembangan sosial anak (Kirk…
#Harian Persepsi#Isnawati Daintaw#Persepsi#Safira Darmayanti#Salwa Afrilla Patilima#Sri Rawanti#Tulisan Persepsi
0 notes
Text
Pola Asuh
Bener sih, kalau kita banyak baca, kita jadi punya bahan untuk jadi tulisan. Kalau nggak ada yg masuk, jadinya nggak ada yg keluar juga. Di aku begitu.
Banyak hal yang membentuk kita jadi kita yang sekarang. Salah satu yang signifikan adalah pola asuh. Waktu itu aku pernah makan berdua di nasi goreng kari dan tiba-tiba aku menceritakan banyak hal soal pola asuh yang kualami padahal kita baru beneran "ngobrol" dua kali. Terus aku jadi bertanya-tanya sama diri sendiri yang oversharing padahal kayaknya aku belum pernah cerita itu sama orang lain, apalagi orang baru. Nggak baru-baru banget, tapi anggap aja begitu.
Lalu, itu jadi topik yang sering muncul dalam banyak kejadian akhir-akhir ini. Aku lagi baca buku Awaken The Giant Within karyanya Anthony Robbins. Baru selesai bab 3 tapi di akhir itu ada latihan yang akhirnya kukerjakan. Karena itulah aku membuka lagi buku curhatku yang ternyata terakhir kutulis tahun 2021.
Nggak tau ada angin apa, aku akhirnya membuka lagi tulisan-tulisan di buku biru itu. Terbukalah sebuah tulisan yang kutulis di masa-masa skripsi. Aku bacanya ketawa-tawa tapi netes juga air matanya. "Kalau Allah cabut nyawaku sekarang, gapapa. Kayaknya semuanya bakal jadi lebih baik." Ya Allah, ngakak. Seberat itukah skripsi bagimu bel pada waktu itu. Bahkan 4 halaman itu banyak bercak air matanya. Hahahahah yaampun we've been through that. Tapi bener sih itu berat banget, sampai sekarang aku sangat bersyukur karena hadirnya semua orang yang membantu menyelesaikan skripsiku. Kalau bukan karena Allah, aku juga nggak akan sanggup menyelesaikannya.
Tapi tapi tapi. Intinya, di situ aku juga menuliskan segala kekecewaanku pada orangtuaku dengan pola asuhnya yang dalam persepsiku berdampak membentuk diriku saat itu. Hahahahah yang bikin ngakak adalah yaampuuun aku betulan menumpahkan segala perasaanku di sana yang aku nggak menyangka aku bisa menuliskannya padahal itu perasaan yang abstrak. Tapi aku amaze sama diriku udah mau mengakui perasaan itu. Kenapa amaze karena aku tuh tipikal yang memendam dan nggak berusaha menafsirkan apa yang dirasakan. Kayak daripada nanti aku kesusahan menghadapi perasaanku mending gausah dipikirin sekalian. I think therefor I am gitulah. Makanya, dulu banget pas SMA, kalau temen kayak bilang aku suka sama orang, baru aku jadi mikir, terus jadi suka beneran. Haha. Paham gak sih. Makanya kayak kalo ga dipikirin yaudah lewat aja.
Well, karena aku anak psikologi dan aku dewasa (ceileh), aku berusaha menerima dan nggak menyalahkan orangtuaku--di momen aku sudah menyadari perasaanku dan berusaha berdamai dengannya. Yaa, namanya juga selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu. Mereka kan juga pertama kali jadi orangtua. Walaupun karena anak psiko-nya itu kita jadi tau dan punya standar akan yang bener kayak gimana. Kalau ditanya, pasti ada lah momen kayak cuy ini nih makanya kenapa aku jadi kayak gini karena orangtuaku ngedidik aku dengan cara yang kayak gini. Kita jadi nemu asal muasal dari perilaku kita. Ada juga momen sedih-sedihnya kenapa ya orangtuaku nggak begitu dan begini. Tapi sebenernya soal asal muasal perilaku kita dan pola asuh orangtua kita itu kan bukan sesuatu yang bisa kita kontrol. Jadi, yang bisa kita kontrol kan gimana kita berperilaku dan persepsi kita menghadapi dunia ini. Berdamai sama masa lalu dan berdamai sama hal-hal yang nggak bisa kita kontrol. Sulit sih, tapi bisa diusahakan. Nggak yang simsalabim, tapi ada lah prosesnya. Dan kalau kita cuma liat yang nggak sesuai sama ekspektasi kita aja pastinya orangtua jadi kayak orang paling salah banget di dunia ini, padahal yang bisa kita syukuri karena mereka adalah orangtua kita itu lebih banyak. Manusia emang gitu kalau hatinya udah kena kacamata kuda. Nila setitik rusak susu sebelangga.
Dan, nyambung sama awal Bab 4 di buku Awaken The Giant Within. Ada seorang laki-laki pecandu yang sedang menjalani hukuman seumur hidup di penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Dia punya dua anak laki-laki, satunya persis seperti ayahnya--pecandu, dll--satunya lagi berkebalikan--membesarkan tiga anak, menikmati pernikahannya, sehat, pekerja keras, terlihat bahagia. Ketika ditanya, "kenapa hidup Anda menjadi seperti ini?" jawabannya sama persis, "saya bisa jadi apa lagi jika tumbuh besar dengan seorang ayah seperti itu?"
Kejadiannya sama, pemaknaannya yang berbeda. Makanya kemampuan mengambil hikmah tuh mahal banget. Intinya, bisa dan boleh aja kita merasa suatu kejadian adalah pembentuk diri kita. Tapi sebetulnya, kita yang punya kendali soal keputusan apa yang kita ambil dalam hidup. Kita mau bereaksi apa, kita mau memaknai apa, kita mau jadi apa. Nggak ada batasannya, kecuali keyakinanmu sendiri.
Dah. A fruit reminder aja buat besok-besok kalo baca lagi.
4 notes
·
View notes
Text
Algoritma halaman tumblr ini mulai dijangkau banyak akun orang-orang (sepertinya). Tanpa bermaksud pongah apalagi jumawa, izinkan menyampaikan syukur, alhamdulillah. Tidak ada ekspektasi apapun atas yang tersaji selain mencurahkan kegundahan, melerai kusut, berbagi syukur, meninggalkan jejak hidup, buah pikir, dan sebagai rekam perjalanan. Tentu akan amburadul, pun yang tersaji tentu tidak bisa dipaksakan apalagi memenuhi standar ideal bagi siapa saja yang terjangkau oleh algoritma halaman ini.
Tidak ada konsep khusus, mengalir begitu saja.
Tulisan di sini masih banyak typonya:( penyakit bener soal typo ini, yang masih berusaha disembuhkan. Beginilah diri, masih ceroboh. Gimana agar tidak typo adalah pekerjaan rumah terberat:( Emosi yang tersampaikan juga kadang naik-turun. Apa yang dibagikan kadang hanya ranah ego personal, tidak ada ilmu bahkan hikmah.
Untuk itu, tulisan di halaman ini senantiasa berusaha direvisi berkali-kali setelah terbit, pemugaran selalu diuapayakan bahkan setelah mendapat like, setelah direblog, dan setelah melayang terbang. Awalnya merasa beban, karena idealnya segala hal harus telah melewati standar terbit yang ideal (baik dan benar) sebelum berlabuh jauh. Nyatanya, meninggalkan jejak entah melalui tulisan di platform amatir sekalipun adalah bagian yang perlu terus diperbaiki.
Menulis di sini menjadi wadah untuk memahami diri sendiri, mengambil jeda riuh di ruang personal tanpa perlu mengumbar keluh-lelah akan duniawi yang semua juga merasakannya. Menulis di sini memudahkan diri mengurai persepsi dan menjulur panjang logika berpikir yang kadang kalut tidak beralasan menjadikan hidup terasa sempit. Menulis adalah bagian pulang yang takzim.
Halaman tumblr mulai nyaman bagi diri, setelah belasan tahun hidup dengannya. Mulai berani menuliskan apa yang dirasa perlu dengan perasaan yang tenang dan lapang. Mungkin sebab adaptasi belasan tahun kemarin, mematangkan diri di hari ini.
Terima kasih untuk manusia-manusia tak kasat mata di balik akun-akun tumblr yang juga mengagumkan, untuk apresiasi yang tanpa sadar kalian curahkan. Padahal gak minta:’) tapi tetap mendapat apresiasi melalui tanggapan-tanggapan yang menyenangkan. Terima kasih karena rasanya seperti mendapat dukungan di fase hidup yang penuh gejolak kalah–yang belum pernah dirasa sebelumnya. Terima kasih telah memberi makna bagi eksistensi diri ini:’) peluk virtual untuk semuanyaa.
Jangan menyerah. Titik balik hidup itu nyata.
Tulisan di halaman ini mungkin akan temporary, atau akan berubah entah bagaimana nantinya. Semoga tidak menyinggung siapapun. Semoga tidak mendatangkan fitnah. Semoga meninggalkan jejak baik.
Dari diri yang masih belajar:’)
6 notes
·
View notes
Text
Ulang Tahun
Kurang lebih tulisan ini pengalaman pribadi yang terinspirasi juga dari salah satu bab di buku "Mencintai KAMMI dengan kritik,"
Pernah suatu saat di sekitar kos, saya menyaksikan sekumpulan mahasiswa bakda isya terlihat sedang merayakan ulang tahun.
Sekilas terlihat biasa, namun setelah agak mendekat, saya mengamati bahwa yang sedang merayakan itu ternyata mayoritas kader siyasi di sebuah lembaga.
Dari kejauhan, saya prihatin. Barangkali kalau makan bersama sih bisa dimaklumi. Ini ada ngasih roti, sedikit main tepung, ketawa keras, dan bahkan foto berdua ikhwan akhwat yang notabene kader langit.
Mengambil poin dari buku mencintai KAMMI dengan kritik, barangkali apa yang kita lakukan secara sadar dengan melanggar norma dakwah kampus itu, sesaat mungkin merasa biasa saja. Tapi, bisa jadi itu menjadi persepsi atau pembenaran di masa depan bagi para ADK, adek tingkat, atau bahkan orang umum sekalipun dalam memandang gerakan dakwah kita.
Dari sesama ADK bisa muncul rasa iri, biasanya anak LDF yang melihat ada pelonggaran di anak-anak siyasi.
Atau adik tingkat yang biasa kita nasihati perihal menjauhi kesia-siaan, ikhtilat. Perilaku kita tadi kalau dilihat mereka, bisa jadi pembenaran, dengan dalih "mas-mbaknya juga gitu kok!" meski sama-sama tahu itu kurang pas.
Bahkan lebih parahnya, ada pandangan orang umum yang dulu sering saya dapatkan, menganggap ADK yang katanya menjaga interaksi itu munafik, yang kenyataanya sama saja dengan orang umum kebanyakan. Soal ini nggak bisa disalahkan juga.
Di era yang lebih terbuka ini, batasan sedikit demi sedikit mulai kendor. Selain itu, orang yang bergabung dengan kita semakin beragam latar belakangnya. ADK perlu jeli, meski masalah internal belum selesai dan bahkan berulang terus-menerus.
Namun yang perlu jadi pegangan adalah, bagaimana kita kembali lagi menguatkan prinsip-prinsip sederhana di dalam dakwah kampus, meliputi : perkuat amal yaumi, menjaga ikhtilat, silaturahmi, dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu baru.
Soal ulang tahun, sesama ADK, bagi saya cukup untuk memberi doa saja, kalaupun punya niat untuk memberi hadiah, sebenernya bisa melalui media atau waktu lain, poinya tetep, menjaga ikhtilat.
Dipikir-pikir daripada ngasih roti, mending ngasihnya buku, toh lebih bergizi bagi otak. Ini kode buat yang mau ngasih hadiah ke saya nanti hahaha.
Peristiwa ini hanya satu keresahan dari draft yang menumpuk lama, menulisnya hanya untuk menghilangkan keresahan menuju malam, sebagai pengingat bersama tanpa bermaksud menggurui.
#MenujuRamadan
18 notes
·
View notes
Text
"Karena Ada Kepentingan"
Karena ada kepentingan maka pasti ada yang diusahakan, betul kan ya?
Kalau beda kepentingannya maka pasti ada perbedaan, bener kan ya?
Kalau ada perbedaan kenapa susah disatukan? Ini salah kan ya?
Hehe, 3 pertanyaan di atas hanya kalimat tanya yang dipaksakan karena pemilihan kata ya.
Walau bukan hal yang baru, tetapi kenapa selalu tidak bisa tenang dan adaptasi cepat di tengah kondisi perubahan dan pergantian posisi jabatan tertentu.
Kalau misal yang lain fokus 2024, di sini mah sejak tahun ini banyak yang harus ganti. Misalnya posisi koordinator program studi.
Hahaha, iya saya targetnya, entah jadi subyek atau obyek sih tepatnya. Saya sudah merasakan proses jadi korprodi sejak Nov 2019 sampai selesai masanya di Nov 2022 kemarin lalu diangkat jadi Plt sampai terpilih koprodi definitif.
Keputusan akhirnya saya maju lagi di event 4 tahun an, periode 2023 - 2017, lalu hasilnya terpilih lagi. Tahu ga kenapa, ya karena ada kepentingan. Walau mindset udah lumayan berubah, niat juga makin progresif. Kalau pas 2019 visi misinya ke arah akreditasi 2022 karena habis masanya, dan alhamdulillah tuntas dapat nilai SANGAT BAIK dan poin 348 (ih kurang 13 poin buat UNGGUL, keren kan ^_^). Capaian ini yang membuat saya bersyukur. Alhamdulillah, selama 3 tahun itu semua pihak bisa mendukung, konflik dan masalah bisa diatasi, pimpinan yang baik dan mendukung. Intinya fase sempurna untuk meraih capaian yang terbaik, walau banyak kekurangan yang belum bisa dipenuhi di beberapa aspek.
Periode ini niatnya mau lanjut sekolah, bukan karena iri lihat temen2 yang background fotonya ga editan tapi asli berada di belahan bumi lain, atau bukan karena pingin kabur dari kerjaan administratif atau capek jadi customer service tiap hari. Niatnya ya pingin belajar lagi jadi lebih baik, merasa banget masih jauh sekali updatenya belum sempet. Cuma karena ada prioritas dan kepentingan yang lebih besar jadinya harus menata lagi, menyusun kesiapan diri agar bisa tepat pada waktunya.
Sebenarnya tadi di awal maunya nulis tentang bagaimana caranya menyamakan persepsi untuk sepakat memilih prioritas yang lebih besar dan berharga, tidak hanya dinilai di dunia tapi di akhirat. Politik kampus ternyata tidak berakhir di tataran mahasiswa tiap tahun milih ketua himpunan, lembaga eksekutif dan legislatif mahasiswa. Lebih panas lagi kalau sudah di level atasnya. Hehe, ternyata dosen juga masuk di putaran ini, kadang mikir kok ya sempet, eh ternyata memang ada yang suka. Hehe, beneran njomplang, sebagai kaprodi muda yang sangat dedikasi gini kali ya fokusnya yang dipikirkan gimana IKU 1 tercapai, alumni bekerja sebelum 6 bulan dengan pendapatan yang sesuai. Lanjut mundur selangkah, mikir gimana biar 50% mahasiswa lulus tepat waktu. Napas bentar, mikir gimana IKU 2 yang MBKM dan prestasi. Minum dulu, eh kepikiran konversi mata kuliahnya masih jadi bahasan dosen. Ya weslah, dijalani aja dengan sekuatnya.
Karena ada kepentingan, judul tulisan ini bisa beragam maknanya. Kalimat itu bisa diarahkan ke positif dan negatif, tergantung yang ngomong dan tergantung tujuannya kemana. Jadi sedih saja, di saat merasa kita ga mau ikutan, kepentingannya maka cari aman, ya diem. Tapi saat yang lain tidak melihat gitu, jadi muter urusannya, dicapnya apatis, ga peduli dan ga kompak. Padahal semua kan kita punya hak suara, mau diam atau bersuara ya. Wkwkwk, kadang gemes sih. Kebalikannya, saat kita merasa harus lantang nih, karena udah besar scope dan manfaatnya, eh kalimat tadi dipakai buat nyindir, ya karena ada kepentingan nih. Ya Allah, memang manusia unik dengan beragam sifat dan karakternya.
Kadang karena di sini ga banyak teman saya, jadi nyaman aja nulis panjang gini. Jadi pingin gitu, kalau ada di tempat lain konflik serupa menjelang kontestasi politik, biar tetap damai sejahtera gimana.
Gitu dulu ya,
Makasih mau baca curcol ini.
4 notes
·
View notes
Text
Insight of Writing & Publishing Workshop Part 1.
Ekspektasi aku pertama kali mengikuti workshop yang diadakan Career Class x Bentangpustaka ya hanyaa materi-materi mengenai kepenulisan, bagaimana cara menulis, bagaimana cara publishing, just materi! Seperti workshop kepenulisan lain yang pernah aku ikuti satu kali beberapa tahun silam. Ketika workshop selesai, ya selesai sudah, tidak dibarengi dengan tugas bagaimana aku menulis.
Tapi setelah pertemuan pertama ternyata banyak sekali hal-hal yang diluar ekspektasi, aku lupa bahwa ini adalah career class, dimana setiap materi pasti langsung dipraktekkan dengan tugas yang diberikan.
Selain menulis, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah
Membuka diri.
Membiarkan diri ini diketahui oleh orang lain.
Membiarkan tulisan yang aku buat dibaca oleh orang lain.
Aku, yang sejak awal mencoba untuk sembunyi dari khalayak ramai, akun instagram di privat, tidak suka posting di feed, link tumblr tidak dipublish, kini aku mengubahnya menjadi "Publik". Dan berarti aku mengizinkan diriku untuk diketahui oleh orang lain.
Langkah pertama yang cukup berat. Tugas-tugas yang diberikan sejak pertengahan Januari aku posting dengan berani, tapi juga penuh dengan ketakutan akan persepsi orang-orang. Kemudian langkah ini menjadi ringan, teringat bahwa aku tahu aku tidak sendirian, banyak postingan teman-teman yang memenuhi halaman berandaku yang sama-sama sedang mengikuti workshop ini.
2 notes
·
View notes
Text
Persiapan Keberangkatan (PK) LPDP
Sebelum awardee memulai perjalanan kuliahnya, kita wajib mengikuti kegiatan persiapan keberangkatan (PK). Kegiatan PK LPDP biasanya dilaksanakan offline. Tapi, sejak covid melanda, kegiatannya jadi full online. Kalau aku sih seneng ya, karena jadi bisa disambi kerja.
Tahun kemarin ada dua gelombang penerimaan LPDP, siapapun yang sudah mendapatkan unconditional LOA dan diterima sebagai awardee LPDP bisa mendaftar untuk mengikuti PK.
Pendaftar PK akan dikumpulkan oleh LPDP untuk selanjutkan dibagi menjadi beberapa angkatan PK. Tujuannya supaya ga kebanyakan ya kakak-kakak. Setiap angkatan ada sekitar 200 sekian awardee. Itu aja udah puyeng koordinasinya. Apalagi kalo lebih banyak lagi. Tantangan mengumpulkan banyak “orang curious” dalam sebuah kelompok adalah setiap orang punya banyak ide jadi susah milih yang terbaik. Wkwk, tapi aku seneng tergabung dalam angkatan PK-186 LPDP. Motto utama kami adalah sat set sat set.
Setelah mendaftar PK, LPDP akan mengirim email undangan PK beserta link grup WA angkatan PK. Setelah itu kami diberi buku panduan PK dan beberapa tugas pra-PK seperti nama angkatan, lagu angkatan, konsep dll.
Ada beberapa jenis tugas PK, yaitu tugas individu, tugas kelompok, dan tugas angkatan. Tugas individu bisa dicicil, karena panduannya sudah cukup jelas dan tugasnya cukup memerlukan waktu. Ada 2 tugas video dan tentu harus diedit.
Di atas kertas, kegiatan PK “cuma” 10 hari, tapi pada kenyataannya PK sudah dimulai sejak berminggu-minggu sebelumnya. Kami banyak meeting zoom di akhir pekan untuk menyelesaikan tugas kelompok dan tugas angkatan. Banyak meeting divisi juga.
Selama PK, kami mendapatkan berbagai materi dari narasumber-narasumber kompeten. Mulai dari menteri sampai pembuat games. Kegiatan PK ini seperti menyamakan persepsi awardee mengenai cara-cara belajar, cara-cara beradaptasi di tempat yang baru, cara-cara bertahan hidup saat melanjutkan studi, dan lainnya. Tidak lupa ditekankan berbagai peraturan mengikat yang harus dijalankan oleh awardee.
Kekurangan dari pelaksanaan PK kemarin menurutku di bagian jadwal. Ada 2/3 hari yang jadwal sesinya baru selesai pukul 7 malam WIB. Padahal, banyak awardee yang berasal dari wilayah WITA dan WIT. Bagi mereka, jadwal tersebut tentu sudah cukup larut. Aku sempat memberikan kritik dan saran mengenai ini juga pada akhir pelaksanaan PK. Semoga pelaksanaan berikutnya bisa lebih mempertimbangkan waktu teman-teman di wilayah WITA dan WIT.
Kelebihan dari kegiatan PK adalah aku (awardee S2 dalam negeri) bisa kenalan sama teman-teman awardee luar negeri dan awardee S3 juga. Diskusi yang dilakukan menjadi insightful, dengan berbagai sudut pandang.
Secara pribadi, aku terkesan sama pelaksanaan PK ini. Sejujurnya, terlalu lama kerja di daerah dapat menumpulkan hasrat untuk belajar, nulis, dan mencari pengalaman baru (yang tau-tau aja). Setelah kegiatan PK, aku sadar bahwa aku perlu untuk improve beberapa hal dalam hidupku dan ini menjadi bekalku selama menempuh studi (atau bahkan setelahnya).
---------------
Aku rasa, tulisan ini menutup rangkaian tulisanku mengenai LPDP. Scroll ke bawah untuk tulisan-tulisan yang sebelumnya. Sebenarnya ada beberapa bagian lain seperti pengurusan klaim biaya hidup dan lainnya, tapi akan lebih menyenangkan untuk didiskusikan dengan kakak tingkat LPDP di kampus masing-masing.
Sampai jumpa di pencarian beasiswa S3 (lho) (aamiin)!!!
4 notes
·
View notes